You are on page 1of 171

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN

MENGGUNAKAN VIDEO STAND UP COMEDY DALAM


PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT UNTUK
KELAS X SMK NEGERI 1 KARANGANYAR PURBALINGGA

TESIS

IMAM SYUKRON HIDAYAT


NIM. 1520104001

PROGRAM MAGISTER PASCA SARJANA


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN 2019

i
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
MENGGUNAKAN VIDEO STAND UP COMEDY DALAM
PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT UNTUK
KELAS X SMK NEGERI 1 KARANGANYAR PURBALINGGA

TESIS
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia (M.Pd.)

IMAM SYUKRON HIDAYAT


NIM. 1520104001

PROGRAM MAGISTER PASCA SARJANA


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN 2019

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

iv
HALAMAN PENGESAHAN

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat -
Nya, dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul Pengembangan Media
Pembelajaran Menggunakan Video Stand Up Comedy Dalam Pembelajaran
Menulis Teks Anekdot Untuk Kelas X Smk Negeri 1 Karanganyar Purbalingga.
Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit untuk
menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Anjar Nugroho, M.Si., M.H.I., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
2. Dr. Furqanul Aziez, M.Pd., selaku Direktur Program Studi Magister
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto sekaligus pembimbing
tesis yang telah membimbing dan memberikan penulis kesempatan untuk
menyusun tesis ini.
3. Dr. Kuntoro, M..Hum., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto sekaligus penguji dengan
memberikan berbagai pertanyaan untuk menguji kelayakan tesis ini.
4. Dr. Darojat, M.Ag., yang telah memberikan berbagai pertanyaan untuk
menguji kelayakan tesis ini.
5. Seluruh Dosen Pasca Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra yang
telah memberikan Ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk memajukan
pendidikan di Indonesia.
6. Ibu Atun selaku Kepala TU beserta Staffnya yang telah membantu dalam
administrasi penyelaian perkuliahan dan penyelesian tesis dan wisuda, serta
khusus untuk pak Ruswan sebagai dosen pembombong.

vi
7. Teman-teman angkatan 2015 yang telah memberikan warna dalam momentum
menjalanai perkuliahan, penyelesaian tugas, serta penyusunan dan
penyelesaian tesis ini, sehingga Alhamdulillah kita bisa dinyatakan LULUS
dan meraih gelar sesuai dengan tujuan dan cita-cita yang kita harapkan, semoga
pengetahuan yang kita dapatkan menjadi berkah dan bermanfaat, serta selalu
jaga silaturrahim aamiin.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik material
maupun moral dalam penyusunan dan penyelesaian tesis.
Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu, karena amalan yang baik adalah bisa memberikan manfaat
untuk orang lain. Aamiin.
Purwokerto, 17 Juli 2019

Penulis

vii
PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk :


1. Orang tua tercinta Bapak Drs. Nasroh, M.Pd dan Ibu Kamsiyah, S.Ag.
2. Orang tua tercinta Bapak Iskhak, M.Pd dan Ibu Dwi Handayani, M.Pd.
3. Istriku tercinta Lilik Triana Anugraheni, S.Pd.Si.
4. Anakku yang paling kusayangi Fawwaz Malik Assyakur, Nabhan Malik
Assyakur dan Hisyam Malik Assyakur.
5. Kakak tersayang Laili Rahmawati, S.Pd, Adik yang kusayangi Aminatul
Mualliafah, S.Pd, Helmi Abu Najah, S.Pd, dan Muhammad Nur Faiz, M.Kom
serta Anindita Rahma Azizah, M.Pd.
6. Keluarga Besar Bani Ach. Sobirin, Bani Mikhroji, Bani Suyono dan Bani
Sureji

viii
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
MENGGUNAKAN VIDEO STAND UP COMEDY
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT
UNTUK KELAS X SMK NEGERI 1 KARNGANYAR

Imam Syukron Hidayat


1520104001

Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk 1)
menghasilkan media pembelajaran meggunakan video stand up comedy dalam
pembelajaran menulis teks anekdot untuk siswa kelas X SMK Negeri 1
Karanganyar, dan 2) mengetahui kualitas media pembelajaran yang dihasilkan
ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian Research and Development dengan model
ADDIE. Ada lima tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu analisis
(analysis), perancangan (design), pengembangan (development), penerapan
(implementation), dan evaluasi (evaluation). Penelitian ini menggunakan angket
sebagai alat untuk menguji kelayakan media melalui validasi ahli, validasi guru
mata pelajaran, dan validasi pengguna. Hasil pengembangan menghasilkan produk
berupa media pembelajaran berbentuk video stand up yang dinyatakan sangat layak
digunakan dalam pembelajaran melalui tiga validasi. Hasil ketiga validasi
menunjukkan bahwa media pembelajaran menggunakan video stand up comedy
yang dikembangkan sangat layak digunakan dalam pembelajaran dengan rata-rata
persentase validasi ahli sebesar 93,7%, validasi guru mata pelajaran 95,3%, dan
validasi pengguna oleh peserta didik sebesar 95,6%. Selanjutnya produk media
digunakan untuk pembelajaran dan hasilnya menunjukkan hasil yang baik. Ditinjau
dari aspek kevalidan, keefektifan, dan kepraktisan, produk media pembelajaran
yang dihasilkan dinyatakan valid, efektif, dan praktis digunakan dalam
pembelajaran menulis teks anekdot.
Kata kunci: media pembelajaran video, stand up comedy, teks anekdot

ix
DEVELOPING LEARNING MEDIA
WITH STAND UP COMEDY VIDEO
IN LEARNING OF ANECDOTE TEXT WRITING
FOR THE TENTH GRADE STUDENTS AT SMK NEGERI 1
KARANGANYAR

Imam Syukron Hidayat


1520104001

Abstract

This is a development research which aims to 1) produce video stand up comedy


learning media in learning of writing anecdote for the tenth grade students at SMK
Negeri 1 Karanganyar, and 2) to find out the quality of learning media created in
terms of validity, and effectiveness. Research and Development of ADDIE modal is
used as the research method. There are five stages done in this research namely
analysis, design, development, implementation, and evaluation. This researcher
uses a questionnaire to test the feasibility of media trough the validation by expert
lecturers, teachers, and users. The development stage results the video stand up
comedy products which is very suitable to be used in learning trough three
validations. The result from the three validation shows that the developed video
stand up comedy learning media is very feasible to be used in learning with the
average percentage of 93.7%, by expert lecturer, 95.3% by teacher, and 95.6% by
users or learners. Then, the media products are used for learning and it shows good
results. Judging from the aspects of validity, effectiveness, and practicality, the
learning media product is declared to be valid, effective, and practical use in
learning writing anecdote text.

Keywords: video learning media, stand up comedy, anecdote text.

x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................ i
Halaman Pernyataan ............................................................................... ii
Halaman Persetujuan .............................................................................. iii
Halaman Pengesahan ............................................................................. iv
Kata Pengantar ....................................................................................... v
Halaman Persembahan ........................................................................... vi
Abstrak ................................................................................................... vii
Daftar Isi ................................................................................................. ix
Daftar Tabel ........................................................................................... xi
Daftar Gambar ........................................................................................ xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 7
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 8
D. Rumusan Maslah ................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ................................................................. 9
G. Spesifikasi Produk ................................................................. 10
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Konseptual ............................................................. 12
1. Pengembangan Media Pembelajran ............................... 12
2. Pengertian Video dalam Pembelajaran ........................... 20
3. Tujuan Penggunaan Media Video dalam Pembelajran .. 21
4. Manfaat Penggunaan Media Video dalam Pembelajran 24
5. Video Stand Up Comedy dalam Pembelajaran Menulis
Teks Anekdot .................................................................. 24
6. Keterampilan Menulis .................................................... 27
7. Teks Anekdot .................................................................. 28
B. Penelitian Relevan ................................................................. 32
C. Kerangka Pikir ....................................................................... 35

xi
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 37
B. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 37
C. Model Penelitian dan Pengembangan .................................... 38
1. Analisis (Analysis) ......................................................... 38
2. Merancang (Desaign) ..................................................... 39
3. Mengembangkan (Development) ................................... 40
4. Penerapan (Implement) .................................................. 41
5. Evaluasi (Evaluation) ..................................................... 42
D. Prosedur Pengembangan Instrumen Proses Menulis Teks
Anekdot ................................................................................. 45
E. Pedoman Pengembangan Media ............................................ 51
F. Keabsahan Data ..................................................................... 51
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 54
H. Analisis Data ......................................................................... 56
IV. HASIL PENELITIAN
A. Pengembangan Media Pembelajaran Video Stand Up
Comedy dalam Pembelajran Menulis Teks Anekdot
untuk Kelas X SMK Negeri 1 Karanganyar .......................... 61
1. Analisis (Analysis) ......................................................... 61
2. Perencanaaan (Design) ................................................... 72
3. Mengembangkan (Development) ................................... 102
4. Penerapan (Implement) .................................................. 111
5. Evaluasi (Evaluation) ..................................................... 118
B. Kualitas Media Pembelajaran yang Dihasilkan Ditinjau
dari Aspek Kevalidan, Keefektifan dan Kepraktisan ............ 120
V. PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................ 123
B. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 126
C. Saran ...................................................................................... 126
Daftar Pustaka ............................................................................. 120

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rangkuman Aktivitas Model Addie ...................................... 44


Tabel 3.2 Analisis Tahapan Menulis ...................................................... 45
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Proses Menulis Teks Anekdot 46
Tabel 3.4 Instrumen Penilaian Proses Menulis Teks Anekdot .............. 48
Tabel 3.5 Standar Penilaian Kuesioner .................................................. 58
Tabel 4.1 Kebutuhan Guru terhadap Adanya Media Pembelajaran
Menulis Teks Anekdot .......................................................... 63
Tabel 4.2 Kebutuhan Guru terhadap Fisik Media Pembelajaran
Menulis Teks Anekdot .......................................................... 65
Tabel 4.3 Kebutuhan Guru terhadap Isi Media Pembelajaran
Menulis Teks Anekdot .......................................................... 66
Tabel 4.4 Kebutuhan Peserta Didik terhadap Adanya Media
Pembelajaran Menulis Teks Anekdot .................................... 68
Tabel 4.5 Kebutuhan Peserta Didik terhadap Adanya Media
Pembelajaran Menulis Teks Anekdot .................................... 70
Tabel 4.6 Kebutuhan Peserta Didik terhadap Adanya Media
Pembelajaran Menulis Teks Anekdot .................................... 72
Tabel 4.7 Kopetensi Inti Bahasa Indonesia SMK .................................. 73
Tabel 4.8. Kopetensi Dasar Pengetahuan dan Ketereampilan
Bahasa Indonesia SMK Kelas X ........................................... 74
Tabel 4.9. Pola Dasar Kegiatan Pembelajaran ....................................... 77
Tabel 4.10 Garis Besar Isi Media ........................................................... 78
Tabel 4.11 Jabaran Materi Media Video Stand Up Comedy ................. 79
Tabel 4.12 Produksi Pebiayaan Proyek .................................................. 83
Tabel 4.13 Shooting Script ..................................................................... 100
Tabel 4.14 Hasil Validasi Ahli Media..................................................... 106
Tabel 4.15 Hasil Validasi Guru .............................................................. 107
Tabel 4.16 Rekapitulasi Validasi Pengguna .......................................... 108
Tabel 4.17 Rekapitulasi Angket Penilaian Peserta Didik ...................... 112

xiii
Tabel 4.18 Hasil Belajar Sebelum Menggunakan Media Video
Stand Up Comedy ............................................................... 115
Tabel 4.19 Hasil Belajar Setelah Menggunakan Media Video
Stand Up Comedy ............................................................... 117
Tabel 4.20 Lembar Penilaian Media Oleh Ahli ..................................... 120

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka pikir pengembangan media pembelajaran


video stand up comedy dalam pembelajaran teks anekdot .................... 36
Gambar 3.1 Model ADDIE .................................................................... 43
Gambar 4.1 Diskusi Perencanaan .......................................................... 86
Gambar 4.2 Pengambailan Gambar di Ruangan .................................... 104
Gambar 4.3 Penilaian Validasi Ahli ....................................................... 106
Gambar 4.4 Penilaian Validasi Guru ..................................................... 107
Gambar 4.5 Hasil Validasi Pengguna .................................................... 111
Gambar 4.6 Hasil Validasi Pengguna Kuesioner ................................... 114

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang

pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan

peserta didik untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Pendidikan

menengah kejuruan mengutamakan penyiapan peserta didik untuk memasuki

lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Sesuai dengan

bentuknya, sekolah menengah kejuruan menyelenggarakan program-program

pendidikan yang disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan kerja (Peraturan

Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990).

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk

satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada

jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk

lain yang sederajat. Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat

bernama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan

(MAK), atau bentuk lain yang sederajat (Undang-undang Sisdiknas Nomor 20

Tahun 2003).

SMK merupakan sekolah menengah kejuruan yang bertujuan

menyiapkan peserta didik untuk terjun di dunia kerja, baik sebagai tenaga kerja

yang produktif maupun wirausahawan yang membuka usaha secara mandiri.

Peserta didik SMK tidak hanya mendapatkan bekal ilmu pengetahuan tetapi

1
dibekali juga dengan keterampilan. Keterampilan tersebut meliputi

keterampilan kejuruan dan keterampilan lain yang ikut memegang peranan

penting, misalnya keterampilan berbahasa.

Keterampilan menurut kamus besar Bahasa Indonesia Edisi V (2015)

adalah kecakapan untuk melaksanakan tugas, dan keterampilan berbahasa

adalah kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca,

menyimak, atau berbicara. Sejalan dengan itu, Suparno (2001:27) menjelaskan

bahwa keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas atau

kecakapan yang disyaratkan. Sehingga keterampilan berbahasa berarti

kecakapan untuk menyelesaikan tugas atau kecakapan kebahasaan.

Keterampilan berbahasa dapat diperoleh melalui pembelajaran bahasa

Indonesia yang baik agar kemampuan peserta didik dapat berkembang secara

optimal. Perkembangan tersebut tentu saja tidak sekadar dari sisi pengetahuan

intelektual saja, karena pada hakikatnya melalui pengajaran bahasa, peserta

didik sedang dikembangkan “jiwa bangsa” dan “budi bahasa” nya. Atau dalam

istilah pendidikan sedang dikembangkan kecerdasan bahasa dan kecerdasan

sosial (intrapersonal dan interpersonal). Dengan dasar kecerdasan bahasa dan

sosialnya ini, mereka dapat mengembangkan relasi dengan orang lain.

Kemampuan membangun relasi dengan orang lain inilah yang sangat

menentukan keberhasilan hidupnya kelak dalam masyarakat.

Setiap pembelajaran di sekolah terutama pembelajaran Bahasa

Indonesia anggapan para peserta didik merasa kurang efektif dan terkesan

membosankan. Munculnya asumsi tersebut hendaknya ditanggapi secara

2
positif oleh guru Bahasa Indonesia sebagai sebuah tantangan untuk

menciptakan pembelajaran yang lebih baik. Sebagai fasilitator, guru harus

memiliki daya kreasi dan inovasi untuk menciptakan pembelajaran yang

menarik dan selalu dirindukan oleh peserta didik.

