You are on page 1of 45

PRAKTIKUM ANALISA SISTEM INSTRUMETASI

ANALISA KARAKTERISTIK DINAMIS RESPON WAKTU


Aningdyah Maulya Sandhi1, Prisma Megantoro2
Prodi D3 Metrologi dan Instrumentasi, Sekolah Vokasi,Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, Indonesia
Sekip Utara PO BOX BLS.21 Yogyakarta 55281, Indonesia

Email: 1aningdyah.maulya.s@mail.ugm.ac.id , 2prisma.megantoro@giz.de

Abstrak. Telah dilaksanakan praktikum Analisa Sistem Instrumentasi dengan judul Analisa
Karakteristik Dinamis Respon Waktu dengann menggunakan sensor LM35 dimana pada
praktikum kali ini dilakukan dengan dua benda yaitu dengan menggunakan korek api dan
lampu, pada korek api dianalisa dengan cara konveksi dan konduksi dimana konveksi nyala
api tidak menyentuh sensor, sedangkan konduksi hanya sumbu korek yang telah dipanaskan
disentuhkan pada sensor. Dan untuk lampu yaitu menggunakan analisa LDR. Kesimpulan
yang dapat diambil dari percobaan yang telah dilakukan yaitu respon waktu kenaikan pada
grafik konduksi dan konveksi pada sensor LM35 mengalami kenaikan secara respon system
orde I karena terjadi kenaikan yang merata hingga menunggu konstan kembali. Sedangkan
respon waktu pada sensor LDR terjadi kenaikan respon system orde 0 karean kenaikan atau
penurunan terjadi secara drastis dan langsung konstan.Respon waktu yang dibutuhkan
dalam kenaikan pada sensor LM35 yang dilakukan secara konduksi dibutuhkan waktu
beberapa detik untuk mencapai konstan kembali dan kenaikan secara konveksi dibutuhkan
waktu 6-10 detik. Sedangkan pada sensor Ldr respon waktu yang dibutuhkan dalam
kenaikan atau penurunan dibutuhkan waktu 0-1 detik karena perubahan cahaya terjadi
secara langsung dan drastic. Perubahan waktu dan lingkungan sangat mempengaruhi pada
karakteristik dinamis suatu sensor.

Keyword: LM35, Karakteristik Dinamis.

