You are on page 1of 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.

Y 48 Thn
DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI: ANEMIA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Case Analized Methode
Dosen pembimbing: Angga Wilandika S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Disusun oleh:

Kelompok 2

Aini Rahmawati 302017003 Moch. Ramlan 302017046 (EO)


Anggun Meisya P 302017005 Puput Putri Kusuma 302017054
Annisa Alyati 302017009 Putri Nurhabibah 302017056
Astri Indriani 302017016 Putri Pramitha 302017057 (Moderator)
Ayu Yuliani 302017017 Rika Meliasari 302017061
Dhenira Firdhania 302017022 (Pembanding) Nurasyifa Anugrah 302017053
Dhini Sri Wahyuni 302017023 (Pembanding) Wulan Nurjannah 302017084 (Penyaji)
Hana Laela 302017031 Shofia Nailah 032016031 (Penyaji)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN 'AISYIYAH BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih dan
sayangnya kepada kita semua khususnya kepada penulis serta selalu memberikan
hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat membuat makalah ini dengan penuh
suka cita dan dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah yang penulis susun ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Case Analized
Methode.
Dalam penyusunannya pun penulis mendapatkan bantuan dari teman-teman dan
dari referensi buku. Sudah barang tentu makalah yang penulis buat belum sepenuhnya
sempurna, sehingga penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun sehingga di kemudian hari penulis dapat membuat
makalah jauh lebih baik dari makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca serta
menjadi inspirasi bagi pembaca. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
pembuatan makalah ini.

Bandung, November 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
C. Tujuan Pembuatan Makalah ..........................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................3
A. Pengertian Sistem Hematologi ......................................................................3
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi ...................................................3
BAB III. KONSEP PENYAKIT ..............................................................................7
A. Pengertian Anemia ........................................................................................7
B. Etiologi ..........................................................................................................7
C. Patofisiologi ..................................................................................................8
D. Manifestasi Klinis .......................................................................................10
E. Klasifikasi Anemia ......................................................................................10
F. Pemeriksaan Penunjang ..............................................................................11
G. Penatalaksanaan ..........................................................................................12
ANALISIS KASUS ...............................................................................................14
A. Kasus ...........................................................................................................14
B. Pengkajian ...................................................................................................15
C. Perencanaan Keperawatan (Nursing Care Plan) ........................................24
BAB IV. PENUTUP ..............................................................................................27
A. Kesimpulan .................................................................................................27
B. Saran ............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan 1ematocrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit merupakan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Terdapat macam macam anemia. Sebagai akibat produksi sel darah merah
tidak mencukupi dan sebagian lagi sebagai sel darah merah 1ematocri atau
penghancuran sel darah merah yang pngerhancuran. Faktor penyebab lainnya
meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, 1emato keturunan dan penyakit
kronis. Anemia yang kekurangan besi adalah anemia yang terbanyak di seluruh
dunia.
Menurut Sutaryo (2005) dalam Djariyanto (2008) akibat dari anemia meliputi
pertumbuhan anak akan terhambat, pembentukan sel otot kurang sehingga otot
menjadi lemas, daya tahan tubuh akan menurun, prestasi berkurang dan terjadi
perubahan perilaku.
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying
capacity). Secara praktis anemia ditunjukan oleh penurunan kadar hemoglobin,
Hematocrit, atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai
adalah kadar hemoglobin, kemudian Hematocrit. Penyebabnya adalah jumlah zat
besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Anemia?
2. Bagaimana etiologi dari Anemia?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari Anemia?
4. Bagaimana patofisiologi dari Anemia?
5. Bagaimana tinjauan kasus pada pasien Anemia?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


1. Untuk mengetahui definisi dari Anemia.
2. Untuk mengetahui etiologi dari Anemia.
3. Untuk mengetahui manisfestasi klinis dari Anemia.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Anemia.
5. Untuk mengetahui tinjauan dari Anemia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Hematologi


Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yg mempelajari darah, organ
pembentuk darah dan penyakitnya. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh.
Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yg diperlukan oleh se-sel di seluruh
tubuh. Darah juga menyuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yg bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hematopoisis adalah proses
pembentukan darah dan system imun, menghasilkan semua sel darah tubuh,
termasuk sel darah untuk pertahanan imunologis.

