You are on page 1of 10

1 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 28, NOMOR 1, SEPTEMBER 2008

KESULITAN DALAM PENGEMBANGAN DAN PENULISAN


MATERI AJAR BAHASA INGGRIS DALAM MENERAPKAN
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Soni Mirizon dan M. Yunus*)

This research was aimed to find out the difficulties faced by the teachers of English in developing
and writing the teaching materials of Junior High School in Palembang in applying Kurikulm
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) as well as their causes. The subjects were the teachers of
English from eight Junior High Schools in Palembang. The instruments used in this research were
documentation sheet and a questionnaire. The results showed that there were four difficulties that
the teachers faced: most of them did not: (1) know exactly what KTSP demands; (2) understand
the students‟ need, interest, and ability; (3) really understand of how to evaluate teaching materials
in order to find the most appropriate ones; and (4) know how to develop the teaching materials
that were in line with the standard and basic competences of the curriculum. In addition, there
were five causes of the above difficulties where most of them: (1) did not get enough training or
socialization in understanding the concept of KTSP; (2) did not know or care with the students‟
need, interest, and ability since there were so many students in a classroom; (3) were not
motivated to develop their own teaching materials since they did not know the procedures in
developing the teaching materials; (4) lacked of time, energy, and fund to develop and write their
own teaching materials since they are busy in moonlighting; and (5) did not competent enough in
writing their own teaching materials.

Penerapan sebuah kurikulum baru dalam sebuah mata pelajaran ditambah atau dikurangi. Mata
sistem pendidikan biasanya membawa per- pelajaran tertentu ditiadakan dan diintegrasikan
ubahan-perubahan baru. Penerapan Kurikulum pada mata pelajaran lain, atau bahkan ada mata
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga mem- pelajaran yang baru diadakan. Dalam hal model
bawa hal-hal baru. Dibandingkan dengan kuri- sosialisasi, juga ada perubahan melalui penerap-
kulum sebelumnya yaitu Kurikulum 1994, ada an program pilot pada sekolah-sekolah tertentu.
empat perubahan mendasar yang dibawa oleh Perubahan-perubahan di atas direncanakan
KTSP yaitu: perubahan dalam kewenangan pe- terjadi secara bertahap dan terus-menerus dan
ngembangan, pendekatan pembelajaran, piñata- diarahkan untuk mencapai prinsip fleksibelitas
an program, dan model sosialisasi yang disesuai- dalam isi kurikulum dan proses belajar mengajar
kan dengan perkembangan situasi dan kondisi dalam mengembangkan aktivitas intrakurikuler,
terkini. kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Sementara itu,
Dalam Kurikulum 1994, kewenangan pe- guru-guru sebagai orang yang menggunakan
ngembangan secara dominan merupakan tang- kurikulum tersebut wajib mengetahui apa yang
gung jawab pemerintah pusat, tetapi dalam dituntut oleh kurikulum dan harus mampu meng-
KTSP sebagian besar kewenangan pengembang- interpretasikan tanggung jawab „baru‟ yang di-
an ini didelegasikan pada pemerintah daerah mau letakan pada pundak-pundak mereka. Berdasar-
pun sekolah-sekolah. Dalam hal pendekatan kan apa yang tertera pada kurikulum tersebut,
pembelajaran, Kurikulum 1994 didasarkan pada sekarang guru-guru mendapatkan tanggung
isi, tetapi pada KTSP didasarkan pada kompe- jawab dan perkerjaan „lebih‟. Paling tidak ada
tensi sementara materi ajar merupakan salah satu tiga tanggung jawab (kewajiban) yang dipercaya-
alat untuk mencapai kompetensi tersebut. Dalam kan pada guru-guru, mulai dari mengembangkan
penataan program, ada beberapa perubahan silabus, mengadakan materi ajar, dan melaksana-
dalam hal alokasi waktu balajar dan jenis mata kan penilaian hasil belajar yang kompleks dan
pelajaran. Alokasi waktu belajar untuk beberapa berbeda (Mirizon, 2004:83).

*) Soni Mirizon dan M. Yunus adalah dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unsri

48
49 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 28, NOMOR 1, SEPTEMBER 2008

