You are on page 1of 8

JURNAL P ENYULUHAN

ISSN: 1858-2664 September 2008, Vol. 4 No. 2

FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENINGKATAN KINERJA PENYULUH


PERTANIAN DALAM MEMBERDAYAKAN PETANI
(Kasus di Kabupaten Kampar Provinsi Riau)

DETERMINANT FACTORS TO INCREASE AGRI-EXTENSIONWORKER


PERFORMANCE TO EMPOWER FARMER
(A CASE STUDY IN DISTRICT OF KAMPAR, RIAU PROVINCE)

Marliati, Sumardjo, Pang S. Asngari,


Prabowo Tjitropranoto dan Asep Saefuddin

Abstract

The agriculture extension program can be developed effectively and efficiently by


professional personal in agriculture extension field. The existing main problem is low quality
and quantity of agri-extension workers (include in Kampar district, Riau province). Therefore,
the goals of this research are: (1) To analyze: farmer characteristics; social system
characteistics; agri-extension worker competencies; agri-extension worker performance to
empower farmer and level of fulfill need for farmer’s capacity development in agribusiness; (2)
To analyze determinant factors which influenze agri-extension worker performance to
empowering farmer and (3) To formulate strategy to increase agri-extension worker
performance to empower farmer. Through multistage cluster sampling technique, this research
have found farmers sample with 180 person amoun (each of them consist of: 60 food crops
farmers, 60 oil palm farmers and 60 rubber farmers). This research have been done from June
2007 up to October 2007. The analysis of data done by descriptive analysis and Path analysis.
The research conclusion are: performance level of agri-extension worker to empower farmer
still not yet good (“enough” category) because of the influence factor to the performance of
agri-extension worker: agri-extension worker competencies (communication competency;
competency in farmers learning and competency in social interaction); farmer characteristics (
farmer’s access to the non formal education) and social sistem support (soscio-cultural values;
agribusiness facilitation by government institution and fartmer’s access to the aggribusiness
institution) are still not yet (“enough” category).

Keys word: agri- extension worker performance; empowerment

Pendahuluan tenaga yang kompeten di bidang penyuluhan.


Peningkatan kompetensi penyuluh dalam
Menurut Slamet (2003), program pembangunan pertanian, bisa dikondisikan
penyuluhan pembangunan yang efektif dan melalui berbagai upaya seperti: (1)
efisien dapat dikembangkan oleh tenaga- meningkatkan efektivitas pelatihan bagi
tenaga profesional di bidang penyuluhan penyuluh, (2) meningkatkan pengembangan
pembangunan Hal ini hanya memungkinkan diri penyuluh melalui peningkatan
apabila program penyuluhan diwadahi oleh kemandirian belajar dan pengembangan karir
sistem kelembagaan penyuluhan yang jelas penyuluh, (3) meningkatkan dukungan
dan pelaksanaanya didukung oleh tenaga- terhadap penyelenggaraan penyuluhan seperti
93 Marliati, Sumardjo, Pang S. Asngari, Prabowo Tjitropranoto dan Asep Saefuddin/
Jurnal Penyuluhan September 2008, Vol. 4 No. 2

