You are on page 1of 9

1

‫‪PELAJARAN KEPEMIMPINAN DARI NABI IBRAHIM AS‬‬


‫‪Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Kota Surakarta‬‬

‫لت الواحتكد الرقنهتاَكر‪ ِ,‬الرعزيتكز الغرنفتاَكر‪ ِ,‬ممركتوكر اللنذيتكل علتى النترهتتاَكر‪ ِ,‬ترتذذككررة‬ ‫المتمد ك‬
‫ذ‬
‫ب ورالعتكبترتاَكر‪ ِ.‬وأرذشترهمد أرذن ل‬ ‫ب والربَأصْاَكر‪ ِ,‬وترتذبصْرة لكترذوي ارللبتتاَ ك‬ ‫لول المقملو ك‬ ‫م‬
‫ر‬ ‫ر‬ ‫ر‬
‫ف النرحيتمم‪ ِ,‬وأشترهمد أرنن ممممتداة رعبتمدهم وررمستتولممه‪ِ,‬‬ ‫إكلرهر كإل الم البر تر الرككريمت‪ ِ,‬الترمؤو م‬
‫وحكبيبمت تهم وخكليلمت تمه‪ ِ,‬الترتتاَكدي إلت ت كصت تررايط ممذست ترتقييم‪ ِ,‬والت تنداكعيِ إكرلت ت كديت تين قترتتويي‪ِ,‬‬
‫ي‪ ِ,‬روآَكل كت ت تلل‪ ِ,‬وس ت تتاَئر‬ ‫ك‬ ‫ك‬ ‫صت ت تلروا ك‬
‫ت الت ت ت ورس ت تتلَممهم رعليت ت ته‪ ِ,‬رورعلر ت تتى رس ت تتاَئكر النت تتبيو ر‬ ‫ر ر م‬
‫لت روطترتاَرعتككه‬‫لت‪ِ،‬هل اموكصتيمكم ونَرتذفكستتيِ كبَأترتذقتوىَ ا ك‬
‫ر‬ ‫ر‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬
‫الصْتتاَلي‪ ِ.‬ارنمتتاَ بَأتعتمد‪ِ،‬هل فرتياَكعبتتاَد ا ك‬
‫رذ ر ر ر‬
‫لررعلنمكذم تمتذفلكمحذورن‪ ِ.‬رقاَرل الم ترترعاَرل كف الذمقذرآَكن الذرككرذكي‪ :‬رياَاريتررهتتاَ النتكذيذرن اررمنمتوا اتنتمقتوا‬
‫ضاَ‪ :‬رماَ ركاَرن إكبَأذترراكهي تمم‬ ‫ي‬ ‫ر‬‫أ‬ ‫ل‬
‫ر‬ ‫قاَ‬
‫ر‬ ‫و‬
‫ر مذ م ذ مذ ر ذ ة‬ ‫‪ِ.‬‬ ‫ن‬
‫ر‬ ‫و‬‫م‬‫ال حنق تمترقاَتككه ولر رتموتمنن اكلن وارنَذتتم مسلك‬
‫ر ذ‬ ‫ر ر‬
‫صْررانَكيماَة رولرككن ركاَرن رحكنيفاَة رمذسكلماَة رورماَ ركاَرن كمرن الذممذشكرككي‬ ‫ك‬
‫يرتمهوديماَة رولر نَر ذ‬
‫‪Ma’asyiral muslimin, jamaah ‘Idul Adhha rahimakumullah.‬‬

‫‪Kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah begitu‬‬
‫‪banyak memberi nikmat kepada kita sehingga kita tidak mampu menghitung‬‬
‫‪berapa jumlah, jenis dan macam kenikmatan-Nya. Karena itu keharusan kita‬‬
‫‪adalah memanfaatkan segala nikmat tersebut untuk mengabdi kepada-Nya. Salah‬‬
‫‪satu wujud dari rasa syukur itu ialah salat dan berkurban. Allah swt berfirman:‬‬

‫ك رواذنرذر‬ ‫إكننَاَ أرعرطيتناَرك الذركوثْرتر‪ ِ.‬فر ك‬


‫صْول لرربَأو ر‬
‫ذر ر‬ ‫ذ ذر‬
‫‪“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka‬‬
‫‪dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.” (QS Al Kautsar 108; 1-2).‬‬

