20
Laporan Kasus
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketoasidosis
Diabetik Berulang:
Laporan Kasus Berbasis Bukti
Fabianto Santoso’, Pradana Soewondo*, Indah Suci Widyahening’, Wismandari Wisnu*
Fatadtas Kedoitevan Universiias Indonesia. Jaharta, Indonesia
‘Divist Endolrin dar MewabotB, Departemen Timu Penvake Dalam Buna Sakis Cipro Mangankusumo,
Fealadtas Kedokteran Universitas Indonesia, Jokarta, Indonesia
‘Departemen limu Kesehatan Komunites, Fekutas Kedotterar Universias Indonesia, Jakara, Indonesia
Abstrak
Lauar belekang: Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah suotu Kondisi gawat darurat yang merypakan kompitkasi
dari diabetes melitus dengan tanda hiperglikemia, asidosis, dan ketosis. Kejadian KAD berkisar antara 4
Fingga 8 kasus untuk 1000 pasien diabetes dengan angka kematian sebesar 0,5 hingga 7%
Tujuan: Mengetahui faktor fakior percetus KAD berulang serta melihat kekuatan huubungan masing: masing
Saktor.
‘Metode: Pencarian literatur melalui database Pubmed. Science Direct, Proquest, EBSCO dan Google Scholar
dengan mengguralan kata hunci “cccustcatdiabetic ketoacidosis”, “precipitating factor”, dant “adult” bersana
dengan kata sinonim ataupun kata lain yang berhubungan. Literatur yang digunakan memenuhi kriteria
inklusi, berupa studi Kinis, observational, review sistemaik, dan metoanalisis, serta kriteria eksklusi berupa
studi pada hewan dan invitro, Artikel yang, terpilis akan dinilai berdesarkan beberapa aspek pada Guidelines
for Etiology Study oleh Center of Evidence-Based Medicine, University of Oxford.
Hasil: Hesil pencarian literatur menemukan 3 artikel studi observasional. Pada artikel pertame ditemukan
pasien KAD herulang menitiki faktor pencetus herupa ketldakpatuhan penggunaan insulin (78%), infeksi
(16%), pervakit non infeksi (3%), dan hai-hal lainnva (3%). Hasil penelitian tedua vang didapatan tidak
jimh berbeda yaitu 80% pasien tidak pate dalam ponggunaan insulin, 20% falter finansial, dan 5% pasien
‘kibat masalah teknis. Artikel ketiga menumjutkan faktor pencetus paling banyak bait untuk KAD berulang
pada pasien diahetes melitus tipe 1 maupun 2 adalah infeksi dibandinghan dengan ketidakpatuhan
menggunakan insulin.
Kesimpulan: Artikel yang dibutuhkam untuk menjawab pertanyaam ini tidak banyak dengan kritera tingkat
hubti yang cukxp rendah. Berdasarkan artikel yang ada, faktor pencetus tersering KAD herulang adalah
hetidakpatudser: minum obat dan infeksi.
Abstract
Background: Diabetic Ketoacidosis is an emergency coniition which is one of diabetes mellitus complications censisting of
Iyperghcemtz acidosis, andketosts sens. The incidence of diabetic ketoacidosis four to eight cases in 1000 diabetic pents
‘and mortality rate is between 0.5 10 7%.
Aim: To know precipitating factors and its correlations in recwrent diabetic ketoacidosis.
Morkode: Literature was searched from Pubmed, Science Disect, Proguest, EBSCO, and Google Scholar with keywords
“recuerem diabetic ketoacidosis”, “precipitating factor”, “adult” and its synonym or the others which were correlate with.
The selected aricies hed to ful melusioncritertas, which were clnical stud, observational study, systematic review, and
-meiaanalyss; whilst exiusion criterias were study that used animal andin vitro, The selected articles were examined based on
Guidelines for Etiology Study jrom Center of Evidence-Based Medicine. University of Oxford.
f
bne
~~
Jurnal Dolter Keluarga Indonesia. Volume 2. Nomor: 1. Maret 2016
‘Result Literature search found 3 observational studies. First article found that recurrent dlabetic ketoacidosis ai precip:
tating factors from noncompliancoatsing insulin (78%), infection (16%), noncommunicable disease (394), and athers (39%)
Second study hiresults which was not significantly differen withfirst article Inthe study thore were 8Dspetients wich mere
noncompliance wsing insulin, 20% flnancial problem, and $°% pationss kad technical problem, The last article shame ae
‘most precipitating factors of recurrent diabetic ketoacidosis, oven diabetes mellitus type I and 2, was infection
Conclusion: Only few stades answered
Tow evidence level this clinical questions. With these articles, most precipitating
factors ofrecurrent diabetic ketoacidosis were noncompliance of treatment and infection.