dukungan kebijakan pemerintah daerah kinerja penyuluhan adalah kinerja yang


terhadap pendanaan penyuluhan, dukungan mengacu kepada konsep-konsep
peran kelembagaan, dukungan teknologi dan pemberdayaan yaitu yang mampu
sarana penyuluhan, pola kepemimpinan yang meningkatkan kapasitas (keberdayaan) dan
berpihak petani dan (4) memotivas pribadi kemandirian petani. Berdasarkan kajian
penyuluh untuik selalu meningkatkan prestasi deduktif yang mengacu kepada pemikiran
kerja (kinerja penyuluh) dan mengikuti Sayogyo (1999), Florus (1998), Ife (1995),
perubahan lingkungan strategis yang ada. Slamet (2003), Narayan (2002) dan Sumardjo
dkk. (2002), minimal ada enam tugas pokok
Sejalan dengan pemikiran Slamet
penyuluh pertanian yang bertujuan untuk
(2003) tersebut, pemerintah telah melakukan
pemenuhan pengembangan kapasitas dan
berbagai upaya, di antaranya telah
kemandirian petani, yaitu: (1) Pengembangan
dicanangkannya Revitalisasi Penyuluhan
perilaku keinovatifan petani; (2) Penguatan
Pertanian (RPP), yaitu suatu upaya
partisipasi petani; (3) Penguatan kelembagaan
mendudukkan, memerankan dan
petani; (4) Pengutan akses petani terhadap
memfungsikan serta menata kembali
berbagai sumberdaya; (5) Penguatan
penyuluhan pertanian agar terwujud kesatuan
kemampuan petani berjaringan dan (6)
pengertian, kesatuan korp dan kesatuan arah
Kaderisasi.
kebijakan. Salah satu tonggak untuk
pelaksanaan revitalisasi ini adalah telah Kinerja penyuluh pertanian
disyahkannya Undang-undang Sistem dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan penyuluh. Kinerja penyuluh dalam penelitian
Kehutanan (SP3K) No. 16 Tahun 2006 pada ini adalah dipersepsikan oleh tingkat kepuasan
tanggal 18 Oktober 2006. UU ini merupakan petani yang menerima jasa penyuluhan
suatu titik awal dalam pemberdayaan para pertanian. Faktor internal yang diduga
petani melalui peningkatan sumberdaya berpengaruh terhadap kinerja penyuluh adalah
manusia dan kelembagaan para penyuluh kompetensi penyuluh pertanian. Faktor
pertanian PNS, swasta dan penyuluh pertanian eksternal yang diduga berpengaruh terhadap
swadaya. kinerja penyuluh adalah karakteristik sistem
sosial (yaitu aspek-aspek yang
Permasalahan pokok yang dihadapi
mendukungan/menghambat perubahan dalam
selama ini adalah rendahnya kualitas dan
sistem sosial sebagai akibat proses intervensi
kuantitas tenaga penyuluh (termasuk di
pembangunan pertanian).
kabupaten Kampar provinsi Riau). Penelitian
ini dimaksudkan untuk menganalisis faktor- Berdasarkan latar belakang pemikiran
faktor penentu manakah yang efektif tersebut, permasalahan utama penelitian ini
berpengaruh terhadap tingkat kinerja adalah: (1) Sejauhmana karakteristik petani,
penyuluh pertanian. Diharapkan dari hasil karakteristik sistem sosial, tingkat kompetensi
penelitian ini mampu memberikan sumbang penyuluh pertanian dan tingkat kinerja
pemikiran bagi peningkatan kualitas kinerja penyuluh pertanian dan (2) Faktor-faktor
penyuluh pertanian yang mampu penentu manakah yang berpengaruh efektif
meningkatkan kapasitas dan kemandirian terhadap tingkat kinerja penyuluh pertanian
petani. dalam memberdaykan petani. Berdasarkan
permasalahan utama, tujuan penelitian ini
Kinerja yang dimaksudkan dalam
adalah: (1) Menganalisis karakteristik petani,
penelitian ini adalah mengacu kepada
karakteristik sistem sosial, tingkat kompetensi
pendapat Gruneberg (1979), yaitu perilaku
penyuluh pertanian dan tingkat kinerja
yang diperagakan secara aktual oleh
penyuluh pertanian dalam memberdayakan
seseorang sebagai respon terhadap tugas yang
petani; (2) Meng-analisis faktor-faktor yang
diembannya. Tujuan penyuluhan pertanian
berpengaruh terhadap kinerja penyuluh
adalah untuk meningkatkan kapasitas
pertanian dan (3) Merumuskan strategi
(keberdayaan) dan kemandirian petani, maka
Marliati, Sumardjo, Pang S. Asngari, Prabowo Tjitropranoto dan Asep Saefuddin/ 94
Jurnal Penyuluhan September 2008, Vol. 4 No. 2