Ketiga tanggung jawab di atas tidaklah (Depdiknas, 2001) bahwa ada beberapa
mudah untuk dilaksanakan karena keberhasilan- kesamaan antara Kurikulum 1994 dan KTSP
nya menuntut peran serta banyak pihak. Walau dalam hal indikator hasil belajar, komponen
pun ujuk tombaknya adalah guru, tetapi peran tujuan, prinsip belajar-mengajar, dan aktivitas
serta pemerintah daerah yang dalam hal ini belajar mengajar. Indikator hasil belajar pada
Depdiknas dan sekolah yang dalam hal ini adalah kedua kurikulum adalah sama—aktivitas belajar
kepala sekolah sangatlah dibutuhkan. Selain dari mencakup ke-empat keterampilan berbahasa
itu keseriusan guru-guru mata pelajaran khusus- yaitu menyimak (listening), berbicara (speaking),
nya juga sangatlah didambakan. membaca (reading), dan menulis (writing). Tu-
Berdasarkan paparan di atas, peneliti ter- juan pembelajaran mencakup tiga komponen
tarik untuk menyelidiki salah satu tanggung yaitu pemahaman, penggunaan, dan kebahasaan.
jawab guru dalam mengimplementasikan KTSP, Prinsip belajar mengajarnya holistik, kontinu,
yaitu dalam mengadakan materi ajar. Berdasar- dan berdasarkan konteks. Aktivitas belajar meng-
kan pengamatan peneliti, sebagian besar (jika ajar diarahkan untuk mencapai kompentensi
tidak semuanya) guru-guru Bahasa Inggris SMP sasaran dengan memberikan kesempatan pada
di kota Palembang cenderung mengalami ken- guru-guru untuk mengembangkan potensi
dala dalam pengadaan materi ajar sendiri. Oleh mereka.
sebab itu, peneliti memandang perlu untuk me- Berdasarkan dasar teoretis, logika yang di-
ngadakan penelitian dalam bidang ini karena hal gunakan dalam pengajaran Bahasa Inggris men-
ini menyangkut kepentingan bersama dalam me- cakup (1) kompetensi utama yang ingin dicapai
nyukseskan penerapan KTSP. adalah kompetensi komunikatif yang secara
Mengingat begitu pentingnya peranan teknis berarti kompetensi wacana; (2) teori
materi ajar terhadap pencapaian prestasi aka- bahasa yang digunakan adalah teori yang me-
demis siswa, maka penulis tertarik untuk meng- mandang bahasa sebagai sebuah wacana atau
ungkapkan sejauh mana kemampuan guru-guru teks; (3) tujuannya adalah mengembangkan
Bahasa Inggris SMP di Kota Palembang dalam kompetensi dalam menghasilkan (memproduksi)
pengadaan (pengembangan dan penulisan) materi wacana dalam bahasa.
ajar Bahasa Inggris. Permasalahan penelitian ini Materi ajar yang digunakan dalam kuri-
meliputi apa saja kesulitan, penyebab kesulitan, kulum ini disusun berdasarkan kompetensi-
kemungkinan jalan keluar dari kesulitan yang kompetensi yang diusulkan oleh Celce-Murcia
dialami guru-guru Bahasa Inggris SMP di Kota dkk (1995). Kompetensi tersebut terdiri dari
Palembang dalam mengembangkan dan menulis komponen kompetensi yang harus dikuasai oleh
materi ajar dalam menerapkan Kurikulum siswa pada akhir program. Komponen-komponen
Tingkat Satuan Pendidikan. tersebut diklasifikasikan dalam lima kompetensi
Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan penunjang lainnya yaitu: kompetensi tindak
Pendidikan dilaksanakan di semua jenjang pen- bahasa, kompetensi kebahasaaan, kompetensi
didikan, mulai dari tingkat dasar (SD), menengah sosiokultural, kompetensi wacana, dan kompe-
pertama (SMP), dan menengah atas (SMA) yang tensi sikap.
mencakup semua mata pelajaran termasuk Menurut garis-garis besar yang tertera
Bahasa Inggris. Dalam proses belajar-mengajar dalam KTSP, ada beberapa kriteria dalam peng-
suatu bahasa seperti Bahasa Inggris, KTSP se- adaan materi ajar (Depdiknas, 2003:7) yaitu (1)
benarnya sudah diterapkan sejak kurikulum materi ajar ditentukan oleh sekolah berdasarkan
1994. Masalahnya, pada saat itu prinsip ini standar kompetensi dan kompetensi dasar; (2)
tidaklah diterapkan secara menyeluruh. Menurut sasarannya adalah guru memberikan siswa
fakta, tujuan akhir pengajaran Bahasa Inggris pengalaman belajar untuk mencapai kompetensi-
pada Kurikulum 1994 adalah kompetensi kompetensi sasaran; (3) fokusnya pada perkem-
komunikatif. Kompetensi komunikatif ini pada bangan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa;
KTSP masih menjadi tujuan akhir (Depdiknas, dan (4) materi ajar disusun berdasarkan ciri-ciri
2001:12). dari mata pelajaran, perkembangan siswa, dan
Dalam mata pelajaran Bahasa Inggris se- sumber yang tersedia.
sungguhnya tidak ada perbedaan antara KTSP Jika kita merujuk pada petunjuk di atas,
dan Kurikulum 1994. Sebagaimana telah sebut- dapatlah kita simpulkan bahwa materi ajar adalah
kan dalam beberapa literatur saat sosialisasi segala sesuatu yang dapat digunakan untuk men-
50 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 28, NOMOR 1, SEPTEMBER 2008

capai kompetensi sasaran. Hal ini senada dengan tuntut oleh kurikulum. Sebagai sebuah sumber
apa yang dikatakan oleh Tomlinson (1999:xi): belajar, buku teks dapat digunakan sebagai satu
sumber informasi tentang pelajaran yang di-
Material is anything which is used to help to pelajari. Selain itu, buku teks juga dapat menjadi
teach language learners. Materials can be sebuah alat untuk meningkatkan motivasi dan
in the form of a textbook, a workbook, a minat siswa, khususnya jika aktivitas belajar
cassette, CD-Rom, a video, a photo-copied yang disajikan didalamnya menarik dan me-
handout, a newspaper, a para-graph written
nantang.
on a whiteboard: anything which presents or
informs about the language being learned. Untuk memenuhi fungsi seperti di atas,
buku teks haruslah memenuhi beberapa criteria.
Jadi, materi ajar dalam hal ini adal sumber Buku teks tersebut haruslah senada dengan apa
yang dapat digunakan dalam proses belajar yang dituntut oleh kurikulum, sesuai dengan
mengajar apapun bentuknya, mungkin barang- tingkat perkembangan siswa, dan sesuai dengan
barang cetakan seperti buku teks, buku tugas prinsip-prinsip belajar mengajar yang terkini.
siswa, lembaran fotokopi, koran, atau barang- Ironisnya, buku teks yang memenuhi kriteria ini
barang noncetakan seperti kaset, CD-rom, dan amatlah langka dan sulit ditemukan. Apabila ada,
video. Selain itu, materi ajar juga dapat berupa seringkali buku teks tersebut di „impor‟ dari
sumber-sumber lain yang tersedia seperti tempat dimana konteksnya sangatlah berbeda
bungkus plastic bekas dari mie instan, kaleng dengan konteks dimana buku teks tersebut di-
makanan bekas, bungkus kemasan makanan yang gunakan. Sebagai contoh, semua buku teks yang
dibekukan, dan lain-lain. digunakan di SMP dan SMA di Palembang
Berdasarkan pedoman dalam KTSP, materi tidaklah ditulis oleh penulis lokal atau ditulis oleh
ajar ditentukan oleh sekolah berdasarkan standar orang yang tidak mengetahui tentang konteks
kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti Palembang. Akibatnya, siswa mungkin menemui
bahwa KTSP memberikan kemudahan pada kesulitan untuk „mencerna‟ konteks yang disaji-
sekolah dan guru untuk menentukan materi ajar kan di dalam buku teks tersebut. Idealnya, buku
yang dapat diambil tidak saja dari buku-buku teks yang digunakan pada suatu konteks belajar
tetapi juga dari banyak sumber selama sumber ini haruslah sesuai dengan konteks tempat itu
dapat digunakan untuk membantu siswa men- sehingga siswa merasa lebih mengenal apa yang
capai kompetensi sasaran. mereka pelajari. Sayangnya, buku teks seperti
Dari materi-materi ajar yang disebutkan di ini—yang sesuai dengan apa yang dituntut oleh
atas, buku teks merupakan sumber yang paling KTSP dan sesuai dengan konteks Palembang
banyak tersedia dan menjadi materi yang paling belumlah tersedia. Guru-guru Bahasa Inggris
banyak digunakan, baik di tingkat pendidikan masih menggunakan buku-buku teks yang ditulis
dasar maupun menengah. Sudah menjadi ke- dengan konteks yang berbeda seperti konteks
nyataan bahwa guru-guru dan siswa-siswa ber- Jakarta, Bandung, Surabaya, dll. Mempertim-
tumpu pada buku teks dalam proses belajar- bangkan fakta ini, akan sangatlah bijaksana jika
mengajar. Siswa seringkali belajar dari apa yang guru-guru menyiapkan sendiri buku teks yang
disajikan dalam buku teks. Cara buku teks me- sesuai dengan konteks tempat mereka mengajar.
nyajikan materi pelajaran merupakan cara siswa Menurut Hutchinson dan Waters (1987:96),
dalam mempelajarinya. Hal yang paling ekstrem ada tiga cara yang mungkin dilakukan dalam
yang kita temui adalah bahwa buku teks menjadi mengadakan materi ajar yang sesuai yaitu dengan
satu-satunya sumber yang digunakan guru dalam (1) memilih materi ajar yang sudah ada (evaluasi
proses belajar mengajar. materi), (2) mengadaptasi materi ajar yang ada
Benar bahwa buku teks merupakan salah (adaptasi materi), dan (3) menulis sendiri materi
satu komponen penting dalam proses belajar me- ajar tersebut (pengembangan materi). Ketiga cara
ngajar. Dengan buku teks yang baik, guru dan ini mungkin dilakukan oleh guru-guru tergantung
siswa akan sangat mungkin dapat mencapai pada yang mana yang paling mungkin bagi
tujuan sebagaimana yang dinyatakan dalam kuri- mereka, siswa-siswa, dan kondisi sekolah
kulum. Buku teks berfungsi sebagai sebuah mereka.
sumber belajar dan media belajar. Sebagai sebuah Evaluasi materi merupakan satu cara dalam
media belajar, buku teks berfungsi untuk me- menilai kesesuaian sesuatu materi untuk tujuan
ngembangkan kompetensi-kompetensi yang di- tertentu. Untuk memenuhi suatu kebutuhan, di
51 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 28, NOMOR 1, SEPTEMBER 2008