Pendabuluan
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah suata konéisi
‘gawat derurat yang merupakan komplikasi dari diabetes
‘melitus dengan tanda hiperglikemia, asidosis, dan ketosis!
Berdasarkan epidemiologi, kejadian KAD berkisor antara 4
hingga § kasus untuk 1000 pasien diabetes. Angka ini
itunjang dengan angka kematian sebesar 0.5 hingza 7%?
Dj Amerika, jumlah pecawatan inap untuk pasien KAD
‘mencapai angka lei dari 140,000 perawatan per tahun pada
tahun 2009 yang meningkat dari tahun 1988. Jamlch ini
‘menyebablan beban keuangan yang ditanggung semakin
besa, yaitu mencapai angka 2,4 milyar dollar Amerika.“ Data
cpidemiologi KAD terbara di Indonesiamasih betum tersedia
‘Namun, KAD menjadi taniangan untuk pengobatan diabe-
tesmelitus di Indonesia Padatahun 2000, didapatkan uma
kkasus dan angka kematian dari ketoasidosis diabetik yang
dirangkum dari beberape peaclitian di RSUPN Cipto
‘Mangunkusumo Jakarta, Penelitian yang dilakuken pada
tahun 1998-1999 memanjuickan jumlah kasus sehanyak 37
kkasus dalam waktu 12 bulan dengen persentase kematian
sebesat 51%."
KAD dapat terjadi beberapa kali pads pasien diabetes
atau yang disebut sebagai KAD berulang. Kejacian KAD
akan selalu memiliki kemungsinan untuk terjadinya
kemplikesi, bik komplikasiakibat KAD manpunterapi nmak
KAD. Komplikasi akan menambah beban penyakit pasien
lebin Ianjat. KAD yangberulangjuzaakan meramtah jumlah
perawatan yangmemperberat biaya yangharus dikeluarkan
KAD yangberulangmemiliki bebsrapa faktorpenectus,
seperti ketidakpatuhan dalam perggunaan insulin, infeksi,
penyakit metabolik lainnya, dan beberapa faktor lainnya.*
Faktor-faktorini yang harus dipeshatikan untuk melakukan
preventif sekunder pasien KAD. Pada tulisan ini akan
diibahas suatu kasus yang akan dikaji berdasarkan evidence
based medicine tentang, kejadian KAD beralang. Tujuan
dari tulisan ini adalah mengetahui fektor-faktor pencetus
KAD henulang serta melihat kekuatan masing-masing fakior
Dengan demikian diharapkan kontrol tethadap faktor
ppencetus dapat dilakukan,
Mustrasi Kasus
Wanita berusia 60 tahun detang ke Instalasi Gawat
Darurat (IGD) dengan kelahan lemas sejak dua hari yang
fa, Lemas tidak diikuti dengan kelemahan yada salah satu
sisi tubuh, Sesak nafas dan pennranan kesadaran disangical
olchpasien, Pasien telah terdiagnosisdiabotes melitus sclama
10 tahun, Selama ni, pasien menggunskan obathipogtikensik
‘ral (OHO) berupa metformin dengan rata-rata guls darain
200me/dl.
