Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
2) Diturunkan
Bersifat genetik. Beberapa jenis resesif autosomal dan x-linked. Diabetes
insipidus nefrogenik disebabkan adanya gangguan struktur atau fungsi ginjal,
baik permanen maupun sementara, akibat penyakit ginjal (penyebab tersering),
obatobatan, atau kondisi lain yang menurunkan sensitivitas ginjal terhadap ADH.
Secara patofisiologi, kerusakan ginjal dapat berupa: Gangguan pembentukan dan/
atau pemeliharaan gradien osmotik kortikomedular yang mengatur tekanan
osmosis air dari duktus kolektikus menuju interstisial. Gangguan penyesuaian
osmosis antara isi tubulus dan medula di interstisial karena aliran cepat di tubulus
akibat kerusakan komponen proksimal dan/atau distal sistem ADH-CAMP.
Penyebab diabetes insipidus nefrogenik dibagi menjadi dua kategori (tabel 2):
1) Didapat
Penyakit ginjal. Penyakit ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronis akan
mengganggu kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasi urin.10-12
Obat, terutama lithium.14 Sekitar 55% pengguna lithium jangka panjang
mengalami gangguan mengkonsentrasi urin.15,16 Obat lain seperti
gentamisin dan furosemid.
Gangguan elektrolit. Pada hipokalemia terjadi gangguan dalam hal
menciptakan dan mempertahankan gradien osmotik di medula. Selain itu,
terjadi resistensi terhadap efek hidro-osmotik ADH di duktus kolektikus.
Pada hiperkalsemia terjadi kalsifikasi dan fibrosis yang menyebabkan
gangguan anatomis ginjal, sehingga mengganggu mekanisme konsentrasi
urin.
Kondisi lain. Kehamilan, mieloma multipel, sickle cell anemia, kekurangan
protein, amiloidosis, dan sindroma Sjorgen dapat menyebabkan diabetes
insipidus nefrogenik.
2) Diturunkan
Mutasi gen yang mengkode reseptor ADH tipe-2 (reseptor V2 atau AVPR2)
pada kromosom Xq28 adalah bentuk paling sering.
Mutasi gen aquaporin-2 (AQP2) pada kromosom 12q13 (1% kasus)
menyebabkan peningkatan kanal air yang diekspresikan di duktus
kolektikus ginjal. (Kusmana, 2016)
Tabel 1. Etiologi diabetes insipidus central
Didapat
1. Trauma kepala
a. Pendengaran intrakranial
b. Edema serebri
2. Pasca-operasi kepala
a. ipotalamus
b. Pituitari
3. Tumor
a. Primer
a) Kraniofaringoma
b) Gioma hipotalamus
c) Adenoma pituitari
d) Disgerminoma
e) Meningioma
b. Hematolohi
a) Limfoma
b) Leukimia
c. Metastase
a) Mammae
b) Paru
4. Infeksi
a. Meningitis TB
b. Meningitis viral
c. Abses serebri
d. Toksoplasosis
e. Ensefalitis
5. Granuloma
a. Sarkoidosis
b. Histositosis
6. Inflamasi
a. Lupus eritematosus sistemik
b. Skleroderma
c. Penyakit wegener
7. Pasca-radioterapi
Idiopatik
Kelainan vaskular
1. Aneurisma
2. Ensefalopati hipoksik
3. Trombosis
Racun kimia
1. Racun ular
2. Tetrodotoksin
Diturunkan
Genetik
1. Sindrom Wolfram
Tabel 2. Etiologi diabetes insipidus nefrogenik
nefrogenik Didapat
Penyakit ginjal
1. Amfoterisin B
2. Aminolikosida
3. Cisplatin
4. Cidofavir
5. Demeklosiklin
6. Didanosin
7. Ifosfamid
8. Kolkisin
9. Lithium
10. Metoksifluran
11. Ofloksasin
12. Orlistat
Gangguan elektrolit
1. Hipokalemia
2. Kehamilan
3. Kelaparan protein
4. Mieloma multipel
5. Sicklecell disease
6. Sindrom Sjorgen
Diturunkan
Genetik
Menurut Kusmana (2016) gejala dominan diabetes insipidus adalah poliuri dan
polidipsi. Volume urin pasien relatif menetap tiap individu, bervariasi antara 3-
20 liter/hari. Pada dewasa, gejala utama adalah rasa haus, karena usaha kompensasi
tubuh. Pasien ingin terus minum, terutama air dingin dalam jumlah banyak. Pada
bayi, anak-anak, dan lansia dengan mobilitas untuk minum terbatas, timbul keluhan-
keluhan lain. Pada bayi, sering rewel, gangguan pertumbuhan, hipertermia, dan
penurunan berat badan. Anak-anak sering mengompol, lemah, lesu, dan gangguan
pertumbuhan. Lemah, gangguan mental, dan kejang dapat terjadi pada lansia.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kusmana (2016) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam
diagnosis diabetes insipidus, yaitu sebagai berikut.