peningkatan kinerja penyuluh pertanian dalam Discussion) dan pengamatan partisipasi


memberdayakan petani. (participant observation). Data sekunder
diperoleh melalui studi dokumentasi dan studi
literatur.
Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian Hasil dan Pembahasan


penjelasan (explanatory research), yaitu
menjelaskan hubungan kausalitas antara
peubah-peubah melalui pengujian hipotesis. Karakteristik Petani
Model teoritis yang akan diuji dalam
penelitian ini meliputi beberapa bentuk
Petani berada pada usia produktif
hubungan antar peubah, yaitu hubungan
(rataan 41 tahun) dan belum didukung oleh
peubah bebas karakteristik petani X1 (umur;
tingkat pendidikan formal dan pendidikan non
pendidikan formal; pendidikan non formal
formal yang memadai. Rataan pendidikan
dan pengalaman petani berusahatani),
formal 9 tahun (setingkat tamat SLTP) dan
karakteristik sistem sosial X2 (nilai-nilai sosial
rataan mengikuti pendidikan non formal 7
budaya; sistem kelembagaan petani; dukungan
tenaga ahli dan kelembagaan penelitian dan hari. Dilihat dari modus, petani dominan
(yaitu 48,2 persen) belum pernah mengikuti
penyuluhan; fasilitasi oleh lembaga
pendidikan non formal (kursus atau
pemerintah terkait; dukungan kelembagaan
pelatihan). Pengalaman petani beragribisnis
agribisnis dan kepemimpinan lokal) dan
yaitu rataan 13,69 tahun diharapkan
kompetensi penyuluh pertanian X3
menunjang keberhasilan agribisnis petani,
(kompetensi managerial, kompetensi
namun belum didukung oleh luas penguasaan
komunikasi, kompetensi mengorganisasikan
lahan pertanian yang memadai, rataan hanya
kegiatan belajar petani dan kompetensi
1,61 hektar (karena 66,.67 persen petani
interaksi sosial) dengan peubah terikat yaitu
memiliki kebun sawit dan karet).
kinerja penyuluh pertanian Y1. Peubah dan
sub peubah dalam penelitian ini diukur
berdasarkan persepsi petani. Karakteristik Sistem Sosial
Penelitian dilakukan di Kabupaten
Kampar Provinsi Riau. Kabupaten Kampar Karakteritik sistem sosial adalah
merupakan salah satu kabupaten memiliki faktor-faktor yang menghambat/mendukung
potensi pengembangan agribisnis di provinsi perubahan sistem sosial sebagai akibat
Riau. Penelitian dilakukan dari bulan Juni intervensi pembangunan pertanian.. Semua
2007 sampai dengan Oktober 2007. aspek-aspek (6 aspek) karakteristik sistem
Pengambilan sampel petani (responden sosial (Tabel 2) termasuk kategori “cukup.”
penelitian) dilakukan dengan metode Artinya, semua aspek-aspek dari sistem sosial
pengambilan sampel gugus bertahap yaitu: nilai-nilai sosial budaya (antara lain
(multistage cluster sampling). Melalui tingkat keinovatifan petani dan tingkat
metode pengambilan sampel ini, terpilih kegotong royongan); sistem kelembagaan
jumlah responden penelitian 180 orang petani (tingkat kesesuaian pembentukan
(yang terdiri masing-masing 60 orang petani kelembagaan petani dengan kebutuhan dan
tanaman pangan, kelapa sawit dan karet). aspirasi anggota dan tingkat keterbukaan
Data yang digunakan dalam penelitian, pengelolaan kelembagaan petani); akses
meliputi data primer dan data sekunder. Data terhadap tenaga ahli, kelembagaan
primer diperoleh dengan menggunakan penyuluhan dan penelitian (tingkat
kuesioner terstruktur, wawancara mendalam, kemudahan petani menemui penyuluh, akses
Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group terhadap hasil-hasil penelitian); fasilitasi oleh
95 Marliati, Sumardjo, Pang S. Asngari, Prabowo Tjitropranoto dan Asep Saefuddin/
Jurnal Penyuluhan September 2008, Vol. 4 No. 2

