You are on page 1of 15

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I


ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

DOSEN PENGAJAR :
1. JOHANA TUEGEH, S.SiT.SPd.M.Kes
2. JON W. TANGKA, M.Kep.Ns.Sp.KMB
3. YANBONSEL BOBAYA, M.Kes

KELOMPOK 7 :
1. GLORYA K. PELLENG
2. NINALIYAH SUMENDA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


PRODI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuha Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Medikal Bedah I
tentang Asuhan Keperawatan Anemia.
Kami berterima kasih kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung telah membantu demi kelancaran tugas ini.
Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan tugas ini,
maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Manado, Agustus 2019

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................................................................ii


Daftar Isi .............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................................2

BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian .......................................................................................................3
B. Klasifikasi........................................................................................................3
C. Etiologi.............................................................................................................4
D. Patofisiologi.....................................................................................................6
E. Manifestasi Klinis.............................................................................................9
F. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................
G. Penatalaksanaan.................................................................................................

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA
A. Pengkajian..........................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................
C. Intervensi/Implementasi.....................................................................................
D. Evaluasi..............................................................................................................

BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN.....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan volume sel darah merah
atau kadar hemoglobin (Hb) yang lebih rendah dibandingkan dengan angka kisaran
normalnya sesuai usia tertentu. Batasan anemia yang ditetapkan World Health
Organization untuk bayi usia 6 bulan sampai 6 tahun ialah apabila kadar Hb Anemia
defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi yang
dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin. Dallman (1993) menyatakan anemia defisiensi
besi ialah anemia akibat kekurangan zat besi sehingga konsentrasi hemoglobin
menurun di bawah 95% dari nilai hemoglobin rata-rata pada umur dan jenis kelamin
yang sama. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya saturasi transferin,
berkurangnya kadar feritin serum atau hemosiderin sumsum tulang.

Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik


hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin. Jika simpanan zat
besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah berarti orang tersebut mendekati
anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi yang
sangat rendah lambat laun tidak akan cukup untuk membentuk sel-sel darah merah di
dalam sumsum tulang sehingga kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas
normal, keadaan inilah yang disebut anemia defisiensi besi (Masrizal 2007).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien penderita
Anemia.
2. Tujuan Khusus:
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.
b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia.
c. Mahasiswa mampu menyebutkan klasifikasi anemia.
d. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala anemia.
e. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien anemia.

1
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian
 Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah (Doenges, 1999).
 Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002).
 Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume Packed Red Bloods Cells (Hematokrit) per
100 ml darah (Price,2006)
Demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan
perubahan patofisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang
seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboraturium.

B. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
 Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
defect produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
 Agen neoplastik/sitoplastik
 Terapi radiasi
 Antibiotik tertentu, infeksi virus
Gejala-gejala:
 Gejala anemia umum seperti, pucat, lemah, pusing dan lain-lain
 Defisiensi trombosit: Ekimosis, Petekia, Perdarahan saluran cerna,
Perdarahan saluran kemih, Perdarahan susunan saraf pusat.
b. Anemia pada penyakit ginjal
Penyebabnya yaitu menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun
defisiensi eritopoitin:
Gejala-gejala:
 Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
 Hematokrit turun 20-30%
 Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal).
Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan
berbagai keganasan.
2
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
 Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
 Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises
oesophagus, hemoroid, dll.
Gejala-gejalanya:
 Atropi papilla lidah
 Lidah pucat, merah, meradang
 Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
 Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
 Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
 Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
 Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi
cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

 Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah:
Penyebab:
 Pengaruh obat-obatan tertentu
 Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik
kronik
 Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
 Proses autoimun
 Reaksi transfusi
 Malaria
Tanda dan Gejala:
 Lemah, letih, lesu dan lelah
 Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
 Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.

C. Etiologi
Menurut Mansjoer, (1999:547), anemia ini umumnya disebabkan oleh
perdarahan kronik. Penyebab lain yaitu :
1. Diet yang tidak mencukupi.
2. Absorbsi yang menurun.
3. Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan.
4. Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah.
5. Hemoglobinuria.
6. Penyimpangan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.

