You are on page 1of 14

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA

Universitas Muhammadiyah Ponorogo

HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT TERKAIT FAKTOR RESIKO


HIPERTENSI DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI MASYARAKAT
Dedy Ekva Mustopa*, Saiful Nurhidayat, Lina Ema P
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Ponorogo
e-mail : jurmas@umpo.ac.id

Abstract
Community behaviour in everyday make caused hipertension. Hipertension
influenced by can’t controlled risk factor dan can controlled risk factor. Risk factors that
cant’t controlled such as genetic, age, gender and ethnic. Then risk factors can controlled is
obesity, consumed salty food, consumed alcohol, consumed cafein, smoke, physical activity,
stress, and time of work. Healthy behaviour needed for controlled risk factor of hypertension.
The purpose of this research to determine the relationship of community behavior
related about risk factors for hypertension with degree of hypertension in the community.This
type of quantitative research with the design is correlation using a cross sectional approach.
The population is 107 people that live in Pelem Gurih, Jenangan Village. The sample of
research is 52 people. The sampling technique is Probability Sampling with random sampling
using Simple Random Sampling. The instrument data use a questionnaire and measurements
blood pressure using a tensimeter and a stethoscope. The statistical test used Chi Square Test.
From 52 respondents, it was found that 30 respondents (57.7%) have negative
behavior and 22 respondents (42.3%) have positive behavior. While the results of the
incidence of hypertension found 25 respondents (48.1%) have hypertension stage 2, and 13
respondents (25%) have hypertension stage 1.
The results of the analysis showed p values 0.417 with alpha 0.05. It can be concluded
that there is any relationship between community behavior related in hypertension risk factors
with the incidence of hypertension in Pelem Gurih, Jenang Village, Jenang District, Ponorogo
Regency.
Based on the results of the research it can be concluded that modification of lifestyle
and living with healthy behavior is very important to preventing high blood pressure,
especially to controlling risk factors of hypertension

Keywords: Behavior, Community, Hypertension, Risk Factors

©2019Universitas Muhammadiyah Ponorogo.All right sreserved

Alternatif Email: dedyekva244@gmail.com


Abstrak
Perilaku yang dilakukan oleh masyarakat sehari-hari dapat mengakibatkan terjadinya
hipertensi. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor resiko yang tidak dapat diubah seperti genetik,
usia, jenis kelamin dan etnis. Sedangkan faktor resiko penyebab hipertensi yang dapat diubah
adalah obesitas, konsumsi makanan asin, konsumsi alkohol, konsumsi lemak, konsumsi
kafein, merokok, aktivitas fisik, stress, dan masa kerja. Perilaku sehat sangat diperlukan dalam
mengontrol faktor resiko penyakit hipertensi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan perilaku masyarakat terkait faktor
resiko hipertensi dengan derajat hipertensi di masyarakat. Jenis penelitian kuantitatif dengan
desain penelitian yaitu korelasi menggunakan pendekatan cross sectional. Populasinya
masyarakat Desa Jenangan di Dukuh Pelem Gurih sebanyak 107 orang. Sampel sebanyak 52
orang. Teknik pengambilan sampling pada penelitian ini adalah kuota Sampling teknik untuk
menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)
yang di inginkan. Instrumen pengambilan data menggunakan kuesioner dan pengukuran
tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop. Uji statistik yang digunakan Chi
Square Test
Dari 52 responden didapatkan hasil 22 responden (42,3%) memiliki perilaku yang
negatif dan 30 responden (57,7%) memiliki perilaku yang positif . Sedangkan hasil kejadian
hipertensi didapatkan 25 responden (48,1%) memiliki hipertensi stadium 2, dan 13 responden
(25%) memiliki hipertensi stadium 1.
Hasil analisis didapatkan hasil p value (0,417) > α (0,05) yang berarti H0 diterima dan
H1 ditolak yang berarti tidak ada hubungan perilaku masyarakat terkait faktor resiko
hipertensi dengan derajat hipertensi di Dukuh Pelem Gurih Desa Jenangan Kecamatan
Jenangan Kabupaten Ponorogo.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa modifikasi gaya hidup dan
menjalani perilaku yang sehat sangat penting dalam pencegahan tekanan darah tinggi,
terutama mengendalikan faktor resiko penyebab hipertensi.

Kata Kunci : Perilaku, Masyarakat, Hipertensi, Faktor resiko

How to Cite:Dedy Ekva Mustopa (2019). Hubungan perilaku masyarakat terkait faktor resiko hipertensi
dengan derajat hipertensi di masyarakat. Penerbitan Artikel llmiah Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Ponorogo,Vol (No) : Halaman doi: ........................