Tabel 1. Hasil Penilaian (Skor) Karakteristik Sistem Sosial (X2)

Peubah Nilai Skor (n = 180) X21 Nilai-nilai


Sosial Budaya X21
Nilai Skor (n = 180) X21 Nilai-nilai Sosial
Budaya X21
X21 Nilai-nilai Sosial Budaya X21 62,26 X22 Sistem Kelembagaan Petani 58,23 X
Akses terhadap Tenaga Ahli, Kelembagaan
Peubah Nilai Skor (n = 180) X21 Nilai-nilai Sosial
Budaya X21
Nilai Skor (n = 180) X21 Nilai-nilai Sosial Budaya
X21
X21 Nilai-nilai Sosial Budaya X21 62,26 X22 Sistem Kelembagaan Petani 58,23 X
Akses terhadap Tenaga Ahli, Kelembagaan
Peubah Nilai Skor (n = 180) X21 Nilai-nilai
lembaga pemerintah terkait agribisnis; akses program penyuluhan); penguatan
Sosial Budaya X21
terhadap kelembagaan agribisnis (tingkat kelembagaan petani (kinerja penyuluh
Nilai Skor (n = 180) X21 Nilai-nilai Sosial
kemudahan petani akses terhadap sarana memanfaatkan potensi kelembagaan petani
Budaya X21
produksi, teknologiX spesifik lokasi, yang berakar kuat X22 dari dalam masyarakat,
21 Nilai-nilai Sosial Budaya X21 62,26 Sistem Kelembagaan Petani 58,23 X
permodalan, pemasaran dan pengolahan hasil) memotivasi/memfasilitasi kerjasama dan
Akses terhadap Tenaga Ahli, Kelembagaan
dan dukungan pemimpin lokal terhadap dinamika kelompok.); penguatan akses
Peubah Nilai Skor (n = 180) X21 Nilai-nilai Sosial
kemajuan pertanian, termasuk kategori terhadap berbagai sumberdaya (kinerja
Budaya X21
“cukup” (ke arah baik, namun belum baik). penyuluh memotivasi/memfasilitasi petani
Nilai Skor (n = 180) X21 Nilai-nilai Sosial Budaya
menemukan/memanfaatkan inovasi,
X21
kemudahan mendapatkan/menyediakan sarana
X21 Nilai-nilai Sosial Budaya X21 62,26 X22 Sistem Kelembagaan Petani 58,23 X
produksi yang berkualitas, modal usaha,
Tingkat Kinerja
Akses Penyuluhan
terhadap Tenaga Ahli, Kelembagaan
teknologi pertanian spesifik lokasi, pemasaran
Pertanian dalam Memberdayakan
Peubah Nilai Skor Petani
(n = 180)yangX21 Nilai-nilai Sosial
menguntungkan dan akses tekhnologi
Budaya X21
dalamX21 pengolahan hasil pertanian); penguatan
Kinerja penyuluh pertanian
Nilai Skor (n = 180) Nilai-nilai Sosial Budayaberjaringan (kinerja
kemampuan petani
memberdayakan petani X21adalah perilaku aktual penyuluh memotivasi dan memfasilitasi
yang diperagakan X21 penyuluh sebagaiBudaya
Nilai-nilai Sosial X21 menjalin
62,26 kerjasama
X22 Sistemdalam
Kelembagaan Petani 58,23 X
kewajibannya mengemban tugas-tugas petani dan antar