antara banyak sumber yang tersedia, evaluasi pemahaman. Dengan kata lain, mensuplai infor-
materi tentulah dibutuhkan. Evaluasi di sini masi tentang dan/atau pengalaman bahasa dalam
tentulah berhubungan dengan kecocokan ke- cara yang didesain untuk mempromosikan belajar
butuhan karena tidak ada materi yang benar- bahasa. Dalam hal ini, jika seorang guru Bahasa
benar bagus atau jelek. Evaluasi disini pada Inggris merupakan seorang pengembang materi,
dasarnya adalah proses pencocokan: mencocokan dia mungkin menulis buku-buku teks, mencerita-
kebutuhan terhadap sumber yang tersedia. Apa- kan cerita-cerita, membawa iklan-iklan ke dalam
bila proses pencocokan dilakukan seobjektif kelas, mengekspresikan sebuah gagasan, atau me-
mungkin, tentulah amat baik bila melihat ke- ngadakan contoh dari penggunaan bahasa. Apa-
butuhan dan pemenuhan secara terpisah. Sebagai pun yang dia lakukan untuk mengadakan input
contoh, apabila seorang guru akan mengevaluasi (sumber ilmu), dia melakukan ini sesuai dengan
sebuah buku teks, dia mungkin dapat dengan apa yang dia ketahui tentang bagaimana Bahasa
mudah memilihnya karena buku teks tersebut Inggris dapat dipelajari dengan efektif.
kelihatan menarik dan berwarna. Hal ini ter- Dalam mengadakan materi ajar, guru-guru
gantung pada apa yang dipertimbangkannya se- bahasa Inggris biasanya menghadapi beberapa
bagai sesuatu yang penting. Bahayanya adalah kendala yang umumnya dihadapi oleh kebanyak-
apabila faktor subjektif mempengaruhinya terlalu an guru di banyak tempat. Karena terbatasnya
dini. Hal ini dapat menjadikan dia mengabaikan data yang peneliti miliki pada saat ini, peneliti
sisi positif dari buku teks lainnya. Sama halnya hanya menyajikan fenomena umum yang sering-
apabila dia menolak (tidak memilih) suatu buku kali dihadapi banyak guru di banyak tempat,
teks hanya karena dia tidak menyukai ganbar tetapi juga mungkin dihadapi oleh guru-guru
yang ada pada buku tersebut atau karena tata Bahasa Inggris di Palembang. Kendala-kendala
letak (layout) buku teks tersebut. Sebuah buku tersebut diantaranya sebagai berikut.
teks/materi ajar yang baik adalah yang cocok (1) Sulitnya guru meluangkan waktu untuk
dengan sejumlah keadaan seperti: guru, siswa, menulis materi ajar sendiri. Selama masa
kurikulum. Jadi amatlah penting untuk dipertim- semester, kebanyakan guru adalah orang
bangkan bahwa faktor subjektif yang mungkin yang sibuk dimana jam kerjanya melebihi
muncul harus segera ditinggalkan. seharusnya (Matthews, 1985:1). Di negara
Adaptasi materi merupakan kemungkinan seperti Indonesia, kebanyakan guru Bahasa
kedua yang dapat dilakukan oleh seorang guru Inggris adalah wanita yang biasanya sibuk
dalam mengadakan materi ajar. Adaptasi materi dengan urusan rumah tangga. Betapapun
berarti membuat perubahan terhadap materi ajar mereka ingin menyiapkan sendiri materi
yang sudah ada dalam rangka menjadikannya ajarnya, pada kenyataannya hampir tidak
lebih cocok untuk tujuan tertentu. Adaptasi mungkin mereka meluangkan waktu untuk
materi dapat dilakukan dengan cara mengurangi itu.
(reducing), menambahkan (adding), menghilang- (2) Banyaknya buku teks yang tersedia di
kan (omitting), memodifikasi (modifying), me- pasaran sehingga mereka malas mengem-
lengkapi (supplementing), mengembangkan bangkan materi ajar sendiri. Fakta me-
(extending), menggantikan (replacing), me- nunjukan bahwa sangat sedikit guru,
nyusun kembali (reordering), dan mendetilkan- khususnya guru Bahasa Inggris, yang tidak
nya (branching) (Tomlinson, 1999:xi; Maley, menggunakan buku teks yang siap pakai
1999:279). Kebanyakan guru mengadaptasi (Cunningsworth, 1984:74).
materi setiap kali mereka menggunakan sebuah (3) Guru-guru tersebut sedikit sekali memiliki
buku teks dalam rangka memaksimalkan nilai buku-buku penunjang. Sedikitnya buku-
dari buku tersebut untuk siswa-siswa tertentu. buku penunjang ini bisa menimbulkan
Kemungkinan yang ketiga yang dapat di- kesulitan bagi guru (Ismail, 2001). Selain
lakukan oleh seorang guru dalam mengadakan itu, koleksi buku-buku perpustakaan
materi ajar adalah dengan pengembangan materi. sekolah yang sedikit juga bisa menjadi
Menurut Tomlinson (1999:2), pengembangan hambatan dalam proses belajar mengajar.
materi adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh (4) Media pendukung terhadap materi tertentu
seorang penulis, guru atau siswa untuk meng- juga sangat terbatas. Kadang-kadang, jika
adakan sumber input bahasa dan mengeksploitasi guru tersebut bermaksud mengembangkan
sumber itu dengan cara yang memaksimalkan materi ajar, mereka membutuhkan media
52 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 28, NOMOR 1, SEPTEMBER 2008

