Professional Documents
Culture Documents
P
P
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Ozi Ahkmad Bonar Ritonga
NIM. 14010059
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyataran memperoleh
gelar sarjana Keperawatan
Disusun Oleh :
Ozi Ahkmad Bonar Ritonga
NIM. 14010059
HALAMAN PENGESAHAN
(SKRIPSI)
M.Kep)
IDENTITAS PENULIS
ii
NIM : 14010059
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 100104 Sitinjak : Lulus Tahun 2008
2. SMP Negeri 1 Sitinjak : Lulus Tahun 2011
3. SMA Negeri 1 Sitinjak : Lulus Tahun 2014
KATA PENGANTAR
iii
Puji Syukur peneliti ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya peneliti dapat menyusun skripsi yang berjudul “Hubungan Kecemasan
Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2 “ Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan
skripsi ini. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih
1. Ns. Sukhri Herianto Ritonga, M.Kep, Selaku Ketua Stikes Aufa Royhan
Padangsidimpuan.
2. Ns. Nanda Masraini Daulay, S.Kep. M.Kep, sebagai Ketua Program Studi Ilmu
yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan menyelesaikan skripsi ini.
3. Ns. Adi Antoni, M.Kep selaku pembimbing Utama , yang telah meluangkan waktu
keperawatan.
Peneliti
ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kondisi kronis yang prevalensinya meningkat selama
bertahun-tahun ini. Orang dengan DM memiliki kemungkinan dua kali lebih tinggi untuk
menderita kecemasan dari pada populasi umum. Gangguan kecemasan memiliki hubungan
dengan hiperglikemia pada orang dengan DM. Hiperglikemia dalam jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan kerusakan berbagai macam organ. Tujuna penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan kecemasan dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di
UPTD Puskesmas Sitinjak tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi
dan metode crossectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 42 responden dengan
menggunakan tehnik total sampel sehingga responden pada penelitian ini berjumlah 42
responden. Uji statistik yang digunakan adalah uji spearman. Hasil penelitian ini
menunjukkan tidak adanya hubungan kecemasan dengan kadar gula darah pada penderita
DM tipe 2 diperoleh nilai p=0,491, dengan nilai p>0,05 dengan nilai koefisien korelasi (-
0,109) maka dapat disimpulkan hipotesis ditolak. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan
untuk UPTD Puskesmas Sitinjak dalam upaya meningkatkan pelayanan pada pasien
khususnya pada penderita DM tipe 2.
Abstract
Diabetes Mellitus (DM) is chronic condition that prevalent is increase in years. The people
whit DM may have two time high risk to anxiety compare whit the other without DM. Anxiety
disease relation with hyperglycemia of DM people. Hyperglycemia in long time causes
destroy of the organ. The goal of this research is to know the correlation between anxiety and
blood sugar levels of patient DM type 2 in Puskesmas Sitinjak 2018. This research uses the
design of correlation descriptive and the crossectional method. The population in this
research is 42 respondent by using the technique of sample total so the respondent in this
research are 42 respondent. The statistic test that used is spearman test. The result of this
research points that not is the correlation between anxiety and blood sugar levels of patient
DM type 2 that gained the value p=0,491, whit the value p= >0,05 whit the coefficient value
of the correlation (-0,109). So it not can be conclude that the hypothesis is acceptable. The
result of this research can be a suggestion to Puskesmas Sitinjak in an effort to enhance the
service to patients especially in patients with DM type 2.
DAFTAR ISI
v
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii
IDENTITAS PENULIS..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
ABSTRAK......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. x
DAFTAR SKEMA............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xii
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................7
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................7
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................7
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Analisa Univariat.................................................................................45
5.1.1 Karakteristik Responden............................................................45
5.2 Analisa Bivariat...................................................................................46
5.2.1 Hubungan Kecemasan Dengan Kadar Gula Darah
Pada Penderita DM Tipe 2...................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
ix
Halaman
1. Nomor Responden :
2. Umur :
6. KGD :
7. Lama Menderita DM :
( ) kecemasan ringan
( ) kecemasan sedang
( ) kecemasan berat
( ) kecemasan berat sekali
LEMBAR OBSERVASI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37 Lampiran 1
39
40
41
42
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Responden Penelitian
Di UPTD Puskesmas Sitinjak
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa STIKes Aufa
RoyhanPadangsidimpuan program studi Ilmu Keperawatan
Dengan ini menyampaikan bahwa saya akan mengadakan penelitian dengan judul
”Hubungan Kecemasan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2”.Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan proses gambaran yang dilakukan melalui kuesioner.
Data yang diperoleh hanya digunakan untuk keperluan peneliti. Kerahasiaan data dan
identitas saudara tidak akan disebarluaskan.
Saya sangat menghargai kesediaan saudara/i untuk meluangkan waktu
menandatangani lembaran persetujuan yang disediakan ini. Atas kesediaan dan kerjasamanya
saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
Lampiran 2
(Informed Consent)
Responden
(.........................................)
BAB 1
PENDAHULUAN
Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan merupakan visi yang ingin dicapai
oleh Kementrian Kesehatan untuk seluruh masyarakat Indonesia seperti yang tercantum
pembangunan kesehatan dan permasalahan kesehatan makin bertambah berat, kompleks, dan
bahkan terkadang tidak terduga. Oleh sebab itu, pembangunan kesehatan dilaksanakan
dan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta globalisasi dan
demokratisasi dengan semangat kemitraan, kerja sama lintas sektoral serta mendorong peran
Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF 2014) jumlah penderita DM
sebanyak 366 juta jiwa di tahun 2011 meningkat menjadi 387 juta jiwa di tahun 2014 dan
diperkirakan akan bertambah menjadi 592 juta jiwa pada tahun 2035. Jumlah kematian yang
terjadi pada tahun 2035 sebanyak 4,9 juta jiwa dimana setiap tujuh detik terdapat satu
kematian dari penderita DM di dunia. Dari jumlah DM 10%-20% sebagai tipe 1 dan 80%-
90% sebagai tipe 2, dimana penderita merasa sehat, tetapi beresiko untuk mengalami
Menurut WHO (2013) sebanyak 80% penderita DM di dunia berasal dari negara
berkembang salah satunya adalah Indonesia. Dari jumlah DM 10%-20% sebagai tipe 1 dan
1
80%-90% sebagai tipe 2, dimana penderita merasa sehat, tetapi beresiko untuk mengalami
interaksi glukosa yang lebih berat. Peningkatan jumlah penderita DM yang terjadi secara
gula darah % kadar gula darah sewaktu lebih atau sama dengan 200mg/dl, kadar gula darah
puasa lebih atau sama dengan 126 mg/dl, kadar guladarah lebih atau sama dengan 200mg/dl
pada 2 jam setelah beban glukosa 75 grampada tes toleransi glukosa. (American Diabetes
Association, 2016).
Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat prevalensi global
penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk di dunia dan
mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 387 juta kasus. Indonesia merupakan
negara menempati urutan ke 7 dengan penderita DM sejumlah 8,5 juta penderita setelah Cina,
India danAmerika Serikat, Brazil, Rusia, Mexico. Angka kejadian DM menurut data
Riskesdas (2013) terjadi peningkatan dari 1,1 % di tahun 2007 meningkat menjadi 2,1 % di
Namun, tidak dapat dipungkiri, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang
oleh penyakit infeksi, maka dewasa ini penyebab kematiannya didominasi oleh penyakit
Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyakit endokrin yang palingbanyak
diderita penduduk diseluruh dunia. Menurut ADA (American Diabetes Association), diabetes
Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang
Penderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) di Sumatera Utara setiap tahun mengalami
peningkatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinkes Sumut disebutkan, sejak Januari
2015 sampai April 2016, jumlah penderita DM tipe 1 sebanyak 18.358 orang dan tipe 2
berjumlah 54.843 orang. Padahal penyakit ini berdampak kepada penyakit lain seperti ginjal
pola makan, olah raga, kontrol gula darah, dan lain-lain yang harus dilakukan sepanjang
beberapa reaksi psikologis yang negatif diantaranya adalah marah, merasa tidak berguna,
kecemasan yang meningkat dan depresi. Selain perubahan tersebut jika penderita DM telah
mengalami komplikasi maka akan menambah kecemasan pada penderita karena dengan
adanya komplikasi akan membuat penderita mengeluarkan lebih banyak biaya, pandangan
negatif tentang masa depan (Shahab, 2006). Perlu disadari bahwa hidup dengan DM dapat
psikologis yang negatif terhadap diagnosis bahwa seseorang mengidap penyakit ini dapat
berupa penolakan atau tidak mau mengakui kenyataan, marah, merasa berdosa, cemas dan
Peningkatan insidensi DM Tipe 2 ini tentu akan diikuti oleh peningkatan kejadian
komplikasi DM Tipe 2 (Sudoyo, 2009). Kondisi kesehatan secara fisik seperti komplikasi
yang dapat terjadi dan pengelolaan DM Tipe 2 yang harus dilakukan secara konstan dapat
menyebabkan perubahan psikologis pada penderita seperti mudah cemas, depresi, putus asa
dan lebih sering mengeluh tentang permasalahan kesehatannya (Borrot & Bush, 2008), dan
perubahan sosial seperti stigmatisasi dan isolasi dalam kelompoksosialnya (Boyd, 2011).
Perubahan yang lain juga tampak dari aspek lingkungan seperti peningkatan kebutuhan
dengan kontrol glikemik yang buruk dan akan mengakibatkan peningkatan risiko
komplikasi vaskular dan tingkat kematian lebih tinggi. Gangguan kejiwaan dikaitkan dengan
berbagai macam faktor risiko untuk mortalitas, termasuk kontrol glikemik yang buruk dan
Menurut penelitian Roupa (2009) menunjukkan bahwa gejala kecemasan dan depresi
pada individu yang menderita DM dapat disebabkan oleh faktor sosial demografidan perilaku
pribadi seperti status keluarga, keturunan, kebiasaan merokok, makan berlebihan, kurang
aktivitas dan indeks masa tubuh. Wanita dengan DM menunjukkan persentase yang lebih
tinggi terhadap kecemasan dan depresi dibandingkan dengan pria. Hasil penelitian tersebut
kecemasan dan depresi. Wanita memiliki persentase kecemasan tiga kali lebih besar (62%)
dibandingkan pria yang hanya 21,5% sedangkan depresi pada wanita memiliki persentase
41,4% atau dua kali lipat dibandingkan pria sebesar 17,8% (Roupa, 2009, Mc Intosh, et. al.,
2008, Hermanns & Kulzer, 2008, Katon, et. al., 2009, Egede & Ellis, 2010).
faktor herediter dan didampingi oleh faktor emosi, sehingga emosi seseorang dapat
mempengaruhi perjalanan penyakit pasien. Kadar gula darah dapat dipengaruhi oleh
kecemasan pada pasien DM dan membuat semakin buruk perjalanan penyakit serta
pada orang normal peningkatan ini dapat segera diatasi tubuh dengan peningkatan
hormon insulin, tetapi pada orang yang mengalami DM hormon insulin mengalami gangguan
pada produksi maupun reseptor tubuh yang mengikat insulin sehingga gula darah akan tetap
orang di Amerika menemukan gejala kecemasan sebesar 41% pada 791 orang yang
mengalami gangguan fisik. Dimana sakit yang dialami memunculkan rasa marah dan sesal
prevalensi kecemasan 58% dan depresi 45%. Peningkatan kecemasan dan depresi secara
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai “apakah ada
hubungan kecemasan dengan kadar gula darah pada penderita DM Tipe 2”.
Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu penyakit endokrin yang palingbanyak
diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Apakah ada hubungan kecemasan dengan kadar gula darah pada penderita DM Tipe 2 ?
