Professional Documents
Culture Documents
Y 48 Thn
DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI: ANEMIA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Case Analized Methode
Dosen pembimbing: Angga Wilandika S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Disusun oleh:
Kelompok 2
Dengan menyebut nama Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih dan
sayangnya kepada kita semua khususnya kepada penulis serta selalu memberikan
hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat membuat makalah ini dengan penuh
suka cita dan dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah yang penulis susun ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Case Analized
Methode.
Dalam penyusunannya pun penulis mendapatkan bantuan dari teman-teman dan
dari referensi buku. Sudah barang tentu makalah yang penulis buat belum sepenuhnya
sempurna, sehingga penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun sehingga di kemudian hari penulis dapat membuat
makalah jauh lebih baik dari makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca serta
menjadi inspirasi bagi pembaca. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
pembuatan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan 1ematocrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit merupakan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Terdapat macam macam anemia. Sebagai akibat produksi sel darah merah
tidak mencukupi dan sebagian lagi sebagai sel darah merah 1ematocri atau
penghancuran sel darah merah yang pngerhancuran. Faktor penyebab lainnya
meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, 1emato keturunan dan penyakit
kronis. Anemia yang kekurangan besi adalah anemia yang terbanyak di seluruh
dunia.
Menurut Sutaryo (2005) dalam Djariyanto (2008) akibat dari anemia meliputi
pertumbuhan anak akan terhambat, pembentukan sel otot kurang sehingga otot
menjadi lemas, daya tahan tubuh akan menurun, prestasi berkurang dan terjadi
perubahan perilaku.
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying
capacity). Secara praktis anemia ditunjukan oleh penurunan kadar hemoglobin,
Hematocrit, atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai
adalah kadar hemoglobin, kemudian Hematocrit. Penyebabnya adalah jumlah zat
besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Anemia?
2. Bagaimana etiologi dari Anemia?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari Anemia?
4. Bagaimana patofisiologi dari Anemia?
5. Bagaimana tinjauan kasus pada pasien Anemia?
3
4
tubuh terhadap invasi bakteri atau benda asing lainnya. Fungsi limfosit
menghasilkan subsstansi yang membantu penyerangan benda asing. Sekelompok
limfosit (limfosit T) membunuh sel secara langsung atau menghasilkan berbagai
limfokin, suatu substansi yang memperkuat aktivitas sel fagositik. Kelompok
limfosit lainnya (limfosit B) menghasilkan antibodi, suatu melekul protein yang
akan menghancurkan benda asing dengan berbagai mekanisme. Eusinopil dan
basopil berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai material biologis kuat
seperti histamin, serotonim dan heparin.
4) Trombosit
Produksi trombosit diatur oleh trombo protein. Trombosit berperan penting
dalam mengontrol perdarahan. Substansi yang dilepaskan dari granula trombosit
dan sel darah lainnya menyebabkan trombosit menempel satu sama lain dan
membentuk tambahan atau sumbatan, yang sementara menghentikan perdarahan.
Substansi lain dilepaskan dari trombosit untuk mengaktifasi faktor pembekuan
dalam plasma darah.
5) Pembekuan Darah
Pembekuan darah adalah proses dimana komponen cairan darah
ditransformasi menjadi material semisolid yang dinamakan bekuan darah. Bekuan
darah tersusun terutama oleh sel-sel darah yang terperangkap dalam jaring-jaring
fibrin. Fibrin dibentuk oleh protein dalam plasma melalui urutan reaksi yang
kompleks. Berbagai faktor terlibat dalam tahap-tahap reaksi pembentukan fibrin.
Bekuan yang terbentuk dalam tubuh dapat larut oleh kerja system fibrinolitik, yang
terdiri atas plasmin dan berbagai ensim proteolik. Melalui kerja system ini, bekuan
akan dilarutkan ketika jaringan menyembuh, dan system vaskuler kembali ke
keadaan dasar normal.
6) Plasma Darah
Plasma darah mengandung ion, protein dan zat lain. Apabila plasma
dibiarkan membeku, sisa cairan yang tertinggal dinamakan serum. Serum
mempunyai kandungan yang sama dengan plasma, kecuali kandungan fibrinogen
dan beberapa faktor pembekuan.
6
A. Definisi Anemia
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. (Bruner &
Suddarth, 2002).
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, hitung eritrosit,
berakibat pada penurunan pada kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
(Sudoyo Aru, 2015).
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan tubuh. (Wiwik Handayani, 2008)
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang
umum dipakai adalah sebagai berikut.
1. Ringan sekali Hb 10gr/dl – 13gr/dl
2. Ringan Hb 8gr/dl – 9,9 gr/dl
3. Sedang Hb 6gr/dl – 7,9 gr/dl
4. Berat Hb <6gr/dl
B. Etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri, tetapi merupakan gejala
berbagai macam penyakit dasar. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena:
1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
2. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
3. Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya atau
(hemolisis).
7
8
C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping
proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran
darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka
hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan ke dalam urine. Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut ini.
(Suzanne C. Smeltzer & Brenda. 2002:935).
1. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat
dibawa oleh darah ke jaringan.
2. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.