Akses terhadap Tenaga Ahli, Kelembagaan
kelompok tani, serta dengan kelembagaan
pemberdayaan yang diamanahkan
Peubah Nilaikepadanya,
Skor (n = 180)agribisnis
X21 Nilai-nilai Sosial kaderisasi (kinerja
lain) dan
yang diukur dari tingkat
Budaya kepuasan
X21 petani.
untukX21 penyuluh menumbuhkan kader-kader petani
Amanah dalam arti kesadaran
Nilai Skor penyuluh
(n = 180) Nilai-nilai Sosial Budaya
untuk pendampingan dan mendampingi kader
mampu mempertanggungjawabkan
X21 jika menemui kesulitan) termasuk kategori
pekerjaannya tidak hanya kepada manusia
X21 Nilai-nilai Sosial Budaya“cukup” (sudah ke arah baik,Kelembagaan
X 21 62,26 X 22 Sistem namun belum Petani 58,23 X
tetapi juga kepadaAkses Tuhan. Berdasarkan
terhadap Tenaga Ahli, Kelembagaan
relatif baik).
temuan penelitian, tingkat
Peubah kinerja penyuluh
Nilai Skor (n = 180) X21 Nilai-nilai Sosial
pertanian dalam memberdayakan
Budaya X21 petani terdiri Berdasarkan pengamatan di lapangan,
dari 6 aspek (TabelNilai 2) Skor
termasuk kategoriX21 Nilai-nilai
(n = 180) Sosial Budaya
wawancara mendalam dan analisis dokumen
“cukup.” Artinya,X21kinerja pemberdayaan
resmi, beberapa kelemahan yang ditemui di
yang meliputi: pengembangan
X21 Nilai-nilai perilaku
Sosial Budaya X21 62,26 X22dengan
Sistemkinerja
Kelembagaan Petani 58,23 X
lapangan berkaitan penyuluh
inovatif petani (kinerja penyuluh dalam
Akses terhadap Tenaga Ahli, Kelembagaan
pertanian dalam memberdayakan petani,
meningkatkan pengetahuan, Peubah keterampilan,
Nilai Skor (n = 180)
adalahXsebagai
21 Nilai-nilai
berikut:
sikap dan adopsiSosial inovasi);
Budaya X penguatan
21 (1) Penyuluh sebagian besar tidak
partisipasi petani (kinerja
Nilai Skor (npenyuluh
= 180) X21 Nilai-nilai Sosial
berdomisili di wilayah kerjanya. Hal ini
membantu/memfasilitasi Budayapetani
X21 mengidentifi-
dalamBudaya X jelas62,26
akan mengurangi efektifitas kinerja
kasi kebutuhannya, melibatkan petaniSosial
X21 Nilai-nilai X22 Sistem Kelembagaan Petani 58,23 X
penyuluh.
21
proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
Akses terhadap Tenaga Ahli, Kelembagaan
Peubah Nilai Skor (n = 180) X21 Nilai-nilai Sosial
Budaya X21
Nilai Skor (n = 180) X21 Nilai-nilai Sosial Budaya
X21
X21 Nilai-nilai Sosial Budaya X21 62,26 X22 Sistem Kelembagaan Petani 58,23 X
Marliati, Sumardjo, Pang S. Asngari, Prabowo Tjitropranoto dan Asep Saefuddin/ 96
Jurnal Penyuluhan September 2008, Vol. 4 No. 2