3
D. Patofisiologi
Anemia dapat ditandai ketika pasien kehilangan darah berlebih akibat pendarahan,
trauma, tukak lambung, infeksi lambung maupun hemoroid. Pasien yang mengalami
pendarahan kronis seperti pendarahan vagina, peptic ulcer, parasit intestinal, maupun
penggunaan aspirin dan AINS lainnya akan merasakan anemia. Adanya destruksi sel
darah merah berlebihan pada anemia bisa terjadi karena faktor ekstrakorpuskular (diluar
sel) yaitu antibodi sel darah merah, obat-obatan, trauma fisik terhadap sel darah merah
serta sekuestrasi berlebih pada limpa. Sedangkan faktor intrakorpuskular terjadi karena
Hereditas. Pada anemia, produksi sel darah merah dewasa tidak cukup akibat defisiensi
nutrient (B12, asam folat, zat besi, protein), defisiensi eritroblast (anemia aplastik,
eritoblastopenia terisolasi, antagonis asam folat, antibodi), kondisi infiltrasi sumsum
tulang (limfoma, leukemia, mielofibrosis, karsinoma), abnormalitas endokrin (hipotiroid,
insufisiensi adrenal, insufisiensi pituitari), penyakit ginjal kronis, penyakit inflasi kronis
(Granulomatous disease)

Berikut patofisiologi dari berbagai penyebab anemia:


1. Anemia Makrositik (Anemia Megaloblastik)
a. Defisiensi Vitamin B12
Vitamin B12 bekerja sama dengan asam folat dalam sintesis penghambat
terjadinya DNA dan RNA, sangat penting dalam menjaga integritas sistem neurologis,
dan memainkan peran dalam biosintesis asam lemak serta produksi energi. Setelah
makanan yang mengandung cobalamin memasuki lambung, pepsin dan asam klorida
melepaskan cobalamin dari protein hewani. Cobalamin bebas kemudian mengikat R-
protein, yang dilepaskan dari sel parietal dan saliva. Pada duodenum (usus 12 jari),
cobalamin berikatan dengan R-protein membentuk kompleks cobalamin-R-protein
yang telah disekresi dalam empedu. Enzim pankreas mendegradasi empedu dan
kompleks cobalamin-R-protein, melepaskan cobalamin bebas. Cobalamin kemudian
berikatan dengan faktor intrinsik yang fungsinya mirip dengan protein pembawa sel
untuk ditransfer ke zat besi. Kemudian menempel pada reseptor sel mukosa (cubilin)
di ileum distal, faktor intrinsik dibuang dan cobalamin terikat dengan protein
transportasi (transcobalamin I, II dan III). Cobalamin yang terikat pada
transcobalamin II disekresikan ke dalam sirkulasi dan diambil oleh hati, sumsum
tulang, dan sel lain melalui endositosis. Cobalamin kemudian diubah menjadi dua
bentuk koenzim (metil cobalamin dan adenosil cobalamin). Akibatnya, sebagian besar
sirkulasi cobalamin terikat pada transcobalamin I dan transcobalamin III. Namun,
jalur alternatif untuk penyerapan vitamin B12 itu sendiri dari faktor intrinsik atau
terminal ileum untuk sejumlah kecil penyerapan vitamin B12. Jalur alternatif ini
melibatkan difusi pasif dan menyumbang sekitar 1% dari penyerapan vitamin B12.
b. Defisiensi asam folat
Asam folat merupakan vitamin yang larut air yang mudah hancur karena proses
pemanasan (dimasak). Asam folat diperlukan untuk produksi asam nukleat, protein,
asam amino, purin, timin, DNA dan RNA. Asam folat berfungsi membentuk
methylcobalamin sebagai donor metil. Manusia tidak mampu mensintesis asam folat
yang cukup untuk kebutuhan total harian tubuh dan asam folat ini lebih banyak
didapat dari makanan, seperti misalnya sayur hijau, buah jeruk, ragi, jamur, produk
susu, dan hati. Kebanyakan asam folat dalam makanan berada dalam bentuk
polyglutamat, yang harus dipecah menjadi monoglutamat sebelum diserap di usus
kecil. Setelah diserap, asam folat harus dikonversi kedalam bentuk aktif
tertahidrofolat melalui reaksi cobalamin terikat. Tubuh menyimpan sekitar 5-10 mg
4
asam folat, terutama di hati. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan
megaloblastik dalam waktu 4-5 bulan. Asam folat didistribusikan ke jaringan melalui
sirkulasi enterohepatik. Asam folat memasuki jaringan termasuk eritrosit dan dapat
bertahan selama sel dapat hidup.

