You are on page 1of 7

ANALISIS PERUBAHAN SUHU RUANGAN TERHADAP

KENYAMANAN TERMAL DI GEDUNG 3


FKIP UNIVERSITAS JEMBER
1)
Arlik Sarinda, 2) Sudarti, 2) Subiki
1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
2)
Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
Email: minnie.sarinda@gmail.com

ABSTRACT

Most people are often doing indoor activities that they demand indoor comfort
to carry out better, calmer, and comfortable activities. This study aims to assess the
change of room temperature towards time in Building 3 FKIP Jember University. The
research was conducted in lecture room number 35C 201, 35B 203, 35B 101, and 35E
105Building 3 FKIP Jember University. The method used was adescriptive method.
Data was analyzed using One-Way Anova using SPSS 22. The results of this study
indicate that the ambient temperature in the room changes by time, in general it
appears that the room temperatureat 06.00 until 17.00 had a p-value (significance)
<0.05, which means there is a significant temperature difference. However, there are
several variables that had a p-value (significance) ≥ 0.05 that means no significant
temperature difference. The average temperature measurement shows that the highest
average is in room 35C 201 (28,445oC), while the lowest is in 35E 105 (27,8oC). The
average temperature of the four rooms scored above optimal comfort scale, which is
28.1oC, or higher. The lowest average temperature is obtained at 06.00 WIB with 26oC
and the highest average is at 13.00 that reached 29,525oC

Keywords: Thermal Comfort, Effective Temperature, Lecture Room

PENDAHULUAN 0,32°F) selama seratus tahun terakhir.


Bumi telah berkali-kali mengalami Intergovernmental Panel on Climate Change
perubahan iklim sejak berjuta tahun yang (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian
lalu. Kegiatann manusia dan faktor alamiah besar peningkatan suhu rata-rata global sejak
menyebabkan perubahan iklim dengan pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar
memberikan dampak yang berbeda-beda. disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi
Perubahan iklim menyebabkan naik gas-gas rumah kaca akibat aktivitas
turunnya suhu di permukaan bumi. Namun manusia" melalui efek rumah kaca.
pada periode sekarang, perubahan iklim Di dalam efek rumah kaca, terdapat
ditandai oleh peningkatan suhu permukaan gas kaca yang keluar dan membentuk lapisan
bumi atau yang dikenal sebagai pemanasan yang menyelimuti bumi. Gas kaca ini berupa
global. CO2 (karbon dioksida), metana, NO2
Pemanasan global atau Global (nitrogen dioksida), serta beberapa gas
Warming adalah adanya proses peningkatan lainya yang merupakan reaksi alamiah
suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan industri. Jika gas efek rumah kaca ini
Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan terlepas, maka partikelnya mampu naik
Bumi telah meningkat 0,74 ± 0,18°C (1,33 ± sampai lapisan troposfer lalu membentuk

305
306 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 3, September 2017, hal 305-311

