You are on page 1of 14

PRAKTIKUM HIDRAULIKA

KELOMPOK XIX

BAB II
PERCOBAAN ALIRAN MELALUI AMBANG LEBAR

2.1 Maksud dan Tujuan


1. Menentukan batas moduler ambang ((Y3–P)/Hw’) dan grafik
hubungan Qt vs ((Y3 – P)/Hw’).
2. Menentukan koefisien debit (Cd).
3. Menentukan debit terkecil dan debit terbesar pada ΔH di grafik
hubungan Debit Aktual (Qact) vs Tinggi air raksa pada manometer
(∆H).

2.2 Alat dan Bahan


1. Satu set model saluran terbuka (Open Channel Apparatus)
2. Sekat kayu pada ambang lebar
3. Model pintu sorong
4. Alat ukur kedalaman (Point Gauge)
5. Jangka sorong
6. Manometer air raksa

2.3 Prosedur Pelaksanaan


1. Atur saluran sehingga horizontal.
2. Pasang model ambang lebar dan model pintu sorong di sebelah hilir.
3. Pompa dihidupkan dengan debit aliran (ΔH1) ditentuk ΔHn oleh
instruktur, pintu sorong masih dalam kondisi terbuka, catat.
4. Atur pintu sorong dengan y3 (muka air dihulu pintu sorong) sedemikian
tanpa mempengaruhi y1 dan Hw.
5. Pintu sorong diturunkan perlahan sehingga tinggi modular ambang
tercapai.
6. Ulangi percobaan untuk debit aliran (ΔH2, dan ΔH3).
PRAKTIKUM HIDRAULIKA
KELOMPOK XIX

2.4 Data Hasil Percobaan


Dimensi ambang lebar:
Lebar ambang (B) = 81,5 mm = 8,15 cm
Tinggi ambang (P) = 100 mm = 10 cm

Tabel 2.1.Data hasil percobaan ambang lebar di laboratorium


Y1 Y2 Y3 Hw
No Keterangan
(cm) (cm) (cm) (cm)
1 15,5 8,2 2,5 3,7 Bebas
2 15,8 8,2 2,2 3,7 Hw Tetap
3 15,6 8,5 2 3,5 Hw Berbeda
4 15,9 8,5 3,5 3,7 Bebas
5 15,9 8,5 2,5 3,7 Hw Tetap
6 15,8 8,6 2,1 3,5 Hw Berbeda
7 16,1 8,85 3,8 3,7 Bebas
8 16 8,6 2,6 3,7 Hw Tetap
9 15,9 9 2,4 3,5 Hw Berbeda

2.5 Perhitungan

2.5.1 Dasar Teori

Bangunan ukur ambang lebar dianjurkan karena bangunan


itu kokoh dan mudah dibuat. Karena bisa mempunyai berbagai
bentuk mercu, bangunan ini mudah disesuaikan dengan tipe
saluran apa saja.

Hubungan tunggal antara muka air hulu dan debit


mempermudah pembacaan debit secara langsung dari papan duga,
tanpa memerlukan tabel debit.

Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas (over


flow), untuk tinggi energi hulu lebih kecil dari panjang
mercu.Karena pola aliran diatas alat ukur ambang lebar dapat
PRAKTIKUM HIDRAULIKA
KELOMPOK XIX

ditangani dengan teori hidrolika yang sudah ada sekarang, maka


bangunan ini bisa mempunyai bentuk yang berbeda-beda,
sementara debitnya tetap serupa. Alat ukur ambang lebar memiliki
kelebihan-kelebihan, antara lain:
 Memiliki bentuk hidrolis yang luwes dan sederhana.
 Konstruksinya kuat, sederhana dan tidak mahal.
 Benda-benda hanyut dapat dilewatkan dengan
mudah.
Selain itu, ada pula kelemahan yang dimiliki alat ukur
ambang lebar, yaitu bangunan ini hanya dapat dipakai sebagai
bangunan pengukur saja.
Ambang lebar yang sering digunakan di Indonesia adalah
ambang lebar datar hidung bundar (round-nose horizontal broad-
crested weir). Bentuk ambang bagian depan ujung atasnya
dibundarkan dengan radius tertentu. Bentuk bagian hilirnya dapat
berbentuk vertikal dan membentuk slope. Bangunan ukur ini dapat
dipakai pada saluran dimana headloss kecil walaupun memerlukan
kondisi aliran bebas (free-flow).
PRAKTIKUM HIDRAULIKA
KELOMPOK XIX