2. Anemia Mikrositik, Hipokromik


a. Defisiensi zat besi:
Prelatent mengacu pada pengurangan persediaan besi tanpa berkurangnya
tingkat besi pada serum dan dapat dinilai dengan pengukuran feritin serum. Pada
tahap pertama ini, persediaan zat besi dapat habis tanpa menyebabkan anemia,
persediaan zat besi mungkin dimanfaatkan ketika ada peningkatan kebutuhan pada
sintesis Hb. Ketika penyedia zat besi habis, masih ada zat besi yang memadai dari
omset harian RBC untuk sintesis Hb. Kekurangan zat besi lebih lanjut akan membuat
pasien rentan terhadap perkembangan anemia.
b. Anomali genetik:
 Sickle cell anemia: anemia yang terjadi karena sel sabit diakibatkan terjadinya
gangguan sirkulasi, destruksi sel darah merah dan hambatan aliran darah.
 Thalasemia: penyakit keturunan yang diakibatkan oleh penurunan produksi
rantai globin (alfa atau beta) yang dibutuhkan dalam hemoglobin (Richardson,
2007)). Thalasemia ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau
umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari).

3. Anemia Normositik:
a. Produksi sel darah merah berkurang:
Terjadi pada penyakit anemia aplastik, leukemia. Penyakit kronik
menyebabkan tubuh tidak dapat menghasilkan sel darah merah yang cukup. Gagal
ginjal kronik menyebabkan pengurangan kadar eritropoietin yang merupakan hormon
penting yang berhubungan dengan sel darah merah. Anemia aplasia atau kegagalan
sumsum tulang merupakan anemia yang disebabkan oleh kegagalan sumsum tulang
untuk menghasilkan sel darah.
b.Perdarahan:
Terjadi pada peristiwa kecelakaan. Perdarahan yang berlangsung terlalu lama
dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
c. Gangguan pemecahan sel darah merah (hemolitik):
Anemia hemolitik timbul akibat berkurangnya masa hidup dari RBC.
Penyebab anemia hemolitik pada pasien geriatri berbeda dengan pasien remaja.
Kebanyakan pasien remaja mengalami anemia akibat adanya kelainan genetik
sedangkan pasien geriatri mengalami anemia umumnya disebabkan gangguan dari
fungsi autoimun hemolitik.
d. Gangguan hormonal:
Masalah ketidakseimbangan hormon (hormonal imbalance) juga dapat
menyebabkan anemia normositik, seperti pada penyakit kekurangan hormon
testosteron atau hipogonadisme. Pada anemia sideroblastik (sideroblastic anemia)
yang merupakan salah satu simptom untuk sindrom myelodisplastik (myelodysplastic
syndrome), juga terjadi sintesis sel darah merah yang tidak normal. Sindrom ini dapat
menyebabkan leukemia.

4. ACD (Anemia Cronic Disease)


ADC adalah anemia hipoproliferatif yang berhubungan dengan proses infeksi
5
atau inflamasi, kerusakan jaringan dan kondisi yang terkait dengan pelepasan
sitokinin pro inflamasi. Patogenesis dari ACD adalah multifaktorial dan ditandai oleh
respon EPO terhadap anemia, gangguan proliferasi sel progenitor erythroid dan
gangguan homeostasis besi.