lapisan yang menyelimuti bumi. Inilah afektif, dan psikomotor (Syaiful Bahri
rincian energi yang memantul ke bumi lagi : Djamarah, 2008: 175). Hal yang
a. 25% : dipantulkan awan dan partikel mempengaruhi kegiatan belajar siswa
partikel lain, diantaranya adalah waktu sekolah. Waktu
b. 25% : di serap oleh awan, sekolah menurut Slameto (2003:68) adalah
c. 45% : di serap oleh permukaan bumi, “waktu terjadinya proses belajar mengajar di
d. 10% : dipantulkan lagi oleh permukaan sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang,
bumi. sore maupun malam hari”. Menurut Dalyono
Bumi sendiri di lapisi oleh selimut (2005:245), waktu masuk sekolah siang,
yang di namakan lapisan atmosfer. Dengan sore, atau malam hari dapt menyebabkan
adanya gas rumah kaca, akan ada partikel belajar anak kurang optimal karena energi
yang melayang di antara bumi dan lapisan sudah berkurang dan kondisi udara yang
atmosfer tersebut. Hal ini menyebabkan relatif panas dapat mempercepat kelelahan.
panas bumi memantul dari panas bumi yang Nummenmaa dkk. pada akhir 2013
harusnya di bawa keluar, namun panas bumi menyatakan bahwa persepsi emosi seperti
kembali masuk. Sehingga suhu bumi naik marah, takut, bahagia, sedih, dan
dan akhirnya menghangat. Adanya efek semacamnya dapat dipetakan menjadi
rumah kaca yang memantulkan panas warna-warna yang terkait dengan aktivitas
kembali ke bumi memang menaikan suhu di tubuh saat itu, termasuk di dalamnya adalah
dalam bumi. Pada awalnya bumi hanya yang dipengaruhi oleh faktor suhu tubuh
menghangat saja. Namun jika terus berlanjut, pada bagian tertentu. Satu hal yang sangat
bumi bukan hanya menghangat tapi juga jelas yaitu keadaan lingkungan yang tidak
memanas yang sifatnya mengglobal nyaman sangat mempengaruhi perilaku
(Anonymous, 2016). manusia. Manusia akan beradaptasi melalui
Manusia selalu berupaya untuk perilakunya disesuaikan kondisi lingkungan
mencari kondisi nyaman terhadap saat itu.
lingkungan. Dewasa ini hampir semua orang Susanti dan Aulia (2013)
menghabiskan 90% waktu mereka di dalam menyatakan bahwa arah bangunan yang
gedung atau ruang. Oleh karena itu, menghadap atau membelakangi sinar
pengaturan suhu menjadi sangat penting matahari bepengaruh terhadap kenyamanan,
untuk kenyamanan dan kesehatan yang selain itu letak maupun jumlah ventilasi
optimal. Salah satu faktor kenyamanan yang terkait dengan pertukaran udara juga
proses belajar mengajar ditentukan oleh berpengaruh terhadap kenyamanan. Seiring
keadaan lingkungan tempat dimana proses kemajuan teknologi, dalam mengusahakan
tersebut dilakukan. Suhu yang terlalu panas lingkungan menjadi lebih nyaman secara
atau dingin dan tingkat kelembaban yang termal, salah satu caranya adalah dengan
tinggi atau rendah dapat menyebabkan memasang mesin penyejuk yang biasa
ketidaknyamanan bagi penggguna ruangan. dikenal dengan Air Conditioner (Satwiko,
Tingkat kenyamanan lingkungan belajar juga 2008).
mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, Kenyamanan terdiri atas
politis, dan nilai-nilai. kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik.
Belajar adalah serangkaian kegiatan Kenyamanan psikis yaitu kenyamanan
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu kejiwaan (rasa aman, tenang, gembira, dll)
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari yang terukur secara subyektif. Sedangkan
pengalaman individu dalam interaksi dengan kenyamanan fisik dapat diukur secara
lingkungannya yang menyangkut kognitif, obyektif, yang meliputi kenyamanan spasial,
Sarinda, Analisis Perubahan Suhu… 307

