You are on page 1of 11

Analisis Kesiapan Siswi Sekolah Dasar dalam Menghadapi

Menarche

Indah Lutfiya
Departemen Biostatistika dan Kependudukan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 60115
Alamat Korespondensi:
Indah Lutfiya: indahlutfiya@gmail.com

ABSTRACT
Puberty among female adolescent occurred when coming to menarche period. The age of menarche among
girls in Indonesia has decreased in recent years. It impacts on readiness of menarche among pre puberty female
adolescent, both physically and mentally. There were many girls who stated that they didn’t ready to face menarche.
The unreadiness of female adolescent on experience menarche will impact to their behavior of vulva hygiene and
increase the risk of being infected by sexually transmitted diseases. Surabaya is one of the cities in East Java
province which the highest number of female adolescents. SDN (State Elementary School) Pacarkembang 1/192,
Tambaksari District of Surabaya contributed to the most number of pre puberty female adolescent in Surabaya.
The purpose of this research was to analyze factor that affect readiness of menarche among pre puberty female
adolescent. Variable on this study covered parenting style, knowledge of female adolescent and number of
source information. This research was an analytical research with observational method. The population in this
study were Elementary Student who in grade four and five with sample number of 55 students. This study used
random sampling. Analysis of data used logistic regression. The result shown that variable of knowledge effecting
significantly (p = 0.012; PR = 6.000). Female adolescent who has better knowledge would be more ready to
face menarche. This study suggested to maximize the role of school and student parents’ association to improve
reproductive health knowledge program.

Keywords: female student, menarche, readiness

ABSTRAK
Remaja putri yang telah memasuki masa puber akan mengalami menarche. Di Indonesia, usia menarche
mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Penurunan usia menarche harus diimbangi dengan
kesiapan pada remaja putri pra-pubertas, baik secara fisik maupun secara mental. Saat ini banyak remaja
putri yang tidak siap menarche. Ketidaksiapan menarche akan berdampak pada buruknya perilaku vulva
hygiene dan berisiko terjangkit penyakit menular seksual. Surabaya merupakan salah satu kota dengan
jumlah remaja terbanyak di Provinsi Jawa Timur. SDN Pacarkembang 1/192, Kecamatan Tambaksari
menyumbang jumlah remaja putri pra-pubertas terbanyak di Kota Surabaya. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap kesiapan menarche pada remaja putri pra-pubertas.
Faktor yang diteliti diantaranya pola asuh orang tua, pengetahuan dan jumlah sumber informasi.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan metode observasional. Desain penelitian yang
digunakan adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi sekolah dasar kelas IV dan
V dengan sampel sebanyak 55 responden. Sampel diperoleh dengan teknik simple random sampling. Data
dianalisis menggunakan regresi logistik dengan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan menarche (p = 0,012; PR = 6,000). Remaja
putri yang memiliki pengetahuan baik berpeluang lebih siap dalam menghadapi menarche. Berdasarkan
hasil penelitian, disarankan untuk memaksimalkan peran sekolah dan POM (Persatuan Orang Tua Murid)
dalam program peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi.
Kata kunci: kesiapan, menarche, siswi

135
136 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 2 Desember 2016: 135–145

PENDAHULUAN dirinya mengalami menarche. Hal ini diperburuk


Remaja sebagai aset masa depan bangsa dengan pengetahuan masa subur wanita sebesar
harus dipersiapkan dalam berbagai aspek. 16% dan persepsi persetujuan hubungan seksual
Peningkatan kualitas remaja dari segi pendidikan, pranikah sebesar 7% dengan alasan saling
kesehatan maupun keterlibatan secara ekonomi menyukai (SDKI, 2012). Upaya promosi tentang
harus dilakukan sejak dini (BPS Jawa Timur, kesehatan reproduksi remaja belum optimal
2013). Berdasarkan Keputusan Menteri dilakukan di Indonesia. Dari beberapa Laporan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/ Profil Kesehatan kabupaten/kota, didapati
MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis perbedaan kelengkapan pelaporan. Kasus remaja
Kementerian Kesehatan Tahun 2015–2019, belum mendapatkan penanganan yang serius.
salah satu sasaran strategis yang akan dicapai Sulistyoningsih (2014) menyatakan bahwa
Kementerian Kesehatan adalah pembinaan sebanyak 46,7% remaja putri di Kabupaten
ketahanan remaja. Indikator keberhasilan diukur Jember belum memiliki kesiapan dalam
dari peningkatan persentase pengetahuan dan menghadapi menarche. Sebanyak 70% siswi
pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi mengatakan mereka takut bila dalam waktu dekat
sebesar 75%. akan mengalami menarche, 60% mereka tidak
Masa remaja akan dihadapkan dengan tahu apa yang akan dilakukan, dan 40% siswi
kematangan seksual yang disebut dengan fase belum ada persiapan khusus jika akan mengalami
pubertas. Remaja akan menghadapi perubahan menstruasi. Penelitian tersebut sejalan dengan
baru dalam hidupnya. Hal ini membutuhkan penelitian Fitkarida (2013) yang menunjukkan
penyesuaian secara mental (Marheni, 2004). bahwa 66,7% remaja putri di Kabupaten
Perubahan bentuk tubuh dan kematangan Temanggung tidak siap dalam menghadapi
seksual akan sangat berpengaruh pada menarche.
kehidupan kejiwaan remaja. Penolakan biasa Pada tahun 2013, Remaja Jawa Timur
terjadi pada fase ini (Sulistyoningsih, 2014). mencapai 16,13 persen dari total penduduk.
Masa puber juga disebut sebagai fase negatif. Menurut kelompok umur, jumlah remaja
Fase negatif ini seringkali lebih menonjol terbanyak adalah usia 11–15 tahun (BPS Jawa
pada anak perempuan daripada anak laki-laki Timur, 2013). Usia ini merupakan usia sekolah
(Hurlock, 2007). Perempuan mengalami puber dasar. SDN Pacarkembang 1/192 menyumbang
lebih dulu dibanding laki-laki, sehingga mereka peserta didik terbanyak di Kota Surabaya, yaitu
membutuhkan perhatian yang lebih terkait sebesar 951 siswa (Kementerian Pendidikan dan
kesehatan reproduksi (Gupte, 2004). Kebudayaan, 2016).
Menarche adalah menstruasi pertama Berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang biasa terjadi pada masa awal remaja di yang dilakukan di SDN Pacarkembang 1/192,
tengah masa pubertas sebelum memasuki masa menunjukkan beberapa temuan yaitu 95% siswi
reproduksi (Proverawati, 2009). Belakangan menyatakan takut dan malu apabila nanti dirinya
ini, usia datangnya menstruasi semakin dini di mengalami menarche. Selain itu, hanya 40%
Indonesia. Hasil SDKI 2012 menyatakan bahwa yang mengetahui pemahaman tentang masa
23% perempuan usia 12 tahun dan 7% usia pubertas dengan benar. Siswi yang mampu
10–11 tahun sudah mengalami menarche dan menyebutkan definisi menarche dengan benar
89% usia menarche remaja Indonesia termasuk hanya sebesar 25% dan 25% tidak pernah
dalam rentang usia 12–15 tahun. Persentase ini mendapatkan informasi tentang menstruasi dari
mengalami kenaikan dari hasil SKKRI tahun orang tua. Siswi kelas IV dan V masih kurang
2007. baik dalam penerapan perilaku vulva hygiene.
Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa
rata-rata remaja putri memperoleh informasi sebanyak 15% siswi masih menggunakan celana
tentang pubertas dari guru (61%) dan teman dalam ketat dan hanya menggantinya satu kali
(29%). Seperempat remaja tidak pernah dalam sehari. Sebesar 75% siswi merasa takut
membicarakan tentang menstruasi sebelum apabila mengalami menstruasi lebih dulu dari
teman-temannya. Selain itu, sebagian siswi
Lutfiya, Analisis Kesiapan Siswi Sekolah Dasar … 137

