You are on page 1of 16

MAKALAH

“Membangun mental dan moral Cinta Tanah Air dengan


bergotong-royong”

PENYUSUN :
ERICS KHARISMA D.P
1610502002

PRODI S1 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2017

1
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN............................................ 1
a. Latar belakang masalah ................................................................. 1
b. Tujuan penulisan ........................................................................... 2
c. Manfaat penulisan ......................................................................... 2
d. Rumusan masalah.......................................................................... 2

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ................................. 3


BAB III: PEMBAHASAN............................................ 7
BAB IV: PENUTUP ..................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................... 12
LAMPIRAN .................................................................. 13

2
3
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Pernahkah kalian mendengar “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”
Kalimat tersebut sempat populer di kalangan masyarakat Indonesia pada
tahun 90-an, namun dengungannya kini mulai jarang sekali terdengar.
Kalimat tersebut singkat, namun maknanya dapat tergambar dengan sangat
jelas. Persatuan adalah landasan semangat yang sejak dulu digunakan oleh
para pejuang untuk membangun bangsa. Budaya gotong royong
merupakan salah satu perwujudan nyata dari semangat persatuan
masyarakat Indonesia. Presiden Republik Indonesia yang pertama, yakni
Presiden Soekarno, bahkan sempat mengucapkan kata gotong royong
ketika pidatonya dalam sidang bpupki 1 Juni 1945 “Jikalau saya peras
yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya
satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan “gotong-royong”.
Alangkah hebatnya! Negara Gotong-Royong!”

Istilah gotong royong berasal dari bahasa Jawa. Gotong berarti pikul
atau angkat, sedangkan royong berarti bersama-sama. Sehingga jika
diartikan secara harafiah, gotong royong berarti mengangkat secara
bersama-sama atau mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Gotong
royong dapat dipahami pula sebagai bentuk partisipasi aktif setiap individu
untuk ikut terlibat dalam memberi nilai positif dari setiap obyek,
permasalahan, atau kebutuhan orang-orang di sekelilingnya. Partisipasi
aktif tersebut bisa berupa bantuan yang berwujud materi, keuangan, tenaga
fisik, mental spiritual, ketrampilan, sumbangan pikiran atau nasihat yang
konstruktif, sampai hanya berdoa kepada Tuhan.

Budaya gotong royong dapat tumbuh di mana saja, baik di lingkungan


masyarakat maupun di lingkungan sekolah. Contoh gotong royong dalam
masyarakat di antaranya adalah membersihkan jalan kampung dan
selokan, membangun poskampling dengan swadaya masyarakat sekitar
dan membersihkan gorong-gorong di lingkungan dusun. Adapun contoh
gotong royong di sekolah dapat kita lihat dalam kegiatan siswa dan guru,
di antaranya membersihkan lingkungan kelas dan lingkungan sekolah,
mengecat pagar sekolah, serta membersihkan dan menanam tanaman di
taman dan kebun sekolah.

Gotong royong yang dilakukan masyarakat Indonesia di masa lalu


telah memberikan banyak manfaat. Melakukan setiap pekerjaan dengan
cara bergotong royong dapat meringankan dan mempercepat penyelesaian
pekerjaan. Dengan bergotong royong, rasa persatuan dan kesatuan juga

1
menjadi semakin erat. Gotong royong bahkan dapat menghemat
pengeluaran kegiatan.

Jika kita berbicara masa lalu, mudah sekali menemukan budaya


gotong royong dalam berbagai bentuk. Mulai dari kerja bakti yang
seringkali dilakukan warga masyarakat setiap satu minggu sekali hingga
budaya gotong royong antar umat beragama. Budaya gotong royong
adalah identitas nasional. Sayangnya, pada zaman modern ini penerapan
nilai-nilai gotong royong mulai menurun.