visual, auditorial dan termal. Kenyamanan kenyamanan termal di FKIP Universitas


termal adalah suatu kondisi termal yang Jember. Penelitian ini dilakukan di ruang
dirasakan oleh manusia yang dikondisikan kuliah 35C 201, 35B 203, 35B 101, dan 35E
oleh lingkungan dan benda-benda di sekitar 105 gedung 3 FKIP Universitas Jember.
arsitekturnya. Kenyamanan termal dalam Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
suatu ruangan tergantung dari banyak hal, November 2016.
termasuk kebudayaan dan adat istiadat Perubahan suhu yang diukur adalah
manusia masing-masing terhadap suhu, selisih suhu dalam selang waktu tertentu.
kelembaban dan iklim. Selian itu, bau dan Perubahan suhu ruangan yang dianalisis
pencemaran udara, radiasi alam dan buatan, dalam penelitian ini adalah suhu dalam
serta bahan bangunan, warna dan ruang di Gedung 3 FKIP Universitas Jember
pencahayaan ikut mempengaruhi yang diukur perubahan suhunya per satu jam
kenyamanan secara fisik maupun fisiologis di mulai dari pukul 06.00 s/d 17.00. Pola
(Frick, 2008:74). perubahan suhu ruangan ditampilkan dalam
Suhu ruangan belajar (kelas) yang bentuk grafik hubungan antara perubahan
terlalu panas atau dingin dapat menimbulkan suhu ruang terhadap waktu. Grafik yang
ganggan penyakit seperti heat cramps, heat digunakan adalah grafik batang.
exhaustion, heat stroke, heat rush pada suhu Kenyamanan termal adalah suatu kondisi
panas. Chilblain, trech foot, fross bite pada termal yang dirasakan oleh manusia yang
suhu dingin. Ruangan yang panas atau dikondisikan oleh lingkungan dan benda-
lembab dapat menimbulkan reaksi-reaksi benda di sekitarnya.
psikologis dari seseorang. Kenyamanan Penelitian yang dilakukan pada
termal yang berubah di luar kondisi normal populasi jelas akan mengunakan statistik
dapat berpengaruh terhadap kondisi deskriptif dalam analisisnya, tetapi bila
seseorang baik itu ketidaknyamanan fisik penelitian dilakukan pada sampel maka
(berkeringat/evaporasi, cepat lelah, kurang analisisnya dapat menggunakan statistik
oksigen sehingga menjadi mudah dekriptif. Statistik deskriptif dapat digunakan
mengantuk), maupun ketidaknyamanan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan
mental seperti munculnya berbagai macam data sampel dan tidak ingin membuat
sugesti negatif bagi penghuni ruangan kesimpulan yang berlaku untuk populasi
tersebut. Standart yang ditetapkan oleh SNI dimana sampel diambil (Sugiyono,
03-6572-2001 ada tingkatan temperatur yang 2010:209). Hasil pengukuran diperoleh
nyaman untuk orang Indonesia atas tiga dengan mengamati suhu di masing-masing
bagian, yaitu: ruang. Analisis data dalam penelitian ini
a. Sejuk nyaman, antara temperatur efektif menggunakan One-Way Anova dengan
20,5oC - 22,8oC bantuan SPSS 22 untuk menguji adanya
b. Nyaman optimal, antara temperatur perbedaan yang signifikan dari hasil
efektif 22,8oC - 25,8oC pengukuran.
c. Hangat nyaman, antara temperatur efektif
25,8oC - 27,1oC HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
METODE PENELITIAN hasil pengukuran suhu ruang yang terukur
Penelitian ini merupakan penelitian memiliki nilai yang berbeda pada masing-
deskriptif. Penelitian ini dilakukan untuk masing ruang. Ssuhu rata-rata ruang yang
menganailisis perubahan suhu ruang kuliah tertinggi di ruang 35C 201 (28,445oC) dan
(kelas) terhadap perubahan waktu dan suhu rata-rata ruang terendah di ruang 35E
308 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 3, September 2017, hal 305-311

105 (27,8oC). Berdasarkan hasil analisis itu ruangan sedang kosong, tidak ada
menggunakan One-Way Anova suhu ruang perkuliahan dan kipas angin dibiarkan
terhadap perubahan waktu secara umum menyala. Sedangkan perubahan suhu yang
tampak bahwa suhu ruangan pada pukul terjadi secara signifikan dikarenakan pada
06.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB saat itu sedang ada kegiatan perkuliahan di
memiliki nilai p (signifikansi) < 0,05. Sesuai dalam ruangan. Tidak hanya itu, posisi
dengan kriteria pengujian dari hasil matahari dan cuaca juga mempengaruhi
perhitungan, maka terdapat perbedaan suhu peningkatan dan penurunan suhu ruang.
yang signifikan. Namun ada beberapa Susanti dan Aulia (2013) menyatakan bahwa
variabel yang memiliki nilai p (signifikansi) arah bangunan yang menghadap atau
≥ 0,05, maka tidak terdapat perbedaan suhu membelakangi sinar matahari bepengaruh
yang signifikan. terhadap kenyamanan, selain itu letak
Adapun faktor-faktor yang maupun jumlah ventilasi yang terkait dengan
mempengaruhi tidak terjadinya perbedaan pertukaran udara juga berpengaruh terhadap
suhu yang sgnifikan adalah dikarenakan saat kenyamanan.

31,00

30,00
Rerata Suhu Ruang (oC)

29,00

28,00
rerata_35C201
27,00 rerata_35B203
26,00 rerata_35B101

25,00 rerata_35C2012
rerata
24,00

23,00

Waktu (WIB)
Grafik 1. Grafik perubahan suhu rata-rata empat ruang

Pada Grafik 1. menunjukkan bahwa mulai pukul 08.00 WIB suhu ruang mulai
suhu rata-rata ruangan terendah diperoleh tidak nyaman sampai dengan pukul 17.00
pada pukul 06.00 WIB yaitu sebesar 26oC, WIB. Kenaikan suhu tersebut, menyebabkan
dan suhu rata-rata ruangan tertinggi mahasiswa merasa tidak nyaman dengan
diperoleh pada pukul 13.00 yaitu mencapai kondisi termal yang ada di ruang kuliah,
29,525oC. Sesuai dengan standar yang sehingga dapat mengurangi konsentrasi,
ditetapkan oleh SNI (2001) yang sudah mereka dalam menerima pelajaran yang
dijelaskan sebelumnya, maka hanya pada disampaikan oleh dosen. Sehingga hal ini
pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul memicu kegiatan perkuliahan yang sedang
07.00 WIB termasuk hangat nyaman, dan berlangsung kurang kondusif.
Sarinda, Analisis Perubahan Suhu… 309

