You are on page 1of 20
Nementerian DIREKTORAT JENDERAL BASIS INDUSTRI MAN Penmdustrian IUFAKTUR ‘alan Jendoral Gaot Subrto Kaw 62 -§3 Lantal 9 Jakarta 12050 Kotak Pos : 4478 JKSMG ‘REPUBLK NDONESIA “olp.: 0218251127, 0215258600 Ext 4003 Fax, : 0718252078 ah Diektorat Dieiaorat Diretorat Diceldorat Dien 5M {Matar Dasar Logam ind Kila Dasar Ind Kimia Hie Ind, Tks & Anoks ipfFax. 0215252105 ipfFax. 0215253214 ipfFax 0215274985 TelvFax, 0215259704 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR NOMOR: 01/BIM/PER/1/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KAWAT BAJA BETON, PRATEKAN UNTUK KEPERLUAN KONSTRUKSI BETON SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (4) Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 83/M-IND/PER/10/2014_ tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kawat Baja Beton Pratekan untuk Keperluan Konstruksi Beton Secara Wajib dan kelancaran pelaksanaan Pemberlakuan Standar Nasional, Indonesia (SNI) Kawat Baja Beton Pratekan untuk Keperluan Konstruksi Beton Secara Wajib, terkait dengan perubahan Nomor Harmonize System (HS) berdasarkan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI 2012 serta pengoptimalan pembinaan industri dalam penerapan SNI secara wajib perlu mengatur Kembali Petunjuk Teknis (Juknis) pelaksanaan pemberlakuan dan pengawasan penerapan SNI Kawat Baja Beton Pratekan untuk Keperluan Konstruksi Beton Secara Wajib; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan Penerapan Standar Nasional Indonesia Kawat Baja Beton Pratekan untuk Keperluan Konstruksi Beton Secara Wajib; Mengingat : 1, Keputusan Presiden Nomor 32/M Tahun 2014 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Dari dan Dalam Jabatan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian; Menetapkan Peraturan DirekturJenderat IM Nomor 01/BIM/PER/1/2015 2. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105/M IND/PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian; 3. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 83/M- IND/PER/ 10/2014 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Kawat Baja Beton Pratekan untuk Keperluan Konstruksi Beton Secara Wajib. MEMUTUSKAN: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR TENTANG —PETUNJUK —TEKNIS. PELAKSANAAN PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KAWAT BAJA BETON PRATEKAN UNTUK KEPERLUAN KONSTRUKSI BETON SECARA WAJIB. Pasal 1 Memberlakukan Petunjuk Teknis (Juknis) Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan Penerapan Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton Secara Wajib sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal ini Pasal 2 Petunjuk Teknis (Juknis) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 merupakan pedoman bagi Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro), Laboratorium Penguji, Instansi terkait, Petugas Pengawas Standar barang dan/atau jasa di Pabrik (PPSP), dan pelaku usaha dalam pelaksanaan pemberlakuan dan pengawasan penerapan SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton Secara Waijib. Pasal 3 Pada saat Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku, Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Nomor 16/BIM/PER/ 12/2012 tentang Petunjuk Teknis (Juknis) Pelaksanaan Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Pengawasan Penerapan SNI Kawat Baja Beton Pratekan untuk Keperluan Konstruksi Beton Secara Wajib, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor 01 /BIM/PER/1/2015 Pasal 4 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 Januari 2015 DIREKTUR JENDERAL Salinan Peraturan Direktur Jenderal ini disampaikan kepada: 1. Menteri Perindustrian; 2. Menteri Perdagangan; 3, Kepala Badan Standardisasi Nasional; 4. Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan; 5. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan; 6. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan; 7. Para Pejabat Eselon I di Lingkungan Kementerian Perindustrian; 8. Kepala Dinas yang bertanggung jawab di bidang Perindustrian di Provinsi/Kabupaten/Kota; 9. Kepala Pusat Standardisasi, Kementerian Perindustrian; 10. Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Kementerian Perindustrian; 11. Sekretaris Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur; 12.Kepala Balai Besar dan Balai Industri di Lingkungan’ Kementerian Perindustrian; 13. Ketua Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK); 14. Pertinggal. LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR NOMOR =: o1/aim/peR/1/2015 TANGGAL : 7 Januari 2015 PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS) PELAKSANAAN PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN PENERAPAN ‘STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KAWAT BAJA BETON PRATEKAN UNTUK KEPERLUAN KONSTRUKSI BETON SECARA WAJIB BABI KETENTUAN UMUM Dalam Petunjuk Telmis ini yang dimaksud dengan: 1, Industri Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton adalah industri yang memproduksi : a. Tujuh Kawat Baja Tanpa Lapisan Dipilin Untuk Konstruksi Beton Pratekan (PC Strand/ KBj-P7); b. Kawat Baja Tanpa Lapisan untuk Konstruksi Beton Pratekan (PC Wire/KBjP); dan c. Kawat Baja Quens (Quench) Temper untuk Konstruksi Beton Pratekan (PC Bar/KBjP-Q). 2. Produsen Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton. adalah perusahaan yang melakukan kegiatan produksi Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton. 3. Lembaga Sertifikasi Produk, yang selanjutnya disebut LSPro adalah lembaga yang melakukan kegiatan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton. 4, Laboratorium Penguji adalah laboratorium yang melakukan kegiatan pengujian terhadap jenis Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton, sesuai persyaratan SNI. 5. Sistem Manajemen Mutu yang selanjutnya disebut SMM adalah rangkaian Kegiatan dalam rangka penerapan manajemen mutu menurut SNI [SO 9001:2008 atau revisinya. 6, Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu yang selanjutnya disebut LSSMM adalah lembaga yang melakukan kegiatan sertifikasi Sistem Manajemen Mutu. 7. Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI yang selanjutnya disebut SPPT-SNI adalah sertifikat yang diterbitkan oleh LSPro kepada produsen yang dinyatakan mampu memproduksi Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Betonsesuai dengan persyaratan SNI. 8. Pertimbangan Teknis adalah surat yang dikeluarkan Direktur Jenderal Pembina Industri untuk menetapkan bahwa suatu produk yang memiliki kesamaan nomor Harmonized System (HS) dinyatakan tidak wajib mengikuti ketentuan SNI yang diberlakukan secara wajib Karena alasan teknis, keperiuan khusus dan/atau memiliki standar berbeda dengan SNI. 9. Surat Keterangan Konsultasi SPPT-SNI adalah surat Direktur Pembina Industri yang ditujukan kepada LSPro dan perusahaan pemohon berdasarkan permohonan SPPT-SNI yang menerangkan bahwa perusahaan pemohon SPPT-SNI secara teknis telah memenuhi persyaratan untuk ditindaklanjuti pada proses sertifikasi produk. Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Nomor : 01/BIM/PER/1/2015 10, Surveilan adalah pengecekan (audit) secara berkala dan/atau secara khusus oleh LSPro terhadap perusahaan/produsen yang telah memperoleh SPPT- SNI atas konsistensi penerapan SPPT-SNI. 11. Pengawasan merupakan —mekanisme —pemeriksaan _terhadap produsen/pelaku usaha atas pemenuhan ketentuan pemberlakuan SNI secara wajib yang meliputi kegiatan produksi dan/atau peredaran produk. 12. Petugas Pengawas Standar barang dan/atau jasa di Pabrik yang selanjutnya disebut PPSP adalah Pegawai Negeri Sipil di pusat atau daerah yang ditugaskan untuk melakukan pengawasan barang dan/atau jasa di lokasi produksi dan di luar lokasi kegiatan produksi yang SNI-nya telah diberlakukan secara wajib. 13. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Perindustrian. 14. Direktur Jenderal Pembina Industri adalah Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur, Kementerian Perindustrian. 15. Direktur Pembina Industri adalah Direktur yang membina industri material dasar logam pada Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur, Kementerian Perindustrian. BABI LINGKUP PEMBERLAKUAN SNI WAJIB KAWAT BAJA BETON PRATEKAN UNTUK KEPERLUAN KONSTRUKSI BETON 1. SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton berlaku secara wajib tethadap jenis produk dengan nomor SNI dan nomor Pos ‘Tarif/ Harmonized System (HS) sebagai berikut Jenis Produk No. SNI No. HS 1, | Tajuh Kawat Baja Tanpa 11542011 [Ex HS 7312.10.91.10 Lapisan Dipilin untuk Konstruksi Beton Pratekan (PC ‘Strand/KBjP-P7) 2. | Kawat Baja Tanpa Lapisan 1155:2011 |Ex HS 7217.10.22.00 untuk Konstruksi Beton Pratekan (PC Wire/ KEP) HS 7217.10.31.10 Ex HS 7229.20.00.00 Ex HS 7229.90.90.90 3. | Kawat Baja Quens (Quench) 7701:2011 [Ex HS 7217.10.22.00 ‘Temper untuk Konstruksi Beton Pratekan (PC Bar/KBjP-Q) eee Ex HS 7229.20.00.00 | Ex HS 7229.90.90.90 2. Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperiuan Konstruksi Beton sebagaimana dimaksud pada angka 1 merupakan : a, Tujuh Kawat Baja Tanpa Lapisan Dipilin Untuk Konstruksi Beton Pratekan. (PC Strand/KBjP-P7) yang terbuat dari gabungan 7 (tujuh) kawat baja tanpa lapisan hasil proses tarik dingin (wire drawing) yang dipilin, kemudian dihilangkan sisa tegangannya dengan proses perlakuan panas 2 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Nomor : 01/81M/pER/1/2015 secara Kontinyu untuk mendapat sifat mekanis sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan untuk digunakan pada konstruksi beton pratekan dengan ukuran diameter 6,4 mm sampai dengan 17,8 mm; b. Kawat Baja Tanpa Lapisan Untuk Konstruksi Beton Pratekan (PC Wire/KBjP) yang berpenampang dan diberikan lekukan dipermukaannya serta diproses dengan cara tarik dingin (wire drawing) kemudian dihilangkan sisa tegangan dengan proses perlakuan panas secara kontinyu untuk mencapai sifat mekanis sesuai spesifikasi yang ditetapkan untuk digunakan pada konstruksi beton pratekan; atau ¢. Kawat Baja Quens (Quench) Temper Untuk Konstruksi Beton Pratekan (PC Bar/KBjP-Q) yang memiliki karbon tinggi berpenampang bulat dengan permukaan polos, bersisip, beralur atau berlelcuk, yang diproses perlakuan Panas secara kontinyu untuk mencapai sifat mekanis sesuai spesifikasi yang ditetapkanuntuk digunakan pada konstruksi beton pratekan. 3. Ukuran diameter 6,4 mm sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf a masuk kedalam persyaratan mutu SNI dengan ukuran diameter 6,35 mm, 4. Produsen Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton minimal memiliki peralatan produksi sebagai berikut a. Tujuh Kawat Baja Tanpa Lapisan Dipilin Untuk Konstruksi Beton Pratekan (PC Strand/ KBj-P7): 1) mesin penarikan kawat (drawing) dengan diameter blok minimum 760 mm; 2) mesin pemilinan (stranding) lengkap dengan pemanas kontinyu dan proses tensioning, 3) mesin penggultung kawat (winding); dan 4) peralatan pengendalian mutu berupa alat uji tarik dengan kapasitas sesuai dengan syarat mutu dari jenis produk yang dihasilkan. b. Kawat Baja Tanpa Lapisan untuk Konstruksi Beton Pratekan (PC Wire/KBjP): 1) mesin penarikan kawat (drawing) dengan diameter blok minimum 760 mm dan mesin pembuat lekukan (idented roller); 2) mesin pemanas kontinyu; 3) mesin penggulung kawat (winding); dan 4) peralatan pengendalian mutu berupa alat uji tarik dengan kapasitas sesuai dengan syarat mutu dari jenis produk yang dihasilkan; atau ¢. Kawat Baja Quens (Quench) Temper untuk Konstruksi Beton Pratekan (PC Bar/KBjP-Q): 1) Mesin penarikan kawat (drawing) dengan diameter blok minimum 760 mm dan mesin pembuat lekukan (Idented roller}; 2) Mesin pemanas kontinyu; 3) Mesin penggulung kawat (Winding); dan. 4) Peralatan pengendalian mutu berupa alat uji tarik dengan kapasitas sestai dengan syarat mutu dari jenis produk yang dihasilkan. BAB IIT PELAKSANAAN PENERAPAN SNI WAJIB A. Pelaksanaan Pemberlaluan SNI Wajib 1, Setiap Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton sebagaimana dimaksud pada BAB Il angka 1 baik yang berasal dari hasil produksi dalam negeri maupun dari impor wajib memenuhi ketentuan dalam Petunjuk Teknis ini dan SNI 1154:2011, SNI 1158:2011 dan SNI 7701:2011. Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Nomor ; 01/BIM/PER/1/2015 2. Terhadap produk Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton sebagaimana dimaksud pada angka 1 yang tidak memenuhi ketentuan SNI Wajib dilarang diproduksi, diperdagangkan dan/atau beredar di wilayah Indonesia. B. Ketentuan Khusus Pemberlakuan 1. Pemberlakuan SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton sebagaimana dimaksud dalam BAB III huruf A angka 1 tidak berlaku bagi Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton yang memiliki kesamaan nomor HS dengan nomor HS Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton yang diberlakukan SNI secara wajib apabila berdasarkan: a. alasan teknis: Kawat Baja Beton Pratekan tersebut memiliki standar tersendiri atau dengan spesifikasi, Klasifikasi dan/atau syarat mutu yang berbeda dengan SNI 1154:2011, SNI 1155:2011 atau SNI7701:2011 b. keperluan khusus: 1) sebagai bahan baku untuk produk tujuan ekspor keluar wilayah Indonesia; 2) merupakan barang contoh untuk pameran; 3) merupakan barang contoh untuk keperiuan riset_ dan pengembangan produk; atau 4) sebagai contoh uji SPPT SNI. 2. Produk sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf b hanya dapat diimpor oleh: a. Importir Produsen (IP) Produk Baja untuk: 1) sebagai bahan baiu untuk produk tujuan eskpor; 2) barang contoh untuk keperluan riset dan pengembangan produk; b. Importir Terdaftar (IT) untuk: 1) barang contoh untuk pameran; 2) barang contoh untuk Keperluan riset dan pengembangan produk, untuk selain produsen; 3) contoh uji SPPT-SNI; 3. Impor produk sebagaimana dimaksud pada angka 1 wajib melalui Pertimbangan Teknis dari Direktur Jenderal Pembina Industri. BABIV ‘TATA CARA MEMPEROLEH SPPT-SNI A. Tipe Sertifikasi SPPT-SNI untuk Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton, diterbitkan melalui Sistem Sertifikasi Tipe 5. B. Proses Sertifikasi 1. Permohonan SPPT-SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperiuan Konstruksi Beton ditujukan kepada LSPro yang ditunjuk Menteri dan telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Nomor : 01/BTM/PER/1/2015 Pemohon SPPT-SNI adalah Produsen Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton: a. dalam negeri; dan b. luar negeri Pemohon SPPT-SNI sebagaimana dimaksud pada angka 2 selanjutnya disebut Pelaku Usaha. Untuk memproses permohonan SPPT-SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton, Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf b, wajib menunjuk 1 (satu) perusahaan perwakilan yang memiliki tugas dan fungsi sebagai importir atau perusahaan importir, yang berkedudukan di Indonesia. Perusahaan perwakilan atau importir sebagaimana dimaksud pada angka 4 bertanggungjawab atas segala sesuatu yang terjadi dalam pemenuhan ketentuan penerapan SNI 1154:2011, SNI 1155:2011 atau SNI 7701:2011 secara wajib tethadap Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton asal impor dimaksud yang beredar di Indonesia. Importir yang tercantum dalam SPPT-SNI_ tidak diperkenankan menunjuk pihak lain untuk melakukan importasi. Legalitas keberadaan perusahaan perwakilan dan/atau perusahaan importir sebagaimana dimaksud pada angka 4 harus berkedudukan di Indonesia yang dibuktikan dengan kepemilikan perizinan perusahaan yang bersangkutan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Untuk mengajukan permohonan SPPT-SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton Pelaku Usaha wajib memenuhi: @. persyaratan administrasi, dengan menunjukkan dokumen asli dan menyerahkan fotokopi berupa: 1) Surat Keterangan Konsultasi SPPT-SNI dari Direktur Pembina Industri. 2) Izin Usaha Industri (IUI) atau Surat Izin sejenis dengan lingkup usaha industri Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton, dan bagi produsen dari luar negeri Surat Izin yang sejenis tersebut wajib diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh penerjemah tersumpah. 3) dokumen yang terkait dengan kemampuan produksi minimal meliputi pedoman mutu, daftar induk dokumen, diagram alir proses produksi dan sertifikat ISO dalam bahasa Indonesia. 4) kepemilikan merek yang dibuktikan dengan Tanda Daftar Merek atau Sertifikat Merek Dagang yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Kementerian Hukum dan HAM yang mencakup ruang lingkup produk baja; dan/atau Perjanjian Lisensi dari pemilik Merek yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Kementerian Hukum dan HAM sesuai ketentuan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merekc; b. ketentuan Sistem Sertifikasi Tipe 5 sebagai berikut: 1) telah_menerapkan SMM yang dibuktikan dengan kepemilikan Sertifikat ISO 9001:2008 atau revisinya yang diterbitkan oleh LSSMM dan telah diakreditasi oleh KAN atau Badan Akreditasi negara lain yang telah melakukan perjanjian saling pengakuan (Muttilateral Recognition Arrangement (MLA)) dengan KAN untuk. bidang sertifikasi SMM. 10. iL 12. 13. 14, 15. 16. Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Nomor : 01/BIM/PER/1/2015 2) produk yang dihasilkan wajib memenubi persyaratan SNI 1154:2011, 1155:2011 atau 7701:2011 dibuktikan dengan menunjukan: a) Sertifikat/Laporan Hasil Uji (SHU/LHU) dari Laboratorium Penguji yang ditunjuk Menteri dan telah diakreditasi; atau b) Sertifikat/Laporan Hasil Uji (SHU/LHU) dari Laboratorium Penguji negara asal pabrikan yang ditunjuk Menteri dengan ketentuan bahwa Laboratorium Penguji dimaksud telah diakreditasi oleh Lembaga Akreditasi_ Negara tempat laboratorium dimaksud berada, dan Lembaga Akreditasi dimaksud telah melakukan Mutual Recognition Arrangement (MRA) dengan KAN serta negara asal pabrikan telah memiliki perjanjian bilateral atau multilateral di bidang regulasi teknis dengan Indonesia SPPT-SNI hanya dapat dimohonkan untuk 1 (satu) alamat dan 1 (satu) lokasi produksi. Untuk menerbitkan SPPT-SNI pemohon baru atau perpanjangan, LSPro harus melaksanakan Rapat Evaluasi atas kebenaran dan kelengkapan dokumen sebagai berikut: a. Surat Keterangan Konsultasi SPPT-SNI dari Direktur Pembina Industri; laporan Audit SMM; laporan /Sertifikat Hasil Ujijdan dokumen perizinan lainnya sesuai dengan persyaratan administrasi pada angka 8 huruf a. Rapat Evaluasi sebagaimana dimaksud angka 10 wajib mengundang Direktorat Pembina Industri. Hasil Rapat Evaluasi sebagaimana dimaksud pada angka 10 untuk memutuskan: aos a. pemberian atau perpanjangan SPPT-SNI bila memenuhi persyaratan sertifikasi; b. penundaan pemberian atau perpanjangan SPPT-SNI bila belum memenuhi persyaratan sertifikasi; atau . penolakan pemberian atau perpanjangan SPPT-SNI, bila permohonan tidak memenuhi persyaratan sertifikasi. Waktu yang diperlukan bagi setiap LSPro untuk memproses penerbitan SPPT-SNI adalah 41 (empat puluh satu) hari kerja apabila dokumen yang diperlukan sudah lengkap dan benar di luar waktu pengujian dan tindakan perbaikan. SPPT-SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperiuan Konstruksi Beton minimal harus memuat informasi: nama dan alamat produsen; penanggungjawab produsen; nomor SNI; |. merek dagang; jenis produk; elompok simbol dan ukuran nominal; nama dan alamat perusahaan perwakilan atau perusahaan importir untuk produsen luar negeri; dan h. masa berlaku SPPT-SNI. Dalam 1 (satu) SPPT-SNI diterbitkan hanya untuk 1 (satu) jenis produk dan hanya dapat diterbitkan oleh 1 (satu) LSPro. Dalam 1 (satu) SPPT-SNI untuk produsen Iuar negeri hanya dapat mencantumkan maksimal 1 (satu) importir. mrepogp 17, Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur ‘Nomor : 01/BLM/PER/2/2015 Importir sebagaimana dimaksud pada angka 16, masing-masing hanya dapat ditunjuk sebagai importir oleh 1 (satu) produsen luar negeri. C. Ketentuan Terkait SPPT-SNI 1 LSPro wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri, Direktur Jenderal Pembina Industri serta menyampaikan kepada Pelaku Usaha pemohon dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah penerbitan keputusan: a. penerbitan SPPT-SNI; b. penolakan pemberian atau perpanjangan SPPT-SNI, bila tidak memenuhi persyaratan sertifikasi; dan/atau ¢. pencabutan SPPT-SNI. LSPro bertanggung jawab terhadap SPPT-SNI yang diterbitkan sesuai dengan ketentuan penerapan SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton yang diberlakukan secara wajib dengan melakukan surveilan Pelaku usaha pemegang SPPT-SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton wajib untuk menyampaikan laporan: a, realisasi produksi setiap 1 (satu) tahun bagi produsen dalam negeri; dan b. realisasi impor untuk produk impor setiap 6 (enam) bulan. kepada Direktur Pembina Industri sejak diterbitkan SPPT-SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton, Jaminan mutu Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton sesuai SNI 1154:2011, SNI 1155:2011 atau SNI 7701:2011 sebagaimana dimaksud pada Bab Il angka 1 merupakan tanggung jawab Pelaku Usaha. Importasi_produk Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton hanya dapat dilakukan oleh perusahaan perwakilan atau importir yang ditunjuk oleh Produsen dan tercantum dalam SPPT- SNI. Perusahaan perwakilan atau perusahaan importir sebagaimana dimaksud pada angka 5 harus memenuhi persyaratan dengan memiliki: a. Tanda Daftar Perusahaan (TDP); b. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); c. Angka Pengenal Impor (API); 4. bukti kerjasama dan pelimpahan wewenang antara produsen dengan perusahaan perwakilan atau perusahaan importir tentang tanggung jawab terkait dengan ketentuan SNI wajib atas peredaran produk Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton; dan . pernyataan bertanggungjawab atas peredaran produk Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton sesuai dengan ketentuan SNI Secara Wajib bermaterai cukup, SPPT-SNI_yang telah diterbitkan berdasarkan Peraturan_ Direktur Jenderal BIM Nomor 16/BIM/PER/12/2012 wajib telah disesuaikan berdasarkan ketentuan Petunjuk Teknis ini selambat-lambatnya pada 7 Januari 2015. Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Nomor : G1/BIM/PER/1/2015 BAB V TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH DAN PENGUJIAN Ruang Lingkup Pengambilan contoh dilakukan dalam rangka’ sertifikasi SPPT-SNI; Surveilan; pengawasan penerapan SNI di lokasi produksi oleh PPSP; dan pengawasan penerapan SNI di luar Iokasi produksi oleh PPSP. L 2. 3. 