PEMBEBASAN BAGI MEREKA YANG TERTINDAS
(Sebuah Tafsir Terhadap Yehezkiel 34: 1-31)
BABI
PENDAHULUAN
A, Latar Belakang Permasalahan
Dalam sebuah sambutan tanpa teksnya Presiden Megawati menyebut para
birokrat schagai “keranjang sampal”, penjelasannya bahwa beliau mendepet
warisan birorasi masa lalu yang hanya loyal kepada Golongan karya, rakyat jadi
repot apalagi ketika sekarang birokrat dipilah-pilah oleb partai politik, rakyat juga
Jike dilthat dalam kapasitasnya
sebagai pemimpin justru menyerang ditinya sendiri karena beliau yang sepenuhnya
yang susah,' Pemyataan Presiden Megawati
bertanggung-jawab terhadap arsh birokrasi itu sendiri, secara lebih progresif
melakukan perubahan bitokrasi mungkin bisa dimulal dengan mereformasi sikap,
semangat dan pola kerja bitokrasi. Presiden Megawati adalah “pucuk kekuasaan”
tetapi bukan berarti bahwa Kekuusaan itu sepeniihnya berada ditangannya para
birokratlah yang sebenarnya menjadi peniguass mengendalikan otoritas jabatannya
‘Menurut teori Max veber birokrasi bertugas melayani kepentingan rakyat idealnya
birokrasi tak boleh mengambil tindakan yang memihak penguase dengan kata lain
para birokrat harus mempunyai visi tersebut diatas dengan atau tanpa dipengaruhi
penguasa. Tetapi disini ada Kecenderungan mengikuti patron line sudah dari sejak
Jaman kerajaan birokrasi divarnai dengan orientasi keberpihakan disitu ada kolusi,
nepotisme dan korupsi, Bahwa hanya golongan tertentu saja yang bisa hidup
“nyaman” yaitu para penguasa, dan mereka yang “dekat” dengan penguasa. Bukan
FORUM, NotS.24 Februari 2002 "Kerang Serpe Saran Tis” p.12pada visinya bahwa rakyat dilayani melainken rakyat yang harus melayani secara
total, Jika kita lihat sekarang berapa banyak hutang negara yang harus ditanggung
‘oleh rakyat yang rakyat sendiri merasa tidak menikmati itu karena memang banyak
dikorupsi ofeh para pemimpin-pemimpin rakyat ‘Tidak pues hanya dengan
‘melimpabkan utang itu kepada rakyet dalam prokteknya “mereka” sering juga
mengambil apa yang menjadi milik rakyat dalam prakteknya secara kongrit
dilapangan. Schingga dapat dikatakan negara jatuh miskin, namun bukan berarti
semua rakyat Indonesia hidup dalam keprihatinen Karena kenyataannya para
penyelenggara negara kaya-kaya dengan melihat daftar kekayaan mereka menurut
majalah Investor dari sumber berita negara kita akan bertanya-tanya darimana
jumlah kekayean yang begitu banyak itu?. Sudah terbiasa gaya hidup mewah diatas
penderitaan rakyat untck Kembali ke visi awal akan menjadi pekeriaan sulit
waleupun terlihat sederhana dimana kekuasaan itu telah dijadixan alet untuk
menindas. Rakyat tidak menuntut haknya contoh Kongrit yang paling sederhana
untuk membuat KTP jika tidak memakai wang atau “orang dalam” akan menjadi
sulit, Kekuasaan menjadi sumber kekisruhan dan kemiskinan rakyat. lenis
Kekuasaan yang semacam ini seharusnya sudah mosui museum saat proklamasi
kemerdekaan 1945, oamun kenyataannya jenis kekuasean ini yang masih menjadi
\wacara dominan sekarang ini, sctelah seribu tahun lebih. Ada perbedaan yang tegas
ancara_penguast dan yang terkuasai. Yang pertamia sebenamya menganggap yang
Kedua “tidak ada” atau tidak sebanding sebingea dapat diperlakukan dengan
‘semena-mena. Seperti kata Anthony Reid
“The key 10 souk Hast Astan social system was the control of men. Land
was assumed (0 be abundant, ant not therefore an index to power {with the partial
exception of Juava and central Thailand in relatively: modern times]. His this that
distinguishes tractiional south East sian states from feodatones. Society was
iheid together by vertical bonds of obligation between men. The wealth of the rich,
and the power of the strong, lay in the dependent Man .Jand women] power theycould gather around them. For the poor and weak. on the other hand, security and
oppiiriunity dependent upon being bond to someboiy strong enough to look after
them!