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi

3
4

Sistem hermatologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,


termasuk sumsum tulang dan nodus limfa. Sel darah terbagi menjadi eritrosit dan
lekosit. Lekossit dapat berada dalam beberapa bentuk: eosinofil, basofil, monosit,
netrofil, dan limfosit. Selain itu dalam suspensi plasma, ada juga fragmen – fragmen
sel tak berinti yang disebut trombosit. Fraksi darah yang ditempati oleh eritrosit
disebut hemaktorit.
1) Sumsum Tulang
Sumsum merah merupakan tempat produksi sel darah merah aktif dan
merupakan organ hematopoetik (penghasil darah) utama. Sedang sumsum kuning,
tersusun terutama oleh lemak dan tidak aktif dalam produksi elemen darah.
2) Eritrosit
Membran sel darah merah sangat tipis sehingga gas seperti karbon dioksida
dapat dengan mudah ber difusi melaluinya. Ketika hemoglobin berikatan dengan
oksigen, dinamakan oksihemoglobin. Produksi eritrosit (eritropoesis) muncul dari
sel stem premitif dalam sumsum tulang. Eritrobas adalah sel berinti yang dalam
proses pematangan di sumsum tulang menimbun hemoglobin dan secara bertahap
kehilangan intinya.
3) Leukosit
Leukosit dalam dua kategori, granulosit dan sel mononuklear
(angranulosit). Granulosit ditentukan oleh adanya granula dalam sitoplasmanya.
Leukosit mononuklear (limfosit dan monosit) adalah sel darah putih dengan inti
satu lobus dan sitoplasmanya bebas granula. Fungsi leukosit adalah melindungi
5

tubuh terhadap invasi bakteri atau benda asing lainnya. Fungsi limfosit
menghasilkan subsstansi yang membantu penyerangan benda asing. Sekelompok
limfosit (limfosit T) membunuh sel secara langsung atau menghasilkan berbagai
limfokin, suatu substansi yang memperkuat aktivitas sel fagositik. Kelompok
limfosit lainnya (limfosit B) menghasilkan antibodi, suatu melekul protein yang
akan menghancurkan benda asing dengan berbagai mekanisme. Eusinopil dan
basopil berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai material biologis kuat
seperti histamin, serotonim dan heparin.
4) Trombosit
Produksi trombosit diatur oleh trombo protein. Trombosit berperan penting
dalam mengontrol perdarahan. Substansi yang dilepaskan dari granula trombosit
dan sel darah lainnya menyebabkan trombosit menempel satu sama lain dan
membentuk tambahan atau sumbatan, yang sementara menghentikan perdarahan.
Substansi lain dilepaskan dari trombosit untuk mengaktifasi faktor pembekuan
dalam plasma darah.
5) Pembekuan Darah
Pembekuan darah adalah proses dimana komponen cairan darah
ditransformasi menjadi material semisolid yang dinamakan bekuan darah. Bekuan
darah tersusun terutama oleh sel-sel darah yang terperangkap dalam jaring-jaring
fibrin. Fibrin dibentuk oleh protein dalam plasma melalui urutan reaksi yang
kompleks. Berbagai faktor terlibat dalam tahap-tahap reaksi pembentukan fibrin.
Bekuan yang terbentuk dalam tubuh dapat larut oleh kerja system fibrinolitik, yang
terdiri atas plasmin dan berbagai ensim proteolik. Melalui kerja system ini, bekuan
akan dilarutkan ketika jaringan menyembuh, dan system vaskuler kembali ke
keadaan dasar normal.
6) Plasma Darah
Plasma darah mengandung ion, protein dan zat lain. Apabila plasma
dibiarkan membeku, sisa cairan yang tertinggal dinamakan serum. Serum
mempunyai kandungan yang sama dengan plasma, kecuali kandungan fibrinogen
dan beberapa faktor pembekuan.
6