mengatakan bahwa mereka tidak diperbolehkan sebanyak 55 remaja putri yang belum mengalami
untuk melakukan kegiatan lari-lari dan olahraga menarche.
selama menstruasi. Pengambilan data primer dilakukan dengan
Ketidaksiapan menarche akan berdampak melakukan wawancara dan membagikan
pada buruknya perilaku vulva hygiene remaja kuesioner kepada responden. Data sekunder
putri. Sulistyoningsih (2014) menyatakan berupa jumlah siswi SD terbanyak diperoleh dari
sebanyak 50,3% remaja putri yang tidak Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Data jumlah
siap menarche, memiliki perilaku yang tidak remaja terbanyak didapatkan dari Badan Pusat
baik dalam perawatan vulva hygienenya. Statistik Kota Surabaya. Data tentang kesehatan
Cheong et al, (2015) menyebutkan bahwa reproduksi remaja diperoleh dari SDKI (Survei
perilaku seksual berisiko, kehamilan tidak Demografi dan Kesehatan Indonesia) Remaja
diinginkan dan penyakit menular seksual tahun 2012.
merupakan dampak jangka panjang dari Teknik pengolahan dan analisis data
penurunan usia menarche. Kesiapan remaja putri menggunakan komputer dengan program statistik
dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, tingkat dan uji Regresi Logistic.
pengetahuan dan jumlah sumber informasi. Oleh
karena itu, diperlukan perhatian dan pengasuhan
HASIL PENELITIAN
yang optimal dari orang tua untuk meluruskan
persepsi anak agar anak tidak takut menarche. Distribusi Umur, Tingkat Pengetahuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Jumlah Sumber Informasi Siswi dan Pola
faktor yang mempengaruhi kesiapan siswi SDN Asuh Orang Tua
Pacarkembang 1/192, Kecamatan Tambaksari, Faktor yang mempengaruhi kesiapan siswi
Kota Surabaya dalam menghadapi menarche. SD dalam menghadapi menarche terbagi menjadi
Pertama, peneliti melakukan identifikasi variabel. dua yaitu internal dan eksternal. Faktor internal
Selanjutnya, dilakukan analisis variabel yang yang diteliti adalah umur dan tingkat pengetahuan
berpengaruh. siswi SD. Sedangkan, jumlah sumber informasi
dan pola asuh orang tua merupakan faktor
METODE PENELITIAN eksternal yang diteliti. Distribusi umur, tingkat
pengetahuan dan jumlah sumber informasi siswi
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
SD disajikan dalam Tabel 1.
analitik dengan melakukan analisis data,
Umur siswi SD yang tergolong remaja putri
menjelaskan suatu pengaruh dan menguji
pra-pubertas minimal 9 tahun dan maksimal 11
berdasarkan teori yang sesuai dari pakar ilmiah
tahun. Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian
atau penelitian terdahulu. Metode penelitian yang
besar umur siswi adalah 10 tahun (69,1%).
digunakan adalah observasional dengan desain
Pengkategorian umur responden didasarkan
penelitian cross sectional.
pada hasil SDKI Remaja tahun 2012 yang
Responden dalam penelitian ini adalah
menyebutkan bahwa rata-rata usia menarche
siswi kelas IV dan V SDN Pacarkembang 1/192
remaja putri adalah 12 tahun. Sehingga siswi
Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya. Waktu
yang dijadikan sebagai responden penelitian
penelitian dimulai pada bulan Februari sampai
adalah siswi kelas IV dan V dengan umur di
April 2016.
bawah 12 tahun yang masuk kategori remaja pra-
Populasi penelitian adalah siswi kelas IV dan
pubertas. Mayoritas responden penelitian berada
V sebanyak 149 orang yang tercatat dalam data
pada usia 10 tahun. Hasil penelitian tersebut
internal jumlah siswi aktif SDN Pacarkembang
sesuai dengan hasil SDKI reproduksi remaja
1/192, Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya.
yang menunjukkan bahwa rentang usia 9–11
Responden dipilih secara acak menggunakan
tahun pada remaja putri merupakan usia pra-
teknik simple random sampling. Sampel
pubertas.
minimal penelitian didapatkan 44 orang dengan
Kategori tingkat pengetahuan siswi
perhitungan rumus Hulley dan Cummings (2007).
terbagi menjadi dua yaitu baik dan kurang.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas tingkat
138 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 2 Desember 2016: 135–145