Orang–orang sudah memikirkan kebutuhan mereka sendiri tanpa


memperhatikan lingkungan sekitar. Padahal, setiap manusia merupakan
makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan orang lain.Karenanya,
budaya gotong royong seharusnya terus dijaga supaya terus diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan Penulisan
- untuk menyelesaikan tugas mata kuliah kewarganegaraan
- untuk menyadarkan kembali para pembaca akan pentingnya
budaya gotong royong bagi kemajuan bangsa Indonesia
- untuk menemukan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam
gotong royong
- menelusuri factor penyebab pudarnya budaya demokrasi dalam
masyarakat

c. Manfaat penulisan
- Terselesaikannya tugas mata kuliah kewarganegaraan
- Pembaca menjadi sadar akan pentingnya budaya gotong royong
- Mengetahui nilai-nilai luhur dari gotong royong
- Mengetahui factor penyebab pudarnya budaya demokrasi di
masyarakat

d. Rumusan Masalah
- Mulai menghilangnya budaya gotong royong yang menjadikan
masyarakat menjadi individualis
- Factor-faktor yang menyebabkan hilangnya budaya demokrasi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian Gotong Royong Menurut Para Ahli
- Gotong royong merupakan sikap positive yang mendukung dalam
perkembangan desa dan juga perlu dipertahankan sebagai suatu
perwujudan kebiasaan melakukan suatu pekerjaan secara bersama-sama
(Kusnaedi, 2006 : 16)

- Gotong royong sebagai suatu ciri khas masyarakat pedesaan tidak


terlepas dari eksistensi masyarakatnya sebagai individu maupun sebagai
makhluk sosial. Sebab manusia sesuai dengan kualitasnya mampu
membangun dirinya yaitu manusia yang mengetahui serta sadar dan
memiliki kesadaran akan kebutuhannya (Widjaja, 2004 : 76).

- Etika social dan budaya yang bertolak dari rasa kemanusiaan yang
mendalam dengan menampilkan sikap jujur, saling peduli, saling
memahami, saling menghargai, saling menolong, saling mencintai diantara
sesama manusia dan warga Negara. Etika ini dimaksudkan untuk
menumbuhkan kembali kehidupan berbangsa yang berbudaya tinggi
dengan menggugah, menghargai dan mengembangkan budaya nasional
yang bersumber dari budaya daerah (termasuk didalamnya adalah budaya
gotong royong) agar mampu melaksanakan adaptasi, interaksi dengan
bangsa lain dengan tindakan prokaktif sejalan dengan tuntutan globalisasi
(Fernanda, 2003 : 16)

- pengerahan tenaga manusia tanpa bayaran untuk suatu proyek atau


pekerjaan yang bermanfaat bagi umum atau yang berguna bagi
pembangunan (Koentjaraningrat, 1974 : 60

b. Bentuk Gotong-royong
Gotong royong sebagai solidaritas sosial mengandung dua pengertian,
yaitu gotong royong dalam bentuk tolong menolong dan gotong royong
dalam bentuk kerjabakti.Keduanya merupakan sama-sama bertujuan untuk
saling meringankan beban namun berbeda dalam hal kepentingan.Tolong
menolong dilakukan untuk kepentingan perseorangan pada saat kesusahan
atau memerlukan bantuan dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga
pihak yang bersangkutan mendapat keuntungan dengan adanya bantuan
tersebut.sedangkan kerja bakti dilakukan untuk kepentingan bersama
sehingga keuntungannya pun dirasakan bersama baik bagi warga yang
bersangkutan maupun orang lain walaupun tidak turut serta dalam
kerjabakti.

3
Koentjaraningrat (dalam Pasya, 2000), mengemukakan konsep atau
bentuk-bentuk kegiatan gotong royong di pedesaan antara lain :dalam hal
pertanian, tetulung layat (yaitu bentuk gotong royong spontan ketika ada
seorang penduduk desa meningal dunia), guyuban (yaitu bentuk gotong
royong yang dilakukan untuk melakukan pekerjaan kecil disekitar rumah
atau pekarangan),nyurung (yaitu bentuk gotong royong ketika ada warga
desa yang memiliki hajat sunat, perkawinan, kelahiran dan lain – lain) dan
juga dalam mengerjakan pekerjaan yang berguna untuk kepentingan
umum dalam masyarakat desa (Subagyo: 2012. Vol.1 No.1 : 65)

Dari penjabaran tersebut secara garis besar gotong-royong dalam


masyarakat dibagi dalam beberapa bidang yaitu dalam hal pertanian,
telutulung layat (ketika ada kematian atau kecelakaan), guyuban
(pekerjaan rumah tangga), nyurung (pesta atau hajatan) dan gotong-royong
untuk menegrjakan pekerjaan yang berguna untuk kepentingan umum.