Mengetahui hubungan kecemasan dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2
c. Bagi Masyarakat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus tipe 2
2.1.1 Defenisi
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya (American Diabetes Association, 2010). DM tipe 2 atau sering juga disebut dengan
Non Insuline Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) merupakan penyakit diabetes yang
disebabkan oleh terjadinya resistensi tubuh terhadap efek insulin yang diproduksi oleh sel β
Penderita DM tipe 2 masih dapat menghasilkan insulin akan tetapi, insulin yang
dihasilkan tidak cukup atau tidak bekerja sebagaimana mestinya di dalam tubuh sehingga
glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh. DM tipe 2 umumnya diderita pada orang
yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes mellitus tipe
2.1.2 Etiologi
Penyebab DM tipe 2 diantaranya oleh faktor genetik dan bresistensi insulin. Selain itu
makanan berlebihan dan penyakit hormonal yang kerjanya berlawanan dengan insulin
Didalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau dalam peta, sehingga disebut
pulau Langerhans pankreas. Pulau-pulau ini berisi sel alpa yang menghasilkan hormon
glucagon sel β yang menghasilkan insulin. Kedua hormon ini bekerja berlawanan, glucagon
meningkatkan glukosa darah sedangkan insulin bekerja menurunkan kadar glukosa darah
dapat membuka pintu masuk glukosa ke dalam sel, kemudian di dalam sel glukosa tersebut
dimetabolisasikan menjadi tenaga. Jika insulin tidak ada atau jumlahnya sedikit, maka
glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga kadarnya di dalam darah tinggi atau
meningkat (hiperglikemia). Pada DM tipe 2 jumlah insulin kurang atau dalam keadaan
normal, tetapi jumlah reseptor insulin dipermukaan sel berkurang. Reseptor insulin ini dapat
diibaratkan sebagai lubangkunci pintu masuk ke dalam sel. Meskipun anak kuncinya (insulin)
cukup banyak, namun karena jumlah lubang kuncinya (reseptor) berkurang, maka jumlah
glukosa yang masuk ke dalam sel berkurang (resistensi insulin). Sementara produksi glukosa
oleh hati terus meningkat, kondisi ini menyebabkan kadar glukosa darah meningkat (Subekti
& Suryono, 2009). Resistensi insulin pada awalnya belum menyebabkan DM secara klinis,
ini disebut dekompensasi dimana produk insulin menurunsecara absolute. Resistensi dan
2.1.4 Klasifikasi
2.1.4.1 DM tipe 1
Menurut Gibney (2008), DM tipe 1 ditandai dengan penurunan kadar insulin yang
disebabkan oleh destruksi sel beta dan umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut.
Pasien DM tipe 1 memerlukan insulin untuk tetapbertahan hidup dan tanpa adanya insulin
dari luar, pasien DM tipe 1 akan mengalami ketoasidosis, koma dan kematian.
2.1.4.2 DM tipe 2
DM tipe 2 terjadi ketika tubuh masih menghasilkan insulin tetapi tidakcukup dalam
pemenuhannya atau insulin yang dihasilkan mengalami resistensi sehingga insulin tidak dapat
2.1.4.3 DM gestasional
Menurut Wilson (2005), DM gestasional dikenali pertama kali selama kehamilan dan
gestasional adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga dan riwayat
(meningkatkan hasrat untuk makan) dan polidipsi (banyak minum akibat meningkatnya
tingkat kehausan). Saat kadar glukosa darah meningkat dan melebihi ambang batas ginjal
maka glukosa yang berlebihan ini akan dikeluarkan (diekskresikan). Untuk mengeluarkan
glukosa melalui ginjal dibutuhkan banyak air (H2O). Hal ini yang akan menyebabkan
penderita sering kencing dan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi) sehingga timbul rasa haus
yang menyebabkan banyak minum (polidipsi). Pasien juga akan mengalami hasrat untuk
makan yang meningkat (polifagi) akibat katabolisme yang dicetuskan oleh defisiensi insulin
dan pemecahan protein serta lemak. Karena glukosa hilang bersamaan urin, maka
pasien mengalami gejala lain seperti keletihan, kelemahan, tiba-tiba terjadi perubahan
pandangan, kebas pada tangan atau kaki, kulit kering, luka yang sulit sembuh, dan sering
muncul infeksi (Price & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare, 2002).
melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula
dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan
berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih
sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa
(PERKENI, 2011).
2) Timbul rasa haus (Polidipsia)
Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa terbawa
oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan (Subekti,
2009).
glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup
dan insulin), edukasi/penyuluhan dan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri (home
lipid dan hipertensi. Penurunan berat badan dan diit hipokalori pada pasien gemuk akan
metabolik jangka panjang. Sukardji (2009) mengatakan bahwa penurunan berat badan ringan
dan sedang (5-10 kg) dapat meningkatkan kontrol diabetes. Penurunan berat badan dapat
dicapai dengan penurunan asupan energi yang moderat dan peningkatan pengeluaran energi
(Sukardji, 2009).
Masalah utama pada pasien DM tipe 2 adalah kurangnya respon reseptor insulin
terhadap insulin, sehingga insulin tidak dapat membawa masuk glukosa ke dalam sel-sel
tubuh kecuali otak. Dengan latihan jasmani secara teratur kontraksi otot meningkat yang
resistensi berkurang dan sensitivitas insulin meningkat yang pada akhirnya akan menurunkan
Kegiatan fisik dan latihan jasmani sangat berguna bagi pasien diabetes karena dapat
paru, dan otot serta memperlambat proses penuaan (Sukardji &Ilyas, 2009). Latihan jasmani
yang dianjurkan untuk pasien diabetes adalah jenis aerobik seperti jalan kaki, lari, naik
tangga, sepeda, sepeda statis, jogging, berenang, senam, aerobik, dan menari. Pasien DM
dianjurkan melakukan latihan jasmani secara teratur 3-4 kali dalam seminggu selama 30
menit.
Obat Hipoglikemia Oral (OHO) yang terdiri dari : pemicu sekresi insulin (seperti
(Waspadji, 2009).
b. Insulin
Saat ini dalam penanganan DM tipe 2 terdapat beberapa cara pendekatan. Salah satu
pendekatan terkini yang dianjurkan di Eropa dan Amerika Serikat adalah dengan memakai
nilai A1c (HbA1c) sebagai dasar penentuan awal sikap atau cara memperbaiki pengendalian
diabetes (Soegondo, 2009).Untuk daerah pemeriksaan A1c masih sulit dilaksanakan dapat
digunakan daftar konversi A1c dengan rata-rata kadar glukosa darah. Meskipun demikian
pengobatan utama, dan apabila hal ini bersama dengan latihan jasmani ternyata gagal
mencapai target yang ditentukan maka diperlukan penambahanobat hiperglikemik oral atau
2.1.6.4 Penyuluhan
Salah satu penyebab kegagalan dalam pencapaian tujuan pengobatan diabetes adalah
terhadap pasien diabetes, didapatkan 80% menyuntikkan insulin dengan cara yang tepat 59%
memakai dosis yang salah dan 75% tidak mengikuti diet yang dianjurkan (Basuki, 2009).
mutlak diperlukan. Penyuluhan diperlukan karena penyakit diabetes adalah penyakit yang
berhubungan dengan gaya hidup. Pengobatan dengan obat-obatan memang penting, tetapi
tidak cukup. Pengobatan diabetes memerlukan keseimbangan antara berbagai kegiatan yang
merupakan bagian intergral dari kegiatan rutin sehari-hari seperti makan, tidur, bekerja, dan
lain-lain. Pengaturan jumlah dan jenis makanan serta olah raga merupakan pengobatan yang
tidak dapat ditinggalkan, walaupun ternyata banyak diabaikan oleh pasien dan keluarga.