Kegiatan siswa dipengahuri oleh Keseluruhan suhu rata-rata dari


beberapa diantaranya adalah waktu sekolah. semua ruangan cenderung panas, yaitu
Waktu sekolah menurut Slameto (2003:68) sekitar 28,1oC. Suhu tersebut berada di luar
adalah “waktu terjadinya proses belajar standar zona nyaman optimal, karena SNI
mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi (2001) menyatakan bahwa kenyamanan
hari, siang, sore maupun malam hari”. termal tropis untuk skala nyaman optimal
Menurut Dalyono (2005:245), waktu masuk dapat diperoleh pada suhu rentang 22,8oC -
sekolah siang, sore, atau malam hari dapat 25oC. Hal ini disebabkan karena temperatur
menyebabkan belajar anak kurang optimal dan kelembaban udara yang cukup tinggi,
karena energi sudah berkurang dan kondisi tidak optimalnya sirkulasi udara di dalam
udara yang relatif panas dapat mempercepat ruangan. Sejalan dengan penelitian yang
kelelahan. Untuk mengetahui kaitan antara dilakukan oleh Imam (2012), bahwa pada
suhu ruangan dan kenyamanan mahasiswa bangunan bangunan di daerah dengan iklim
dalam perkuliahan, maka diberikan angket tropis lembab banyak mengalami kesulitan
dengan jawaban setuju, kurang setuju dan untuk memenuhi standar yang disyaratkan
tidak setuju. Dengan hasil bahwa sebagian sesuai zona kemyamanan. Hal ini
besar responden menyatakan setuju merasa disebabkan karena variabel yang
nyaman belajar dan setuju mudah menerima mempengaruhi kenyamanan termal kurang
pelajaran di jam (05.30 – 10.30), Dan mendukung, diantaranya suhu udara,
sebagian besar menyatakan kurang setuju kelembaban relatif, radiasi sinar matahari
merasa nyaman belajar dan kurang setuju dan kecepatan udara dalam ruang. Selain itu
mudah menerima pelajaran di jam (10.40 – faktor lingkungan luar juga memperngaruhi
17.30). Sesuai dengan penelitian yang tingkat kenyamnan termal termal di dalam
dilakukan oleh (Aienna dkk., 2016), bahwa ruangan, sesuai dengan penelitian yang
kondisi nyaman dari jam pelajaran 1-4 dilakukan oleh (Kurnia dkk., 2010), bahwa
disebabkan temperatur masih rendah dan Faktor luar juga berpengaruh terhadap faktor
kelembaban udara tinggi. dalam ruang.
Rilatupa (2008) menyatakan bahwa
kenyamanan termal suatu ruang sangat SIMPULAN DAN SARAN
dibutuhkan dalam aktivitas pengguna ruang- Berdasarkan hasil dan pembahasan
ruang tersebut. Hasil penelitian yang pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
diperoleh ternyata luas dan arah bukan 1) Suhu ruang berubah setiap waktu. Hasil
mempengaruhi kondisi kenyamanan ruang. pengukuran suhu rata-rata ruang yang
Semakin luas ruang dan arah bukan yang tertinggi di ruang 35C 201 (28,445oC) dan
tepat membantu kondisi kenyamanan ruang. suhu rata-rata ruang terendah di ruang 35E
Seiring kemajuan teknologi, dalam 105 (27,8oC). Suhu rata-rata dari empat
mengusahakan lingkungan menjadi lebih ruang bernilai di atas skala nyaman optimal
nyaman secara termal, salah satu caranya bahkan melebihi skala hangat nyaman yaitu
adalah dengan memasang mesin penyejuk sekitar 28,1oC, karena SNI (2001)
yang biasa dikenal dengan Air Conditioner menyatakan bahwa kenyamanan termal
(Satwiko, 2008). Faktor-faktor tersebut tropis untuk skala nyaman optimal dapat
kurang diperhatikan dalam membangun diperoleh pada rentang suhu ruang 22,8oC -
sebuah ruangan, karena kebanyakan hanya 25oC; 2) Grafik yang dihasilkan mengikuti
mempertimbangkan bentuk dan lahan yang pola tertentu dan menunjukkan bahwa suhu
tersedia. ruang yang terukur dalam empat ruang di
gedung 3 FKIP Universitas Jember
310 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 3, September 2017, hal 305-311

mengalami peningkatan dan penurunan pada Timur. Jurnal Pendidikan Geografi.