c. Makna Gotong Royong


Secara umum, pengertian gotong-royong dapat ditemukan dalam
kamus besar bahasa Indonesia yang menyebutnya sebagai “bekerja
bersama – sama atau tolong-menolong, bantu membantu” (Tim Penyusun
KBBI, 2002). Sedangkan dalam perspektif antropologi pembangunan, oleh
Koentjaraningrat gotong royong didefinisikan sebagai pengerahan tenaga
manusia tanpa bayaran untuk suatu proyek atau pekerjaan yang bermanfaat
bagi umum atau yang berguna bagi pembangunan (Koentjaraningrat, 1974
: 60)
Gotong royong berasal dari kata dalam Bahasa Jawa. Kata gotong
dapat dipadankan dengan kata pikul atau angkat.Kata royong dapat
dipadankan dengan bersama-sama. Jadi kata gotong royong secara
sederhana berarti mengangkat sesuatu secara bersama-sama atau juga
diartikan sebagai mengerjakan sesuatu secara bersama- sama. Misalnya:
mengangkat meja yang dilakukan bersama-sama, membersihkan selokan
yang dilakukan oleh warga se RT, dan sebagainya. Jadi, gotong royong
memiliki pengertian sebagai bentuk partisipasi aktif setiap individu untuk
ikut terlibat dalam memberi nilai tambah atau positif kepada setiap obyek,
permasalahan atau kebutuhan orang banyak di sekelilingnya. Partisipasi
aktif tersebut bisa berupa bantuan yang berwujud materi, keuangan, tenaga
fisik, mental spiritual, ketrampilan, sumbangan pikiran atau nasihat yang
konstruktif, sampai hanya berdoa kepada Tuhan.Secara konseptual, gotong
royong dapat diartikan sebagai suatu model kerjasama yang disepakati
bersama.Koentjaraningrat (1987) membagi dua jenis gotong royong yang
dikenal oleh masyarakat Indonesia; gotong royong tolong menolong dan
gotong royong kerja bakti.Kegiatan gotong royong tolong menolong
terjadi pada aktivitas pertanian, kegiatan sekitar rumah tangga, kegiatan

4
pesta, kegiatan perayaan, dan pada peristiwa bencana atau kematian.
Sedangkan kegiatan gotong royong kerja bakti biasanya dilakukan untuk
mengerjakan sesuatu hal yang sifatnya untuk kepentingan umum, yang
dibedakan antara gotong royong atas inisiatif warga dengan gotong royong
yang dipaksakan. Sistem tolong-menolong yang kita sebut juga gotong
royong memang tidak selamanya diberikan secara rela dan ikhlas.Akan
tetapi ada beberapa tigkat kerelaan tergantung dari jenis kegiatannya
dalam kehidupan social. Dengan demikian dapat kita bedakan antara :
gotong royong dalam kegiatan pertanian, gotong royong dalam kegiatan-
kegiatan sekitar rumah tangga, gotong royong dalam mempersiapkan pesta
dan upacara dan juga gotong royong saat terjadi musibah
(Koentjaraningrat, 1998 : 152)

Konsep gotong royong juga dapat dimaknai dalam konteks


pemberdayaan masyarakat karena bisa menjadi modal sosial untuk
membentuk kekuatan kelembagaan di tingkat komunitas, masyarakat
negara serta masyarakat lintas bangsa dan negara Indonesia dalam
mewujudkan kesejahteraan. Hal tersebut juga dikarenakan di dalam
gotong royong terkandung makna collective action to struggle, self
governing, common goal, dan sovereignty .Dalam perspektif sosio budaya,
nilai gotong royong adalah semangat yang diwujudkan dalam bentuk
perilaku atau tindakan individu yang dilakukan tanpa pamrih (mengharap
balasan) untuk melakukan sesuatu secara bersama-sama demi kepentingan
bersama atau individu tertentu. Misalnya; petani secara bersama-sama
membersihkan saluran irigasi yang menuju sawahnya, masyarakat
bergotong royong membangun rumah warga yang terkena angin puting
beliung, dan sebagainya (Pranadji, 2009 : 62)