E. Manifestasi Klinis
1. Keadaan umum:
Pucat, letih, lemah, nyeri kepala, demam, dipsnea, vertigo, sensitif terhadap
dingin, BB turun..
2. Kulit:
Pugat jaundice ( anemia hemolitik ), kulit kering, kuku rapuh
3. Mata:
Penglihatan kabur, jaundice sclera dan perdarahan retina.
4. Telinga:
Tinnitus
5. Mulut:
Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis
6. Paru-paru”
Dipsneu dan orthopnea
7. Kardiovaskuler:
Takikardia, palpitasi, mur-mur, angina, hipotensi, kardiomegali, gagal jantung
8. Gastrointestinal:
Anoreksia dan menoragia, menurunya fertilisasi, hematuria (pada anemia
hemolitik)
9. Muskuloskletal:
Nyeri pinggang, sendi dan tenderness sternal
10. Sistem persyarafan:
Nyeri kepala, binggung, neurupatu perifer, parastesia, mental depresi, cemas,
kesulitan koping.

F. Pemeriksaan Penunjang
Perlu pemeriksaan darah tepi untuk mengetahui Hb, Eritrosit dan Hematokrit. Pada
anemia defisiensi besi, kadar Hb kurang dari 10gr/dl dan eritrosit menurun. Eritrosit
berbentuk mikrositik hipokromik (kecil dan pucat). Sedangkan pada defisiensi asam
folat dan vitamin B12, bentuk sel darahnya adalah makrositik.

G. Penatalaksanaan
Tindakan umum:
Penatalaksanaan anemia ditunjukkan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.
6
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya)


1. Anemia defisiensi besi
 Penatalaksanaan:
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang
diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat Fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200mg/hari/oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa: pemberian vitamin B12.
3. Anemia asam folat: asam folat 5mg/hari/oral.
4. Anemia karena perdarahan: mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian
cairan dan transfusi darah.

7
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia meliputi:
1) Aktivitas / istirahat
Gejala: Keletihan, kelemahan, kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk
bekerja, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istirahat
lebih banyak.
Tanda: Kelemahan otot, penurunan kekuatan, ataksia, tubuh tidak tegak, bahu
menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala: Riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi
berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan), riwayat
endokarditis infektif kronis, Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda: Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil, tekanan nadi melebar, hipotensi
postural.
Disritmia: Abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang
Bunyi jantung: Murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna): Pucat pada kulit dan
membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
Sklera: Biru atau putih seperti mutiara (DB), pengisian kapiler melambat (penurunan
aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi), kuku mudah patah, berbentuk
seperti sendok (koilonikia).
Rambut: kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara prematur.
3) Integritas ego:
Gejala: Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda: Depresi
4) Eliminasi
Gejala: Riwayat pielonefritis, gagal ginjal, flatulen, sindrom malabsorpsi,
hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare atau konstipasi dan penurunan
keluarnya urin
Tanda: Distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala: Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi, nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring),
mual/muntah, dyspepsia, anoreksia, adanya penurunan berat badan, tidak pernah puas
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat dan lain-lain
8
6) Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi, insomnia,
penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata, keseimbangan buruk.
Tanda: Peka rangsangan, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis.
7) Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Nyeri abdomen samara, sakit kepala
8) Pernapasan
Gejala: Riwayat TB, abses paru, napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda: Takipnea, ortopnea dan dispnea
9) Keamanan
Gejala: Tidak toleran terhadap dingin dan panas, gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk dan sering infeksi.
Tanda: Demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum
10) Seksualitas
Gejala: Perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore, hilangnya
libido (pria dan wanita).
Tanda: Serviks dan dinding vagina pucat.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994)
 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen/nutrisi ke sel.
Ditandai dengan: Palpitasi; kulit pucat, membran mukosa kering, kuku dan rambut rapuh,
perubahan tekanan darah.
 Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
Ditandai dengan: kelemahan dan kelelahan, penurunan aktifitas, memerlukan istirahat dan
tidur lebih banyak
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan kegagalan untuk
mencerna/absorpsi makanan
Ditandai dengan: penurunan berat badan normal, penurunan turgor kulit, perubahan
mukosa mulut, nafsu makan menurun, mual, kehilangan tonus otot.
 Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan, perubahan proses
pencernaan, efek samping penggunaan obat
Ditandai dengan: mual, muntah, penurunan nafsu makan, adanya perubahan pada
frekuensi, karakteristik dan jumlah feses.