a. Protein plasma terususun terutama oleh albumin dan globulin. Globulin


tersusun atas fraksi alfa, beta dan gama yang dapat dilihat dengan uji
laboratorium yang dinamakan elektroforesis protein.
b. Gama globin yang tersusun terutama oleh natibodi. Protein ini dihasilkan oleh
limfosit dan sel plasma.
c. Albumin terutama penting pemeliharaan volume cairan dalam sistem vaskuler.
Dinding kapiler tidak permeabel terhadap albumin, sehingga keberadaanya
dalam plasma menciptakan gaya onkotik yang menjaga cairan dalam rongga
vaskuler. Albumin, yang dihasilkan oleh hati, memiliki kapasitas mengikat
berbagai zat yang ada dalam plasma. Dalam hal ini, albumin berfungsi sebagai
protein trasnport untuk logam, asam lemak, bilirubin, dan obat-obatan diantara
zat lainya.
BAB III
KONSEP PENYAKIT

A. Definisi Anemia
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. (Bruner &
Suddarth, 2002).
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, hitung eritrosit,
berakibat pada penurunan pada kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
(Sudoyo Aru, 2015).
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan tubuh. (Wiwik Handayani, 2008)
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang
umum dipakai adalah sebagai berikut.
1. Ringan sekali Hb 10gr/dl – 13gr/dl
2. Ringan Hb 8gr/dl – 9,9 gr/dl
3. Sedang Hb 6gr/dl – 7,9 gr/dl
4. Berat Hb <6gr/dl

B. Etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri, tetapi merupakan gejala
berbagai macam penyakit dasar. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena:
1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
2. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
3. Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya atau
(hemolisis).

7
8

C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping
proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran
darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka
hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan ke dalam urine. Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut ini.
(Suzanne C. Smeltzer & Brenda. 2002:935).
1. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat
dibawa oleh darah ke jaringan.
2. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.

PATHWAY

Absorbsi Fe, B12,


dan asam folat
berkurang

Produksi SDM

menurun

Eritrosit
menurun
9

Hemoglobin
menurun

ANEMIA

Merangsang Suplai O2 dan Metabolisme


sistem saraf nutrisi ke jaringan an aerob
simpatis berkurang

Penumpukan
Aliran darah ke Hipoksia sel dan asam laktat
GI menurun jaringan pada jaringan

ATP
Peristaltik berkurang
menurun

Kelelahan,
Intake nutrisi pucat, lemas
menurun

Keletihan
Pola nutrisi
terganggu

Anoreksia

Ketidaseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
10

D. Manifestasi Klinis Anemia


1. Gejala Umum Anemia
Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada
semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun
sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala-gejala tersebut apabila
diklasifikasikan menurut organ yang terkena.
a. Sistem kardiovaskular: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak
nafas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
b. Sistem saraf: sakit kepala, psing, telinga mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan
dingin pada ekstremitas.
c. Sitem urogenital: gangguan haid, dan libido menurun.
d. Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit
menurun, serta rambut tipis dan halus.
2. Gejala khas masing-masing anemia:
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi pupil lidah, stomatitis angularis.
b. Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
c. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatoplenomegali.
d. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.

E. Klasifikasi Anemia
1. Anemia aplastik. Merupakan anemia normokronik normositer yang
disebabkan oleh disfungsi sumsum tulang, sedemikian sehingga sel darah
yang mati tidak diganti.
2. Anemia defisiensi. Merupakan anemia yang timbul akibat kosongnya
cadangan besi tubuh, sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis
berkurang yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang.
3. Anemia megaloblastik. Merupakan anemia yang khas ditandai oleh adanya
sel megaloblast dalam sumsum tulang. Sel megaloblast adalah sel prekursor
11

eritrosit dengan bentuk sel yang besar disertai adanya res, dimana maturasi
sitoplasma berkurang tetapi inti besar dengan susunan kromosom yang
longgar.
4. anemia hemolitik. Merupakan anemia yang disebabkan oleh proses
hemolisis, yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum
waktunya.
5. Anemia sel sabit. Merupakan suatu gangguan resesif otosom yang
disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektif, satu buah
dari masing-masing orangtua. Hemoglobin yang cacat itu disebut
hemoglobin S (HbS), menjadi kaku dan membentuk konfigurasi seperti
sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemerikasaan laboratorium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian,
pada komponen-komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks
eritrosit (MCV, MCV dan MCHC), apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap
darah (LED), dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan sistem hematopoeis.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk
mengkonfirmasi dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen
berikut ini:
1) Anemia defesiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferin,
feritin serum.
2) Anemia megaloblastik: asam folat darah atau eritrosit, vitamin
B12.
12

3) Anemia hemolitik: hitung retikulosit: Tes cooebs, dan


elektroporesis Hb.
4) Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sito kimia.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis: efaal ginjal, faal endokrin,
asam urat, faal hati, biakan kuman.
3. Radiologi: thorax, bone survey, USG, atau linfangiografi.
4. Pemeriksaan sitogenetik
5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain reaction, FISH =
fluorescence in situ hybrydazation).