dengan pasien dan keluarganya. Pasien yang mempunyai pengetahuan cukup tentang
sehingga pasien dan keluarganya harus dapat melakukan pemantauan sendiri kadar glukosa
darahnya di rumah. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk PKGS adalah dengan
pemantauan reduksi urin, pemantauan glukosa darah dan pemantauan komplikasi serta cara
PKGS kini telah diakui secara luas oleh sekitar 40% pasien DM tipe 1 dan
glikemik dari hari ke hari agar dapat memberikan nasihat yang tepat
c. Mencegah hiperglikemik
d. Menyesuaikan dengan perubahan gaya hidup terutama berkaitan dengan masa sakit,
gestasional(Soewondo, 2009).
kadar glukosa darah. Kelebihan pemeriksaan A1c adalah mampu menunjukkan kadar rata-
rata gula darah selama 8-12 minggu terakhir. Pemeriksaan A1c mempunyai korelasi dengan
komplikasi diabetes. Pengendalian dikatakan baik jika kadar HbA1c kurang dari 7%
2.2.1 Defenisi
Glukosa adalah karbohidrat terpenting bagi tubuh karena glukosa bertindak sebagai
bahan bakar metabolik utama. Glukosa juga berfungsi sebagai prekursor untuk sintesis
karbohidrat lain, misalnya glikogen, galaktosa, ribosa, dan deoksiribosa. Glukosa merupakan
produk akhir terbanyak dari metabolisme karbohidrat. Sebagian besar karbohidrat diabsorpsi
ke dalam darah dalam bentuk glukosa, sedangkan monosakarida lain seperti fruktosa dan
galaktosa akan diubah menjadi glukosa di dalam hati. Karena itu, glukosa merupakan
Selain berasal dari makanan, glukosa dalam darah juga berasal dari proses
Kadar glukosa darah diatur sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan tubuh.
Dalam keadaan absorptif, sumber energi utama adalah glukosa. Glukosa yang berlebih akan
disimpan dalam bentuk glikogen atau trigliserida. Dalam keadaan pasca-absorptif, glukosa
harus dihemat untuk digunakan oleh otak dan sel darah merah yang sangat bergantung pada
glukosa. Jaringan lain yang dapat menggunakan bahan bakar selain glukosa akan
pengaturan kadar glukosa darah yang ketat oleh tubuh. Pengaturan kadar glukosa darah ini
terutama dilakukan oleh hormon insulin yang menurunkan kadar glukosa darah dan hormon
Glukosa harus ditranspor ke dalam sel melalui mekanisme difusi terfasilitasi sehingga
sel dapat memakainya sebagai sumber energi. Agar glukosa dapat menembus membran
plasma yang impermeabel terhadap molekul besar, glukosa membutuhkan protein pembawa.
Selain di saluran cerna dan tubulus ginjal, glukosa diangkut dari konsentrasi yang lebih tinggi
ke konsentrasi yang lebih rendah mengikuti gradien konsentrasinya oleh protein pembawa
Karbohidrat adalah salah satu bahan makanan utama yang diperlukan oleh tubuh.
Sebagian besar karbohidrat yang kita konsumsi terdapat dalam bentuk polisakarida yang
tidak dapat diserap secara langsung. Karena itu, karbohidrat harus dipecah menjadi bentuk
yang lebih sederhana untuk dapat diserap melalui mukosa saluran pencernaan (Sherwood,
2012).
Karbohidrat yang masuk ke saluran cerna akan dihidrolisis oleh enzim pencernaan.
Ketika makanan dikunyah di dalam mulut, makanan tersebut bercampur dengan saliva yang
mengandung enzim ptialin (α-amilase). Tepung (starch) akan dihidrolisis oleh enzim tersebut
menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya (Guyton & Hall, 2008).
Sesampainya di lambung, enzim ptialin menjadi tidak aktif akibat suasana lambung
yang asam. Proses pencernaan ini akan dilanjutkan di usus halus yang merupakan muara dari
sekresi pankreas. Sekresi pankreas mengandung α-amilase yang lebih poten daripada α-
amilase saliva. Hampir semua karbohidrat telah diubah menjadi maltosa dan polimer glukosa
kecil lainnya sebelum melewati duodenum atau jejunum bagian atas (Guyton & Hall, 2008).
Disakarida dan polimer glukosa kecil ini kemudian dihidrolisis oleh enzim
monosakaridase yang terdapat pada vili enterosit usus halus. Proses ini terjadi ketika
disakarida berkontak dengan enterosit usus halus dan menghasilkan monosakarida yang dapat
Aktivitas fisik mempengaruhi kadar glukosa dalam darah. Ketika aktivitas tubuh
tinggi, penggunaan glukosa oleh otot akan ikut meningkat. Sintesis glukosa endogen akan
ditingkatkan untuk menjaga agar kadar glukosa dalam darah tetap seimbang. Pada keadaan
normal, keadaan homeostasis ini dapat dicapai oleh berbagai mekanisme dari sistem
Ketika tubuh tidak dapat mengkompensasi kebutuhan glukosa yang tinggi akibat
aktivitas fisik yang berlebihan, maka kadar glukosa tubuh akan menjadi terlalu rendah
(hipoglikemia). Sebaliknya, jika kadar glukosa darah melebihi kemampuan tubuh untuk
menyimpannya disertai dengan aktivitas fisik yang kurang, maka kadar glukosa darah
menjadi lebih tinggi dari normal (hiperglikemia) ADA(American Diabetes Association 2015).
Berbagai obat dapat mempengaruhi kadar glukosa dalam darah, di antaranya adalah
obat antipsikotik dan steroid ADA (American Diabetes Association 2015). Obat antipsikotik
atipikal mempunyai efek simpang terhadap proses metabolisme. Penggunaan klozapin dan
olanzapin sering kali dikaitkan dengan penambahan berat bahan sehingga pemantauan akan
kejadian hiperglikemia walaupun mekanisme jelasnya belum diketahui. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh penambahan berat badan akibat resistensi insulin (Katzung, 2007).