©2019Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Allright sreserved

Alternatif Email: dedyekva244@gmail.com


ISSN2598-1188 (Print)
ISSN2598-1196(Online)
1
Artikel Ilmiah Mahasiswa Vol(No)(2019):

PENDAHULUAN
Hipertensi ialah suatu penyakit Dampak dari zaman yang modern
dengan kondisi medis yang bermacam- berdampak pada kultur penduduk. Lebih
macam., melainkan karena berbagai mengarah penduduk bergaya berkultur
penyebab yang berkaitan. Salah satu dinamis, memakan makanan yang instan,
penyebab yang paling mungkin berkaitan memakan makanan yang berlemak,
akan terjadinya hipertensi instrinsik yakni merokok, dan kurang aktivitas fisik terlalu
faktor genetik sebab selalu turun temurun berakibat akan kesehatan. hipertensi
pada satu keluarga. Hipertensi yakni dipengaruhi oleh beberapa penyebab antara
nampak akibat hubungan berbagai faktor lain: usia, jenis kelamin, riwayat keluarga,
resiko. Resiko relative hipertensi bergantung obesitas, diet dan gaya hidup (Martuti,
dengan total dan tingkat keparah dari 2009).
penyebab yang dapat diubah seperti stress, Perilaku dominan sebagai penyebab
obesitas nutrisi serta gaya hidup, semua resiko tekanan darah yaitu : Obesitas
penyebab resiko yang tidak dapat ubah merupakan meningkatnya berat badan
seperti genetik, usia, jenis kelamin dan etnis dampak berawal menumpuknya lemak
(Rohendi, 2008). berlebihan atau status yang akan menjadi
Menurut WHO (World Health gemuk. Obesitas yaitu salah satu penyebab
Organization) tahun 2013, prevalensi yang timbulnya beragam tipe penyakit, salah
hipertensi tertinggi berada di Afrika yaitu satunya adalah tekanan darah. Penelitian
sebesar 46% pada wanita. Sedangkan di epidemiologi menyebutkan adanya ikatan
Inggris pada tahun 2013, 34% pada pria dan antara berat badan dengan hipertensi
30% wanita menderita hipertensi. maupun normotensi (Susilo, 2011). Kopi
Berdasarkan hasil riset Kesehatan Dasar merupakan fakta minuman yang banyak
Tahun 2018, prevalensi hipertensi di tercantum kafein. Kandungan kafein selain
Indonesia sekitar 34,1%. Hasil data Provinsi buruk pada hipertensi ketika waktu panjang,
Jawa Timur 2018 dari 25,8% menjadi menurut orang yang mengkonsumsi kafein
34,1%. Sedangkan untuk wilayah Ponorogo akan menimbulkan efek yang tidak baik
derajat hipertensi tertinggi sesuai data dari seperti susah tidur, dan walau bagi mantan
dinas kesehatan ponorogo tahun 2018 perokok meskipun perokok aktif terjadi
terdapat di desa jenangan 445 orang. Dan peningkatan jumlah protein C-reaktif dan
terletak di dukuh pelem gurih diperoleh 107 agen-agen inflamasi alami yang akan
orang yang menderita hiperternsi. menimnbulkan gejala disfungsi endotelium,
merusak pembuluh darah, pembentukan plak
2
Artikel Ilmiah Mahasiswa Vol(No)(2019):

pada pembuluh darah, dan kekakuan dinding dapat berupa kuisoner (daftar pertanyaan),
arteri yang berujung pada menaiknya formulir observasi, formulir-formulir lain
tekanan darah (Syukraini, 2009). Nadi yang berkaitan dengan pencatatan data dan
kencang, jantung berdebar-debar, sesak alat pengukuran tekanan darah yaitu
nafas dan lain-lain (Susilo, 2011). Garam tensimeter dan stetoskop.
bisa meningkatnya morbiditas bagi penyakit Pada saat melakukan pengumpulan
kardiovaskular (Sartika,2008). data ini pada penelitian pertama melakukan
METODE PENELITIAN pengukuran tekanan darah menggunakan
Berdasarkan tujuan dalam penelitian tensimeter untuk melihat tekanan darah
ini, jenis desain penelitian yang digunakan responden. kemudian variabel independen.
ialah korelasi dengan melalui cross memberikan lembar kuisoner yang berpusat
sectional, dimana pendekatan yang pada perilaku masyarakat terkait faktor
digunakan untuk mempelajari dinamika resiko hipertensi. Kuisoner tentang perilaku
korelasi antara penyebab-penyebab resiko terdapat 13 pertayaan dengan skor positif :
karena efek, melalui cara pendekatan selalu (4), sering (3), jarang (2), tidak
observasi atau pengumpulan data sekaligus pernah (1) dan negatife : selalu (1), sering
pada suatu saat (point time approach) (2), jarang (3), tidak pernah (4). Sedangkan
(Notoatmodjo, 2010). Populasi adalah untuk tekanan darah normal <120 mmHg
setiap subyek (misalnya manusia, pasien) <80 mmHg, prehipertensi >140 mmHg >90
yang memenuhi kriteria (Nursalam, 2009). mmHg, stadium 1 >140->159 mmHg,
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh stadium 2 >160 mmHg
masyarakat yang menderita hipertensi Analisis dalam penelitian ini
Dukuh Pelem Gurih Desa Jenangan menggunakan aplikasi SPSS 16.0 dalam
Kabupaten Ponorogo Sejumlah 107 orang. menganalisis data sampel, dan hasilnya
Penelitian ini dilakukan di Dukuh akan menggeneralisasikan dalam populasi.
Pelem Gurih Desa Jenangan Kabupaten Analisis antar variable dengan melihat
Ponorogo. Dalam penelitian ini sampel hubungan antara variable bebas dan
yang digunakan adalah orang yang variable terikat. Analisis dengan uji Chi-
menderita hipertensi Di Dukuh Pelem Square dengan interpretasi apabila p ≤
Gurih Desa Jenangan Kabupaten Ponorogo. 0,05=Ho ditolak, ada hubungan yang
Teknik pengambilan sampel menggunakan bermakna antara variabel independen
kuota sampling. Besar sampel sebanyak 52 dengan variable dependen. Apabila p >
responden, pengumpulan data 0,05=Ho diterima, tidak ada hubungan yang
menggunakan Instrument penelitian ini bermakna antara variabel independen.
3
Artikel Ilmiah Mahasiswa Vol(No)(2019):

