You are on page 1of 15

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

BASEMENT DISTRIBUTION RESERVOIR OIL AND GAS, IN


KOMERING HULU WEST REGION, OF SOUTH SUMATRA
Oleh :
Hidartan 1), Ildrem Syafri 2), Nana Sulaksana 2)
,Burhannudinnur 1)
1)Teknik Geologi FTKE USAKTI,
2)Fakultas Teknik Geologi UNPAD

ABSTRACT
Exploration of new fields of oil and gas based on the play rarely proven , let alone on the
edge of the basin such as western South Sumatra increasingly difficult . Thus we need a
new thinking to find and add reserves and production capacity of the South Sumatra
basin . Reservoir - oil reservoir in the basement / rock pedestal is one type of reservoir
that is beginning to be seen and is of particular concern in the oil and gas exploration
because it has proven its success .

The spread in the basement and basin upstream Histories successfully performed using
Bouguer Gravity anomaly data through the stages of spectrum analysis , filtering , and
process modeling . The amount ranges from 20-92 mgall Bouguer anomalies , and
anomalies Time range -9 to 7 mgall . There are two areas of discontinuity in the density
study areas , each reflecting the depth of 2100 m average depth Tertiary sedimentary
bedrock ,Model basement density of 2.67 g / cc , sedimentary rocks 2.35 g / cc , producing
basin depths between 1500 m up to 2,500 m which is a graben extends northwest -
southeast direction , which is the edge of the basin. Komering basin is thought to be a
potential as a producer of hydrocarbons . Basin is the spread of the basement is as landfill
material or depocenter considering sedimentation and tectonic history of the formation
parameters provide opportunities petroleum system.

Source rock maturity ( equivalent Lahat Formation and Talangakar Formation already
entered the stage of the generation of gas , while the shallower section is still in the stage
of oil generation . Reservoir rocks are expected from the base fractured rock or
weathered rock as granite wash , quartz sandstones of the Talangakar Formation ,
which generally has good porosity and caprocks in the form of anticline , fault, migration
passing , and the covering of shale rock Formations from Gumai

Keywords : Gravity , Basement , Depth , Basin , Reservoir

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat

148
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

ABSTRAK

Eksplorasi lapangan baru minyak dan gas bumi berdasarkan play jarang terbukti, apalagi
di tepi cekungan seperti Sumatra Selatan bagian barat semakin sulit. Dengan demikian
diperlukan suatu pemikiran baru untuk menemukan dan menambah cadangan dan
kapasitas produksi dari cekungan Sumatra Selatan.
Reservoar-reservoar migas pada basemen/batuan alas merupakan salah satu jenis
reservoar yang mulai dilihat dan menjadi perhatian khusus dalam eksplorasi migas
karena telah terbukti keberhasilannya.
Penyebaran Basemen dan cekungan di Komering Hulu berhasil dilakukan dengan
menggunakan data anomali Gravity Bouguer melalui tahapan analisa spektrum, filtering,
dan proses modeling. Besarnya Anomali Bouguer berkisar 20-92 mgall, dan Anomali Sisa
berkisar -9 sd 7 mgall. Terdapat 2 bidang diskontinuitas rapat massa di daerah
Penelitian, masing-masing di kedalaman 2100 m yang merefleksikan kedalaman rata-
rata batuan dasar sedimen Tersier,
Model densitas Basemen 2,67 gr/cc, batuan sedimen 2,35 gr/cc, menghasilkan
kedalaman cekungan antara 1500 m sampai dengan 2500 m yang merupakan graben
memanjang arah barat laut –tenggara, yang merupakan tepi cekungan.
Cekungan Komering diperkirakan merupakan basin yang potensial sebagai penghasil
hidrokarbon. Basin merupakan penyebaran Basemen yaitu sebagai tempat penimbunan
material atau depocenter mengingat sejarah sedimentasi dan tektoniknya memberi
peluang terbentuknya parameter petroleum system
Kematangan batuan induk (ekivalen Formasi Lahat dan Formasi Talangakar sudah
memasuki tahap penggenerasian gas, sedangkan dibagian yang lebih dangkal masih
dalam tahap menggenerasikan minyak.
Batuan Reservoar diharapkan dari Batuan Dasar yang terkekarkan atau yang lapuk
sebagai granit wash, batupasir kuarsa dari Formasi Talang Akar yang pada umumnya
mempunyai porositas baik dan perangkap berupa antiklin, migrasi melewati sesar, dan
batuan penudung shale dari Formasi Gumai

