You are on page 1of 32

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. Aisa Hamapu (R011181721)
2. Ahmad Suaib (R011181710)
3. Krista Lukas (R011181713)
4. Lusiana (R011181725)
5. Nuraeni M. Laillu (R011181705)
6. Ronal Rainol A. Sallata (R011181734)
7. Srimaningsih. B. Pulingmahi (R011181723)
8. Veronika Law Wenigaty (R011181724)
9. Yohanes Demon (R011181736)

FAKULTAS KEPERAWATAN KELAS KERJASAMA

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan syukur atas kehadirat ALLAH, SWT atas

segala limpahan Rahmat dan kekuatan-NYA, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Katarak” ini. Makalah ini merupakan

salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Sistem persepsi sensori penglihatan.

Pada kesempatan ini kami berterima kasih kepada semua pihak yang

membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Makalah ini disusun dari berbagai macam literatur yang berkaitan

dengan materi Katarak yang meliputi konsep dasar dan rencana asuhan

keperawatan dari Katarak . Meski demikian, kami menyadari sepenuhnya

bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu kami

membuka diri menerima berbagai saran dan kritikan demi perbaikan di masa

mendatang.

Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk siapa saja yang

membacanya.

Makassar, 12 November 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang

World Health Organisation (WHO) mencanangkan komitmen global

vision 2020: The right to sight yang merupakan inisiatif global untuk

menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan pada masyarakat.

Kebijakan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam mencapai visi

global tersebut adalah dengan menuangkan kebijakannya dalam

KEPMENKES No.1473/MENKES/SK/2005 tentang rencana strategi nasional

penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan (Renstranas PGPK).

Terdapat empat prioritas dalam kebijakan renstranas PGPK salah satunya

adalah katarak (Depkes RI,2008).

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia, hal ini

dibuktikan dengan data penyebab kebutaan di dunia yaitu katarak

sebanyak 45 %. Penyebab yang lain yaitu karena glaucoma, diabetes

mellitus, dan trauma sebanyak 37,5%, trachoma 12,5 %, dan onchocerciasis

atau river blindness 0,6%. Di Indonesia kebutaan disebabkan oleh katarak

(lebih dari 50%), glaucoma, gangguan refraksi yang tidak terkoreksi,

kelainan kornea, dan kelainan retina meliputi age-related macular

degeneration (AMD) dan retinopati diabetik (Depkes RI, 2008).

Menurut WHO (dalam Depkes RI, 2007), terdapat 180 juta penduduk

dunia yang mengalami cacat penglihatan. Sebanyak 40 – 45 juta orang di

dunia mengalami kebutaan, sepertiganya berada di Asia Tenggara. Setiap

menit diperkirakan 12 orang menjadi buta, empat orang diantaranya juga

berasal dari 2 Asia Tenggara. Laporan WHO juga mengungkapkan bahwa


setiap detik bertambah satu pasien kebutaan di dunia. Pasien kebutaan

tersebut kebanyakan berada di negara miskin dan berkembang, terutama

negara – negara Afrika dan Asia khususnya Asia Tenggara. Penduduk

Indonesia juga memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih

cepat dibandingkan penduduk di daerah subtropis, sekitar 16-22%

penderita katarak yang dioperasi berusia di bawah 55 tahun. Berdasarkan

hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007, proporsi low

vision di Indonesia adalah sebesar 4,8% (Asia 5% - 9%), kebutaan 0,9%,

dan katarak sebesar 1,8% (meningkat dari 1,2% menurut survey kesehatan

rumah tangga (SKRT) 2001) bahwa peningkatan jumlah kasus katarak ini

berkaitan erat dengan peningkatan umur harapan hidup penduduk

Indonesia pada periode 2005-2010 (69,1 tahun) dibanding periode 2000-

2005 (66,2 tahun) (Depkes RI, 2008)

.Prevalensi kebutaan di Indonesia mencapai 1,5 % dari jumlah

penduduk di Indonesia. Berdasarkan angka tersebut, katarak merupakan

penyebab utama kebutaan dengan presentase sebesar 0,78 %. Walaupun

katarak umumnya adalah penyakit usia lanjut, namun 16 – 20 % buta

katarak telah dialami oleh penduduk Indonesia pada usia 40 – 54 tahun

(Depkes, 2008).Prevalensi kebutaan pada usia 55-64 tahun sebesar 1,1%,

usia 65-74 tahun sebesar 3,5% dan usia 75 tahun ke atas sebesar 8,4%.

Meskipun pada semua kelompok umur sepertinya prevalensi kebutaan di

Indonesia tidak tinggi, namun di usia lanjut masih jauh di atas 0,5% yang

berarti masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Prevalensi yang

lebih tinggi didapatkan pada pendidikan 3 rendah, yaitu kelompok yang

tidak sekolah sebesar 1,7%, diikuti tidak tamat SD 0,4% dan tamat SD 0,4%.

Sedangkan berpendidikan tamat SMP 0,1%, SMA 0,1% dan pendidikan


tinggi prevalensinya lebih rendah 0,1%. Pada tingkat pekerjaan, prevalensi

tertinggi didapatkan pada kelompok tidak bekerja 0,6%,

petani/nelayan/buruh 0,4%, Wiraswasta 0,2% dan pegawai 0,1%. Terdapat

kemungkinan orang yang menderita kebutaan akhirnya tidak dapat bekerja

dan sebaliknya orang yang tidak bekerja memiliki akses kesehatan yang

lebih rendah. Sedangkan tingginya prevalensi pada kelompok

petani/nelayan/buruh dapat berkorelasi dengan risiko yang lebih besar

untuk menderita katarak akibat bekerja di bawah sinar

matahari/ultraviolet langsung dan ditambah keterbatasan akses kesehatan

untuk mendapatkan penanganan yang baik (Kemenkes RI, 2014).