tiap jam dan berbeda pada tiap ruangan. Vol.3 (3) : 1-12.
Suhu rata-rata ruangan terendah diperoleh
pada pukul 06.00 WIB yaitu sebesar 26oC Anonymous. 2016. Pemanasan Global,
dan suhu rata-rata ruangan tertinggi penyebab, dampak, proses terjadinya
diperoleh pada pukul 13.00 WIB yaitu pemanasan global.
mencapai 29,525oC; 3) Sebagian besar
mahasiswa merasa nyaman belajar dan Dalyono. 2005. Psikologi Pendididkan.
mudah menerima pelajaran di jam (05.30 - Jakarta: RinekaCipta.
10.30) WIB, sedangkan di jam (10.40 -
17.30) WIB mahasiswa merasa kurang Frick, H. 2008. Ilmu Fisika Bangunan, Seri
nyaman belajar serta kurang mudah Konstruksi Arsitektur 8. Yogyakarta:
menerima pelajaran. Kanisius.
Saran yang dapat diberikan dari
penelitian ini yaitu: 1) Menambahkan Imam, E.S. (2012). Kenyamanan Termal
minimal 2 kipas angin di ruangan dapat Indoor Pada Bangunan Di Daerah
membantu peningkatan sirkulasi udara Beriklim Lembab. Indonesian Green
dalam ruangan, 2) Menambahkan ventilasi Technology Journal. E-ISSN.2338-
di setiap sisi ruangan, 3) Penanaman 1787. Vol.1 (1) :13-16.
pepohonan disekitar pekarangan gedung 3
FKIP Universitas Jember, 4) Mengganti Kurnia R., Effendy S. & Tursilowati L.
warna cat dinding di ruangan dengan warna 2010. Identifikasi Kenyamanan Termal
yang lebih terang, 5) Penelitian ini juga Bangunan (Studi Kasus: Ruang Kuliah
dapat dijadikan dasar untuk rekomendasi Kampus IPB Baranangsiang dan
perbaikan ruangan kelas atau pengkondisian Darmaga Bogor). Jurnal Agromet.
udara di dalam ruangan untuk memberikan ISSN: 0126-3633. Vol.24 (1): 14-22.
ruangan yang nyaman bagi para mahasiswa,
sehingga kinerja belajar mereka pun semakin L. Nummenmaa dkk. 2013. Bodily maps of
meningkat, 6) Hasil penelitian ini dapat emotions. Proceedings of the National
digunakan sebagai penelitian lanjutan Academy of Sciences vol. 111, pp. 645-
tentang kenyamanan termal dengan 651 (2013).
melakukan evaluasi kenyamanan termal
ruang belajar di ruangan dan ditempat Rilatupa, J. 2008. Aspek Kenyamanan
lainnya seperti kantor, tempat olahraga dan Termal pada Pengkondisian Ruang
tempat-tempat lainnya, serta penelitian dapat Dalam. Jurnal Sains dan teknologi
dilanjutkan deengan melakukan evaluasi EMAS. Vol.18 (3) : 191-198.
mengenai hubungan antara kenyamanan
termal dengan kualitas performansi belajar Satwiko, P. 2009. Fisika Bangunan. Andi :
siswa. Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor


Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Aienna., Adyatma, A., dan Arisanty, D.2016. Rineka Cipta.
Kenyamanan Termal Ruang Kelas di
Sekola Tingkat SMA Banjarmassin
Sarinda, Analisis Perubahan Suhu… 311

SNI. 2001. Tata Cara Perancangan Sistem Susanti, L., dan Nike Aulia. 2013. Evaluasi
Ventilasi dan Pengkondisian Udara kenyamanan Termal Ruang Sekolah
pada Bangunan Gedung. Jakarta: BSN SMA Negeri di Kota Padang. Jurnal
Optimasi Sistem Industri. ISSN : 2088-
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian 4842. Vol.12 (1) : 310-316.
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Syaiful Bahri Djamarah. 2008. Psikologi
Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

You might also like