4 . Ketentuan - ketentuan Petugas Pengambil Contoh terdiri dari di, a. Petugas Pengambil Contoh (PPC) berdasarkan surat tugas dari LSPro bersama-sama dengan penugasan Tim Auditor LSPro dalam rangka proses SPPT-SNI; dan PPC bersama PPSP berdasarkan Surat tugas dari Direktur Jenderal Pembina Industri melaksanakan pengawasan penerapan SNI wajib di lokasi produksi dan di luar lokasi produksi. Pengiriman contoh ke Laboratorium Penguji dilakukan oleh pelaku usaha atas tanggung jawab PPC untuk permohonan SPPT-SNI atau surveilan. Pengiriman contoh ke Laboratorium Penguji dilakukan oleh PPSP dalam rangka pengawasan penerapan SNI wajib. Cara Pengambilan Contoh a. untuk permohonan SPPT-SNI atau Surveilan dilaksanakan oleh PPC di lokasi produksi dengan ketentuan: 1) pengambilan contoh dilakukan sesuai dengan tata cara yang diatur dalam SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton. 2) contoh diambil secara acak, dikelompokkan sedemikian rupa schingga mudah diidentifikasi, terdiri dari a) contoh uji diambil 5 (lima) meter dari salah satu ujung Kawat Baja Beton Pratekan; b) setiap kelompok dari ukuran yang sama dengan berat sampai dengan 20 ton, diambil satu contoh uji; ©) untuk pengujian relaksasi dilakukan setiap maksimum 6.000 ton produksi untuk satu jenis ukuran, selebihnya berdasarkan kelipatannya. 3) untuk keperluan pengujian ulang dilakukan dengan mengambil dua Kali contoh uji yang gagal, berasal dari kelompoklain produk yangsama. 4) lokasi pengambilan contoh uji dilakukan pada proses produksi dan/atau di gudang. 5) petugas yang mengambil contoh harus diberi keleluasaan oleh pihak produsen untuk melakukan tugasnya. untuk Pengawasan Penerapan SNI di lokasi produksi oleh PPSP, yaitu: 1) pengambilan contoh dilakukan PPSP bekerja sama dengan PPC sesuai dengan tata cara yang diatur dalam SNI 1154:2011, SNI 1155:2011 atau SNI7701:2011 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Nomor : 01/B1M/PER/1/2015 2) contoh diambil secara acak (random), sepanjang 5 meter dari salah satu ujung Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton dan diperhitungkan sebagai 1 contoh uji. 3} lokasi pengambilan contoh uji dilakukan pada proses produksi dan/atau stok di gudang. 4) petugas yang mengambil contoh harus diberi keleluasaan olch pihak produsen untuk melakukan tugasnya. c, dalam rangka pengawasan penerapan SNI di luar lokasi produksi oleh PPSI 1) pengambilan contoh di luar lokasi produksi dilakukan oleh PPSP bekerjasama dengan PPC. 2) pengambilan contoh dilaksanakan dengan membuat berita acara pengambilan contoh yang disaksikan oleh_—_pihak perusahaan /pemilik. 5. Pelaksanaan Pengambilan Contoh a. dalam rangka permohonan SPPT-SNI dilakukan di lokasi produksi dengan ketentuan: 1) pengambilan contoh dilaksanakan di aliran produksi dan/atau gudang; 2) pengambilan contoh dinyatakan selesai apabila jumlah contoh uji telah sesuai dengan kelompok produk yang dihasilkan; 3) contoh uji yang telah diambil wajib diberi segel, label, dan ditandatangani oleh PPC pada contoh uji; 4) pengambilan contoh dan pemberian label uji wajib dibuat dalam berita acara dengan masing-masing rangkap 3 (tiga); 5) Berita acara dan label uji sebagaimana dimaksud pada butir 4) wajib ditandatangani oleh PPC dan saksi dari produsen. Dalam hal pengambilan contoh dalam rangka audit kesesuaian SPPT-SNI, auditor harus turut menyaksikan ketika pengambilan contoh dilakukan; 6) berita acara dan label contoh uji sebagaimana dimaksud pada butir 4) di cap/stempel produsen; 7) ketiga rangkap berita acara pengambilan contoh dan pemberian label uji sebagaimana dimaksud pada butir 4) masing-masing diberikan kepada: a) lembar pertama untuk LSPro; b) Iembar kedua untuk untuk laboratorium pengujian; dan ©) lembar ketiga untuk perusahaan. 8) contoh uji dikemas dengan identitas jelas dan dilengkapi label contoh uji selanjutnya disegel oleh PPC. b, dalam rangka pengawasan penerapan SNI dilakukan di lokasi produksi dengan ketentuan: 1) pengambilan contoh dilaksanakan di aliran produksi atau gudang; 2) pengambilan contoh dinyatakan selesai apabila jumlah contoh sesuai dengan yang diperlukan berdasarkan —ketentuan pengambilan contoh; 3) contoh uji yang telah diambil wajib diberi segel dan label oleh PPC; 4) pengambilan contoh dan pemberian label uji wajib dibuat dalam berita acara dengan masing-masing rangkap 3 (tiga); 5) berita acara dan label uji sebagaimana dimaksud pada butir 4) ‘wajib ditandatangani oleh PPC, PPSP dan wakil dari produsen; 9 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Nomor : 01/srM/pER/1/2015 6) berita acara dan label uji sebagaimana dimaksud pada butir 4) di cap/stempel produsen; 7) ketiga rangkap berita acara pengambilan contoh dan pemberian label uji sebagaimana dimaksud pada butir 4) masing-masing diberikan kepada: a) lembar pertama untuk laboratorium pengujian; bj lembar kedua untuk perusahaan; dan o) lembar ketiga untuk PPSP; 8) contoh uji dikemas dengan identitas jelas dan dilengkapi label contoh uji selanjutnya disegel oleh PPC. dalam rangka Pengawasan penerapan SNI dilakukan di luar lokasi produksi dengan ketentuan: 1) contoh uji yang telah diambil wajib diberi segel dan diberi label oleh PPC; 2) pengambilan contoh dan pemberian label uji wajib dibuat dalam berita acara dengan masing-masing rangkap 2 (dua) oleh PPC. 3) berita acara dan label uji sebagaimana dimaksud pada butir 2) wajib ditandatangani oleh PPC dan PPSP. 4) kedua rangkap berita acara Pengambilan contoh dan pemberian label uji sebagaimana dimaksud pada butir 2) masing-masing diberikan kepada a) lembar pertama untuk laboratorium penguji; dan b) lembar kedua untuk PPSP. 5) contoh uji dikemas dengan identitas jelas yang berisikan informasi tanggal pengambilan contoh, nama dan alamat distributor, gudang lokasi penggunaan produk dan disegel oleh PPC. 6. Jenis dokumen yang wajib dipersiapkan dalam pengambilan contoh, antara lain’ rencana pengambilan contoh; surat tugas pengambil contoh; berita acara pengambilan contoh; label contoh Uji; surat jalan pengiriman contoh; ‘NI