B TUJUAN

1. Perawat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana gejala dan tanda –

tanda penyakit katarak

2. Perwat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana penyebab penyakit

katarak

3. Perawat dan pembaca dapat mengetahui bagaimana pengobatan

penyakit katarak
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFINSI

Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin

Cataracta berarti air terjun. Bahasa Indonesia disebut bular karena

penglihatanNseperti tertutup air akibat lensa yang keruh (Ilyas, 2006).

Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus

cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat

dengan jelas karena dengan lensa keruh cahaya sulit menembus retina dan

menghasilkan bayangan yang kabur pada retina (Cahyana, 2008).

Katarak adalah kekeruhan lensa terjadi akibat hidrasi (penambahan

cairan) lensa, denaturasi protein lensa. Biasanya kekeruhan mengenai

kedua mata dan berjalan progresif dan tidak mengalami perubahan dalam

waktu lama. Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan,

sehingga pupil berwarna putih atau abu–abu. Pada mata tampak kekeruhan

lensa dalam berbagai bentuk dan tingkat, atau berbagai lokalisasi di lensa

sepert di kortek dan nukleus (Ilyas, 2015).

Katarak adalah kekeruhan pada lensa. beberapa tingkatan katrak dapat

ditemukan pada kebanyakan lansia berusia diatas 70 tahun. Katarakn

merupakan penyebab penurunan penglihatan dan kebutaan diseluruh

dunia. Di Amerika Serikat lebih dari satu juta oprasi katarak dilakukan

setiap tahunnya. Seseorang dengan usia harapan hidup normal lebih besar

kemungkinan untuk mengalami operasi katarak dibandingkan prosedur

operasi yang lain (Black Joyce M. 2009)


B. ETIOLOGI

1. Kelainan bawaan

Adanya gangguan proses perkembangan embrio saat dalam

kandungan dan kelainan pada kromosom secara genetik dapat

menimbulkan kekeruhan lensa saat lahir. Pada umumnya kelainan tidak

hanya pada lensa tetapi juga pada bagian tubuh yang lain sehingga

berupa suatu sindrom.

2. Proses penuaan

Seiring dengan bertambah usia, lensa mata akan mengalami

pertambahan berat, ketebalan, dan mengalami penurunan daya

akomodasi. Setiappembentukan lapisan baru dari serat kortikal secara

konsentris, nukleus lensa akan mengalami kompresi dan pengerasan

(nucleus sclerosis). Modifikasi kimia dan pembelahan proteolitik

crystallins (lensa protein) mengakibatkan pembentukan kumpulan

protein dengan berat molekul yang tinggi. Kumpulanprotein ini dapat

menjadi cukup banyak untuk menyebabkan fluktuasi mendadak indeks

bias lokal lensa, sehingga muncul hamburan cahaya dan mengurangi

transparansi dari lensa. Modifikasi kimia dari protein lensa dapat

meningkatkan pigmentasi, sehingga lensa tampak berwarna kuning atau

kecoklatan dengan bertambahnya usia. Perubahan lain meliputi

penurunan konsentrasi glutasi dan kalium, dan peningkatan konsentrasi

natrium dan kalsium dapat sitoplasma sel lensa. Patogenesis

multifaktoral dan tidak sepenuhnya dipahami.

3. Penyakit sistemik

Adanya kelainan sistemik menyebabkan katarak adalah diabetes

mellitus. Tetanus, distrofi miotrofik,neurodermatitis, galaktosemia,


sindrom lowe, sindrom wener, sindromdawn. Dasar patogenesis yang

melandasi penurunan visus pada katarak dengan diabetes adalah teori

akumulasi sorbitol yang terbentuk dari aktivasi alur polyol pada keadaan

hiperglikemia yang mana akumulasi sorbitol dalam lensa akan menarik

air ke dalam lensa sehingga terjadi hidrasi lensa yang merupakan dasar

patofisiologi terbentuknya katarak. Kemudian teoriglikosilasi protein,

dimana adanya AGE akan mengganggu struktur sitoskeletal yang dengan

sendirinya akan menurunkan kejernihan lensa.

4. Trauma

Adanya trauma akan menganggu struktur lensa mata baik secara

makroskopis maupun mikroskopis. Hal ini diduga menyebabkan adanya

perubahan struktur lensa dan gangguan keseimbangan metabolisme

lensa sehingga katarak dapat terbentuk.

penyakit mata lainnya

Adanya glaucoma dan uveitis menyebabkan gangguan

keseimbangan elektrolit yang menyebabkan kekeruhan lensa. Gangguan

intraokular termasuk iridosiklitis, retinitis, ablasio retina dan

onkoserkiasis.

5. Penyakit Infeksi

Seperti campak jerman Parotitis, Hepatitis, Poliomielitis, cacarair,

Mononukleosis infeksius. Selama trimester pertama dapat menyebabkan

katarak kongenital.

C. FAKTOR TERJADINYA

Terdapat beberapa factor yang memepengaruhi terjadinya katarak

antara lain adalah :


1. Diabetes mellitus atau penyakit infeksi tertentu mengakibatkan

kekeruhan lensa sehingga timbul katarak komplikata.

2. Radang menahun di dalam bola mata dapat mengakibatkan

perubahan fisiologis pada lensa sehingga terjadi katarak.