‫‪Shalawat dan salam kita haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,‬‬


‫‪keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang meniti jalan dakwah beliau hingga‬‬
‫‪hari kiamat nanti.‬‬

‫‪2‬‬
Takbir, tahlil dan tahmid kembali menggema di seluruh muka bumi ini
sekaligus menyertai saudara-saudara kita yang datang menunaikan panggilan
agung ke tanah suci guna menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima.
Bersamaan dengan ibadah mereka di sana, di sini kitapun melaksanakan ibadah
yang terkait dengan ibadah mereka, yaitu puasa Arafah, salat Idul Adha dan
pemotongan hewan qurban, serta menggemakan takbir, tahlil dan tahmid hingga
hari tasyriq nanti.

Ma’asyiral muslimin, jamaah ‘Idul Adhha rahimakumullah.

Hari raya Idul Adha yang hadir setiap tahun tak bisa dilepaskan dari kisah
kehidupan Nabi Ibrahim AS dan keluarganya. Beliau merupakan salah satu dari
mutiara keteladanan bagi umat manusia. Allah SWT berfirman,

‫لررقذد ركتاَرن لرمكتذم كفيكهتذم أمذستروة رحرستنرة لكرمتذن ركتاَرن يرتذرمجتتو اللنتهر رواذلير تذورم اذلكخترر رورمتذن‬
‫ن اذلركميمد‬
‫يرتترترونل فركإنن اللنهر مهرو الذغرك ر‬
“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik
bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan
(keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka
sesungguhnya Allah Dialah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji.” (QS Al-
Mumtahanah 60: 6)
Diantara banyaknya keteladanan beliau yang bisa menjadi sumber inspirasi
untuk kehidupan bermasyarakat dan berbangsa adalah soal kepemimpinan.
Inspirasi kepemimpinan ini sangat penting. Terlebih bagi bangsa Indonesia yang
terus berusaha untuk bangkit dari krisis dan berbenah diri. Hal ini dikarenakan
kepemimpinan sangat dominan dalam menentukan arah peradaban bangsa.
Kepemimpinan yang baik akan mengantarkan bangsa pada arah yang tepat.
Sedangkan, kepemimpinan yang buruk menjadikan bangsa kehilangan arah dan
tujuannya.
Secara umum, para nabi dan rasul semuanya diutus untuk menjadi
pemimpin bagi umatnya. Rasulullah SAW bersabda,

‫بت روإكنَنتهم رل‬


‫بت رخلررفتهم نَرك ب‬ ‫ت بَأرتنتمتو إكذسترراكئيرل ترمسومستمهذم اذلرنَذبكيرتتاَءم مكلنرمتتاَ رهلرت ر‬
‫ك نَرك ب‬ ‫ركتتاَنَر ذ‬
‫ب بَأرتذعكدي‬ ‫نَرك ن‬
“Dahulu Bani Israil selalu dipimpin oleh para Nabi, setiap Nabi meninggal maka
akan digantikan oleh Nabi yang lain sesudahnya. Dan sungguh, tidak akan ada
Nabi lagi setelahku. (HR Bukahri: 3455 dan Muslim: 1842)

3
Kata saasa-yasuusu yang diartikan dengan kepemimpinan, dalam sabda
Rasulullah SAW ini, berasal dari kata siyaasah yang dalam bahasa kita sepadan
dengan kata politik. Pilihan kata ini mengisyaratkan bahwa para nabi berperan
sebagai pemimpin untuk umatnya sebagaimana para pemimpin negara menangani
urusan rakyatnya.
Secara khusus, tentang kepemimpinan Nabi Ibrahim AS, Allah SWT
menegaskan dalam firman-Nya,

‫ي‬‫ك كمن الذمذشكركك‬


‫م‬ ‫ي‬ ‫ل‬
‫ر‬‫و‬ َ‫فا‬
‫ة‬ ‫إكنن إكبَأتراكهيم ركاَرن أمنمة رقاَنَكةتاَ لكلنكه حك‬
‫ني‬
‫ر رذر ر م ر‬ ‫ذر ر‬
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi
patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-
orang yang mempersekutukan (Tuhan), (QS An-Nahl 16: 120)

Ma’asyiral muslimin, jamaah Idul Adhha rahimakumullah.