yang terkait; Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton Secara Wajib dan Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur tentang Petunjuk Teknis _ Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan Penerapan Standar Nasional Indonesia Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton Secara Wajib. mopapgs BAB VI PENANDAAN Setiap kemasan Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton wajib diberi label dengan wana dasar label sesuai ketentuan SNI yang tidak mudah rusak/luntur yang memuat: a. tanda SNI; b. nama produk; ¢. nomor produ; nama perusahaan produsen; ©. inisial/merek /logo, yang telah terdaftar pada Ditjen HKI; 10 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Nomor : 01/BIM/PER/1/2015 bulan dan tahun pembuatan; spesifikasi (kelas simbol dan ukuran); berat bersih (kg); dan berat kotor (kg), ere BAB VII PERTIMBANGAN TEKNIS 1, Berdasarkan Bab Ill huruf B angka 3, untuk memperoleh surat Pertimbangan Teknis Pelaku Usaha wajib mengajukan surat permohonan kepada Direktur Jenderal Pembina Industri dengan melengkapi: a. Importir Produsen (IP): 1) fotokopi Izin Usaha Industri/Tanda Daftar Industri; 2) fotokopi Angka Pengenal Importir Produsen; 3) fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); 4) dokumen yang terkait dengan produksi dan importasi bahan baku, meliputi: a) kapasitas produksi terpasang; bj realisasi produksi per-tahun selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; ¢) rencana impor untuk 6 (enam) bulan; dan 4d) realisasi impor 5) Surat Pernyataan bermaterai culup yang menyatakan bahwa Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton yang diimpor merupakan: a)bahan baku produk tujuan ekspor wajib dibuktikan dengan kontrak kerjasama beserta Purchase Order (PO) atau dokumen sejenis dari pembeli luar negeri; b) barang contoh untuk keperiuan riset dan pengembangan produk; dan/atau ¢) produk sejenis yang memiliki ruang lingkup simbol, Klasifikasi dan atau syarat mutu yang berbeda dengan SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton. b. Importir Terdaftar (IT) : 1) fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP}; 2) fotokopi Angka Pengenal Importir; 3) fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP}; 4) dokumen yang terkait dengan importasi, meliputi: a) rencana impor untuk 6 (enam) bulan: b)_realisasi impor. 5) Surat Pernyataan bermaterai cukup yang menyatakan bahwa Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton yang diimpor merupakan: a) barang contoh untuk pameran; b)_barang contoh untuk keperluan riset dan pengembangan produk; ©) contoh uji SPPT-SNI. 2. Berdasarkan hasil penelitian atas kebenaran dan kelengkapan dokumen persyaratan permohonan Pertimbangan Teknis sebagaimana dimaksud pada angka 1, Direktur Jenderal Pembina Industri menyetujui atau menolak untuk Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Nomor : 01/BIM/PER/1/2015 menerbitkan Pertimbangan Teknis selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterima kelengkapan dokumen permohonan Pertimbangan Teknis secara lengkap dan benar. 3. Jika diperlukan dalam evaluasi pemberian persetujuan Pertimbangan Teknis, perusahaan pemohon diminta mendapatkan pertimbangan kemampuan produksi industri dalam negeri dari Asosiasi. 4, Pemohon Pertimbangan Teknis, wajib menyampaikan laporan realisasi impor dan penggunaannya berdasarkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan/atau Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) kepada Direktorat Pembina Industri selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak diterbitkan surat Pertimbangan Teknis dan setiap kali pengajuan permohonan Pertimbangan Teknis. 5. Direktorat Pembina Industri melakukan monitoring dan evaluasi atas kebenaran laporan realisasi Pertimbangan Teknis yang diterbitkan tersebut diatas. 6. Pertimbangan Teknis sebagaimana dimaksud pada angka 1 hanya berlaku selama 6 (enam) bulan sejak diterbitkan. BAB VIII SURAT KETERANGAN KONSULTASI Surat Keterangan Konsultasi SPPT-SNI sebagaimana dimaksud pada Bab IV huruf B angka 8 huruf a butir 1) diterbitkan oleh Direktur Pembina Industri berdasarkan permohonan pelaku usaha dengan ketentuan sebagai berikut 1. Permohonan Surat Keterangan Konsultasi SPPT-SNI a, permohonan ditujukan kepada Direktur Pembina Industri. b. permohonan diajukan oleh Pelaku Usaha. ©. surat permohonan wajib ditandatangani oleh Direktur Perusahaan atau pejabat setingkat Direktur sebagai penanggung jawab, d. surat permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf dilengkapi dengan: 1) data mengenai: a) profil perusahaan pemohon; b) rencana produksi dalam 1 (satu) tahun; ©) peralatan produksi dan pengendatian mutu; 4) kapasitas produksi yang diajukan untuk mendapatkan SPPT-SNI; ¢) jenis dan spesifikasi produk yang diajukan untuk mendapatkan SPPT-SNI; 4) LSPro yang akan digunakan oleh produsen pemohon; 8) jenis produk serta realisasi produksi: + 3 (tiga) tahun terakhir bagi perusahaan yang telah beroperasi lebih dari 3 (tiga) tahun; atau - sejak perusahaan melakukan produksi komersial bagi perusahaan yang baru berdiri; dan h) rencana jumlah barang yang akan diekspor pertahun ke Indonesia (produsen Iuar negeri) 2) salinan dokumen yang telah dilegalisasi: a) untuk produsen dalam negeri terdiri dari salinan Surat Izin Usaha Industri (IUD; salinan Tanda Daftar Perusahaan (TDP); dan Nomor 2 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basi Nomor : 01 /arm/pER/1/2015 industri Manufaktur Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan rencana produksi sclama 6 (enam) bulan; b) untuk produsen Iuar negeri terdiri dari Surat Izin usaha bidang industri Kawat Baja Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton dari negara asal produk dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah tersumpah dan Penunjukan perusahaan perwakilan produsen atau importir di Indonesi: ¢. penunjukan perusahaan sebagaimana dimaksud pada huruf d angka 2) butir b) wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: y 2) untuk perusahaan perwakilan di Indonesia terdiri dari: a) bukti kerjasama dan pelimpahan wewenang antara produsen dan perusahaan perwakilan tentang tanggung jawab terkait dengan ketentuan SNI wajib atas peredaran produk Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton; b) surat pernyataan —perusahaan —perwakilan _produsen bertanggungjawab atas segala sesuatu yang terjadi atas pemenuhan ketentuan penerapan SNI secara wajib pada Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton asal impor dimaksud yang beredar di Indonesia; ©) profil perusahaan perwakilan yang ditunjuk; dan d) surat penunjukan pimpinan dan organisasi__perusahaan perwakilan produsen. untuk importir terdiri dari: a) bukti kerjasama dan pelimpahan wewenang antara produsen dan importir tentang tanggung jawab terkait dengan ketentuan SNI wajib atas peredaran produk Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton; b) surat pernyataan importir bertanggungjawab atas segala sesuatu yang terjadi atas pemenuhan ketentuan penerapan SNI secara wajib pada Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton asal impor dimaksud yang beredar di Indonesia; ¢) profil perusahaan importir yang ditunjuk; 2. Direktur Pembina Industri dapat melakukan verifikasi kemampuan dan kelayakan pemohon dalam penerapan SNI. 3. Berdasarkan hasil penelitian dan/atau verifikasi atas _kebenaran permohonan, Direktur Pembina Industri mengeluarkan Surat Keterangan Konsultasi SPPT-SNI atau surat penolakan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya kelengkapan dan kebenaran dokumen permohonan. A. Umum L BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka penerapan SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton secara wajib dilaksanakan olch Direktur Jenderal Pembina Industri, Kementerian Perindustrian. Direktur Jenderal Pembina Industri dapat melimpahkan pembinaan dan pengawasan kepada Direktur Pembina Industri. [Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufsktur Nomor : 01/B24/PER/1/2015 B. Pembinaan 1 Pembinaan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan industri dalam menerapkan SNI wajib melalui : a. sosialisasi terhadap 1) produsen atas pemberlakuan SNI secara wajib dan/atau terdapat perubahan; 2) konsumen atas penggunaan produk dengan spesifikasi SNI waj b. inventarisasi dan analisis data SNI; dan/atau ¢. pembinaan teknis dan konsultasi dalam penerapan SNI. Inventarisasi dan analisis data SNI sebagaimana dimaksud pada angka 1 hurufb dilakukan melalui: a. monitoring terhadap produsen yang menerapkan SNI, Lembaga Penilai Kesesuaian serta instansi terkait; b. analisis data dampak pemberlakuan SNI secara wajib bagi produsen dalam negeri; ¢. penerbitan Surat Keterangan Konsultasi SPPT-SNI sebagai salah satu persyaratan permohonan SPPT-SNI; Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf ¢ dilalcukan melalui: a. pelatihan peningkatan sumber daya manusia dalam peningkatan mutu produk; b. sosialisasi pemberlakuan dan penerapan SNI secara Wai bimbingan teknis sistem mutu dan mutu produk. ; dan /atau C. Pengawasan i 2. 3. Dalam melaksanakan pengawasan SNI wajib di lokasi produksi dan /atau diluar lokasi produksi, Direktur Jenderal Pembina Industri, Kementerian Perindustrian menugaskan PPSP dan/atau petugas dari Direktorat Pembina Industri untuk melakukan pemeriksaan perusahaan dan uji peti sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun. Objek Pengawasan PPSP terdiri dari a, Produsen; b. Perusahaan perwakilan produsen dan atau Importir; dan c. Produk dengan standar SNI 1154:2011, SNI 1155:2011 atau SNI 7701:2011. Lingkup Pengawasan penerapan SNI terdiri dari a. di lokasi produksi: 1) pemeriksaan keabsahan dokumen perizinan, meliputi a) pemeriksaan dokumen perizinan usaha industri; b) pemeriksaan SPPT-SNI; ©) pemeriksaan Sertifikat SMM; d) pemeriksaan Sertifikat Merek; dan €) pemeriksaan SHU/LHU Laboratorium Pengujian. 2) verifikasi terhadap penandaan SNI pada produk dan atau kemasan produk meliputi a) tanda SNI; b) nama/merek dagang; ©) nama produk; dan 4 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Nomor : 01/BIN/PER/1/2015 4) kode produksi; ¢) nama dan alamat produsen; {) nama dan alamat perusahaan perwakilan atau importir (untuk produk impor), 3) pemeriksaan hasil uji petik mutu barang sesuai dengan persyaratan mutu SNI sebagaimana dimaksud dalam Bab Il angka 1 4) pemeriksaan kelayakan mesin dan peralatan. 5) pemeriksaan kelengkapan peralatan pengujian produk di laboratorium. 6) pemeriksaan dokumentasi kalibrasi peralatan uji. 7) penilaian kesesuaian kualitas produk sesuai SNI sebagaimana dimaksud dalam Bab Il angka | dilakukan melalui pengambilan contoh uji, yaitu: a) pengambilan contoh uji oleh PPC yang dilakukan dalam satu lini produksi yang mewakili produk sesuai SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton; b) contoh uji dikemas dan diberikan label; dan ©) jumlah contoh uji sesuai dengan tata cara pengambilan contoh SNI di luar lokasi produksi 1) obyek pengawasan yaitu: a) Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton yang terdapat di distributor, gudang perusahaan perwakilan produsen dan importir dan gudang pengguna produk; ) perusahaan perwakilan produsen; dan/atau ©) perusahaan importir. 