Seiring perkembangan dan perubahan dunia yang berlangsung sangat

cepat dan telah menuntut para guru beserta peserta didik untuk terlibat dalam

pembelajaran yang berkualitas. Salah satunya adalah pemanfaatan teknologi

sebagai media pembelajaran yang efektif. Tantangan ini menuntut kreativitas

para guru untuk terus mengevaluasi dan mengembangkan media pembelajaran

bahasa Indonesia.

Di sinilah pentingnya peran dan penggunaan media dalam proses

kegiatan belajar-mengajar lebih menjamin terjadinya pemahaman yang lebih

baik untuk peserta didik. Hal ini tentu berkaitan pula dengan karakteristik

belajar yang berbeda-beda pada diri peserta didik. Guru sebaiknya

memfasilitasi seluruh kebutuhan belajar peserta didik dengan menghadirkan

media yang tidak hanya dapat dipahami oleh peserta didik dengan karakteristik

tertentu.

Media bukan sekadar penghantar materi, tetapi juga sebagai sarana

membangkitkan imajinasi, minat, dan membawa peserta didik agar tercipta

suasana yang menyenangkan dan menggembirakan. Media mampu memantik

keterlibatan emosi dan mental, memberikan semangat belajar dan

menghidupkan suasana belajar sehingga pemahaman peserta didik terhadap

materi ajar meningkat.

3
Kehadiran media akan memperjelas informasi, meningkatkan

efektivitas dan efisiensi, menambah variasi, dan memberikan wawasan yang

lebih luas dari apa yang diberikan guru tanpa media, mengonkretkan materi

yang relatif abstrak, serta menambah rentang perhatian peserta didik. Media

memiliki peran yang besar dalam pembelajaran, sebagaimana dijelaskan oleh

Arsyad (2016:2) bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses

belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan

tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.

Meskipun media memiliki banyak kelebihan, fakta di lapangan

menunjukkan hal sebaliknya. Media belum dimanfaatkan secara optimal oleh

guru. Guru masih menggunakan media yang ada dan belum menciptakan

media-media alternatif yang sesuai dengan kebutuhan. Lingkungan sebagai

sumber belajar belum banyak dieksplorasi dan diolah menjadi media

pembelajaran. Demikian pula dengan kemajuan teknologi yang makin pesat di

dunia global. Pesatnya perkembangan teknologi seharusnya bisa dimanfaatkan

oleh guru untuk memberikan sajian yang menarik bagi peserta didik sehingga

mereka akan semakin senang belajar. Dengan kata lain, kemajuan zaman yang

demikian pesat menuntut guru untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan

teknologi demi tercapaianya tujuan pembelajaran.

Pentingnyaa pemanfaatan media pembelajaran dalam proses

pembelajaran, seharusnya hal tersebut mendapat perhatian guru dalam kegiatan

pembelajaran. Akan tetapi, kurang bervariasi dan belum optimalnya media

pembelajaran yang digunakan menyebabkan kurangnya minat peserta didik

4
untuk belajar. Hal ini sangat disayangkan karena bertolak belakang dengan

tujuan media pembelajaran, yakni sebagai alat bantu belajar yang berguna

untuk mengefektifkan proses pembelajaran.

Banyaknya media pembelajran membuat kita harus pintar dalam

memilih, salah satu jenis media pembelajaran yang umum digunakan di

sekolah adalah media pembelajaran cetak, karena dianggap praktis, dapat

menyesuaikan kemampuan peserta didik, dan mudah didistribusikan. Namun,

media ini memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat menampilkan objek-objek

tertentu seperti suara, gambar bergerak, maupun objek tiga dimensi. Objek-

objek tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam upaya

memaksimalkan pemahaman peserta didik, terutama pada materi-materi

keterampilan berbahasa.

Berdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan melalui wawancara

dengan peserta didik, diperoleh informasi bahwa pembelajaran bahasa

Indonesia selama ini masih dominan menggunakan media pembelajaran cetak.

Guru masih belum banyak menggunakan media pembelajaran lain yang variatif

dan inovatif, misalnya media pembelajaran audiovisual. Peserta didik

menginginkan kehadiran media audiovisual dalam pembelajaran bahasa

Indonesia. Hal ini dapat diartikan bahwa peserta didik akan sangat antusias

dan tidak akan merasa jenuh dalam belajar ketika guru tidak hanya

menggunakan buku sebagai media dan sumber belajar, tetapi juga

menggunakan media audiovisual. Apalagi pada pembelajaran menulis yang

menuntut keterampilan tingkat tinggi.

5
Demikian pula dengan hasil pengamatan dan penelitian yang

dilakukan kepada 3 guru bahasa Indonesia di SMK Negeri 1 Karanganyar

Purbalingga. Semua guru menyepakati bahwa pembelajaran bahasa Indonesia

memerlukan media pembelajaran yang variatif dan inovatif agar peserta didik

lebih termotivasi belajar dan dapat meningkatkan pemahaman serta

keterampilan berbahasa mereka. Karena, Kurikulum 2013 mengamanatkan

bahwa pembelajaran harus berpusat pada peserta didik dengan memanfaatkan

segala hal sebagai sumber belajar dan melatih peserta didik untuk berpikir

tingkat tinggi (higher order thinking skills) serta melatih kecakapan abad 21.

Seiring dengan perkembangan teknologi, keterbatasan yang dimiliki

oleh media pembelajaran berbasis cetak dapat diminimalisasi, salah satunya

melalui media audiovisual berupa video. Video merupakan salah satu teknologi

yang saat ini dianggap relevan dan dapat digunakan dalam proses

pembelajaran.

Melakukan demontrasi kelas yang didukung dengan multimedia

untuk menangani berbagai gaya belajar peserta didik dan mendesain pelajaran

yang mewajibkan peserta didik menggunakan teknologi sebagai alat

penyelidikan seharusnya menjadi ciri dari guru. Pandangan konstruktivisme

mengemukakan bahwa belajar merupakan hasil konstruksi sendiri (pebelajar)

sebagai hasil interaksinya terhadap lingkungan belajar (Heinich, et.al., 2002

dalam Daryanto, 2016 : 2). Konstruktivis menekankan bahwa peserta didik

menciptakan penafsiran mereka sendiri dari dunia informasi. Mengacu kepada

dua pandangan ini, bahwa film merupakan suatu teknologi penyampaian

6
multipesan yang dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran dengan

menggali potensi pengalaman peserta didik sebagai materi pesannya.

Selain itu, teknik penyajian pesan dalam video yang

mengombinasikan berbagai karakter diasumsikan akan mempermudah peserta

didik dalam memahami materi pembelajaran. Video juga merupakan media

penyampaian pesan yang ideal dalam proses pembelajaran karena melalui

tayangan video dapat disampaikan berbagai pesan dalam satu paket.

Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini bermaksud

mengembangkan media pembelajaran video lucu atau stand up comedy dalam

pembelajaran menulis teks anekdot peserta didik kelas X SMK Negeri 1

Karanganyar Purbaalingga.

Melalui penelitian ini diberikan alternatif solusi dengan

mengembangkan media pembelajaran berbasis teknologi berupa video stand

up comedy untuk melengkapi keterbatasan pada media pembelajaran cetak

pada pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya materi menulis teks anekdot.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang

teridentifikasi adalah sebagai berikut.

1. Kurangnya variasi media pembelajaran menyebabkan turunnya minat

peserta didik untuk belajar.

2. Pembelajaran kontekstual dengan memanfaatkan potensi talenta peserta

didik guna meningkatkan karakter positif pada diri setiap peserta didik

7
3. Buku sebagai salah satu media pembelajaran cetak memiliki keterbatasan

dalam memvisualisasikan materi keterampilan berbahasa

4. Guru harus selalu melakukan inovasi baik melalui pengembangan model

pembelajaran maupun media pembelajaran

5. Pengembangan media pembelajaran video stand up comedy masih

terbatas.

C. Pembatasan Masalah

Mempertimbangkan luasnya lingkup masalah, maka penelitian ini

dibatasi pada bagaimana mengembangkan media pembelajaran video stand up

comedy dalam pembelajaran menulis teks anekdot peserta didik kelas X SMK

Negeri 1 Karanganyar Purbalingga.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka didapatkan rumusan

masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pengembangan media pembelajaran video stand up comedy

dalam pembelajaran menulis teks anekdot peserta didik kelas X SMK

Negeri 1 Karanganyar Purbalingga?

2. Bagaimana kualitas media pembelajaran yang dihasilkan ditinjau dari

aspek kevalidan, keefektifan, dan kepraktisan?

8
E. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah, tujuan penelitian adalah:

1. Menghasilkan media pembelajaran video stand up comedy dalam

pembelajaran menulis teks anekdot peserta didik kelas X SMK Negeri 1

Karanganyar Purbalingga.

2. Mengetahui kualitas media pembelajaran yang dihasilkan ditinjau dari

aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peserta

didik, guru, penulis, dan dunia pendidikan.

1. Bagi Peserta didik

a. Media pembelajaran memberikan pengalaman baru bagi peserta didik

dalam mempelajari materi dan memproduksi teks anekdot.

b. Media pembelajaran membantu peserta didik dalam memahami

materi dan memproduksi teks anekdot.

c. Media pembelajaran video stand up comedy akan semakin

menggairahkan peserta dalam belajar sehingga iklim pembelajaran

menjadi menyenangkan.

2. Bagi Guru

a. Media pembelajaran memberikan pengalaman baru bagi guru dalam

mengajarkan materi menulis teks anekdot menggunakan media video.

9
b. Media pembelajaran dapat menjadi sumber belajar yang

menggunakan teknologi multimedia.

c. Media pembelajaran dapat memunculkan inspirasi baru untuk terus

mengembangkan media pembelajaran yang lain.

3. Bagi Dunia Pendidikan

Media pembelajaran video stand up comedy dapat menjadi

terobosan baru dalam penggunaan teknologi pada pembelajaran bahasa

Indonesia khususnya dan mata pelajaran lain umumnya, serta dapat

digunakan sebagai rujukan pengembangan media pembelajaran.

G. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian ini

diharapkan memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Video stand up comedy dirancang sederhana namun detail sehingga

menarik perhatian siswa.

2. Video stand up comedy sebagai media pembelajaran disajikan dalam

bentuk kepingan DVD dengan format mpeg, foto menggunakan format jpg

sedangkan untuk audio menggunakan wav.

3. Komponen pendukung yang digunakan untuk pengeditan video

menggunakan Adobe Premiere 5.0, sedangkan untuk pengeditan foto

menggunakan Adobe Photoshop 5.0 dan desain vektornya menggunakan

Coreldraw 6.

10
4. Video pembelajaran menulis teks anekdot dapat diputar dengan

menggunakan DVD player, komputer ataupun laptop.

5. Pengembangan Media Pembelajaran video stand up comedy

menggambarkan contoh stand up comedy dengan mengangkat tema

pendidikan yang didalamnya memuat struktur teks anekdot, kaidah

kebahasaan dan memuat pendidikan karakter rasa ingin tahu dan kreatif.

11
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual

Bagian pada kajian pustaka ini akan membahas secara konseptual, hal-

hal yang terkait dengan penelitian ini anatara lain sebagai berikut:

1. Pengembangan Media Pembelajaran

Penelitian pengembangan merupakan salah satu tugas pendidik yang

bertujuan untuk membahas permasalahan yang berkaitan dengan dunia

pendidikan.

a. Pengertian Media Pembelajaran

Ayuba (2013: 2) mengungkapkan media pembelajaran dapat

memotivasi siswa dalam pembelajaran yaitu dengan memanfaatkan

media yang sesuai kebutuhan siswa terhadap materi pembelajaran dan

dapat mendorong siswa dalam belajar, sehinggah hasil belajar (salah

satunya kemampuan pemahaman) yang diperoleh siswa dapat

meningkat.

Nurhayati (2014: 927) Media pembelajaran merupakan salah satu

bagian dari desain pembelajaran dengan melalui proses perencanaan,

pengembangan, dan pengajaran berdasarkan kebutuhan peserta didik.

Yusnita (2017: 12), Media pembelajaran sebagai salah satu

komponen pembelajaran yang juga berperan penting dalam

penyampaian bahan ajar perlu mendapatkan perhatian khusus dari

12
guru. Media pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan

kebutuhan dan materi pokok pembelajaran, agar penggunaan media

pembelajaran tersebut dapat membantu memudahkan peserta didik

untuk memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Media pembelajaran juga digunakan untuk meningkatkan efektifitas

pembelajaran.

Berdasarkan beberapa paparan definisi media pembelajaran di

atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan faktor

yang dapat memotivasi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dan

mampu mendorong siswa untuk mencapai hasil belajar yang

maksimal. Media pembelajaran merupakan alat bantu digunakan oleh

guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga terbentuk

interaksi sosial yang menimbulkan keingintahuan siswa untuk

semakin meningkatkan prestasi belajar. Media pembelajaran juga

dapat membantu proses belajar mengajar menjadi lebih menarik,

efektif dan efisien, sehingga dapat menacapai tujuan pembelajaran

yang diharapkan.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Menurut Adam dan Syastra (2015: 79), media pembelajaran

memiliki beberapa fungsi antara lain:

1. Fungsi Media Pembelajaran Sebagai Sumber Belajar

Secara teknis, media pembelajaran sebagai sumber belajar.

Dalam kalimat sumber belajar ini tersirat makna keaktifan yaitu

13
sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. Fungsi

media pembelajaran sebagai sumber belajar adalah fungsi

utamanya disamping adanya fungsi-fungsi lainnya.

2. Fungsi Semantik

Fungsi semantik adalah kemampuan media dalam menambah

pembendaharaan kata yang makna atau maksudnya benar-benar

dipahami oleh anak didik. Bahasa meliputi lambing (simbol) dari

isi yakni pikiran atau perasaan yang keduanya telah menjadi

totalitas pesan yang tidak dapat dipisahkan.

3. Fungsi Manipulatif

Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri umum yaitu

kemampuan merekan, menyimpan, melestarikan,

merekonstruksikan dan metransportasi suatu peristiwa atau objek.

Berdasarkan karakteristik umum ini, media memiliki dua

kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu,

mengatasi keterbatasan inderawi.

4. Fungsi Psikologis, yang terdiri dari:

a) Fungsi Atensi

b) Fungsi Afektif

c) Fungsi Kognitif

d) Fungsi Imajinatif

e) Fungsi Motivasi

f) Fungsi Sosio-Kultural

14
c. Manfaat Media Pembelajaran

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah

memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan

pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Menurut Falahudin

(2014: 114-116) ada beberapa manfaat media yang lebih rinci, antara

lain:

1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan

Setiap guru mungkin mempunyai penafsiran yang berbeda-

beda terhadap suatu konsep materi pelajaran tertentu. Dengan

bantuan media, penafsiran yang beragam tersebut dapat dihindari

sehingga dapat disampaikan kepada siswa secara seragam. Setiap

siswa yang melihat atau mendengar uraian suatu materi pelajaran

melalui media yang sama, akan menerima informasi yang persis

sama seperti yang diterima oleh siswa-siswa lain. Dengan

demikian, media juga dapat mengurangi terjadinya kesenjangan

informasi diantara siswa di manapun berada.