 Menentukan Debit Aliran Aktual (Qact)


E1 = E2
2
P1 V1 P2 V 2 2
Z1      Z2
γ air 2g γ air 2g

air

Hg

Karena saluran horizontal maka Z1 = Z2

P1  P2 V2  V1
2 2

 ................................................(1)
γ air 2g

Hukum Kontinuitas
A1.V1 = A2.V2
A 2 .V2
V1 
A1


0,25.3,14.d .V  2

0,25.3,14.d 
2 2
2
1

4 2
d .V
V  2 4 2 ............................................................(2)
2
1
d1

Substitusikan persamaan (2) ke dalam persamaan (1) :


4 2
d 2 .V2
V2 
2

P1  P2
4
d1

γ air 2g

2 
4
d
V2 1  2 4
P1  P2  .d1 
 ........................................................(3)
γ air 2g
Dalam kondisi keseimbangan didapat :
P1 + air (H + y) = P2 + air.y + Hg.H
PRAKTIKUM HIDRAULIKA
KELOMPOK XIX

P1 + air.H + air.y = P2 + air.y + Hg.H


P1 + air.H = P2 + Hg.H
P1 P γ Hg
 ΔH  2  ΔH
γ air γ air γ air

P1 P γ Hg ΔH
 2  - ΔH
γ air γ air γ air

P1  P2 (γ Hg - γ air )H

γ air γ air

P1  P2
 ΔH(γ Hg  γ air ) ; dimana Hg = 13,6 ; air = 1
γ air

P1 - P2
 12,6 H ........................................ (4)
γ air
Persamaan (4) disubstitusikan ke dalam persamaan (3) :

2 
4
d
V2 1  2 4 
12,6H   d1 
2g

 d24 
12,6H.2g  V2 1  4
2

 d1 

25,2H .g
V2 
2

 d24 
1  4
 d1 

Q = A2 . V2
 0,25. 3,14 . d 2 . (25,2 . H . g) 12 
 2

Q = ........................(5)
1  d 2
4
/d 1
4
 1
2

Dari data diketahui :


d1 = 3,175 cm
d2 = 1,5 cm
g = 981 cm/det2
PRAKTIKUM HIDRAULIKA
KELOMPOK XIX

𝜋
4
.1,52 (√25,2 . 981 . 𝛥𝐻
Q=( 1 ) .....................................(4)
1,54 2
(1− )
3,1754

Q = 285,039√𝛥𝐻

 Menentukan Debit Teoritis (QT)


QT = A√2𝑔ℎ

QT = Hw x B √2 𝑥 𝑔 𝑥 𝐻𝑤

QT = Debit teoritis (cm3/det)


B = Lebar saluran (cm)
Hw = Tinggi peluapan di sebelah hulu
g = 981 cm/det2
 Menghitung Koefisien Cd dan Cv
Untuk menghitung koefisien Cd dan Cv, dapat menggunkan
rumus sebagai berikut:

𝑸𝒂𝒄𝒕
Cd = 𝑸𝑻

𝑸𝒂𝒄𝒕
Cv = 𝑸𝑻 .𝑪𝒅
PRAKTIKUM HIDRAULIKA
KELOMPOK XIX

2.5.2 Contoh Perhitungan


Contoh perhitungan diambil dari percobaan untuk data
pertama ambang lebar (tanpa sekat), dimana :
∆H = 260 mmHg = 26 cmHg
Y1 = 155 mm = 15,5 cm
Y2 = 82 mm = 8,2 cm
Y3 = 25 mm = 2,5 cm
Hw = 37 mm = 3,7 cm
B = 81,5 mm = 8,15 cm (lebar ambang)
P = 100 mm = 10 cm (tinggi ambang)
L = 345 mm = 34,5 cm (panjang ambang)
g = 981 cm/det2
Hw’ = Hu = Y1 – P
=15,5 – 10 = 5,5 cm