pendukung seperti komputer, tape record- adanya. Metode ini digunakan untuk menggam-
er, VCD, dll untuk menunjang penggunaan barkan kesulitan guru-guru SMP dalam me-
materi ajar dalam proses belajar mengajar. ngembangkan dan menulis materi ajar, mencari
Tetapi, fasilitas sekolah atau bahkan kepala penyebab kesulitan, dan menawarkan jalan
sekolah tidak men-dukung kondisi ini keluar yang memungkinkan dari kesulitan ter-
(Ismail, 2001). Akhirnya guru lebih me- sebut.
milih untuk tidak mengembangkan sendiri Populasi dalam studi ini adalah guru-guru
materi ajarnya. Bahasa Inggris SMP di kota Palembang pada
Kendala-kendala sebagaimana disebutkan tahun ajaran 2008/2009 yang diambil dari 10
di atas umumnya dihadapi oleh kebanyakan sekolah. Sedangkan sampel pada studi ini ber-
guru-guru SMP dan SMA di Palembang khusus- jumlah 33 orang yang diambil secara acak dari
nya dan di Indonesia pada umumnya. Fenomena delapan SMP negeri, SMP swasta, SMP favorit,
ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor dan SMP kurang favorit di Kota Palembang yang
sebagai berikut. peneliti anggap cukup mewakili semua SMP
(1) Menyita waktu dan biaya. Sheldon (1988: yang ada di kota Palembang yaitu SMPN 1,
2) menyatakan bahwa mengembangkan SMPN 2, SMPN 9, SMPN 17, SMPN 18, SMPN
materi ajar sendiri dapat menyita waktu 33, SMP Xaverius 1, SMP Srijaya Negara, SMP
dan biaya. PGRI 9, dan SMP Kusuma Bangsa Palembang.
(2) Tidak adanya motivasi dalam mengem- Sejogyanya sampel tersebut akan diambil dari 10
bangkan materi ajar. Hal ini berarti mereka SMP, namun pada pelaksanaan pengambilan data
harus lah tetap tergantung pada buku teks hanya 8 SMP yang bersedia diambil datanya,
yang diproduksi secara komersial (Skierso, sedangkan 2 SMP lagi berkeberatan untuk di-
1991:434). ambil data dari sekolah mereka. Adapun kedua
(3) Tidak tentunya kompetensi guru dalam sekolah tersebut adalah SMP Kusuma Bangsa
pengembangan materi. Robert (1996:375) Palembang dan SMP Negeri 2 Palembang.
mengklaim bahwa kebanyakan guru tidak Seluruh guru Bahasa Inggris yang me-
dapat mengembangkan materi ajar sendiri ngajar di delapan sekolah ini diambil sebagai
karena kemapuan Bahasa Inggris mereka sampel baik yang mengajar di kelas 7, 8, maupun
kurang baik. 9. Hal ini dengan pertimbangan KTSP telah di-
(4) Tersedianya buku paket di sekolah. Hal ini terapkan pada kelas 7, 8, dan 9. Adapun jumlah
dapat menjadikan guru enggan mengem- guru yang mengajar di kelas 7, 8, dan 9 di
bangkan materi ajar. Lebih lagi seandainya masing-masing sekolah tersebut adalah sebanyak
buku paket ini dianggap sebagai buku 33 orang.
wajib dalam proses belajar-mengajar se- Data dalam studi ini dikumpulkan melalui
panjang tahun akademik tanpa memper- kuesioner dan dokumentasi. Kuesioner dikem-
dulikan apakah buku paket tersebut terlalu bangkan secara khusus berdasarkan kriteria yang
luas ataukah monoton dan tidak menarik. dimiliki Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Beranjak dari masalah yang dikemukakan Kuesioner merupakan serangkaian pertanyaan
pada bagian sebelumnya, maka tujuan penelitian yang hendak dijawab oleh sejumlah orang guna
ini adalah untuk (1) mengetahui apa saja kesulit- mendapatkan informasi yang diperlukan (Long,
an yang dialami guru-guru Bahasa Inggris SMP 1981:904). Dalam studi ini peneliti mengguna-
di Kota Palembang dalam mengembangkan dan kan kuesioner untuk menjaring data mengenai
menulis materi ajar dalam menerapkan KTSP kesulitan guru dalam mengembangkan dan me-
dan (2) mencari penyebab kesulitan yang dialami nulis materi ajar Bahasa Inggris. Sedangkan
guru-guru Bahasa Inggris SMP di Kota Palem- dokumentasi dilakukan terhadap materi ajar yang
bang dalam mengembangkan dan menulis materi dipakai oleh guru-guru tersebut dalam proses
ajar dalam menerapkan KTSP. belajar mengajar.
Dalam menganalisis data, peneliti mem-
bagi data menjadi dua. Data pertama bersumber
METODE PENELITIAN
dari kuesioner, sedangkan data kedua adalah
materi ajar (buku teks ataupun sumber yang lain-
Penelitian ini menggunakan metode des- nya) yang dipakai guru-guru tersebut dalam
kriptif, yaitu menggali fakta yang ada di proses belajar mengajar. Setelah data yang di-
lapangan dan menggambarkannya sebagaimana
53 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 28, NOMOR 1, SEPTEMBER 2008