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1. Anemia aplastik
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan
antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama
7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil.
Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.
2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat.
Jika tersedia,dapat diberikan eritropoetin rekombinan.
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang
mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
4. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan
sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang
dari 5gr%.
13

5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12 , bila
defisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM .
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari.
d. Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs,
penangananya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara
IM.
6. Anemia pasca perdarahan
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat
diberikan cairan infus.
7. Anemia hemolitik
Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.
14

ANALISIS KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. Y 48 Thn
DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI: ANEMIA

1. KASUS

Tn. Y, 48 tahun, sudah 3 hari dirawat dengan keluhan lemas, penurunan nafsu
makan, sesak nafas, dan sulit berjalan karena kelemahan otot. Wajah Tn. Y
kelihatan pucat dan emosinya labil mudah tersinggung. Pada pemeriksaan lab
ditemukan kadar Hgb 8,2 g/dl, Hct 25%, RBCs 2,5 mill/mcl. Pada riwayat
kesehatan lalu ditemukan riwayat menderita campak ketika muda, walaupun
menurut Ibunya bahwa sewaktu kecil Tn. Y mendapatkan imunisasi lengkap. Tn.
Y tidak memiliki alergi terhadap obat, binatang, makanan, atau agen lain. Tn. Y
pernah dirawat 2 tahun yang lalu dengan keluhan sakit lambung. Tn. Y pernah
kecanduan minuman alkohol sejak masih muda, namun sudah berhenti sejak
dirawat 2 tahun yang lalu. Pola makan biasa 2-3 x sehari, namun tidak menyukai
daging dan sayur-sayuran. Perawat menangani Tn. Y sering memarahi Tn. Y karena
punya pola kebiasaan jelek tidak menyukai daging. Tanda vital TD 110/70 mmHg,
HR 80x/mnt, RR 18x/mnt, Suhu 36,6oC.
15

2. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
1) Nama : Tn. Y
2) Umur : 48 Tahun
3) Suku/bangsa : Indonesia
4) Status perkawinan : Menikah
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMA
7) Alamat : Jl. Tarogong No. 04
8) No. Registrasi/Medrec : 00002345
9) Tanggal masuk Rumah Sakit : 5 November 2018
10) Tanggal Pengkajian : 6 November 2018
b. Identitas Penanggung jawab
1) Nama : Ny. D
2) Alamat : Jl. Tarogong No. 04
3) Hubungan dengan Klien : Istri klien
4) No tlpn : 08122959901

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Keluhan Utama
Klien mengeluh lemas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh lemas, penurunan nafsu makan, sesak nafas, dan sulit
berjalan karena kelemahan otot.
c. Riwayat Kesehatan dahulu
Pasien ada riwayat menderita campak ketika muda dan sakit lambung.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terkaji, namun harus ada yang dikaji sebagai berikut : Menggunakan
genogram atau menyusun riwayat kesehatan anggota keluarga. Menanyakan
adakah sakit DM, kanker, TBC, jantung, hipertensi dll di keluarga.
16