A. Pendahuluan dari energi yang diubah yaitu bertujuan menunjang


kenerja.
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi sangatlah pesat, terutama dibidang Sensor suhu adalah alat yang digunakan untuk
teknologi elektronika yang sangat mempengaruhi mengubah besaran panas menjadi besaran listrik
kehidupan masyarakat untuk bisa lebih maju dan yang dapat dengan mudah dianalisis besarnya. Ada
praktis dengan kemajuan zaman yang menuntut beberapa metode yang digunakan untuk membuat
tiap pribadi manusia agar bekerja secara efektif sensor ini, salah satunya dengan cara
dan seefesien mungkin. Salah satu teknologi menggunakan material yang berubah hambatannya
elektronik yang sangat berperan besar dalam terhadap arus listrik sesuai dengan suhunya.
kehidupan manusi yaitu listrik dan sensor dimana Kalibrasi pada umumnya merupakan proses untuk
listrik adalah rangkaian yang sangat berhubungan menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu
dengan adanya aliran muatan listrik. kemudian perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran
sensor berfungsi sebagai pengolah variasi gerak, dari standar yang digunakan dalam akurasi
panas, cahaya atau sinar, magnetis, dan kimia tertentu. Setiap sensor membutuhkan uji kalibrasi
menjadi tegangan serta arus serta berfungsi sebagai atau proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat
alat untuk mendeteksi dan untuk mengetahui ukur sesuai dengan rancangannya. Oleh karena itu
amgnitude. Bentuk perubahan pada sensor yaitu karakterisasi sangat diperlukan sehingga dapat
merubah suatu energi kedalam bentuk energi lain, mengetahui apakah sensor tersebut layak pakai
atau mempunyai tingkat presisi yang tinggi dalam Dan penelitian yang dilakukan oleh Heny
membaca besaran suhu. Johan tentang Sebuah penelitian dengan tujuan
untuk memperoleh gambaran mengenai model sscs
Sensor suhu LM35 berfungsi untuk
mengkonversi besaran suhu yang ditangkap problem solving untuk meningkatkan kemampuan
menjadi besaran tegangan. Sensor ini memiliki mahasiswa dalam merumuskan dan memilih
presisi tinggi, sangat sederhana dengan hanya kriteria pemecahan masalah pada konsep listrik
memiliki buah 3 kaki. Dari Sensor tersebut dinamis. Penelitian ini menggunakan metode kuasi
praktikan melakukan analisa berupa hasil eksperimen dengan desain“The randomized
konduksi, konveksi, dan LDR dimana konduksi Pretest-Posttest control group design” yang
dan konveksi menggunakan korek api serta sensor
dilaksanakan di semester dua program studi
LM35 dan LDR dengan menggunakan cahaya
flash pada Hp. pendidikan fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Bengkulu.
B. Literatur Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan tes awal dan tes akhir. Berdasarkan
Untuk menunjang dalam kemudahan dalam hasil analisis data diperoleh rata-rata N gain
penulisan pembuatan laporan ini, praktikan kemampuan merumuskan masalah adalah 0,55 dan
mencari referensi dari beberapa penelitan rata-rata N-gain kemampuan memilih pemecahan
diantaranya: masalah adalah 0,43. Hasil analisis menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan signifikan
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Hantono kemampuan mahasiswa dalam merumuskan dan
Jurusan Fisika Universitas Indonesi mengenai memilih pemecahan masalah konsep listrik
pengukuran beban kendaraan saat ini mengarah dinamis pada kelas eksperimen yang menggunakan
pada penentuan beban secara berjalan atau yang model sscs problem solving.
lebih dikenal dengan Weight In Motion (WIM).
Metode tersebut cukup membantu terutama selain C. Dasar Teori
menjaga keamanan berlalulintas sekaligus
mengurangi kemacetan. Namun disisi lain akurasi Sensor suhu IC LM 35 merupkan chip IC
masih menjadi kelemahan pada teknologi ini. Sisi produksi Natioanal Semiconductor yang berfungsi
kelemahan ini diantaranya berasal dari pengaruh untuk mengetahui temperature suatu objek atau
dinamik kendaraan yang menyebabkan respon ruangan dalam bentuk besaran elektrik, atau dapat
yang berbeda tiap kali terdapat kendaraan melintas juga di definisikan sebagai komponen elektronika
dengan kecepatan berbeda. Pada tulisan ini telah yang berfungsi untuk mengubah perubahan
dilakukan pengukuran karakteristik dinamik sensor temperature yang diterima dalam perubahan
beban berbasis serat optik yang dibuat oleh Pusat besaran elektrik. Sensor suhu IC LM35 dapat
Penelitian Fisika LIPI. Hasil percobaan mengubah perubahan temperature menjadi
menunjukkan waktu tanggap (waktu naik sensor) perubahan tegangan pada bagian outputnya. Sensor
dalam kisaran orde detik jika dilakukan suhu IC LM35 membutuhkan sumber tegangan DC
pengukuran dalam kondisi statis. Padahal +5 volt dan konsumsi arus DC sebesar 60 µA
pengukuran beban kendaraan berjalan output dalam beroperasi. Bentuk fisik sensor suhu LM 35
sinyal memiliki lebar pulsa dalam orde milidetik merupakan chip IC dengan kemasan yang
sehingga apabila sensor digunakan untuk berfariasi, pada umumnya kemasan sensor suhu
pengukuran beban kendaraan berjalan belum LM35 adalah kemasan TO-92 seperti terlihat pada
mencapai kondisi steady. Hasil kajian ini gambar dibawah.
diharapkan memberikan rekomendasi untuk
menentukan kompensasi perhitungan berat
kendaraan dari variabel kecepatan pada software.
 Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
 Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60
µA.
 Memiliki pemanasan sendiri yang rendah
(low-heating) yaitu kurang dari 0,1 ºC
pada udara diam.
 Memiliki impedansi keluaran yang rendah
yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.
 Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ±
¼ ºC.