2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik

Media sendiri dapat menampilkan informasi melalui suara,

gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun

manipulasi. Materi pelajaran yang dikemas melalui program

media, akan lebih jelas, lengkap, serta menarik minat siswa.

Dengan media, materi sajian bisa membangkitkan rasa

keingintahuan siswa dan merangsang siswa bereaksi baik secara

15
fisik maupun emosional. Singkatnya, media pembelajaran dapat

membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih

hidup, tidak monoton, dan tidak membosankan.

3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif

Media pembelajaran dapat dimaksimalkan dengan rancangan

dan pilihan yang baik guna membantu proses kegiatan belajar

mengajar dan komunikasi dua arah secara aktif selama proses

pembelajaran. Tanpa media, seorang Guru mungkin akan

cenderung berbicara satu arah kepada siswa. Namun dengan

media, Guru dapat mengatur kelas sehingga bukan hanya Guru

sendiri yang aktif tetapi juga siswanya.

4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga

Keluhan yang selama ini sering kita dengar dari guru adalah,

selalu kekurangan waktu untuk mencapai target kurikulum.

Sering terjadi guru menghabiskan banyak waktu untuk

menjelaskan suatu materi pelajaran. Hal ini sebenarnya tidak

harus terjadi jika guru dapat memanfaatkan media secara

maksimal. Misalnya, tanpa media seorang guru tentu saja akan

menghabiskan banyak waktu untuk mejelaskan sistem peredaran

darah manusia atau proses terjadinya gerhana matahari. Padahal

dengan bantuan media visual, topik ini dengan cepat dan mudah

dijelaskan kepada anak. Biarkanlah media menyajikan materi

pelajaran yang memang sulit untuk disajikan oleh guru secara

16
verbal. Dengan media, tujuan belajar akan lebih mudah tercapai

secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin.

Dengan media, guru tidak harus menjelaskan materi pelajaran

secara berulang-ulang, sebab hanya dengan sekali sajian

menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami

pelajaran.

5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa

Penggunaan media bukan hanya membuat proses

pembelajaran lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap

materi pelajaran lebih mendalam dan utuh. Bila hanya dengan

mendengarkan informasi verbal dari guru saja, siswa mungkin

kurang memahami pelajaran secara baik. Tetapi jika hal itu

diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan, atau

mengalami sendiri melalui media, maka pemahaman siswa pasti

akan lebih baik.

6. Media memungkinkan proses pembelajaran dapat dilakukan di

mana saja dan kapan saja.

Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa

sehingga siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran secara

lebih leluasa, kapanpun dan dimanapun, tanpa tergantung pada

keberadaan seorang guru. Program-program pembelajaran audio

visual, termasuk program pembelajaran menggunakan komputer,

memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara

17
mandiri, tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Penggunaan media

akan menyadarkan siswa betapa banyak sumber-sumber belajar

yang dapat mereka manfaatkan dalam belajar. Perlu kita sadari

bahwa alokasi waktu belajar di sekolah sangat terbatas, waktu

terbanyak justru dihabiskan siswa di luar lingkungan sekolah.

7. Media menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan

proses belajar.

Media membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik

sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan

dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.

Kemampuan siswa untuk belajar dari berbagai sumber tersebut,

akan bisa menanamkan sikap kepada siswa untuk senantiasa

berinisiatif mencari berbagai sumber belajar yang diperlukan.

8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

Guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi

siswa. Seorang guru tidak perlu menjelaskan seluruh materi

pelajaran, karena bisa berbagi peran dengan media. Dengan

demikian, guru akan lebih banyak memiliki waktu untuk memberi

perhatian kepada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu

kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi

belajar, dan lain-lain.

18
9. Media membuat materi pelajaran abstrak menjadi lebih konkrit.

Mengidentifikasi bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi

masyarakat misalnya dapat dijelaskan melalui media gambar

pasar dari yang tradisional sampai pasar yang modern, demikian

pula materi pelajaran yang rumit dapat disajikan secara lebih

sederhana dengan bantuan media. Misalnya materi yang

membahas tentang pusat pusat kerajaan Islam dinusantara dapat

disampaikan dengan penggunaan peta atau atlas, sehingga siswa

dapat dengan mudah memahami pembelajaran tersebut.

10. Media mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu

Sesuatu yang terjadi di luar ruang kelas, bahkan di luar

angkasa dapat dihadirkan di dalam kelas melalui bantuan media.

Demikian pula beberapa peristiwa yang telah terjadi di masa

lampau, dapat kita sajikan di depan siswa sewaktu-waktu.

Dengan media pula suatu peristiwa penting yang sedang terjadi

di benua lain dapat dihadirkan seketika di ruang kelas.

11. Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia

Obyek-obyek pelajaran yang terlalu kecil, terlalu besar atau

terlalu jauh, dapat kita pelajari melalui bantuan media. Demikian

pula obyek berupa proses/kejadian yang sangat cepat atau sangat

lambat, dapat kita saksikan dengan jelas melalui media, dengan

cara memperlambat, atau mempercepat kejadian. Misalnya,

proses perkembangan janin dalam kandungan selama sembilan

19
bulan, dapat dipercepat dan disaksikan melalui media hanya

dalam waktu beberapa menit saja

d. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Berdasarkan perkembangannya, Arsyad (2011:29) membagi

media pembelajaran dalam empat kelompok, antara lain:

1. Media hasil teknologi cetak,

2. Media hasil teknologi audio-visual

3. Media hasil teknologi yang berbasis komputer

4. Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

Munadi (2010: 53-54) mengungkapkan pembagian media

pembelajaran menjadi empat kelompok besar, antara lain: media

audio, media visual, media audio-visual, dan multimedia.

2. Pengertian Video dalam Media Pembelajaran

Pengertian Video Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, video

merupakan rekaman gambar hidup atau program televisi untuk

ditayangkan lewat pesawat televisi, atau dengan kata lain video merupakan

tayangan gambar bergerak yang disertai dengan suara. Video sebenarnya

berasal dari bahasa Latin, video-vidivisum yang artinya melihat

(mempunyai daya penglihatan); dapat melihat. Media video merupakan

salah satu jenis media audio visual. Media audio visual adalah media yang

mengandalkan indera pendengaran dan indera penglihatan. Media audio

visual merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam

pembelajaran menyimak. Media ini dapat menambah minat siswa dalam

20
belajar karena siswa dapat menyimak sekaligus melihat gambar. Azhar

Arsyad (2011 : 49) menyatakan bahwa video merupakan gambar-gambar

dalam frame, di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa

proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar hidup. Dari

pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa video merupakan salah satu

jenis media audio-visual yang dapat menggambarkan suatu objek yang

bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.

Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan suara memberikan daya

tarik tersendiri. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses,

menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan,

menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.

Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa video merupakan salah satu jenis media audio-visual

dan dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama

dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Video menyajikan informasi,

memaparkan proses, menjelaskan konsep yang rumit, mengajarkan

keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan

mempengaruhi sikap.

3. Tujuan Penggunaan Media Video dalam Pembelajaran

Ronal Anderson, (1987: 104) mengemukakan tentang beberapa

tujuan dari pembelajaran menggunakan media video yaitu mencakup

tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga tujuan ini dijelaskan

sebagai berikut :

21
a. Tujuan Kognitif

1) Dapat mengembangkan kemampuan kognitif yang menyangkut

kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan

rangsangan berupa gerak dan sensasi.

2) Dapat mempertunjukkan serangkaian gambar diam tanpa suara

sebagaimana media foto dan film bingkai meskipun kurang

ekonomis.

3) Video dapat digunakan untuk menunjukkan contoh cara bersikap

atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya menyangkut

interaksi manusiawi.

b. Tujuan Afektif

Dengan menggunakan efek dan tekhnik, video dapat menjadi media

yang sangat baik dalam mempengaruhi sikap dan emosi.

c. Tujuan Psikomotorik

1) Video merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan

contoh keterampilan yang menyangkut gerak. Dengan alat ini

diperjelas baik dengan cara memperlambat ataupun mempercepat

gerakan yang ditampilkan.

2) Melalui video siswa langsung mendapat umpan balik secara

visual terhadap kemampuan mereka sehingga mampu mencoba

keterampilan yang menyangkut gerakan tadi.

Melihat beberapa tujuan yang dipaparkan di atas, sangatlah jelas

peran video dalam pembelajaran. Video juga bisa dimanfaatkan untuk

22
hampir semua topik, model - model pembelajaran, dan setiap ranah:

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada ranah kognitif, siswa dapat

mengobservasi rekreasi dramatis dari kejadian sejarah masa lalu dan

rekaman aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna, suara dan gerak

di sini mampu membuat karakter berasa lebih hidup. Selain itu dengan

melihat video, setelah atau sebelum membaca, dapat memperkuat

pemahaman siswa terhadap materi ajar. Pada ranah afektif, video dapat

memperkuat siswa dalam merasakan unsur emosi dan penyikapan dari

pembelajaran yang efektif. Pada ranah psikomotorik, video memiliki

keunggulan dalam memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja, video

pembelajaran yang merekam kegiatan motorik/gerak dapat memberikan

kesempatan pada siswa untuk mengamati dan mengevaluasi kembali

kegiatan tersebut. Sebagai bahan ajar non cetak, video kaya akan informasi

untuk diinformasikan dalam proses pembelajaran karena pembelajaran

dapat sampai ke peserta didik secara langsung. Selain itu, video menambah

dimensi baru dalam pembelajaran, peserta didik tidak hanya melihat

gambar dari bahan ajar cetak dan suara dari program audio, tetapi di dalam

video, peserta didik bisa memperoleh keduanya, yaitu gambar bergerak

beserta suara yang menyertainya.

23
4. Manfaat Penggunaan Media Video dalam Pembelajaran

Manfaat media video menurut Andi Prastowo (2012 : 302), antara

lain :

a. memberikan pengalaman yang tak terduga kepada peserta didik,

b. Memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak

mungkin bisa dilihat,

c. Menganalisis perubahan dalam periode waktu tertentu,

d. Memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk merasakan suatu

keadaan tertentu, dan

e. Menampilkan presentasi studi kasus tentang kehidupan sebenarnya

yang dapat memicu diskusi peserta didik. Berdasarkan penjelasan di

atas, keberadaan media video sangat tidak disangsikan lagi di dalam

kelas. Dengan video siswa dapat menyaksikan suatu peristiwa yang

tidak bisa disaksikan secara langsung, berbahaya, maupun peristiwa

lampau yang tidak bisa dibawa langsung ke dalam kelas. Siswa pun

dapat memutar kembali video tersebut sesuai kebutuhan dan

keperluan mereka. Pembelajaran dengan media video menumbuhkan

minat serta memotivasi siswa untuk selalu memperhatikan pelajaran.

5. Video stand up comedy dalam Pembelajaran Menulis Teks Anekdot

Stand up comedy adalah sebuah genre komedi yang menampilkan

pelawak tunggal di atas panggung dengan cara bermonolog. Hal tersebut

selaras dengan pendapat Papana (2016:5) yang mengartikan “Stand up

comedy sebagai bentuk pertunjukan seni komedi yang dibawakan secara

24
monolog oleh seorang comic.” Comic adalah sebutan untuk pelaku stand

up comedy. Seni komedi jenis ini sudah ada sekitar tahun 1800-an di

Amerika, dan baru masuk ke Indonesia sejak tahun 1997 yang

diperkenalkan oleh Ramon Papana (Papana, 2016:1).

Stand up comedy dapat dikatakan sebagai jenis komedi yang

mampu mempertunjukkan sebuah lelucon yang cerdas, karena menyajikan

humor dengan mengamati fenomena-fenomena sosial yang sedang

berkembang di masyarakat. Humor yang disampaikan cenderung berisi

tentang kritikan terhadap masalah yang terjadi saat itu (Melik, 2016:483).

Stand up comedy dapat dikatakan sebagai jenis komedi yang mampu

mempertunjukkan sebuah lelucon yang cerdas, karena menyajikan humor

dengan mengamati fenomena-fenomena sosial yang sedang berkembang

di masyarakat. Humor yang disampaikan cenderung berisi tentang kritikan

terhadap masalah yang terjadi saat itu (Melik, 2016:483). Media video

menjadi alat komunikasi yang sangat membantu dalam proses

pembelajaran karena apa yang terpandang oleh mata dan terdengar oleh

telinga, lebih cepat dan lebih mudah diingat daripada apa yang hanya dapat

dibaca saja atau hanya didengar saja. hal tersebut membuat pembelajaran

lebih efektif dan efesien (Munadi, 2013:116).

Media video stand up comedy dapat digunakan sebagai media

dalam pembelajaran keterampilan menulis teks anekdot karena sama-sama

menyajikan cerita lucu yang sarat dengan kritikan/sindirian atau pelajaran

tertentu pada suatu hal atau pada seseorang yang terkenal, penting atau

25
seseorang yang kerena peristiwa itu menjadi bahan perbincangan. Aspek

humor menjadi jembatan antara keduanya karena baik anekdot maupun

stand up comedy dihidupkan oleh roh yang sama yaitu humor. Oleh karena

itu, tidak ada kesulitan yang berarti dalam menjadikan video stand up

comedy dalam pembelajaran keterampilan menulis anekdot. Para siswa

sudah tidak asing dengan komedi jenis ini. Namun, tidak banyak guru yang

menggunakan media ini dalam pembelajaran keterampilan menulis

anekdot (Cahyawati, 2015:48).

Media video stand up comedy sebagai sarana pembelajaran dapat

digunakan untuk meningkatkan kemampuan pada aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Aspek kognitif terkait dengan aspek wawasan dan

pengetahuan siswa terhadap masalah-masalah sosial yang sedang terjadi

di masyarakat melalui humor-humor cerdas dalam stand up comedy yang

mengandung pelajaran, kritikan/sindiran atau refleksi. Aspek afektif

terkait dengan nilai dan norma yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Video stand up comedy dapat mempengaruhi sikap/perilaku dan kepekaan

sosial siswa dalam menanggapi isu-isu yang sedang berkembang di

masyakat dalam bentuk humor. Aspek psikomotorik, dalam hal ini, terkait

dengan keterampilan menulis anekdot. Program video stand up comedy

dapat memberikan rangsangan humor, imajinasi, dan kepekaan sosial

siswa, sehingga keterampilan menulis siswa dapat diasah dan

dikembangkan (Pribadi,2017:146).

