You are on page 1of 16

Setiap suku/etnis memiliki bahasa sendiri dengan lebih dari 100 dialek, memiliki adat, budaya dan kesenian

sendiri-sendiri. Hal ini yang mempengaruhi sekaligus menerangkan dan menggambarkan mengapa ada begitu
banyak corak hias/ motif tenunan pada kain tradisional di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Setiap suku
mempunyai ragam hias tenunan yang khas yang menampilkan tokoh-tokoh mitos, binatang, tumbuh-
tumbuhan dan juga pengungkapan abstraknya yang dijiwai oleh penghayatan yang mendalam akan kekuatan
alam ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

SEKILAS TENTANG KAIN TENUN

Tenunan yang dikembangkan oleh setiap suku/ etnis di Nusa Tenggara Timur merupakan seni kerajinan
tangan turun-temurun yang diajarkan kepada anak cucu demi kelestarian seni tenun tersebut. Motif tenunan
yang dipakai seseorang akan dikenal atau sebagai ciri khas dari suku atau pulau mana orang itu berasal, setiap
orang akan senang dan bangga mengenakan tenunan asal sukunya.

Pada suku atau daerah tertentu, corak/motif binatang atau orang-orang lebih banyak ditonjolkan seperti
Sumba Timur dengan corak motif kuda, rusa, udang, naga, singa, orang-orangan, pohon tengkorak dan lain-
lain, sedangkan Timor Tengah Selatan banyak menonjolkan corak motif burung, cecak, buaya dan motif kaif.
Bagi daerah-daerah lain corak motif bunga-bunga atau daun-daun lebih ditonjolkan sedangkan corak motif
binatang hanya sebagai pemanisnya saja.

Kain tenun atau tekstil tradisional dari Nusa Tenggara Timur secara adat dan budaya memiliki banyak fungsi
seperti :

1. Sebagai busana sehari-hari untuk melindungi dan menutupi tubuh.


2. Sebagai busana yang dipakai dalam tari-tarian pada pesta/upacara adat.
3. Sebagai alat penghargaan dan pemberian perkawinan (mas kawin)
4. Sebagai alat penghargaan dan pemberian dalam acara kematian.
5. Fungsi hukum adat sbg denda adat utk mengembalikan keseimbangan sosial yang terganggu.
6. Dari segi ekonomi sebagai alat tukar.
7. Sebagai prestise dalam strata sosial masyarakat.
8. Sebagai mitos, lambang suku yang diagungkan karena menurut corak/ desain tertentu akan melindungi
mereka dari gangguan alam, bencana, roh jahat dan lain-lain.
9. Sebagai alat penghargaan kepada tamu yang datang (natoni)

Dalam masyarakat tradisional Nusa Tenggara Timur tenunan sebagai harta milik keluarga yang bernilai tinggi
karena kerajinan tangan ini sulit dibuat oleh karena dalam proses pembuatannya/ penuangan motif tenunan
hanya berdasarkan imajinasi penenun sehingga dari segi ekonomi memiliki harga yang cukup mahal. Tenunan
sangat bernilai dipandang dari nilai simbolis yang terkandung didalamnya, termasuk arti dari ragam hias yang
ada karena ragam hias tertentu yang terdapat pada tenunan memiliki nilai spiritual dan mistik menurut adat.

Pada mulanya tenunan dibuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagai busana penutup dan pelindung
tubuh, kemudian berkembang untuk kebutuhan adat (pesta, upacara, tarian, perkawinan, kematian dll), hingga
sekarang merupakan bahan busana resmi dan modern yang didesain sesuai perkembangan mode, juga untuk
memenuhi permintaan/ kebutuhan konsumen.

Dalam perkembangannya, kerajinan tenun merupakan salah satu sumber pendapatan (UP2K) masyarakat
Nusa Tenggara Timur terutama masyarakat di pedesaan. Pada umumnya wanita di pedesaan menggunakan
waktu luangnya untuk menenun dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarganya dan kebutuhan
busananya.