Terdapat banyak pelajaran kepemimpinan dari Nabi Ibrahim AS.
Pelajaran pertama, kepemimpinan hanya diberikan kepada yang layak menjadi
pemimpin dan tidak diberikan kepada yang lain. Dahulu, Nabi Ibrahim AS
menjadi pemimpin bagi umat manusia setelah beliau lulus dalam uji kelayakan, fit
and proper test dari Allah SWT. Inti dari uji kelayakan ini adalah untuk
menentukan kualitas. Karena standarnya adalah kualitas, maka kepemimpinan ini
tidak bisa diwariskan kepada anak cucu kecuali untuk yang memenuhi syarat.
Kepemimpinan tidak mengenal politik dinasti. Seseorang menjadi
pemimpin bukan karena orang tua dan nenek moyangnya pernah menjadi
pemimpin. Seseorang menjadi pemimipin karena kelayakannya. Kepemimpinan
berbeda dengan kekuasaan. Kekuasaan bisa diwariskan turun temurun. Allah SWT
berfirman,

َ‫ك كللنتتاَكس إكرماَةمتتا‬ ‫وإككذ ابَأتتتلر تى إكبَأتراكهي تم ربَأرته بَأكركلكمتتاَ ي‬


‫ت فرتأررتنمهنن قرتتاَرل إكون ت رجاَكعلمت ر‬ ‫ر ذر ى ذ ر ر ر م ر‬
‫ي‬ ‫م‬ ‫رقاَرل وكمن ذمورينكت رقاَرل رل يترناَمل عهكدي النظاَلك ك‬
‫ر‬ ‫ر رذ‬ ‫ر ذ‬
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat
(perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim
berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku
(ini) tidak mengenai orang yang zalim. (QS Al Baqarah 2: 124)
Kepemimpinan merupakan amanah. Memberikan amanah ini kepada orang
yang salah bisa berakibat fatal. Bukan kebaikan yang didapatkan, tapi kehancuran
peradaban yang tak terelakkan. Bahkan, Rasulullah SAW menegaskan bahwa
4
diberikannya amanah kepemimpinan kepada orang yang tidak layak memimpin
merupakan bentuk penyia-nyiaan amanah, dan ini menjadi tanda bahwa kiamat
sudah dekat. Beliau SAW bersabda,

‫ت الررماَنَرةم فراَنَذتتركظكر النساَرعةر‬


‫ضيوتع ك‬
‫فركإرذا م ر‬
“Maka bila amanah sudah disia-siakan, tunggulah datangnya kiamat.”
“Bagaimana bentuk menyia-nyiakannya?” tanya seorang badui. Rasulullah SAW
pun menjawab,

‫إكرذا مووسرد الرذممر إكرل رغ ذكي أرذهلككه فراَنَذتتركظكر النساَرعةر‬


“Apabila suatu urusan diberikan kepada orang yang tidak seharusnya, tunggulah
datangnya kiamat. (HR Bukhari: 5)

Ma’asyiral muslimin, jamaah ‘Idul Adhha rahimakumullah.

Pelajaran kedua, amanah kepemimpinan ditunaikan untuk mewujudkan


sebesar-besar kemakmuran rakyat, bukan untuk diri, keluarga, atau kelompok.
Sebagai nabi dan pemimpin umat, Ibrahim AS tidak sekedar peduli dengan
urusan-urusan keagamaan belaka atau urusan diri dan keluarganya, tapi beliau
juga amat peduli dengan kemakmuran bangsanya. Allah SWT mengisahkan dalam
firman-Nya,

‫ت رم تذن‬ ‫ب اجع تل ىه ترذا بَأتلرتةدا آَكمنةتتاَ وارزذق أرهلرته كم تن الثنم ترا ك‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ‫وإكذذ قرتتاَرل إكبَأترا ك‬
‫ه‬
‫ر رر‬ ‫م‬ ‫ذ‬ ‫م‬ ‫ذ‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ذ‬ ‫ر‬ ‫ذ‬ ‫ذر م ر‬ ‫ر‬
‫ك‬
‫آَرمرن كمذنتمهذم كبَأاَللنكه رواذلير تذوم اذلكختكر قرتاَرل رورمتذن ركرفترر فرأمرمتوتعمهم قركليةلَ مثنت أر ذ‬
‫ضتطررهم إك ر ىلت‬
‫ب النناَكر وبَأكذئس الذم ك‬
‫صْمي‬ ‫رعرذا ك‬
‫ر ر ر‬
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini,
negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada
penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.
Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan
sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-
buruk tempat kembali. (QS Al Baqarah 2: 126)