Steroid mempunyai efek yang beragam karena steroid dapat mempengaruhi berbagai
fungsi sel di dalam tubuh. Salah satu di antaranya adalah efek steroid terhadap metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. Steroid sintetik mempunyai mekanisme kerja yang sama
sampai 10 kali lipat. Selain berperan dalam proses glukoneogenesis, kortisol juga dapat
antaranya adalah penyakit metabolisme diabetes mellitus dan tirotoksikosis. Diabetes mellitus
adalah sekelompok penyakit metabolik berupa hiperglikemia yang diakibatkan oleh gangguan
diklasifikasikan menjadi berbagai jenis, di antaranya adalah diabetes mellitus tipe 1 (DM tipe
1) dan diabetes mellitus tipe 2 (DM tipe 2) ADA (American Diabetes Association 2014).. DM
tipe 1 adalah diabetes yang terjadi akibat kerusakaan sel-sel beta pankreas oleh suatu proses
autoimun. Kerusakaan sel-sel beta pankreas ini akan berakibat pada defisiensi insulin yang
DM tipe 2 adalah diabetes yang terjadi akibat resistensi hormon insulin. DM tipe 2 ini
ditandai dengan kelainan sekresi dan kerja insulin. Sel tidak lagi responsif terhadap insulin
sehingga terjadi pengikatan abnormal antara kompleks reseptorinsulin dengan sistem transpor
glukosa. Hal ini akan menggangu kerja insulin hingga akhirnya sel beta pankreas gagal untuk
tiroid yang berlebihan. Hormon tiroid mempunyai efek pada pertumbuhan sel,
Tiroksikosis dapat menaikkan kadar glukosa darah melalui efek hormon tiroid
saluran cerna, bahkan meningkatkan sekresi insulin (Guyton & Hall, 2008).
(etanol) melibatkan enzim alkohol dehidrogenase (ADH) yang terutama terdapat di hati.
Proses perubahan etanol menjadi asetaldehid menghasilkan zat reduktif yang berlebihan di
Gula darah puasa adalah kadar gula yang diukur setelah melakukan puasa selama
kurang lebih 10 s.d 1 jam. Kadar Gula darah puasa normal biasanya di kisaran 80 s.d
120 mg/dl
Apa yang dimaksut dengan 2 jam pp, kalau tes ini sama dengan gula darah puasa,
hanya saja setelah puasa 2 jam sebelum tes pasien dianjurkan untuk makan dulu dan
Pemeriksaan ini paling sering dilakukan dengan cara pasien datang langsung di tes,
anda juga bisa membeli alatnya sendiri dan anda lakukan di rumah, namun juga tetap
harus melakukan dengan kaidah kebersihan dan peralatan steril untuk menghindari
infeksi. Cara ini begitu penting ketika digunakan untuk mengetahui penurunan kadar
gula darah dalam waktu yang cepat, namun kurang bisa mengetahui gambaran
d. HbA1c
HbA1c adalah zat yang terbentuk dari reaksi glukosa dengan hemoglobin.
(merupakan bagian dari sel darah merah). Pemeriksaan HbA1c ini sangat penting
untuk mengetahui kondisi kendali diabetes selama 3 bulan dan tentu lebih valid untuk
melihat kondisi dalam jangka panjang. (sekitar 3 bulan) normalnya 4% sampai 5,6%.
2.3 Kecemasan
2.3.1 Defenisi
. Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan
atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam
menilai kenyataan, kepribadian masih tetap utuh atau tidak mengalami keretakan
Kecemasan adalah perasaan yang menetap berupa ketakutan atau kecemasan yang
merupakan respon terhadap kecemasan yang akan datang. Hal tersebut dapat merupakan
perasaan yang ditekan kedalam bawah alam sadar bila terjadi peningkatan akan adanya
bahaya dari dalam. Kecemasan bukanlah suatu panyakit melainkan suatu gejala. Kecemasan
sering kali berkembang selama jangka waktu panjang dan sebagian besar tergantung pada
menpercepat munculnya kecemasan tetapi setelah terbentuk pola dasar yang menunjukan
gelisah dan aktivasi sistem saraf autonom dalam merespon ancaman yang tidak jelas.
Kecemasan akibat terpejan pada peristiwa traumatik yang dialami individu yang mengalami,
menyaksikan atau menghadapi satu atau beberapa peristiwa yang melibatkan kematian aktual
atau ancaman kematian atau cidera serius atau ancaman fisik diri sendiri (Doenges, 2006).
keperihatinan, kesulitan, ketidakpastian atau ketakutan yang terjadi akibat ancaman yang
diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan (Asmadi,
2009).
Menurut Ibrahim (2007), kriteria diagnosis untuk gangguan kecemasan karena kondisi
medis meliputi:
a. Kecemasan yang menonjol, serangan panik, obsesi, atau kompulsi yang menguasai
gejala klinis.
laboratorium bahwa gangguan adalah akibat langsung dari kondisi medis umum.
c. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya
gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dimana stresor adalah suatu kondisi medis
oleh sesak nafas, keringat berlebihan, palpitasi dan gejala gastrointestinal. Gejala lain adalah
Kecemasan pada tingkat fisiologik atau kecemasan yang sudah mempengaruhi atau
terwujud pada gejala fisik terutama pada fungsi saraf. Misalnya tidak dapat tidur, jantung
berdebar-debar, keluar keringat dingin berlebih, sering gemetar, perut mual, dan yang lainnya.
pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain.
d. Tingkat panik dari ansietas, berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror.
Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu
sebagai perasaan yang tidak menyenangkan namun tidak spesifik. Kecemasan realistik
ini menjadi asal timbulnya kecemasan lainnya yaitu kecemasan neurosis dan
berkendara dan melaju dengan cepat saat lalu lintas sedang padat di kota asing.
Kecemasan neurotik adalah rasa cemas karena bahaya yang tidak diketahui
atau ketakutan akan hukuman yang diberikan oleh orang tua atau figur tertentu yang
berkuasa kalau orang tersebut memuaskan insting dengan cara sendiri dan diyakininya
akan diberi hukuman. Namun hukuman tidak pasti diberikan sehingga dapat
marah sering diikuti dengan rasa takut akan hukuman dan rasa takut tersebut
Kecemasan moral terjadi ketika orang melanggar nilai yang diberikan orang
tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotik terlihat mirip namun perbedaannya
berada pada prinsip yaitu tingkat kontrol ego. Pada kecemasan moral, orang tetap
orang memikirkan masalah dalam keadaan distres atau panik sehingga orang dengan
Menurut Hawari (2008), untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang
apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali digunakan alat ukur yang dikenal dengan nama
Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala
yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-
masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya nilai 0 berarti
tidak ada gejala, nilai 1 gejala ringan, nilai 2 gejala sedang, nilai 3 gejala berat, dan nilai 4
gejala berat sekali. Masing-masing nilai angka (score) dari ke-14 kelompok gejala tersebut
dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan
seseorang yaitu Total nilai (score) < 14 tidak ada kecemasan, nilai 14-20 kecemasan ringan,
nilai 21-27 kecemasan sedang, nilai 28-41 kecemasan berat dan nilai 42-56 kecemasan berat.
Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS ) penilaian kecemasan
terdiri dari :
a. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tensinggung.
b. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
c. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut
kedutan otot.
h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat
sertamerasa lemah.
i. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak
1. Prinsip: glukosa dapat mereduksi ion cupri dalam larutan alkalis → terjadi perubahan
3. Persiapan px:
4. Dilarang minum obat vit.C, salisilat, sterptomisin → memberi hasil positif palsu
1. Tabung reaksi
2. Pipet
3. Lampu spiritus
4. Penjepit tabung
5. Reagen:
6. Fehling
7. Benedict
sampai mendidih
d. Hasil:
Kecemasan
- Ringan Kadar Gula Darah
- Sedang - Normal
- Berat - Tinggi
- Barat sekali
a. Konsumsi Karbohidrat
b. Aktivitas Fisik
c. Penggunaan Obat
d. Keadaan Sakit
Variabel Perancu
e. Konsumsi Alkohol
Keterangan : Variabel yang di teliti
2.5 Hipotesis
Hipotesis awal (Ha) dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan kecemasan dengan
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat
Dengan desain cross sectional yaitu dimana suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi
atau pengumpulan data sekaligus pada suatu karakter atau variable subjek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahawa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang
sama (Soekidjo, 2010) yang bertujuan untuk mengetahui “Hubungan Kecemasan dengan
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek dan objek dengan karakteristik tertentu yang akan
diteliti (Nursalam, 2008). Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita diabetes
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki populasi. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan
mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari
Januari 2018 sebanyak 42 klien, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 42 responden.
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yang berisi pertanyaan – pertanyaan
Variabel independen yang diteliti melalui kuesioner adalah kecemasan kadar gula darah.
Alat atau instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitan ini adalah
kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini akan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Kuesioner A
masing-masing dari pertanyaan tersebut terdapat 5 alternatif jawaban yaitu “tidak ada
berat sekali”, Jika menjawab “tidak ada kecemasan” akan mendapat skor kurang dari 14,
mendapat skor 21-27, “kecemasan berat”, akan mendapatkan skor 28-41, ”kecemasan berat
b. Kuesioner B
responden diberi kemudahan dalam menjawab atau mengisi kuesioner dengan memberikan
kecemasan kadar gula darah, yang berisi pertanyaan tentang tingkat kecemasan. Kuesioner
yang diberikan pada pasien penderita DM tipe 2 yang menjalani pemeriksaan kadar gula
Cara penelitian dengan sistem skoring dengan skala HARS (Hamilton,1959). Kadar
gula darah diambil diantara waktu malam (sewaktu) pasien menggunakan alat stik Terumo
pada jari- jari (pembuluh darah kapiler). Kemudian diperiksa menggunakan alat deteksi gula
darah merek Terumo. Kemudian hasil dapat dilihat setelah 5 detik. Hasil kadar gula darah
Informed concent
Pengambilan data,Nama,usia,Jenis
kelamin,
Pengisian kuesioner
Alat
No Variabel Defenisi Varameter Skala Skoring
Ukur
1. Tingkat Suatu Pengisia 1. tidak ada Ordinal - tidak ada
kecemas bentuk n data kecemasan kecemasan
an sikap atau oleh 2. kecemasan skor
kecemasan respond ringan kurang
pasien en 3. kecemasan dari 14,
sedang - kecemasan
4. kecemasan ringan skor
berat 14-20
5. kecemasan - kecemasan
berat sekali sedang
skor 21-27
- kecemasan
berat skor
28-41
- kecemasan
berat
sekali skor
42-56
2 kadar Penderita Kadar Ordinal Kadar gula
gula DM tipe 2 gula darah rendah
darah mengetahu darah (70 mg%)
penderita i tingkat pada Kadar gula
DM tipe kecemasan DM tipe darah normal
2 pada 2 (90-110 mg
pasien. %)
Kadar gula
darah tinggi
(>200 mg%)
Kuesioner pemeriksaan kadar gula darah yang dilakukan oleh Tatu Hirmawaty di
RSUD Tarakan pada tahun 2014, telah diuji validitas menggunakan Product Momentdan
realibilitas menggunakan Alpha Crombach’s mendapatkan hasil nilai r tabel untuk n=15 dan
Alpha 0.05 adalah 0.514, semua nilai r pada setiap pernyataan memiliki nilai diatas 0.541,
artinya semua pertanyaan sudah valid. Nilai Alpha Cronbach’s sebesar 0.933 hal ini
Untuk hasil uji validitas kuosioner dukungan keluarga diperoleh nilai r antara 0,450-
0,806. Item pertanyaan dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,444)
1. Editing
Melakukan pengecekan apakah semua data yang diperoleh sudah lengkap,
2. Coding
3. Entry
4. Verifikasi
5. Tabulating
dimasukan dalam tabel yang sudah disiapkan. Setiap pertanyaan yang sudah di beri
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis univariat dan analisis
bivariate
a. Anlisis Univariat
setiap variable penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung dari jenis datanya. Untuk data
numeric digunakan nilai mean atau rata rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya
dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variable.
Misalnya distribusi frekuensi responden berdasarkan: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariate yang dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan
atau berkorelasi.Misalnya variable umur dengan variable penyakit jantung, variable jenis
kelamin dengan varaibel jenis penyakit yang diderita,dan sebagainya. Uji statistic yang
HASIL PENELITIAN
Bagian ini menguraikan Hubungan Kecemasan Dengan Kadar Gula Darah Pada
di isi oleh peneliti atas jawab responden, setelah itu data diolah dan dianalisa menggunakan
responden dan variabel-variabel yang diteliti untuk mendapatkan gambaran umum. Adapun
gambaran umum karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, penyakit penyerta,
mendapat terapi medis, KGD, lama menderita DM, tingkat kecemasan sebagai berikut:
Dari tabel diatas diketahui bahwa responden yang berumur 36 – 45 tahun sebanyak 5
responden (11,9 %), 46 – 55 tahun sebanyak 21 responden (50,0 %), 56 – 65 tahun sebanyak
14 responden (33,3 %), lebih dari 65 tahun sebanyak 2 responden (4,8 %).