3. Trauma mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras,

tusukanbenda, terpotong, panas yang tinggi, bahan kimia dapat

merusak lensa matasehingga timbul katarak traumatik.

4. Riwayat keluarga dengan katarak memiliki risiko diturunkan pada

anak disebabkan peradangan dalam kehamilan sehingga timbul

katarak kongenital.

5. Penggunaan obat dalam jangka waktu lama seperti betametason,

klorokuin,klorpromazin, kortison, ergotamin, indometasin,

medrison, neostigmin,pilokarpin, dan beberapa obat lainnya.

6. Merokok memberikan dampak timbulnya katarak karena racun yang

terdapat di dalam kandungan rokok.

7. Terpajan banyak sinar ultraviolet (matahari) membuat lensa mata

menjadimengeras sehingga timbul kekeruhan lensa (Ilyas, 2006).

D. KLASIFIKASI

Klasifikasi katarak berdasarkan penyebabnya menurut (Ilyas, 2015)

meliputi:

1. Katarak kongenital merupakan katarak yang terjadi sebelum atau

segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak

kongenital merupakan penyebab kebutaan bayi terutama

penanganan yang kurang tepat.Pengkajian penyebab katarak

konengital didapatkan dari hasil pemeriksaan riwayat prenatal


infeksi ibu seperti rubella pada kehamilan trimester pertama dan

pemakaian obat selama kehamilan.

2. Katarak juvenil merupakan katarak yang lembek dan terdapat pada

usia muda (usia kurang dari sembilan tahun dan lebih dari tiga

bulan). Katarak juvenil merupakan kelanjutan katarak kongenital.

3. Katarak senil merupakan semua kekeruhan lensa pada usia lanjut

(diatas 50 tahun) yang penyebabnya tidak diketahui secara pasti.

4. Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain

seperti radang, dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis

pigmentosa, glaucoma, tumor intra okular, iskemia okular, nekrosis

anterior segmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah

mata.

5. Katarak diabetes merupakan katarak karena akibat penyakit

diabetes mellitus.

6. Katarak sekunder merupakan katarak karena akibat terbentuknya

jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal, dan terlihat sesudah

dua hari sesudah operasi katarak ekstra kapsular atau sesudah

trauma yang memecah lensa. Bila mata sehat dan tidak terdapat

kelainan sistemik biasanya terdapat pada semua katarak senil,

katarak herediter, dan katarak kongenital.

E. STADIUM

Menurut Budiono (2013) stadium katarak meliputi:

1. Katarak Insipien

Merupakan kekeruhan lensa tahap awal dengan visus yang relatif

baik.
2. Katarak Imatur

Merupakan kekeruhan lensa mulai terjadi dapat terlihat oleh

bantuan senter,terlihat irisshadow, visus >1/60.

3. Katarak Matur

Merupakan kekeruhan lensa terjadi menyeluruh, dapat terlihat

dengan bantuan senter, tidak terlihat iris shadow, visus 1/3000 atau

light perception positif.

4. Katarak Hipermatur

Terjadi ketika massa lensa mengalami kebocoran melalui kapsul

lensa sehingga kapsul menjadi berkerut dan menyusut.

5. Katarak Morgagn

Merupakan proses katarak yang berjalan lanjut disertai dengan

kapsul yang tebal sehingga korteks yang berdegenerasi dan cair

tidak dapat keluar, maka korteks berbentuk sekantong susu disertai

dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih

berat.

6. Katarak Brunesen

Merupakan katarak berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra)

pada nukleus lensa, terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus

dan miopia tinggi. Ketajaman penglihatan lebih baik dan biasanya ini

terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum

memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior.


F. PATOFISIOLOGI

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya

transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang

memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa sehingga

menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam

protein lensa dapat menyebabkan koagulasi sehingga mengaburkan

pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori

menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke

dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan

mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim

mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim

akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan

pasien yang menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan

yang berbeda. Disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis seperti

diabetes. Namun sebenarnya konsekuensi dari proses penuaan yang

normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika

orang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan

harus diidentifikasi awal. Karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan

ambliopio dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling

berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-

obatan, alkohol, merokok, diabetes mellitus, dan asupan vitamin antioksidan

yang kurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer &Bare,2002).


G. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak

terjadi secara progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan

penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak yang diderita

pasien

Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:

1. Penurunan visus / penglihatan kabur

2. Diplofia monokular ( penglihatan ganda )

3. Fotofobia ( sensitif terhadap cahaya

4. Halo ( opasitas lensa menghalangi penerimaan cahaya dan bayangan

oleh retina

5. Bintik hitam di depan mata

6. Lensa Keruh

7. Klien biasanya melihat lebih baik pada cahaya yang remang –

remang ketika pupil dalam keadaan dilatasi. yang menyebabkan

cahaya dapat menembus sekeliling opasitas lensa. Nyeri seringkali

tidak dikeluhkan.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIk

1. Katarak sebaiknya diduga ketika refleks berwarna kemerahan pada

pemeriksaan Oftalmoskopi mulai tampak tidak cemerlang atau

menghilang. Walaupun katarak dapat diidentifikasi dengan mudah

pada pemeriksaan oftalmoskopi direk.

2. Kartu mata snellen chart tes yang dilakukan untuk mengetahui

ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan


3. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi

cahaya

4. Pemeriksaan iluminasi oblik tampak kekeruhan dan keabu - abuan

5. Shadow test / tes bayangan

6. Pemeriksaan slit lamp untuk mengetahui determinasi tipe katarak

dan tahap perubahan lensa .