Karakteristik dinamik suatu sistem atau


instrumen menyatakan perilaku respons sistem saat
transien (untuk input step) dan perilaku sistem jika
mendapatkan input yang berubah-ubah.
Karakteristik dinamik sistem instrumentasi
Gambar 1.1 Sensor LM35 pengukuran dapat menyebabkan kesalahan
pengukuran, yang terjadi saat transien atau jika
Sensor suhu LM35 memiliki parameter bahwa
yang diukur adalah sinyal yang berubah terhadap
setiap kenaikan 1 ºC tegangan keluarannya naik
waktu (sinyal dinamis). Karena itu pada umumnya
sebesar 10 mV dengan batas maksimal keluaran
sistem proses dalam keadaan start-up mempunyai
sensor adalah 1,5 V pada suhu 150 °C. Misalnya
sistem monitoring dan pengontrol yang terpisah
pada perancangan menggunakan sensor suhu
dari saat sistem dalam keadaan operasi. Hal yang
LM35 kita tentukan keluaran adc mencapai full
terkait dengan perilaku sistem dalam keadaan
scale pada saat suhu 100 °C, sehingga saat suhu
transien disebut dinamika dari sistem Dinamika
100 °C tegangan keluaran transduser (10mV/°C x
instrumen/sistem dinyatakan sebagai “orde”, yang
100 °C) = 1V.
diturunkan dari hubungan matematis antara output-
Meskipun tegangan sensor suhu LM35 ini input.
dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan
Macam “orde” instrumen: Instrumen orde
kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat
nol Instrumen orde satu Instrumen orde dua
digunakan dengan catu daya tunggal dengan
Instrumen orde tinggi Orde instrumen
ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus
berpengaruh pada respons instrumen tersebut jika
sebesar 60 µA hal ini berarti LM35 mempunyai
diberi input, baik input step, input fluktuasi
kemampuan menghasilkan panas (self-heating)
deterministik atau input random.
dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan
pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5 ºC Karakteristik dinamik dapat dinyatakan
pada suhu 25 ºC . sebagai respon sistem pada saat transien pada input
konstan diberikan input yang berubah terhadap
Berikut Ini Adalah Karakteristik Dari Sensor Suhu
LM35. waktu. Karakteristik dari “orde instrumen”
Instrumen orde nol dikarakterisir oleh sensitivitas
 Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor
skala linier antara tegangan dan suhu 10 = K (perbandingan output-input). Instrumen orde
mVolt/ ºC, sehingga dapat dikalibrasi satu dikarakterisir oleh sensitivitas (K) dan
langsung dalam celcius. konstanta waktu (τ). Instrumen orde dua
 Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi dikarakterisir oleh sensitivitas dan dua macam
yaitu 0,5 ºC pada suhu 25 ºC . konstanta waktu (τ1 dan τ2 ) atau frekuensi natural
 Memiliki jangkauan maksimal operasi (ωn ) dan perbandingan redaman (ξ). Instrumen
suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC.
orde tinggi dikarakterisir seperti pada instrumen sistem adalah eo = K α t1 , atau eo /K = α t1 tetapi
orde nol, orde satu atau orde 2 ditambah dengan kenyataanya eo /K = α (t1 – τ). Jadi pada t = t1
waktu mati. terjadi kesalahan respons sebesar ∆ eo = α τ Input
ramp terjadi pada saat “start-up” dari suatu sistem
Respons instrumen pada saat transien (untuk proses atau sistem lainnya, karena itu sistem
input konstan). Instrumen orde nol, respon kontrol pada saat start up dibedakan dengan saat
instrumen persis seperti inputnya. Instrumen orde operasi, yaitu saat telah dicapai keadaan steady
satu, respons instrumen perlu waktu untuk dari sistem.
mencapai keadaan steady (harga konstan). Sistem
orde dua, menghasilkan overshoot. Sistem orde Sistem Orde I tipe satu yaitu instrumen yang
tinggi sistem tidak merespons sebelum waktu mati mempunyai karakteristik dinamik orde I tipe satu
terlewati. Efek dinamik pada keadaan steady state adalah sensor piezoelektrik. Bahan piezoelektrik
untuk input konstan. Untuk instrumen dengan mempunyai sifat: Jika dimensi benda berubah,
semua orde, memberikan harga respons (output) maka muatan listrik yang dapat tersimpan di dalam
yang juga konstan, dimana harga respons (eo ) bahan akan berubah Jika muatan listrik dalam
sama dengan perkalian antara sensitivitas (K) dan bahan, maka dimensi benda berubah . Arus listrik
input (ei ) eo = K ei adalah perubahan muatan listrik persatuan waktu:
Pada bahan piezoelektrik yang dihubungkan dalam
Parameter yang terkait pada sistem dinamis rangkaian tertutup, akan muncul arus listrik icr,
yaitu waktu settling (settling time): waktu yang jika dimensi bahan berubah oleh suatu sebab.
diperlukan supaya harga respons sistem mencapai
kesalahan 5% dari harga steady state. Waktu mati D. Metode Penelitian
(dead time): waktu yang diperlukan sistem untuk
mulai merespons diukur terhadap saat input yang Penelitian ini dilaksanakan pada hari Kamis,
diberikan. Konstanta waktu (time constant): 24 Maret 2017, di laboratorium 118 Metrologi dan
Instrumentasi UGM. Alat dan bahan yang
parameter pada sistem orde I, yang tergantung
digunakan dalam melakukan percobaan adalah
pada parameter fisik sistem (pada sistem termal. sensor LM35, LDR, Laptop, Arduino Kit, Korek,
Waktu naik (rise time): waktu yang diperlukan dan Flash lampu dari Hp. Percobaan kali ini
oleh sistem suaya harga responsbya naik dari 5% dilakukan dengan menggunakan metode langsung.
sampai 95% harga steady state. Data yang diambil yaitu merupakan data Konveksi
dan Konduksi daro Koerk api dari masing masing
Sistem orde Nol yaitu sistem yang respons analisa dilakukan percobaan sebanyak 3 kali
dinamik nya dapat diabaikan, sehingga jika sedangkan untuk LDR atau sensor cahaya hanya
dilakukan sebanyak satu kali saja. Untuk
mendapatkan input akan langsung respons seperti
memperlancar praktium kali ini dibawah ini
yang diharapkan. Sistem orde nol adalah sistem merupakan skema praktikum analisa karteristik
teoritis, karena tidak akan terjadi pada situasi rieel. statis dengan menggunakan sensor tegangan
Persamaan sistem orde nol adalah: eo = K ei CR5310.
Dikarakterisir oleh parameter sensitivitas saja (K).
Jika respons transien tidak menjadi perhatian,
maka suatu sistem dinyatakan sebagai sistem orde
nol.