Data dari percobaan I


a. Menghitung Debit Aktual Aliran persatuan lebar (Qact)
Qact = 285,039√𝛥𝐻
= 285,039√26
= 1453.418 cm3/det

b. Menghitung Debit Teoritis (QT)


QT = 𝐻𝑤 𝑥 𝐵 √2 𝑔 𝑥 𝐻𝑤
QT = 0.037 𝑥 0.0815√2 𝑥 9.81 𝑥 0.037
QT = 2,56927 x 10-3 m3/det
QT = 2569,27 cm3/det
c. Menghitung Koefisien Debit (Cd’)
𝑄𝑎𝑐𝑡
Cd’ = 𝑄𝑇
1453.418
Cd’ = 2569,27

Cd’ = 0.5657
PRAKTIKUM HIDRAULIKA
KELOMPOK XIX

d. Menghitung Koefisien Kecepatan (Cv)


𝑄𝑎𝑐𝑡
Cv = 𝑄𝑇.𝐶𝑑
1453.418
Cv = 2569,27 𝑥 0,7345

Cv = 1

e. Menghitung (Y3 – p), (Y3 – p)/Hw’ dan Hw’/L


Y3 – p = 12.5 – 10 = 2.5 cm
(𝑌3 − 𝑝) 2.5
= = 0.45
𝐻𝑤 ′ 5,5
𝐻𝑤 3.7
= = 0.1072 s
𝐿 34.5
𝐻𝑤 ′ 5.5
𝐿
= 34.5
= 0.1594
PRAKTIKUM HIDRAULIKA
KELOMPOK XIX

2.5.3 Tabel Hasil Perhitungan


(Y3 - (Y3 -
B P L ΔH Hw' Hw Qact Qt Cd Cv Y1 Y2 Y3 P)
Hw/L
No P) Hw'/L
(cm) (cm) (cm) (cmHg) (cm) (cm) (cm³/det) (cm³/det) (cm) (cm) (cm) (cm) /Hw' (s)
1 8 10 34.5 26 5.5 3.7 1453.418 2569.27 0.5657 1 15.5 8.2 2.5 2.5 0.4545 0.1072 0.1594
2 8 10 34.5 26 5.9 3.7 1453.418 2569.27 0.5657 1 15.9 8.2 2.2 2.2 0.3729 0.1072 0.1710
3 8 10 34.5 26 5.6 3.5 1453.418 2363.792 0.6149 1 15.6 8.5 2 2 0.3571 0.1014 0.1623
4 8 10 34.5 27 5.9 3.7 1481.105 2569.27 0.5765 1 15.9 8.5 3.5 3.5 0.5932 0.1072 0.1710
5 8 10 34.5 27 5.9 3.7 1481.105 2569.27 0.5765 1 15.9 8.5 2.5 2.5 0.4237 0.1072 0.1710
6 8 10 34.5 27 5.8 3.5 1481.105 2363.792 0.6266 1 15.8 8.6 2.1 2.1 0.3621 0.1014 0.1681
7 8 10 34.5 28 6.1 3.7 1508.283 2569.27 0.5870 1 16.1 8.55 3.8 3.8 0.6230 0.1072 0.1768
8 8 10 34.5 28 6 3.7 1508.283 2569.27 0.5870 1 16 8.6 2.6 2.6 0.4333 0.1072 0.1739
9 8 10 34.5 28 5.9 3.5 1508.283 2363.792 0.6381 1 15.9 9 2.4 2.4 0.4068 0.1014 0.1710

Tabel 2.2. Data hasil perhitungan


PRAKTIKUM HIDRAULIKA
KELOMPOK XIX

2.6 Grafik
a. Grafik Hubungan Debit (Qt) vs (Y3 - P)/Hw’

Grafik hubungan Qt Vs ((Y3 - P)/Hw')


0.70

0.60 0.6230
0.5932
0.50
0.4545 0.4333
0.4237
(Y3 - P)Hw' (cm)

0.40 0.4068
0.3729 0.3571 0.3621
0.30 R² = 0.0187

0.20

0.10

0.00
2569 2569 2364 2569 2569 2364 2569 2569 2364
Qt (cm2/det)

Gambar 2.2 Grafik Hubungan Debit (Qt) vs Batas Moduler Ambang (Y3 - P)/Hw’