41
4.1.2 Jenis Kelamin
responden (35,7 %), dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 27 responden
(64,3 %).
Dari tabel diatas yang memiliki penyakit penyerta sebanyak 18 responden (42,9 %),
sedangkan yang tidak memiliki penyakit penyerta sebanyak 24 responden (57,1 %).
Dari tabel diatas yang mendapat terapi medis insulin sebanyak 1 responden (2,4 %),
sedangkan yang tidak mendapat terapi medis insulin sebanyak 41 responden (97,6 %).
Dari tabel diatas yang memiliki KGD normal sebanyak 1 responden (2,4 %),
Dari tabel diatas yang memiliki tingkat kecemasan ringan sebanyak 5 responden (11,9
%), tingkat kecemasan sedang sebanyak 18 responden (42,9 %), tingkat kecemasan berat
sebanyak 12 responden (28,6 %), dan tingkat kecemasan berat sekali sebanyak 7 responden
(16,7 %).
Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2, untuk melihat hubungan tersebut dengan
menggunakan uji statistik spearmean. Uji spearmean merupakan uji kategorik dengan skala
ordinal-ordina.
Dari tabel diatas dilakukan uji statistic spearmean untuk melihat Hubungan
Kecemasan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Hasil uji
menunjukkan bahwa uji statistik korelasi diperoleh P=0,491 lebih besar dari 0,05 berarti
dalam penelitian ini Ha ditolak dan H0 diterima, berarti tidak ada hubungan Hubungan
Kecemasan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di UPTD
Puskesmas Sitinjak tahun 2018, dengan kekuatan korelasi -0,109 yang artinya korelasi lemah.
BAB 5
PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan pembahasan yang meliputi interprentasi dan diskusi hasil
penelitian yang telah dijelaskan pada bab 4 (hasil penelitian) dengan mengacu pada teori-teori
dan penelitian yang telah ada sebelumnya baik yang mendukung maupun yang berlawanan
(64,3%), pada kelompok umur 46-55 tahun sebanyak 21 responden (50,0%). Hal ini sejalan
dengan penelitian Rakhmadany, (2010), bahwa ada hubungan antara umur dan jenis kelamin
dengan penderita DM. Umur mempengaruhi resiko dan kejadian DM tipe 2. Umur sangat erat
kaitannya dengan kenaikan KGD, sehingga semakin meningkat umur maka prevalensi DM
tipe 2 dan gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. Proses menua yang berlangsung
setelah usia 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis, visiologis dan biokimia. Menurut
WHO setelah usia 30 tahun, maka KGD akan naik 1-2 mg/dl/tahun pada saat puasa dan akan
naik 5,6-13 mg/dl pada 2 jam setelah makan (Sudoyo,2009). Hasil penelitian
jumlahnya yaitu sekitar 90-95% dari seluruh penyandang DM dan banyak dialami oleh
dewasa diatas 40 tahun. Mengenai kualitas hidup dan kepatuhan pasien DM tipe 2, sebagian
45
mayoritas (78,7%) adalah perempuan. Demikian pula pada penelitian Gautam et al (2009)
tentang cross sectional study kualitas hidup pasien DM tipe 2 di India, sebagian besar (65%)
lama menderita DM tipe 2 adalah 1-2 tahun (33,3%). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Issa & Baiyewu (2010) tentang kualitas hidup pasien DM tipe 2 di
Nigeria, dimana responden terbanyak adalah dengan lama menderita DM 6-8 tahun. Begitu
juga dengan penelitian yang dilakukan Andayani, Ibrahim & Asdie (2010), terhadap 115
pasien DM tipe 2 bahwa lama menderita pasien rata-rata lebih dari 10 tahun.
DM Tipe 2
Berdasarkan dari hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik spearmean
menunjukkan nilai p=0,491 (p>0,05) dengan nilai r=-0,109. Berarti dapat disimpulkan tidak
ada hubungan yang kuat ke arah positif antara hubungan kecemasan dengan kadar gula darah
pada penderita DM tipe 2 di UPTD Puskesmas Sitinjak. Sehingga hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan kecemasan signifikan antara kadar gula darah
Tidak ada hubungan tingkat kecemasan dengan KGD pada penderita DM tipe 2
karena responden yang memiliki KGD tinggi rata-rata memiliki tingkat kecemasan sedang
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murdiningsih
& GhoFur (2013), bahwa dengan seseorang dengan penyakit kronis termasuk DM rentan
dengan jumlah sampel adalah 34 responden. Penelitian mengenai kecemasan dengan kontrol
glikemik juga telah dilakukan di Meksiko. Memiliki tingkat kecemasan tinggi dikaitkan
dengan kontrol glikemik yang buruk dan komplikaasi DM yang lebih banyak (Kendzor D et
al, 2014).
sekarang. Mereka akan khawatir dengan KGD yang tinggi dan komplikasi yang dapat terjadi,
membutuhkan banyak kedisiplinan diri dan dianggap dapat menyebabkan stress. Munculnya
gejala psikologis ini dapat berdampak negatif dengan mempengaruhi kontrol glikemik
(Luyckx K et al, 2010). Hasil penelitian hubungan kecemasan dengan kadar gula darah pada
penderita DM tipe 2 sejalan dengan penelitian Hessler D et al, 2014 tidak terdapat hubungan
Kecemasan menyebabkan aktivasi HPA axis dan sistem saraf simpatik (Tsenkova V et al,
2013). Aktivitas sistem saraf simpatis dapat menyebabkan respon flight or fight. Respon
tersebut terjadi didasari karena adrenalin (Anxiety care UK, 2014). Adrenalin ini disebabkan
oleh kelenjar adrenal di dalam darah, sehingga menyebabkan proses pelepasan glikogen hati
(glikogenolisis) menjadi meningkat. Glikogen yang telah didapat dari proses glikogenolisis
selanjutnya akan diubah menjadi karbohidrat. Karbohidrat ini dapat masuk ke aliran darah,
H0 diterima bermakna secara statistik yakni sebagian besar responden yang menderita
DM tipe 2, tetapi tidak mengalami kecemasan berat. Sehingga dapat disimpulkan kecemasan
tidak ada hubungan dengan penderita DM tipe 2 di UPTD Puskesmas Sitinjak. Maka hal ini
dapat menyebabkan penderita DM tipe 2 tidak patuh dalam melakukan kontrol KGD dan diet
DM tipe 2, bisa saja hal ini dapat menyebabkan komplikasi pada pasien DM tipe 2. Untuk
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dengan judul hubungan kecemasan
dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di UPTD Puskesmas Sitinjak tahun 2018.