Merupalan jenis kekuasaan yang menghisap potensi bukannya menumbuhkan
potensi rakyat melsinkan menghambat rakyat dalam perkembangannya, Dan itu
yang terjadi ketika yang kekuasaan ada ditangan para. feodal
Dalam sejarah perjanjian Lama bangsa Israel dua. kali mengalami
penderitaan di negeri asing, yaitu di Mesir dan di Mesopotamia, Yang perma
diceritakan pada awal Kitab Keluaran, di mana orang Israel pergi ke Mesir dengan
rela karena kelaparan, kemudian dipetbudak, dan akhimya dilepaskan oleh kuasa
Allah. Yang kedua merupakan hukuman Allgh atas dose umat-Nya, dan menjadi
perhatian ufama dalam beberapa Kitab, dan kita akan membicarakan secara khusus
‘Yehozkiel 34 : 1-31 bangsa Israel dibuang ke negeri Bebel [Mesopotamia selatan]
an di sana mereks mengalami kepedihan dan penderitaan”™
Ketika di pembuangan bangsa Israel tertindas secara. ekonomi dan politi
Itetadi ketidakadilan ekonomi dan potitik], yang dilakukan oleh Penguasa
sebagian besar rakyat ‘kesakiten’ dan ‘kelaparan’ (Hidup dalam kemiskinan]
Kemiskinan dalam Kitab Suci merupakan kategori sosiotogis juga. Yang tidak
dapat hanya didefinisikun menurut pengertian ekonomis semata-mata, Dimana
‘orang-orang miskin tenitama dalam scjarah perjalanan Bangsa Israel khususnya
Ketika mereka di pembuangan adalah sekelompok orang yang tertindas dalam
kkonflik, orang yang diangwap rendeh, tidak mampu menuntut agar hak-haknya
dihormati, schingga ada suatu kerinduan akan masyarakat yang bebas, bersaudara,
penguasa yang tidak bersifat memeras yang tidak hanya memikirkan
epentingannya sendiri melainken menempatkat dit sebagai Pemimpin yang
bertanggung. jawab atas rakyatnya [ metaphor Gembala yang tidak pemah
| Anthony Reid, Slavery, “Bamdago and Dependency fa soth Kast Asia” 1983, 98
"De David L. Baker. “Mar Mengenal Peranyien Lama,” Cetekan ke-5, 3994, p, 108meninggalkan domba-dombanya dalam situasi bageimanapun juga] Memang
dalam hal ini Bangsa Israel menyadari bahwa penderitasn itu terjadi atas hukuman
Allah atas UinatNya yang disebabkan olch dosa nenek moyang mereka ada sebuah
pperibahasa yang mengarah kearah itu dan disebut-sebut pada waktu itu, "Ayah-ayah
‘makan buah mentah dan gigi anak-anaknya meniadi ngilu” [Yeh 18 : 2] tentu ada
uunsur kebenaran dalam peribahasa tersebut Karena pembuangan memang
‘merapakan hukuman ates dosa umat Allah secara keseluruhan, Namun demikian,
setiap orang harus mempenanggungiawabkan perbuataninya sendici kepada Allah
[Yeh 18 : 33] termasuk para pemimpin yang tidak bertanggungjawab. Lalu apakah
masih ada masa depan begi Bangsa Israel? Bagi Yehezkiel masa depan adalah
penuh pengharapan Dia menyampaikan janji Allah tentang pembaruan hati manusia
[Yeh 11 17-20}, gembala yang baik [Yehezkiel 34]
Kita sebagai bangsa Indonesia juga merasakan hal yang kurang-lebih sama
dengan yang dialami oleh Bangsa Israel mempunyai pemimpin yang tidak
bertanggung-jawab alas nasib rakyainya sehingga banyak daerah yang ingin
‘memisahkan diti dan ingin membentuk pemerintahar: sendiri_ Karena merase tidak
dipeslakukan secara adil oleh sang penguasa/pemimpin, suara-suara meroka yang
menywarakan tentang kesakitan, kelaparan, Keterasingan dipengungsian hanya
merupakan angin lalu yang tidak mendapat perhatian Khusus dari pemimpinnya
Dimana-mang. terjadi kerusuhan yang memakan banyak Korban contoh Konkrett
kasus Poso, Ambon dan berbagai tempat lainnya menghasilkan kemiskinan