Tabel 1. Distribusi Umur, Tingkat Pengetahuan, Jumlah Sumber Informasi Siswi dan Pola Asuh Orang
Tua
Variabel Jumlah Persentase (%)
Umur 9 tahun 2 3,6
10 tahun 15 69,1
11 tahun 38 27,3
Total 55 100,0
Tingkat Pengetahuan Baik 21 38,2
Kurang 34 61,8
Total 55 100,0
Jumlah Sumber Informasi 0 sumber informasi 2 3,6
1 sumber informasi 18 32,7
2 sumber informasi 27 49,1
3 sumber informasi 6 10,9
4 sumber informasi 1 1,8
5 sumber informasi 1 1,8
Total 55 100,0
Pola Asuh Orang Tua Otoritatif 34 61,8
Otoriter 19 34,5
Permisif 2 3,6
Total 55 100,0

pengetahuan yang dimiliki siswi SD tergolong Faktor eksternal lain yang mempengaruhi
kurang (61,8%). Pengetahuan yang dibahas pada kesiapan menarche adalah pola asuh orang tua.
penelitian ini adalah pemahaman remaja putri Pola asuh orang tua terbagi menjadi tiga gaya,
pra-pubertas tentang ciri remaja, pengertian diantaranya pola asuh otoritatif, otoriter
pubertas, pengertian menstruasi, menarche dan permisif. Tabel 1 menunjukkan bahwa
dan pentingnya perilaku vulva hygiene. Hasil gaya pola asuh otoritatif merupakan gaya
penelitian menunjukkan sebagian besar remaja
pengasuhan terbanyak yang diterapkan
putri tidak mengetahui bahwa rentang usia
orang tua siswi (61,8%). Sebagian orang
pubertas dimulai dari usia 9 tahun. Selain itu,
sebagian besar masih salah dalam menyebutkan tua menerapkan pola asuh otoriter terhadap
perilaku yang berkaitan dengan vulva hygiene. anak-anaknya. Namun, orang tua yang
Namun, mayoritas dari mereka mampu menerapkan pengasuhan permisif cenderung
menyebutkan definisi menstruasi dan ciri sedikit dibandingkan gaya pengasuhan
remaja dengan benar. lainnya (3,6%).
Pembagian jenis sumber informasi menurut
Distribusi Umur, Pengetahuan, Pola Asuh
Yusuf (2012) adalah keluarga, sekolah, media
Orang Tua dan Sumber Informasi terhadap
cetak (koran/majalah), media elektronik (TV,
radio) dan internet. Hasil penelitian pada tabel Kesiapan Menarche
1 menunjukkan bahwa sebagian besar siswi Faktor yang diteliti adalah umur,
mendapatkan 2 sumber informasi seputar pengetahuan, pola asuh orang tua dan jumlah
informasi dari lingkungannya (49,1%). Siswi yang sumber informasi. Distribusi faktor-faktor
mendapatkan 5 sumber informasi hanya sebesar tersebut terhadap kesiapan menarche dapat dilihat
1,8%. Berdasarkan hasil penelitian, sumber pada Tabel 2.
informasi terbanyak yang diperoleh remaja putri Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berasal dari keluarga (92,7%). Sumber informasi sebaran umur terbagi menjadi tiga kelompok
yang berasal dari TV atau radio memiliki yaitu 9, 10 dan 11 tahun. Tabel 2 menunjukkan
pengguna terendah yaitu sebesar 7,2%. bahwa semakin tinggi umur responden maka
Lutfiya, Analisis Kesiapan Siswi Sekolah Dasar … 139

Tabel 2. Distribusi Variabel Independen Terhadap Kesiapan Menghadapi Menarche


Kesiapan Menarche
Variabel Kategori Jumlah
Siap Tidak Siap
Pola Asuh Orang Tua Otoritatif 22 (64,7%) 12 (35,3%) 34 (100%)
Otoriter 11 (57,9%) 8 (42,1%) 19 (100%)
Permisif 2 (100,0%) 0 ( 0,0%) 2 (100%)
Umur Remaja Putri 9 tahun 1 (50,0%) 1 (50,0%) 2 (100%)
10 tahun 24 (63,2%) 14 (36,8%) 38 (100%)
11 tahun 10 (66,7%) 5 (33,3%) 15 (100%)
Tingkat Pengetahuan Kurang 17 (50,0%) 17 (50,0%) 34 (100%)
Remaja Putri Baik 18 (85,7%) 3 (14,3%) 21 (100%)
Jumlah Sumber Informasi 0 sumber informasi 1 (50,0%) 1 (50,0%) 2 (100%)
1 sumber informasi 11 (61,1%) 7 (38,9%) 18 (100%)
2 sumber informasi 18 (66,7%) 9 (33,3%) 27 (100%)
3 sumber informasi 4 (66,7%) 2 (33,3%) 6 (100%)
4 sumber informasi 0 (0,0%) 1 (100,0%) 1 (100%)
5 sumber informasi 1 (100,0%) 0 (0,0%) 1 (100%)