Kata kunci: Gravity, Basemen, Kedalaman, Cekungan, Reservoar

PENDAHULUAN juta barrel per hari. Sejak saat itu


1 Lokasi Penelitian produksi mengalami penurunan sampai
Lokasi penelitian terletak di tahun 1988 mencapai 1.30 juta barrel
cekungan Sumatera Selatan kususnya di perhari. Produksi bisa ditingkatkan lagi
Komering Hulu (Gambar 1). sebagai hasil dari secondary / tertiary
2.Latar Belakang recovery lapangan Minas dan Duri
Produksi minyak bumi Indonesia sehingga bisa mencapai 1.62 juta barrel
mengalami puncaknya pada tahun 1977 per hari. Saat ini sampai akhir tahun
dengan tingkat produksi sebesar 1.65 2006 produksi tinggal 1 juta barel per
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat

149
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

hari. Eksplorasi untuk menemukan kontrol dengan Seismik dan lubang bor
lapangan baru berdasarkan play yang dengan tujuan untuk :
sudah terbukti di cekungan cekungan a.Mengetahui kedalaman bidang
tersebut semakin sulit, sehingga diskontinuitas rapat massa di daerah
diperlukan suatu pemikiran baru untuk penelitian.
meningkatkan penemuan serta b.Mengetahui elemen struktur umum
menambah cadangan dan kapasitas bawah permukaan
produksi. c.Mengetahui kedalaman dari batuan
Eksplorasi reservoir di basemen sedimen.
belum dilakukan secara intensif oleh 3. Manfaat Penelitian
karena dianggap tidak menghasilkan, n Manfaat dari hasil studi ini adalah
tetapi hal ini ternyata tidak benar, dan antara lain :
ini dibuktikan bahwa di basemen pun a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dapat menghasilkan minyak dan gas. Di digunakan sebagai masukan untuk
Indonesia minyak dan gas yang berasal mengetahui bagaimana bentuk
dari reservoar Basemen di lapangan Basemen dan geologi bawah
Beruk, lapangan Suban , lapangan permukaan yang terdapat pada
Tanjung. Lapangan Bach Ho (Tiger) di daerah penelitian,
Vietnam . b) Mengetahui kedalaman dan dapat
Definisi Basemen itu sendiri adalah menafsirkan lingkungan
merupakan anggapan sebagai salah satu pengendapan awal dan material
batuan kristalalin tanpa memandang sedimentasi pengisi cekungan
umur ( metamorf atau batuan beku) tersebut sehingga dapat di analisis
yang tidak selaras ditindih oleh batuan petroleum sistemnya.
sedimen.(Lands et al,1960)
Metoda yang dilakukan adalah 4.TINJAUAN PUSTAKA
Gravity dan ditunjang dengan beberapa 4.1.Geologi Regional
line seismik dan beberapa lubang bor, Geologi daerah penelitian merupakan
diharapkan metoda ini dapat bagian selatan dari Cekungan Sumatra
memberikan gambaran yang yang baik , Selatan.Sub cekungan Lematang yang
data yang dihasilkan adalah anomali berhubungan dengan daerah penelitian
Gravity ( Bouguer). mempunyai kecenderungan cekungan
berarah utara-selatan mirip dengan
3.Maksud Dan Tujuan Penelitian rendahan Suban.
Studi ini diharapan dapat Patahan Semangko terdapat pada
memberikan gambaran tentang batuan bagian selatan daerah penelitian.
dasar sebagai depocenter. Batuan dasar Batuan dasar Pre Tertier yang terdapat
yang telah mengalami pengkekaran pada daerah penelitian telah
atau lapuk dapat berfungsi sebagai mengalami kompresi menjadikan
batuan reservoar. Untuk itulah studi daerah penelitian terlipat dan
basemen reservoar dilakukan dengan terpatahkan, yang terdiri dari batuan
pengolahan data Gravity yang di beku, malihan, dan batu gamping.
Perkembangan cekungan dimulai dari