Pasiea tlah mengalami keluhan yang same setahun yang
Jalu, dan didiagnosis sebagai ketoasidosis diabetk. Sezt 3,
pasien datang ke [GD dengan keluhan pennranan kesedaran
Pada saat itu pasien menggunakan insulin solema beberapa
‘balan, kemudian beralin Kembali ke OHO dengan alasan yang
tidak diketahui
Beberapa bulan terakhir pasien memiliki keluhan
terbangun di malam hari karena sesak nafas (Paroxysmal
‘nocturnal dyspnea), Pasien merasakan lebih sesak saat posist
tidur dibandingkan berbaring (orthopnea). Pasien tidak
pemah memilikiriwayet nyeri dada, penyakit jantung, atau
hipertensi sebelumnye. Pada pemeriksaan fisik, pasien dalam
kesadaran somaolea,tekanan vena jugularis meningkat (5+2
‘emH20), sertaterdapat ronkhi basa kasar pada bagian basal
dan posterior dari kedua lapang pau. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan gula darah sewakta (GDS) adalah
(681 mg/dL, pemanjangan PT dan APT, leukositosis, keto-
is, hipoaatremi, peningkatan ureum dan kreatinin sera hasil
ucinalisis yang menanjukkanadanye infeksi. Dengan kelubian
dan penemuan ini, pasien didiagnosis gegal jantung
dekompesata akut dan pneumonia komunita.
PPasien didiagnosisuutama scbagai ketoasidosis berulang
ppada diabetes melitus tipe 2 dengan penyerta gagal jantung
kronik, pneumonia komunitas, infoksi saluran kemib, dan
kkondisi akut pada penyakit ginjal kronik
Pertanyaan Kiinis
Problem + Pasiea dewasa dengan Disbetes Melitas
Tipe2.
Intervention + Faktor-faktor pencstus.
Comparison =
Outcome Ketoasidosis diabetik beralanz
Pertanyaan Minis : Apa saja yang dapat menjadi feito
faktor pencetus ketoasidesis disbetik
pada pasien dewasa dengan Diabetes
Melitas tipe 2?
Metode
Pencarian literatur dilakuken peda database Pubmed,
ProQuest, FBSCO, Science Direct, das Google deng=3
‘menggunakan kata kunci “recurrent diabetic hetowcisdosis™
“precipitating factor”, dan “adult bersama dengan kata
nuJuemal Dolter Ketuarga indonesia, Volume 2, Nomor: I, Maret 2016
Table 1. Strategi Pencarian
Database ie
Pubmed (“recurrent disbetic ktcacideri” OR "vocuroat Letoacdasis” OR * recurrent DSA") 2 1
AND (*preciptating factor" OR “isk ctor") AND (“adalt” OR “clderhy")
ProQuest (Crecurrant diabetic Actoacidosi2” OR “recurrent ketoacidosis” OR *recureat DKA") 3
AND ("precipiuting factor” OR “visk feior”) AND Cadalt” OR “eidery”)
EBSCO (reeurtent dibetic Ketacidesis™ OR “recurest ketoacidosis” OK “recurrent DKA") 2 1
IND (“prevpitating factor” OK “rst facior") AND ("adalt” OR “eldeely")
Selence Direct “reeueat diabetic ketoucidoris” 3 °
Gooste recurrent diabetic ketoacidosis” OR “recurent ketoncdosis" OR “recurrent DEA") 8) 4
AND (“precipitating factor" OR “tisk factor") AND
(Cadalt” OR elderly")
sinonim ataupun kata Iain yang berhubungan (Tabel 1).
Pencarian literatur dilanjutkan dengan menginklusi dan
mengekshusi berdasarkan kriteria yang ditetapkan seperti
pat dilihat pada Gambac 1.
Literatur yeng digunakan adalah literatur uji Klinis,s33-
tematic review, dan studi observasional yang terpuiblikasi
solama 10 tahun terakhir. Sctelah itu, artikel yang terjaring
‘Gikajinaskah lengkapnya berdasarkan kriteria literatur y
sesuai, kemudian artikel yang terpilih dinilai berdasarkan
beberapa aspek pada Guidelines for Etiology Study oleh
Center of Evidence-Based Medicine, University of Oxford
Hasil
Hasil pencarian literatur menemukan 3 artikel studi
obscrvasionsl tentang KAD berulang. Penilaian validitas
‘telah dilakukan pada tiga artikel ini dan disajikan pada Tabel
fa Kunch
Precip fete
= eno,
j= Stuck pada hewan
E= opie
i
Gambsr 1. Strategi Pencarian
Pencarian dilalakan
Artikel
tnggel 15 September 20152. Validitas pada Ketiga studi tersebut masih diangeap valid
‘meskipun heberapa komponen peailaian tidak terpenuhi. Hal
ini dischabkan oleh studi observasional yang eda berupa
studi potong lintang den studi deskriptif, sehingga tidak dapat
‘menggambarksn urutan waktu pajanan dan kejadiaa,
Kepentingan dan penerapan ketiga artikel iniidak dapat
dikaji lebih lanjut dengan perhitungan statistik. Hal ini
disebabkan oleh kelompok kontrol darimasing-masing artikel
berbeda. Artikel yang ada tidak membandingken KAD
berulang dengan pasien yang memiliki riwayst KAD pada
prospektif waktu yang sama. Artikel yang ada hanya
menggunakaa pasion KAD berulang dan pasien KAD pada
‘waktuyeng sama. Namun, hasil dari kelompok subyek, yaita
pasion dengan KAD terulang dapat digunakan untuk
‘menjawab pertanyaan klinis laporan ini, Pengkajian tentang
faktor pencetus dan peran masing-masing faktor akan
ilakukan secara deskripit.