tingkat kesiapan dalam menghadapi menarche orang tuanya. Ketidaksiapan dalam menghadapi
juga semakin baik. Hal tersebut dapat dilihat menarche tertinggi dimiliki oleh responden yang
pada persentase kenaikan kesiapan menarche dari dididik
50% menjadi 63,6% dan meningkat lagi menjadi secara otoriter dari orang tuanya. Perbedaan
66,7%. gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua
Tabel 2 menunjukkan mayoritas responden tidak menjamin adanya perbedaan tingkat
memiliki tingkat pengetahuan kurang. Tingkat kesiapan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 yang
kesiapan tertinggi dimiliki responden yang menunjukkan bahwa dengan latar belakang
berada pada tingkat pengetahuan baik, sebesar pengasuhan yang berbeda, rata-rata banyak
85,7%. Tingkat kesiapan terendah dimiliki oleh responden yang tergolong siap dibandingkan
sebagian responden dengan tingkat pengetahuan dengan yang tidak siap.
kurang, yakni sebesar 50%. Uji regresi logistik dilakukan untuk
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat mengetahui faktor yang mempengaruhi kesiapan
pengetahuan dapat mempengaruhi kesiapan siswi SDN Pacarkembang 1/192, Kecamatan
seseorang. Semakin baik tingkat pengetahuan Tambaksari, Kota Surabaya dalam menghadapi
remaja putri pra-pubertas, semakin siap remaja menarche. Hasil uji pengaruh dapat dilihat pada
tersebut dalam menghadapi menarche. tabel 3.
Sebagian besar responden hanya Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel
mendapatkan 2 sumber informasi tentang pengetahuan responden dengan tingkat
menstruasi. Persentase kesiapan cenderung kepercayaan α = 0,05 memiliki pengaruh
meningkat dari responden yang tidak signifikan terhadap kesiapan menghadapi
mendapatkan sumber informasi hingga responden menarche. Tingkat pengetahuan dengan nilai
yang memiliki 3 sumber informasi. Namun, tabel signifikan sebesar 0,012 dan rasio prevalensi
2 menunjukkan semakin banyaknya jumlah
sumber informasi tidak menjamin tingginya
tingkat kesiapan menarche pada remaja putri Tabel 3. Hasil Uji Regresi Logistik
pra-pubertas. Hal tersebut dapat dilihat pada
Variabel Sig (p) Exp (B) SE Wald
tabel bahwa responden yang memiliki 4 sumber Pengetahuan 0,012 6,000 0,712 6,338
informasi dinyatakan tidak siap menghadapi Jumlah 0,839 - - -
menarche. informasi
Berdasarkan tabel 2, sebagian besar Pola Asuh 0,287 - - -
responden dididik dengan pola asuh otoritatif dari Konstanta 0,004 0,167 0,624 8,255
140 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 2 Desember 2016: 135–145

6,000. Dari tabel 3 dapat disimpulkan bahwa menarche adalah umur. Semakin muda umur
tingkat pengetahuan remaja putri pra-pubertas remaja putri, maka semakin ia belum siap untuk
dengan kategori kurang berpeluang 6,000 kali menerima peristiwa haid, sehingga menarche
memiliki sikap tidak siap menghadapi menarche dianggap sebagai gangguan yang mengejutkan.
dari pada remaja putri pra-pubertas yang Selain itu menarche yang terjadi sangat awal,
memiliki tingkat pengetahuan baik. dalam artian remaja putri tersebut masih sangat
muda umurnya, dan kedisiplinan diri dalam hal
kebersihan badan masih kurang, seperti mandi
PEMBAHASAN
masih harus dipaksakan oleh orang lain, padahal
Umur berkaitan erat dengan potensi sangat penting menjaga kebersihan saat haid.
reproduksi atau kesuburan, selain itu umur juga Sehingga pada akhirnya, menarche dianggap
menentukan mulai kapan seseorang mengalami oleh anak sebagai satu beban baru yang tidak
suatu perubahan yang ada pada dirinya. Salah menyenangkan.
satunya adalah fase perubahan di mana dia harus Pengetahuan adalah hasil yang didapat
memasuki masa pubertas. Masa puber adalah setelah orang melakukan penginderaan
periode yang unik dan khusus yang ditandai oleh terhadap suatu objek. Pengetahuan atau kognitif
perubahan perkembangan tertentu yang tidak merupakan domain yang sangat penting untuk
terjadi dalam tahap lain dalam rentang kehidupan. terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,
Usia pada masa puber dewasa ini dialami oleh 2011). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas
rata-rata perempuan saat berumur 12,5 tahun. remaja putri memiliki tingkat pengetahuan yang
Sedangkan pada laki-laki diawali pada umur 14,5 kurang. Tingkat kesiapan tertinggi didominasi
tahun (Hurlock, 2007). Hasil penelitian sejalan oleh remaja yang memiliki tingkat pengetahuan
dengan teori, menunjukkan bahwa rentang umur baik, sebesar 85,7%. Sebaliknya, tingkat
remaja putri kelas IV dan V secara keseluruhan di ketidaksiapan terbanyak dimiliki oleh remaja
bawah 12,5 tahun yaitu 9, 10 dan 11 tahun belum dengan pengetahuan rendah. Notoatmodjo
memasuki masa puber. (2011), menyatakan bahwa semakin rendah
Pra-pubertas adalah suatu fase yang dialami pengetahuan seseorang maka kecenderungan
remaja sebelum menginjak masa puber. Pada untuk berperilaku positif juga kurang.
fase ini remaja memiliki potensi untuk timbulnya Salah satu aspek penting dari peran
ciri-ciri seks sekunder. Ciri-ciri seks sekunder manajerial orang tua adalah mengawasi
telah tampak tetapi organ reproduksi belum remaja dengan efektif. Pengawasan orang
sepenuhnya matang (Hurlock, 2007). Fase ini tua tercermin dalam gaya pengasuhan yang
terjadi berbeda-beda antar remaja yaitu dalam diterapkan orang tua (Santrock, 2014). Hasil
rentang 10–12 tahun. Pada fase ini remaja penelitian menunjukkan bahwa mayoritas orang
berpeluang untuk mengalami menstruasi pertama tua menerapkan pola asuh otoritatif. Perbedaan
(bagi perempuan). Umumnya, anak perempuan gaya pengasuhan yang diberikan orang tua akan
mengalami menarche menjelang kelas 6 SD. berdampak pada pembentukan kepribadian anak.
Kecepatan perubahan pubertas bervariasi antara Anak yang dididik dengan pola asuh otoritatif
1,5 hingga 2 tahun untuk mencapai kematangan akan berpeluang memiliki pribadi yang mudah
reproduksi, namun ada juga yang lebih dari itu. beradaptasi dengan perubahan yang akan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi. Salah satu perubahan tersebut adalah
persentase ketidaksiapan dalam menghadapi saat remaja putri mengalami menarche. Namun,
menarche semakin menurun seiring dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
tingkatan umur. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kesiapan yang dimiliki remaja putri
perkembangan fisik sebaiknya diikuti dengan pra-pubertas tergolong baik, sehingga perbedaan
perkembangan psikologis, salah satunya dalam pola asuh yang diberikan orang tua tidak terlalu
rangka mempersiapkan mental menghadapi masa memberikan dampak berbeda pada anak. Hal
pubertas. ini disebabkan terdapat faktor lain yang lebih
Suryani dan Widiyasih (2008), menyebutkan dominan mempengaruhi kesiapan menarche.
bahwa faktor yang mempengaruhi kesiapan
Lutfiya, Analisis Kesiapan Siswi Sekolah Dasar … 141