26
Pemilihan media video stand up comedy untuk pembelajaran

keterampilan menulis anekdot ini didasarkan pada kriteria pemilihan

media menurut Sudjana dan Rivai (2011:4). Adapun enam kriteria

tersebut, yaitu:

a. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran.

b. Dukungan terhadap isi bahan pengajaran.

c. Kemudahan memperoleh media

d. Keterampilan guru dalam menggunakanya

e. Tersedia waktu untuk menggunakannya

f. Sesuai dengan taraf berpikir siswa

6. Keterampilan Menulis

Menulis merupakan keterampilan berbahasa paling akhir dikuasai

oleh pembelajar bahasa setelah keterampilan mendengarkan, berbicara dan

membaca (Nurgiyantoro, 2013:422). Empat keterampilan berbahasa

tersebut seperti sebuah siklus, artinya setiap keterampilan sangat erat

hubungannya antara satu dengan yang lain. Hal yang membedakan terletak

pada ranah keterampilan berbahasa pada masing-masing keterampilan.

Keterampilan mendengarakan dan membaca masuk dalam ranah reseptif,

sedangkan berbicara dan menulis masuk dalam ranah produktif

Keterampilan menulis juga diartikan sebagai sebuah proses kreatif

dalam menghasilkan bahasa tulis. Pengertian tersebut dikemukakan oleh

Dalman (2016:3) yang menyatakan “Menulis sebagai sebuah proses

kreatif untuk menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis dalam

27
tujuan, misalnya memberitahu, meyakinkan, atau menghibur.” Seorang

penulis juga harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang tidak

sedikit untuk dapat menghasilkan sebuah tulisan yang baik. Banyak orang

yang mengalami kesulitan ketika diminta untuk menulis. Hal tersebut

terjadi karena kurangnya pengalaman dalam menulis dan rendahnya

budaya baca sehingga pengetahuan yang dimiliki untuk menulis tidak

cukup.

Berdasarkan paparan definisi keterampilan menulis di atas dapat

disimpulkan bahwa keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang

menuangkan gagasan, pendapat dan perasaan melalui bahasa tulis kepada

pihak lain. Selain itu, keterampilan menulis merupakan aktivitas produktif,

ekspresif, dan kreatif dalam menghasilkan bahasa tulis.

7. Teks Anekdot

Pada bagian ini akan dijelaskan empath hal tentang teks anekdot.

Penjelasan dari empat hal tersebut sebagai berikut.

a. Pengertian

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), edisi kelima, mengartikan

anekdot sebagai cerita singkat yang menarik karena lucu dan

mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau terkenal dan

berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Graham (dalam Fatimah,

2013:218) menyatakan bahwa “Kata anekdot digunakan untuk

memaknai kata joke dari bahasa Inggris yang bermakna suatu narasi

atau percakapan yang lucu.” Dalam narasi atau percakapan lucu

28
tersebut, terkandung unsur sindiran dan kritikan secara tidak langsung

terhadap segala macam kepincangan atau ketidakberesan yang tengah

terjadi di masyarakat penciptanya (Wijana, dalam Fatimah, 2013:218-

119). Suherli, dkk. (2017:110) memberi batasan anekdot sebagai cerita

pendek yang berisi sebuah sindirian terhadap sesuatu atau seseorang

yang dilengkapi dengan humor.

Definisi lainnya dikemukakan oleh Pujawan, dkk. (2014) yang

menuliskan teks anekdot sebagai cerita singkat yang menarik, lucu, dan

mengesankan karena isinya berupa kritik atau sindirian terhadap

kebijakan, layanan publik, perilaku penguasaan, atau suatu fenomena

sehingga pelaku di dalam cerita bisa orang penting atau terkenal.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teks anekdot

merupakan sebuah cerita singkat yang menarik karena lucu dan

mengesankan. Dalam cerita lucu tersebut terkandung unsur sindiran,

kritikan ataupun pelajaran tertentu terhadap segala sesuatu atau

seseorang.

b. Ciri-ciri

Alur dalam cerita anekdot berupa rangkaian peristiwa baik yang

benar-benar terjadi, maupun sudah mendapat polesan dan tambahan-

tambahan dari pembuat anekdot itu sendiri. Latar dalam anekdot berupa

waktu, tempat, dan suasana. Latar cerita dalam anekdot menggunakan

latar yang bersifat faktual, artinya benar-benar ada di dalam kenyataan

yang sesungguhnya (Kosasih,2016:86).

29
Teks anekdot memiliki dua pola penyajian, yaitu pola narasi dan

dialog. Pada pola narasi, teks anekdot disajikan dalam bentuk paragraf

yang menjelaskan atau menguraikan peristiwa ataupun kejadian dalam

anekdot berdasarkan urutan waktu. Pada pola dialog, teks anekdot

disajikan dalam bentuk percakapan, seperti pada teks drama. Salah satu

ciri pola dialog adalah menggunakan kalimat langsung. Kalimat

langsung adalah sebuah kalimat yang merupakan hasil kutipan

langsung dari pembicaraan seseorang yang sama persis seperti apa yang

dikatakannya (Suherli, dkk.,2017:121).

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa teks anekdot dapat

dikenali berdasarkan ciri-cirinya, yaitu sebagai cerita berbentuk

narasi/dialog secara singkat. Cerita dalam anekdot bersifat lelucon,

menggelitik, dan mengandung unsur sindiran kritikan ataupun pelajaran

bagi khalayak, serta di dalamnya terkandung unsur tokoh, alur, dan

latar.

c. Struktur

Menurut Gerot dan Wignell (dalam Fatimah, 2013:218) “Teks

anekdot pada umumnya terdiri atas lima bagian atau struktur generik.

Lima bagian tersebut adalah abstract, orientation, crisis, reaction, dan

coda.” Hal tersebut selaras dengan pendapat Suherli (2017:119-120)

yang menyatakan bahwa “Anekdot memiliki struktur yang

membedakannya dengan teks lainnya. Teks anekdot memiliki struktur

abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.”

30
Julianto (2016:81) dalam penelitiannya menuliskan hal yang sama

tentang struktur teks anekdot. Ia menuliskan bahwa struktur teks

anekdot kerangka utamanya dibagi menjadi tiga komponen, yaitu

tokoh, latar, dan alur. Selanjutnya alur atau cerita teks anekdot ini

dikembangkan menjadi lima komponen penting, yaitu abstraksi,

orientasi, krisis, reaksi, dan koda.

Struktur teks anekdot mencakup lima komponen yaitu :

1) Abstarksi, yang berperan sebagai pendahuluan untuk menyatakan

latar belakang atau gambaran umum tentang isi suatu teks.

2) Orientasi, yang diartikan sebagai bagian cerita yang mengarah

pada terjadinya suatu krisis, konflik, atau peristiwa atau kejadian

dalm teks. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya krisis.

3) Krisis atau komplikasi, yaitu bagian dari inti peristiwa suatu

anekdot. Pada bagian ini terkandung unsur humor dan kritikan

ataupun sindirian.

4) Reaksi, bagian ini berisikan tanggapan atau respons atas

munculnya permasalahan yang terjadi dalam teks sebelumnya

5) Koda, bagian ini akan muncul perubahan yang terjadi pada tokoh

dalam teks dan mrupakan bagian dari penutup atau kesimpulan.

d. Kaidah Kebahasaan

Pendapat mengenai kaidah kebahasaan anekdot dikemukakan oleh

Kosasih (2016:99-100) yang menyatakan secara spesifik enam fitur

kebahasaan dalam teks anekdot, yaitu :

31
1) Banyak menggunakan kalimat langsung yang bervariasi dengan

kalimat-kalimat tidak langsung.

2) Menggunakan nama tokoh utama orang ketiga tunggal, baik

dengan menyebutkan langsung nama tokoh faktual maupun yang

disamarkan.

3) Menggunakan keterangan waktu.

4) Menggunakan konjungsi penjelas, seperti bahwa.

5) Menggunakan kata kerja material, yakni kata yang menunjukkan

suatu aktivitas. Banyak menggunakan kata kerja mental, yakni kata

kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirakan atau dirasakan

seorang tokoh.

6) Menggunakan kata penghubung (konjungsi) yang bermakna

kronologis (temporal).

Kaidah kebahasaan yang terkandung dalam teks anekdot sama

halnya dengan kaidah kebahasaan pada genre cerita umumnya. Kaidah

kebahasaan tersebut pada intinya digunakan sebagai cara menceritakan

dan menghidupkan kisah si tokoh dalam cerita.

B. Penelitian Relevan

1. Nur Eka Sari (2016, Universitas Muhammadiyah Purwokerto) dalam tesis

yang berjudul “Pengembangan Media Flash Tiga Dimensi pada Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia Pokok Bahasan Teks Anekdot Kelas X SMA”.

Masalah pokok yang ada dalam penelitian ini adalah bagaimana cara

32
mngembangkan media Flash tiga dimensi pada mata pelajaran bahasa

Indonesia layak digunakan untuk pembelajaran teks Anekdot pada kelas X

SMA, Bagaimanakah respon/ tanggapan peserta didik terhadap

pengembangan media Flash tiga dimensi pada mata pelajaran bahasa

Indonesia untuk pembelajaran teks Anekdot pada kelas X SMA, serta

bagaiman mengembangkan media Flash tiga dimensi pada mata pelajaran

bahasa Indonesia efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar teks

Anekdot kelas X SMA. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

Research and Development, sedangkan uji coba produk hasil

pengembangan dilakukan menggunakan metode experiment dengan

desain one-shot case study. Hasil pengembangan media flash tiga dimensi

dari aspek kelayakan media memperoleh skor 89, 37%, dan kelayakan

materi memperoleh skor 91, 67%. Rata-rata ketuntasan klasikal siswa

kelas X.1 mencapai 83,75% dan kelas X.3 sebesar 90,9%. Rata-rata

keterampilan berpikir peserta didik kelas X.1 dan X.3 menunjukkan

kategori sangat baik. Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa media

flash tiga dimensi layak dan efektif diterapkan dalam pembelajaran bahasa

Indonesia pokok bahasan Teks Anekdot.

2. Ria Anita (2016, Universitas Lampung), dalam tesisnya yang berjudul

“Pengembangan Media Pembelajaran Teks Anekdot Berbasis Animasi

pada Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan”. Penelitian ini memiliki

dua tujuan, yaitu mendeskripsikan spesifikasi produk media pembelajaran

berbasis animasi untuk membelajarkan materi teks anekdot dan

33
mengetahui hasil validasi pengembangan media pembelajaran berbasis

animasi untuk membelajarkan materi teks anekdot pada siswa kelas X

SMK. Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R

& D) dengan model DDD-E, yang terdiri atas: Decide, Design, Develop,

Evaluate. Prosedur penelitian ini diawali dengan melakukan analisis

kebutuhan, merumuskan tujuan khusus, mengembangkan bahan atau

materi, mengembangkan instrumen, mengembangkan dan menyusun

naskah media, melakukan uji coba, melakukan revisi serta produksi.

Produk yang dihasilkan pada penelitian dan pengembangan ini berupa

Compact Disk (CD) dan buku panduan penggunaan media pembelajaran

teks anekdot berbasis animasi. Spesifikasi produk dalam media

pembelajaran ini terdiri atas menu kompetensi, materi, latihan dan

referensi. Hasil validasi ahli media dalam pengembangan media

pembelajaran ini yaitu validasi aspek rekayasa perangkat lunak sebesar

91,67 %, validasi aspek komunikasi visual sebesar 83,3%, validasi aspek

desain pembelajaran sebesar 77,5%. Hasil angket uji perseorangan yaitu

aspek kemenarikan sebesar 82,14%, aspek interaktivitas sebesar 79,16%,

aspek kemudahan program sebesar 77,78%. Hasil angket daya tarik pada

kelas sasaran yaitu aspek kemenarikan sebesar 78,05% dan aspek

penggunaan sebesar 77,91%.

34
C. Kerangka Pikir

Keberhasilan sebuah pembelajaran ditentukan oleh berbagai faktor. Tak

bisa dimungkiri, guru merupakan salah satu faktor terpenting dalam

keberhasilan sebuah pembelajaran. Guru memang bukan aktor utama. Namun,

peran guru sebagai sutradara/fasilitator dituntut memiliki kemampuan untuk

mendesain pembelajaran di kelasnya sedemikian rupa hingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Seorang guru harus pandai memanfaatkan berbagai sumber belajar

yang ada di lingkungannya. Tentu saja sumber belajar tidak harus berupa buku.

Sumber belajar merupakan segala hal yang dapat dimanfaatkan untuk

membantu memahamkan peserta didik terhadap sesuatu. Alat bantu tersebut

dapat berupa media pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran),

sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa

dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa media adalah alat yang dapat membantu proses belajar

mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan

sehingga tujuan pelajaran dengan lebih baik dan sempurna.

Keberadaan media pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan

dan perkembangan zaman. Saat ini teknologi sudah berkembang demikian

pesat. Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia apalagi usia sekolah sudah

“melek” teknologi. Teknologi adalah sebuah kebutuhan yang dapat memberi

kemudahan untuk melakukan sesuatu, termasuk belajar.

35
Jika di abad 21 yang dikatakan zaman milenial menuju era Revolusi

Industri 4.0 seorang guru masih menggunakan media pembelajaran yang

bersifat konvensional dan tidak mengikuti perkembangan zaman, tentu peserta

didik akan mudah mengalami kebosanan dalam belajar dan menurunkan

motivasi untuk berprestasi. Kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut.

KERANGKA PIKIR PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN


VIDEO STAND UP COMEDY DALAM PEMBELAJARAN MENULIS
TEKS ANEKDOT

Peserta Didik
▪ Kurang motivasi
▪ Kurang memahami Memanfaatkan
materi teknologi
Pengembangan
Media Ajar
Guru
▪ Kurang ketersediaan Mengembangkan
media pembelajaran pembelajaran dalam
▪ Kurangnya kemampuan menulis teks anekdot
untuk mengembangkan
media pembelajaran

Pembelajaran lebih Produk media


▪ bermakna ajar menggunakan
▪ menyenangkan video stand up
comedy dalam
pembelajaran
menulis teks
anekdot

Gambar 2.1 Kerangka pikir pengembangan media ajar video stand up comedy
dalam pembelajaran menulis teks anekdot

36
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Karanganyar yang

beralamat di Jalan Raya Bobotsari - Karanganyar Km. 3, Banjarkerta, Kec.

Karanganyar, Kab. Purbalingga Prov. Jawa Tengah. Penelitian dilakukan pada

semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019, yaitu pada bulan Juli sampai

dengan bulan Januari 2018.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan subjek dari penelitian yang dapat

berwujud semua kasus kejadian, orang, ataupun hal lain yang memiliki satu

atau beberapa karakteristik yang sama. Menurut Sugiyono (2016:117),

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam

penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Karanganyar.

Sampel merupakan bagian dari populasi. Pada penelitian ini, teknik

pengambilan sampel dilakukan dengan Purposive Sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016:124).