Karakterisikkmasing-masing artikel telah dirangkum dan
disajikan pada Tabel 3
Actikel studi potong lintang yang cilskukan ole Randall
L, etal (2011) melaporkan tentang faktorpencetus dari KAD.
berulaag, Artikel ini memiliki beberapa pertanyaaa ¥
Jurna| Dokter Keluarge Indonesia, Volume 2. Nomor- 1, Mere: 2016
dengan jawaban tidak atau tidak tahu Penulis tetap
menggunakan artikel ini meskipun validitas untuk enolog:
rendah, Kerena penelitien ini dapat menggambarkan
perbedaan demografi pasien KAD éan KAD berulang. Hl
inilah yang dibutubkan untuk meajawab pertzayaan ims
dengan tidak adanya studi observasional Isin yang lebih
cocok untuk etiolog
Penelitian ini menggunakan 91 pasien KAD berulanz
dari (64 pasien KAD (55,54) yang terdafter pada Juls 2007
hingga Agustus 2010, Ponelitian ini membandingkansubyek
yang merapakan pasien KAD berulang dengan pasien KAD.
pertama kali Pasien KAD berulang memiliki fakzor pencecus
herupa ketidalpatahan penggunaan insulin (78%), infekst
(16%), penyakitnon infeksi (3%), dan hal-bal lainaya (3%).
Berdasarkan persentasetersebut dapat dilihat bahwa hetidale
patuhaa penggunaan insulin merupakaa hal yang paling
sering menimbulken KAD berulang.
Artikel yang kedua adalah artikel dengan desain studi
desksiptif oleh Lohiya S, et al (2013), Dengan desamn studi
deskripti, beberapa pertanyaan memiliki validitas juga
dengan jawaban tidak, Namun, penulis tetap menggunakan
artikel ini kerena tujvan penelitin yang sama dengan tejuan
‘abel 2. Pengkajian Validitas, Kepontingan, dan Penerapan Artikel
Kepentingan den
Penerspan
= =I
3 a = g |
Boge ae
itt 1: | aa
ume ces cae . =e
3 gs s 2 $722 oe
Arcet nom | 52 7 32 fii:|2 oe
z g§ 32 Be: 2 56:
2 G2 § 33 é 2 25 | 308
Rudi eta] 2011 [> + > 1
Lobia eel | 203] + +) > i is
AmiZea| 213 | 3 4 2 4 A ==
ies — = + J
2% tisk +7 Tak jase Tah eat dtiang
* Berdasarkan Center of Evidence-Based Mecivine, University of Oxford, Tingkat bakti untuk sti petane ese Soe
esicipif tcak digoiorgkan pada EBM tilog
Tobel 3. Kerakteristik Artikel yang Dizunakan
‘Artikel Taken Stadt Sabyek Popes
Randal total 2011 Petong lintang Pasion KAD yang scegisuasi i Gexly Memerst oops Asians, Geocgis
sutra Jui 2007 hinges Agastis 2010, Sait KAD pecs meson KAD
berulang.