Banyaknya sumber informasi yang pengetahuan tumbuh kembang berpengaruh


diperoleh seseorang akan memberikan berbagai terhadap kesiapan menarche. Hastuti (2014),
macam pilihan untuk menentukan sikap. Hasil memperkuat hasil penelitian dengan menyebutkan
penelitian menunjukkan bahwa ketidaksiapan bahwa pengetahuan tentang menstruasi
dalam menghadapi menarche pada responden berpengaruh terhadap kesiapan menarche.
yang memiliki 1 jenis sumber informasi lebih Menurut hasil penelitiannya, remaja putri dengan
besar daripada yang memiliki dua atau lebih dari pengetahuan baik memiliki persentase lebih
dua sumber informasi. Ayu (2013), menyatakan besar (61,8%), untuk siap menarche dibanding
bahwa akses informasi yang kurang menjadikan responden dengan tingkat pengetahuan kurang.
remaja tidak siap menghadapi menarche. Hastuti (2014), menyebutkan bahwa pengetahuan
Hasil uji regresi logistik menunjukkan sebagai salah satu faktor predisposisi yang
bahwa variabel pengetahuan memiliki mempengaruhi sikap seseorang. Namun, terdapat
pengaruh terhadap kesiapan remaja putri penelitian lain yang tidak sejalan, Madina (2011),
dalam menghadapi menarche. Remaja putri memberikan argumen bahwa pengetahuan tidak
yang memiliki pengetahuan kurang berpeluang berhubungan dengan kesiapan menarche. Hal
enam kali tidak siap menarche dari pada ini disebabkan ada faktor lain yaitu tingkat
siswi yang berpengetahuan baik. Seseorang kematangan emosi dan dukungan keluarga.
untuk memberikan respons terhadap suatu hal Pendidikan kesehatan merupakan upaya
dipengaruhi oleh stimulus. Berdasarkan teori memberikan penjelasan kepada perorangan,
S-O-R (Stimulus Organisme Respons), kualitas kelompok atau masyarakat untuk menumbuhkan
stimulus dapat mempengaruhi perubahan perilaku pengertian dan kesadaran mengenai perilaku
(Notoatmodjo, 2011). Salah satu penerapan sehat (Syatriani, 2012). Datangnya menarche
dari teori diatas tercermin dalam kesiapan dapat menimbulkan reaksi positif maupun
remaja dalam menghadapi menarche. Kesiapan negatif. Reaksi negatif yang ditimbulkan apabila
ditunjukkan dalam bentuk sikap sebagai respons remaja putri tidak siap menarche adalah cemas,
\tertutup dan perilaku sebagai respons terbuka. sedih, bingung, takut, merasa tidak bebas
Faktor yang mempengaruhi kesiapan menghadapi beraktivitas dan menganggap bahwa menarche
menarche pada remaja putri pra-pubertas sangat sebagai beban baru dalam hidupnya. Oleh
beragam, baik faktor dari dalam individu karena itu diperlukan inovasi promosi kesehatan
maupun faktor dari luar individu. Faktor internal agar terjadi peningkatan pengetahuan tentang
diantaranya umur individu dan pengetahuan. kesehatan reproduksi. Pemahaman yang benar
Notoatmodjo (2011), menjelaskan bahwa tingkah akan mempengaruhi kondisi psikologis remaja
laku manusia merupakan hasil dari pengetahuan. putri agar siap menghadapi perubahan baru dalam
Apabila manusia memiliki pengetahuan kurang, dirinya.
maka dorongan untuk bertingkah laku juga Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa
semakin berkurang. Hasil penelitian sesuai pola asuh orang tua tidak memiliki pengaruh
dengan teori tersebut, semakin kurang tingkat terhadap kesiapan siswi dalam menghadapi
pengetahuan yang dimiliki seseorang, maka menarche. Hasil penelitian tersebut tidak sejalan
dorongan untuk bersikap siap dalam menghadapi dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
menarche juga kurang. Pengetahuan, pikiran, Saputri (2012). Menurutnya, terdapat hubungan
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan
untuk menentukan sikap yang utuh. tingkat kecemasan remaja dalam menghadapi
Beberapa penelitian lain mendukung hasil menarche. Salah satu alasan pendukungnya
penelitian yang dilakukan. Leliana (2010), adalah ketika orang tua menerapkan pola
menyebutkan ada hubungan antara pengetahuan asuh permisif, potensi ketidaksiapan dalam
dengan kesiapan menarche. Sepakat dengan hal menghadapi menarche semakin tinggi.
tersebut, Syatriani (2012), menyimpulkan bahwa Pandangan serupa juga dikemukakan oleh
pengetahuan dan dukungan keluarga berpengaruh Dariyo (2004), dan Kopko (2007), bahwa
terhadap kesiapan menarche. Delvi Novita pola asuh permisif bersifat children centered
(2013), menyebutkan hal senada. Menurutnya sehingga segala aturan berada di tangan anak
142 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 2 Desember 2016: 135–145