peroleh melalui kuesioner dan dokumentasi, Sebanyak 73% (23 guru) pernah mengikuti
kemudian dilakukan proses pemilahan data. Per- pelatihan/workshop tentang KTSP; 27% (10
hitungan dilakukan dengan menggunakan per- guru) tidak pernah/belum pernah mengikuti
sentase (Ali 1997:56), kemudian dilakukan inter- pelatihan/ workshop tentang KTSP karena
pretasi terhadap data tersebut. mereka tidak/ belum diberi kesempatan oleh se-
kolah atau Dinas Kependidikan untuk mengikuti
pelatihan serupa walaupun sudah 3 tahun sejak
HASIL DAN PEMBAHASAN KTSP pertama kali diterapkan.
Sebanyak 97% (31 guru) pernah membaca
Berdasarkan data yang didapat dari aspek- buku/materi penunjang pelaksanaan KTSP yang
aspek yang diamati diketahui bahwa pada aspek mereka dapatkan dari pelatihan, dari sekolah atau
1, 100% guru mempersiapkan silabus dan ren- pun membeli sendiri; Sementara 3% (2 guru)
cana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tidak pernah membaca buku serupa.
pedoman KTSP. Pada aspek 2, 85% guru mem- Sebanyak 64% (21 guru) telah menerapkan
beritahukan indikator yang ingin dicapai pada KTSP dalam mengajar; 36% (11 guru) belum
awal proses pembelajaran. Pada aspek 3, 91% menerapkan KTSP pada kegiatan belajar meng-
guru memeriksa ketersediaan sumber belajar ajar karena sekolah tempat mereka bertugas
pada setiap siswa. Pada aspek 4, 82 % guru belum siap.
menggunakan buku paket yang ada di perpus- Sebanyak 39% (13 guru) menyatakan me-
takaan. Pada aspek 5, 85% guru menggunakan nemui kesulitan dalam menyusun silabus pem-
buku yang dijual bebas di pasar/took buku sesuai belajaran berdasarkan KTSP. Menurut mereka
dengan KTSP. Pada aspek 6, 85% guru menyata- hal ini karena sangat rumit dan banyak bagian-
kan bahwa perpustakaan sekolah menyediakan bagian silabus yang membuat mereka bingung.
buku penunjang sesuai dengan KTSP. Pada Terlebih lagi mereka belum pernah mendapatkan
aspek 7, 97% guru mengembangkan sendiri ma- pelatihan cara membuat silabus KTSP sebelum-
teri ajar berdasarkan silabus. Pada aspek 8, 97% nya. Sedangkan 61% (20 guru) tidak mengalami
guru mengembangkan (mengkompilasi) materi kesulitan serupa disebabkan mereka sudah pa-
ajar sesuai prosedur pengembangan materi ajar ham cara pembuatan silabus KTSP yang benar.
berdasarkan KTSP. Pada aspek 9, hanya 9% guru Sejumlah 30% (10 guru) mengalami ke-
menggunakan materi ajar yang ditulis sendiri. sulitan dalam menyiapkan perangkat pembel-
Pada aspek 10, 9% guru menyatakan materi ajaran berdasarkan KTSP karena rumit dan
yang dibuat/ditulis sesuai dengan silabus. Pada membingungkan dan sulitnya mengembangkan
aspek 11, 88% guru membuat worksheet sendiri. indikator pembelajarannya; 70% (23 guru) tidak
Pada aspek 12, 70% guru meminta siswa mem- mengalami kesulitan karena mereka sudah
baca/mengkaji literatur. Pada aspek 13, 94% pernah mendapat pelatihan di MGMP atau
guru mengakitkan materi ajar dengan kehidupan dengan mengikuti buku petunjuk.
nyata dan sosial budaya siswa. Pada aspek 14, Sejumlah 27% (9 guru) mengalami ke-
97% guru memberikan materi yang sesuai sulitan dalam menentukan indikator pencapai-an
dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan dari tiap materi yang disusun berdasarkan KTSP
siswa. karena indikatornya mempunyai banyak aspek;
Berdasarkan data yang didapatkan dari 73% (24 guru) tidak mengalami kesulitan serupa.
kuesioner, diketahui bahwa guru-guru tersebut Hal ini karena menurut mereka dalam silabus
masih menghadapi kesulitan dalam mengem- sudah tersedia tinggal dikembangkan saja dan/
bangkan dan menulis materi ajar Bahasa Inggris. atau karena sudah dikembangkan bersama dalam
Kesulitan dan alasan-alasannya dianalisis secara kegiatan MGMP.
kualitatif sebagai berikut. Demikian juga ada 61% (20 guru) merasa-
Sebanyak 39% (13 guru) pernah meng- kan materi-materi dari KTSP sulit untuk diterap-
hadiri seminar tentang Kurikulum tingkat satuan kan karena materi-materi KTSP butuh pengem-
pendidikan; 61% (20 guru) tidak pernah meng- bangan karena hanya mamberikan materi pokok
ikuti seminar karena mereka tidak mengetahui saja; guru belum paham cara penerapannya, dan
adanya informasi mengenai seminar tersebut dan membutuhkan alat bantu atau media agar ter-
mereka tidak dikirim sebagai utusan oleh capainya kompetensi dasar yang diinginkan. 39%
sekolah. (13 guru) merasakan bahwa materi-materi KTSP
54 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 28, NOMOR 1, SEPTEMBER 2008

