Professional Documents
Culture Documents
Pertumbuhan Tunas Anggur Hitam (Vitis Vinifera L.) Pada Berbagai Konsentrasi Benzylamino Purin Dan Indolebutyric Acid
Pertumbuhan Tunas Anggur Hitam (Vitis Vinifera L.) Pada Berbagai Konsentrasi Benzylamino Purin Dan Indolebutyric Acid
ABSTRACT
This study aimed to determine media compositions supplied with BAP and IBA suitable
for the growth of black grape shoots. This research was conducted at the Laboratory of Plant
Biotechnology, Faculty of Agriculture, University of Tadulako, during April to September 2016.
The study used a factorial completely randomized design. Two factors were tested, the
concentrations of BAP i.e. 1.50 ppm, 2.00 ppm and 2.50 ppm; and the concentration of IBA i.e.
0.00 ppm, 0.25 ppm and 0.50 ppm. There were nine treatment combinations and each combination
treatment was replicated three times to obtain 27 experimental units. Each experimental unit using
an explant. Data were analyzed using analysis of variance and followed by Honestly Significant
Difference test at level of 5% if the treatment effects were significant. The results showed that the
composition of the culture media supplied with 2.00 ppm BAP without IBA is able to stimulate the
formation of black grape leaves at the earliest, at an average of 18.67 days per explant, while the
media added with 2.00 ppm 0.25 ppm BAP together with IBA can lead to longest shoot growth, at
an average of 2.13 cm per bud. The culture media applied with 2.50 ppm BAP can trigger earliest
shoot growth and highest number of leaf formation which were 11.11 days after culture and 2.44
leaves per explant. Earliest formation of black grape shoots of 11.89 days after culture is stimulated
by the addition of 0.25 ppm IBA.
Key Words: Benzylamino purine, black grapes, growth, indolebutyric acid, and shoots.
BAP (ppm)
IBA (ppm) Rata-rata BNJ 5%
B1(1,50) B2(2,00) B3(2,50)
BAP (ppm)
IBA (ppm) BNJ 5%
1,50 2,00 2,50
a a a
0,00 p1,10 p1,40 p1,00
a b ab
0,25 p1,57 q2,13 q1,93 0,50
a a b
0,50 p1,13 p1,10 q1,73
BNJ 5% 0,50
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris (a,b) atau kolom (p,q) yang
sama tidak berbeda pada uji BNJ taraf 5%.
Uji BNJ taraf 5% pada Tabel 2 dan perkembangan sel-sel dan jaringan pada
menunjukkan bahwa tunas anggur hitam ujung pucuk.
paling panjang dijumpai pada media yang Menurut Lakitan (1996), sitokinin
ditambahkan 2,00 ppm BAP dan 0,25 ppm dapat menstimulasi pembelahan sel melalui
IBA, yaitu rata-rata 2,13 cm per tunas. Jika peningkatan laju sintesis protein. Aktivitas
dibandingkan dengan tunas yang terbentuk dan efektifitas sitokinin seperti BAP sering
pada komposisi media tersebut, meningkat bila terdapat zat pengatur
pembentukan tunas relatif lebih pendek bila tumbuh lain, terutama auksin seperti
konsentrasi BAP dinaikkan menjadi 2,50 IBA (Abidin, 1995).
ppm; dan pembentukan tunas semakin Darmanti (2008) menyatakan bahwa
pendek dan nyata berbeda bila konsentrasi sitokinin mampu memacu pembelahan sel
BAP diturunkan menjadi 1,50 ppm. sehingga jumlah sel bertambah banyak
Tabel 2 menunjukkan bahwa dengan dan adanya auksin, maka sel-sel tersebut
penggunaan komposisi media yang sama akan mengalami pemanjangan dan
(2,00 ppm BAP dan 0,25 ppm IBA), hal pembesaran sehingga tunas atau tanaman
yang serupa terhadap pembentukan tunas menjadi lebih panjang atau lebih tinggi.
menjadi lebih pendek dan nyata berbeda Auksin mampu mendorong pemanjangan
bila konsentrasi IBA ditingkatkan menjadi dan pembesaran sel-sel karena auksin bisa
0,50 ppm atau pun tanpa pemberian IBA. mempengaruhi dinding sel melalui dua fase,
Sebagaimana diketahui bahwa pertambahan yaitu fase pembelahan dan fase pelebaran
panjang atau tinggi suatu organ seperti dinding sel sehingga sel mengalami
tunas merupakan hasil aktivitas kerenggangan dan penebalan. Akan tetapi,
pembelahan, pemanjangan dan pembesaran bila konsentrasi auksin yang diberikan atau
sel-sel yang terdapat pada jaringan meristem ditambahkan ke media semakin tinggi,
pucuk (apical meristem). Aktivitas pembelahan, maka pertumbuhan akan terhambat karena
pemanjangan dan pembesaran sel-sel auksin pada konsentrasi yang (terlalu)
semakin intensif dengan adanya pemberian tinggi akan memacu sintesis etilen sehingga
zat pengatur tumbuh pada jumlah dapat menghambat pertumbuhan.