7. Scan Ultrasound

Untuk menghitung sel endotel yang masih baik untuk menentukan

diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan

pembedahan.

I. KOMPLIKASI

Walaupun sebenarnya efek samping katarak jarang terjadi, walaupun

sebenarnya efek samping pembedahan katarak jarang terjadi, mungkin

dapat terjadi infeksi paska operasi, seperti perdarahan, edema makular, dan

kebocoran luka. Kejadian ablasio retina lebih sering terjadi pada 12 bulan

paska operasi.

J. PENATALAKSANAAN

Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan. Ini

dapat diberikan pada pasien dengan katarak yang begitu parah. Senyawa

aktif dalam obat tetes mata yang bertanggung jawab atas penyembuhan

penyakit katarak adalah saponim. Saponim ini memiliki efek meningkatkan

aktivitas proteasome yaitu protein yang mampu mendegenerasi berbagai

jenis protein menjadi polipeptida pendek dan asam amino. Karena aktivitas
inilah lapisan protein keluar dari mata berupa cairan kental warna putih

kekunungan. Dan saran untuk mencegah penyakit katarak dianjurkan untuk

banyak mengkonsumsi buah – buahan yang banyak mengandung

mengandung vitamin C, vitamin A dan vitamin E.

Katarak diangkat dengan membuat irisan kecil pada kornea. Katarak

dipecahkan menjadi partikel – partikel mikroskopik dengan probe

ultrasonik. Penggunaan suara berenergi tinggi disebut sebagai

fakoemulsifikasi ( Black Joyce M. 2009 )

Penatalaksanaan pasien katarak dengan prosedur pembedahan. Jika

gejala katarak tidak mengganggu tindakan pembedahan tidak diperlukan.

Penggunaan kacamata bila belum menghalangi dan mengganggu

penglihatan. Tindakan bedah dilakukan untuk mendapatkan penglihatan

yang lebih baik.

Pembedahan katarak bertujuan mengeluarkan atau membersihkan

lensa yang keruh. Lensa dikeluarkan dengan pinset atau batang kecil yang

dibekukan. Terkadang dilakukan dengan menghancurkan lensa dan

menghisap keluar. Lensa dikeluarkan dengan cara: 1) bersama

pembungkusnya atau ekstraksi katarak intra kapsular (EKIK); 2)

meninggalkan pembungkus lensa yang keruh atau ekstraksi katarak ekstra

kapsular (EKEK).

Pembedahan dapat juga dilakukan dengan cara menghisap lensa

yang keruh setelah pembungkusnya dibuka. Semua cara pengeluaran lensa

yang keruh memberikan hasil yang sama baiknya yaitu mendapatkan

perbaikan penglihatan yang bermanfaat untuk pekerjaan sehari-hari.

Pembedahan katarak merupakan pembedahan halus dan kecil yang

dilakukan menggunakan mikroskop dan alat bedah halus (Ilyas, 2006).


Perawatan setelah pengangkatan katarak :

1. Biarkan plester penuup mata pada tempatnya.

2. Kurangi aktivitas, cukup duduk dikursi, berbaring ditempat tidur dan

berjalan dikamar mandi ( dalam 24 jam )

3. Jangan menggosok mata

4. Kaca mata dapat digunakan

5. Jangan mengangkat benda berat lebih dari lima pon (seberat galon susu)

6. Jangan mengejan atau jongkok

7. Jangan tidur pada sisi yang dioperasi

8. Gunakan tetes mata sesuai jadwal

9. Minum asetaminofen ( misalnya tylenol ) jika terjadi nyeri atau gatal

10. Jangan minum aspirin atau obat yang mengandung aspirin

11. Laporkan nyeri yang tidak hilang dengan asetaminoven, kemerahan

sekitar mata, mual, muntah

12. Gunakan perisai mata untuk melindungi mata.

K. TAHAPAN PEMBEDAHAN

1. Operasi katarak ekstrakapsuler atau Ekstraksi katarak

ekstrakapsuler (EKEK).

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan

pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa

anterior sehingga massa lensa korteks lensa dapat keluar melalui

robekan tersebut, kemudian dikeluarkan melalui insisi 9-10 mm,

lensa intraokular diletakkan pada kapsul posterior. Jenis EKEK

antara lain ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi. Pembedahan

dilakukan pada pasien dengan katarak imatur, kelainan endotel,


keratoplasti, implantasi lensa intra okular posterior, implantasi

sekunder lensa intra okular, kemungkinan dilakukan bedah

glaukoma, predisposisi prolaps vitreous, ablasi retina, dan sitoid

makular edema.

2. Fakoemulsifikasi

Pembedahan menggunakan vibrator ultrasonik untuk

menghancurkan nukleus kemudian diaspirasi melalui insisi 2,5-3

mm, dan dimasukkan lensa intra okular yang dapat dilipat.

Keuntungan fakoemulsifikasi adalah pemulihan visus lebih cepat,

induksi astigmatis akibat operasi minimal, komplikasi, dan inflamasi

pasca bedah minimal. Komplikasi pembedahan katarak ekstrakapsul

dapat terjadi katarak sekunder yang dapat dihilangkan atau

dikurangi dengan tindakan laser.

3. Operasi katarak intrakapsuler atau ekstraksi katarak intrakapsuler

(EKIK)

Pembedahan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.