Bahkan dalam sejarah perkembangan masyarakat, kegiatan bercocok


tanam seperti mengolah tanah hingga memetik hasil (panen) dilakukan
secara gotong royong bergiliran pada masing-masing pemilik
sawah.Budaya gotong royong adalah cerminan perilaku yang menjadi ciri
khas bangsa Indonesia sejak zaman dahulu. Bilamana dilakukan kajian di
seluruh wilayah Indonesia, maka akan ditemukan praktek gotong royong
tersebut dengan berbagai macam istilah dan bentuknya, baik sebagai nilai
maupun sebagai perilaku Perilaku masyarakat dalam kegiatan gotong
royong menunjukkan bentuk solidaritas dalam kelompok masyarakat
tersebut.Gotong royong merupakan ciri budaya bangsa Indonesia yang
berlaku secara turun-temurun sehingga membentuk perilaku sosial yang
nyata dalam tata nilai kehidupan sosial. Nilai tersebut menjadikan kegiatan
gotong royong selalu terbina dalam kehidupan komunitas sebagai suatu
warisan budaya yang patut untuk dilestarikan. Berkenaan dengan hal ini,
Bintarto ( dalam Pasya, 2000) mengemukakan bahwa:

5
“ Nilai itu dalam sistem budaya orang Indonesia mengandung empat konsep,
ialah: (1) Manusia itu tidak sendiri di dunia ini tetapi dilingkungi oleh
komunitinya, masyarakatnya, dan alam semesta sekitarnya. Didalam sistem
makrokosmos tersebut ia merasakan dirinya hanya sebagai unsur kecil saja, yang
ikut terbawa oleh proses peredaran alam semesta yang maha besar itu. (2)
Dengan demikian manusia pada hakikatnya tergantung dalam segala aspek
kehidupannya kepada sesamanya. (3) Karena itu, ia harus selalu berusaha untuk
sedapat mungkin memelihara hubungan baik dengan sesamanya terdorong oleh
jiwa sama rata sama rasa, dan (4) selalu berusaha untuk sedapat mungkin
bersifat conform, berbuat sama dengan sesamanya dalam komuniti, terdorong
oleh jiwa sama tinggi sama rendah”.

Pada kutipan tersebut, Bintarto menjelaskan kaitannya gotong royong


sebagai nilai budaya.Dengan adanya nilai tersebut menjadikan gotong
royong senantiasa dipertahankan dan diperlukan dalam berbagai aspek
kehidupan dengan bentuk yang disesuaikan dengan kondisi budaya
komunitas yang bersangkutan. Aktifitas gotong royong dilakukan oleh
warga komunitas baik yang tinggal di pedesaan maupun di
perkotaan.Meski demikian masing-masing mempunyai nilai yang
berbeda.Aktivitas gotong royong di perkotaan sudah banyak di pengaruhi
oleh materi dan sistem upah.Sedangkan di pedesaan gotong royong
sebagai suatu solidaritas antar sesama masyarakat dalam satu kesatuan
wilayah atau kekerabatan. Hal tersebut dikemukakan oleh Bintarto
(1980:11) bahwa gotong royong merupakan perilaku sosial yang kongkrit
dan merupakan suatu tata nilai kehidupan sosial yang turun temurun dalam
kehidupan di desa – desa Indonesia.Tumbuh suburnya tradisi kehidupan
gotong royong di pedesaan tidak lepas karena kehidupan pertanian
memerlukan kerjasama yang besar dalam upaya mengolah tanah,
menanam, memelihara hingga memetik hasil panen.
Bagi bangsa Indonesia, gotong royong tidak hanya bermakna sebagai
perilaku, sebagaimana pengertian yang dikemukakan sebelumnya, namun
juga berperan sebagai nilai-nilai moral. Artinya gotong royong selalu
menjadi acuan perilaku, pandangan hidup bangsa Indonesia dalam
berbagai macam wujudnya.Sebagaimana diketahui, setiap perilaku yang
ditampilkan manusia selalu mengacu kepada nilai-nilai moral yang
menjadi acuan hidupnya, pandangan hidupnya. Misalnya: manusia selalu
mandi karena mengacu kepada nilai kebersihan, jadi ketika ada orang
berkata tidak mandi tidak apa-apa, itu berarti yang bersangkutan tidak
menjadikan nilai kebersihan sebagai pandangan hidupnya. Penerapan nilai
gotong royong di Indonesia mengalami pasang surut penggunaannya
mengikuti arus dan gelombang masyarakat penggunanya (dinamis)
(Kartodirjo, 1987).