hiya S,ctal 2013, _Deskeiptie. Masing-masing 40 pasice KAD beraiuns dist Tenity Medical Coster (TMC),
Simingham, Alsbem: daa Princeton Baptist Medical Center (PBMC),
Responden dimintaketeranean teats penyebab KAD berulane
Albu Z,ctal 2015 Potoag lintang Studi scare keselraian adalah potong letang menggucalan dita rekamn
sedis di Al Assad University Hospital (AUH) pats Jareari 2006 bingga
Desember 2012 Uatuk KAD berens, peocit hanya menggunalan stdi
eshriptif tatuk menarpilian eiologinya
23Jeenal Molter Keluarga Indonesia, Volume 2, Nomor: 1, Maret 2016
laporan ini yaitu melihat faktor-faktor yang mendasari
terjadinya KAD borulang, Penelitian ini dilaksanaken pada
dua rumah sakit berbeda den diambil 40 subyek untuk
‘masing-masing rumah sakit. Hasil yang didapadcan tidak jauh
berbeda yaitu $0% pasien tidak path dalam penggunaan
‘nsulin, 20% faktor finansiel, dan 5% pasion akibat masalah
tcknis. Namu, 20% pasien KAD berulsng tersebut momiliki
faktor penestus Kombinasi dari faktor pencetus di atas.
‘Berdasarkan arikel pertama dan artikel kedua, pem-
Dabasan lebih lanjut alasan ketidekpatuhan mengerunakan
sngulin dizangkum dalam Tabel 4
‘abel 4. Alsan Ketdakpatanan Penggunaan Insulin pada
KAD Rerulang
Studi it Lain.
Csikologisy Lain
Randal, st a1 17% 2%
‘ory
ohiya’S. etal 40% 20% 49,
ar)
Se
Bebempa aubyek meni gabungan alan
Studi ketigaadalah studi potong lintang yang ditakuken
leh Alourfi Z, eral. Studi inijugadigunakan meskipunbanya
1 dari8 pasien KAD berulang yang memenubiksiteria lgporan
ini, yaita diabetes melitus tipe 2. Artikel ini menunjukkan
hasil yang berbeda dengan du artikel Iainnys, yainafaktor
pencetus paling banyak baik untuk KAD berulang pada
ppasien diabetes melitus tipe | maupun 2 adalah infeksi
ibandingiaa dengan ketidskpatukan meaggunakcin insu-
lin
Diskusi
Artikel yang meneliti tentang faktor pencetus tersering
dari KAD sangatjarang, Artikel yang ada tidak dapatmenilai
faktor risiko secara langsung karcna bukan studi yang
bersifit retrospektif maupun yang prospektif, Jawaban
pertanyaan klinis pada lapocm ini menggunakan attikel yang
ada yaitu studi yang menggunakaa polong lintang dan tidak
membandingkan dengan kelompok kontrol. Meskipun
‘kekuatan bukti cukup kecil, penulis mengounakan artikel yang
ada untuk menjawab peranyaan klinis laporan ini,
Bonlasarkan ketiga artikel di atas, dapat disimpulkan
bbahwa faktor pencetus yang paling dominan untuk membust
pasien menghadapi KAD berulang adalah ketidekpatuhan
menggunakan insulin. Ketoasidosis diabetik merupakan
suatu kondisi dimara insulin tidak mencukupi kebutuhan
metabolik dan diserti dengan peaingkatan bormon kontra
insulin lainnya, seperti kstexolamin, krtisol, dan elukagon
Pada pasien dengan diabetes melitu: tipe 2, keadsan KAD
apat teradi ketiha scl b pancreas tidak dapat lagi meng
hrasilkan insulia setclah terjadinya resistensi insulin yang
panjang,’ Dengan kegagalan organ penghasil insulin, terapi
yang digunakan adalah memberikan insulin pengganti.
Dengen demikian, terapi insulin adalah wajib dibenikan
‘kepada pasien paska KAD.
Berbagai masalah yang mengakibatkan ketidskpatuhan
penggunaan insulin pada keadaan KAD telah diangkat oleh
artikel-artike! yang ada. Rendall, eal (2011) mendapathan
beberapa alasan pasien tidak patuh menggunakan insulin
‘Tiga paluh exapat persen pasien yang berhenti terept insulin
tidak memilik alasan tertentu untuk bernent®Alasan in} juga
‘auncul pada peaelitian Lohiya S, e¢al(2013) dengan angke
40% pasien tidak dapat mengungkapkan alasen mengepa
berhenti’ Untuk mengetahui secara lebih detil alasan
kketidakpatuhan, penalis membvat tabel pembanding antara
studi yang dilakukan Randall, et af dan Loniya, ei al, Studi
yang dilakukan oleh Alourf Z, etal tidak dikaji karena tidak
‘membshas alasan ketidakpatuban dalam penggunaan insu
fin
Kitabchi AE, ef al pada tahon 2001 telah mengung.-
kapkan bahwa pencegahan KAD paling utama adalah
‘mengkonirol defisiensi insulin dengan cara edukasi pasien.