mergjalela kemiskinan dari perspektif ckonomi, juga sosial (Janpa status di
pengungsiaa terlunte-lunta}. juga ‘Kemiskinan’ moral dan spritualitas,
Ketika sang penguasa menginjak-injak hak dari siimiskin, si lemah, si
pesakitan dan si....yang tertindas lainnya, itulah penindasan. Kehidupan manusia
tidak akan luput dari kata itu. Bahkan kehidupan manusia lekat dan akrab dengan
kata “penindasan” karenia dalam struktur sosial yang ada di masyarakat membuat
pengkotak-kotakkan golongan afas dan bawah kemudian ada juga penguasa danyeng dikunsai, penguasalpemimpin yang mempunyat wewenang untuk mengatur
Kehidupan mengatur kehidupan manusia, yang menguasai kehidupan menusia
sebagai sovok sosial yang hidup ditengah masyarakat, Penindasan bukan kata vang
asing lagi bagi manusia dan bukan juga “keta” yang hanya didominasi oleh para
enguas2, tetapi juga oleh mereka yang “merasa mempunyai kuasa” dan itu bisa
siapa saja
‘Yehezkiel adalah salah scorang dari nabi-nabi yang dipakai oleh Tuhan
untuk bernubuat bagi bangsa Israel selaku umat pilihan Tuhan, Tugas Yehezkiel
‘menyajikan amanat dengan mana dia mencoba membangun sisa bangsa itu sebagai
tumat Allah, Atau dapat dikatakan secara keseluruhan kitab Yeherkiel adalah firman
Allah, Kepada sisa bangsa Israel yang berada dalam pembuangan. Yeherkiel
memusatkan hampit seluruh peshatiannya untuk menelanjang Kejahatan
bangsanya, tanpa ampun dia mennding dosa-dosa mereka, menyorotinya dan
mengucapkan hukum Allah terhadap mereka, dengan memakai perumpamaan-
crumpamaan, pidato yang berapi-api, tindekan-tindakan yang berupa lambang.
Yeherkicl 341-31 merupakan perumpamaan/metafor“Tuhan, gembala israel yang
baik, melawan gembala-gembala yang jahet.” Nubust ini juga masih dalam konteks
pembuengan dimana menurut catatan jabatan Yehezkiel selama 25 tahun di Babel
di tengah bangsa tsrael dipembuangan
Dalam hal ini penulis ingin solider dengan mereka yong tertindas melalui
swat minat untuk memsparkan, menafsitkan dimensi penindasan dan figur
pembebas.penindasan yang dinubuatkan oleh nabi Yehezkiel. Kenyataannya
‘memang bukan pekerjzan yang mudah untuk meniadakan penindasan yang sudah
menjadi bagian dari kehidupan manusia dalam berhubungan satu sama lain, Tetapi
dari hasil penafsiran penulis mengharapkan dapat membcrikan Kontribosi terhadap
peniadaan penindasan disekitar kitaPERMASALAHAN
‘Yehezkiel memakai metafor Tuhan adalah gembala yang baik dan para
penindas sebagai gembala yang jahat. Secara tajam dapat dikatakan para gembala
‘yang menjadi penindas menginjak-injak dengan kekerasan dan kekejanan terhadep
domba-domba yang sangat tergantung kepada mereka. Tidak berbeda jauh dengan
realita yang ada di “lapangan”. Sekarang, penindasan dilakukan oleh mereka yang
berkuasa yaitu para pemimpin cakyat atau dari kalangan rakyat yang “merasa
mempunyai ‘kuasa” Mungkin tidak berbeda jauh dengan penindasan yang.
dimaksud oleh Yehezkiel, bukan hanya dilakukan oleh gembela-gembala selaku
pemimpin tetapi juga dilakukan oleh domba-domba selaku yang dipimpin
Adapun permasalahan-permasalahan yang aken diangkat kepermukaan
‘dapat dirumuskan dengan pertanyaan-pertanyaaan sebagai berikut:
1, Untuk apakah seberamya metaor disk dean kortess Bangs le! Ket borada ei pertuangan
ade wakiuin?
2. Welauimetafori apa den bagainana sesungouhiye oenindeson meniritYerexke
3. Bagsimana pemaraman Yehezie tentang Tuan sebogai Four gems yen bak yang fdek menindas
ancy mongataspenndascn?