6.1.1 Dengan hasil penelitian 42 responden memiliki kecemasan dengan kategori ringan
6.1.2 Dari hasil penelitian responden yang memiliki KGD dengan kategori normal
6.1.3 Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan terhadap hubungan
kecemasan dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 dengan hasil p-value
49
6.2 Saran
Dari hasil penelitian dengan judul hubungan kecemasan dengan kadar gula darah pada
penderita DM tipe 2 di UPTD Puskesmaas Sitinjak tahun 2018, maka peneliti memberi saran:
DM.
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
ADA 2008. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care. 29 Suppl 1S43-
S48.
Albright TL, Parchman M, Burge SK, RRNest Investigators: Predictors of selfcare behavior
in adults with type 2 diabetes. Fam Med 2009, 33:354–360.
Anderson RJ, Grigsby AB, Freedland KE, de Groot M, McGill JB, Clouse RE, Lustman PJ:
Anxiety and poor glycemic control: a meta-analytic review of the literature. Int’LJ
Psychiatry in Medicine 2008, 32:235–247
Anxiety Care UK., 2014. The Biological effects and Consequense of Anxyety.
www.anxyetycare.org.uk/biologicaleffects.asp
Bogner HR, Morales KH, Post EP, Bruce ML:Diabetes, depression, and death: a randomized
controlled trial of a depression treat ment program for older adults based in primary
care (PROSPECT). Diabetes Care 2008,30: 3005-3010
Cotran, R.S., Kumar, V., & Collins, T. 2011. Pathologic Basis of Disease. 6 ed. A Harcourt
Asia Company. India.
De Groot M, Anderson RJ, Freedland KE, Clouse RE, Lustman PJ: Association of depression
and diabetes complications: a metaanalysis. Psychosom Med 2014, 63:619-630.
Gois C, Barbosa A, Ferro A, Santos AL, Sousa F, Akiskal H, Akiskal K, Figueira ML: The
role of affective temperaments in metabolic control in patients with type 2 diabetes. J
Affect Disord 2011, 134:52–58.
Grigsby AB, Anderson RJ, Freedland KE, Clouse RE, Lustman PJ: Prevalence of anxiety in
adults with diabetes: a systematic review. J Psychosom Res 2012, 53:10531060.
Hessler, D., Fisher, L., Glasgow, R., Strycker, L., Arean, P., Masharani, U., 2014. Reductions
in Regimen distress Are Associated With Improved Management and Glycemic Control
Over Time. Diabetes Care. 37 : 617-624.
Indra Perwira R. Sistem untuk konsultasi menu diet bagi penderita diabetes mellitus berbasis
aturan. Jurnal Teknologi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Industri Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. 5 (2) 104-113. 2012
Kendzor, D., Chen, M., Reiningger, B., Businelle, M., Fisher-Hoch, S., Rentfro, A., Watter,
D., McCormick, J., 2014. The Association of Depression and Anxiety whit Glycemic
Control among Mexican American with Diabetes Living Near The U.S.-Mexico
Border. BMC Public Health. 14(176) : 1471-2458.
Luycky, K., Krenke, I., Mampson, S., 2010. Glycemic Control, Coping, and Internalizing and
Externalizing Sympyoms in Adolescent With Type 1 Diabetes. Diabetes Care. 33(7) :
1424-1429`
Lustman PJ,Anderson RJ, Freedland KE, at al. Depression and Poor Glycemic Control.
Diabetes Care 2010;23:934-42
Murdianingsih, D., Ghofur, G., 2013. Pengaruh Kecemasan Terhadap Kadar Glukosa Darah
Pada Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Puuskesmas Banyuanyar Surakarta.
Talenta Psikologi. 2(II) : 180-197.
Mudjadid, E., 2009. Aspek Psikosomatik Pasien Diabetes Melitus dalam: Sudoyo, A.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibatra, M., Setiati, S., Editor. Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: FKUI. pp 2159-2175.
Nouwen A, Winkley K, Twisk J, Lloyd C, Peyrot M, Ismail K, Pouwer F: Type2 diabetes
mellitus as a risk factor for the onset of depression: asystematic review and meta-
analysis. Diabetologia 2010, 1-7.
Semiardji, G., 2013. Stres Emosional Pada Penyandang Diabetes dalam: Soegondo, S.,
Soewondo, P., Subekti, I., Editor. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. FKUI.
Pp 337-346.
Sholeh, M, 2012, Tahajud Terapi Religius, Yogyakarta : Forum Studi Himanda
Syarif .N, 2015, Diabetes Mellitus dari Pandangan Psikiatri Jiwa.1: 49-54
Totok B, Febrina N. Pengaruh durasi senam diabetes melitus pada penurunan kadar gula
darah pada penderita HM tipe 2. Jurnal Kesehatan Program Studi Fisioterapi Fakultas
Ilmu Kesehatan UMS. 4 (2) : 143-153. 2011
Tsenkopa, V., Albert, M., Georgiades, A., Ryff, C., 2013. Trait Anxyeti and Glucose
Metabolism in People With out Diabetes: Vulnerabilites Among Black Women. Diabet
Med. 24 (6) : 803-806.
Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., & King, H. 2006. Global Prevalence of Diabetes;
Estimates for the year 2000 and projection for 2030. Diabates Care. 27(5):10471053.
Yunita N, Ana Y, Gesnita N. Pengetahuan pasien tentang diabetes dan obat anti diabetes.
Jurnal Farmasi Indonesia Fakultas Farmasi Universitas Airlangga 6 (1) : 38-47. 2012
KUESIONER
(HARS)
:
Nomor Responden
:
Nama Responden
Tanggal Pemeriksaan :
2= ½ gejala
3= ¾ gejala
4= semua gejala
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
Skor Total =
65
umur
jenis kelamin
penyakit penyerta
lama menderita DM
tingkat kecemasan
Correlations
N 42 42
Spearman's rho
Correlation Coefficient -,109 1,000
N 42 42
68
Count 0 0 1 0 1
kecemasan
darah Count 5 18 11 7 41
kecemasan
Count 5 18 12 7 42
kecemasan