Dilakukan pada zonula zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi dan

mudah diputus. Pada EKIK tidak terjadi katarak sekunder dan

merupakan tindakan pembedahan yang sudah populer. Pembedahan

dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan pemakaian alat

khusus sehingga komplikasi sedikit. Katarak EKIK tidak boleh

dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih

mempunyai ligamen hiailoidea kapsular. Komplikasi pembedahan

adalah astigmat, glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan pendarahan

(Ilyas,2015)
PATWEY KATARAK

KIMIA GANGGUAN SISTEMIK


(paparan kumulatif USIA (Penyakit DM, Infeksi)
KONGENITAL FISIK ( Trauma)
sinar UV) (Penambahan usia)

Tajam Tumpul
Viskositas darah
Ambilan oksigen Permberntukan
meningkat
berkurang dan komponen fluoresen dan
peningkatan kadar air perubahan molekul Kapsul lensa Pemendekkan
robek pada garis ekspansi
Menyumbat
pembuluh darah
padamata Masuk aqueus
Streaching
Protein lensa humor kedalam
Dehidrasi lensa Suplai oksigen menurun mengganggu
menguning lensa
kapsul lensa

Kematian jaringan pada Hidrasi pada serat


lensa lensa
Kekeruhan pada OPERASI Ansietas
lensa

Bayangan semu Tindakan


masuk keretina pembedahan dengan Resiko Infeksi
mengganti lensa mata

Sensivitas dan Diplopia


ketajaman mata monokuler Luka pasca operasi
menurun

Foto fobia Penglihatan


Nyeri akut
kabur

Risiko jatuh Gangguan sensori


penglihatan
BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN ( Riwayat kesehatan )

1) Data demografi

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, insiden katarak, defisit penglihatan yang lazim

pada pria daripada wanita

2) Kondisi kesehatan saat ini

Data ditemui ketakutan kehilangan penglihatan atau manifestasi visual yang tidak

dikoreksi. perubahan yang spesifik pada mata yaitu : nyeri oftalmalgia,dan nyeri

yang sulit dilokalisasi, Perubahan penglihatan atau penglihatan abnormalitas pada

mata sepanjang visual, seperti perubahan spesifik pada mata : kabur, saluran, silau,

sensasi benda melayang, berkabut, halo dan diplopia. Penampakan abnormal :

seperti eksudat, Merah, bengkak, merah, Riwayat bedah mata, Faktor yang

memperingan atau memperberat masalah, mata bergerak.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat pengetahuan dahulu difokuskan pada gangguan sistemik seperti riwayat

gangguan endokrin, neurologis, lesi intra kranial, riwayat penggunana kaca mata

atau lensa kontak, riwayat glaukoma , katarak, paparan sinar matahari yang

berlebihan dan riwayat gangguan mata yang lain .

4) Riwayat pembedahan sebelumnya

Catat riwayat pembedahan klien, bedah mata pada masa anak-anak, katrak atau

bedah laser atau riwayat bedah neuro : pituitari dan lobus oksipital.

5) Riwayat alergi

Catat alergi pada pengobatan seperti penggunaan tetes mata dan substansi lain

seperti linkungan: Debu, bahan kimia, serbuk bunga, makanan,kosmetik / obat,

penggunaan antibiotik.
6) Diet ( kebiasaan makan )

Kaji riwayat pemakaian obat herbal atau suplemen vitamin, dan kebiasaan makan

seperti status hidrasi/pola asupan cairan, diet makanan secara umum, konsumsi

kafein.

7) Riwayat sosial

Kaji mengenai aktivitas yang meningkatkan risiko trauma pada mata maupun

kepala, riwayat psikologi dan gaya hidup yang signifikan terhadap kesehatan mata

seperti riwayat merokok, asupan alkohol, kebiasaan konsumsi obat saat kerja,

olahraga yang membutuhkan kaca mata pelindung, paparan okupasional : Gas yang

iritan , asap, Prtikel yang terbawa udara, sinar ultraviolet, hal-hal yang terkait

dengan pengemudi seperti penglihatan dimalam hari.

8) Riwayat kesehatan keluarga

banyak gangguan okular bersifat familia,seperti strabismus, glaukoma, miopia,

hiperobia, dan juga kondisi lain seperti gangguan endokrin, kondisi neurologis,

kondisi genetik,

B. PEMERIKSAAN FISIK MATA

Pemeriksaan fisik mata meliputi pengkajian terhadap struktur eksterna mata yaitu

melalui inspeksi dan palpasi, pengkajian lain termasuk pengkajian refleks kornea, gerak

bola mata, ketajaman penglihatan dan lapang pandang. Pemeriksaan ini juga termasuk

pemeriksaan struktur internal mata dengan menggunakan oftalmoskop.Pemeriksa

menggunakan tangan kanan untuk memegang oftalmoskop pada mata kanan untuk

memeriksa mata kanan klien.Pemeriksa mengamati yang tampak pada sudut cahaya

melalui lubang pengamat. Area aktual retina tervisualisasi tergantung dilatasi pupil.

C. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah

 Kekeruhan pada lensa Katarak Perubahan Persepsi

mata Sensori

 Bintik hitam pada lensa Perubahan Fungsi Gangguan Citra Tubuh


mata Tubuh

 Pengelihatan kabur Stresor Anciaetas

 Hellow berwarna Gangguan Risiko jatuh

 PenurunanVisus pengelihatan

 Pengelihatan kabur

 Keterbatasan kognitif Kurang terpapar Defisit Pengetahuan

 salah interpretasi informasi

informasi

 Kurang dapat

mengingat

 Kerusakan jaringan Luka operasi Nyeri Akut

yang aktual

 Agen cedera ( biologis, Luka operasi Risiko Infeksi

zat kimia, fisik,

psikologis )

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Gangguan persepsi sensori

2) Gangguan citra tubuh

3) Ancietas

4) Risiko jatuh

5) Defisit pengetahuan

6) Nyeri

7) Risiko Infeksi
E. INTERVENSI KEPERAWAN

N DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI


O KEPERAWATAN (NOC) (NIC)
1 Perubahan persepsi Setelah di berikan Asuhan Peningkatan ketajaman
sensori penglihatan Keperawatan Pasien seecara penglihatan :
konsisten akan
 Meningkatkan ketajaman
menunjukkan :
 Mengenal gangguan penglihatan dalam batas
sensori dan situasi individu
berkompensasi  Mengenal gangguan sensori
terhadap perubahan. dan berkompensasi terhadap
 Dapat menigkatkan perubahan.
dan  Mengenal gangguan sensori
mengidentifikasi/me dan berkompensasi terhadap
mperbaiki potensial perubahan.
bahaya dalam  Mengidentifikasi/memperbaik
lingkungan. i potensial bahaya dalam
lingkungan.
 Tentukan ketajaman
penglihatan, kemudian catat
apakah satu atau dua mata
terlibat.
 Observasi tanda-tanda
disorientasi.
 Orientasikan klien tehadap
lingkunga
 Perhatikan tentang suram atau
penglihatan kabur dan iritasi
mata, dimana dapat terjadi
bila menggunakan tetes mata.
 Letakkan barang yang
dibutuhkan/posisi bel
pemanggil dalam
jangkauan/posisi yang tidak
dioperasi

2 Diagnosa : CITRA TUBUH PENINGKATAN CITRA TUBUH


Gangguan Citra Setelah diberikan Asuhan  Gunakan bimbingan
Tubuh : Perubahan Keperawatan Pasien pasien antisipasif menyiapkan
fungsi tubuh akan konsisten pasieterkait dengan perubahan
menunjukkan Citra tubuh citra tubuh
positif, dengan kriteria :  Bantu pasien untuk
 Gambaran internal mendiskusikan perubahan-
diri perubahan tubuh disebabkan
 Sikap terhadap adanya penyakit dengan cara
penggunaan strategi yang tepat
untuk meningkatkan  Bantu pasien menujukkan
strategi tubuh keberlanjutan dari perubahan-
 Kepuasan dengan perubahan aktual dari tubuh
fungsi tubuh atau tingkat fungsinya
 Penyesuaian  Tentukan persepsi pasien dan
terhadap perubahan keluarga terkait dengan
fungsi tubuh perubahan citra diri dan
realitas
 Bntu pasien untuk
mengidentifikasi bagian dari
tubuhnya yang yang memiliki
persepsi psitif terkait dengan
tubuhnya.
3 Ansietas TINGKAT KECEMASAN PENGURANGAN KECEMASAN
(1211) (5820)
Setelah diberika Asuhan  Gunakan pendekatan yang
Keperawatan, Tidak di tenang dan meyakinkan
temukan :  Nyatakan denga jelas harapan
 Perasaan gelisah terhadap prilaku pasien
 Wajah Tegang  Jelaskan semua prosedur
 Masalah Perilaku termasuk sensasi yang akan di
 Rasa Cemas yang di rasakan yang mungkin akan di
sampaikam secara alami pasien selama prosedur
lisan dilakukan
 Menarik diri  Berikan ifrmasi Faktual terkait
diagnosis, perawatan dan
prognsis
 Dorong keluarga untuk
mendampigi pasien dengan
cara yang tepat
 Dorong aktivitas yang tidak
kompetitif secara tepat
 Dengarkan Pasien
 Ciptakan atmosfir rasa aman
untuk meningkatkan
kepercayaan
 Identifikasi pada saat terjadi
perubahan tingkat kecemasan
 Berikan aktivitas pengganti
yang bertujuan utuk
mengurangi tekanan

4 Resiko jatuh Perilaku pencegahan Pencegahan Jatuh:


jatuh :  gunakan pegangan tangan
 Mnempatkan dengan panjang dan tinggi
penghalang untuk yang tepat untuk mencegah
mencegah jatuh jatuh
 Menggnakan  Hindari meletakan sesuatu
pegangan tangan secara tidak teratur di
seperti yang permukaan lantai
diperlukan  Instruksikan pasien untuk
 Menggunakan memakai kaca mata
perangkat koreksi  Sediakan pencahayaan yang
penglihatan cukup dalam rangka
 Memberikan meningkatkan pandangan
pencahayaan yang  Sediakan alas kaki yang anti
memadai slip dan sediakan permukaan
 Menyesuaikan lantai yang tidak licin
ketinggian toilet  sInsruksikan keluarga akan
sesuai yang pentingnya pegangan tangan
diperlukan untuk tangga kamar mandi
 Menyesuaikan dan jalur untuk berjalan
ketinggian kursi,
tempat tidur sesuai
yang diperlukan