PATHWAY
Produksi SDM
menurun
Eritrosit
menurun
9
Hemoglobin
menurun
ANEMIA
Penumpukan
Aliran darah ke Hipoksia sel dan asam laktat
GI menurun jaringan pada jaringan
ATP
Peristaltik berkurang
menurun
Kelelahan,
Intake nutrisi pucat, lemas
menurun
Keletihan
Pola nutrisi
terganggu
Anoreksia
Ketidaseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
10
E. Klasifikasi Anemia
1. Anemia aplastik. Merupakan anemia normokronik normositer yang
disebabkan oleh disfungsi sumsum tulang, sedemikian sehingga sel darah
yang mati tidak diganti.
2. Anemia defisiensi. Merupakan anemia yang timbul akibat kosongnya
cadangan besi tubuh, sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis
berkurang yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang.
3. Anemia megaloblastik. Merupakan anemia yang khas ditandai oleh adanya
sel megaloblast dalam sumsum tulang. Sel megaloblast adalah sel prekursor
11
eritrosit dengan bentuk sel yang besar disertai adanya res, dimana maturasi
sitoplasma berkurang tetapi inti besar dengan susunan kromosom yang
longgar.
4. anemia hemolitik. Merupakan anemia yang disebabkan oleh proses
hemolisis, yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum
waktunya.
5. Anemia sel sabit. Merupakan suatu gangguan resesif otosom yang
disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin defektif, satu buah
dari masing-masing orangtua. Hemoglobin yang cacat itu disebut
hemoglobin S (HbS), menjadi kaku dan membentuk konfigurasi seperti
sabit apabila terpajan oksigen berkadar rendah.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemerikasaan laboratorium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian,
pada komponen-komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks
eritrosit (MCV, MCV dan MCHC), apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap
darah (LED), dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan sistem hematopoeis.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk
mengkonfirmasi dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen
berikut ini:
1) Anemia defesiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferin,
feritin serum.
2) Anemia megaloblastik: asam folat darah atau eritrosit, vitamin
B12.
12
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1. Anemia aplastik
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan
antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama
7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil.
Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.
2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat.
Jika tersedia,dapat diberikan eritropoetin rekombinan.
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang
mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
4. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan
sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang
dari 5gr%.
13
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12 , bila
defisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM .
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari.
d. Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs,
penangananya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara
IM.
6. Anemia pasca perdarahan
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat
diberikan cairan infus.
7. Anemia hemolitik
Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.
14
ANALISIS KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. Y 48 Thn
DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI: ANEMIA
1. KASUS
Tn. Y, 48 tahun, sudah 3 hari dirawat dengan keluhan lemas, penurunan nafsu
makan, sesak nafas, dan sulit berjalan karena kelemahan otot. Wajah Tn. Y
kelihatan pucat dan emosinya labil mudah tersinggung. Pada pemeriksaan lab
ditemukan kadar Hgb 8,2 g/dl, Hct 25%, RBCs 2,5 mill/mcl. Pada riwayat
kesehatan lalu ditemukan riwayat menderita campak ketika muda, walaupun
menurut Ibunya bahwa sewaktu kecil Tn. Y mendapatkan imunisasi lengkap. Tn.
Y tidak memiliki alergi terhadap obat, binatang, makanan, atau agen lain. Tn. Y
pernah dirawat 2 tahun yang lalu dengan keluhan sakit lambung. Tn. Y pernah
kecanduan minuman alkohol sejak masih muda, namun sudah berhenti sejak
dirawat 2 tahun yang lalu. Pola makan biasa 2-3 x sehari, namun tidak menyukai
daging dan sayur-sayuran. Perawat menangani Tn. Y sering memarahi Tn. Y karena
punya pola kebiasaan jelek tidak menyukai daging. Tanda vital TD 110/70 mmHg,
HR 80x/mnt, RR 18x/mnt, Suhu 36,6oC.
15
2. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
1) Nama : Tn. Y
2) Umur : 48 Tahun
3) Suku/bangsa : Indonesia
4) Status perkawinan : Menikah
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMA
7) Alamat : Jl. Tarogong No. 04
8) No. Registrasi/Medrec : 00002345
9) Tanggal masuk Rumah Sakit : 5 November 2018
10) Tanggal Pengkajian : 6 November 2018
b. Identitas Penanggung jawab
1) Nama : Ny. D
2) Alamat : Jl. Tarogong No. 04
3) Hubungan dengan Klien : Istri klien
4) No tlpn : 08122959901
e. Pemeriksaan Fisik
1). Tanda-tanda Vital
− TD (tekanan darah) : 110/70 mmHg
− N (Nadi) : 80 x/mnt
− R (Respirasi/Pernafasan) : 18 x/mnt
− S (Suhu) : 36,6oC
2). Pemeriksaan Antropometri
− BB (berat badan) : Tidak terkaji
− TB (tinggi Badan) : Tidak terkaji
− BMI (Body Mask Index) : Tidak terkaji
− LLA (Lingkar Lengan Atas): Tidak terkaji
3). Pengkajian Persistem
a. System Pernafasan
Respirasi Rate 18 x/mnt, sesak nafas. Hal lainnya yang perlu dikaji (Ada
cuping hidung, kebersihan hidung, bibir sianosis, kesimetrisan dada dan
punggung saat nafas, terpasang alat bantu nafas, perkusi paru, ada nyeri
tekan di dada, masa, tekstur, ada krepitasi, suara nafas normal-tidak
normal, nafas ireguler/tidak.)