a. Pemeriksaan Fisik
Temuan dapat berupa pelvis penuh, nyeri pinggang, atau nyeri menjalar ke area
genitalia, juga pembesaran kandung kemih. Anemia ditemukan jika penyebabnya
keganasan atau gagal ginjal kronis. Tanda dehidrasi sering ditemukan pada pasien
bayi dan anak-anak. Inkontinensia urin akibat kerusakan buli-buli karena
overdistensi berkepanjangan sering pada kasus nefrogenik sejak lahir. Diabetes
insipidus gestasional berhubungan dengan oligohidramnion, preeklampsi, dan
disfungsi hepar.
b. Radiologi
1) IVP (IntraVenous Pyelography)
Pemeriksaan radiografi dari tractus urinarius dengan pemberian zat kontras
yang dimasukkan melalui vena sehingga dapat menunjukkan fungsi ginjal dan
dapat mengetahui apabila terdapat kelainan-kelainan secara radiologis.
Gambar 1
2) CT Scan
Gambar 3a
Gambar 3b
Bila osmolalitas urin meningkat di atas 300 mOsm/kg H20 muncul sebelum
konsentrasi natrium plasma/osmolalitas plasma meningkat di atas batas normal,
diabetes insipidus sentral komplit dan nefrogenik komplit dapat disingkirkan.
Selanjutnya diagnostik untuk membedakan diabetes insipidus sentral parsial,
nefrogenik parsial, dan dipsogenik:
8. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kusmana (2016) setiap klasifikasi memiliki penatalaksanaan yang berbeda-
beda dan dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Riwayat kesehatan sekarang meliputi apa yang dirasakan klien saat pengkajian
c. Riwayat kesehatan keluarga meliputi apakah dari keluarga ada yang menderita
penyakit yang sama
d. Riwayat Psikososial dan Spritual meliputi pola interaksi, pola pertahanan diri,
pola kognitif, pola emosi dan hasil kepercayan klien.
4. Pemeriksaan Fisik
Temuan dapat berupa wajah tampak pucat, mata cekung, turgor kulit menurun,
penurunan BB yg drastis, Membran mukosa pasien tampak pucat dan kering, kulit
pasien tampak kering pelvis penuh, nyeri pinggang, atau nyeri menjalar ke area
genitalia, juga pembesaran kandung kemih. Anemia ditemukan jika penyebabnya
keganasan atau gagal ginjal kronis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit dibuktikan dengan faktor risiko
ketidakseimbangan cairan (dehidrasi)
3. Intervensi Keperawatan
Observasi
1. Kolaborasi pemberian
diuretik
1. Kolaborasi pemberian
diuretik
4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas MW et al. 2016. Diabetes Insipidus: The Basic and Clinical Review . International
Journal of Research in Medical Sciences. Jan;4(1):5-11 : www.msjonline.org
Arita, M. (2009). Perawatan Pasien Penyakit Dalam (II; R. Handoko, ed.). Jogjakarta:
MITRA CENDIKIA Press.
Corwin, E. J. (2000). Buku Saku Patopisiologi (I:2001; P. Endah, ed.). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse. 2008. Diabetes Insipidus.
NIH Publication No. 08–4620 September 2008 : https://www.niddk.nih.gov/health-
information/kidney-disease/diabetes-insipidus diakses pada 20 september 2019 pukul
13.15 wita
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. PPNI: Jakarta.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta
Selatan.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Denifisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta Selatan.