Situasi terbebas dari gangguan dan kondisi terpenuhinya semua kebutuhan


hidup merupakan harapan semua manusia. Bukan saja harapan pribadi Nabi
Ibrahim AS. Bukan pula harapan segelintir individu. Sejak dahulu kala
kemanusiaan selalu mengharapkan dan mencita-citakan kehidupan bermasyarakat

5
yang aman dan sejahtera. Harapan ini setali tiga uang dengan harapan lahirnya
negeri yang baik dan penuh ampunan dari Allah SWT, baldatun thayyibatun
warabbun ghafur.
Perlu disadari, bahwa untuk mewujudkan impian lahirnya baldatun
thayyibatun warabbun ghafur, negeri yang baik dan penuh ampunan dari Allah
SWT tidaklah semudah membalik telapak tangan. Selain stabilitas keamanan dan
ekonmi yang harus terwujud, juga harus pula tumbuh nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan dalam negeri tersebut. Tanpa iman dan takwa, lahirnya baldatun
thayyibatun warabbun ghafur hanya akan menjadi angan-angan belaka. Hal ini
dikarenakan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang tumbuh di tengah-tengah
suatu negeri menjadi modal utama sekaligus sarana efektif untuk mengundang
keberkahan bagi para penduduknya. Allah SWT berfirman,

‫ت كمترن النسترماَكء رواذلرذر ك‬


‫ض‬ ‫لرو أرنن أرهل الذمقرىىَ آَمنمتوا واتنترقتوا لررفتحنترتاَ علريكهتم بَأترركتاَ ي‬
‫ذ ذ ر ر ر ر ذ ر ذ ر ذ ذ رر‬
‫روىلرككذن ركنذبَأموا فرأررخذذرنَاَمهذم ك رباَ ركاَنَموا يرذككسمبورن‬
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya. (QS Al-A’raf 7: 96).

Inilah amanah besar yang harus ditunaikan oleh pemimpin kepada


rakyatnya. Pemimpin yang tidak menuaikan amanah ini terancam tidak masuk
surga. Na’udzu billaahi min dzaalik. Rasulullah SAW bersabda,

‫ش لكرركعينتكتكه إكلن رحتنررم‬


‫ت رومهترو رغتتاَ ب‬‫تو‬
‫م‬ ‫ت‬
‫ي‬ ‫ر‬
‫م رذر م‬ ‫م‬‫و‬‫ت‬ ‫ي‬ ‫ت‬‫تو‬
‫م‬ ‫ت‬
‫ي‬ ‫ر‬ ‫ة‬‫ن‬‫ي‬ ‫ماَ كمن عبيد يسترتركعيكه ال ر ك‬
‫ع‬ ‫مر‬ ‫ر ذ رذ ر ذ ذ‬
‫الم رعلرذيكه اذلرنةر‬
“Tak ada seorangpun hamba yang diberi amanah oleh Allah untuk memimpin
rakyatnya, lalu ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya, kecuali Allah pasti
mengharamkan surga atasnya.” (HR Muslim: 21 dan 227)

Ma’asyiral muslimin, jamaah ‘Idul Adhha rahimakumullah.

Pelajaran ketiga, kepemimpinan adalah peran untuk mengantarkan anak-


anak bangsa menjadi berkemajuan dalam bidang pengetahuan, akhlak, dan
kedisiplinan. Pemimpin harus memiliki misi mencerdaskan kehidupan bangsa;
memperbaiki moral; dan menanamkan kedisiplinan terhadap hukum, perundang-
undangan, dan norma yang berlaku. Ketiga hal ini menjadi rahasia bagi