HASIL DAN PEMBAHASAN (11,5%) atau sebanyak 6 responden berusia


Penelitian ini dilakukan mulai 43-45 tahun.
bulan 19 Juli sampai 29 Juli dengan 2. Karakteristik responden berdasarkan
responden sebanyak 52 orang. Proses pendidikan
pengambilan data dilakukan mulai 19 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi
Juli sampai 29 Juli. Penelitian ini Responden Berdasarkan
dilakukan di Dukuh Pelem Gurih Desa pendidikan
Jenangan Kabupaten Ponorogo. jumlah Pendidikan Frekuensi Prosentase
Sarjana 8 15,4
sampel sebanyak 52 responden. Hasil
SMA/SMK 18 34,6
penelitian diklasifikasikan menjadi dua SMP 13 25,0
SD/MI 13 25,0
bagian yaitu data umum dan data khusus.
Jumlah 52 100
Data umum merupakan data demografi
responden meliputi: usia, pendidikan, Sumber: Data primer 2019
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui
dan pekerjaan. Data khusus merupakan
bahwa dari 52 responden hampir
data tentang perilaku masyarakat terkait
setengahnya berpendidikan SMA/SMK
faktor resiko hipertensi dan
sebanyak 18 responden (34,6%), dan
hubungannya dengan derajat hipertensi
sebagian kecil 8 responden (15,4%)
di masyarakat Dukuh Pelem Gurih Desa
berpendidikan sarjana.
Jenangan Kecamatan Jenangan
3. Responden Bedasarkan Pekerjaan
Kabupaten Ponorogo.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi
Data Umum Responden Berdasarkan
1. Karakteristik Responden yang Usia Pekerjaan
Tingkat Pendidikan Frekuens Prose
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden i ntase
Berdasarkan usia Pegawai Negeri 12 23,1
Usia (Tahun) Frekuensi Prosentase Pegawai Swasta 11 21,2
37-39 11 21,2 Wiraswasta/Lainny 29 55,8
40-42 8 15,4 a
43-45 6 11,5 Jumlah 52 100
46-48 18 34,6
49-50 9 17,3 Sumber: Data primer 2019
Jumlah 52 100 Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui

Sumber: Data primer2019 bahwa dari 52 responden sebagian besar 29


Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui responden (55,8%) bekerja
bahwa dari 52 responden sebagian besar wiraswasta/lainnya, dan sebagian kecil 11
(34,6%) atau sebanyak 18 responden responden (21,2%) bekerja sebagai pegawai
berusia 46-48 tahun dan sebagian kecil swasta.
4
Artikel Ilmiah Mahasiswa Vol(No)(2019):

Data Khusus Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Hubungan Perilaku
1. Karakteristik Subjek Penelitian
Masyarakat Terkait Faktor
Berdasarkan Perilaku Resiko Hipertensi Dengan
Derajat Hipertensi di masyarakat
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Derajat hipertensi
Perilaku Prehipertensi Stadium 1 Stadium 2
Perilaku
Perilaku Frekuensi Prosentase N % N % N %
Positif 30 57,7 Positif
6 11,5 8 15,4 16 30,8
Negatif 22 42,3 Negatif 8 15,4 5 9,6 9 17,3
Jumlah 52 100 Total 14 26,9 13 25,0 25 48,1
p value = 0,417
Sumber: Data primer 2019 Sumber: Data primer 2019
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui Berdasarkan Tabel 5.6 dapat
bahwa dari 52 responden sebagian besar 30 diketahui dari 52 responden didapatkan
responden (57,7%) memiliki perilaku yang
positif terkait faktor resiko hipertensi, dan masyarakat dengan perilaku yang positif
hampir setengahnya 22 responden (42,3%) masuk kedalam kategori pre hipertensi
memiliki perilaku yang negatif terkait
faktor resiko hipertensi . sebanyak 6 responden (11,5%), masyarakat
2. Karakteristik Subjek Penelitian dengan perilaku yang positif memiliki
Berdasarkan Derajat Hipertensi hipertensi stadium 1 sebanyak 8 responden
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi (15,4%), masyarakat dengan perilaku yang
Responden Berdasarkan
Derajat Hipertensi positif memiliki hipertensi stadium 2
sebanyak 16 responden (30,8%), masyarakat
Hipertensi Frekuensi Prosenta
se dengan perilaku yang negatif memiliki
Prehipertensi 14 26,9 prehipertensi sebanyak 8 responden
Stadium 1 13 25,0
Stadium 2 25 48,1 (15,4%), masyarakat dengan perilaku yang
Jumlah 52 100 negatif memiliki hipertensi stadium 1
Sumber: Data primer2019
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat sebanyak 5 responden (9,6%), dan