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat

150
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

Paleosen akhir dalam tatanan cekungan g) Melakukan penafsiran dan


busur belakang Sumatra Selatan. pembahasan dari keterdapatan
Perkembangan Cekungan dimulai dari Basemen. (Gambar 3)
akhir Eosen dalam tatanan cekungan
busur belakang. Hasil pengukuran dilapangan kemudian
Granit dari pegunungan Garba yang dilakukan perhitungan dengan densitas
berumur Kapur merupakan batuan asal sebagai acuan pada tabel1.
dari batuan sedimen klastik berukuran Hasil perhitungan digambaran sebagai
kasar pada daerah penelitian yang akan peta gravity yang ditampilkan dalam
menjadikan reservoar yang mempunyai penelitian ini, yaitu: peta Anomali
kualitas baik didaerah Bouguer, peta Anomali Bouguer
penelitian.(Gambar 2) Regional dan peta Anomali Bouguer
Sisa/Residual. Ketiga jenis peta ini
5.METODE PENELITIAN dibuat berdasarkan data hasil survey
Metode Gravity digunakan karena (1300) titik yang kemudian di-grid
kemampuannya dalam membedakan bersama data regional. Sebaran seluruh
rapat-massa dari suatu sumber anomali data yang di-grid tersebut dapat dilihat
terhadap rapat-massa lingkungan dalam peta Anomali Bouguer
sekitarnya. Dari variasi rapat-massa (Gambar.5, Gambar 6 adalah Anomali
tersebut dapat diketahui bentuk Sisa dan Gambar7 adalah Anomali
penyebaran batuan bawah permukaan Regional).
suatu daerah. Dalam suatu eksplorasi,
baik dalam mencari minyak bumi 6.Interpretasi
maupun mineral, metode Gravity ini Nilai Anomali Bouguer merupakan hasil
banyak digunakan pada tahap penelitian pengaruh dari mantle atas hingga ke
pendahuluan, denagan cara survey permukaan bumi, sehingga dalam
dilapangan , prosesing data pemilihan interpretasi ini dapat diasumsikan
jalur penampang dan analisis serta bahwa nilai Anomali Bouguer
interpretasi. merupakan pengaruh gabungan dari
Beberapa tahap pelaksanaan dalam bagian bumi yang lebih dalam (mantle
penelitian ini yang gunakan adalah : atas) dan pengaruh dari bagian bumi
a) Pengukuran Gravity lapangan di yang lebih dangkal (batuan
daerah penelitian dasar/Basemen) dan batuan sedimen di
b) Membuat perhitungan Anomali atasnya. Untuk memisahkan kedua
Bouguer buat peta Anomali Bouguer pengaruh itu, maka dilakukan suatu
c) Pemetaan anomali proses filtering yang menghasilkan peta-
d) Mengadakan Analisis Spektral peta Anomali Regional dan anomali sisa.
e) Mengadakan Penapisan dengan Nilai Anomali Bouguer di dalam ,
metoda Polinomial. semuanya anomali positif, berkisar
f) Membuat model 2-Dimensi dengan antara 20 hingga 95 mGal. Sebarannya
teori Talwani dari beberapa terutama membentuk pola tinggian
penampang. anomali di bagian tengah hingga timur
blok dan rendahan anomali terjadi di