e. Pemeriksaan Fisik
1). Tanda-tanda Vital
− TD (tekanan darah) : 110/70 mmHg
− N (Nadi) : 80 x/mnt
− R (Respirasi/Pernafasan) : 18 x/mnt
− S (Suhu) : 36,6oC
2). Pemeriksaan Antropometri
− BB (berat badan) : Tidak terkaji
− TB (tinggi Badan) : Tidak terkaji
− BMI (Body Mask Index) : Tidak terkaji
− LLA (Lingkar Lengan Atas): Tidak terkaji
3). Pengkajian Persistem
a. System Pernafasan
Respirasi Rate 18 x/mnt, sesak nafas. Hal lainnya yang perlu dikaji (Ada
cuping hidung, kebersihan hidung, bibir sianosis, kesimetrisan dada dan
punggung saat nafas, terpasang alat bantu nafas, perkusi paru, ada nyeri
tekan di dada, masa, tekstur, ada krepitasi, suara nafas normal-tidak
normal, nafas ireguler/tidak.)
b. System kardiovaskuler
Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi 80 x/mnt, pucat. Hal lainnya yang
perlu dikaji (perkusi jantung, palpasi dada, suara jantung normal/tidak
normal, konjungtiva anemis/tidak)
c. System pencernaan
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji sebagai berikut :
Kesimetrisan abdomen, warna abdomen, luka di abdomen, tekstur,
kebersihan lidah, sariawan, gigi dan mulut. Mulut kering/tidak, dengar
peristaltik usus berapa jantung normal/tidak normal, perkusi abdomen dan
hepar, palpasi abdomen, keras/tidak, masa, data subjektif pasien temasuk
mual-muntah.
17

d. System integument
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji, seperti: Pucat, petechie,
ecchymoses, mukosa oral berwarna merah, ulserasi kecil di daerah bucal.
e. Sistem persarafan
1) Kesadaran dan orientasi : Compos Mentis
2) Nilai GCS : Tidak terkaji
3) Memori : Tidak terkaji
4) Tes fungsi syaraf otak :

Tidak terkaji tetapi harus dikaji seperti:


 Nervus Olfaktori (N. I):
Fungsi: saraf sensorik, untuk penciuman
 Nervus Optikus (N. II)
Fungsi: saraf sensorik, untuk penglihatan
 Nervus Okulomotoris (N. III)
Fungsi: saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata keatas,
kontriksi pupil, dan sebagian gerakan ekstraokuler
 Nervus Trochlearis (N. IV)
Fungsi: saraf motorik, gerakan mata kebawah dan kedalam
 Nervus Trigeminus (N. V)
Fungsi: saraf motorik, gerakan mengunya, sensai wajah, lidah dan gigi,
refleks korenea dan refleks kedip
 Nervus Abdusen (N. VI)
Fungsi: saraf motorik, deviasi mata ke lateral
 Nervus Fasialis (N. VII)
Fungsi: saraf motorik, untuk ekspresi wajah
 Nervus Verstibulocochlearis (N. VIII)
Fungsi: saraf sensorik, untuk pendengran dan keseimbangan
 Nervus Glosofaringeus (N. IX)
Fungsi: saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa
 Nervus Vagus (N. X)
18

Fungsi: saraf sensorik dan motorik, refleks muntah dan menelan


 Nervus Asesoris (N. XI)
Fungsi: saraf motorik, untuk menggerakan bahu
 Nervus Hipoglosus (N. XII)
Fugsi: saraf motorik, untuk gerakan lidah
f. Sistem Endokrin
Tidak terkaji
g. Sistem Muskuloskeletal
1) Ekstremitas Atas
Tidak terkaji
2) Ekstremitas bawah
Sulit berjalan karena kelemahan otot.

f. Riwayat ADL (Activity Daily Living)


No Aktivitas Sebelum Sakit Sesudah Sakit
1 Nutrisi
a. Makan
2-3 x sehari
Frekuensi 2-3 x sehari
(Tidak
Jenis (Tidak
menyukai
Keluhan menyukai
daging dan
b. Minum daging dan
sayur-sayuran)
Frekuensi sayur-sayuran)
Jenis
Keluhan
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi
Tidak terkaji Tidak terkaji
W arna
Keluhan
b. BAK
19

Frekuensi
Warna
Keluhan
3 Mobilisasi Tidak terkaji Sulit berjalan
karena
kelemahan otot.