Respons Sistem Orde I tipe nol untuk input


Ramp. Respons sistem ini untuk input ramp
mempunyai keterlambatan respons selama τ .
Artinya pada suatu waktu t = t1 input yang masuk
pada sistem seharga ei1 = α t1 , seharusnya output
Gambar 2.1 Skema Percobaan dengan Dari grafik flowchart diatas dapat dijelaskan
Menggunakan Sensor LM35 bahwa pada deklarasi data terdapat fungsi r yaitu
sebagai range untuk penunjukan data yang akan
dihasilkan dalam grafik. Fungsi num2str yaitu
mengubah number ke string, dan kemudian
dikonversi pada number ke string.

E. Hasil dan Pembahasan

Telah dilaksanakan praktikum Analisa Sistem


Instrumentasi dengan judul karakteristik dinamik
respon waktu yang bertempat di Lab SV 118
Universitas Gadjah Mada. Pada praktikum kali ini
alat dan bahan yang digunakan yaitu Arduino Kit,
Gambar 3.1 Skema Percobaan dengan Laptop, Sensor LM35 dan Sensor LDR. Gambar
Menggunakan Sensor LDR 2.1 dan gambar 2.3 merupakan skema percobaan
pada praktikum Analisa Karakteristik Dinamik
respon waktu. Dimana pada percobaan kali ini
dilakukan dengan menghasilkan 1000 data dimana
Dan untuk menjelaskan secara terperinci dengan 3 metode, metode yang pertama yaitu
yaitu dijelaskan dalam bentuk flowchart dibawah konduksi, koknveksi dengan korek api serta LDR
ini: dengan lampu flash. Dengan menghasilkan output
grafik. Untuk mendapatkan sebuah hasil tersebut
praktikan mengolah data dengan menggunakan
matlab yang terdspat pada lampiran. Dan sudah di
jelaskan diatas bahwa pada percobaan kali ini
menggunakan dua buah sensor yang berbeda yaitu
sensor LM35 dan LDR untuk sensor LM35 yaitu
dengan menggunakan dua metode yaitu konveksi
dimana sensor didekatkan dengan sumber api
secara langsung untuk beberapa menit dan untuk
konduksi yaitu dengan cara memanaskan besi pada
sumber api kemudian baru didekatkan dengan
sensor secara langsung. Utnuk sensor LDR yaitu
dengan menggunakan lampu flash pada hp dengan
di darahkan pada sensor LDR. Dari hasil
persamaan tersebut praktikan dapat mengetahui
nilai dengan matlab, dan syntax pada codingan
matlab mempunyai fungsi masing-masing , untuk
itu berikut penjelasan dari syntax yang digunakan
di matlab:

o xlsread(.....) untuk mengimport data dari


Ms. Excel (data excel tersebut harus satu
folder dengan data matlab).
o [baris,kolom] = size(data) Untuk
mengetahui jumlah baris dan kolom
dapat digunakan syntax
o n_data = baris*kolom untuk mengetahui
Gambar 2.2 Flowchart Jumlah data
o n=1:n_data merupakan seluruh data dari
yang pertama sampai data terakhir
o Maks = max(data);median =
median(data); min = min(data);
jumlah_data= sum(data); rata_rata =
mean(data); stdev = sqrt(rata_rata/
(n_data) Untuk menentukan nilai
maksimum,nilai tengah, minimum,
jumlahdata, rata-rata dan standart
deviasi
o data(:) untuk membuat data menjadi
satubaris
o figure(‘Name’,’.......’) untuk
memberi nama pada tampilan setelah
dirun
o title untuk memberi judul padagrafik Grafik 1.2 Grafik Konveksi 2
o xlabeluntukmemberiketeranganpadasum
bux
o ylabeluntukmemberiketeranganpadasum
buy
o fprintf untuk menuliskan persamaan
fungsi f(x) dari data p di command
window
o plot untuk memplot grafik dari data x
dan y
o histfit(data1);artinya membuat grafik
distribusi normal.
Untuk metode konveksi yaitu awal mulanya
siapkan alat dan bahan kemudian siapkan sensor Grafik 1.3 Grafik Konveksi 3
yang akan dibakar dengan korek api, kemudian
korek api dinyalakan kemudian dikenakan pada
sensor tapi tidak menyentuh hingga beberapa
menit hingga didapatkan hasil yang konstan
dengan sampling 1000 di lakukan sebanyak 3 kali.
Dan dari metode tersebut didapatkan hasil grafik
sebagai berikut :

Grafik 1.1 Grafik Konveksi 1

Berdasarkan gambar diatas yaitu Grafik


Curve Fitting Konveksi 1, 2, dan 3. Dapat terlihat
bahwa garis lurus berwarna merah diantara titik o
biru merupakan curve fitting. Sedangkan titik o
biru merupakan data pengujian pada saat terjadi
kenaikkan. Dari data diatas dapat dilihat bahwa
hasil pengukuran data secara diambil dari data-data
pada saat mengalami kenaikan, sehingga pada
pengukuran pada beberapa waktu tertentu terjadi
kenaikan secara orde 1 hingga mencapai kenaikan
puncak dan mengalami konstan kembali. Pada
konduksi 1 terjadi kenaikan dari tegangan 0,33 –
0,375 V dan kenaikan sangatlah konstan. Pada
konduksi 2 terjadi kenaikan dari tegangan 0,34 – Grafik 2.1 Grafik Konduksi 1
0,42 Vdan tegangan yang dihasilkan sangatlah
konstan. Pada konduksi 3 terjadi kenaikan dari
tegangan 0,34 – 0,4V dan data yang dihasilkan
sangatlah konstan