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat

151
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

bagian barat, baratlaut dan sedikit di peta Anomali Regional bahwa di bagian
bagian selatan blok. Pola anomali tinggi timur blok ini, pengaruh regional
menggambarkan suatu tinggian batuan (mantle atas) cukup kuat. Hal ini akan
dasar/Basemen high, yang disebabkan menghasilkan gradien temperatur yang
oleh pengaruh densitas batuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
lebih besar atau berarti sedimen yang daerah sekitarnya sehingga bagus dalam
lebih tipis, atau bisa juga disebabkan mendukung proses maturation dari
oleh suatu intrusi. Densitas batuan yang source rocks tersebut.
lebih besar dapat disebabkan oleh 7.HASIL DAN PEMBAHASAN
komposisi batuan ataupun pengaruh Secara Regional Stratigrafi Cekungan
mantle bumi yang lebih mendekati Sumatera Selatan adalah sebagai
permukaan. Sebaran pola anomali berikut
rendah menggambarkan sedimen yang Periode sedimentasi paling tua di
lebih tebal/ daerah depocentre. Ini Cekungan Sumatera Selatan
terdapat di bagian barat, baratlaut blok teridentifkasi dari lubang bor dan
dan sedikit di bagian selatan. seismik yang mewakili sedimen darat
Nilai Anomali Bouguer di atas 90 adalah Formasi Lahat dan Formasi
mGal di beberapa titik di sekitar bagian Lemat yang terdiri dari batuan volkanik,
blok yang menyempit diperkirakan breksi dan ‘granite wash’ hasil dari erosi
suatu intrusi yang sepertinya masih batuan dasar yang terangkat ke
meluas ke selatan hingga keluar blok. permukaan yang di endapkan secara
Hal ini didukung oleh data topografi: di tidakselaras diatas batuan dasar hal ini
sekitar beberapa titik yang beranomali berdasarkan model anomaly residual
tinggi tersebut merupakan awal dari dengan tebal 2500m.
suatu bukit yang puncaknya di selatan. Endapannya kemudian di tutupi oleh
Setelah dilakukan filtering dan batupasir channel dengan sisipan
menghasilkan peta Anomali Regional batulanau dan serpih mengandung
dan peta Anomali Residual, daerah ini karbon kadang-kadang mengandung
ternyata cukup menarik. Berdasarkan cangkang moluska dan sisipan batubara
peta Anomali Residual di dalam pola dan unit tufaan yang di identifikasi
tinggian batuan dasar terdapat sub-sub sebagai Formasi Talang Akar yang di
cekungan sedimen ( gambar 8 dan 9), endapkan pada lingkungan fluvial,
berpola secara umum berarah lakustrin, laguna dan laut dangkal.
timurlaut-baratdaya .(Gambar 10,11) Setelah pembentukan Formasi Talang
Dalam konteks petrolem systems sub- Akar sedimentasi di lanjutkan dengan
sub cekungan sedimen ini dapat fase thermal subsidence yang
berfungsi sebagai source rocks. Pola ini mengendapkan batuan sedimen halus di
terdapat di beberapa bagian dari blok hampir semua area cekungan juga
tersebut, yaitu: di sebagian besar blok terbentuknya batugamping pada blok
bagian timur, di bagian barat dan tinggian. Fase ini berlanjut hingga
baratlaut blok. Di sekitarnya terdapat pengendapan Formasi Baturaja dan
tinggian-tinggian yang bisa berfungsi Formasi Gumai.
sebagai perangkap. Tampak jelas dari