Jika dilihat dari proses produksi atau cara mengerjakannya maka tenunan yang ada di Nusa Tenggara Timur
dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni :

1. Tenun Ikat ; disebut tenun ikat karena pembentukan motifnya melalui proses pengikatan benang.
Berbeda dengan daerah lain di Indonesia, untuk menghasilkan motif pada kain maka benang pakannya
yang diikat, sedangkan tenun ikat di Nusa Tenggara Timur, untuk menghasilkan motif maka benang
yang diikat adalah benang Lungsi.
2. Tenun Buna ; istilah daerah setempat (Timor Tengah Utara) "tenunan buna" yang maksudnya
menenun untuk membuat corak atau ragam hias/motif pada kain mempergunakan benang yang
terlebih dahulu telah diwarnai.
3. Tenun Lotis/ Sotis atau Songket ; Disebut juga tenun Sotis atau tenun Songket, dimana proses
pembuatannya mirip dengan pembuatan tenun Buna yaitu mempergunakan benang-benang yang telah
diwarnai.

Dilihat dari kegunaannya, produk tenunan di Nusa Tenggara Timur terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu : sarung,
selimut dan selendang dengan warna dasar tenunan pada umumnya warna-warna dasar gelap, seperti warna
hitam, coklat, merah hati dan biru tua. Hal ini disebabkan karena masyarakat/ pengrajin dahulu selalu
memakai zat warna nabati seperti tauk, mengkudu, kunyit dan tanaman lainnya dalam proses pewarnaan
benang, dan warna-warna motif dominan warna putih, kuning langsat, merah mereon.

Untuk pencelupan/ pewarnaan benang, pengrajin tenun di Nusa Tenggara Timur telah menggunakan zat
warna kimia yang mempunyai keunggulan sepeti : proses pengerjaannya cepat, tahan luntur, tahan sinar, dan
tahan gosok, serta mempunyai warna yang banyak variasinya. Zat warna yang dipakai tersebut antara lain :
naphtol, direck, belerang dan zat warna reaktif.

Namun demikian sebagian kecil pengrajin masih tetap mempergunakan zat warna nabati dalam proses
pewarnaan benang sebagai konsumsi adat dan untuk ketahanan kolektif, minyak dengan zat lilin dan lain-lain
untuk mendapatkan kwalitas pewarnaan dan penghematan obat zat pewarna.

Dari ketiga jenis tenunan tersebut diatas maka penyebarannya dapat dilihat sebagai berikut :

1. Tenun Ikat ; penyebarannya hampir merata disemua Kabupaten di Nusa Tenggara Timur kecuali
Kabupaten Manggarai dan sebagian Kabupaten Ngada.
2. Tenun Buna ; Penyebarannya di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Belu dan yang paling
banyak adalah di Kabupaten Timor Tengah Utara.
3. Tenun Lotis/ Sotis atau Songket ; terdapat di Kabupaten/ Kota Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor
Tengah Utara, Belu, Alor, Flores Timur, Lembata, Sikka, Ngada, Manggarai, Sumba Timur dan
Sumba Barat.
Contoh Tampilan Motif Kain
Tenun Per Kabupaten Kota Se-NTT

:: Motif dan Ragam Tenunan Sumba Barat

:: Motif dan Ragam Tenunan Sumba Timur

:: Motif dan Ragam Tenunan Kupang

:: Motif dan Ragam Tenunan TTS


:: Motif dan Ragam Tenunan TTU

:: Motif dan Ragam Tenunan Belu

:: Motif dan Ragam Tenunan Alor

:: Motif dan Ragam Tenunan Lembata


:: Motif dan Ragam Tenunan Flotim

:: Motif dan Ragam Tenunan Sikka

:: Motif dan Ragam Tenunan Ende

:: Motif dan Ragam Tenunan Ngada

:: Motif dan Ragam Tenunan Manggarai


Tarian adat yang ada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur sangat beragam, hal ini disebabkan
karena jumlah suku yang mendiami wilayah ini sangat beragam serta ditambah dengan wilayah
yang terdiri dari kepulauan.

Asal tarian : Helong

Hopong adalah sebuah upacara


tradisional masyarakat Helong yang
mengijinkan para petani untuk menuai
atau panen di ladang pertanian. Upacara
Hopong adalah suatu aktivitas yang
dilakukan oleh para petani dalam bentuk
doa bersama sebagai ungkapan rasa
syukur dan terima kasih kepada Tuhan
dan nenek moyang.
Upacara Hopong dilakukan pada masa
panen disuatu rumah yang ditentukan
TARI HOPONG
bersama dan dihadiri oleh tua-tua adat
serta lapisan masyarakat. Tarian ini juga
menggambarkan kehidupan bersama nilai
religius, gotong royong.
Musik pengiring gendang, tambur, gong
Asal tarian : Kabupaten TTS

Menurut masyarakat Dawan dalam


kehidupan adat istiadatnya sapaan selalu
ditandai dengan siri pinang. Siri pinang
merupakan lambang penghormatan
untuk memberikan harkat dan martabat
seseorang.