dan komunikasi verbal yang dilakukan dengan keluarga menjadi sumber informasi terdekat dan
orang tua sangat minim. Dampaknya adalah utama bagi perkembangan remaja. Oleh karena
timbul ketidaksiapan pada anak. Selain itu, itu diperlukan upaya untuk meyakinkan orang
pola asuh otoriter juga berpotensi menimbulkan tua agar lebih peduli terhadap perkembangan
ketidaksiapan menarche. Orang tua dengan gaya anaknya. Hasil penelitian di lapangan
otoriter menjalankan pola komunikasi satu arah, menunjukkan pengetahuan berpengaruh terhadap
sehingga anak tidak diberi kesempatan untuk kesiapan menghadapi menarche. Kualitas sumber
berpendapat (Surbakti, 2008). Apalagi ketika informasi yang diberikan akan mempengaruhi
orang tua merasa tabu untuk membicarakan hal- pengetahuan anak. Seharusnya orang tua dalam
hal seputar menstruasi. Saputri (2012), dalam sebuah keluarga berperan penting dalam upaya
penelitiannya menyebutkan bahwa 80% subjek peningkatan pengetahuan agar anak menjadi siap
penelitiannya yang tidak siap menarche dididik dalam menghadapi menarche.
secara otoriter oleh orang tuanya. Hasil penelitian menunjukkan sebagian
Hasil penelitian di lapangan yang dilakukan besar pola asuh yang diterapkan orang tua
kurang sependapat dengan analisis dari Saputri adalah otoritatif (61,8%). Orang tua dengan
(2012). Kenyataan di lapangan menunjukkan gaya pengasuhan otoritatif memiliki karakter
sebagian besar orang tua menerapkan pola asuh ideal menjadi teladan. Gaya otoritatif memiliki
otoritatif dan sangat sedikit yang menerapkan mentalitas yang baik dan pemikiran terbuka
pola asuh permisif, sehingga terdapat perbedaan terhadap ilmu parenting baru. Mentalitas yang
pada hasil penelitian. Namun, penelitian Sukesi mau belajar berubah jika memiliki kekurangan
(2013), mengatakan bahwa pola asuh orang agar dapat menjadi teladan bagi perkembangan
tua yang diterapkan responden penelitiannya anaknya (Santosa, 2015). Pola asuh otoritatif
sebagian besar demokratis (otoritatif). Dari akan mendorong setiap remaja untuk bertumbuh
hasil penelitiannya, pola asuh orang tua tidak dan berkembang sesuai dengan kapasitas dan
berpengaruh terhadap mental emosional anak. kapabilitas mereka (Surbakti, 2008). Orang tua
Hal ini disebabkan adanya faktor lain yang lebih otoritatif mencapai keseimbangan yang baik
dominan seperti adanya kemajuan teknologi antara pengendalian dan otonomi. Mereka akan
berupa televisi dan internet. memberi pujian atau hadiah ketika anaknya
Berbagai macam gaya pengasuhan akan melakukan hal benar, namun mereka juga
memberikan pengaruh terhadap perkembangan akan menghukum ketika anaknya melakukan
kepribadian anak. Salah satu perkembangan kesalahan. Mereka memberikan peluang kepada
anak adalah ketika dia memasuki usia pubertas. anak-anak dan remaja untuk mengembangkan
Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian dengan memberikan standar, batasan
pola asuh orang tua tidak berpengaruh terhadap dan bimbingan yang diperlukan remaja (Santrock,
kesiapan menghadapi pubertas, yaitu menarche. 2014). Orang tua otoritatif memberikan
Hal ini disebabkan karena penilaian pola asuh kesempatan bagi anak untuk berpendapat.
orang tua dilakukan secara umum untuk menilai Orang tua tipe otoritatif mengarahkan tanpa
berbagai bentuk tindakan orang tua dalam memaksakan kehendak kepada anak. Mereka
berbagai aktivitas kehidupan. Penilaian pola memberikan penjelasan apabila pendapatnya
asuh yang dilakukan tidak hanya terfokus untuk tidak sesuai dengan kemauan anak. Mereka juga
menyiapkan masa pubertas anak. mempunyai pandangan masa depan terhadap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak. Kehangatan dan keterlibatan yang diberikan
terjadi kesenjangan antara teori dan fakta. oleh orang tua yang otoritatif membuat anak
Keluarga seharusnya merupakan wadah pertama lebih bersedia menerima pendidikan orang tua
dalam memberikan pendidikan kesehatan (Santrock, 2014).
reproduksi bagi anak (Proverawati, 2009). Hal Pola asuh otoriter juga diterapkan oleh
ini disebabkan waktu terbanyak yang dimiliki sebagian orang tua (34,5%). Orang tua otoriter
remaja putri pra-pubertas sejak dirinya belum kurang sabar dalam memberikan penjelasan
menginjak usia pubertas adalah di lingkungan mengenai aturan main dan konsekuensi. Orang
keluarga. Menurut Saputri (2012), seharusnya tua tipe ini lahir dari pola asuh disiplin yang saat
Lutfiya, Analisis Kesiapan Siswi Sekolah Dasar … 143