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat

152
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

7.1.Batuan Induk variasi fasies kerogen dan tidak


Minyak dan gas bumi banyak konsisten secara lateral.
diproduksi dari reservoir batupasir Formasi Talang Akar.
Formasi Lahat dan batupasir Formasi Variasi fasies batuan induk Formasi
Talang Akar. Batuan induk yang paling Talang Akar berupa dataran pantai,
baik didapat dari Formasi Gumai berupa estuari, laguna, dan laut marginal
endapan syn-rift berlingkungan fluvio- dengan kisaran kadar TOC < 0.5% - 77%
deltaik, laut marginal, dan lakustrin lokal dengan rata-rata 2,31% kebanyakan
dengan tambahan fasies batubara dari berupa material humic, vitrinit, leptinit
Formasi Lahat dan Lemat yang berumur dan sapropel yang cenderung
Eosen Akhir - Oligosen Awal (gambar menghasilkan minyak.
3.10.Stratigrafi Regional Cekungan Dapat disimpulkan bahwa Formasi
Sumatera Selatan); Talang Akar diendapkan pada
Serpih lakustrin Formasi Lahat lingkungan laut dangkal hingga paralik
juga merupakan batuan induk yang dan dapat menghasilkan minyak pada
bagus dan kemungkinan terdapat di kondisi optimum dan gas/kondensat
Muara Enim Deep. Sementara serpih pada tingkat kematangan lanjut.
dan batubara Formasi Talang Akar juga 7.2.Reservoir Dan Migrasi
potensial untuk dijadikan batuan induk Berbagai reservoir potensial
penghasil hidrokarbon karena kadar adalah Formasi Talang Akar hingga
TOC-nya mencapai 5%. Material Formasi Batu Raja. Untuk target dalam,
organiknya bertipe humic dan batuan reservoir sedimen klastik
campuran yang di evaluasi memiliki ke Formasi Talang Akar yang terdiri dari
cenderungan menghasilkan minyak atau perlapisan batupasir dengan
gas. Formasi Baturaja juga batulempung yang mengandung serpih
mengindikasikan adanya batuan induk dan Organik Karbon yang memiliki
yang terbatas yang terdiri dari material porositas baik, permeabilitas tinggi dan
humic yang dapat menghasilkan gas. pelamparannya luas ,
Serpih Formasi Gumai yang tersebar Pada interpretasi log sumur
secara luas merupakan potensi batuan diperlihatkan dari cukup sampai sangat
induk yang signifikan; material organik bagus kualitas resevoar dari formasi
humic dan sapropelic hadir pada serpih talangakar yaitu berkisar 15%-38%
Formasi Gumai dengan kadar nilai TOC porositasnya
beberapa persen dan memiliki Pada beberapa area, batugamping
kecenderungan menghasilkan minyak. Formasi Baturaja di interpretasi sebagai
Formasi Lemat atau Formasi Lahat karbonat build-up yang memberikan
bagian atas variasi litologinya berupa perangkap stratigrafi sementara untuk
respon perubahan lingkungan darat target di daerah yang dalam, batupasir
menuju ke air payau. TOC nya sekitar 1,5 Formasi Talang Akar dan batuan dasar
- 2,0% dengan 50% kerogen dari granitoid yang terkekarkan dan lapuk
material sapropel (data Sumur (granite wash) diharapkan membentuk
Bentayan-13). Formasi Lahat dapat reservoir yang baik.
menjadi batuan induk yang baik dengan