Dari grafik hasil percobaan, batas moduler ambang ((Y3-


P)/Hw’) yang dihasilkan adalah mulai dari 0,357 sampai dengan
0,623. Hubungan yang terlihat adalah berbanding terbalik dimana
semakin besar nilai debit (Qt) maka semakin kecil nilai batas
moduler ambang ((Y3-P)/Hw’). Hubungan Qt vs ((Y3 – P)/Hw’)
dapat dilihat pada grafik hubungan Qt vs ((Y3 – P)/Hw’) (lihat
Gambar 2.2.).
PRAKTIKUM HIDRAULIKA
KELOMPOK XIX

b. Grafik Hubungan Koefisien Debit (Cd) vs Debit (Qt)

GRAFIK HUBUNGAN Qt & Cd


2600
2569.269707 2569.269707
2550
2569.269707
2500
Qt (Cm2/det)

2450

2400

2363.791555 2363.791555 2363.791555


2350
0.5600 0.5700 0.5800 0.5900 0.6000 0.6100 0.6200 0.6300 0.6400 0.6500
Cd

Gambar 2.3 Grafik Hubungan Debit (Qt) vs Koefisien Debit (Cd)

Dari hasil Grafik Hubungan Debit (Qt) vs Koefisien Debit


(Cd) terlihat hubungan (Qt) vs Cd berbanding lurus, terlihat bahwa
semakin besar harga Koefisien Debit (Cd),maka semakin
meningkat harga Debit (Qt).
PRAKTIKUM HIDRAULIKA
KELOMPOK XIX

c. Grafik Hubungan Debit Aktual (Qact) vs Tinggi air


Raksa Pada Manometer (∆H)

GRAFIK HUBUNGAN Qact & ΔH

28.5

28 R² = 1
ΔH (cmHg)

27.5 1508.283188, 28
27
1481.104688, 27
26.5

26
1453.418047, 26
25.5
1450 1460 1470 1480 1490 1500 1510 1520
Qact (Cm3/det)

Gambar 2.4 Grafik Debit Aktual (Qact) vs Tinggi Air Raksa


pada Manometer (∆H)

Pada grafik hubungan Debit Aktual (Qact) vs Tinggi air raksa pada
manometer (∆H) besar kecilnya debit aliran yang melalui saluran dengan
menggunakan ambang lebar sebagai alat ukur dipengaruhi oleh selisih
tinggi air raksa pada manometer. Semakin besar selisih tinggi air raksa,
maka semakin besar pula debit aliran yang dihasilkan. Debit terkecil
adalah 1887.3 cm3/det pada ΔH = 26 cmHg, sementara debit terbesar
adalah 1989.3 cm3/det pada ΔH = 28 cmHg (lihat Tabel 2.2.). Dari hasil
percobaan, nilai koefisien debit aktual (Cd) yang dihasilkan adalah mulai
dari 0.7345 sampai dengan 0.8416.
PRAKTIKUM HIDRAULIKA
KELOMPOK XIX

2.7 Kesimpulan
Pada kesimpulan perhitungan dapat ditarik kesimpulan berupa
1. Batas moduler ambang ((Y3-P)/Hw’) yang dihasilkan adalah antara
0357 sampai dengan 0,623. (lihat Gambar 2.2).
2. Koefisien debit aktual (Cd) yang dihasilkan adalah mulai dari 0.5657
sampai dengan 0.6381.
3. Pada grafik hubungan Debit Aktual (Qact) vs Tinggi air raksa pada
manometer (∆H) dihasilkan Debit terkecil adalah 1453.4 cm3/det pada
ΔH = 26 cmHg, sementara debit terbesar adalah 1508.3 cm3/det pada
ΔH = 28 cmHg (lihat Gambar 2.4).
PRAKTIKUM HIDRAULIKA
KELOMPOK XIX

2.8 Foto Alat

Gambar 2.5 Satu Set Model Saluran Gambar 2.6 Sekat Kayu PadaAmbangLebar
Terbuka (Open Channel Apparatus)

Gambar 2.7 Alat Ukur Kedalaman Gambar 2.8 Jangka Sorong


(Point Gauge)

Gambar 2.9 Jangka Sorong Gambar 2.10 Manometer Air


Raksa

You might also like