You are on page 1of 3

“AKTIVA SUMBER DAYA ALAM DAN AKTIVA TAK BERWUJUD”

Oleh
Widya Ekadara dan Ratna Sari
Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2015

A. Aktiva Sumber Daya Alam


1. Konsep Dasar Aktiva Sumber Daya Alam
Tidak semua perusahaan memiliki aset yang dapat diperbaharui pada saat nilai
ekonomisnya habis. Beberapa perusahaan memiliki aset tetap yang tidak dapat diperbarui
atau diganti pada saat nilai ekonomisnya sampai pada titik yang terendah. Aset tetap
tersebut yaitu Sumber daya alam (natural resource). Sumber daya alam merupakan aktiva
tetap yang sering kali disebut dengan aktiva yang dapat habis. Yang termasuk ke dalam
aktiva ini adalah minyak, mineral, kayu hutan, bijih besi, dan sumber daya alam lainnya.
Aktiva ini dikarakteristikan dengan dua fitur utama :
a) Pengambilan (penggunaan) sepenuhnya aktiva tersebut;
b) Penggantian aktiva ini hanya dapat dilakukan oleh tindakan alam.
Tidak seperti pabrik dan peralatan, sumber daya alam dikonsumsikan secara fisik
selama periode penggunaan dan tidak mempertahankan karakteristik fisiknya. Namun
masalah akuntansi yang berhubungan dengan sumber daya alam serupa dengan yang
dihadapi oleh aktiva tetap.
Perusahaan-perusahaan seperti pertambangan dan kehutanan memiliki jenis aset tetap
yang tidak dapat diperbarui dan harus dicari yang baru lagi jika ingin memilikinya. Harga
perolehan aset tetap yang berupa sumber daya alam seperti itu harus dialokasikan ke periode-
periode akuntansi yang memperoleh pendapatan dari aset tetap tersebut. Pengalokasian harga
perolehan inilah disebut dengan deplesi. Jumlah deplesi ditentukan dengan mengalihkan
kuantitas yang di tambang selama suatu periode dengan tarif deplesi. Tarif ini dihitung
dengan membagi biaya barang tambang dengan estimasi cadangannya.
2. Deplesi Aktiva Sumber Daya Alam
Seperti telah disinggung di atas, deplesi adalah berkurangnya harga perolehan atau nilai
sumber daya alam seperti minyak, mineral, tambang, bijih besi dan hutan kayu yang
disebabkan oleh perubahan sumber daya alam tersebut hingga menjadi persediaan (Rudianto
2012 : 268).

Penetapan Dasar Deplesi

Perusahaan seperti ExxonMobil memerlukan pengeluaran yang besar untuk menemukan


sumber daya alam ini, dan dalam setiap penemuan yang sukses terdapat banyak “kegagalan”.
Lebih lanjut, penundaan yang terlalu lama sering dihadapi antara waktu biaya terjadi dan
manfaat yang diperoleh dari sumber daya yang ditambang. Akibatnya, perusahaan dalam
indrustri tambang seperti ExxonMobil seringkali menggunakan kebijakan yang konservatif
dalam akutansi untuk pengeluaran yang terjadi dalam menemukan dan menambang sumber
daya alam.
Perhitungan dasar deplesi melibatkan empat faktor, yaitu :
a) Biaya Akuisisi
Biaya akuisisi (acquisition cost) adalah harga yang dibayarkan guna memperoleh hak
properti untuk mencari dan menemukan sumber daya alam yang belum ditemukan atau harga
yang harus dibayar untuk sumber daya yang telah ditemukan. Dalam beberapa kasus, properti
dilease dan pembayaran khusus dibayar kepada pemilik jika sumber daya alam produktif
ditemukan dan secara komersial menguntungkan.
b) Biaya Eksplorasi
Biaya eksplorasi sering kali diperlukan untuk menemukan sumber daya alam. Dalam banyak
kasus, biaya ini di bebankan ketika terjadi. Apabila biaya ini berjumlah substansial dan risiko
menemukan sumber daya tidak pasti (seperti dalam indrusti minyak dan gas), maka
kapitalisasi dapat dilakukan.
c) Biaya Pengembangan
Perusahaan membagi biaya pengembangan (development cost) menjadi dua bagian : (1)
biaya peralatan berwujud dan (2) biaya pengembangan tidak berwujud. Peralatan berwujud
termasuk semua transportasi dan peralatan berat lainnya yang diperlukan untuk menambang
sumber daya serta menyiapkannya untuk pasar. Biaya pengembangan tidak berwujud, disisi
lain, seperti biaya pengeboran, terowongan, gua, dan sumur. Biaya ini memiliki karakteristik
berwujud tetapi diperlukan untuk produksi sumber daya alam. Biaya pengembanagn tidak
berwujud dianggap sebagai bagian dari dasar deplesi.
d) Biaya Restorasi
Perusahaan kadang-kadang mengeluarkan biaya yang substansial untuk merestorasi properti
kembali seperti pada kondisi semula setelah dilakukan penambangan. Ini dinamakan biaya
restorasi. Biaya restosi ini adalah bagian dari dasar deplesi. Jumlah yang dimasukkan dalam
dasar deplesi ini adalah nilai wajar kewajiban untuk meresterasi properti setelah
dilakukannya penambangan.