diketahui bahwa dari 52 responden hampir masyarakat dengan perilaku yang negatif

setengahnya 25 responden (48,1%) memiliki memiliki hipertensi stadium 2 sebanyak 9

hipertensi stadium 2, dan sebagian kecil 13 responden (17,3%).

responden (25%) memiliki hipertensi Berdasarkan pengujian statistik

dengan stadium 1 menggunakan Chi-Square dengan SPSS

3. Tabulasi Hubungan Perilaku didapatkan hasil p value 0,417 dengan alpha

Masyarakat Terkait Faktor Resiko 0,05. Kesimpulan pada penelitian ini adalah

Hipertensi Dengan Derajat Hipertensi p value (0,417) > α (0,05) yang berarti H0
diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak
5
Artikel Ilmiah Mahasiswa Vol(No)(2019):

ada hubungan perilaku masyarakat terkait Berdasarkan hasil tabulasi silang


faktor resiko hipertensi dengan derajat terdapat 9 responden (17,3%) yang
hipertensi di Dukuh Pelem Gurih Desa berpendidikan SD memiliki perilaku yang
Jenangan Kecamatan Jenangan Kabupaten negatif terkait faktor risiko hipertensi.
Ponorogo. Tingkat pendidikan yang rendah berdampak
1. Perilaku masyarakat terkait faktor pada tingkat pengetahuan dan hal tersebut
resiko hipertensi. berpengaruh pada perilaku. Menurut
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui Sarwono (1993) dalam Rahardjo (2011)
bahwa dari 52 responden sebagian besar seseorang yang memiliki tingkat pendidikan
masyarakat di Dukuh Pelem Gurih Desa rendah relatif sulit menerima sesuatu hal
Jenangan Kecamatan Jenangan Kabupaten yang baru, sebaliknya seseorang yang
Ponorogo memiliki perilaku yang negatif memiliki pendidikan tinggi akan mudah
terkait faktor resiko hipertensi yaitu menerima hal baru dan cenderung lebih
sebanyak 22 responden (42,3%). Usia terbuka. Hal ini berpengaruh terhadap
menjadi salah satu faktor penyebab kemampuan seseorang dalam meningkatklan
hipertensi. Hasil dari tabulasi silang derajat kesehatannya kearah yang lebih baik
didapatkan pada usia 46-48 tahun sejumlah (Depkes, 2002). Peneliti berpendapat bahwa
(19,2%) atau 10 responden berperilaku tingkat pendidikan seseorang berkaitan
negatif tentang faktor resiko hipertensi. dengan perilaku, semakin tinggi pendidikan,
Menurut Broadhead dalam Nur (2012) pengetahuan yang didapatkan semakin baik,
memaparkan bahwa semakin banyak usia dan hal ini tentunya sangat berpengaruh
seseorang menyebabkan hubungan sosial terhadap setiap perilaku atau tindakan yang
menjadi sempit dan informasi menurun. Hal dilakukannya.
ini mengakibatkan frustasi pada dirinya Selanjutnya dari 52 responden
sehingga membuat perilaku menjadi negatif sejumlah 8 responden (15,4%) yang berusia
(Nurhidayat dan Harjono, 2016). Menurut 46 – 48 tahun memiliki perilaku yang positif
table 5.1 sejumlah 18 responden (34,6%) terkait faktor risiko hipertensi. Teori
responden berusia 46-48 tahun berperilaku (Sunaryo, 2004) usia adalah periode
negatif terkait faktor resiko hipertensi. usia penyesuaian diri terhadap pola-pola
seseorang akan menyebabkan kehidupan baru dan dikenal dengan masa
menyempitnya hubungan sosial dan kreatif dimana individu memiliki
informasi sehingga menyebabkan perilaku kemampuan mental untuk mempelajari dan
menjadi negatif. penyesuaian dari situasi baru, seperti
mengingat hal-hal yang pernah dipelajari,
6
Artikel Ilmiah Mahasiswa Vol(No)(2019):