5. Defisit Setelah diberikan informasi Teaching : Disease Process


Pengetahuan :  Kaji tingkat pengetahuan
Knowledge : Disease tentang proses penyakit yang
process spesifik
 Jelaskan tanda dan gejala
Knowledge : Health
proses penyakit pada penyakit
Behavior dengan cara yang tepat
Kriteria hasil :  Sediakan informasi yang tepat
 Pasien dan keluarga tentang kondisi pasien
dapat memahami  Diskusikan perubahan gaya
tentang penyakit, hidup yang mungkin
kondisi, prognosis diperlukan untuk mencegah
dan program komplikasi atau proses
pengobatan pengontrolan penyakit
 Pasien dan keluarga  Diskusikan pilihan terapi atau
mampu penangan yang tepat
melaksanakan  Instruksikan pasien mengenai
prosedur yang tanda dan gejala untuk
dijelaskan secara melaporkan pada pemberi
benar perawatan kesehatan dengan
 Pasien dan keluarga cara yang tepat
mampu menjelaskan
kembali apa yang
sudah dijelaskan tim
kesehatan
6 Nyeri Akut Setelah di berikan Asuhan Pain Manajemen :
Keperawatan Pasien secara  Kaji karakteristik nyeri (
konsisten akan Skala, durasi, lokasi )
menunjukkan:  Kaji tanda- tanda vital saat
nyeri
Pain control
 Obsevasi reaksi non verbal
 Mampu mengontrol dari ketidak nyamanan
nyeri (Tau penyebab  Gunakan teknik komunikasi
nyeri, mempu teraupetik untuk mengetahui
menggunakan teknik pengalaman nyeri pasien
non farmakologi  Kaji faktor pencetus nyeri
untuk mengurangi  Kaji tipe dan sumber nyeri
nyeri, mencari untuk menentukan intervensi
bantuan )  Ajarkan terknik non
 Melaporkan nyeri farmakologi ( teknik relaksasi
berkurang )
 Mampu mengenali  Berikan analgetik untuk
nyeri mengurangi nyeri
 Menyatakan rasa  Kolaborasi dengan dokter jika
nyaman setelah ada keluhan dan tindakan
nyeri berkurang nyeri tidak berhasil.
7 Risiko Infeksi Setelah di berikan Asuhan Infection control
Keperawatan Pasien secara  Bersikan lingkungan setelah
konsisten akan dipakai pasien lain
menunjukkan:  Cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan
Infection control
 Pertahankan lingkungan
 klien bebas dari aseptik selama perawatan luka
tanda dan gejala post op
infeksi  Tingkatkan intake nutrisi
 Mendeskripsikan  Berikan therapi antibiotik bila
proses penularan perlu
penyakit serta  Monitor tanda dan gejala
penatalaksanaannya infeksi sistemik dan lokal
 Menunjukan  Inspeksi kondisi luka dari
kemampuan untuk insisi bedah
mencegah timbulnya  Ajarkan pasien dan keluarga
infeksi tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari
infeksi
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. KASUS

Tn. A.H, umur 65 tahun datang di poli mata Rumah Sakit Unhas untuk memeriksakan

penglihatannya, pasien merasa penglihatannya semakin kabur sejak 3 bulan lalu.Sama

buramnya pada kedua mata pasien merasa pandangan seperti terhalang kabut, pasien

juga merasa silau dan sakit jiga melihat cahaya terang seperti sedang berjalan disiang

terik diikuti dengan mata berair. kedua mata kadang nyeri dan pusing. pasien mengaku

tidak memiki riwayat penyakit darah tinggi, pasien mempunyai riwayat penyakit diabetes

melitus tetapi tidak berobat secara teratur. Riwayat penggunaan kaca mata untuk

membaca ± 2,75 selama dua tahun. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik,

kesadaran compos mentis TTV : TD : 150/90 MmHg, suhu : 36.2°C, RR : 20x/menit,

Nadi : 92x/menit, penglihatan mata kabur seperti tertutup kabut asap, VOD :3/60 sc dan

VOS : 1/300 tampakan lensa keruh pada mata kiri .Diagnosa dokter katarak senil matur.

pasien direncanakan untuk tindakan operasi jika pasien setuju.


B. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH

KEPERAWATAN

1 Data Subyektif Perubahan persepsi sensori :

Pasien Mengatakan : penglihatan

 Penglihatan kabur sejak tiga bulan yang lalu

 Kedua matanya terasa buram seperti terhalang

kabut

Data Obyektif :

 Pasien riwayat menggunakan kaca baca ± 2,75

selama dua tahun

 Tampak lensa keruh pada mata kedua mata

 VOD : 3/60

VOS : 1/300

2 Faktor Risiko : Risiko Jatuh

 penggunaan alat bantu ( misalnya walker,

tongkat, kursi roda )

 Usia diatas 65 tahun

 Riwayat jatuh

 Tinggal sendiri

3 Data Subyektif : Nyeri

Pasien mengatakan :

 Mata silau dan sakit saat melihat cahaya dan

mata kadang berair

 Mata nyeri dan kadang pusing

Data Obyektif :

 Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis

 Skala nyeri : 4-5


 TTV :

Suhu : 36,2°C

Nadi : 92x/menit

RR : 20x/menit

TD : 150/90 MmHg

C. INTERVENSI

N DIAGNOSA NOC NIK

O KEPERAWATAN

1 Perubahan persepsi Setelah di berikan Asuhan Peningkatan ketajaman


Keperawatan Pasien seecara penglihatan :
sensori : konsisten akan
 Meningkatkan ketajaman
menunjukkan :
penglihatan
 Mengenal gangguan penglihatan dalam batas
sensori dan situasi individu
berkompensasi  Mengenal gangguan sensori
terhadap perubahan. dan berkompensasi terhadap
 Dapat menigkatkan perubahan.
dan  Mengenal gangguan sensori
mengidentifikasi/me dan berkompensasi terhadap
mperbaiki potensial perubahan.
bahaya dalam  Mengidentifikasi/memperbaik
lingkungan. i potensial bahaya dalam
lingkungan.
 Tentukan ketajaman
penglihatan, kemudian catat
apakah satu atau dua mata
terlibat.
 Observasi tanda-tanda
disorientasi.
 Orientasikan klien tehadap
lingkunga
 Perhatikan tentang suram atau
penglihatan kabur dan iritasi
mata, dimana dapat terjadi
bila menggunakan tetes mata.
 Letakkan barang yang
dibutuhkan/posisi bel
pemanggil dalam
jangkauan/posisi yang tidak
dioperasi