Pertimbangan yang digunakan adalah kelas dengan kompetensi keahlian yang

sesuai dengan kompetensinya. Hal ini dikarenakan peserta didik dengan

37
kompetensi keahlian Multimedia sudah terbiasa menggunakan perangkat

teknologi/multimedia, sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah peserta didik kelas X MM1 berjumlah 36 orang.

C. Model Penelitian dan Pengembangan

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian dan pengembangan (research and development/ R&D)

menggunakan desain model ADDIE (Gagne, 2005). Model ADDIE terdiri dari

lima langkah, yakni: analysis, design, development, implementation, and

evaluation. Berikut ini adalah langkah-langkah model ADDIE dalam

pengembangan media pembelajaran video.

1. Analisis (Analysis)

Tahap analysis merupakan tahap dimana peneliti menganalisis

perlunya pengembangan media pembelajaran dan menganalisis kelayakan

dan syarat-syarat pengembangan. Tahapan analisis yang dilakukan penulis

mencakup tiga hal yaitu analisis kebutuhan, analisis media dan isi, dan

analisis karakter peserta didik. Secara garis besar tahapan analisis yang

dilakukan penulis adalah sebagai berikut.

a. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan dengan terlebih dahulu

menganalisis keadaan bahan ajar sebagai informasi utama dalam

pembelajaran serta ketersediaan bahan ajar yang mendukung

terlaksananya suatu pembelajaran. Pada tahap ini akan ditentukan

38
media pembelajran yang perlu dikembangkan untuk membantu

peserta didik belajar.

b. Analisis Kurikulum

Pada analisis media dan isi disesuaikan dengan kurikulum yang

berlaku, tahapan analisis dilakukan dengan memperhatikan

karakteristik kurikulum yang sedang digunakan dalam suatu sekolah.

Hal ini dilakukan agar pengembangan yang dilakukan dapat sesuai

tuntutan kurikulum yang berlaku. Kemudian peneliti mengkaji KD

untuk merumuskan indikator-indikator pencapaian pembelajaran.

c. Analisis Karakter Peserta Didik

Analisis ini dilakukan untuk melihat sikap peserta didik terhadap

pembelajaran matematika. Hal ini dilakukan agar pengembangan

yang dilakukan sesuai dengan karakter peserta didik.

2. Merancang (Design)

Tahap kedua dari model ADDIE adalah tahap design atau

perancangan. Pada tahap ini mulai dirancang prototype dalam pembuatan

video stand up comedy yang akan dikembangkan sesuai hasil analisis yang

dilakukan sebelumnya. Selanjutnya, tahap perancangan dilakukan dengan

menentukan unsur-unsur yang diperlukan dalam video stand up comedy

seperti penyusunan peta kebutuhan hasil dari analisis. Peneliti juga

mengumpulkan referensi yang akan digunakan dalam mengembangkan

materi dan isi dalam media pembeajaran video stand up comedy .

39
Pada tahap ini, peneliti juga menyusun instrumen yang akan

digunakan untuk menilai video stand up comedy yang dikembangkan.

Instrumen disusun dengan memperhatikan aspek penilaian video stand up

comedy yaitu aspek kelayakan fisik media dan isi, kelayakan bahasa,

kelayakan penyajian, kelayakan kegrafikaan, dan kesesuaian dengan

pendekatan yang digunakan. Instrumen yang disusun berupa lembar

penilaian video stand up comedy dan angket respon. Selanjutnya instrumen

yang sudah disusun akan divalidasi untuk mendapatkan instrumen

penilaian yang valid.

3. Mengembangkan (Development)

Tahap pengembangan merupakan tahap realisasi produk. Pada

tahap ini pengembangan media pembelajran video stand up comedy

dilakukan sesuai dengan rancangan. Setelah itu, media pembelajran video

stand up comedy tersebut akan divalidasi oleh dosen ahli dan guru serta

pengguna yaitu peserta didik. Pada proses validasi, validator

menggunakan instrumen yang sudah disusun pada tahap sebelumnya.

Validasi dilakukan untuk menilai validitas fisik media dan media.

Validator diminta memberikan penilaian terhadap media pembelajran

video stand up comedy yang dikembangkan berdasarkan aspek kelayakan

fisik media dan isi media serta memberikan saran dan komentar berkaitan

dengan fisik dan isi media pembelajaran video stand up comedy yang

nantinya akan digunakan sebagai patokan revisi perbaikan dan

penyempurnaan media pembelajran video stand up comedy. Validasi

40
dilakukan hingga pada akhirnya media pembelajran video stand up comedy

dinyatakan layak untuk diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran.

Pada tahap ini, peneliti juga melakukan analisis data terhadap hasil

penilaian media pembelajaran video stand up comedy yang didapatkan dari

validator. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai kevalidan media

pembelajaran video stand up comedy.

4. Penerapan (Implement)

Tahap keempat adalah implementasi. Implementasi dilakukan

secara terbatas pada kelas yang ditunjuk sebagai tempat penelitian. Guru

melakukan pembelajaran dengan bantuan media pembelajaran video stand

up comedy yang sudah dikembangkan. Peneliti bertugas sebagai observer

dan mencatat segala sesuatu pada lembar observasi yang dapat digunakan

sebagai perbaikan media pembelajaran video stand up comedy. Setelah

proses pembelajaran selesai, peserta didik melakukan tes dengan

menggunakan soal yang sudah disediakan. Soal tersebut telah disusun

berdasarkan indikator ketercapaian kompetensi untuk melihat tingkat

keefektifan penggunaan media pembelajaran video stand up comedy yang

dikembangkan. Pada tahap ini, peneliti juga melakukan penyebaran angket

respon kepada guru dan peserta didik yang berisi butir-butir pernyataan

tentang penggunaan media pembelajaran video stand up comedy dalam

pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data terkait dengan

aspek kevalidan, keefektifan, dan kepraktisan penggunaan media

pembelajaran video stand up comedy.

41
Selain itu, guru dan peserta didik juga diminta memberi komentar

sebagai acuan revisi yang kedua sesuai tanggapan guru dan peserta didik.

Setelah dilakukan penyebaran angket dan melakukan evaluasi, peneliti

melakukan analisis data. Analisis yang pertama adalah analisis berdasarkan

hasil angket respon. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui nilai

kevalidan media pembelajaran video stand up comedy yang dikembangkan.

Selain nilai kevalidan, pada tahap ini juga dilakukan penilaian terhadap

keefektifan dan kepraktisan media pembelajaran video stand up comedy.

Data kevalidan didapat dari hasil validasi ahli dan validasi pengguna, data

keefektivan didapat dari nilai tes hasil belajar peserta didik, data

kepraktisan diperoleh dari pemahaman peserta didik dalam menganalisis

struktur teks anekdot dan dapat membedakan kaidah kebahasaan teks

anekdot atau bukan melalui tayangan media pembelajaran video stand up

comedy.

5. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi dilakukan dalam bentuk formatif. Evaluasi formatif

mengacu kepada pendapat Vaughan (2006), yaitu alfa test dan betha test.

Alfa test merupakan evaluasi yang dilakukan oleh ahli pembelajaran untuk

mengevaluasi model pembelajaran yang dikembangkan, dari ahli materi,

dan ahli media yang dilakukan sebelum produk atau model yang baru

diterapkan di kelas. Alfa test bertujuan untuk mengkaji apakah model yang

dikembangkan sudah memenuhi kriteria secara keilmuan/teoretis.

42
Setelah proses alfa test dilakukan dan direkomendasikan untuk

diteruskan, langkah selanjutnya adalah revisi terakhir terhadap media

pembelajaran video stand up comedy atau sering dikenal dengan betha test,

yang dikembangkan berdasarkan masukan yang didapat dari angket respon

dan saran dari para ahli baik dari ahli materi ataupun ahli media. Hal ini

bertujuan agar media pembelajaran video stand up comedy yang

dikembangkan benar-benar sesuai dan layak serta dapat digunakan oleh

sekolah untuk pembelajaran Bahasa Indonesia dalam materi menulis teks

anekdot. Hasil evaluasi digunakan untuk memberi umpan balik kepada

pengembang dan pihak pengguna.

Skema model ADDIE yang digunakan dalam pengembangan

media pembelajaran video stand up comedy dapat digambarkan sebagai

berikut.

Gambar 3.1 Model ADDIE

43
Rangkuman penerapan model ADDIE dalam pengembangan

media pembelajaran video stand up comedy dalam pembelajaran teks

anekdot tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 3.1 Rangkuman Ativitas Model ADDIE


Tahap
Aktivitas
Pengembangan
Analisis kebutuhan untuk menentukan masalah dan
Analysis
solusi yang tepat dan menentukan kompetensi siswa.
Menentukan pendekatan pembelajaran, menyusun
kerangka media pembelajaran video stad up comedy, peta
Desain
kebutuhan media pembelajaran video stad up comedy serta
menyusun lembar penilaian.
Mengembangkan media pembelajaran video stad up
Development comedy sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang
dipilih
Mengujicobakan media pembelajaran video stad up
Implementation
comedy, melaksanakan tes, serta membagi angket respon.
Melakukan analisis serta perbaikan terhadap kesalahan
Evaluation
yang terjadi selama pembelajaran.

44
D. Prosedur Pengembangan Instrumen Proses Menulis Teks Anekdot

1. Analisis Tahapan Menulis

Proses menulis menurut Tompskin (1990:73) menyajikan lima

tahapan menulis yaitu pramenulis, pembuatan draf, merevisi, menyunting,

dan berbagi atau sharing. Dalam setiap tahapan menulis terdapat kegiatan

yang dilakukan oleh siswa. Hal tersebut yang digunakan sebagai indikator

pengukuran dalam instrumen ini. Indikator setiap tahapan sebagai berikut.

Tabel 3.2 Analisis Tahapan Menulis


No Aspek Deskriptor
1. Tahap • Memilih ide
Pramenulis • Memilih topik
• Melakukan kegiatan–kegiatan latihan sebelum
menulis
• Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan
mereka tulis
• Mengidentifikasi tujuan menulis
• Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan
pembaca dan tujuan yang telah mereka tentukan
2. Tahap • Menentukan orientasi
Menulis • Menentukan argumentasi
• Menentukan kesepakatan
• Membuat draf karangan
3. Tahap • Berbagi tulisan dengan teman
Merevisi • Berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi
• Mengubah tulisan dengan memerhatikan saran
teman
4. Tahap • Membetulkan kesalahan penulisan
Menyunting • Membantu membetulkan kesalahan bahasa
teman
• Mengoreksi penulisan karya mereka sendiri

45
Indikator Pembelajaran

Kompetensi Dasar :

3.6 Menganalisis struktur dan kebahasaan teks anekdot.

4.6 Menciptakan kembali teks anekdot dengan memerhatikan struktur, dan

kebahasaan baik lisan maupun tulis

Indikator:

1. 3.6.1 Mengidentifikasi struktur isi teks anekdot (abstrak, orientasi,

krisis, respon, dan koda).

2. 3.6.2 Menemukan ciri bahasa teks anekdot (pertanyaan retoris, proses

material, dan konjungsi temporal).

3. 3.6.3 Menjelaskan makna kata, istilah, dan ungkapan dalam teks

anekdot.

4. 4.6.1 Menyusun teks anekdot sesuai dengan struktur isi teks anekdot

dan kebahasaan

5. 4.6.2 Mempresentasikan teks anekdot dengan intonasi dan ekspresi

yang tepat serta saling memberikan komentar.

2. Ragam alat menulis teks anekdot

Ragam alat yang digunakan yaitu instrumen penilaian proses untuk

mendeteksi kegiatan belajar siswa dan penugasan.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Proses Menulis Anekdot


No Aspek Indikator
1. Tahap • Siswa mengamati model teks anekdot
Pramenulis yang diberikan oleh guru
• Siswa menanyakan tentang struktur dan
peristiwa yang terdapat dalam teks
anekdot

46
• Siswa berkelompok 4—5 orang
• Siswa ditayangkan video tentang anekdot
yang telah disenyapkan suaranya
• Siswa mengamati video yang ditayangkan
• Secara berkelompok, siswa memilih topik
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
mereka
• Secara berkelompok, siswa melakukan
kegiatan–kegiatan latihan sebelum
menulis
• Siswa mengidentifikasi pembaca tulisan
yang akan mereka tulis
• Siswa mengidentifikasi tujuan menulis
• Secara berkelompok, siswa menentukan
topik sesuai dengan pembaca dan tujuan
menulis
2. Tahap Menulis • Siswa menentukan kalimat orientasi
berdasarkan topik yang akan diangkat
menjadi tulisan
• Siswa menentukan kalimat argumen
berdasarkan topik yang akan diangkat
menjadi tulisan
• Siswa menentukan kalimat kesepakatan
berdasarkan topik yang akan diangkat
menjadi tulisan
• Siswa membuat draf karangan
• Siswa menyusun draf karangan menjadi
tulisan yang utuh
• Siswa menentukan judul yang menarik
minat pembaca
3. Tahap Merevisi • Siswa membaca kembali tulisan sendiri
• Siswa berbagi tulisan dengan teman
dalam kelompok kecil
• Siswa berpartisipasi secara konstruktif
dalam diskusi kelompk kecil
• Sisw mengubah tulisan dengan
memerhatikan saran teman

47
4. Tahap Menyunting • Siswa membetulkan kesalahan penulisan
• Siswa membantu membetulkan kesalahan
bahasa teman
• Siswa mengoreksi penulisan karya
mereka sendiri
5. Tahap Berbagi • Siswa membuat salinan akhir dari tulisan
mereka.
• Siswa memublikasikan tulisan mereka
dalam bentuk yang tepat.

Tabel 3.4 Instrumen Penilaian Proses Menulis Teks Anekdot

No Aspek Deskriptor Ya Tidak Catatan


1. Pra a. Apakah siswa mengamati
menulis video yang ditayangkan
b. Apakah siswa menggali ide
dengan menghubungkan
video yang ditayangkan
dengan pengalaman pribadi
mereka?
c. Apakah ide yang dihasilkan
siswa sesuai dengan
perkembangan pengetahuan
siswa
d. Apakah siswa dapat
menentukan tema yang akan
ditulis
e. Apakah siswa dapat
membuat alur untuk
menulis teks anekdot?
f. Apakah siswa dapat
menentukan tokoh yang
sesuai dengan tema yang
sudah dipilih?
g. Apakah siswa dapat
menggambarkan latar cerita
dengan tepat?
2. Menulis a. Apakah siswa mampu
menuliskan orientasi secara
menarik, unik, dan kreatif
dalam kolom yang
disediakan?
b. Apakah siswa mampu
menuliskan kalimat

48
argumen yang menarik,
unik, dan kreatif dalam
kolom yang disediakan?
c. Apakah siswa mampu
menuliskan kesepakatan
yang menarik, unik, dan
kreatif dalam kolom yang
disediakan?
d. Apakah siswa mampu
mengembangkan kalimat
orientasi, argumen, dan
kesepakatan yang telah
ditulis dikolom masing-
masing menjadi sebuah
paragraf
e. Apakah siswa mampu
mengembangkan paragraf-
paragraf tersebut dalam
bentuk karangan utuh?
f. Apakah siswa memberikan
judul yang menarik dan
menggugah rasa penasaran
pembaca?
3. Pasca a. Apakah siswa mampu
menulis melakukan revisi tulisan
berdasarkan aspek
kelogisan, ejaan dan tanda
baca yang tepat (EYD)?
b. Apakah siswa mampu
melakukan penyuntingan
aspek kelogisan, ejaan dan
tanda baca yang tepat
(EYD)?
c. Apakah siswa mampu
melakukan publikasi
terhadap karya teks anekdot
yang telah mereka buat?