Segera setelah perusahaan menentukan dasar deplesi, masalah berikutnya menentukan


bagaimana biaya sumber daya alam harus dilokasikan ke periode akuntansi. Biasanya deplesi
dihitung dengan metode unit produksi (pendekatan aktivitas), yang berarti bahwa depresi
merupakan fungsi dari jumlah unit yang ditambang selama periode berjalan. Dalam
pendekatan ini, total biaya sumber daya alam dikurang nilai sisa dibagi dengan estimasi
jumlah unit yang berada dalam deposit sumber daya alam, untuk memperoleh biaya perunit
produk. Biaya per unit ini lalu dikalikan dengan jumlah unit yang di tambang untuk
menghitung deplesi.
PT. Payung Buana adalah sebuah perusahaan penambangan pasir yang berlokasi di
Cirebon, Jawa Barat. Pada awal tahun 2013, perusahaan itu membeli sebidang tanah yang
akan dijadikan lokasi penambangan pasir seharga Rp. 200.000.000. tanah seluas 50.000 m2
tersebut diperkirakan mengandung pasir sebanyak 100.000 m3 pasir. Diperkirakan setelah
seluruh pasir berhasil digali, tanah sisa pertambangan tersebut akan dapat dijual seharga Rp.
50.000.000. Selama tahun 2013, perusahaan berhasil menggali pasir dari tanah pertambangan
tersebut sebanyak 20.000 m3. Bagaimanakah jurnal yang berhubungan dengan aktivitas
pembelian dan pemanfaatan tanah pertambangan serta berapakah beban deplesi dari tanah
pertambangan tersebut ?
Jawab :
Pada awal tahun 2013, saat perusahaan membayar transaksi pembelian tanah pertambangan
secara tunai, jurnal yang perlu dibuat adalah :
Tanah Pertambangan 200.000.000
Kas 200.000.000

Pada awal tahun itu juga, perusahaan dapat menghitung beban deplesi untuk tanah
pertambangan tersebut sebesar :
Diketahui : Harga Perolehan = Rp. 200.000.000
Nilai Sisa = Rp. 50.000.000
Estima Jumlah Unit = 100.000 m3

Deplesi = 200.000.000 – 50.000.000


100.000
= Rp. 1.500/m3

Jika pada tahun 2013 PT Payung Buana Berhasil menggali pasir sebanyak 20.000 m 3, maka
beban deplesi perusahaan untuk tahun 2013 adalah :
Rp. 1.500 x 20.000 m3 = Rp. 30.000.000

Jurnal untuk pencatatan deplesi perusahaan adalah :


Beban Deplesi 30.000.000
Akumulasi Deplesi 30.000.000

Penyajian dalam Neraca :


Tanah Petambangan 200.000.000
Dikurangi Akumulasi Deplesi 30.000.000
170.000.000

You might also like