penalaran analogis, berfikir kreatif serta dengan skor 155. Kafein merangsang
belum terjadi penurunan daya ingat. adrenalin sehingga bisa meningkatkan
Semakin bertambahnya umur seorang maka tekanan darah dan merangsang kelenjar
tingkat pengetahuan/persepsi seorang adrenal untuk melepaskan kortisol. Jika
bertambah pula. Notoatmojo (2005) semakin seseorang mengkomsumsi kafein 2-3
bertambahnya umur seseorang maka akan cangkir kopi ternyata bisa meningkatkan
bertambah matang dalam berfikir dan tekanan darah sistolik sebesar 3-14 mmHg
bekerja). Peneliti berpendapat mayoritas dan pada orang yang tidak mengalami
masyarakat yang berusia 41 – 50 tahun hipertensi tekanan darah sistolik sebesar 4-
dapat berpikir secara matang sehingga 13 mmHg (Sheps, 2005 dalam Erviana,
memiliki perilaku yang positif terkait faktor 2015). Peneliti berpendapat meminum kopi
risiko hipertensi. lebih dari 3 gelas/hari dapat merangsang
Pekerjaan juga mempengaruhi hormon adrenalin yang bisa meningkatkan
perilaku masyarakat terkait faktor risiko tekanan darah sebesar 3-14 mmHg.
hipertensi. Berdasarkan hasil tabulasi silang Selain itu faktor resiko terendah
terdapat 16 responden (30,8%) yang bekerja berdasarkan hasil perhitungan skor
wiraswasta/lainnya memiliki perilaku yang kuesioner didapatkan resiko terendah yang
positif terkait faktor risiko hipertensi. menyebabkan hipertensi adalah konsumsi
Perekonomian yang mapan berpengaruh alkohol. Menurut teori konsumsi alkohol
pada pola makan dan konsumsi makan yang harus diwaspadai karena dapat menjadi
disediakan. Semakin tinggi tingkat penyebab sekitar 20-50% dari derajat
penghasilan maka akan semakin baik materi hipertensi. Hal ini diduga karena kadar
yang akan didapatkan, seperti makanan, kolesterol meningkatkan dan volume sel
pelayanan yang berdampak pada kesehatan darah merah meningkatkan serta kekentalan
(Oakes tahun 2005 dalam Ningsih, 2017). darah berpengaruh didalam peningkatan
Peneliti berpendapat perilaku positif tekanan darah mengkomsumsi tiga gelas
berhubungan dengan pekerjaan, dimana atau lebih minuman beralkohol perhari dapat
semakin mapan maka fasilitas yang meningkatkan resiko hipertensi dua kali
didapatkan semakin baik untuk kesehatan. lebih tinggi (Sheps, 2005 dalam Erviana,
Berdasarkan hasil perhitungan skor 2015). Peneliti berpendapat bahwa minum
kuesioner didapatkan faktor resiko tertinggi alkohol menyebabkan hipertensi pada
yang menyebabkan hipertensi pada seseorang karena meningkatkan volume sel
masyarakat di Dukuh Pelem Gurih adalah darah dan kekentalan darah.
meminum kopi lebih dari 3 gelas/hari
7
Artikel Ilmiah Mahasiswa Vol(No)(2019):

2. Derajat hipertensi Menurut Dyaningtyas dan Hendrati (2010)


Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui dalam Nugroho (2016), bahwa penderita
bahwa dari 52 responden hampir hipetensi pada umumnya diderita oleh orang
setengahnya masyarakat di Dukuh Pelem yang usianya >40 tahun, namun orang yang
Gurih Desa Jenangan Kecamatan Jenangan usianya muda tidak menutup kemungkinan
Kabupaten Ponorogo memiliki hipertensi untuk terkena hipertensi. Peneliti
stadium 2 yaitu sebanyak 25 responden berpendapat bahwa usia berpengaruh
(48,1%). Hipertensi atau tekanan darah terjadinya hipertensi karena dipengaruhi
tinggi adalah suatu kondisi medis dimana perubahan pada pembuluh darah,
seseorang mengalami peningkatan tekanan ateroskerosis dan hilangnya jaringan.
darah secara kronis (dalam waktu yang Namun juga usia muda tidak menutup
lama) yang mengakibatkan angaka kesakitan kemungkinan terkena hipertensi.
dan angka kematian. Seseorang dikatakan Berdasarkan 52 responden
menderita tekanan darah tinggi atau didapatkan sebagian kecil (25%) atau 13
hipertensi yaitu apabila tekanan darah responden memiliki hipertensi dengan
sistolik >140 mmHg dan distolik >90 stadium 1. Pada tabel silang didapatkan
mmHg (Yeyeh, 2010). Hasil penelitian ini sebagian kecil (11,5%) atau 6 responden
relevan dengan data wilayah Ponorogo bekerja sebagai wiraswasta/lainnya dengan
derajat hipertensi tertinggi sesuai data dari menderita hipertensi stadium 1. Pekerjaan
dinas kesehatan Ponorogo tahun 2018 sering berkaitan dengan stress pada
terdapat di desa Jenangan 445 orang. Dan seseorang. Menurut Nasri (2010) dalam
terletak di Dukuh Pelem Gurih diperoleh Agustina (2015) masa kerja mempengaruhi
sebanyak 107 orang yang menderita derajat hipertensi yang disebabkan oleh
hipertensi. stres kerja. Hal tersebut juga dipengaruhi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi oleh faktor lingkungan tempat bekerja,
derajat hipertensi diantaranya adalah usia. seperti paparan panas, debu, ataupun asap,
Secara usia, dari 52 responden hampir sehingga jika terpapar dalam waktu lama
setengahnya 17 responden (32,7%) yang akan dapat mengakibatkan stres kerja,
berumur 41 – 50 tahun memiliki hipertensi sedangkan stres merupakan salah satu faktor
stadium 2. Semakin bertambahnya usia risiko penyakit hipertensi. Hubungan antara
maka derajat hipertensi juga semakin stres dengan hipertensi disebabkan karena
meningkat. Hipertensi pada usia tua system saraf simpatis melakukan aktivitas
dipengaruhi perubahan pembuluh darah, sehingga bisa menyebabkan tekanan darah
aterosklerosis dan hilangnya jaringan. meningkat secara bertahap. Jika stress
8
Artikel Ilmiah Mahasiswa Vol(No)(2019):