b. System kardiovaskuler
Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi 80 x/mnt, pucat. Hal lainnya yang
perlu dikaji (perkusi jantung, palpasi dada, suara jantung normal/tidak
normal, konjungtiva anemis/tidak)
c. System pencernaan
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji sebagai berikut :
Kesimetrisan abdomen, warna abdomen, luka di abdomen, tekstur,
kebersihan lidah, sariawan, gigi dan mulut. Mulut kering/tidak, dengar
peristaltik usus berapa jantung normal/tidak normal, perkusi abdomen dan
hepar, palpasi abdomen, keras/tidak, masa, data subjektif pasien temasuk
mual-muntah.
17
d. System integument
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji, seperti: Pucat, petechie,
ecchymoses, mukosa oral berwarna merah, ulserasi kecil di daerah bucal.
e. Sistem persarafan
1) Kesadaran dan orientasi : Compos Mentis
2) Nilai GCS : Tidak terkaji
3) Memori : Tidak terkaji
4) Tes fungsi syaraf otak :
Frekuensi
Warna
Keluhan
3 Mobilisasi Tidak terkaji Sulit berjalan
karena
kelemahan otot.
4 Istitahat tidur
a. Tidur siang Tidak terkaji Tidak terkaji
b. Tidur malam
c. Keluhan
5 Personal hygiene
a. Mandi
b. Keramas
Tidak terkaji Tidak terkaji
c. Gunting kuku
d. Gosok gigi
g. Data Psikologis
1). Status Emosi
Emosi klien labil dan mudah tersinggung.
2). Konsep Diri
a). Gambaran Diri : Tidak terkaji namun harus dikaji (klien tampak
sabar/tidak dalam menerima sakit yang di derita)
b). Harga Diri: Tidak terkaji namun harus dikaji (klien merasa
malu/tidak sehubungan dengan kondisi fisiknya saat
berhubungan dengan orang lain.)
c). Peran diri: Tidak terkaji namun harus dikaji (klien merasa
perannya sebagai kepala keluarga terganggu/tidak karena
keadaannya sekarang)
d). Identitas diri: Tidak terkaji namun harus dikaji (klien menyadari
bahwa dirinya adalah seorang laki-laki dan sebagai kepala
20
2) Pemeriksaan Lain
Tidak terkaji
k. Terapi : Tidak terkaji
1. Terapi Gizi : Tidak terkaji
2. Hasil Pemeriksaan Diagnostik : Tidak terkaji
21
l. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Anemia Keletihan
-klien mengeluh lemah
DO:
-Klien terlihat pucat Eritrosit menurun
-Hb 8,2
-RBCs 2,5
Hemogblobin menurun
Hipoksia, pucat
Mekanisme an aerob
ATP berkurang
Kelemahan
Keletihan
22
DO:
-Klien terlihat pucat Hemogblobin menurun
Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan
23
00093
Keletihan
1 Keletihan b.d kelesuan Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan jenis dan banyaknya 1. Mengidentifikasi pencetus
fisiologis (anemia) keperawatan selama 3 x 24 jam aktivitas yang dibutuhkan untuk kelelahan
keletihan teratasi. Dengan kriteria menjaga ketahanan
2. Aktivitas terlalu berat dan tidak
hasil: 2. Bantu pasien identifikasi pilihan
sesuai dengan kondisi klien dapat
1. Hb 13,5 – 17,5 gr/dl aktivitas-aktivitas yang akan
memperburuk toleransi terhadap
2. 4,7 – 6,1 mill/mcl dilakukan
latihan
3. Dapat melakukan aktivitas sendiri 3. Anjurkan klien untuk membatasi
aktivitas yang cukup berat seperti
25
00002
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari kasus di atas bahwa Anemia adalah penurunan
kadar hemoglobin, hematokrit, hitung eritrosit, berakibat pada penurunan pada
kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Penyebab anemia mencakup Gejala
umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis
anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik
tertentu. Anemia terbagi menjadi beberapa klasifikasi seperti: anemia defisiensi
besi, anemia aplastik, anemia megaloblastik, anemia hemolitik, anemia sel sabit.
Kasus di atas menunjukan bahwa pasien mengalami anemia defisiensi besi,
dilihat bahwa klien mengalami penurunan hemoglobin karena kurangnya asupan
zat besi dan folat yang ditandai bahwa klien tidak menyukai sayuran dan daging
dan tanda-tanda anemia megaloblastik yaitu batasannya lebih dari 95 sedangkan
yang dilihat dari perhitungan MCV dengan hasil 100.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih banyak kekurangan, kedepanya penulis
akan terus memperbaiki baik dari segi penulisan dan pengetikan juga akan lebih
fokus dan detai dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak dan tetntunya dapat di pertanggung jawabkan.
27
DAFTAR PUSTAKA