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat

153
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

Waktu migrasi pembentukan 3. Analisa spektral regional


minyak ditentukan oleh peningkatan menghasilkan kedalaman Basemen
aliran bahang dan sejarah pemendaman berkisar 2.5 km, dari hasil modeling
yang berasosiasi dengan tektonisme dari Anomali Residual diperoleh
Miosen, sementara akumulasi kedalaman Basemen 2.500 m..
hidrokarbon kemungkinan baru 4. Pemodelan yang dilakukan
terdistribusi mengikuti sesar yang menghasilkan konfigurasi batuan
berkaitan dengan orogenesa Plio- dasar yang polanya sama dengan
Pleistosen. Migrasi minyak dari Formasi regional Barat laut- Tenggara.
Talang Akar-Lahat menuju ke Formasi ini 5. Pada penampang C – D diperoleh
sendiri mengalir melalui aliran lateral struktur graben dengan kedalaman
dan sistem sesar normal pada batuan batuan dasar (Basemen) sebesar
yang berhenti pada Formasi Batu Raja. 2500 m di bawah permukaan .
Deformasi selanjutnya mengakibatkan 6. Berdasarkan analisis seismik
minyak yang terbentuk bermigrasi cekungan paling dalam Basemen
langsung ke struktur baru dari terdapat berkisar 2500m.(gambar
deformasi Plio-Plistosen sementara 12)
sejumlah minyak merembes ke 7. Berdasarkan kecenderungan
permukaan sebagai rembesan minyak di kedalaman Basemennya,
daerah S.Giham. Kemungkinan daerah penelitian
Daerah penelitian mempunyai merupakan daerah tepi cekungan.
object Formasi yakni : Basement, 8. Batuan Reservoar diharapkan pada
Formasi Lahat, Formasi Talangakar , daerah tinggian akibat struktur yang
Formasi Baturaja dan Formasi Gumai. terdiri dari rekahan Granit atau
Dari hasil kajian kelima objek Formasi batuan malihan yang terkekarkan
tersebut di harapkan di peroleh hasil atau yang lapuk sebagai Granit
berupa prospek minyak dan gas wash,batupasir kuarsa dari Formasi
(Sumberdaya Migas, 2008). Talang Akar .yang pada umumnya
mempunyai porositas yang baik

KESIMPULAN
Dalam Studi Gravity ini maka dapatlah Saran
disimpulkan bahwa : 1. Dalam penelitian lanjut agar diteliti
1. Survey Gravity dilakukan di sekitar lebih dalam tentang
Wilayah Komering Hulu Barat tektonostratigrafi daerah penelitian
menghasilkan Anomali Bouguer posif sehingga dapat membantu analisis
berkisar 20 sampai dengan 92 mgall. Depocentre.
2. Survey Gravity dilakukan di sekitar 2. Analisis struktur Regional diharapkan
Wilayah Komering Hulu Barat lebik diperdalam, hal ini akan sangat
menghasilkan Anomali Bouguer membantu analisis Petroleum
Residual berkisar -9 sampai dengan 7 systemnya.
mgall.

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat

154
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

DAFTAR PUSTAKA Venezuela”. Proceedings of the


Blakely, R.J, 1996, Potential Theory in 16th World Petroleum Congress,
Gravity and Magnetic Calgary.
Application, Cambridge Koning, T. 2003. “Oil and gas production
University Press, Cambridge. from Basemen reservoirs”.
De Coster, G.L., 1974. The Geology of Geological Society of London,
The Central and South Sumatra Special Publication 214 – Titled
Basins, IPA Proc. 3’rd Ann. “Hydrocarbons in Crystalline
Convention. Rocks”
Hall, R., 2005, Cenozoic Tectonics of Landes, K. K., Amoruso, J. J.,
Indonesia Problem and Models, Charlesworth, L. J., Heany, F.
Short Course Indonesian And Lesperancep, J.,
Petroleum Association. Petroleum resources in
H.N Prasiddha, 2006, “Indonesia Basin basement rocks. AAPGBull.,
Summaries”,. By Patra Nusa 1960, 44, 1682–1691.
Data.
Ian M. Longley et.al, 1990. Pematang Lee R.A, 1982. Petroleum Geology of the
Lacustrine Petroleum Source Malacca Strait Contract Area,
Rock From The Malacca Strait Central Sumatra Basin, Proceed.
PSC, Central Sumatra Basin, Indon. Petrol.Assoc. 11th Ann.
Proceed. Indon. Petrol. Assoc. Conv. pp 243-263.
19th Ann. Conv.pp 280-297. PERTAMINA dan BEICIP , 1992, Global
Koning, T. & Darmono, F.X.1984. “The Geodynamics,Basin
geology of the Beruk Northeast Classification and Exploration
Field, Central Sumatra – oil Play-types in Indonesia,
production from pre-Tertiary Volume I, Ombilin Basin,
Basemen rocks”. Proceedings of PERTAMINA, Jakarta.
the Thirteenth Annual Pulunggono, A. and N.R. Cameron.,
Convention, May 29-30, 1984. 1984. Sumatran Mictroplates,
Indonesian Petroleum their Characteristics and Their
Association (IPA),Jakarta, Role in the Evolution of The
Indonesia. Central Sumatera Basins.
Koning, T. 1992. “Oil production from Proceedings Indonesian
pre-Tertiary Basemen rocks in Petroleum Association.
Indonesia – examples from Tom L. Heidrick, And Aulia K., 1993. A
Sumatra and Kalimantan”. Structural and Tectonic Model of
Abstract in the proceedings of the Coastal Plains Block, Central
the Annual Convention of the Sumatra Basin, Indonesia,
American Association of Proceed. Indon. Petrol.
th
Petroleum Geologists, Calgary. Assoc.22 Ann. Conv. pp 286-
Koning, T. 2000. “Oil production from 316.
Basemen reservoirs – examples
from Indonesia, USA and