terjadi berkepanjangan dapat mengakibatkan negeri cenderung banyak menghabiskan


peningkatan tekanan darah. Peneliti waktu 5 jam lebih dalam sehari dengan
berpendapat pekerjaan menyebabkan resiko duduk saat bekerja, hal ini membuat para
terjadi hipertensi, pekerjaan berkaitan pekerja kurang beraktivitas fisik sehingga
dengan stress dimana ketika stress saraf beresiko mengalami hipertensi menurut
simpatis melakukan aktivitas berakibat Bosu tahun (2014) dalam Ningsih (2017).
tekanan darah meningkat secara bertahap. Peneliti berpendapat pegawai negeri dapat
Hasil dari tabel silang didapatkan bahwa mengalami resiko hipertensi karena dapat
sebagian kecil (11,5%) atau 6 responden disebabkan masa kerja terlalu lama yang
dengan pekerjaan pegawai negeri berdampak pada kebosanan serta
mengalami hipertensi stadium 2. Menurut menimbulkan stress. Selain itu terlalu lama
Kivimaki (2004) dalam sartik (2017) duduk dan kurang aktivitas membuat
Perbedaan resiko seseorang untuk terkena seseorang beresiko mengalami hipertensi.
hipertensi tidak semata mata karena Hasil dari tabel silang didapatkan bahwa
perbedaan tingkat pendidikan, tetapi tingkat sebagian kecil (15,4%) atau 8 responden
pendidikan berpengaruh terhadap gaya dengan pekerjaan pegawai negeri
hidup sehat dengan tidak merokok, tidak mengalami hipertensi stadium 2. Menurut
minum alkohol, dan lebih sering Darmadi ( 2013) masa bekerja >5 tahun,
berolahraga. Penelitian berpendapat karena pada individu dengan masa kerja
hipertensi perbedaan tingkat pendidikan yang terlalu lama dapat mengalami
bisa jadi terkena hipertensi, tetapi tingkat ketegangan yang lebih yang disebabkan oleh
pendidika berpengaruh terhadap gaya hidup. kebosanan dan beban kerja yang menumpuk
Hasil dari tabel silang didapatkan baik fisik maupun psikologis, sehingga
bahwa sebagian kecil (15,4%) atau 8 memicu timbulnya stres yang bisa
responden dengan pekerjaan pegawai negeri menimbulkan hipertensi. Selain itu pegawai
mengalami hipertensi stadium 2. Menurut negeri cenderung banyak menghabiskan
Darmadi ( 2013) masa bekerja >5 tahun, waktu 5 jam lebih dalam sehari dengan
karena pada individu dengan masa kerja duduk saat bekerja, hal ini membuat para
yang terlalu lama dapat mengalami pekerja kurang beraktivitas fisik sehingga
ketegangan yang lebih yang disebabkan oleh beresiko mengalami hipertensi menurut
kebosanan dan beban kerja yang menumpuk Bosu tahun (2014) dalam Ningsih (2017).
baik fisik maupun psikologis, sehingga Peneliti berpendapat pegawai negeri dapat
memicu timbulnya stres yang bisa mengalami resiko hipertensi karena dapat
menimbulkan hipertensi. Selain itu pegawai disebabkan masa kerja terlalu lama yang
9
Artikel Ilmiah Mahasiswa Vol(No)(2019):

