Professional Documents
Culture Documents
sendiri-sendiri. Hal ini yang mempengaruhi sekaligus menerangkan dan menggambarkan mengapa ada begitu
banyak corak hias/ motif tenunan pada kain tradisional di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Setiap suku
mempunyai ragam hias tenunan yang khas yang menampilkan tokoh-tokoh mitos, binatang, tumbuh-
tumbuhan dan juga pengungkapan abstraknya yang dijiwai oleh penghayatan yang mendalam akan kekuatan
alam ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Tenunan yang dikembangkan oleh setiap suku/ etnis di Nusa Tenggara Timur merupakan seni kerajinan
tangan turun-temurun yang diajarkan kepada anak cucu demi kelestarian seni tenun tersebut. Motif tenunan
yang dipakai seseorang akan dikenal atau sebagai ciri khas dari suku atau pulau mana orang itu berasal, setiap
orang akan senang dan bangga mengenakan tenunan asal sukunya.
Pada suku atau daerah tertentu, corak/motif binatang atau orang-orang lebih banyak ditonjolkan seperti
Sumba Timur dengan corak motif kuda, rusa, udang, naga, singa, orang-orangan, pohon tengkorak dan lain-
lain, sedangkan Timor Tengah Selatan banyak menonjolkan corak motif burung, cecak, buaya dan motif kaif.
Bagi daerah-daerah lain corak motif bunga-bunga atau daun-daun lebih ditonjolkan sedangkan corak motif
binatang hanya sebagai pemanisnya saja.
Kain tenun atau tekstil tradisional dari Nusa Tenggara Timur secara adat dan budaya memiliki banyak fungsi
seperti :
Dalam masyarakat tradisional Nusa Tenggara Timur tenunan sebagai harta milik keluarga yang bernilai tinggi
karena kerajinan tangan ini sulit dibuat oleh karena dalam proses pembuatannya/ penuangan motif tenunan
hanya berdasarkan imajinasi penenun sehingga dari segi ekonomi memiliki harga yang cukup mahal. Tenunan
sangat bernilai dipandang dari nilai simbolis yang terkandung didalamnya, termasuk arti dari ragam hias yang
ada karena ragam hias tertentu yang terdapat pada tenunan memiliki nilai spiritual dan mistik menurut adat.
Pada mulanya tenunan dibuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagai busana penutup dan pelindung
tubuh, kemudian berkembang untuk kebutuhan adat (pesta, upacara, tarian, perkawinan, kematian dll), hingga
sekarang merupakan bahan busana resmi dan modern yang didesain sesuai perkembangan mode, juga untuk
memenuhi permintaan/ kebutuhan konsumen.
Dalam perkembangannya, kerajinan tenun merupakan salah satu sumber pendapatan (UP2K) masyarakat
Nusa Tenggara Timur terutama masyarakat di pedesaan. Pada umumnya wanita di pedesaan menggunakan
waktu luangnya untuk menenun dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarganya dan kebutuhan
busananya.
Jika dilihat dari proses produksi atau cara mengerjakannya maka tenunan yang ada di Nusa Tenggara Timur
dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni :
1. Tenun Ikat ; disebut tenun ikat karena pembentukan motifnya melalui proses pengikatan benang.
Berbeda dengan daerah lain di Indonesia, untuk menghasilkan motif pada kain maka benang pakannya
yang diikat, sedangkan tenun ikat di Nusa Tenggara Timur, untuk menghasilkan motif maka benang
yang diikat adalah benang Lungsi.
2. Tenun Buna ; istilah daerah setempat (Timor Tengah Utara) "tenunan buna" yang maksudnya
menenun untuk membuat corak atau ragam hias/motif pada kain mempergunakan benang yang
terlebih dahulu telah diwarnai.
3. Tenun Lotis/ Sotis atau Songket ; Disebut juga tenun Sotis atau tenun Songket, dimana proses
pembuatannya mirip dengan pembuatan tenun Buna yaitu mempergunakan benang-benang yang telah
diwarnai.
Dilihat dari kegunaannya, produk tenunan di Nusa Tenggara Timur terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu : sarung,
selimut dan selendang dengan warna dasar tenunan pada umumnya warna-warna dasar gelap, seperti warna
hitam, coklat, merah hati dan biru tua. Hal ini disebabkan karena masyarakat/ pengrajin dahulu selalu
memakai zat warna nabati seperti tauk, mengkudu, kunyit dan tanaman lainnya dalam proses pewarnaan
benang, dan warna-warna motif dominan warna putih, kuning langsat, merah mereon.