Tabel 2. Hasil Penilaian (Skor) Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Memberdayakan


Petani

Sub Peubah Nilai Skor Rataan (n = 300)


Kinerja Penyuluh Pertanian dalam
58,22
Memberdayakan Petani (Y1)
Y11 Pengembangan Perilaku Inovatif 58,78
Y12 Penguatan Partisipasi Petani 58,22
Y13 Penguatan Kelembagaan Petani 56,24
Y14 Penguatan Akses Petani terhadap Berbagai
61,91
Sumberdaya
Y15 Penguatan Kemampuan Petani Berjaringan 57,25
Y16 Kaderisasi 58,78

Keterangan: Kategori penilaian: 0 - 40= sangat kurang baik; 40 - 55 = kurang baik;


55 - 70= cukup , 70 – 85 = baik dan 85 – 100 = sangat baik

(2) Balai Informasi Penyuluhan (BIP) penyuluh pertanian dalam memberdayakan


sebagai basis kegiatan penyuluh, lebih petani adalah: karakteristik petani (pendidikan
merupakan perpanjangan tangan Kantor non formal); karakteristik sistem sosial (nilai-
Informasi Pertanian (KIP) di tingkat nilai sosial budaya; akses petani terhadap
kabupaten. BIP tidak diberi dana lembaga agribisnis dan fasilitasi agribisnis
otonom untuk penyelenggaraan kegiatan oleh lembaga pemerintah terkait) dan
penyuluhan di wilayah kerjanya. kompetensi penyuluh pertanian (yaitu
(3) Belum terselenggara koordinasi yang kompetensi penyuluh berkomunikasi;
baik antara lembaga penyuluhan baik di kompetensi penyuluh membelajarkan petani
tingkat desa, kecamatan maupun dan kompetensi penyuluh interaksi sosial).
kabupaten dengan dinas-dinas terkait se- Persamaan regresi bergandanya adalah: X4 =
hubungan dengan pemberdayaan petani. 3,811 + 0,071X13* + 0,095X21** +
Masing-masing instansi masih bersifat 0,098X24**+ 0,141 X25** + 0,305 X32** +
egosektoral dan petani hanya sebagai 0,327X33** + 0,301X34**.
objek dari sebuah kegiatan Hasil uji analisis berganda ini adalah untuk
pembangunan. menguji hipotesis, yaitu: “Karakteristik
(4) Latar belakang pendidikan, golongan petani, karakteristik sistem sosial dan
kepangkatan dan jabatan fungsional kompetensi penyuluh pertanian berpengaruh
penyuluh belum optimal mendukung secara nyata terhadap kinerja penyuluh
kinerja penyuluh pertanian. pertanian dalam memberdayakan petani."
Ternyata hipotesis tersebut terbukti diterima
untuk faktor karakteristik petani (yaitu faktor
Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap pendidikan non formal); faktor karakteristik
KinerjaPenyuluh Pertanian dalam sistem sosial (yaitu nilai-nilai sosial budaya;
Memberdayakan Petani akses terhadap lembaga agribisnis dan
fasilitasi oleh lembaga pemerintah terkait
agribisnis) dan faktor kompetensi penyuluh
Berdasarkan uji regresi berganda, pertanian (yaitu kompetensi penyuluh
faktor-faktor yang berpengaruh positif nyata berkomunikasi; kompetensi penyuluh
(pada taraf 5 dan 10 persen) terhadap kinerja membelajarkan petani dan kompetensi
97 Marliati, Sumardjo, Pang S. Asngari, Prabowo Tjitropranoto dan Asep Saefuddin/
Jurnal Penyuluhan September 2008, Vol. 4 No. 2

Pendidikan Non Formal X13 0,099*


*

Nilai-nilai Sosial Budaya X21 0,101**

Fasilitasi oleh Lembaga 0,106**


Terkait Agribisnis X24 R2 =0,826
0,162** Kinerja Penyuluh Pertanian
Akses Lembaga Agribisnis Memberdayakan Petani (X4)

X23
Kompetensi Penyuluh 0,325**
Berkomunikasi X32

Kompetensi Penyuluh 0,335**


Membelajarkan Petani X33

Kompetensi Interaksi Sosial 0,317*


X34

Keterangan:
** = nyata pada taraf 5 persen
* = nyata pada taraf 10 persen

Gambar 1. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian


dalam Memberdayakan Petani

penyuluh berinteraksi sosial). Koefisien R terhadap pendidikan non formal; dukungan