6
BAB III
PEMBAHASAN
Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa
terlepas dari interaksi oleh manusia lain dan alam sekitarnya. Hal ini
merupakan sifat dasar manusia yang tidak bisa lagi dipisahkan karena
memang sudah kodrat manusia.

Di Indonesia gotong royong sudah menjadi budaya yang sudah di


wariskan sejak jaman nenek moyang hal ini masih tercermin jelas apabila
kita dating ke suatu desa di kampong-kampung atau pinggiran kota,
mereka nampak masih melestarikan budaya gotong royong ini dalam
berbagai aktivitas keseharian mereka mulai dari siskamling, rewang, kerja
bakti, koperasi desa, dll. Betapa gotong royong sangat melekat kuat di
dalam kehidupan masyarakat Indonesia, namun apa yang terjadi di tengah
perkotaan besar yang syarat akan keramaian dan kemajuan teknologi
seakan-akan jika membandingkannya kita serasa ada di dua negara yang
berbeda padahal masih dalam wilayah negara kesatuan republic Indonesia,
tentu hal ini menjadi satu permasalahan yang sangat merisaukan karena
apabila budaya gotong royong ini hilang maka Indonesia bukan lagi
negara Indonesia yang dulu diperjuangkan dengan berdasar kerja sama
atau gotong royong tersebut. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan
teknologi tentu sangat berpengaruh pada kebiasaan atau kebudayaan
masyarakat di suatu wilayah, hal ini dapat terjadi karena perkembangan
zaman dan kemajuan teknologi tadi menuntut manusia berlomba-lomba
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing bahkan beberapa
individu sudah tidak peduli dengan lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini
yang menyebabkan berlakunya kembali hukum rimba “siapa kuat dia yang
menang” tentu ini sangat tidak mencerminkan sifat bangsa Indonesia.

Pada rentang waktu tahun 90an mungkin masih sering kita mendengar
kalimat “BERSATU KITA TEGUH BERCERAI KITA RUNTUH”
bayangkan apabila Indonesia tidak lagi bersatu dan semuanya berangsur-
angsur runtuh, peperangan suku terjadi dimana-mana, setiap daerah mulai
menuntut untuk memisahkan diri, perpecahan golongan-golongan,
mungkin peristiwa 98 bisa terulang kembali dan bahkan denga skala yang
lebih besar dan menyebar rata di seluruh pelosok tanah air

a. Nilai-nilai yang terkandung di dalam budaya gotong royong


Kenapa budaya gotong royong perlu untuk kita lestarikan? Karena,
memang banyak nilai-nilai luhur yang bersifat positif yang terkandung di
dalamnya, seperti berikut :

7
- mengajarkan untuk bekerja sama dalam kebaikan
- membangun kekompakan antar warga
- memunculkan jiwa nasionalisme
- menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama
- melandaskan segala perbuatan dengan berdasar kepada kepentingan
bersama
- memelihara komunikasi yang baik antar warga
- menumbuhkan rasa sepenanggungan
- memelihara dan membangkitkan rasa persatuan