masih kecil sering menerima hukuman fisik dari sebaya dan lingkungan sekolah. Banyaknya
orang tua atau gurunya (Santosa, 2015). Banyak sumber informasi yang diperoleh seseorang
aspek yang menyebabkan orang tua menerapkan akan memberikan berbagai macam pilihan untuk
pola asuh otoriter kepada remajanya. Orang menentukan sikap.
tua yang tidak siap menerima sikap kritis dari Hasil penelitian kurang sesuai dengan
anak remajanya sangat berpotensi menerapkan teori yang dikemukakan Yusuf (2012). Hal ini
pola asuh otoriter. Mereka menganggap disebabkan sumber informasi bukan merupakan
sikap kritis anak merupakan perlawanan atau faktor yang secara langsung mempengaruhi
pembangkangan yang meruntuhkan wibawanya kesiapan menarche. Banyak tidaknya jumlah
sehingga harus ditumpas (Surbakti, 2008). informasi tidak menggambarkan kualitas atau isi
Remaja yang dibesarkan dengan pola asuh dari informasi yang diberikan. Kuantitas sumber
otoriter seringkali cemas terhadap perbandingan informasi tidak menjamin tingginya tingkat
sosial, kurang memperlihatkan inisiatif, dan pengetahuan seseorang. Tingkat pengetahuan
memiliki keterampilan berkomunikasi yang buruk seseorang ditentukan oleh kualitas informasi yang
(Santrock, 2014). Penerapan gaya pengasuhan diberikan. Selanjutnya, tingkat pengetahuan akan
otoriter menghasilkan anak-anak yang tumbuh mempengaruhi sikap remaja dalam menghadapi
menjadi orang yang patuh pada peraturan namun menarche. Selain itu, terdapat beberapa faktor
berisiko kurang merasa bahagia. lain yang lebih dominan mempengaruhi menarche
Sebagian kecil orang tua menerapkan pola diantaranya kelekatan ibu dan anak, dukungan
asuh permisif. Orang tua ini sangat responsif sosial, dukungan keluarga dan kematangan
terhadap kebutuhan anak tetapi tidak banyak emosi. Berdasarkan penelitian Syatriani (2012),
tuntutan terhadap anak (Santosa, 2015). dukungan keluarga berpengaruh terhadap
Dewasa ini, pola asuh permisif cukup banyak kesiapan menarche. Keluarga merupakan sumber
diterapkan dalam keluarga. Alasan utamanya informasi terbesar bagi responden. Sebesar
adalah orang tua tidak memiliki waktu untuk 92,7% dari responden memberi kepercayaan
mengawasi remaja. Mereka memilih kesibukan penuh kepada keluarga dalam hal informasi
lain seperti bekerja. Latar belakang pemilihan seputar kesehatan reproduksi. Jayanti dan
pola asuh permisif bermacam-macam. Orang Purwanti (2011), mendapatkan kesimpulan
tua tidak ingin terganggu dengan kehadiran yang serupa dalam penelitiannya. Proverawati
remaja dalam keluarganya sehingga mereka (2009), menyatakan bahwa keluarga berperan
membebaskan remaja untuk bertindak sesuka penting dalam memberikan pendidikan kesehatan
hati. Faktor gengsi juga menjadi salah satu sebab reproduksi pertama bagi remaja, terutama pihak
penerapan pola asuh pemisif. Apabila orang ibu.
tua memandang rekan kerja atau tetangganya Penelitian dari Hidayah (2015) menyebutkan
mampu memfasilitasi remajanya dengan barang bahwa faktor lain yang mempengaruhi kesiapan
mewah, maka dirinya akan merasa gengsi untuk menarche adalah kelekatan aman anak dan ibu.
tidak memfasilitasi anaknya dengan hal serupa. Semakin tinggi kelekatan anak dan ibu semakin
Misalnya tren smartphone terbaru. Faktor lain tinggi tingkat kesiapan anak. Oleh karena itu,
yang mendasari pemilihan pola asuh permisif diperlukan upaya dari berbagai pihak untuk
adalah kurangnya pengetahuan dan pengalaman meyakinkan pentingnya peran, bimbingan
orang tua, ingin membahagiakan remaja akibat dan kontrol orang tua terhadap perkembangan
penderitaan masa kecil dan adanya perasaan anaknya, sehingga anak tidak mendapatkan
bersalah (Surbakti, 2008). informasi yang salah dari sumber informasi lain
Hasil analisis statistik menunjukkan yang belum tentu diyakini kebenarannya.
bahwa jumlah sumber informasi tidak
berpengaruh terhadap kesiapan siswi sekolah
SIMPULAN DAN SARAN
dasar menghadapi menarche (p = 0,751). Yusuf
(2012) menyatakan faktor yang mempengaruhi Siswi sekolah dasar yang tergolong remaja
menarche diantaranya adalah sumber informasi putri pra-pubertas sebagian besar tergolong siap
yang didapat dari keluarga, kelompok teman menghadapi menarche (63,6%). Pola asuh orang
144 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 2 Desember 2016: 135–145