6
terciptanya peradaban bangsa yang berkelas. Karena itulah, ketika Nabi Ibrahim
AS memohon kepada Allah SWT keamanan dan kesejahteraan bagi
bangsanya, beliau berdoa agar Allah SWT berkenan mengutus seorang rasul-Nya
ke tengah-tengah kawasan untuk memimpin dan mengarahkan masyarakatnya.
Allah SWT mengisahkan doa Nabi Ibrahim AS ini dalam firman-Nya,
‫ك‬ ‫ربَأتنن تتاَ وابَأتعت ت ذ ك‬
‫ب‬ ‫ث فيكهت تذم ررمست توةل كمذنتمهت تذم يترذتتلمتتو رعلرذيكهت تذم آَرياَتتك ت ر‬
‫ك رويتمرعلومممهت تمم الذكترتتاَ ر‬ ‫ر ر ر ذر‬
‫ت الذرعكزيمز اذلرككيمم‬ ‫رواذلكذكرمةر رويتمرزوكيكهذم إكنَن ر‬
‫ك أرنَذ ر‬
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka,
yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan
kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta
menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS A-Baqarah 2: 129)

Misi inilah yang sukses diemban oleh Rasulullah SAW. Beliau mampu
mengubah wajah jazirah Arab yang awalnya diselimuti oleh kabut tebal jahiliyah
menjadi kawasan berkemajuan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat waktu
itu adalah nilai-nilai kejahilan, kehinaan, perpecahan, dan kelemahan. Kondisi
demikian menjadikan banyak kalangan meragukan kemampuan jazirah Arab
untuk bangkit dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tapi, siapa sangka
diutusnya Muhamad SAW oleh Allah SWT sebagai rasul-Nya ke tengah-tengah
mereka akhirnya mampu mengubah segalanya. Allah SWT berfirman,

‫يت ت ررمست توةل كمذنتمهت تذم يترذتتلتم تتو رعلرذيكهت تذم آَيترتتاَتككه رويتمرزوكيكهت تذم‬ ‫ي‬
‫و‬ ‫م‬
‫و‬ ‫ل‬
‫م‬ ‫ذ‬ ‫ا‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ف‬‫ك‬ ‫ث‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫بَأ‬ ‫هت تو النت ت ك‬
‫ذي‬
‫ر‬ ‫ر‬ ‫رر‬ ‫مر‬
‫ضرلَيل ممبك ي‬ ‫ك‬ ‫ك‬ ‫ك‬ ‫ك‬
‫ي‬ ‫ب رواذلذكرمةر روإكذن ركاَنَموا مذن قرتذبمل لرفيِ ر‬ ‫رويتمرعلومممهمم الذكرتاَ ر‬
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka
dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS Al-Jumuah
62: 2)

Hadirnya Rasulullah SAW yang menunaikan peran mencerdaskan


kehidupan bangsa; memperbaiki akhlak; dan menanamkan kedisiplinan terhadap
ajaran-ajaran Alqur’an dan Sunah di tengah-tengah jazirah Arab telah mejadikan
kawasan tersebut bangkit dan menjadi masyarakat baru yang berpengetahuan,
memiliki kemuliaan, memegang teguh persatuan, dan menjadi bangsa yang kuat.

7
‫‪Bahkan, lebih dari itu. Lambat laun, jazirah Arab mampu memberi corak pada‬‬
‫‪warna peradaban bangsa-bangsa lain di penjuru dunia. Hingga pada suatu masa‬‬
‫‪pengaruhnya mampu mencakup 1/3 dunia. Ia terbentang di antara 3 benua, Eropa,‬‬
‫!‪Afrika, dan Asia. Dari Spanyol sampai perbatasan China. Luar biasa‬‬

‫‪Ma’asyiral muslimin, jamaah ‘Idul Adhha rahimakumullah.‬‬

‫‪Sebagai bagian dari bangsa yang besar ini, kita tentu berharap hadirnya‬‬
‫‪para pemimpin dari anak negeri yang berkualitas; peduli dengan kemakmuran‬‬
‫‪bangsanya; dan dapat mengangkat martabat dan marwah bangsa di tengah-tengah‬‬
‫‪percaturan dunia. Sebagaimana kita berharap para pemimpin negeri ini berusaha‬‬
‫‪meningkatkan kapasitas kepemimpinannya; menyadari amanahnya yang harus‬‬
‫‪ditunaikan kepada rakyat menuju baldatun thayyibatun warabbun ghafuur; dan‬‬
‫‪memiliki misi memajukan bangsa dalam intelektual, moral, dan perilaku.‬‬
‫‪Di penghujung khutbah Idul Adha pagi ini, sejenak kita berdoa kepada‬‬
‫‪Allah SWT. Semoga Dia mengabulkannya.‬‬