kuadrat (koefisien determinasi) dari faktor- sistem sosial (khususnya:nilai-nilai sosial
faktor ini adalah 0,826 atau 82,6 persen. budaya; fasilitasi oleh lembaga pemerintah
Artinya, besarnya pengaruh langsung faktor- terkait agribisnis dan dukungan kelembagaan
faktor tersebut secara bersama-sama terhadap agribisnis) dan meningkatkan kompetensi
kemandirian petani beragribisnis adalah penyuluh (khususnya kompetensi penyuluh
sebesar 0,826 atau 82,6 persen. Adapun berkomunikasi; kompetensi penyuluh
sisanya, yaitu 17,4 persen dijelaskan oleh membelajarkan petani dan kompetensi
faktor-faktor lain di luar model. penyuluh berinteraksi sosial.
Faktor-faktor yang berpengaruh dan Faktor-kaktor karakteristik petani
besarnya pengaruh secara sendiri-sendiri (umur, pendidikan formal, pengalaman
(parsial) terhadap kinerja penyuluh pertanian beragribisnis dan luas penguasaan lahan) tidak
memberdayakan petani dilihat dari koefisien berpengaruh signifikan terhadap kinerja
Beta (koefisien regresi yang sudah penyuluh. Artinya, karakteristik petani belum
distandarkan), disajikan pada Gambar 1. berperan terhadap kinerja penyuluh atau
Temuan penelitian ini memberikan implikasi sebaliknya kinerja penyuluh belum
bahwa kinerja penyuluh pertanian dapat memperhatikan (berdasarkan) karakteristik
diperbaiki dengan meningkatkan akses petani petani, kecuali pendidikan non formal. Dalam
Marliati, Sumardjo, Pang S. Asngari, Prabowo Tjitropranoto dan Asep Saefuddin/ 98
Jurnal Penyuluhan September 2008, Vol. 4 No. 2

melakukan pemberdayaan seharusnya penyuluh pertanian; dukungan positif


penyuluh juga memperhatikan karakteristik sistem sosial dan akses petani terhadap
petani seperti usia, tingkat pendidikan formal pendidikan non formal. Kompetensi
dan pengalaman petani. penyuluh yang strategis untuk
ditingkatkan yaitu kompetensi:
Faktor-faktor karakteristik sistem
komunikasi (efektifitas berkomunikasi,
sosial yang lain yaitu: sistem kelembagaan
kemampuan menjalin relasi,
petani; akses petani terhadap tenaga ahli,
menggunakan media komunikasi, dll.);
kelembagaan penelitian dan penyuluhan dan
mengorganisasikan kegiatan belajar
kepemimpinan lokal belum berpengaruh
petani (kemampuan memotivasi,
secara nyata terhadap kinerja pemberdayaan
mengelola kegiatan belajar, kemampuan
oleh penyuluh pertanian. Faktor-faktor ini
menggunakan berbagai metode belajar,
seharusnya juga ditingkatkan untuk lebih
dan lain-lain) dan interaksi sosial
meningkatkan tingkat kinerja penyuluh
(kemampuan untuk diterima masyarakat,
pertanian dalam memberdayakan petani.
kemampuan mengatasi konflik, dll.).
Kompetensi manajerial penyuluh tidak Karakteristik sistem sosial yang strategis
berpengaruh nyata terhadap kinerja penyuluh untuk ditingkatkan adalah adalah: nilai-
pertanian dalam memberdayakan petani. nilai sosial budaya; fasilitasi oleh
Artinya, kompetensi kewirausahaan yang lembaga pemerintah terkait agribisnis,
dimiliki oleh penyuluh pertanian belum akses terhadap kelembagaan agribisnis.
mendukung kinerja penyuluh pertanian. Hal (2) Meningkatkan kinerja penyuluh
ini disebabkan oleh kompetensi wirausaha pertanian dengan meningkatkan kualitas
penyuluh pertanian belum relatif tinggi kerja yang berkaitan dengan tugas utama
(kategori "cukup"). Manajemen yang penyuluh pertanian dalam
dilakukan penyuluh adalah manajemen memberdayakan petani yaitu: (a)
terpusat atau sudah terpola dari pusat. pengembangan perilaku inovatif; (b)
Penyuluh harus mengikuti manajemen yang penguatan partisipasi petani; (c)
sudah ditentukan oleh pihak atas dan terjebak penguatan kelembagaan petani; (d)
oleh perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penguatan akses terhadap berbagai
kegiatan penyuluhan yang seragam, sumberdaya; (e) penguatan kemampuan
terstruktur dan dipertanggungjawabkan sesuai petani berjaringan dan (f) kaderisasi.
dengan ketentuan pihak atas yang lebih Hal ini disebabkan karena, kenyataanya
berorientasi belum kepentingan petani. Di aspek-aspek kinerja penyuluh pertanian
lain pihak, petani memiliki permasalahan dan dalam memberdayakan petani termasuk
kebutuhan yang berbeda-beda, yang kategori “cukup” (relatif belum baik)).
seharusnya perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian
berdasarkan analisis kebutuhan petani. Kesimpulan