itu mudah untuk diterapkan karena mereka sudah Sejumlah 30% (10 guru) menyatakan
paham bagaimana menerapkannya karena sudah bahwa buku yang tersedia/dijual bebas di pasar/
mendapatkan pelatihan tentang KTSP. toko sudah sesuai dengan kompetensi yang di-
Selain itu, 36% (12 guru) mengalami ke- harapkan oleh KTSP. Menurut mereka penerbit
sulitan dalam mendapatkan bahan ajar yang ber- juga menyesuaikan dengan kurrikulum. 70% (23
dasarkan KTSP. Hal ini karena bahan ajar yang guru) menyatakan bahwa buku-buku tersebut
berkaitan dengan KTSP tidak banyak, di per- tidak sesuai dengan kompetensi yang diharapkan
pustakaan sekolah tidak tersedia buku yang ber- oleh KTSP karena buku tersebut banyak yang
dasarkan KTSP, dan mereka tidak punya waktu belum sesuai dengan kompetensi yang diharap-
untuk mencari buku yang berdasarkan KTSP. kan, tidak semua materi tercakup dalam satu
64% (21 guru) tidak mengalami kesulitan serupa buku, standar kompetensi dan kompetensi dasar-
karena mereka bisa mendapatkannya dengan nya sering tidak sesuai dengan KTSP, banyak
mudah karena banyak buku yang berkaitan teks yang tidak cocok dengan jenis teks yang
dengan KTSP seperti dari internet ataupun buku- ditentukan dalam kurikulum,dan ada materi
buku paket dari sekolah. dalam buku tersebut yang perlu disesuaikan
Sebanyak 27% (9 guru) merasa sulit dalam dengan kuri-kulum.
menggunakan bahan ajar yang disusun berdasar- Sebesar 15,9% (3 guru) menyatakan mem-
kan KTSP. Menurut mereka hal ini karena bahan buat/menulis buku ajar sendiri dengan cara
ajar tersebut agak memaksa anak untuk me- mengkompilasi materi dari berbagai sumber
nguasai pelajaran. Selain itu karena hanya materi bersama dengan teman sejawat. 91% (30 guru)
pokok saja yang di berikan tetapi tidak terinci. tidak pernah membuat/menulis buku ajar sendiri.
Sementara 73% (24 guru) tidak merasakan ke- Hal ini disebabkan oleh berbagai sebab seperti
sulitan karena pada dasarnya bahan ajar itu sama sudah ada buku dari penerbit, sudah ada buku
serta mudah dipahami dan contoh banyak di- paket dari sekolah, tidak ada waktu, membutuh-
berikan. kan waktu, tenaga, dan biaya, tidak ada waktu,
Sebanyak 82% (27 guru) menggunakan sibuk ngajar di luar, dan pernah terfikir untuk
buku terbitan yang dijual bebas di pasar/toko membuat tapi belum terealisasi, dan belum
buku karena pengadaan buku tersebut langsung mampu untuk menulis.
di koordinir sekolah. Selain itu, selagi buku ter- Selanjutnya 79% (26 guru) membuat sen-
sebut relevan dan dapat dipakai sebagai bahan diri worksheet untuk kelas yang diajar dengan
untuk dikompilasi. 18% (6 guru) tidak meng- cara mengkompilasi dari buku acuan lain/
gunakan buku terbitan yang dijual bebas di beberapa sumber, membuat beberapa kegiatan
pasar/toko buku karena sudah ada buku paket, untuk dilakukan siswa, mengembangkan latihan
buku tersebut ada yang tidak sesuai dengan kuri- yang tidak ada di buku, disesuaikan dengan
kulum, serta buku-buku tersebut masih perlu materi yang akan diajarkan. Sementara 21% (7
diseleksi muatannya. guru) menyatakan tidak karena sekolah sudah
Sebanyak 94% (31 guru) sudah meman- menyediakan worksheet berupa LKS.
faatkan sumber-sumber belajar yang ada untuk Sejumlah 27% (9 guru) mengetahui prose-
menunjang kegiatan belajar-mengajar yang di- dur pengembangan materi ajar berdasarkan
mungkinkan karena komputer dan internet sudah KTSP; 73% (24 guru) tidak mengetahui prosedur
tersedia di sekolah, sumber belajar di sekolah pengembangan materi ajar berdasarkan KTSP
sudah cukup lengkap, agar kegiatan belajar lebih karena mereka tidak paham dan belum terlatih.
variatif dan menyenangkan, dan untuk memper- Sebanyak 24% (8 guru) mengembangkan
mudah proses belajar mengajar. Sementara 6% materi ajar sendiri dengan cara mengadaptasi
(2 guru) belum memanfaatkan sumber-sumber materi yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dari
belajar karena sumber relajar yang tersedia di buku-buku, majalah, atau sumber-sumber lain,
sekolah sangat terbatas. dan menyesuaikan dengan situasi & kebutuhan
Demikian pula sebanyak 100% (33 guru) sekolah; Sedangkan 76% (25 guru) tidak me-
melakukan penilaian atau penyeleksian buku- ngembangkan materi ajar sendiri karena sudah
buku yang akan mereka gunakan dalam kegiatan ada buku yang bisa dipakai mengajar.
belajar mengajar. Hal ini dilakukan dengan me- Sebanyak 82% (27 guru) mempunyai ke-
lihat materi tersebut apakah sesuai dengan KTSP sibukan lain selain mengajar di sekolah tempat
atau tidak. dia mengajar. Kesibukan ini seperti mencari
55 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 28, NOMOR 1, SEPTEMBER 2008

tambahan penghasilan dengan berjualan atau reka menyampaikan materi kepada siswa dengan
dengan mengajar les/privat Bahasa Inggris; menyesuaikannya kepada kebutuh-an, minat, dan
sedangkan 18% (6 guru) tidak mempunyai ke- kemampuan siswa. Sementara itu 70% (23 guru)
sibukan lain karena keterbatasan waktu/tidak yang tidak menyampaikan materi kepada siswa
punya waktu luang, waktu hanya untuk ngajar di- dengan menyesuaikannya kepada kebutuhan,
sekolah saja, dan agar lebih fokus dengan tugas minat, dan kemampuan siswa. Tabel berikut ini
mengajar di sekolah saja. menyajikan hasil dari kuesioner.
Sejumlah 30% (10 guru) menyatakan me-