4, Bagaimana elevansinya bag Lonsks indo? Korobusl apa yang dlaaatan uk menidekan
au meminmalten pesindasan yang trad seeking kita?
C.Alasan Pemilihan Judul
Judul yang dipilib penulis adalat
* Pembebasan Bagi Mereka yang Tertindas”
[Sebuah Tefsir Terhadap Vehenkiel 34 : 1-31]
‘Adepun judul dari bagian kitab Yehezkicl ini dipilih dengan alasan
1. Di dalam metafor [Yehezkiel 34 - 1-31] tersirat suatu sisi realita kehidupan
dalem hubungan antare manusia dengan manusia lainnya, yang ternyata
manusia mempunyai kecenderungan untuk menindas sesamanya, perumpameangembala dan domba mungkin mengacu pada hal itu ? memang sulit untuk dicari
lasainya tetapi itulah faktanya, Jika kita melihat yang terjadi dalam konteks
Indonesia merupakan keprihatinan kita bersama karena yang merasakan adalah
kita sendin dan juga saudara-saudara kita. Karena ulah para penguasa yang
melegitimasi Kekuasaannya rakyat menderita, kemiskinan, keleparan,
kketerasingan dan kehilangan [kehilangan rasa aman, terlindungi dan secara
kongrit bahkan banyak yang kehilangan keluarga).
Di dalam kesesakannya, mereka yang tertindas berseru memohon uluran
fangan-tangan uniuk membebaskan dan mengangkat mereka dari golongan
penguasa yang sudah menjadi bagian dari sistim yang menindas itu tereugah
atau tergerak hatinye untuk menyambut uluran tangan mereka yang tertindas!
Cukup sulit untuk mencari figur yang pemimpin/penguasa yang sekaligus
hakim yang adil dan penuh kasih yang oleh Ychezkiel digamberkan sebagai
gembala yang melepaskan domba-dombanye dari tangan binotang-binatang
buas dan mencari dombe yang tercerai dari kawanan dombanya. Karena itu
Allahlah figur yang tepat yang mengatasi perindasandan_membebaskan
mereka yang tertindas. Dibutuhkan seoreng pemimpin yang bukan hanya
sekedar memimpin tetapi juga ada dipihak mereka yang tertindas. Itw juga
yang dibutuhkan oleh bengsa Indonesia dewasa ini, dimana si miskin,. si
pesakitan tidak ditemparkan sebagaitnana mestinya selaku manusia seutuhnya
yang juga mempunyai suara dan hak yang sama dengan yang. lain,
Kenyataannya begitu sulit bagi mereka untuk berperkara bahkan untuk sekedar
‘mempertahankan apa yng menjadi haknya,
Terkandung suatu “hikmat” dalam metafor ini yang mengajek kita untuk
berkaca dan melihat diti kita sendiri dan jujur terhadap apa yang nampak, di
pihak manakah kita, sebagai si ponindas atau yang tertindas, Yehezkiel 34 :1-31
adalah realita yang terjadi pada bangs Israel selama mereka dipembuangan.