Untuk pencelupan/ pewarnaan benang, pengrajin tenun di Nusa Tenggara Timur telah menggunakan zat
warna kimia yang mempunyai keunggulan sepeti : proses pengerjaannya cepat, tahan luntur, tahan sinar, dan
tahan gosok, serta mempunyai warna yang banyak variasinya. Zat warna yang dipakai tersebut antara lain :
naphtol, direck, belerang dan zat warna reaktif.
Namun demikian sebagian kecil pengrajin masih tetap mempergunakan zat warna nabati dalam proses
pewarnaan benang sebagai konsumsi adat dan untuk ketahanan kolektif, minyak dengan zat lilin dan lain-lain
untuk mendapatkan kwalitas pewarnaan dan penghematan obat zat pewarna.
Dari ketiga jenis tenunan tersebut diatas maka penyebarannya dapat dilihat sebagai berikut :
1. Tenun Ikat ; penyebarannya hampir merata disemua Kabupaten di Nusa Tenggara Timur kecuali
Kabupaten Manggarai dan sebagian Kabupaten Ngada.
2. Tenun Buna ; Penyebarannya di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Belu dan yang paling
banyak adalah di Kabupaten Timor Tengah Utara.
3. Tenun Lotis/ Sotis atau Songket ; terdapat di Kabupaten/ Kota Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor
Tengah Utara, Belu, Alor, Flores Timur, Lembata, Sikka, Ngada, Manggarai, Sumba Timur dan
Sumba Barat.
Contoh Tampilan Motif Kain
Tenun Per Kabupaten Kota Se-NTT
TARI LIKURAI
TARI DODAKADO
TARI TEOTONA
Asal tarian : Kabupaten Kupang/
Sabu
TARI LEKE
TARI TOGADU
Asal tarian : Kabupaten Sumba Timur
TARI KANDINGANGU
Luas kabupaten Alor 2864,6 km2 Keadaan alam pulau Alor agak berbeda dengan gugusan pulau Flores
di Adonara dan Lembata yang subur dengan gunung berapi. Kecuali sebagian kecil wilayah sebur Alor
Timur.
Pulau Alor telah lama dikenal melalui tulisan Pigafetta dalam pelayaran Magelhaens mengelilingi dunia.
Setelah mengumpul rempah-rempah di Maluku, kapal Victoria berlayar kembali ke Eropah dengan
menyinggahi Alor pada 12 Januari 1522. Ketika itu sebagian besar penduduk pantai telah menganut
agama Islam karena kontak dengan Sultan Ternate.
Masyarakat Alor pada mulanya dibentuk berdasarkan pada himpunan keluarga inti/bathi yang terdiri
dari bapak, ibu, anak, yang secara tradisional memilih tempat tinggal berpisah-pisah tetapi dalam satu
klen besar di lembah yang dalam, atau di puncak gunung atau dilereng-lereng bukit.
Himpunan ini akhirnya membentuk Bala atau satu klen kecil yang merupakan perluasan dari keluarga
inti. Beberapa Bala membentuk klen yang lebih besar berdasarkan keturunan ayah dalam satu rumah
adat.
Sulit memisahkan peran moko dan belis dalam kehidupan masyarakat Alor terutama dalam
perkawinan. Fungsi social moko di Alor sama dengan gading di Flores, terutama Flores Timur. Moko
Alor tergolong dalam Nekara type Pejeng (Gianyar/Bali). Bentuk dasarnya lonjong seperti gendang, ada
yang berbentuk gendang besar. Pola hiasnya beragam tergantung tahun pembuatannya, yang
kebanyakan sekarang di Alor adalah mirip dengan yang ada pada zaman Majapahit. Adapula jenis
ragam hias moko yang merupakan hasil produksi pada zaman Hindia Belanda, Hindu, Indonesia
sebelum merdeka.
Pantai mali berada di desa kabola kecamatan teluk mutiara dengan jarak 10 KM dari kota kalabahi. Pantaiini menyajikan air yang tenang
dengan pasir putih dan taman wisata alam laut yang indah serta rimbunan pohon kelapa yang syarat berbuah.
Dari pantai ini dapat dilihat pulau Sika yang sangat indah dan terdapat sebuah kuburan tua dan keramat. Objek ini dapat dijangkau
dengan angkutan umum dengan intensitas sedang, ojek mobil probadi atau sewaan.