Tabel 1. Hasil Kuesioner

Ya Tidak
No Aspek yang ditanyakan
(%) (%)
1. Pernah mengikuti seminar tentang KTSP 39 61
2. Pernah mengikuti pelatihan/workshop tentang KTSP 73 27
3. Pernah membaca buku/materi penunjang pelaksanaan KTSP 97 3
4. Menerapkan KTSP pada pembelajaran di kelas 64 36
5. Menemui kesulitan dalam menyusun silabus pembelajaran berdasarkan KTSP 39 61
6. Mengalami kesulitan dalam menyiapkan perangkat pembelajaran berdasarkan KTSP 30 70
7. Menemui kesulitan dalam menentukan indikator pencapaian materi yang disusun 27 73
berdasarkan KTSP
8. Materi-materi dari KTSP sulit untuk diterapkan 61 39
9. Mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan ajar yang berdasarkan KTSP 36 64
10. Mengalami kesulitan dalam menggunakan bahan ajar yang disusun berdasarkan KTSP 27 73
11. Menggunakan buku terbitan yang dijual bebas di pasar/toko buku 82 18
12. Memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada untuk menunjang KTSP 94 6
13. Menilai atau menyeleksi dulu buku-buku yang digunakan sebagai penunjang KBM 100 0
14. Buku yang tersedia/dijual bebas di toko buku sudah sesuai dengan kompetensi yang 30 70
Diharapkan oleh KTSP
15. Pernah membuat/menulis buku ajar sendiri 9 91
16. Membuat sendiri worksheet untuk kelas yang diajar 79 21
17. Mengetahui prosedur pengembangan materi ajar berdasarkan KTSP 27 73
18. Mengembangkan materi ajar sendiri 24 76
19. Mempunyai kesibukan lain selain mengajar di sekolah tempat mengajar 82 18
20. Menyesuaikan kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa dalam menyampiakan materi 30 70

Berdasarkan data yang diperoleh dari kompetensi dan kompetensi dasar kurikulum.
dokumentasi dan kuesioner ditemukan beberapa Adapun penyebab dari kesulitan-kesulitan
hal yang berkaitan dengan kesulitan yang di- sebagaimana tersebut diatas adalah (1) guru-guru
hadapi guru dalam mengembangkan dan menulis tersebut sebagian besar tidak mendapatkan so-
materi ajar SMP di Kota Palembang dalam me- sialisasi/pelatihan yang cukup dalam memahami
nerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. konsep Kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Ada empat kesulitan mendasar yang dihadapi Kalau pun ada, itu pun sebatas diseminasi umum
oleh guru-guru tersebut dalam mengembangkan dari rekan sejawat yang pernah mengikuti pe-
dan menulis materi ajar dan ada lima penyebab latihan sebelumnya dimana mata pelajarannya
kesulitan tersebut. Kesulitan-kesulitan tersebut berbeda, sebagai contoh seorang guru mate-
adalah: (1) mereka tidak sepenuhnya memahami matika memberikan diseminasi pada rekan-
tuntutan KTSP dalam pelaksanaan proses belajar rekannya yang mengajar mata pelajaran yang
mengajar; (2) mereka tidak memahami kebutuh- berbeda; (2) mereka tidak biasa memperhatikan
an, minat, dan kemampuan siswa; (3) mereka setiap kebutuhan, minat, dan kemampuan setiap
tidak sepenuhnya memahami bagaimana menilai/ siswa disebabkan banyaknya jumlah siswa dalam
mengevaluasi suatu materi ajar dalam rangka setiap kelas yang kemampuannya beragam di-
memilih materi yang cocok dengan kebutuhan, mana jumlahnya mencapai empat puluh orang
minat, dan kemampuan siswa; dan (4) mereka lebih; Sebagai akibatnya, mereka sangat terfokus
tidak tahu cara bagaimana mengembangkan atau pada pencapaian target materi yang harus diajar-
menulis materi ajar yang sesuai dengan standar kan/diselesaikan walaupun siswa belum mengu-
56 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 28, NOMOR 1, SEPTEMBER 2008

asai betul suatu pokok bahasan yang dipelajari; sepenuhnya memahami bagaimana menilai/
(3) mereka tidak termotivasi untuk me- mengevaluasi suatu materi ajar dalam rangka
ngembangkan materi ajar sendiri karena mereka memilih materi yang cocok dengan kebutuhan,
tidak paham tentang prosedur pengembangan minat, dan kemampuan siswa; dan (4) mereka
materi ajar terutama dalam memenuhi tuntutan tidak tahu bagaimana mengembangkan atau me-
Kurikulum tingkat satuan pendidikan. Hal ini nulis materi ajar yang sesuai dengan standar
dukung oleh beberapa hal seperti: sudah adanya kompetensi dan kompetensi dasar kurikulum.
buku ajar yang siap pakai dari penerbit, sudah Adapun penyebab dari kesulitan tersebut
ada buku paket dari sekolah, walaupun pernah adalah: (1) guru-guru tersebut sebagian besar
terfikir oleh mereka untuk mengembangkan tidak mendapatkan sosialisasi/pelatihan yang
materi ajar sendiri tapi belum terealisasi,; (4) cukup dalam memahami konsep Kurikulum
mereka tidak memiliki waktu, tenaga, dan biaya Tingkat Satuan Pendidikan; (2) mereka tidak
yang cukup untuk mengembangkan dan menulis biasa memperhatikan setiap kebutuhan, minat,
materi ajar sendiri karena mereka disibukkan dan kemampuan setiap siswa disebabkan
oleh kegiatan mencari tambahan penghasilan banyaknya jumlah siswa dalam setiap kelas; (3)
seperti mengajar Bahasa Inggris di tempat lain mereka tidak termotivasi untuk mengembangkan
seperti les, privat, dan bahkan usaha lain seperti materi ajar sendiri karena mereka tidak paham
berjualan; dan (5) kebanyakan mereka tidak me- tentang prosedur pengembangan materi ajar ter-
miliki kemampuan dan keterampilan akademik utama dalam memenuhi tuntutan Kurikulum
khusus untuk menulis sendiri materi ajar yang Tingkat Satuan Pendidikan; (4) mereka tidak
dibutuhkan. Hal ini terungkap dari hasil tanya memiliki waktu, tenaga, dan biaya yang cukup
jawab yang peneliti lakukan terhadap mereka untuk mengembangkan dan menulis materi ajar
dimana mereka mengakui ingin sekali bisa sendiri karena mereka disibukan oleh kegiatan
menulis materi ajar sendiri untuk konteks lain; dan (5) kebanyakan mereka tidak memiliki
Palembang namun terbentur pada minimnya kemampuan dan keterampilan akademik khusus
kemampuan mereka tentang penulisan materi untuk menulis sendiri materi ajar yang di-
ajar yang sesuai dengan tuntutan KTSP. butuhkan.
Melihat temuan penelitian sebagaimana di-
uraikan di atas dimana guru-guru tersebut meng- Saran
hadapi beberapa kesulitan dan penyebabnya Melihat fakta sebagaimana disimpulkan di
dalam mengembangkan dan menulis materi ajar atas, maka beberapa saran perlu untuk diberikan
Bahasa Inggris SMP, tampaklah bahwa apa yang dalam rangka memberikan jalan keluar dari ke-
dikatakan oleh beberapa ahli sebagaimana di- sulitan yang dialami guru-guru Bahasa Inggris
sebutkan sebelumnya seperti Matthews (1985:1), SMP di Kota Palembang dalam mengembangkan
Cunningsworth (1984:74), Ismail (2001), dan menulis materi ajar dalam menerapkan
Sheldon (1988:2), Skierso (1991:34), dan Robert Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Untuk itu
(1996:375) adalah benar dan terbukti juga terjadi disarankan agar:
di Indonesia, khususnya dialami oleh guru-guru (1) guru-guru mata pelajaran Bahasa Inggris
Bahasa Inggris di kota Palembang. hendaknya diberikan sosialisasi yang
cukup tentang konsep Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan agar mereka dapat me-
SIMPULAN DAN SARAN nerapkannya secara benar dan bersungguh-
sungguh. Hal ini dapat dilakukan oleh
Simpulan dinas pendidikan kota atau sekolah yang
Berdasarkan temuan hasil penelitian, bersangkutan.
dapatlah disimpulkan bahwa guru-guru Bahasa (2) kelas besar dimana terdapat 40 orang lebih
Inggris SMP di Palembang menghadapi kesulitan dalam satu kelas Bahasa Inggris hendak-
dalam mengembangkan dan menulis materi ajar nya ditinjau ulang untuk kemudian diubah
dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan menjadi kelas kecil yang terdiri dari maksi-
Pendidikan. Kesulitan-kesulitan tersebut adalah: mal 20 sd. 25 orang siswa dalam satu kelas
(1) mereka tidak sepenuhnya memahami tuntutan sehingga guru dapat lebih memperhatikan
KTSP dalam pelaksanaan proses belajar meng- siswa dan mengakomodasi semua kubutuh-
ajar; (2) mereka tidak memahami kebutuhan, an, minat, dan kemampuan siswa dalam
minat, dan kemampuan siswa; (3) mereka tidak
57 FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 28, NOMOR 1, SEPTEMBER 2008