Dan mubuat dari nabi Yehezkic! ditujukan bagi bangsa Israel juga bangsa-bangsa di sekitamya. Jika ditarik pada zaman ini masih cukup relevan untuk
‘mengeelitik nurani terdalam kita
5, Terkandung maselah ekseyetis yang sanyat menarik untuk dikaji dalam
pengenalan akan Allah sebagai pembebas bagi mercka yang tertindas , dan
pemahaman akan penindasen itu sendiri dan asnek-aspek yang melingkupinya,
D. METODE PEMBAHASAN
Sebual tafsir terhadap Yeherkiel 341-31, dengan menggunskan penelitian
literer sastra, berangkat dati sudut pandang sosial dan orang yang tertindas
Pendekatan tethadap teks ity sendiri dengan memperhatikan realita sasta yang
‘erkandung didalamnya, Melihat Yehezkiel 34:1-31 sebagai nubuat yang, juga
‘merupakan perumpamaen yang didalamnya dipakai banyak metafor:gembale,
domba dsb, Paul Ricoeur menguraikan pendangannya pertama, bahwa metafor
termasuk dalam semantik suaty makna, baru kemudian schayai suatu semantik
suam kata, dengan kata Tain konteks, hubungan dari selurah kats-kata didalam
suatu makna, itulah yang membuat sesvatu menjadi metafor dan bukan penggumaan
kata dalam rangka gembaran tertentu, Kedua, metafor tidak berdixi sendiri,
melainken berfungsi didaiam suatu proses pemahaman, ketige metafor
mengundang saya untuk melihat sesuatu yang baru, melihat sesuatu yang tadinya
saya kira sudah saya ketabui, tetapi rupanya lain juga. Keempat, Melalui proses
Pemahaman dapat dapat menuju pada makna yang baru dengan jalan
mempertemukan makna-inakns yang sudsh ada datam suatu hubungan yang tidak
iduga sebelumnya Konsekuens! pertama metafor tidak dapat digantikan, kita
dapat menetangkannya, tetapi kita tidak dapat menghilangkan atau mendiamkan
etegangan suatu metafor, kousekwensi kedua, metafor tidak hanya. berfungsi
sebagai pemuas emosi melainkan merupakan pembawa informasi yang baru’,
Merafor dapat dikatakan sebagai ciri khas perumpamaan tetapi bukan jugn penghias‘yang baru dimengerti ketika diisi dan digantikan kata yang lain karena dengan cara
itu ita tidak akan mendapatkan makna yang sebenamya, Karena apa yang,
dikandung oleh metafor telah digansskan oleh sesustu yang tidak tepat. Penyusun
akan mencoba memandang Alkitab dan dipelajari sebagai sebuah karya sestra yang
bisa memungkinkan pembaca mengalami suatu “pengalaman yang hidup” dari
sejarah ketika ia membaca Alkitab.
Keberagaman metode tafsir Alkitab menyadarkan kita akan kekayean
makna firmanTuhan, Sepenuhnya karya manusia yang mencrima wahyu Bahi yang
“hidup” seperti yang dikatakan Ricoeur mengikuti pikiran Ditthey maka dalam
‘menafsir tidak berhenti haniya pada “menjclaskan” teks-icks tersebut, tetapi harus
masuk dalam “interpretasi” atau pemberian makna yakni suatu “‘percakapan” yang,
“selalu hidup” dengan teks itu berarti tidak pernah mengenal Kuta “berakhir”,
“berhenti” "jenuh”, atau “hanya satu metoda™,
Kotika kita membaca atau mendengar keta rnubuat kita sclaiu berpikir
‘entang ramalan yang akan datang tak kita sadari bahwa Nabi itu hidup dan bekerja
pada masanya dan tentunya menyikepi penyimpangén-penvimpangan teu
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tasanys, penyuson melihat hal itu trdapat
dalam Yehezkiel 34 :1-31.Adapun bentuk nubuet itu ada. bermacam-macam
misalnya puisi walaupun puisi yang dimaksud bukanlah puisi dalam pemahaman
formal yang Kaku yang tersusun rapi dengan ukuran yang tepat dan puisi yang
dimaksud disini juga tidak memiliti persamaan bunyi namun demikian bentuknya
puitis dan karena itu untuk memahatni pesan dari para nabi dengan benar harus
diperhatikan karateristik: puisi, pertama-tama puisi tidak terikat dengan ketepatan
arti puisi berusaha menghadirkan masalah-masalah seeara tajam sehingga jelas
‘mana hifam dan mata yang puiih davipeda memperdebaikan sebuah masalah yang
“ GEMA, Duta Wacene, Talo Nasi, "Mala Pevunpamaan” Oleh HC. Wetkamp, No 4, thin
1991, Youyakarta, 101
2 Forum BIBLIKA, No 8.1988, O.Aitonan, Pngantar: Keragaman Afotode Tafsir, poseolah-olah bersifat abu-abu (antara hitam dan putih) Konsekuensinya bahasanya
sering kali terang-terangan dan tanpa kekangen
Tepatnya sebuah pidato yang puitis dengan memakai banyak metafora
bontuk yang bisa kita lihat dari Vehezki! 34 1-31 ini. Veherkiel sebagai penyair
memang harus menggunakan metafor untuk masuk Kedaeroh yang tidak dikenal
sepeni misalnya cinta dan keprihatinan, sukacita dan kesedihan, ketakwian dan
harapan, dimana dari sejumlah Kecil hurufhuruP kita dapat membuat banyak kata-
kata, namun pada akhimya jumlah kota-kata it terbotas, Padahal ede banyak hal