Nilai persamaan linear yang didapatkan


pada konduksi 1 seperti yang ditunjukkan sebagai
berikut

f(x)= 0.33203x^2+0.33203x+0.33203

Pada nilai persamaan linear yang didapatkan pada


konduksi 2 seperti yang ditunjukkan sebagai
berikut Grafik 2.2 Grafik Konduksi 2

f(x)= 4.3033x^2+4.2899x+4.2945

Pada nilai persamaan linear yang didapatkan pada


konduksi 3 seperti yang ditunjukkan sebagai
berikut

f(x)= -40.2164x^2+-39.542x+-39.542

Untuk metode konduksi yaitu awal


mulanya siapkan alat dan bahan kemudian siapkan
sensor yang akan dipanaskan dengan korek api,
kemudian korek api dinyalakan kemudian
dimatikan dan langsung ditempelkan dengan Grafik 2.3 Grafik Konduksi 3
sensor sampai menyentuh langsung hingga
beberapa menit hingga didapatkan hasil yang
konstan dengan sampling 1000 di lakukan
sebanyak 3 kali. Dan dari metode tersebut
didapatkan hasil grafik sebagai berikut :
Untuk metode LDR yaitu awal mulanya
siapkan alat dan bahan kemudian siapkan sensor
yang akan diterangi dengan flash hp dimana pada
pengambilan data flash di kenakan pada sensor
kemudian dijauhkan hingga menghasilkan 3 data
hasil dengan sampling 1000. Dan dari metode
tersebut didapatkan hasil grafik sebagai berikut :

Berdasarkan gambar diatas yaitu Grafik


Curve Fitting Konveksi 1, 2, dan 3. Dapat terlihat
bahwa garis lurus berwarna merah diantara titik o
biru merupakan curve fitting. Sedangkan titik o
biru merupakan data pengujian pada saat terjadi Grafik 3.1 Grafik LDR
kenaikkan. Dari data diatas dapat dilihat bahwa
hasil pengukuran data secara diambil dari data-data
pada saat mengalami kenaikan dan terlihat data
lebih rapat dalam proses kenaikannya, sehingga
pada pengukuran pada beberapa waktu tertentu
terjadi kenaikan secara orde 1 hingga mencapai
kenaikan puncak dan mengalami konstan kembali.

Nilai persamaan linear yang didapatkan


pada Konveksi 1 seperti yang ditunjukkan sebagai
berikut

f(x)= 0.4248x^2+0.4248x+0.4248

Pada nilai persamaan linear yang didapatkan pada


Konveksi 2 seperti yang ditunjukkan sebagai
berikut
Berdasarkan gambar diatas yaitu Grafik
f(x)= 0.4248x^2+0.4248x+0.4248 Curve Fitting LDR 1, 2, dan 3. Dapat terlihat
bahwa garis lurus berwarna merah diantara titik o
Pada nilai persamaan linear yang didapatkan pada biru merupakan curve fitting. Sedangkan titik o
Konveksi 3 seperti yang ditunjukkan sebagai biru merupakan data pengujian pada saat terjadi
berikut perubahan data. Dari data diatas dapat dilihat
bahwa hasil pengukuran data secara diambil dari
f(x)= 0.33203x^2+0.33203x+0.33203
data-data pada saat mengalami perubahan dan
terlihat data lebih rapat dalam proses perbedaan
datanya, sehingga pada pengukuran pada beberapa 3. Perubahan waktu dan lingkungan sangat
waktu tertentu terjadi perubahan data secara orde 0
mempengaruhi pada karakteristik dinamis
hingga data konstan kembali.
suatu sensor. Pada saat lingkungan
Nilai persamaan linear yang didapatkan berubah dan seiring berjalannya waktu
pada LDR seperti yang ditunjukkan sebagai
maka mempengaruhi suatu sensor hingga
berikut
sensor tersebut menyesuaikan keadaan
f(x)= -95.6558x^2+-95.6558x+-95.3755 lingkungan yang ditandai data yang
diukur sensor tersebut konstan atau stabil
kembali pada perubahan keadaaan
F. Kesimpulan
tersebut.

Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat


disimpulkan bahwa:
G. Daftar Pustaka

[1] Bishop, Owen. 2005. Dasar–dasar


1. Respon waktu kenaikan pada grafik
Elektronika, Edisi Pertama. Penerbit:
konduksi dan konveksi pada sensor LM35 Erlangga,Jakarta.
mengalami kenaikan secara respon
[2] Sutrisno. 1986. Elektronika,
system orde I karena terjadi kenaikan
Teori dan Penerapannya, Jilid 1.
yang merata hingga menunggu konstan Bandung : Penerbit ITB.
kembali. Sedangkan respon waktu pada
[3] Suptami, Sri. 2015. Pengaruh Sensor
sensor LDR terjadi kenaikan respon
LDR terhadap Pengontrolan Lampu. Prodi Jurusan
system orde 0 karean kenaikan atau Tekhnik Komputer, Universitas Komputer
penurunan terjadi secara drastis dan Indonesia.
langsung konstan.
[4] Desmon Kendek Allo, Hilman. 2015.
2. Respon waktu yang dibutuhkan dalam Rancang Bangun Alat Ukur Temperatur untuk
Mengukur Selisih Dua Keadaan. Jurusan Teknik
kenaikan pada sensor LM35 yang Elektro-FT, UNSRAT, Manado.
dilakukan secara konduksi dibutuhkan
waktu beberapa detik untuk mencapai
konstan kembali dan kenaikan secara
konveksi dibutuhkan waktu 6-10 detik.
Sedangkan pada sensor Ldr respon waktu
yang dibutuhkan dalam kenaikan atau
penurunan dibutuhkan waktu 0-1 detik
karena perubahan cahaya terjadi secara
langsung dan drastic.
kx2 = ((tskonveksi2 .^2) *f(1,1)) +(tskonveksi2
.*f(1,2)) +f(1,3);

%%curve fitting konveksi3


f= polyfit(tskonveksi3,konveksi3,2)
k = polyval(f,konveksi3);
a = k(1)
b = k(2)
c = k(3)
disp (['persamaan regresi:'])
disp (['f(x)= ' num2str(a) 'x^2+' num2str(b) 'x+'
num2str(c)])
Lampiran
kx3 = ((tskonveksi3 .^2) *f(1,1)) +(tskonveksi3
.*f(1,2)) +f(1,3);
Matlab
%%grafik curve fitting
clear all subplot(2,2,1),plot(tskonveksi1,konveksi1,'b.',tsko
clc nveksi1, kx1,'r-'),
%% baca fie excel title('Grafik Curve Fitting Konveksi1'),
data = xlsread ('semoga'); xlabel('ts (detik))'), ylabel('data y'),
[baris,kolom]=size(data); legend('Data Pengujian','Curve Fitting'),
axis([min(tskonveksi1) max(tskonveksi1)
konveksi1 = data(1,264:792); min(konveksi1) max(konveksi1)])
konveksi2 = data(3,135:540);
konveksi3 = data(5,88:924); subplot(2,2,2),plot(tskonveksi2,konveksi2,'b.',tsko
tskonveksi1 = data(2,264:792); nveksi2, kx2,'r-'),
tskonveksi2 = data(4,135:540); title('Grafik Curve Fitting Konveksi2'),
tskonveksi3 = data(6,88:924); xlabel('ts (detik))'), ylabel('data y'),
legend('Data Pengujian','Curve Fitting'),
%%curve fitting konveksi1 axis([min(tskonveksi2) max(tskonveksi2)
f= polyfit(tskonveksi1,konveksi1,2) min(konveksi2) max(konveksi2)])
k = polyval(f,konveksi1);
a = k(1) subplot(2,2,3),plot(tskonveksi3,konveksi3,'b.',tsko
b = k(2) nveksi3, kx3,'r-'),
c = k(3) title('Grafik Curve Fitting Konveksi3'),
disp (['persamaan regresi:']) xlabel('ts (detik))'), ylabel('data y'),
disp (['f(x)= ' num2str(a) 'x^2+' num2str(b) 'x+' legend('Data Pengujian','Curve Fitting'),
num2str(c)]) axis([min(tskonveksi3) max(tskonveksi3)
min(konveksi3) max(konveksi3)])
kx1 = ((tskonveksi1 .^2) *f(1,1)) +(tskonveksi1
.*f(1,2)) +f(1,3);
%%curve fitting konveksi2
f= polyfit(tskonveksi2,konveksi2,2)
k = polyval(f,konveksi2);
a = k(1)
b = k(2)
c = k(3)
disp (['persamaan regresi:'])
disp (['f(x)= ' num2str(a) 'x^2+' num2str(b) 'x+'
num2str(c)])
DATA HASIL

KONVEKSI 1(Ts)
Konveksi
1(Y)
Konveksi 2 (Y)
Konveksi 2 (Ts)
Konveksi 3 (Ts)
Konveksi 3 (Y)
Konduksi 1 (Ts)
Konduksi 1 (Ts)
Konduksi 1(Y)
Konduksi 2 (Y)
Konduksi 2 (Ts)
Konduksi 3 (Y)
Konduksi 3 (Ts)
LDR (Y)
LDR (Ts)

You might also like