tua yang diterapkan kepada remaja putri sebagian Reproduksi Remaja. Jakarta: BPS, BKKBN,
besar otoritatif (61,8%). Umur remaja putri Kemenkes and ICF International.
sebagian besar 10 tahun (69,1%) dengan tingkat Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Remaja
pengetahuan sebagian besar kurang (61,8%). Jawa Timur 2013. Surabaya: BPS Provinsi
Sumber informasi yang dimiliki remaja putri Jawa Timur.
mayoritas sejumlah 2 sumber (49,1%). Keluarga Cheong, J.I, et al. 2015. The Effect of Early
merupakan sumber informasi terbanyak yang Menarche on the Sexual Behaviors of Korean
dimiliki remaja putri (92,7%). Berdasarkan hasil Female Adolescent. PubMed Journal Annals
analisis, faktor yang mempengaruhi kesiapan of Pediatric Endocrinology Metabolsm 2015;
siswi sekolah dasar dalam menghadapi menarche 20: 130–135 ISSN: 2287–1292.
adalah tingkat pengetahuan siswi (p = 0,012; Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan
PR = 6,000). Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.
Dinas Pendidikan Kota Surabaya, 2016. Data
Saran Pokok Pendidikan. Tersedia di: <http://
Bagi pemerintah khususnya Dinas profilsekolah.dispendik.surabaya.go.id/
Pendidikan dan Pemerintah Daerah setempat umum/tabel.php> [diakses tanggal 28
mengeluarkan kebijakan untuk menyisipkan November 2015].
materi kesehatan reproduksi remaja dalam Fitkarida, Y. 2013. Perbedaan Tingkat Kesiapan
pelajaran sekolah dasar. Sosialisasi program Remaja Putri Usia 10–12 Tahun dalam
konseling tentang kesehatan reproduksi remaja Menghadapi Menarche Sebelum dan Setelah
dapat disisipkan dalam kelompok ekstrakurikuler Diberikan Pendidikan Kesehatan di SD Negeri
yang terdapat di setiap SD. Misalnya, guru 1 Sucen Kecamatan Gemawang Kabupaten
memberikan materi keputrian melalui kegiatan Temanggung. Karya Tulis Ilmiah. Ungaran:
ekstrakurikuler. Selain itu, kepala sekolah dapat Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
bekerja sama dengan POM (Persatuan Orang Tua Ngudi Waluyo.
Murid) untuk mempersiapkan mental anak dalam Gupte, S. 2004. Panduan Perawatan Anak.
menghadapi masa puber. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Bagi peneliti yang lain sebaiknya Hastuti, T.P., Widatiningsih, dan Afifah. 2014.
dikembangkan kepada faktor-faktor lain yang Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang
belum diteliti oleh peneliti. Khususnya diperlukan Menstruasi dengan Kesiapan Menghadapi
penelitian tentang budaya, dukungan informasi Menarche pada Siswi Kelas V dan VI di
dari orang tua dan sosio demografi yang SDN Dangkel, Parakan Temanggung. Jurnal
mempengaruhi tingkat kesiapan menghadapi Kebidanan. Vol. 3 No. 7 Oktober 2014. ISSN.
menarche pada remaja putri pra-pubertas. 2008–7669.
Hidayah, N. 2015. Hubungan antara Kelekatan
Aman terhadap Ibu dengan Kesiapan Remaja
DAFTAR PUSTAKA Putri Pra-Pubertas Menghadapi Menstruasi
Ayu, S.M. 2013. Hubungan antara Tingkat Pertama (Menarche). Skripsi. Yogyakarta:
Pengetahuan dengan Kesiapan Menghadapi Fakultas Sosial dan Humaniora UIN Sunan
Menarche pada Siswi Kelas IV, V dan VI SD Kalijaga.
Muhammadiyah Kliwonan, Desa Sidorejo, Hulley, S.B., Cummings S.R., Browner W.S.,
Godean, Sleman. Skripsi. Yogyakarta: FKM Grady D.G. dan Newman T.B., 2007. Designing
Universitas Ahmad Dahlan. Clinical Reseach. 3rd edition. Philadelphia
Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan USA: Lipincott Williams & Wilkins.
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hurlock, E.B., 2007. Psikologi Perkembangan:
Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
ICF International. 2013. Survei Demografi Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
dan Kesehatan Indonesia 2012 Kesehatan Jayanti, F., Purwanti, 2011. Deskripsi Faktor-
Faktor yang Memengaruhi Kesiapan Anak
Lutfiya, Analisis Kesiapan Siswi Sekolah Dasar … 145

dalam Menghadapi Menarche di SD Negeri Santosa, E.H. 2015. Raising Children in


1 Kretek Kecamatan Paguyangan Kabupaten Digital Era: Pola Asuh Efektif untuk Anak
Brebes Tahun 2011. Jurnal Ilmiah Kebidanan, di Era Digital. Jakarta: PT Elex Media
Vol. 3, No. 1 Edisi Juni 2012. Purwokerto: Komputindo.
Akademi Kebidanan YLPP. Santrock, J.W. 2014. Adolescence. 11th ed. Dallas:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. McGraw-Hill Companies, Inc.
2015. Data Jumlah SD di Indonesia. Tersedia Saputri, S. A. 2012. Hubungan Pola Asuh Orang
di: <http://dapo.dikdas.kemdikbud.go.id/ Tua dengan Tingkat Kecemasan pada Remaja
rpt/w/056020> [diakses tanggal 5 Desember dalam Menghadapi Menarche di SD Negeri
2015]. Nayu 77 Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Solo:
Kopko, K. 2007. Parenting Style and Adolescent. UNS.
Cornel University. Available Online: <http. Sukesi, 2013. Hubungan antara Pola Asuh dengan
www.parenting.cit.cornell.edu> [diakses Perkembangan Mental Emosional Anak Usia
tanggal 10 Mei 2016]. Prasekolah (5–6 Tahun) di TK Al Hikmah
Laila, N. 2011. Buku Pintar Menstruasi: Solusi Mojo Surabaya. Thesis. Surabaya: FKM
Mengatasi Segala Keluhannnya. Yogyakarta: Universitas Airlangga.
Buku Biru Sulistioningsih, E. 2014. Hubungan Kesiapan
Leliana. 2010. Hubungan Pengetahuan Remaja Menghadapi Menarche dengan Perilaku Vulva
Putri terhadap Kesiapan dalam Menghadapi Hygiene Remaja Putri di Sekolah Dasar Negeri
Menarche di SD Al-Azhar Medan. Karya Tulis (SDN) Kebonsari 04 Kecamatan Sumbersari
Ilmiah. Medan: Fakultas Keperawatan USU. Kabupaten Jember. Skripsi. Jember: Program
Madina, G.N. 2011. Hubungan Pengetahuan Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Remaja Putri Kelas III-V terhadap Kesiapan Suryani E., Widyasih, H. 2008. Psikologi Ibu dan
dalam Menghadapi Menarche di SD Negeri Anak. Jakarta: Fitramaya.
Mulyorejo 1–237 Surabaya. Skripsi. Surabaya: Surbakti, Eb. 2008. Kenalilah Anak Remaja Ada.
FKM Universitas Airlangga. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Marheni, A. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan SusantiA. V. 2012. Faktor Risiko Kejadian
Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto. Menarche Dini pada Remaja di SMP 30
Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat: Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas
Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Diponegoro.
Novita, D. 2013. Hubungan Pengetahuan tentang Syatriani, 2012. Hubungan Pengetahuan dan
Tumbuh Kembang Anak dengan Kesiapan Dukungan Keluarga dengan Kesiapan Remaja
Menghadapi Menarche pada Siswi Kelas V Putri Usia Pubertas dalam Menghadapi
dan VIdi SD GMIM Tumaluntung Minahasa Menarche di SMPN 2 Tellu Siatting Kab.
Selatan. Skripsi. Manado: Universitas Sam Bone. Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol. 1 No.
Ratulangi. 3. ISSN: 2302–1721.
Proverawati, A. 2009. Menarche, Menstruasi Yusuf, S. 2012. Psikologi Perkembangan
Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja
Medika. Rosdakarya.

You might also like