4 Istitahat tidur
a. Tidur siang Tidak terkaji Tidak terkaji
b. Tidur malam
c. Keluhan
5 Personal hygiene
a. Mandi
b. Keramas
Tidak terkaji Tidak terkaji
c. Gunting kuku
d. Gosok gigi

g. Data Psikologis
1). Status Emosi
Emosi klien labil dan mudah tersinggung.
2). Konsep Diri
a). Gambaran Diri : Tidak terkaji namun harus dikaji (klien tampak
sabar/tidak dalam menerima sakit yang di derita)
b). Harga Diri: Tidak terkaji namun harus dikaji (klien merasa
malu/tidak sehubungan dengan kondisi fisiknya saat
berhubungan dengan orang lain.)
c). Peran diri: Tidak terkaji namun harus dikaji (klien merasa
perannya sebagai kepala keluarga terganggu/tidak karena
keadaannya sekarang)
d). Identitas diri: Tidak terkaji namun harus dikaji (klien menyadari
bahwa dirinya adalah seorang laki-laki dan sebagai kepala
20

keluarga. Klien pun dapat membedakan dirinya dengan orang


lain)
e). Ideal diri : Tidak terkaji namun harus dikaji (klien berharap agar
dirinya cepat sembuh dan segera pulang)
3). Gaya Komunikasi : Tidak terkaji namun harus dikaji (klien mampu
berkomunikasi dan bicara lembut, terbuka dan mau menerima saran
dari orang lain)
h. Data Sosial
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji sebagai berikut :
Berisi hubungan klien dengan yang lain, keluarga, teman, kerabat dan
perawat.
i. Data Spritual
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji sebagai berikut :
Hubungan klien dengan Allah SWT, melaksanakan sholat saat sehat-sakit,
sakit menurut agama klien seperti apa.
j. Data Penunjang
1). Pemeriksaan Labolatorium
Tanggal Pemeriksaan :
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Interpretasi
Hemoglobin 8,2 gr/dl 13,5 – 17,5 gr/dl Kurang dari normal

Hematokrit 25% Kurang dari normal


Laki-laki (40 - 52 %)
RBCs 2,5 mill/mcl 4,7 – 6,1 mill/mcl Kurang dari normal

2) Pemeriksaan Lain
Tidak terkaji
k. Terapi : Tidak terkaji
1. Terapi Gizi : Tidak terkaji
2. Hasil Pemeriksaan Diagnostik : Tidak terkaji
21

l. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Anemia Keletihan
-klien mengeluh lemah

Produksi SDM menurun

DO:
-Klien terlihat pucat Eritrosit menurun
-Hb 8,2
-RBCs 2,5
Hemogblobin menurun

Suplai O2 dan nutrisi ke


jaringan berkurang

Hipoksia, pucat

Mekanisme an aerob

ATP berkurang

Kelemahan

Keletihan
22

3 DS: Defisiensi besi, asam folat, Ketidakseimbangan nutrisi:


-klien mengeluh lemah depresi sumsum tulang kurang dari kebutuhan
eritropoetin
-Klien mengeluh nafsu makan tubuh
berkurang
-Klien mengatakan tidak Produksi SDM menurun
menyukai sayuran dan
daging.
Eritrosit menurun

DO:
-Klien terlihat pucat Hemogblobin menurun

Nutrisi tidak adekuat

Intake nutrisi menurun

Pola nutrisi terganggu

Anoreksia dan lemas

Kurangnya zat besi dan asam


folat dalam tubuh

Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan
23

Diagnosa Keperawatan Berdasarkan perioritas (Keluhan utama yang muncul pada


saat pengkajian (wawancara).
1. Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis (anemia).
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan, anoreksia.
24

Perencanaan Keperawatan (Nursing Care Plan)

00093

Domain 4: Aktivitas/Istirahat Kelas 3. Keseimbangan Energi

Keletihan

Kondisi dimana gambaran mental tentang diri – fisik individu.

Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil


NO Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan (NOC)

1 Keletihan b.d kelesuan Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan jenis dan banyaknya 1. Mengidentifikasi pencetus
fisiologis (anemia) keperawatan selama 3 x 24 jam aktivitas yang dibutuhkan untuk kelelahan
keletihan teratasi. Dengan kriteria menjaga ketahanan
2. Aktivitas terlalu berat dan tidak
hasil: 2. Bantu pasien identifikasi pilihan
sesuai dengan kondisi klien dapat
1. Hb 13,5 – 17,5 gr/dl aktivitas-aktivitas yang akan
memperburuk toleransi terhadap
2. 4,7 – 6,1 mill/mcl dilakukan
latihan
3. Dapat melakukan aktivitas sendiri 3. Anjurkan klien untuk membatasi
aktivitas yang cukup berat seperti
25

berjalan jauh, berlari, mengangkat 3. Memudahkan klien untuk


beban berat, dll. mengenali kelelahan dan waktu
4. Kaji adanya faktor yang untuk istirahat
menyebabkan adanya keletihan
4. Adanya faktor lain
5. pembatasan aktivitas atau
menyebabkan keletihan akan
tingkatkan periode istirahat
memperburuk klien