(konsentrasi), perbandingan (rasio) dan Gardner et al. (1991) menyatakan
jenis (macam) yang sesuai. Zat pengatur bahwa sitokinin berperan dalam
tumbuh sitokinin sangat berperan dalam pembelahan sel-sel dan auksin sangat
proses pertumbuhan dan perkembangan diperlukan dalam proses pemanjangan dan
tanaman, termasuk memacu pertumbuhan pembesaran sel-sel baru yang terdapat pada
185
meristem apikal batang maupun tunas meristem daun sehingga daun terbentuk
sehingga mengakibatkan tanaman atau lebih cepat. Gardner dkk. (1991)
tunas menjadi tinggi atau panjang. Sesuai menyatakan bahwa senyawa nitrogen yang
hasil penelitian, maka suplai 2,00 ppm BAP terkandung pada sitokinin (BAP) berperan
dan 0,25 ppm IBA merupakan konsentrasi dalam proses sintesis asam-asam amino
yang sesuai untuk mendorong pembelahan, dan protein yang selanjutnya digunakan
pembesaran dan pemanjangan sel-sel pada untuk berbagai proses pertumbuhan dan
meristem pucuk anggur hitam sehingga perkembangan eksplan, diantaranya untuk
tunas yang dihasilkan berukuran paling memacu pembentukan daun-daun.
panjang dibanding dengan perlakuan Selanjutnya, Astuti (2014) melaporkan
lainnya. bahwa BAP mampu meningkatkan
Saat Muncul Daun. Analisis ragam pembelahan sel dan memacu proliferasi
menunjukkan bahwa terdapat interaksi serta morfogenesis pucuk, termasuk
antara konsentrasi BAP dan IBA terhadap pembentukan daun.
variabel saat muncul daun. Rata-rata saat Hasil penelitian ini juga menunjukkan
muncul daun pada berbagai perlakuan yang bahwa media yang disuplai 2,00 ppm BAP
dicobakan ditampilkan pada Tabel 3. disertai dengan penambahan masing-masing
Uji BNJ taraf 5% pada Tabel 3 0,25 ppm dan 0,50 ppm IBA menyebabkan
menunjukkan bahwa perlakuan pemberian perlambatan yang nyata terhadap
2,00 ppm BAP tanpa IBA (B2I0) diperoleh pembentukan daun anggur hitam. Pada
pembentukan daun (saat muncul daun) media yang disuplai 2,00 ppm BAP akan
paling cepat, yaitu rata-rata 18,67 hari per terjadi perlambatan pembentukan daun
eksplan. Jika dibandingkan dengan (sekitar 5 sampai 12 hari) bila media
komposisi media tersebut (2,00 ppm BAP tersebut juga ditambahkan 0,25 ppm atau
tanpa IBA), saat muncul daun anggur relatif 0,50 ppm IBA. Hasil ini dengan jelas
melambat menjadi rata-rata sekitar 1,6 hari menunjukkan bahwa pemberian BAP pada
bila konsentrasi BAP diturunkan menjadi konsentrasi 2,00 ppm telah cukup untuk
1,50 ppm dan semakin nyata melambat dan memacu pembentukan daun pada anggur
berbeda menjadi rata-rata sekitar 6 hari bila hitam. Hal tersebut menunjukkan bahwa
konnsentrasi BAP ditingkatkan menjadi kandungan auksin endogen sudah cukup
2,50 ppm. dan telah mampu untuk menstimulasi
Sesuai hasil tersebut maka diketahui dan memacu pembentukan daun pada
bahwa perlakuan yang baik untuk memacu tanaman anggur hitam. Penambahan auksin
pembentukan daun anggur hitam adalah (IBA) pada media telah menyebabkan
dengan pemberian BAP pada konsentrasi peningkatan kandungan auksin dalam
2,00 ppm tanpa IBA. Diduga suplai BAP eksplan dan peningkatan tersebut telah
pada konsentrasi 2,00 ppm tanpa IBA telah melampaui jumlah atau konsentrasi yang
cukup dan sesuai untuk menstimulasi ideal bagi pembentukan daun; akibatnya
pembelahan dan diferensiasi sel-sel pada pembentukan daun menjadi lambat.
BNJ 5% 4,68
186
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris (a,b) atau kolom (p,q) yang sama tidak berbeda pada uji
BNJ taraf 5%.
Tabel 4. Rata-Rata Jumlah Daun 6 Minggu Setelah Kultur
BAP (ppm)
IBA (ppm) BNJ 5%
1,50 2,00 2,50
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z., 1995. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa. Bandung.
Ali, G., F. Hadi, Z. Ali, M. Tariq, and M. A. Khan, 2007. Callus Induction and in Vitro Complete Plant
Regeneration of Different Cultivars of Tobacco (Nicotiana tabacum L.) on Media of Different
Hormonal Concentrations. Journal Biotechnology, 6(4): 561-566.