TARI MANEKAT (TEMPAT SIRI)

Asal tarian : Kabupaten TTU

Tarian ini menggambarkan bentuk


peminangan ala orang dawan di
Kabupaten Timor Tengah Utara.
Peminangan dapat juga diartikan sebagai
suatu ungkapan perasaan cinta yang
tulus.ungkapan kepolosan hati antara
sepasang kekasih yang hendak mengikat
kasih.Suatu ungkapan bahwa kehadiran
dari seseorang diterima dengan sepenuh
hati, dengan tangan terbuka.
Tarian ini juga melambangkan
TARI PEMINANGAN
penyambutan, penghormatan atas
kehadiran seorang tamu istimewa yang
mendatangi tempat mereka.

Asal tarian : Kabupaten Belu

Dalam masyarakat Belu tari Likurai


merupakan tari yang dibawakan oleh
gadis-gadis / ibu-ibu untuk menyambut
tamu-tamu terhormat atau pahlawan
yang pulang dari medan perang.

TARI LIKURAI

Asal tarian : Kabupaten Alor

Tarian yang berasal dari permainan


rakyat ini Alor ini menggambarkan
keceriaan muda-mudi pada saat acara-
acara pesta adat. Yang menarik dari
tarian ini adalah ketangkasan muda-mudi
dalam berlompat-lompat diatas
permainan bambu.

TARI DODAKADO

Asal tarian : Kabupaten Rote Ndao

Tarian ini berasal dari kerajaan Oenale di


Rote. Tarian ini termasuk tarian sacral
dalam menyambut kaum pria yang
kembali dari medan perang.
Pria dan wanita bersama-sama
menunjukan kegembiraannya dengan
menari secara ekspresif.

TARI TEOTONA
Asal tarian : Kabupaten Kupang/
Sabu

Tarian ini biasa dibawakan pada saat


upacara kematian kepala adat, dengan
maksud mengusir setan ditengah jalan,
agar perjalanan arwah kehadapan
pencipta tidak dihalangi.
Istilah lain dari tari ini dapat dikatakn
sebagai penyapu ranjau.

TARI LEDO HAWU

Asal tarian : Kabupaten Sikka

Tari ini mengambarkan pesta para


masyarakat etnis Sikka Krowe sebagai
ungkapan syukur atas keberhasilan.
Biasanya ditarikan pada waktu malam
hari yang diiringi musik gong waning
dengan lantunan syair-syair adat.

TARI LEKE

Asal tarian : Kabupaten Ende

Fungsi tari ini biasa digunakan untuk


menjemput para tamu agung, atau
seorang kepala suku yang diangkat
secara adat. Poto artinya mengangkat
atau menjunjung kebesarannya; Wolo
artinya gunung atau bukit.

TARI POTO WOLO


Asal tarian : Kabupaten Manggarai

Tarian ini biasanya dilaksanakan pada


upacara adat menjelang padi lading
menguning.
Wasa Wojarana menggambarkan luapan
rasa gembira , dengan meilhat bulir-bulir
padi lading yang menjanjikan dan sebagi
ungkapan terimakasih kepada pencipta
dan sekaligus memohon agar panen tidak
gagal akibat bencana alam dan ancaman
hama.
Tarian ini ditampilkan ditampilkan dengan
WASA WOJORANA
irama pelan dan cepat .

Asal tarian : Kabupaten Ngada

Todagu menggambarkan keperkasaan


pemuda Nage Keo dalam berperang dan
membangkitkan senmangat patriotisme.
Tarian ini diiringi oleh bambu dan
tambur.

TARI TOGADU
Asal tarian : Kabupaten Sumba Timur

Pada zaman dahulu Kandingangu


ditarikan pada upacara adata tradisional
untuk memohon kehadiran pencipta alam
semesta (dewa-dewi). Namun masa kini
tari ini biasa dipentaskan saat
menyambut tamu agung atau dalam
acara ramah tamah.

TARI KANDINGANGU

Asal tarian : Kabupaten Sumba Barat


Tari ini menggambarkan kegiatan
masyarakat Mbarambanja dalam
kegiaatanya menangkap ikan.

TARI YAPPA IYA

Asal tarian : Kabupaten Lembata


Suatu kegiatan kekerabatan penghalusan
kapas yang telah dipisahkan dari bijinya.
Pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh
perempuan, baik itu ibu-ibu maupun
gadis-gadis dan aktivitas ini merupakan
suatu kerajinan rumah tangga.