49
Soal/Instrumen

1. Amatilah tayangan video berikut!

2. Analisis Struktur Teks Anekdot (simpulkan struktur teks berdasarkan

kelengkapannya, yang terdapat pada kalimat yang sesuai dengan isi video)

a. Abstraksi (contoh penggunaan)

b. Orientasi (contoh penggunaan)

c. Krisis (contoh penggunaan)

d. Respon (contoh penggunaan)

e. Koda (contoh penggunaan)

3. Analisis Aspek Kebahasaan (simpulkan aspek kebahasaan berdasarkan

kelengkapannya yang terdapat pada kalimat yang sesuai dengan isi video)

a. Nomina (contoh penggunaan)

b. Verba (contoh penggunaan)

c. Konjungsi (contoh penggunaan)

d. Kata ganti orang (contoh penggunaan)

e. Makna Tersirat (contoh penggunaan)

4. Gabungkan kalimat-kalimat yang telah dibuat menjadi sebuah teks

anekdot yang utuh!

50
E. Pedoman Penggunaan Media

1. Buka atau tekan tombol pada player DVD Rom, kemudian masukkan disk

atau keping DVD yang akan diputar di drive. Perangkat lunak pemutar CD

/ DVD diperlukan untuk menjalankan disk. Jika kita menggunakan sistem

operasi windows memiliki pemutar bernama windows media player .

2. Bukalah fasiitas windows explorer.

3. Kemudian buka di folder drive CD/DVD pada windows explorer.

4. Setelah itu klik dua kali pada file video stand up comedy tersebut, maka

secara otomatis laptop atau komputer memutar video tersebut

menggunakan aplikasi pemutar video bawaan dari sistem operasi.

F. Keabsahan Data

Beberapa cara yang dilakukan untuk menguji keabsahan data hasil

penelitian dan pengembangan adalah sebagai berikut :

1. Keabsahan Konstruk (Construct validity)

Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yang

diukur benar-benar merupakan variabel yang ingin diukur. Keabsahan ini

juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu

caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam

penelitian ini teknik triangulasi yang digunakan adalah teknik yang

dikembangkan oleh Denzim (Moleong, 2007:331), yaitu:

51
a. Triangulasi Data

Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil

wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari

satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.

b. Triangulasi Pengamat

Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil

pengumpulan data. Dalam penelitian ini, kolega, pengawas pembina

yang bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan

masukan terhadap hasil pengumpulan data.

c. Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa

data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini,

berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan

menguji terkumpulnya data tersebut.

d. Triangulasi Metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode

wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti

melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode

observasi pada saat wawancara dilakukan.

2. Keabsahan Internal (Internal validity)

Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh

kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.

Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang

52
tepat. Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah

dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun

telah dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya

kesimpulan lain yang berbeda.

3. Keabsahan Eksternal (Eksternal validity)

Keabsahan eksternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat

digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif

memiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, tetapi penelitiaan kualitatif

dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap kasus-kasus lain

selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama.

4. Keajegan (Reliabilitas)

Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian

berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian

yang sama, sekali lagi. Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada

kemungkinan peneliti selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila

penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek yang sama. Hal ini

menunjukkan bahwa konsep keajegan penelitian kualitatif selain

menekankan pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan data dan

pengolahan data.

53
G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitiaan ini, peneliti menggunakan 4 teknik pengumpulan

data, yaitu:

1. Wawancara

Wawancara adalah metode pengmbilan data dengan cara

menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan

bercakap-cakap secara tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan

dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman

wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek-

aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list)

apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan.

Dengan pedoman demikian interviewer harus memikirkan bagaimana

pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara konkret dalam kalimat tanya,

sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat

wawancara berlangsung.

2. Observasi

Di samping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode

observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala

dalam objek penelitian. Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk

melengkapi data yang diperoleh melalui proses wawancara.

Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek,

perilaku subjek selama proses pembelajaran, interaksi subjek dengan

54
subjek lainnya selama implementasi media pembelajaran yang baru.

Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari,

aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam

aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat

dalam kejadian yang diamati tersebut. Observasi memungkinkan peneliti

merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang

dilakukan. Impresi dan perasaan pengamatan akan menjadi bagian dari

data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena

yang diteliti.

3. Kuesioner

Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diajukan kepada

subjek penelitian. Daftar pertanyaan disusun berdasarkan indikator

pemanfaatan media pembelajaran yang menggunakan model baru yang

dikembangkan. Kuesioner menekankan kepada aspek kesan dan

pengalaman yang diperoleh subjek penelitian selama proses pembelajaran

yang menggunakan media pembelajaran baru yang dikembangkan.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

merekam dan mendokumentasikan seluruh proses penelitian

pengembangan. Data yang didokumentasikan. Dokumen yang diperoleh

berupa foto, video, angket jawaban responden atau subjek uji coba.

55
H. Analisis Data

Dalam menganalisis penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-

tahapan yang perlu dilakukan (Marshall dan Rossman, 2002), di antaranya:

1. Mengorganisasikan Data

Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui

wawancara, observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Data selanjutnya

dibuatkan transkripnya dengan cara mengorganisasikan data sesuai dengan

sumber dan cara pengumpulannya. Data yang telah didapat dibaca

berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah

didapatkan.

2. Pengelompokan Data

Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap

data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang

muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan jenis

alat pengumpulan data, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis

sebagai acuan dan pedoman dalam mekukan coding. Dengan pedoman ini,

peneliti kemudian kembali membaca transkrip alat pengumpul data dan

melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok

pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat,

kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis

yang telah dibuat.

56
3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang Ada terhadap Data

Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti

menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam

penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis

ditinjau kembali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam

Bab II, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan

teoretis dengan hasil yang dicapai.

4. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data

Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi

terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan

kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu

mencari suatau alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah

didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternatif

penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdapat hal-hal

yang menyimpang dari asumsi atau belum terpikirkan sebelumnya. Pada

tahap ini akan dijelaskan dengan alternatif lain melalui referensi atau teori-

teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan,

kesimpulan dan saran.

5. Menulis Hasil Penelitian

Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan

merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali

apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini,

penulisan yang dipakai adalah presentase data yang didapat, yaitu

57
penulisan data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam,

observasi dengan subjek dan signifikan, kuesioner, dan dokumentasi.

Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek dibaca

berulang kali sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya,

kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan

pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara

keseluruhan, di mana di dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan

dari hasil penelitian.

Standar penilaian yang digunakan dalam penghitungan skor

tentang pemahaman dan penguasaan subjek validasi dan subjek uji coba

mengikuti standar yang diberikan oleh Arikunto (1986: 236). yang

digambarkan dalam tabel berikut.

Tabel 3.5 Standar Penilaian Kuesioner

ANGKA 100 ANGKA 10 HURUF KATEGORI

80 – 100 8,0 – 10,0 A Baik Sekali

66 – 79 6,6 – 7,9 B Baik

56 – 65 5,6 – 6,5 C Cukup

40 – 55 4,0 – 5,5 D Kurang

30 – 39 3,0 – 3,9 E Gagal

Karakteristik data penelitian yang dikumpulkan memiliki 2

karakteristik, yakni data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif

merupakan data yang diperoleh melalui proses wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Data ini dianalisis secara kualitatif dengan model yang

58
dikembangkan Miles dan Huberman (1992: 16), yaitu reduksi data,

penyajian, penarikan kesimpulan, dan verifikasi.

Reduksi data merupakan proses analisis dengan memilah data

yang sama tetapi diperoleh dari sumber berbeda. Pada proses ini dilakukan

pemilahan data yang tidak berguna akan dibuang. Sementara data yang

berguna akan disimpan untuk dilakukan analisis pada tahap berikutnya.

Seleksi data dilakukan secara terus menerus selama penelitian dilakukan

dengan melakukan pengecekan, penyederhanaan, pengaturan,

menajamkan, mengklasifikasi, dan membuat ringkasan data.

Penyajian data adalah menampilkan data yang sudah direduksi

dengan cara-cara terorganisasi sehingga memudahkan pada saat penarikan

kesimpulan. Pada proses ini data disederhanakan dan disusun secara

sistematik agar dapat memberikan gambaran yang jelas tentang fokus

penelitian. Data yang sudah disajikan selanjutnya dianalisis. Analisis data

dalam penelitian ini memperhatikan prinsip-prinsip berikut: Pertama,

bahwa analisis data dan kesimpulan yang diambil harus dari penelitian

yang berakar kuat. Selanjutnya langsung dikonfirmasi kepada teori dan

penalaran abstrak, semua analisis dan kesimpulan didasarkan kepada bukti

yang telah dikumpulkan. Kedua, terkait dengan yang pertama, bahwa

penjelasan data oleh peneliti harus muncul dari pembacaan yang cermat

dan teliti terhadap data. Ini tidak berarti bahwa data dapat 'berbicara

sendiri' atau bahwa maknanya adalah jelas, ini akan menjadi pendekatan

yang sangat mengambil kesimpulan. Memang, penting untuk menekankan

59
bahwa makna data kualitatif selalu melibatkan proses interpretasi. Ketiga,

bahwa peneliti harus menghindari alasan prasangka ke dalam analisis data.

Prasangka pribadi ini memungkinkan timbulnya bias yang timbul dari

pengetahuan tentang teori-teori sebelumnya dan hasil penelitian terdahulu.

Ini tidak berarti bahwa peneliti harus (atau bisa) mendekati materi

pelajaran tanpa referensi, atau pengetahuan, sebelumnya penelitian pada

topik, tetapi tidak berarti bahwa analisis data kualitatif tidak harus

didasarkan pada konsep yang didatangkan langsung dari teori yang sudah

ada atau penelitian sebelumnya. Keempat, bahwa analisis data harus

melibatkan proses interaktif. Perkembangan teori, hipotesis, konsep atau

generalisasi harus didasarkan pada sebuah proses yang terus bergerak

bolak-balik membandingkan data empiris dengan kode-kode, kategori dan

konsep yang sedang digunakan (Denscombe, 2007: 287-288).

Setelah dilakukan analisis data, langkah selanjutnya adalah

menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan

upaya mencari dan mengungkap makna dari komponen-komponen data

yang disajikan dengan melakukan analisis terhadap keteraturan, perbedaan

dan persamaan, hubungan sebab akibat, dan proposisi data. Upaya

penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan dengan peninjauan

terhadap penyajian data dan catatan di lapangan, baik berdasarkan hasil

pengamatan, wawancara dengan narasumber, jawaban penyebaran

kuesioner maupun dokumen-dokumen lain yang ada.

60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan yang dipaparkan dalam bab ini meliputi

pengembangan media pembelajaran video stand up comedy dalam pembelajaran

menulis teks anekdot siswa kelas X SMK Negeri 1 Karanganyar dan kualitas media

pembelajaran yang dihasilkan ditinjau dari aspek kevalidan, keefektifan, dan

kepraktisan.

Penelitian pengembangan (research and development) ini dilakukan

selama semester ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019, yaitu antara bulan Juli 2018

sampai dengan bulan Januari 2019.

A. Pengembangan Media Pembelajaran Video stand up comedy dalam

Pembelajaran Menulis Teks Anekdot untuk Kelas X SMK Negeri 1

Karanganyar

Pengembangan media pembelajaran video stand up comedy dilakukan

melalui beberapa tahapan, yaitu analisis (analysis), perencanaan (design),

pengembangan (develop), penerapan (implement), dan evaluasi (evaluation).

Tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Analisis (analysis)

Tahapan analisis yang dilakukan adalah menganalisis kebutuhan

guru dan peserta didik terhadap media pembelajaran. Analisis dilakukan

dengan cara mengisi angket dan hasil angket dianalisis untuk dijadkan

pijakan melakukan pengembangan media.

61
a. Hasil Analisis Kebutuhan Guru terhadap Pengembangan Media

Pembelajaran Video stand up comedy dalam Pembelajaran Menulis

Teks Anekdot Untuk Kelas X SMK Negeri 1 Karanganyar

Hasil analisis kebutuhan guru terhadap pengembangan media

pembelajaran video stand up comedy dalam pembelajaran menulis teks

anekdot didapatkan dari kuesioner (angket) yang diberikan kepada guru

mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMK Negeri 1 Karanganyar

sebanyak 3 (tiga) orang. Guru boleh memilih lebih dari satu jawaban

dari pilihan jawaban yang telah disediakan.

Kebutuhan guru terhadap media pembelajaran video stand up

comedy dalam pembelajaran menulis teks anekdot untuk kelas X SMK

Negeri 1 Karanganyar meliputi kebutuhan guru terhadap adanya media

pembelajaran menulis teks anekdot, kebutuhan guru terhadap fisik

media pembelajaran menulis teks anekdot, dan kebutuhan guru

terhadap isi media pembelajaran menulis teks anekdot.

1) Kebutuhan guru terhadap adanya media pembelajaran menulis

teks anekdot

Hasil pengisian angket menunjukkan bahwa guru

mengetahui keberadaan dan pentingnya media dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia, khususnya materi menulis teks anekdot. Media

pembelajaran yang selama ini digunakan masih terbatas jenisnya dan

guru membutuhkan media pembelajaran yang inovatif sehingga

akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik.

62
Jumlah Pilihan
Indikator Pertanyaan Jumlah
Guru Jawaban
Kebutuhan 3 Menurut Bapak/Ibu, apakah Sangat setuju 3
guru penting media dalam sebuah
Setuju
terhadap pembelajaran?
adanya Tidak setuju
media Sangat tidak
pembelajaran setuju
menulis teks 3 Bagaimana pendapat Sangat setuju 2
anekdot Bapak/Ibu ,apakah penting Setuju 1
pembelajaran menulis teks Tidak setuju
anekdot? Sangat tidak
setuju
3 Setujukah Bapak/Ibu jika ada Sangat setuju 3
pengembangan media
pembelajaran menulis teks Setuju
anekdot? Tidak setuju
Sangat tidak
setuju

Tabel 4.1 Kebutuhan Guru terhadap Adanya Media Pembelajaran menulis Teks Anekdot

Berdasarkan hasil analisis angket kebutuhan guru,

diperoleh data bahwa guru mata pelajaran Bahasa Indonesia

membutuhkan media pembelajaran yang inovatif untuk

membelajarkan menulis teks anekdot. Semua guru menyetujui

bahwa perlu adanya pengembangan media pembelajaran, sehingga

mereka sangat setuju dan mengharapkan ada pengembangan media

pembelajaran untuk pembelajaran menulis teks anekdot.