berdampak pada kebosanan serta kejadian hipertensi adalah pekerjaan,


menimbulkan stress. Selain itu terlalu lama dimana pekerjaan berkaitan dengan aktivitas
duduk dan kurang aktivitas membuat fisik dan jam kerja yang menyebabkan
seseorang beresiko mengalami hipertensi. terjadinya hipertensi.
3. Hubungan perilaku masyarakat Berdasarkan Tabel 5.6 dapat
terakait faktor resiko hipertensi diketahui dari 52 responden didapatkan
dengan derajat hipertensi masyarakat dengan perilaku yang negatif
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui memiliki hipertensi stadium 2 sebanyak 9
dari 52 responden didapatkan masyarakat responden (17,3%). Perilaku dominan
dengan perilaku positif yang memiliki sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi
hipertensi stadium 2 sebanyak 16 responden adalah mengkonsumsi garam, merokok,
(30,8%). Faktor predisposisi perilaku kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol,
seseorang berkaitan dengan pengetahuan mengkonsumsi kopi, dan stress. Masyarakat
dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, berusaha secara bersama untk menghindari
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap faktor-faktor resiko yang dapat
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. mengakibatkan penyakit hipertensi,
Selanjutnya masyarakat yang berperilaku terutama faktor yang dapat diubah.
positif hampir setengahnya (25,0%) atau 13 Mengontrol faktor resiko tersebut
responden bekerja sebagai bermanfaat guna mencegah terjadinya
wirausaha/lainnya. Jenis pekerjaan komplikasi dari penyakit hipertensi seperti
berpengaruh pada pola aktivtias fisik, stroke (Nurhidayat dan Harjono, 2016).
pekerjaan yang tidak mengandalkan aktifitas Peneliti berpendapat kejadian hipertensi
fisik berpengaruh terhadap tekanan darah, pada masyarakat dapat dicegah dengan
orang yang bekerja dengan mengandalkan menghindari faktor resiko terutama yang
aktivitas fisik bisa terlindungi dari penyakit dapat diubah oleh seseorang seperti
hipertensi. Selain itu jam kerja mengonsumsi garam berlebihan, merokok,
mempengaruhi hipertensi, dimana jam kerja dll.
yang panjang akan mengurangi waktu untuk Berdasarkan uraian diatas
istirahat serta tidur yang berdampak pada dapat disimpulkan bahwa tidak ada
gangguan psikologis, dan jam kerja hubungan perilaku masyarakat terkait faktor
berkaitan dengan gaya hidup dan perilaku resiko hipertensi dengan derajat hipertensi
seseorang contohnya merokok dan begadang yang ditunjukkan dengan penghitungan
(Ningsih, 2017). Peneliti berpendapat menggunakan Chi-Square test dengan
perilaku positif yang mempengaruhi menggunakan SPSS didapatkan hasil p
10
Artikel Ilmiah Mahasiswa Vol(No)(2019):

value 0,417 dengan alpha 0,05. Kesimpulan tekanan darah. Pada anggota kasus diketahui
pada penelitian ini adalah p value (0,417) > mempunyai kebiasaan yang besar dalam
α (0,05) yang berarti H0 diterima dan H1 mengelola ikan asin, makanan awetan,mie
ditolak yang berarti tidak ada hubungan instan, pengunaan penyedap rasa dan jarang
perilaku masyarakat terkait faktor resiko membaca kandungan gizi pada makanan
hipertensi dengan derajat hipertensi. kemasan. Sedangakan pada anggota kontrol
Dalam penelitian ini perilaku hipertens mempunyai kebiasaan yang tinggi dalam
responden dilihat dengan faktor pencetus mengkonsumsi sayur - sayuran dan
antara lain mengkonsumsi garam, merokok, mengkonsumsi buah pisang.
kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol, Melihat faktor pencetus lain
mengkonsumsi kopi, stress. Sehinggga yang telah diteliti sebelumnya yakni
didapatkan hasil tidak ada hubungan antara konsumsi natrium, konsumsi garam
perilaku masyarakat terkait faktor resiko memiliki hubungan dengan kejadian tekanan
hipertensi dengan derajat hipertensi, karena darah, semakin banyak jumlah garam dalam
peneliti hanya berfokus pada faktor tubuh, maka akan terjadi penumpukan
pencentus diatas. Penelitian ini tidak sejalan volume plasma, curah jantung, dan tekanan
dengan penelitian Adi Prasetyo Donny darah. Namun respon seseorang terhadap
(2015) yang didapatkan hasil bahwa ada kadar garam di saat tubuh beraneka ragam.
hubungan anatara pola makan dengan (Kartikasari,2012). Menurut peneliti
kejadian hipertensi pada usia dewasa di konsumsi natrium mempengaruhi derajat
wilayah Puskesmas Sibela Surakarta nilai p tekanan darah dan mempengaruhi
= 0,028<0,05. Hal tersebut mungkin pada natriuretic dan kemungkinan efek diuretik.
makanan yang normal pada responden Dalam penelitian ini tidak ada hubungan
golongan kontrol makin berlebihan antara perilaku masyarakat terkait faktor
dibandingkan karena kelompok kontrol, resiko hipertensi dengan derajat hipertensi
sedangkan responden pada cara makan yang karena ada faktor lain yang mempengaruhi
negatif makin melimpah diperoleh cukup derajat hipertensi yaitu aktivitas fisik.
anggota kasus. Nilai estimasi penyebab Tingkat aktivitas fisik yang tinggi dapat
resiko cara makan cukup penurunan mencegah atau memperlambat onset tekanan
hipertensi diperoleh OR sebesar 2,667(95% darah tinggi dan menurunkan tekanan darah
CI = 1,099-6,468) sehingga dapat berhasil pada pasien hipertensi (Gibney, 2009).
bahwa orang yang memili cara makan buruk Menurut peneliti orang sering aktivitas fisik
berisiko sebesar 3 kali untuk mengalami seperti melakukan olahraga seperti
bersepeda, jogging dan oerobik secara
11
Artikel Ilmiah Mahasiswa Vol(No)(2019):