Pasien perlu diedukasi tentang penggunaan insulin, manfast
patuh terhadap insulin, hingga hel bersifa: teknis, seperti
Jrekuensi dan cara pengguraan insulin.
Alasan lainnya untuk berhenti menggunakaa insulin
adalah ketidaktersediaan dana. Alasan ini mangkin sudah
tidak dapat lagi digunakan di Indonesia, khususnya pada
pasien ini. Indonesia menggunakan aniversal coverage,
yaitu sistem Jaminan Keschatan Nasional (IKN). Sesuai
formularium JKN, insulin ditanggung oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Dengan demikian,
alasan in tidak depot lagi mendasariterjadinya KAD berulang
i Indonesia,
Keadaan psikologis juga dapat menjadi alasan pasion
berhenti untuk menggunakaa insulin, Rasa elah untuk terus
menggunakan iasulin menjadi salah satu faktor pasien
menghentikan insulin. Hal ini dapat diperbaiki dengan
edukasi dan psiketerepi pada pasicn yang telah lama
‘meaggunakan insulin, Randell, eta juga menemuken bahwwa
rasien yang mengalami KAD berulang memiliki nilai Patient
Healt Questionnaire 9 (PHQ-9) rata-rata 9,8 yang berani
pasien mengalzm: depresi ringan-sedang, bahkan 36% pasien
telah mengkonsumsi obat antidepresi*
Pada ilustrasi kasus yang ada di faporan ini, pasien
menggunakan insulin hanya beberapa bulan seteldh KAD
pertama terjadi. Kemudian pasien tidak lagi menggunakan
ingulin daa berebsh ke peagobaian menggunakan obst
hipogiikemia oral (OHO), yaitu metformin. Perubahan insulin
ke OHOsebaiknys tidak dilakakan pada pasien yang memiliki
Fiwayat KAD,
Faktor pencetus kedua terbanyak adalah infeksi yang
terjadi pada pasien. Rerbeda dengan KAD pertama, KAD
berulang menempatkan infcksi pada faktor kedva yang
menyebebkan KAD berulang. Infeksi pencetus KAD dapatberupa infeksi paru, infeksi gastrointestinal, dan infeksi pada
saluran Kemi. Pade laporan pasien ini, terjadi infeksi herapa
‘paeumocia komunitas, Infksi ini dapat memperberat fakter
‘wama pada pasien, yait tidak menggunakan insulin untuk
kontrol gula darah.
Review yang dilakukan oleh Trachtenbarg DE dalam
American Association of Family Physician (AAFP)
menjelaskan beberapa hal ysng dapat dilakukan untule
pencegahan terjadinya KAD. Strategi dalam pencegalian
KAD yeng dapat digunakan pada kasus ini adalah edukasi
diabetes dan manajemen Sick Day. Edukasi diabetes
sangailah peating terutara dalam hal penggunaan insulin,
Pasien harus mengerti tentang penyakit diabetes dan
Dberbagai komplikasinya, Kiususnya KAD, Dengan edukasi
‘yang cukup baik diharapkan pasien dapat meningkatkan
kkepatuhan dalam penggunaan insulin. Pada kasus pasien
‘ni tidak dikotalni dengan jelas, apakah posien senciri yang,
‘mengganti insulin menjadi OHO atau berdasarkan Saran
dokter. Oleh sebab itu, pada seat melakukanrju balik, pera
dilakvkon edukasi kepada dekter layanan primer yang akan
‘menerimta rujuk balik pasien inijuga penting, sehingga dapat,
mencegah lepaseya penggunaan insulin pada pasien yang
‘memiliki wayat KAD." Manajemen Sick-Day adalah svat
strategi yang diberikan oleh American Diabetes Association
(ADA) kepada orang yang memiliki diabetes melitus, baie
tipe 1 maupun tipe 2. Strategi ini digunakan ketike pasien
‘merasa skit dan tidak kunjung sembuh dalam boberapa hari
Pasien wajib konsuliasi ke dokter karena penyakittulah yang,
‘dapat menjadi pencetus ketoasidosis diabeti.