2) pengawasan terhadap perusahaan perwakilan produsen dan/atau perusahaan importir dilakukan dengan memverifikasi kebenaran dokumen perizinan dan/atau dokumen SPPT-SNI, 3) pengawasan kesesuaian mutu produk dengan SNI yang diberiakukan secara wajib dilaksanakan dengan pengujian contoh produk pada laboratorium uji yang ditunjuk Menteri; 4) cara pengambilan contoh diluar lokasi produksi dilakukan dengan membeli produk di distributor, gudang importir, toko/di pasar secara acak yang dibuktikan dengan tanda bukti pembelian; 5) contoh produk diuji sesuai dengan SNI sebagaimana dimaksud dalam Bab Il angka 1 di laboratorium penguji yang di tunjuk; 6) PPSP dan/atau petugas yang ditunjuk Direktur Jenderal Pembina Industri melakukan pengawasan mutu produk dan penandaan pada produk. Dalam melaksanakan pengawasan, PPSP wajib mempersiapkan Dokumen Pengawasan yang terdiri dari: a. b. © surat tugas pengawasan penerapan SNI di lokasi produksi dan di luar lokasi produksi; berita acara pengawasan penerapan SNI di lokasi produksi dan di Tuar lokasi produksi; data hasil pengawasan penerapan SNI di lokasi produksi dan di luar lokasi produksi, berita acara pengambilan contoh uji di lokasi produksi dan di luar lokasi produksi label contoh uj ‘Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Nomor : 01/BIM/PER/1/2015 f daftar hadir; surat pengantar ke Laboratorium Uji dari Direktorat Pembina Industri; h. pelaksanaan pengawasan 5. Pengawasan penerapan SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton: a. di lokasi produksi; Direktur Pembina Industri berkoordinasi dengan Kepala Dinas yang membidangi Industri di Propinsi dan/atau Kabupaten/Kota; dan b. di luar lokasi produksi; dengan pembelian produk dari distributor atau penjual. 6. Pelaksanaan pengawasan penerapan SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton dilakukan oleh PPSP baik yang di pusat maupun di daerah berdasarkan Surat Tugas Pengawasan dari Direktur Jenderal Pembina Industri 7. Pengawasan terhadap Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton dalam memenuhi SNI sebagaimana dimaksud dalam Bab Il angka 1 dilakukan dengan cara pemeriksaan mutu melalui pengambilan contoh oleh PPC di lokasi produksi dan diluar lokasi produksi, 8. Hasil pemeriksaan dan pengujian contoh di lokasi produksi Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperluan Konstruksi Beton dituangkan dalam Berita Acara Pengawasan oleh PPSP dan disampaikan kepada Direktur Pembina Industri untuk dilalukan evaluasi; 9. Evaluasi hasil pengawasan dari Direktur Pembina Industri dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pembina Industri. BAB X ‘TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN Evaluasi hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti melalui 1. Pembinaan a, apabila hasil pengawasan oleh PPSP tidak sesuai dengan persyaratan SNI, maka Direktur Jenderal Pembina Industri memberikan teguran secara tertulis kepada produsen dan/atau pelaku usaha yang melakukan pelanggaran. Teguran dimaksud berisi: 1) permintaan perbaikan kualitas produk pada produsen sesuai Ketentuan pemberlakuan SNI secara wajib; 2) permintaan penarikan produk yang tidak sesuai SNI pada produsen bagi produk dalam —negeri_- dan/atau—pelaku—usaha (importir /distributor) bagi produk impor; b, teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan, jika dalam kurun waktu dimaksud produsen dan/atau pelaku usaha tidak melakukan tindakan yang diperintahkan dalam teguran_ tertuli dimaksud Direktur Jenderal Pembina Industri dapat melakukan tindakan publikasi dan/atau memberikan rekomendasi kepada instansi berwenang untuk melakukan pencabutan sertifikat SPPT-SNI sampai dengan pencabutan Izin Usaha Industri dan/atau penerapan sanksi pidana sesuai peraturan perundang-undangan, c. Dalam hal pelanggaran dilakukan oleh LPK, Direktur Jenderal Pembina Industri menyampaikan laporan hasil pengawasan oleh PPSP kepada 16 ‘Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Nomor : 01/BIN/PER/1/2015 Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku . Dalam melakukan pembinaan Direktur Jenderal Pembina Industridapat berkoordinasi dengan Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri atau dengan Dinas Pembina bidang industri pada Pemerintah Propinsi dan atau Kabupaten/Kota, LSPro penerbit SPPT-SNI dan instansi terkait. 2. Publikasi Tindakan publikasi dilakukan guna memberikan sosialisasi, informasi dan pemahaman terhadap masyarakat atas penerapan SNI\ secara wajib Publikasi dilakukan pada: a. ketaatan penerapan SNT oleh produsen atau pelaku usaha lainnya serta pihak terkait; atau b. pelanggaran atas ketentuan pemberlakuan SNI secara wajib oleh produsen atau pelaku usaha lainnya serta pihak terkait guna memberikan efek jera dan rasa mahi. Publikasi dapat dilakukan melalui pemberian penghargaan, pemuatan berita dalam media cetak dan elektronik. 3. Pemberian sanksi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setelah dilakukan pengawasan khusus dan langkah pembinaan pada produsen namun masih melakukan pelanggaran, maka Direktur Jenderal Pembina Industri berkoordinasi dengan Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Ikdim dan Mutu Industri, Kepala Dinas Pembina bidang industri pada Pemerintah Propinsi dan/atau Kabupaten/Kota, LSPro penerbit SPPT-SNI, dan aparat penegak hukum setempat melakukan penegakan hukum sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, dan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 86/M-IND/PER/9/2009 atau revisinya tentang Standar Nasional Indonesia bidang Industri. BAB XI PENUTUP, Petunjuk Teknis penerapan SNI Kawat Baja Beton Pratekan Untuk Keperiuan Konstruksi Betonsecara wajib ini merupakan salah satu pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk dapat dilaksanakan dengan sebaik-bailnya dan penuh tanggung jawab. 7

You might also like