Arimarsetiowati, R. dan Ardiyani, F., 2012. Pengaruh Penambahan Auxin Terhadap Pertunasan dan
Perakaran Kopi. Pelita Perkebunan, 28(2): 82-90.
Astuti, P., 2014. Induksi Tunas dan Perakaran Bambu Kuning Bambusa vulgaris secara in vitro. Biogenesis,
2(2): 109-114.
Basri, Z., 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Tadulako Press, Palu.
Cahyono, B., 2010. Cara Sukses Berkebun Anggur Lokal dan Impor. Pustaka Mina. Jakarta. 167 hlm.
Cerianingsih, M.W., I. A. Astarini dan G.M. Nurjaya, 2012. Pengaruh Kombinasi Zat Pengatur Tumbuh IBA
dan BAP pada Kultur in Vitro Tunas Aksiler Anggur (Vitis vinifera L.) Varietas Prabu Bestari dan
Jestro AG 86. Journal of Biological Sciences: 2302-5697. Universitas Udayana, Bali.
Chaerudin, T.S., T. Supriatun dan A. Bavadal, 1996. Multiplikasi Tunas Tanaman Mentha arvensis Melalui
Kultur Jaringan. Fakultas MIPA Universitas Padjajaran.
Darmanti, S., N. Setiari, dan T.D. Romawati, 2008. Perlakuan Defoliasi untuk Meningkatkan Pembentukan
dan Pertumbuhan Cabang Lateral Jarak Pagar (Jatropha curcas). Laboratorium Biologi Struktur dan
Fungsi Tumbuhan Jurusan Bilogi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro.
Gardner, G.J., R.B. Pearce and R.L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (Terjemahan: Herawati
Susilo). Universitas Indonesia Press, Jakarta. 530 hlm.
188
George, E.F. and P.D. Sherrington, 1984. Plant Propagation by Tissue Culture. Exegetics Ltd, England. 709
hlm.
Gowen, S., 1995. Bananas and Plantains. Chapman and Hall. London, UK. p.435-436.
Hariyanti, E., R. Nirmala dan Rudarmono, 2004. Mikropropagasi Tanaman Pisang Talas dengan
Naphtaleneacetic Acid dan Benzylamino Purine. Jurnal Budidaya Pertanian, 10(1): 26-34.
Husni, A., P. Ragapadmi dan S. Deden, 1994. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (BAP, Kinetin dan
NAA) Terhadap Pertumbuhan Kapolaga Secara in Vitro. Medkom Litbangtri.
Lakitan, B., 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
250 hlm.
North, J.J. and P.A. Ndakidemi, 2012. Evaluation of Different Ratios of Auxin and Cytokinin for the in Vitro
Propagation of Streptocarpus rexii. International Journal of the Physical Science, 7(7): 1083-1087.
Nurmayulis, 2011. Pengaruh Indolebutiric Acid Terhadap Pembentukan Akar pada Tanaman Aren. J.
Agrivigor, 10(2): 208-218.
Paramartha, 2012. Pengaruh Penambahan Kombinasi Konsentrasi ZPT NAA dan BAP Terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Biji Dendrobium taurulinum Secara in Vitro. Jurnal Sains dan Seni ITS, 1(1): 923-
928.
Prematilake, D.P. and M.H. Mendis, 1999. Microtubers of Potato (Solanum tuberosum): In Vitro
Conservation and Tissue Culture. Journal Natn., 27(1): 17-28.
Prihatman, K., 2000. Budidaya Pertanian Anggur. Sistem Informasi Pembangunan di Pedesaan, BAPPENAS.
hlm. 1-3.
Susilowarno, G.R., 2009. Siap Menghadapi Ujian Nasional 2010. Biologi SMA/MA. Grasindo, Jakarta.
Talukder, S.K., K.M. Nasirudin, S. Yasmin, L. Hassan and R. Begum, 2003. Shoot Proliferation of
Dendrobium Orchid with BAP and NAA. Journal of Biological Sciences, 3(11): 1058-1062.
Utami, E.S.W., 1998. Pengaruh Penambahan Ragi Roti Sebagai Alternatif Pengganti Zat Pengatur Tumbuh
BA untuk Diferensiasi pada Kultur Jahe Merah (Zingiber officinale var. Sunti val). Fakultas MIPA
Universitas Airlangga.
Wattimena, G.A., 1992. Sitokinin. Pusat Antar Universitas. Laboratorium Bioteknologi Tanaman Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Widiastoety, D., Syafril dan B. Haryanto, 1991. Kultur in Vitro Anggrek Dendrobium dalam Medium Cair.
Jurnal Hortikultura, 1(3): 6-10.
Widyastuti dan Tjokrokusumo, 2001. Peranan Beberapa Zat Pengatur Tumbuh Tanaman pada Kultur in Vitro.
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 3(5): 55–63.
189
190