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat

155
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

Yarmanto et.al, 1995. Tertiary Basin, Indonesia, Proceed. Indon.


Techtonostratigraphic Petrol. Assoc. 24th Ann. Conv. pp
evelopment of the Balam 33-45.
Depocentre, Central Sumatra

Gambar 1. Daerah penelitian pada Cekungan Sumatera Selatan

Tabel : 1: line seismik dan kedalaman formasi batuan


Posisi Ujung Line Seismic .
Line Seismic 19-91 I
PA 10-91
Formasi Kedalaman Densitas Kedalaman Densitas
Telisa/Gumai 1020 ft 2.25 gr/cc 2360 ft 2.25 gr/cc
Batu Raja 1500 ft 2.30 gr/cc 4208 ft 2.30 gr/cc
Talang Akar Atas 4410 ft 2.35 gr/cc
Talang Akar Bawah 1700 ft 2.35 gr/cc 5395 ft 2.35 gr/cc
Lahat 1900 ft 2.45 gr/cc 7608 ft 2.45 gr/cc
Basemen 2100 ft 2.67 gr/cc 7776 ft 2.67 gr/cc

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat

156
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

SYNRIFT DEPOSIT

COMMENCEMENT OF
RIFT BASINS ALONG N-S
BASEMENT GRAIN

FRACTURED BASEMENT;
N-S ORIENTED FAULT BOUNDARY
GENERAL STRATIGRAPHY OF
SOUTH SUMATRA BASIN

Gambar 2 Kolom stratigrafi dan karakter penyebaran litologi pengendapan Synrift, dan
merupakan jebakan migas (Pertamina).

BA

( Bouguer Anomaly)

Peta Kontur BA

Analisis Spektral

Pemisahan Anomali
AnomaliAnomali

Anomali Regional Anomali Sisa

Informasi Geologi (sebaran


litologi permukaan, data
Pemodelan ke-depan sumur, stratigrafi), data
2D seismik

Interpretasi Basemen

Gambar 3 Bagan Alir analisis Gravity

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat

157
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

Gambar 4. Lokasi titik pengamatan Gravity daerah penelitian,lubang bor dan line
seismik

Gambar 5. Peta Anomali Bouguer daerah Penelitian

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat

158
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

Gambar 6. Peta Anomali Bouguer Sisa daerah Penelitian

GGambar 7. Peta Anomali Bouguer Regional daerah Penelitian

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat

159
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

Gambar 8. Model Struktur Basemen dan basemen resevoar

Gambar 9. Model Struktur Basemen dan basemen resevoar

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat

160
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

PA-13A+B+C_93_MV_EHC

Gambar10. Interpretasi jalur seismic yang melewati Sumur I-1


kearah Blok Komering Hulu Barat .

LINE PA-40-93_MV

Gambar 11. Interpretasi line seismic yang melewati Sumur I-1


kearah Komering Hulu Barat .

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat

161
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

Gambar 12. Peta kedalaman basemen berdasarkan seismic yang melewati Sumur I- 1
dearah Komering Hulu

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejateraan Masyarakat

162

You might also like