(1) Petani berada pada usia produktif dan


Strategi Peningkatan Kinerja Penyuluh pengalaman beragribisnis cukup lama,
Pertanian dalam Memberdayakan Petani namun belum ditunjang oleh pendidikan
formal dan non formal yang tinggi serta
Strategi peningkatan kinerja penyuluh belum didukung oleh luas penguasaan
pertanian dalam memberdayakan petani lahan pertanian yang memadai.
adalah: (2) Tingkat kinerja penyuluh pertanian
(1) Meningkatkan faktor-faktor yang dalam memberdayakan petani relatif
berpengaruh terhadap kinerja penyuluh belum baik (kategori “cukup”), hal ini
pertanian dalam memberdayakan petani, disebabkan oleh faktor-faktor yang
yaitu dengan meningkatkan kompetensi berpengaruh nyata terhadap kinerja
99 Marliati, Sumardjo, Pang S. Asngari, Prabowo Tjitropranoto dan Asep Saefuddin/
Jurnal Penyuluhan September 2008, Vol. 4 No. 2

penyuluh pertanian yaitu: karakteristik Narayan, Deepa. 2002. Empowerment and


sistem sosial (nilai-nilai sosial budaya; Proverty Reduction: a Sourcebook.
fasilitasi agribisnis oleh lembaga Washington, D.C: World Bank.
pemerintah dan akses petani terhadap Sumardjo, Saharuddin, dan, Nuning,
kelembagaan agribisnis) dan kompetensi Kusumowardani. 2003. Pendampingan
penyuluh (kompetensi komunikasi; dalam Rangka Pemberdayaan
kompetensi penyuluh membelajarkan Kelembagaan Lumbung Pangan.
petani dan kompetensi penyuluh (Laporan Akhir). Bogor: Bagian Proyek
berinteraksi sosial), termasuk kategori Pengembangan Ketahanan Pangan
“cukup” dan kompetensi wirausaha Masyarakat Badan Bimas Ketahanan
penyuluh tidak berpengaruh nyata Pangan dan Pusat Studi Pemba-ngunan
terhadap kinerja penyuluh dalam LP-IPB.
memberdayakan petani.
Slamet, Margono. 2003. Pemberdayaan
Masyarakat. Dalam Membentuk Pola
Rujukan Perilaku Manusia Pembangunan.
Penyunting: Ida Yustina dan Ajat
Sudrajat, 45 – 48. Bogor: IPB Press.
Aninomous. 2006. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sajogyo. 1999. Memacu Perekonomian
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan Rakyat. Jakarta: Aditya Media
dan Kehutanan. Diperoleh dari:
http://www.deptan.go.id/bpsdm/penyulu
han/index.htm; Internet; diakses tanggal
3/14/2008.
Ife, Jim. 1995. Community Development:
Creating Community Alternatives-Vision,
Analysis and Practice. Melbourne:
Longman Australia, Pty Ltd.

You might also like