proses belajar mengajar agar tujuan peng- Hutchinson, Tom and Alan Waters. 1987.
ajaran dapat berhasil dengan baik. English for Specific Purposes: A Learning-
(3) guru-guru Bahasa Inggris dimotivasi untuk Centered Approach. Cambridge: CUP.
dapat menghasilkan materi ajar yang baik Ismail, Taufik. 2001. Pengalaman Peserta
sesuai konteks sekolah atau daerah kota MMAS II dalam Menerapkan Metode
Palembang dengan mengadakan lomba- MMAS di Sekolah. http://www.pusdikur.
lomba penulisan materi ajar dengan mem- co.id. Accessed on November 21, 2005.
berikan imbalan yang besar bagi yang ber- Jolly, David and Rod Bolitho. 1999. “A Frame-
prestasi. work for Materials Writing” in Tomlinson,
(4) guru-guru Bahasa Inggris lebih memper- Brian. 1999. Materials Development in
hatikan pekerjaannya sebagai tenaga peng- Language Teaching. Cambridge: CUP.
ajar pada satu sekolah, sehinggga diharap- Maley, Alan. 1999. “Squaring the Circle—
kan guru-guru tersebut dapat lebih fokus Reconciling Materials as Constraint with
dalam mengajar. Materials as Empowerment” in Tomlinson,
(5) pelatihan-pelatihan atau workshop tentang Brian. 1999. Materials Development in
pengembangan dan penulisan materi ajar Language Teaching. Cambridge: CU P.
(handouts, buku ajar, LKS) dalam mata Matthews, Alan. 1985. “Choosing the Best
pelajaran Bahasa Inggris hendaknya sering Available Textbook”. In: Matthews, Alan,
diadakan dan melibatkan banyak guru-guru M. Spratt and L. Dangerfield (eds): At the
Bahasa Inggris secara merata di seluruh Chalkface. London: Edward Arnold. 202-
kota Palembang. 206.
Mirizon, Soni. 2004. “Some Aspects of English
Competency Based Curriculum”, Forum
DAFTAR RUJUKAN Kependidikan, Vol.24, No.1, hlm.67--86.
Robert, John T. 1996. “Demystifying Materials
Ali, Mohammad. 1997. Penelitian Kependidik- Evaluation”. System, 24(3), 375-389.
an: Prosedur dan Strategi. Bandung: Sheldon, L. 1988. “Evaluating ELT Textbook
Penerbit Angkasa Bandung. and Materials”. English Language Teach-
Best, John W. and James V. Kahn. 1993. ing Journal, 42 (4):237-246.
Research in Education. Boston: Allyn Skierso, Alexandra. 1991. “Textbook Selection
and Bacon, Inc. and Evaluation” In: Celce Murcia,
Celce-Murcia, M., Z. Dornyei, S. Thurrell. 1995. Marianne (ed). Teaching English as a
Communicative Competence: A Pedagogi- Second or Foreign Language. 2nd Edition.
cally Motivated Model with Content Boston: Heinle & Heinle. 432-453.
Specifications. In Issues in Applied Sudjana, Nana. 2000. Dasar-Dasar Proses Bela-
Linguistics, 6/2, pp 5-35. jar Mengajar. Jakarta: Garfindo Persada.
Cunningsworth, Alan. 1984. Evaluating and Tomlinson, Brian. 1999. Materials Development
Selecting ELT Teaching Materials. in Language Teaching. Cambridge: CUP.
London: Heinemann. Wiersma, William. 1991. Research Methods in
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. “Bahan Education: An Introduction. 5th Ed.
Sosialisasi Pengembangan Kurikulum Ber- Boston: Alyyn and Bacon, Inc.
basis Kemampuan Dasar Sekolah
Menengah Umum.” Jakarta: Dirjen Dik-
dasmen. Dit. Dikmentum.
Depdiknas. 2003. Pedoman Pengembangan
Silabus Kurikulum tingkat satuan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama.
Jakarta: Dirjen PLP, Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Sistematika Kurikulum Bahasa
Inggris 2004 dan Pengembangan Silabus.
Jakarta: Dirjen PLP, Depdiknas.
Hammond et al. 1992. English for Special
Purposes: A Handbook for Teachers of
Adults Literacy. Sydney: NCELTR.

You might also like