2 Risiko Jatuh Perilaku pencegahan Pencegahan Jatuh:


jatuh :  gunakan pegangan tangan
 Mnempatkan dengan panjang dan tinggi
penghalang untuk yang tepat untuk mencegah
mencegah jatuh jatuh
 Menggnakan  Hindari meletakan sesuatu
pegangan tangan secara tidak teratur di
seperti yang permukaan lantai
diperlukan  Instruksikan pasien untuk
 Menggunakan memakai kaca mata
perangkat koreksi  Sediakan pencahayaan yang
penglihatan cukup dalam rangka
 Memberikan meningkatkan pandangan
pencahayaan yang  Sediakan alas kaki yang anti
memadai slip dan sediakan permukaan
 Menyesuaikan lantai yang tidak licin
ketinggian toilet  Insruksikan keluarga akan
sesuai yang pentingnya pegangan tangan
diperlukan untuk tangga kamar mandi
 Menyesuaikan dan jalur untuk berjalan
ketinggian kursi,
tempat tidur sesuai
yang diperlukan
3 Nyeri Setelah di berikan Asuhan Pain Manajemen :
Keperawatan Pasien secara  Kaji karakteristik nyeri (Skala,
konsisten akan durasi, lokasi)
menunjukkan:  Kaji tanda- tanda vital saat
nyeri
Pain control
 Obsevasi reaksi non verbal
 Mampu mengontrol dari ketidak nyamanan
nyeri (Tau penyebab  Gunakan teknik komunikasi
nyeri, mempu teraupetik untuk mengetahui
menggunakan teknik pengalaman nyeri pasien
non farmakologi  Kaji faktor pencetus nyeri
untuk mengurangi  Kaji tipe dan sumber nyeri
nyeri, mencari untuk menentukan intervensi
bantuan )  Ajarkan terknik non
 Melaporkan nyeri farmakologi (teknik relaksasi)
berkurang  Berikan analgetik untuk
 Mampu mengenali mengurangi nyeri
nyeri  Kolaborasi dengan dokter jika
 Menyatakan rasa ada keluhan dan tindakan
nyaman setelah nyeri tidak berhasil.
nyeri berkurang
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Katarak adalah kekeruhan lensa terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
dan tidak mengalami perubahan dalam waktu lama. Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa
tidak transparan, sehingga pupil berwarna putih atau abu–abu. Pada mata tampak kekeruhan
lensa dalam berbagai bentuk dan tingkat, atau berbagai lokalisasi di lensa sepert di kortek
dan nukleus . Katarak adalah kekeruhan pada lensa. beberapa tingkatan katrak dapat
ditemukan pada kebanyakan lansia berusia diatas 70 tahun. Katarakn merupakan penyebab
penurunan penglihatan dan kebutaan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat lebih dari satu juta
oprasi katarak dilakukan setiap tahunnya. Seseorang dengan usia harapan hidup normal lebih
besar kemungkinan untuk mengalami operasi katarak dibandingkan prosedur operasi yang
lain
Asuhan keperawatan pada pasien katarak melelui beberapa tahap dimana mahasiswa
mampu mengenal defenisi katarak dan jenis – jenis katarak, etiologi, faktor – faktor yang
mempengaruhi katarak, klasifikasi, dan stadium katarak

Adapun masalah keperawatan yang biasa muncul pada pasien katarak yaitu perubahan
persepsi sensori penglihatan, gangguan citra tubuh, ancietas, risiko trauma fisik, defisit
pengetahuan, nyeri, risiko Infeksi

B. SARAN
Makalah ini dibuatkan dalam berdasarkan konsep teori, konsep asuhan keperawatan secara
teortis. Bisa saja diklinik dan rumah sakit ditemukan beberapa perbedaan terutama dalam hal
manifestasi klinis. Oleh karena itu kami berharap makalah ini dapat lebih dkembangkan
melalui kritik dan saran pada para pembaca yang tentunya bersifat membangun
Diagnosa dan intervensi keperawatan dalam makalah ini dibuat berdasarkan data yang ada
dimanifestasi klinis sehingga bila ditemukan manifestasi yang berbeda tentunya diagnosa
dan intervensinya pun berbeda sehingga kami menyarankan agar para pembaca merujuk
kebuku nanda, nic, noc.
DAFTAR PUSTAKA

Black Joice M. 2014. KeperawatanMedikal Bedah Edisi 8 Buku 3Singapore.Elsever.

Moorhead, S, Johnson, M. Mass, L. M, Swanson, E. ( 2018 ). Nursing Outcomes


Classification ( NOC ) Ed 5. Singapore : Elsefier

Bulechek, G. M, Buther, H. K, Dochterdan, J. M, wagner, C. M, ( 2018 ). Nursing


Intervention Classification ( NIC ) Ed 6. Singapore : Elsefier

Blackwell, W. ( 2018 ). NANDA Internasional Inc. Diagnosa Keperawatan : Definisi &


Klasifikasi 2015-2017 Ed 10. Jakarta : EGC

You might also like