5. Aktivitas yang maju memberi


kontrol jantung, meninhkatkan
regangan dan mencegah aktivtas
berlebihan

00002

Domain 2: Nutrisi Kelas 1. Makan

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.


26

1. Jelaskan tentang manfaat 1. Dengan pemahaman klien akan


Setelah dilakukan tindakan makanan bila dikaitkan dengan lebih kooveratif dengan mengikuti
2 Ketidakseimbangan aturan.
nutrisi: kurang dari keperawatan selama 3 x 24 jam kondisi klien dengan saat ini
kebutuhan tubuh b.d kebutuhan nutrisi klien teratasi. 2. Anjurkan agar klien makan 2. untuk menghindari makanan
kurang asupan yang mengganggu proses
Dengan kriteria hasil: makananan yang disediakan di
makanan, anoreksia penyembuhan klien
1. Hb 13,5 – 17,5 gr/dl rumah sakit
3. untuk meningkatkan selera dan
2. Nafsu makan klien meningkat 3. Berikan makananan dalam
mencegah mual ,mempercepat
3. Klien termotivasi untuk melakukan keadaan yang hangat dengan perbaikan kondisi, serta
pemenuhan nutrisi sesuai anjuran porsi kecil serta mengandung membantu pembentukan sel-sel
darah merah pada tubuh.
misalnya : menyukai daging dan banyak folat.
sayuran. 4. Libatkan keluarga pasien dalam 4. klien kadang mempunyai selera
makan yang sudah biasa sejak
pemenuhan nutrisi tambahan
dirumah. Dengan bantuan
yang tidak bertentangan dengan keluarga dengan pemenuhan
penyakitnya nutrisi dengan tidak bertentangan
5. Lakukan dan ajarkan perawatan dengan pola diet akan
meningkatkan pemenuhan nutrisi
mulut sebelum dan sesudah
makan serta sebelum dan sesudah 5. higine oral yang baik akan
meningkatkan nafsu makan klien
pemeriksaan peroral.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari kasus di atas bahwa Anemia adalah penurunan
kadar hemoglobin, hematokrit, hitung eritrosit, berakibat pada penurunan pada
kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Penyebab anemia mencakup Gejala
umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis
anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik
tertentu. Anemia terbagi menjadi beberapa klasifikasi seperti: anemia defisiensi
besi, anemia aplastik, anemia megaloblastik, anemia hemolitik, anemia sel sabit.
Kasus di atas menunjukan bahwa pasien mengalami anemia defisiensi besi,
dilihat bahwa klien mengalami penurunan hemoglobin karena kurangnya asupan
zat besi dan folat yang ditandai bahwa klien tidak menyukai sayuran dan daging
dan tanda-tanda anemia megaloblastik yaitu batasannya lebih dari 95 sedangkan
yang dilihat dari perhitungan MCV dengan hasil 100.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih banyak kekurangan, kedepanya penulis
akan terus memperbaiki baik dari segi penulisan dan pengetikan juga akan lebih
fokus dan detai dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak dan tetntunya dapat di pertanggung jawabkan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzzane C. Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Jakarta : EGC
Handayani, Wiwik. Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Buku ajar Asuhan Keperawatan
pada klien dengan gangguan sistem hemtologi. Jakarta : Salemba Mendika
NANDA International. 2015 Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi
2015-2017/Editor, T. Heather Herdman dan Shigemi Kamitsuru; Alih
Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa
Indonesia, Budi, Anna, dkk.. Jakarta; EGC.
Bluchek, Butcher, dkk. 2013. Nursing outcomes Intervention. Singapura. Elsevier
Moorhead, Johnson, dkk. 2013. Nursing outcomes Classification. Singapura.
Elsevier

You might also like