C. Intervensi/implementasi
o Diagnosa 1, Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen/nutrisi ke sel.
- Kaji tanda-tanda vital, warna kulit, membran mukosa, dasar kuku
- Beri posisi semi fowler
- Kaji nyeri dan adanya palpitasi
- Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh pasien
- Hindari penggunaan penghangat atau air panas

9
Kolaborasi
- Monitor pemeriksaan laboratorium misalnya, Hb/Ht dan jumlah sel darah merah
- Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi
o Diagnosa 2, Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
- Kaji kemampuan aktifitas pasien
- Kaji tanda-tanda vital saat melakukan aktifitas
- Bantu kebutuhan aktifitas pasien jika diperlukan
- Anjurkan kepada pasien untuk menghentikan aktifitas jika terjadi palpitasi
- Gunakan teknik penghematan energi misalnya mandi dengan duduk.
o Diagnosa 3, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
jumlah makanan, perubahan proses pencernaan, efek sampinh penggunaan obat
- Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
- Observasi dan catat masukan makanan pasien
- Timbang berat badan tiap hari
- Berikan makanan sedikit dan frekuensi yang sering
- Observasi mual, muntah
- Bantu dan berikan hygiene mulut yang baik
Kolaborasi
- Konsultasi pada ahli gizi
- Berikan obat sesuai dengan indikasi, misalnya vitamin dan mineral suplemen
o Diagnosa 4, Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan,
perubahan proses pencernaan, efek samping penggunaan obat
- Observasi warna, konsistensi, frekuensi dan jumlah feses
- Kaji bunyi usus
- Beri cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung
- Hindari makanan berbentuk gas
Kolaborasi
- Konsul ke ahli gizi untuk pemberian diet seimbang
- Beri laktasif
- Beri obat anti diare

D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
denga tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

Evaluasi pada pasien dengan Anemia:


1) Infeksi tidak terjadi
2) Kebutuhan pasien terpenuhi
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostik dan rencana
pengobatan.

10
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia adalah suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal,
anemia merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal didalam sirkulasi
akibatnya jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga berkurang.
Anemia diklasifikasikan menjadi 4 yaitu Anemia Megaloblastik, Anemia Sel Sabit,
Anemia Aplastik dan Anemia Defisiensi Besi. Anemia tersebut diklasifikasikan
menurut etiologi dan manifestasi klinik nya.
Sedangkan tanda dan gejala umum anemia adalah Hb yang menurun
(<10gr/dL), penurunan berat badan, badan terasa lemah dan letih, tekanan darah
menurun, sering pusing, pengisian kapilernya lambat dan extremitas teraba dingin.
Apabila penyakit ini tidak ditangani akan menyebabkan komplikasi, yaitu daya
konsentrasi dan perkembangan menurun, dan sepsis.

B. Saran
Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda-tanda anemia dan
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.

11
DAFTAR PUSTAKA

 https://id.wikipedia.org/wiki/Anemia
 https://www.academia.edu/37494207/KLASIFIKASI_ANEMIA
 https://www.academia.edu/28444149/ASKEP_ANEMIA_NANDA_NOC_NIC
 https://www.academia.edu/30007439/Askep_Anemia
 https://www.academia.edu/20130773/ANEMIA
 https://www.alodokter.com/anemia-defisiensi-besi/diagnosis
 https://www.academia.edu/27782640/LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA
 http://eprints.ums.ac.id/16666/2/BAB_I.pdf

12

You might also like