teratur dapat mempelancar peredaran darah Kecamatan Jenangan Kabupaten


sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Ponorogo.
Disarankan kepada peneliti selanjutnya SARAN
untuk menambah variabel penelitian lain 1. Bagi Masyarakat
seperti faktor-faktor lain yang kemungkinan Bagi masyarakat yang secara umum
berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. hendaknya juga mengetahui pentingnya
KESIMPULAN DAN SARAN pengendalian penyakit tekanan darah
Berdasarkan hasil dan pembahasan tinggi agar dapat memberikan motivasi
Hubungan Perilaku Masyarakat Terkait bagi penderita hipertensi di lingkungan
Faktor Resiko Hipertensi Dengan Derajat sekitarnya dan untuk melakukan
Hipertensi Di Masyarakat, maka dapat pengendalian tekanan darah tinggi. untuk
disimpulkan sebagai berikut: mengurangi dan mengatur perilaku
1. Dari 52 responden sebagian besar 30 seperti mengkonsumsi natrium, merokok,
responden (57,7%) memiliki perilaku kurangnya aktifitas fisik, mengkonsumsi
yang negatif terkait faktor resiko kopi, mengkonsumsi alkohol dan stress.
hipertensi, dan hampir setengahnya 22 2. Bagi Institusi Pendidikan
responden (42,3%) memiliki perilaku Institusi atau lembaga pendidikan harus
yang positif tentang faktor resiko terlihat secara langsung untuk
hipertensi. menyampaikan informasi-informasi
2. Dari 52 responden hampir penting yang berdampak besar terhadap
setengahnya 25 responden (48,1%) kepentingan masyarakat luas, adapun
memiliki hipertensi stadium 2, dan salah satu metode penyampaiannya bisa
sebagian kecil 13 responden (25%) melalui pendidikan kesehatan, baik di
memiliki hipertensi stadium 1. institusi pendidikan itu sendiri, di pusat
3. Hasil perhitungan Chi-Square dengan pelayanan kesehatan maupun dengan
menggunakan SPSS didapatkan hasil p masuk kedalam komunitas atau
value 0,417 dengan alpha 0,05. masyarakat secara langsung.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah 3. Bagi Peneliti
p value (0,417) > α (0,05) yang berarti Penelitian selanjutnya dapat melakukan
H0 diterima dan H1 ditolak yang penelitian lebih lanjut mengenai faktor-
berarti tidak ada hubungan perilaku faktor lain yang mempengaruhi tekanan
masyarakat tentang faktor resiko darah. Misalnya pola makan, indeks masa
hipertensi dengan derajat hipertensi di tubuh diharapkan lebih banyak sampel
Dukuh Pelem Gurih Desa Jenangan memperluas wilayah penelitian.
12
Artikel Ilmiah Mahasiswa Vol(No)(2019):

DAFTAR PUSTAKA Muahammadiyah Ponorogo. Jounal


keperawatan
Dinkes Kesehatan Ponorogo. 2017. Profil Notoadmodjo. (2014). Promosi Kedehatan
Kesehatan Kabupaten Ponorogo dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
(2017). Ponorogo : Dinas Kesehatan Rineka Cipta.
Kabupaten Ponorogo.
Nursalam. (2013). Metode Penelitian Ilmu
Hananta, Y dan Freitag, H. (2011). Deteksi Keperawatan. Jakarta: Salemba
Dini Dan Pencegahan Hipertensi Dan Medika.
Stroke, Yogyakarta : Media Pressindo
Rohaendi, (2008). Treatment Of High
Martuti, A. (2009) . Hipertensi Merawat Blood Pressure. Jakarta : Gramedia
Dan Menyembuhkan Penyakit Pustaka Utama
Tekanan Darah Tinggi. Penerbit
Sartik,. RM. Suryadi Tjekyan,.
Kreasi Kencana Perum Sidorejo Bumi
M.Zulkarnain. (2017). Faktor –
Indah (SBI) Blok F 155 Kasihan
Faktor Risiko Dan Angka Kejadian
Bantul, Pp. 10-12.
Hipertensi Pada Penduduk
Notoatmodjo, S. (2005) Metode Palembang: Fakultas Kedokteran
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Universitas Sriwijaya. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, November
Notoatmodjo. (2007). Kesehatan 2017, 8(3):180-191.
Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta. Susilo, Yekti, & Ari, W. (2011). Cara Jitu
Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta:
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Andi.
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Renika
Syukraini, Irza. (2009). Analisis faktor
Cipta.
resiko hipertensi pada masyarakat
Nurhidayat saiful, harjono taufiq. (2016). nagari bungo tanjung, sumantra
Perilaku Keluarga Dalam Dalam barat Ophi Indria Desanti Dkk.
Mengontrol Faktor Resiko Penyakit (2010). Persepsi Wanita Beresiko
Hipertensi Pada Masyarakat Desa Kanker Payudara Tentang
Ponorogo. Program Studi S1 Pemeriksaan Payudara Sendiri Di
Keperawatan Fakultas Ilmu Kota Semarang, Jawa Tengah.BKM
Kesehatan Universitas Volume. 26 No.3, September 2010

You might also like