TARI HEDUNG BUHU LELU


Alor merupakan kabupaten yang terletak paling timur dalam gugusan kepulauan di wilayah NTT wilayah
utara. Berbatasan dengan Propinsi Maluku, laut Sawu, laut Flores dan selat Ombai sebelah baratnya,
Kabupaten ini memiliki beberapa pulau kecil, pulau pantar, Baranusa, Kambing, Buaya, Tereweng.

Luas kabupaten Alor 2864,6 km2 Keadaan alam pulau Alor agak berbeda dengan gugusan pulau Flores
di Adonara dan Lembata yang subur dengan gunung berapi. Kecuali sebagian kecil wilayah sebur Alor
Timur.

Pulau Alor telah lama dikenal melalui tulisan Pigafetta dalam pelayaran Magelhaens mengelilingi dunia.
Setelah mengumpul rempah-rempah di Maluku, kapal Victoria berlayar kembali ke Eropah dengan
menyinggahi Alor pada 12 Januari 1522. Ketika itu sebagian besar penduduk pantai telah menganut
agama Islam karena kontak dengan Sultan Ternate.

Masyarakat Alor pada mulanya dibentuk berdasarkan pada himpunan keluarga inti/bathi yang terdiri
dari bapak, ibu, anak, yang secara tradisional memilih tempat tinggal berpisah-pisah tetapi dalam satu
klen besar di lembah yang dalam, atau di puncak gunung atau dilereng-lereng bukit.

Himpunan ini akhirnya membentuk Bala atau satu klen kecil yang merupakan perluasan dari keluarga
inti. Beberapa Bala membentuk klen yang lebih besar berdasarkan keturunan ayah dalam satu rumah
adat.

Sulit memisahkan peran moko dan belis dalam kehidupan masyarakat Alor terutama dalam
perkawinan. Fungsi social moko di Alor sama dengan gading di Flores, terutama Flores Timur. Moko
Alor tergolong dalam Nekara type Pejeng (Gianyar/Bali). Bentuk dasarnya lonjong seperti gendang, ada
yang berbentuk gendang besar. Pola hiasnya beragam tergantung tahun pembuatannya, yang
kebanyakan sekarang di Alor adalah mirip dengan yang ada pada zaman Majapahit. Adapula jenis
ragam hias moko yang merupakan hasil produksi pada zaman Hindia Belanda, Hindu, Indonesia
sebelum merdeka.

.:. Pantai Mali (alor)

Pantai mali berada di desa kabola kecamatan teluk mutiara dengan jarak 10 KM dari kota kalabahi. Pantaiini menyajikan air yang tenang
dengan pasir putih dan taman wisata alam laut yang indah serta rimbunan pohon kelapa yang syarat berbuah.

Dari pantai ini dapat dilihat pulau Sika yang sangat indah dan terdapat sebuah kuburan tua dan keramat. Objek ini dapat dijangkau
dengan angkutan umum dengan intensitas sedang, ojek mobil probadi atau sewaan.

Dari pantai mali sekitar 3 km dapat dilihat suatu pemandangan alam hutan nostalgia dimana para pengunjungnya diberikan anakan
tanaman untuk ditanam sekitar lokasi dengan mencantumkan namanya pada pohon tersebut. Pada hutan ini juga terdapat sebuah mata
air yang sejuk dibawah rerimbunan pohon kenari dan cendana yang indah.

.:. Taman Laut Pantar


Keindahan dan keunikan alam bawah laut Selat Pantar sangat menakjubkan. Bahkan jika dibandingkan dengan Taman Laut Komodo di
NTT, Berau di Kalimantan Timur, Bunaken di Sulawesi Utara dan Raja Ampat di Papua, Selat Pantar masih tetap yang terbaik, meski
selama ini untuk diving, taman laut Komodo, Bunaken, Berau, dan Raja Ampat lebih populer, tapi di mata para diver kelas dunia taman
laut Selat Pantar yang terletak di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, lebih unggul karena keindahannya yang menakjubkan.
Konon terindah setelah taman laut Kepulauan Karibia. Banyak wisatawan asing yang pernah ke Alor terkagum-kagum. Sebab, selain
dimanjakan keindahan taman lautnya, mereka juga menemukan fenomena taman laut tersebut langka dan sangat menarik. Makanya,
wajar jika wisata bahari Alor dengan panorama bawah laut yang spefisik di Selat Pantar menjadi primadona dan pemikat bagi para diver
kelas dunia dari Amerika, Australia, Austria, Inggris, Belgia, Belanda, Jerman, Kanada, Selandia Baru, dan beberapa negara di Asia.