b. Faktor-faktor penyebab pudarnya budaya gotong royong


Di era saat ini tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa teknologi sudah
sangat berkembang pesat, manusia tidak perlu bertatap muka untuk dapat
berbicara dalam jarak jauh karena sudah ada produk teknologi yang
disebut handpone, manusia juga sudah tidak perlu lagi melakukan
perjalanan yang menghabiskan banyak waktu untuk perjalan jauh karena
alat transportasi sudah semakin canggih , namun tidak kita sadari bahwa
hal-hal tersebut menjadikan manusia memiliki karakter baru yang selalu
berpandangan pada sesuatu yang instan yang pada akhirnya karakter malas
melekat pada manusia modern saat ini.
Pada zaman ini kemajuan bersama tidaklah begitu di pedulikan lagi
karena memang mereka yang memiliki sesuatu yang lebih entah ilmu,
pengalaman, harta dll merasa bisa melakukan sendiri dan merasa hebat
dengan apa yang sudah dia miliki akibatnya mereka yang terhambat oleh
keterbatasan menjadi semakin tersingkirkan dan dilupakan, tidak ada lagi
hasrat saling menolong sesama manusia akhirnya dampak yang terjadi
adalah kesenjangan social terjadi dimana-mana mereka yang tidak punya
apa-apa semakin merana karena memang minimnya pemberdayaan yang
dilakukan oleh tempat tinggal mereka, akhirnya hal ini yang memaksa
angka kriminalitas terus merangkak naik karena mereka kalangan bawah
yang merasa tidak di pedulikan mencari jalan instan untuk bisa memnuhi
kebutuhan hidup mereka bahkan keluarga mereka maka jangan heran
akhir-akhir ini seringkali kita dengar angka kriminalitas semakin besar.

c. Membangkitkan Kembali Semangat ber-gotong royong


Untuk menghindari perpecahan yang mungkin terjadi apabila gotong
royong tidak lagi menjadi budaya bangsa Indonesia bahkan menghilang
dari bangsa ini, maka perlu suatu revolusi mental peran pemerintah
sangatlah dibutuhkan disini seperti mengadakan seminar tentang
pentingnya bergotong royong atau yang lainnya, tentu hal ini akan sia-sia
apabila dari masyarakat sendiri tidak memiliki niat untuk kembali
melestarikan budaya gotong royong.

8
Generasi muda sebagai generasi penerus bangsa sudah harus kembali
membiasakan diri untuk selalu bergotong royong, bergotong royong bisa
dilakukan dimana pun, kapan pun, asal sudah terbiasa dan mau seperti
contoh gotong royong di lingkungan tempat tinggal yaitu karang taruna
dengan mengembalikan peran fungsi karang taruna dan membuat suatu
program kerja dengan melibatkan seluruh masyarakat sekitar kita sudah
termasuk melestarikan budaya gotong royong, kegiatannya dapat berupa
kerja bakti ataupun kegiatan yang positif lainnya seperti mengecat trotoar,
membangun pos keamanan, menjalankan program siskamling dan lain
sebagainya.

Penanaman pengetahuan tentang gotong royong juga perlu dilakukan


pada anak-anak sejak dini, karena memang pada masa itu anak-anak masih
pada umur yang sangat aktif dan sangat ingin mencari tau sesuatu akankah
lebih baik jika disisipkan dengan ilmu yang mendidik seperti pengetahuan
tentang gotong royong ini, kita bisa memberikan contoh permainan yang
mengandung unsur gotong royong dan bisa menambah interaksi antar
anak-anak supaya terjalin keakraban seperti permainan batu tujuh
pahlawan, gerobak sodor, bentengan dan lain-lain.

mencontohkan dan menanamkan sikap dan perilaku kepada anak-


anaknya ataupun dengan siapapun dan memberi nasehat untuk selalu
menjunjung tinggi nilai saling menghormati sesama dan mengedepankan
kepentingan bersama

d. Implementasi nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-hari


Untuk kembali membudayakan gotong royong kita harus terbiasa
mengimplementasikan nilai-nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-
hari, seperti ikut serta dalam kegiatan kemasyarakatan contohnya ikut
kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar, ikut serta dalam program
siskamling, tentunya masih sangat mudah bagi masyarakat di desa untuk
mengimplementasikannya, lalu bagaimana dengan masyarakat di kota
yang sudah terlanjur termodernisasikan oleh zaman, tentunya peran
pejabat setempat di lingkungan tempat tinggalnya harus berperan aktif dan
memiliki ide-ide kreatif seperti mengadakan arisan bapak-bapak setiap
minggu, mengadakan pertemuan rutin warga per periode yang ditentukan
guna membahas kegiatan yang sifatnya membangun lingkungan tempat
tinggal dengan memanfaatkan sdm yang ada dan tentunya berlandaskan
gotong royong

9
e. Manfaat Gotong royong demi kemajuan bangsa
Gotong royong mengambil peranan penting bagi kemerdekaan
Indonesia salah satu yang mencerminkan semangat gotong royong adalah
dalam peristiwa bersatunya seluruh pemuda tanah air untuk
memperjuangkan bangsa ini moment ini di kenal dengan peristiwa sumpah
pemuda yang jatoh pada tanggal 28 oktober 1928. Bayangkan apabila
semangat gotong royong ini terus melekat pada pemuda-pemuda Indonesia
pastinya negara ini akan menjadi negara yang memiliki karakter dan bisa
berdiri diatas kaki sendiri maka dari itu sangat penting bagi kita generasi
muda untuk selalu menanamkan sikap gotong royong dan mengamalkan di
kehidupan sehari-hari.