2) Kebutuhan guru terhadap fisik media pembelajaran menulis

teks anekdot

Guru membutuhkan media pembelajaran inovatif dalam

bentuk media audiovisual atau media yang mengombinasikan antara

63
gambar dan suara agar pembelajaran lebih menarik dan

menyenangkan. Hal ini diperlukan agar pembelajaran bahasa

Indonesia menjadi lebih bervariasi dan tidak membosankan.

Bentuk fisik media audiovisual yang diharapkan adalah

video stand up comedy yang diperankan oleh guru atau siswa yang

di dalamnya dapat menyampaikan materi tentang teks anekdot.

Video stand up comedy sebaiknya memiliki karakter yang sesuai

dengan tema dan memiliki tampilan yang menarik.

Kebutuhan guru terhadap fisik media pembelajaran

sebagaimana tabel berikut ini.

Jumlah Pilihan
Indikator Pertanyaan Jumlah
Guru Jawaban
3 Apakah media pembelajaran Sangat setuju 3
audiovideo membantu dalam
pembelajaran teks anekdot? Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak
setuju
3 Apakah media pembelajaran Sangat setuju 3
Kebutuhan berbentuk video stand up
guru comedy cocok dalam Setuju
terhadap pembelajaran materi teks Tidak setuju
fisik media anekdot?
pembelajaran Sangat tidak
menulis teks setuju
anekdot 3 Apakah media pembelajaran Sangat setuju 2
video stand up comedy
membantu dalam Setuju 1
pembelajaran materi teks
anekdot? Tidak setuju
Sangat tidak
setuju
3 Setujukah jika guru atau siswa Sangat setuju
menjadi pemeran dalam video
Setuju 3
stand up comedy?

64
Tidak setuju
Sangat tidak
setuju
3 Menurut Bapak/Ibu, apakah Sangat setuju 2
ruang studio sekolah bisa
dijadikan setting/latar Setuju 1
pembuatan stand up comedy? Tidak setuju
Sangat tidak
setuju
3 Menurut Bapak/Ibu, apakah Sangat setuju
stand up comedy yang akan
dikembangkan perlu Setuju 3
menggunakan ilustrasi musik Tidak setuju
atau backsound?
Sangat tidak
setuju
3 Menurut Bapak/Ibu, apakah Sangat setuju 3
video stand up comedy
Setuju
menarik untuk pembelajaran
menulis teks anekdot? Tidak setuju
Sangat tidak
setuju
Tabel 4.2 Kebutuhan Guru terhadap Fisik Media Pembelajaran menulis Teks Anekdot

3) Kebutuhan guru terhadap isi media pembelajaran menulis teks

anekdot

Media pembelajaran hendaknya memuat isi yang

dibutuhkan dalam pembelajaran. Kebutuhan guru terhadap isi media

pembelajaran tergambar dalam tabel berikut ini.

Jumlah Pilihan
Indikator Pertanyaan Jumlah
Guru Jawaban
Kebutuhan 3 Apakah video stand up Sangat setuju 3
guru comedy dapat menggali
terhadap isi pemahaman mengenai Setuju
media struktur teks anekdot? Tidak setuju
pembelajara
Sangat tidak
setuju

65
n menulis 3 Apakah video stand up Sangat setuju 3
teks anekdot comedy dapat menggali Setuju
pemahaman mengenai kaidah
Tidak setuju
kebahasaan teks anekdot?
Sangat tidak
setuju
3 Setujukah Bapak/Ibu jika Sangat setuju 3
media pembelajaran video Setuju
stand up comedy untuk Tidak setuju
pembelajaran menulis teks Sangat tidak
anekdot mengangkat tema setuju
pendidikan?
3 Setujukah Bapak/Ibu, jika Sangat setuju 2
pengembangn video stand up Setuju 1
comedy menumbuhkan Tidak setuju
pendidikan karakter, yaitu Sangat tidak
karakter kreatif dan rasa ingin setuju
tahu?
3 Apakah pengembangan media Sangat setuju
video stand up comedy tepat Setuju 3
diterapkan di SMK Negeri 1 Tidak setuju
Karanganyar? Sangat tidak
setuju
Tabel 4.3 Kebutuhan Guru terhadap Isi Media Pembelajaran menulis Teks Anekdot

Tabel di atas menunjukkan bahwa guru membutuhkan

media pembelajaran yang tidak sekadar memuat materi ajar atau

mengajarkan pengetahuan saja, tetapi di dalamnya mengandung

nilai-nilai karakter bangsa. Karakter bangsa yang ditonjolkan di

antaranya karakter kreatif dan rasa ingin tahu.

66
b. Hasil Analisis Kebutuhan Peserta Didik terhadap Pengembangan

Media Pembelajaran Video stand up comedy dalam Pembelajaran

Menulis Teks Anekdot Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 1

Karanganyar

Hasil analisis kebutuhan peserta didik terhadap pengembangan

media pembelajaran video stand up comedy dalam pembelajaran

menulis teks anekdot didapatkan dari kuesioner (angket) yang diberikan

kepada peserta didik kelas X Multimedia 1 SMK Negeri 1 Karanganyar

sebanyak 36 orang. Peserta didik diminta memilih satu jawaban yang

tepat pada pilihan jawaban yang tersedia.

1) Kebutuhan peserta didik terhadap adanya media pembelajaran

menulis teks anekdot

Peserta didik merupakan pihak yang terlibat dan merasakan

langsung kualitas dan imbas dari sebuah pembelajaran. Mereka

dapat memahami apa yang mereka butuhkan dan dapat menilai

pembelajaran seperti apa yang diinginkan. Oleh karena itu, pendapat

peserta didik tentang pentingnya mengembangkan media

pembelajaran sangat dibutuhkan. Berikut ini adalah hasil angket

yang telah diberikan kepada 36 peserta didik kelas X.

67
Jumlah Pilihan
Indikator Peserta Pertanyaan Jawaban Jumlah
Didik
Kebutuhan 36 Apakah materi menulis teks Sangat setuju 30
anekdot perlu dipelajari
peserta didik Setuju 6
dalam pembelajaran mata
terhadap pelajaran Bahasa Indonesia? Tidak setuju
adanya Sangat tidak
media setuju
36 Apakah menulis teks anekdot Sangat setuju 21
pembelajaran merupakan keterampilan yang
Setuju 15
menulis teks bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari? Tidak setuju
anekdot
Sangat tidak
setuju
36 Menurut kalian, apakah Sangat setuju 20
menulis teks anekdot termasuk Setuju 16
pembelajaran yang sulit? Tidak setuju
Sangat tidak
setuju
36 Apakah perlu adanya Sangat setuju 25
pengembangan media
Setuju 11
pembelajaran menulis teks
anekdot dalam pembelajaran Tidak setuju
Bahasa Indonsia?
Sangat tidak
setuju
Tabel 4.4 Kebutuhan Peserta Didik terhadap Adanya Media Pembelajaran
Menulis Teks Anekdot

Berdasarkan hasil analisis angket kebutuhan peserta didik,

diperoleh data bahwa peserta didik membutuhkan media

pembelajaran yang inovatif untuk membelajarkan menulis teks

anekdot. Sebagian besar guru mengakui bahwa beliau belum pernah

melakukan pengembangan media pembelajaran, sehingga beliau

sangat setuju dan mengharapkan ada pengembangan media

pembelajaran untuk pembelajaran menulis teks anekdot.

68
2) Kebutuhan peserta didik terhadap fisik media pembelajaran

menulis teks anekdot

Peserta didik membutuhkan pembelajaran yang inovatif,

menarik, dan tidak membosankan. Hal ini akan menumbuhkan

motivasi dan rasa senang dalam belajar sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan mudah. Salah satu hal yang

membuat peserta didik senang belajar adalah kehadiran media

pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk lebih terlibat

aktif dalam belajar. Media pembelajaran yang diinginkan peserta

didik adalah media dalam bentuk audiovisual atau media yang

mengombinasikan antara gambar dan suara agar pembelajaran lebih

menarik dan menyenangkan.

Bentuk fisik media pembelajaran adalah pembelajaran

berupa audiovisual dan jenis media audiovisual yang diharapkan

adalah video dengan jenis video stand up comedy yang mempunyai

karakter yang kuat dan menghibur, media tersebut bertujuan dapat

memberikan gambaran dalam menulis teks anekdot. Video stand up

comedy diharapkan memiliki tema dan memiliki tampilan yang

menarik.

Beberapa peserta didik menginginkan video stand up

comedy diperankan oleh tokoh yang berasal dari siswa ataupun guru.

Dengan kehadiran video stand up comedy sebagai media

69
pembelajaran, peserta didik berharap pembelajaran akan semakin

menarik dan meningkatkan motivasi belajar.

Kebutuhan peserta didik terhadap fisik media pembelajaran

sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut ini.

Jumlah Pilihan
Indikator Peserta Pertanyaan Jawaban Jumlah
Didik
Kebutuhan 36 Apakah pengembangan media Sangat setuju 16
peserta didik pembelajaran yang cocok Setuju 20
terhadap untuk materi teks anekdot Tidak setuju
fisik media berupa video stand up Sangat tidak
pembelajaran comedy? setuju
menulis teks
36 Setujukah kalian jika media Sangat setuju 30
anekdot
pembelajaran video stand up Setuju 6
comedy menggunakan tokoh Tidak setuju
manusia bukan animasi atau Sangat tidak
kartun? setuju
36 Menurut kalian apakah ruang Sangat setuju 6
studio sekolah bisa dijadikan Setuju 30
setting/latar pembuatan stand Tidak setuju
up comedy? Sangat tidak
setuju
36 Setujukah kalian jika guru Sangat setuju 32
atau siswa menjadi pemain Setuju 4
dalam video stand up Tidak setuju
comedy? Sangat tidak
setuju
36 Apakah gambar, suara dan Sangat setuju 34
musik pada video stand up Setuju 2
comedy dapat terlihat dan
Tidak setuju
terdengar dengan jelas?
Sangat tidak
setuju
Tabel 4.5 Kebutuhan Peserta Didik terhadap Adanya Media Pembelajaran
Menulis Teks Anekdot

70
3) Kebutuhan peserta didik terhadap isi media pembelajaran

menulis teks anekdot

Media pembelajaran hendaknya memuat isi yang

dibutuhkan dalam pembelajaran. Kebutuhan peserta didik terhadap

isi media pembelajaran tergambar dalam tabel berikut ini.

Jumlah Pilihan
Indikator Peserta Pertanyaan Jawaban Jumlah
Didik
Kebutuhan 36 Apakah dengan adanya media Sangat setuju 36
pembelajaran video stand up Setuju
peserta didik
comedy bisa membantu dalam Tidak setuju
terhadap isi pembelajaran teks anekdot? Sangat tidak
media setuju
36 Apakah pembelajaran Sangat setuju 36
pembelajara Setuju
menggunakan video stand up
n menulis Tidak setuju
comedy lebih menarik? Sangat tidak
teks anekdot setuju
36 Setujukah kalian jika media Sangat setuju 6
pembelajaran video stand up Setuju 30
comedy untuk pembelajaran Tidak setuju
menulis teks anekdot Sangat tidak
mengangkat tema setuju
pendidikan?
36 Apakah bahasa yang Sangat setuju 6
digunakan komika/pemain Setuju 30
pada video stand up comedy Tidak setuju
mudah dipahami? Sangat tidak
setuju
36 Apakah setelah melihat video Sangat setuju 7
stand up comedy ini, anda Setuju 29
menjadi lebih percaya diri Tidak setuju
dalam menulis teks anekdot, Sangat tidak
dan mempunyai kreatifitas setuju
untuk memproduksi teks
anekdot dan menimbulkan
rasa ingin tahu lebih dalam
mengenai materi menulis teks
anekdot?

71
36 Setelah melihat video stand Sangat setuju 8
up comedy, apakah video Setuju 28
tersebut membantu kalian Tidak setuju
dalam memahami struktur Sangat tidak
dan kaidah kebahasaaan setuju
menulis teks anekdot?
Tabel 4.6 Kebutuhan Peserta Didik terhadap Adanya Media Pembelajaran
Menulis Teks Anekdot

Tabel di atas menunjukkan bahwa peserta didik

membutuhkan media pembelajaran video stand up comedy yang

bertema pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik

merasa perlu atau membutuhkan sesuatu yang tidak hanya bersifat

pengetahuan saja atau bersifat kognitif, tetapi mereka juga

membutuhkan pengetahuan yang bersifat budaya dalam pendidikan.

2. Perencanaan dan Perancangan (design)

a. Perencanaan

Menurut Alessi dan Trollip’s (2001), pendahuluan yang baik

adalah memiliki perencanaan yang baik, dan memiliki penanda yang

perlu untuk melakukan tindakan. Di dalam tahap ini, pengembang

memastikan suatu pemahaman secara seksama dari rencana proyek

secara keseluruhan. Perencanaan mempunyai langkah-langkah berikut,

yaitu:

72
1) Menggambarkan Ruang Lingkup

Pada tahap ini dilakukan analisis tujuan pengembangan

media yang didasarkan kepada analisis kurikulum, dalam hal ini

Kurikulum 2013. Analisis kurikulum dilakukan pada kompetensi

yang berhubungan dengan media audiovisual yang akan

dikembangkan. Analisis kurikulum yang dilakukan adalah

terhadap Kurikulum 2013 SMK Mapel Bahasa Indonesia Kelas X.

Kompetensi inti pengetahuan (KI-3) dan keterampilan (KI-4) yang

akan dikembangkan adalah sebagai berikut.

Pengetahuan (KI-3) Keterampilan (KI-4)


Memahami, menerapkan, menganalisis Mengolah, menalar, menyaji, dan
dan mengevaluasi pengetahuan faktual, mencipta dalam ranah konkret dan
konseptual, prosedural, dan ranah abstrak terkait dengan
metakognitif berdasarkan rasa pengembangan dari yang dipelajarinya
ingintahunya tentang ilmu di sekolah secara mandiri serta
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, bertindak secara efektif dan kreatif,
dan humaniora dengan wawasan dan mampu menggunakan metoda
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, sesuai kaidah keilmuan.
dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
Tabel 4.7 Kompetensi Inti (KI) Bahasa Indonesia SMK

73
Sedangkan kompetensi dasar dan indikator pencapaian

kompetensi (IPK) yang hendak dicapai adalah sebagai berikut.