Tercatat, ada 26 titik diving yang memesona wisatawan di sana. Ke-26 titik diving itu yaitu, Half Moon Bay, Peter's Prize, Crocodile Rook,
Cave Point, The Edge, Coral Clitts, Baeylon, The Arch, Fallt Line, The Pacth, Nite Delht, Kal's Dream, The Ball, Trip Top, The Mlai Hall, No
Man's Land, The Chatedral, School's Ut, dan Shark Close.

Titik diving yang terakhir ini sangat menarik karena merupakan kumpulan ikan hiu dasar laut yang sangat bersahabat dengan para diver.
Keindahan bawah laut yang terdapat di Alor Besar, Alor Kecil, Dulolong, Pulau Buaya, Pulau Kepa, Pulau Ternate, Pulau Pantar, dan Pulau
Pura, juga mengundang decak kagum para diver profesional dari Jakarta dan Bali untuk datang ke sana.

Bahkan, para diver kelas dunia mengakui, bahwa kawasan taman laut Alor merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Tengok saja
pengakuan Ken Parker dari Amerika Serikat, More big fish, prolific swarming masses of schools than anywhere I've seen in 20 years of
diving.

Atau dengarkan penuturan Adrienne May dari Australia. "Enjoyed seeing the Manta Rays, Sharks, Turtles, Dolphins, Whales and that huge
Napoleon Wrasse." Bahkan, Michael AW fotografer asal Singapura berkata, A World class diving!... Kal's Dream is to be dived again and
again and again.... of all my underwater sojourns, Alor is among the best!. Begitu juga pernyataan Helen Roberts dari Inggris, We saw
hue Sunfish, Reef Sharks, Turtles, Moray Eels, Rays, Naopoleon Wrase, Dog-tooth Tuna, Barracuda and loads of beautiful Reef Fish all in
just three dives.

Selain potensi wisata bahari, Alor juga menyimpan sejumlah objek wisata yang memiliki daya tarik secara kultural dan historis yang
jarang dijamah dan dikunjungi baik oleh penduduk setempat maupun oleh wisatawan. Meski memiliki aksebilitas amat terbatas, tapi bagi
para pencinta petualangan alam justru menjadi tantangan dan keunikan.

Salah satunya, alquran tua dari kulit kayu yang ditulis dengan tinta ramuan tradisional yang diperkirakan berusia lebih dari 800 tahun,
sebuah bukti sejarah tentang keberadaan Islam di Alor. Daya pemikat lainnya yaitu kampung Takpala, sebuah desa tradisional yang
dihuni oleh suku Abui dengan pola perkampungan linear dengan deretan rumah adat.

Masyarakatnya yang masih memegang teguh adat dan tradisi akan mempertontonkan atraksi budayanya yang khas dalam menyambut
para pelancong, membuat nama desa ini melambung sampai ke mancanegara.

Bagi pendaki gunung yang menggilai tantangan di tempat yang masih perawan, Gunung Delaki Sirung di Pulau Pantar dan Gunung Koya-
Koya di Pulau Alor, adalah tempatnya. Kepenatan yang melelahkan itu segera sirna membawa kesejukan dan kesegaran jiwa setelah
menyaksikan fenomena geologi vulkanik di Desa Air Panas dan Air Terjun di Pulau Pantar, taman wisata alam Tuti Adagae di Pulau Alor.

Sementara ranch mini peternakan rusa (terbaik di kawasan timur Indonesia) jangan dilewatkan untuk dikunjungi. Kesejukan dan
kesegaran di alam Hutan Nostalgia juga akan menyapa setiap pengunjung yang ingin melepas kepenatan.

Sebelum beranjak kembali pulang, jangan lupa menanam pohon di Hutan Nostalgia sebagai tanda Anda pernah mengunjungi Pulau Alor.
Nama dan alamat Anda akan diabadikan pada pohon yang ditanam dan dikenang sepanjang masa.

.:. Kampung Takpala

Takpala merupakan sebuah kampung tradisional yang berada di Kabupaten Alor, Kecamatan Alor Tengah Utara, Desa Lembur Barat.
Ini adalah salah satu rumah Gudang yang berada di Takpala
Para tua-tua Adat

Moko merupakan salah satu belis di Kabupaten Alor


Para turis manca negara bersama dengan masyarakat
Takpala melakukan Tarian Lego-lego

You might also like