Selain itu gotong royong juga bisa mempererat tali persaudaraan antar
sesama anak bangsa, menjalin komunikasi yang baik, dan merasa satu
penanggungan dengan terbiasanya berinteraksi dengan seksama akan
muncul rasa empati dan simpati antar sesama maka hal ini akan
berdampak pada kerukunan antar sesama warga apabila kerukunan dan
kekompakan sudah terjalin maka itu menjadi modal awal untuk
selanjutnya bisa memajukan lingkungan masing-masing,

Gotong royong juga bisa memperkecil angka kriminalitas, karena


apabila semua masyarakat peduli dengan kebaikan bersama dan
memberdayakan sdm yang ada angka pengangguran akan berkurang
karena semua kgiatan usaha didasarkan dengan kemakmuran bersama
bukan kemakmuran pribadi, dan juga apabila mereka yang memang
sengaja berbuat kejahatan dengan cara mencelakai orang maka tidaklah
berani karena banyak disekeliling kita orang-orang yang peduli akan
sesama. Apabila ini kembali membudaya di seluruh wilayah NKRI maka
sudah dipastikan negara ini akan berkembang dan maju dengan pesat
menjadi negara yang bisa berdiri di kaki sendiri menjadi negara yang
aman dan nyaman untuk ditinggali.

10
BAB IV
PENUTUP
Gotong royong merupakan budaya bangsa Indonesia yang sudah
diwariskan kepada kita generasi penerus bangsa, gotong royong juga
memiliki banyak nilai-nilai positif, oleh karena itu marilah kita mulai dari
diri kita sendiri belajar untuk peduli terhadap sesame, dan belajar untuk
bergotong royong, menjadi pribadi yang aktif dan kritis pada lingkungan
sekitar kita.

Sebagai generasi muda sudah selayaknya melestarikan budaya gotong


royong dan menjadikan budaya gotong royong ini sebagai modal awal
untuk kemajuan bangsa Indonesia di masa depan.

11
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Mahardika swara, http://www.kompasiana.com/swara-
mahardhika/memahami-makna-gotong-royong_54f8470fa333112a608b51c7
Anonym, http://ciputrauceo.net/blog/2016/2/15/gotong-royong-dan-
manfaat-gotong-royong-bagi-kehidupan
Anonym, http://majalah1000guru.net/2016/05/budaya-gotong-royong-
globalisasi/
Madani nafis, http://www.kompasiana.com/nafismadani/lunturnya-
budaya-gotong-royong-di-era-globalisasi_5816d2f5ec96731e1095e167
Anonym, http://pustaka-makalah.blogspot.co.id/2011/03/lunturnya-
nilai-kebudayaan-di-dalam.html
Herawati nanik, Journal “KEARIFAN LOKAL BAGIAN BUDAYA
JAWA”
Fajarini ulfah, Journal “PERANAN KEARIFAN LOKAL DALAM
PENDIDIKAN KARAKTER”
Jannah AM, http://etheses.uin-malang.ac.id /1684/6/11410145
Bab_2.pdf
Rochmadi N, Journal “MENJADIKAN NILAI BUDAYA GOTONG
ROYONG SEBAGAI COMMON IDENTITY DALAM KEHIDUPAN
BERTETANGGA NEGARA-NEGARA ASEAN”
Alinuha adif, Naskah publikasi “IMPLEMENTASI NILAI
PERSATUAN DALAM BERGOTONG ROYONG DI MASYARAKAT DESA”

12
BAB VII
LAMPIRAN

Gambar : dokumentasi kegiatan gotong royong di desa bintaran kulon, bantul,


Yogyakarta.

13

You might also like