Kesimpulan
Artikel yang cibutubican untuk menjawab pertanyaan
ini tidak banyak, ser memiliki kriteria tingkat bukti yang
ccukup rendah. Berdasarkan artikel yang ada, faktor pencetus
tersering KAD berulang adalah ketidakpatahan minum cst
daninfelsi, Fdukesidan komunikasicfekifdiburunkan untuk
‘mencepéi kepatuian minum obat pasien yang merupakan
efiologi ersering KAD berulang, Untuk pengelolzan masclah
pasien dengan KAD berulang ini, dipesiukan kerja same yang
bik antara dokter spesialis peayakit dalam dan dokter
layanan primer seingea dspat tereapailkeadaan KAD pasien
Jurnal Dokter Keluarga Indonesia, Volume 2, Nomor: 1, Maret 2016
yang terkontrol.
Saran
Adanya penelitian yang mencari faktor rsiko terjadinya
KAD berulang dengan membandingkan pasien dengen
riwayat KAD pada suatu waktu tertentu,
Referensi
Gotta W, Buciyasa DGA, Penatslaksaaaan Ketoasidosis Diabet
(KAD). J Pony Dalam, 2011; 11(2):126-138.
2. Tarigan TYE, Kecoasidosis Diabetit. Delam: Seiati $, Alwi 1,
Suchyo AW, Simadibraa MK, Setyehadi B, Syar AF. Buios Ant
Timu Ponyakit Dalam Ji Hl Fis ke-6. Jakarta: Interna Pub-
Things 2014. Hal 2375-80.
3. Contes of Diseare Contol and Preveation. Number (ie Thow
sands) of Hospital Discharges wilh Dlsbeic Keweaidosis (DKA)
as FincLisied Diagnosis, United States, 1988-2009 [iste
2D [Diperbaruhi 2014 Okcober I aisitisi 2015 September 15]
Tersetia di: btp:/ww.cde-gov/disbetes/statistics/dkairst/
gl.him,
4. Kitabehi AE, Umpierrez GE, Miles JM, Fisher IN, Hypersivee=
ric crises in adult patients with diabetes. Dishetes Care. 2009;
32(1):1385-83.
5. Soewends P, Feraio A, Tahapary DL. Challenger ia diabetne
smasagement in Iadonssic: Rersture review, Globalization and
Health. 2013; 9:63,
6. Socwendo P Ketomidesis Diabet. Dalam: Presiding Sinpesia
Penitalakssauan Kedaruaun di Bidaag lin Penyakit Dslam.
Jakarta: Pusat Infommasi dan Penerbitn Baglan Limu Penyabit
Dalam Fakuls Kedoktean Universitas Indonesia; 2000.
7. Kitobeai AE, Umpierrez GE, Murphy MB, Barret EI, Keesberz
RA, Malone Jl, etal. Mangement of hyperslyoemic crises ia
patients with diabetes. Diabetss Care. 2001: 24(1)131-53.
8. Randall L, Besovi J Hudson M, Smiley D, Peng [.Pive N, sta.
Recurrent diabetic Yetoasidoss in inner-city minority tien
Diabetes Care 2011; 34:1901-05
9. Lohiya S, Kroberg R, Lohiya V. Recurent diabetic kstscidoss
‘vo cemmunity tsaching hospitals. Endocrine Practice. 2013,
1965)829-33.
10, Alouri Z, Noms: Il Precipitating factors, ovicome, and recur-
tence of diabetic ketoacigosis ata university hespital in Dam-
seus. Avicenna Journal of Medicine, 2015; 5:ll-IS
11. Teachtenbarg DE. Diabetic ketoacidosis. AAFP. 2005;71(9)
1708-14.
12, ADA. When you're sicKtintemet]. 2013/diperberuhi 2015 Juni
§; disitasi 2015 September 20]. Tersedia di: http:/iwww.
diabetes orgliving-with-dinbete/teatment-and-careiwhor-on-
‘your-health-care-term/when-youre-sisk teal
kepada pasion paska KAD.