‫ي )‪ (2‬النرذحرتكن النركحيتكم‬ ‫ك‬


‫ب الذرعتاَلرم ر‬ ‫بَأكذسكم اللنكه النرذحركن النركحيتكم )‪ (1‬اذلرذمتمد لكلنتكه رر و‬
‫ي )‪ (5‬اذهتكدرنَاَ ال و‬ ‫ك‬ ‫)‪ (3‬ماَلك ك ك‬
‫صْتررارط‬ ‫ك يرتذوم الوديكن )‪ (4‬إكيتنتاَرك نَرتذعبمتمد روإكيتنتاَرك نَرذستترع م‬ ‫ر‬
‫ب رعلرذيكه تذم رورل‬ ‫ضتتو ك‬ ‫ك‬ ‫ك‬ ‫ك‬
‫ت رعلرذيكه تذم رغ ذكي ت الذرمذغ م‬ ‫الذممذس تترقيرم )‪ (6‬ص تررارط النتذيرن أرنَذترعذم ت ر‬
‫ك ي‬ ‫ي‬
‫ت رعلترتى‬ ‫صتلنذي ر‬ ‫صتول رعلترتى ممرنمتد رورعلترتى آَل ممرنمتد ركرمتتاَ ر‬ ‫ي )‪ (7‬راللنمهتنم ر‬ ‫ضتتاَلو ر‬
‫ال ن‬
‫حذيتةد ركمذيتةد‪ِ،‬هل راللنمهتنم بَأرتاَكرذك رعلرتى ممرنمتيد رورعلرتى‬ ‫ك رك‬ ‫ك‬ ‫ك‬
‫إكبَأذترراهذيرم رورعرلى آَكل إكبَأذترراهذيترم إكنَتن ر‬
‫حذيت تةد ركمذيت تةد‬
‫ك رك‬ ‫ك‬ ‫ك‬ ‫ي‬
‫ت رعلرتتى إكبَأذترراهذيت ترم رورعلرتتى آَكل إكبَأذترراهذيت ترم إكنَتنت ر‬ ‫ك‬
‫آَل ممرنمت تد ركرمتتاَ بَأرتتاَررذك ر‬
‫ت‪ ِ,‬ارلرذحيترتاَكء‬ ‫ت والذمتذؤكمنكي والذمذؤكمنترتاَ ك‬
‫ر م‬ ‫ر‬ ‫ذ‬
‫راللمهنم اذغكفر لكذلمسلككمي والذمستلكماَ ك‬
‫ذ م ذ ذر ر م ذ ر ر م‬ ‫م‬
‫ت رويترتتاَ رقاَكضت تريِ‬ ‫ك ركست تيع قركريت تب مكميت تب الت تندذعوا ك‬ ‫ت‬ ‫ن‬
‫ت‬ ‫نَ‬ ‫كمذنتهت تم واذلرمت توا ك‬
‫ت‪ِ،‬هل إك‬
‫ر‬ ‫م‬ ‫ذ‬ ‫ة‬ ‫ذ‬ ‫ة‬ ‫ذ‬ ‫ر‬ ‫م ذر ذر‬
‫ت‪ ِ.‬اللنمهنم لر ترردذع لررناَ رذنَذتبتةتاَ إكلن رغرفذرترتهم رو لر رهتهتاَ إكلن فرتنرذجترتهم رو لر رديذتنتةتاَ‬ ‫اذلاَجاَ ك‬
‫ر ر‬
‫ك‬ ‫ك‬ ‫ك‬
‫ض تذيترترهاَ يترتاَ أرذررح ترم‬ ‫ض تذيترهم رو لر رحاَرج تة م تذن رحروائ تكج ال تردنَذترياَ رو ذالخ ترركة إكلن قر ر‬
‫إكلن قر ر‬
‫صتلكذح لرنترتاَ مدنَذترياَنَترتاَ‬ ‫ر‬
‫أ‬‫و‬ ‫‪ِ،‬هل‬‫اَ‬ ‫ت‬
‫ر‬ ‫ك‬
‫نَ‬
‫ر‬ ‫م‬‫ر‬‫أ‬ ‫ة‬
‫م‬ ‫م‬‫صْ‬‫ع‬‫حي‪ ِ.‬راللنهنم أرصلكح لررناَ كديتنرترناَ النكذي هو ك‬ ‫النرا كك‬
‫ذ مر ذ ر ذ ر ذ‬ ‫ذر م ذ ذ ذ‬
‫‪8‬‬