Dari pantai mali sekitar 3 km dapat dilihat suatu pemandangan alam hutan nostalgia dimana para pengunjungnya diberikan anakan
tanaman untuk ditanam sekitar lokasi dengan mencantumkan namanya pada pohon tersebut. Pada hutan ini juga terdapat sebuah mata
air yang sejuk dibawah rerimbunan pohon kenari dan cendana yang indah.
Tercatat, ada 26 titik diving yang memesona wisatawan di sana. Ke-26 titik diving itu yaitu, Half Moon Bay, Peter's Prize, Crocodile Rook,
Cave Point, The Edge, Coral Clitts, Baeylon, The Arch, Fallt Line, The Pacth, Nite Delht, Kal's Dream, The Ball, Trip Top, The Mlai Hall, No
Man's Land, The Chatedral, School's Ut, dan Shark Close.
Titik diving yang terakhir ini sangat menarik karena merupakan kumpulan ikan hiu dasar laut yang sangat bersahabat dengan para diver.
Keindahan bawah laut yang terdapat di Alor Besar, Alor Kecil, Dulolong, Pulau Buaya, Pulau Kepa, Pulau Ternate, Pulau Pantar, dan Pulau
Pura, juga mengundang decak kagum para diver profesional dari Jakarta dan Bali untuk datang ke sana.
Bahkan, para diver kelas dunia mengakui, bahwa kawasan taman laut Alor merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Tengok saja
pengakuan Ken Parker dari Amerika Serikat, More big fish, prolific swarming masses of schools than anywhere I've seen in 20 years of
diving.
Atau dengarkan penuturan Adrienne May dari Australia. "Enjoyed seeing the Manta Rays, Sharks, Turtles, Dolphins, Whales and that huge
Napoleon Wrasse." Bahkan, Michael AW fotografer asal Singapura berkata, A World class diving!... Kal's Dream is to be dived again and
again and again.... of all my underwater sojourns, Alor is among the best!. Begitu juga pernyataan Helen Roberts dari Inggris, We saw
hue Sunfish, Reef Sharks, Turtles, Moray Eels, Rays, Naopoleon Wrase, Dog-tooth Tuna, Barracuda and loads of beautiful Reef Fish all in
just three dives.
Selain potensi wisata bahari, Alor juga menyimpan sejumlah objek wisata yang memiliki daya tarik secara kultural dan historis yang
jarang dijamah dan dikunjungi baik oleh penduduk setempat maupun oleh wisatawan. Meski memiliki aksebilitas amat terbatas, tapi bagi
para pencinta petualangan alam justru menjadi tantangan dan keunikan.
Salah satunya, alquran tua dari kulit kayu yang ditulis dengan tinta ramuan tradisional yang diperkirakan berusia lebih dari 800 tahun,
sebuah bukti sejarah tentang keberadaan Islam di Alor. Daya pemikat lainnya yaitu kampung Takpala, sebuah desa tradisional yang
dihuni oleh suku Abui dengan pola perkampungan linear dengan deretan rumah adat.
Masyarakatnya yang masih memegang teguh adat dan tradisi akan mempertontonkan atraksi budayanya yang khas dalam menyambut
para pelancong, membuat nama desa ini melambung sampai ke mancanegara.
Bagi pendaki gunung yang menggilai tantangan di tempat yang masih perawan, Gunung Delaki Sirung di Pulau Pantar dan Gunung Koya-
Koya di Pulau Alor, adalah tempatnya. Kepenatan yang melelahkan itu segera sirna membawa kesejukan dan kesegaran jiwa setelah
menyaksikan fenomena geologi vulkanik di Desa Air Panas dan Air Terjun di Pulau Pantar, taman wisata alam Tuti Adagae di Pulau Alor.
Sementara ranch mini peternakan rusa (terbaik di kawasan timur Indonesia) jangan dilewatkan untuk dikunjungi. Kesejukan dan
kesegaran di alam Hutan Nostalgia juga akan menyapa setiap pengunjung yang ingin melepas kepenatan.
Sebelum beranjak kembali pulang, jangan lupa menanam pohon di Hutan Nostalgia sebagai tanda Anda pernah mengunjungi Pulau Alor.
Nama dan alamat Anda akan diabadikan pada pohon yang ditanam dan dikenang sepanjang masa.
Takpala merupakan sebuah kampung tradisional yang berada di Kabupaten Alor, Kecamatan Alor Tengah Utara, Desa Lembur Barat.
Ini adalah salah satu rumah Gudang yang berada di Takpala
Para tua-tua Adat