‫صت تلكذح لرنرتتاَ آَكخررترتنرتتاَ النك ذتت ت إكرذليترهتتاَ رمرعاَمدنَترتاَ‪ِ،‬هل رواذجرعتتل الريرتتاَرة‬ ‫ك‬
‫النك ذتت ت ذفيترهتتاَ رمرعاَمشت تنراَ‪ِ،‬هل روأر ذ‬
‫ت ررارح تة لرنرتتاَ كم تذن مك تول رش تلر‪ ِ.‬راللنمه تنم إكنَتنتاَ‬ ‫كزيترتاَردة لرنرتتاَ ك ذف ت مك تول رخ ذيي ت‪ِ،‬هل رواذجرعتتل ال ترذو ر‬
‫صْت ذتبترياَكن روالرس ترفرهاَكء‪ ِ.‬راللنمه تنم رل تمرس تلوذط رعرذليتنرتتاَ بَأكتمذنَتمذوبَأكرناَ‬ ‫ك كم تذن إكرمتتاَرركة ال و‬ ‫نَرتعمتتوذم بَأكت ر‬
‫صتلكذح مورلرة أمممذوكرنَرتاَ‪ِ،‬هل راللنمهتنم روفوتذقمهتذم لكرمتاَ‬ ‫ر‬‫أ‬ ‫م‬
‫ن‬ ‫ه‬ ‫ن‬
‫ل‬ ‫ال‬
‫ر‬ ‫ناَ‪ِ.‬‬
‫ر ذ ر ر ذ ر رذ م م ذ‬ ‫ر‬ ‫ح‬
‫ر‬ ‫ر‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ‫ل‬‫و‬
‫ر‬ ‫ناَ‬
‫ر‬ ‫ت‬ ‫من رل رياَفمك ك‬
‫في‬
‫ي‪ِ،‬هل راللنمهت تنم أركعذنتمهت تذم رعلرتتى الذكقيرتتاَكم‬ ‫كك‬
‫صت ترلَمح اذكلذست ترلَكم روالذممذست تلم ذ ر‬ ‫صت ترلَمحمهذم رو ر‬
‫كك‬
‫فذيت ته ر‬
‫ي‪ ِ.‬راللنمهت تنم أربَأذعكت تذد رعذنتمهت تذم بَأكرطاَنَترتةر الرست تذوكء‬ ‫ك‬
‫ب الذرعتتاَلرم ذ ر‬‫كبررهتتاَكمكهذم ركرمتتاَ أررمذرترتمهت تذم يرتتاَ رر ن‬
‫ي‪ ِ.‬رربَأتننترتاَ آَتكنرتاَ‬ ‫ك‬ ‫كك‬ ‫كك‬
‫ب الذرعتاَلرم ذ ر‬ ‫ي يراَ رر ن‬ ‫ب إكلرذيكهذم أرذهرل اذلرذكي روالنناَصح ذ ر‬ ‫روالذممذفسديذرن روقرتور ذ‬
‫صت تنلى ال ت رعلرتتى‬ ‫و‬ ‫ك‬
‫ر‪ِ.‬‬ ‫تاَ‬ ‫ت‬‫ن‬ ‫ال‬ ‫ب‬ ‫ذا‬‫ر‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫تاَ‬ ‫ت‬ ‫ن‬‫كفت ت الت تردنَذتياَ حس تنة وكفت ت الكخت تركة حس تنة وقك‬
‫رر‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ر ر رر ر‬ ‫ر ر رر ر‬
‫صْتمفذورن‬ ‫ب الذعكتنزكة عنمتتاَ ي ك‬ ‫ك رر و‬ ‫صتذحبككه رورستلنرم ‪ِ.‬مستذبرحاَرن رربَأوت ر‬ ‫ي كك‬ ‫ك‬
‫ر ر‬ ‫رستيودرنَاَ ممرنمتد روآَلته رو ر‬
‫ي‪ِ.‬‬ ‫وسلَرم عرلى الذمرسلكي واذلممد ل ر و ك‬
‫ب الذرعاَلرم ذ ر‬ ‫ر‬ ‫ر ر ة ر مذ ر ذ ر ر رذ‬

‫‪9‬‬

You might also like