Kompetensi Dasar
3.6 Menganalisis struktur dan 4.6 Menciptakan kembali
kebahasaan teks anekdot. teks anekdot dengan
memerhatikan struktur,
dan kebahasaan baik
lisan maupun tulis
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.6.1 Mengidentifikasi struktur isi teks 4.6.1 Menyusun teks anekdot
anekdot (abstrak, orientasi, krisis, sesuai dengan struktur
respon, dan coda). isi teks anekdot dan
kebahasaan
3.6.2 Menemukan ciri bahasa teks 4.6.2 Mempresentasikan teks
anekdot (pertanyaan retoris, anekdot dengan intonasi
proses material, dan konjungsi dan ekspresi yang tepat
temporal). serta saling memberikan
komentar
3.6.3 Menjelaskan makna kata, istilah,
dan ungkapan dalam teks anekdot.
Tabel 4.8 Kompetensi Dasar (KD) Pengetahuan dan Keterampilan
Bahasa Indonesia SMK Kelas X

Pengembangan media pembelajaran video stand up

comedy dalam pembelajaran menulis teks anekdot ini bertujuan

agar peserta didik dapat:

a) Mengidentifikasi isi teks anekdot.

b) Menentukan struktur teks anekdot.

c) Menganalisis kebahasaan teks anekdot.

d) Membuat teks anekdot dengan memperhatikan isi, struktur dan

kebahasaan.

74
e) Memainkan peran dialog anekdot dengan memperhatikan isi,

struktur dan kebahasaan.

Ruang lingkup pengembangan media pembelajaran video

stand up comedy ini dilakukan pada subjek materi menulis teks

anekdot untuk siswa kelas X SMK. Mengacu kepada Kurikulum

2013, maka komponen pembelajaran yang akan dicapai adalah:

1) KI-3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan


(Pengetahuan) mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam
(Keterampilan) ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri serta bertindak secara efektif dan
kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
2) KD 3.6 : Menganalisis struktur dan kebahasaan teks anekdot.

KD 4.6 : Menciptakan kembali teks anekdot dengan


memerhatikan struktur, dan kebahasaan baik lisan
maupun tulis
3) IPK : 3.6.1. Mengidentifikasi struktur (bagian-bagian teks)
anekdot

75
3.6.2. Mengidentifikasi kebahasaan anekdot
4.6.1 Menyusun teks anekdot dengan memerhatikan
struktur dan aspek kebahasaan.
4.6.2 Mempresentasikan teks anekdot yang telah
disusun.
4) Tujuan : Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatann
Pembelajaran pedagogik genre, saintifik, dan CLIL dengan
model saintifik peserta didik dapat :
mengidentifikasi isi dan struktur dalam teks ceramah,
mengidentifikasi kaidah kebahasaan dalam teks
ceramah, menentukan aspek-aspek yang disunting
dalam teks ceramah, dan menyampaikan hasil
suntingan teks ceramah teks ceramah dengan
memperhatikan penguasaan materi. vokal, gestur,
ekspresi, dan intonasi dengan rasa ingin tahu, kerja
keras, tanggung jawab, bersikap bersahabat/
komunikatif selama proses pembelajaran.

5) Materi : • Definisi teks anekdot


• Struktur teks anekdot
• Isi teks anekdot
• Kaidah kebahasaan teks anekdot
Ruang lingkup sebagaimana diuraikan di atas, dapat

dijabarkan dalam pola dasar kegiatan pembelajaran sebagaimana

tabel berikut.

76
POLA DASAR KEGIATAN PEMBELAJARAN (PDKP)
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas :X
Media
KD 3.6 KD 4.6 Indikator Pustaka
C A V P

Menganalisis Menciptakan • Mengidentifikasi struktur √ √ √ √ Buku Bahasa


struktur dan kembali teks (bagian-bagian teks) Indonesia
kebahasaan anekdot dengan anekdot Kelas X
teks anekdot. memerhatikan • Mengidentifikasi SMK,
struktur, dan kebahasaan anekdot Erlangga,
kebahasaan baik • Menyusun teks 2016
lisan maupun anekdot dengan
tulis memerhatikan struktur dan
aspek kebahasaan.
• Mempresentasikan teks
anekdot yang telah disusun

Keterangan:
C : Computer V : Visual/Video
A : Audio P : Proyektor

Tabel 4.9 Pola Dasar Kegiatan Pembelajaran

6) Penyusunan Garis Besar Isi Media Audio Visual (GBIMAV)

Di dalam pola dasar kegiatan pembelajaran sudah

tampak jelas kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator,

serta jenis media yang akan dikembangkan untuk mencapai

pembelajaran selama periode tertentu. Dalam PDKP tersebut

juga sudah ditentukan ada jenis media video/televisi,

sehingga kompetensi inti, kompetensi dasar, serta indikator

tersebut dipilih untuk dikembangkan menjadi media

audiovisual/video stand up comedy, sedangkan media lain

dikembangkan lain waktu.

Penyusunan Garis Besar Isi Media (GBIM) untuk

media pembelajaran video stand up comedy dilakukan oleh

guru dan dikaji oleh ahli materi dan ahli media. Ahli materi

77
mengkaji kebenaran dan kecukupan materi, sedangkan ahli

media mengkaji kemenarikan materi tersebut untuk divideo

stand up comedykan. GBIM merupakan acuan tahapan

jabaran materi (JM) selanjutnya.

Berikut ini adalah GBIM pengembangan media

pembelajaran video stand up comedy dalam pembelajaran

menulis teks anekdot, sebagaimana tergambar dalam tabel

berikut.

GARIS BESAR ISI MEDIA (GBIM)


Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas :X
Penerap
Materi Topik/
KD-3 KD-4 Indikator an Pustaka
Pokok Judul
Konsep
Menganali Menciptak • Mengidentifika
sis struktur an kembali si struktur • Isi anekdot Menulis Video Buku
dan teks (bagian-bagian • Peristiwa/so teks stand up Bahasa
kebahasaa anekdot teks) anekdot sok yang anekdot comedy Indonesi
n teks dengan • Mengidentifika berkaitan berdasar pendek a Kelas X
anekdot. memerhati si kebahasaan dengan kan hasil materi teks SMK,
kan anekdot kepentingan pengama anekdot Erlangga,
struktur, • Menyusun teks publik. tan bertem 2016
dan anekdot dengan• Sindiran. pendidikan
kebahasaa memerhatikan • Unsur
n baik struktur dan humor.
lisan aspek • Kata dan
maupun kebahasaan. Frasa
tulis • Mempresentasi idiomatis
kan teks
anekdot yang
telah disusun
Tabel 4.10 Garis Besar Isi Media

7) Penyusunan Jabaran Materi (JM)

Setelah GBIM selesai disusun, maka langkah

selanjutnya yaitu penyusunan jabaran materi (JM). JM

disusun oleh guru dan dikaji oleh ahli materi dan ahli media.

78
Di dalam JM harus diuraikan secara lengkap materi yang

akan diangkat dalam media video stand up comedy serta

aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari bagi siswa.

Pemilihan aplikasi ini harus disesuaikan dengan lingkungan

siswa. Pendekatan yang digunakan dalam membuat jabaran

materi adalah pendekatan kontekstual, sehingga siswa dapat

belajar dan mengikuti materi pembelajaran sesuai dengan

pengalaman dan kondisi yang ada di lingkungannya.

Jabaran materi media pembelajaran video

stand up comedy dalam pembelajaran menulis teks anekdot

dapat dijabarkan sebagaimana dalam tabel berikut.

JABARAN MATERI MEDIA VIDEO STAND UP COMEDY


Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas :X
Topik/ Penerapan
Indikator Uraian Materi Pustaka
Judul Konsep
• Mengidentifikasi Video Media pembelajaran berupa Menulis teks Buku
struktur (bagian- stand up video stand up comedy anekdot Bahasa
bagian teks) comedy bertemakan pendidikan berdasarkan Indonesia
anekdot materi memuat materi tentang hasil Kelas X
• Mengidentifikasi teks definisi, struktur teks, dan pengamatan SMK,
kebahasaan anekdot kaidah kebahasaan teks Erlangga,
anekdot bertema anekdot baik secara tersurat 2016
• Menyusun teks pendidika maupun tersirat.
anekdot dengan n Video pembelajran video
memerhatikan stand up comedy ini juga
struktur dan aspek mengandung materi
kebahasaan. pendidikan karakter.
• Mempresentasika
n teks anekdot
yang telah disusun
Tabel 4.11 Jabaran Materi Media Video stand up comedy

79
2) Mengidentifikasi Karakteristik Siswa

Salah satu faktor yang patut diperhatikan dalam

menentukan karakteristik siswa menurut Heinich (1996: 36),

adalah faktor gaya belajar, yang mengacu pada sifat psikologis

yang mempengaruhi bagaimana kita memandang dan menanggapi

rangsangan yang berbeda, seperti kecemasan, sikap, preferensi

visual atau pendengaran, dan seterusnya. Peserta didik kelas X

berusia antara 14 – 15 tahun. Pada masa ini anak mulai berkembang

pemikiran kritis, nafsu persaingan, minat-minat dan bakat.

Sehubungan dengan hal ini, maka minat dan bakat siswa dalam

mengembangkan kreativitas dalam bentuk tulisan perlu

dikembangkan.

Peserta didik atau siswa yang menjadi subjek belajar

dalam pembelajaran menulis teks anekdot yang akan menggunakan

media video stand up comedy ini adalah siswa SMK kelas X. Usia

rata-rata siswa kelas X adalah 14 sampai 15 tahun. Anak dalam usia

ini secara psikologis masih membutuhkan media yang menghibur

untuk menyatakan pikiran-pikiran atau gagasannya. Dengan

bantuan media pembelajaran video stand up comedy, peserta didik

diharapkan dapat menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan

teks anekdot dengan baik.

80
3) Merumuskan Batasan

Pada tahap ini dirumuskan batasan-batasan dalam

melakukan pengembangan. Batasan perlu dilakukan untuk

memperoleh produk yang lebih spesifik dan fokus kepada hasil

analisis ruang lingkup dan siswa sebagai subjek pembelajaran.

Batasan pengembangan media audio visual ini adalah:

a) Materi yang akan diajarkan adalah pembelajaran menulis teks

anekdot yang mengacu kepada Kurikulum 2013.

b) Subjek belajar yang menggunakan media pembelajaran video

stand up comedy adalah peserta didik SMK kelas X

Multimedia 1.

c) Media pembelajarn yang dikembangkan adalah video stand up

comedy.

d) Setting dan backround pengembangan media pembelajaran

video stand up comedy menggunakan sumber daya yang ada

di lingkungan pengembang, terutama sumber daya yang ada

seperti sarana prasarana dan sumber daya manusia di

lingkungan sekolah.

e) Validator untuk memvalidasi produk pengembangan media

audio visual, baik unsur materi, desain pengembangan,

maupun teknologi media adalah ahli/dosen Politeknik Negeri

Cilacap dan Tutor Universitas Terbuka sekaligus Ketua

MGMP Bahasa Indonesia SMK Kabupaten Purbalingga.

81
f) Subjek uji lapangan, baik guru mata pelajaran maupun peserta

didik berasal dari SMK Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran

2018/2019.

4) Memprediksi Pembiayaan Proyek

Prediksi pembiayaan dalam pengembangan ini tetap

dilakukan meskipun proyek ini bukan merupakan proyek

komersial, tetapi merupakan proyek untuk kepentingan penelitian

pengembangan media pendidikan dan pembelajaran. Tidak semua

komponen dianggarkan karena ada beberapa bagian yang

menggunakan sumber daya pribadi. Berikut ini prediksi

pembiayaan produksi video stand up comedy.

RENCANA PEMBIAYAAN PRODUKSI VIDEO STAND UP COMEDY


PRA PRODUKSI
NO. URAIAN SATUAN HARGA JUMLAH (Rp)
SATUAN
1. Curah pendapat dan 3 kali 150.000 450.000
koordinasi
2. Penyusunan Skenario 1 berkas 300.000 300.000
3. Penyusunan Storyboard 1 berkas 200.000 200.000
4. Foto kopi 8 eks 4.000 32.000
5. Hunting plan 1 kali 400.000 400.000
6. Komunikasi (pulsa) 1 paket 100.000 100.000
PRODUKSI
1. Production Departement
a. Honor Pemain

82
Pemain 1 orang 200.000 200.000
b. Logistik
Konsumsi makan 3 kali 200.000 600.000
Kudapan 3 kali 80.000 240.000
Air mineral 1 dus 45.000 45.000
c. Transportasi 1 200.000 200.000
2. Camera Departement
Honor:
Kameraman 1 orang 200.000 200.000
3. Artistic Departement 1 paket 25.000 50.000
4. Sound Departement 1 paket 25.000 25.000
PASCAPRODUKSI
Editing 1 paket 200.000 200.000
TOTAL ANGGARAN 3.242.000
Tabel 4.12 Prediksi Pembiayaan Proyek

5) Menghasilkan Dokumen Perencanaan

Setelah dilakukan analisis ruang lingkup yang

menyangkut analisis kurikulum dan analisis karakteristik siswa,

maka langkah selanjutnya adalah mencatat hasil analisis ke dalam

dokumen perencanaan. Dokumen perencanaan penting dibuat

sebagai patokan untuk menentukan langkah pada tahap berikutnya.

Dokumen perencanaan dituangkan dalam bentuk shooting script

sebagaimana terlampir.

83
6) Menentukan dan Mengumpulkan Sumber Daya

Setelah dokumen perencanaan telah disusun, maka tahap

berikut ini adalah mengumpulkan dan menentukan sumber daya

yang akan digunakan dalam proses pengembangan. Sumber daya

yang diperlukan meliputi semua properti dan peralatan produksi,

maupun sumber daya manusia (desainer, director, model/

pemeran, juru kamera, editor, dan crew produksi lainnya).

Sumber daya merupakan daya dukung yang dapat

dimanfaatkan dalam rangka pengembangan media pembelajaran

video stand up comedy menulis teks anekdot untuk siswa kelas X

SMK. Sumber daya yang mendukung program pengembangan

media pembelajaran video stand up comedy ini adalah:

a) Sumber Daya Manusia

Imam Syukron : Penggagas, perencana, pengembang, penulis

Hidayat skenario, sutradara, dan penata musik dalam

proyek pengembangan media pembelajaran

video stand up comedy ini

Anton Hendra : Peserta didik SMK Negeri 1 Karanganyar

kelas XII jurusan Multimedia, sebagai editor

Robi : Peserta didik SMK Negeri 1 Karanganyar

kelas XII jurusan Multimedia sebagai

kameraman

84
Nur Fadilah : Peserta didik SMK Negeri 1 Karanganyar

kelas XII jurusan Multimedia sebagai

illustrator music

Anisa Sitatun : Peserta didik SMK Negeri 1 Karanganyar

kelas XII jurusan Multimedia sebagai komika

b) Sumber Daya Alam

Sumber daya alam adalah segala potensi alam/tempat/lokasi yang

digunakan untuk mendukung pelaksanaan pengembangan media pembelajaran

video stand up comedy. Tempat/lokasi yang dijadikan sebagai backround atau

lokasi shoting pengambilan gambar adalah rekayasa ruang studio SMK Negeri 1

Karanganyar.

c) Sumber Daya Sarana dan Prasarana

Sumber daya sarana dan prasarana adalah segala potensi yang digunakan

untuk mendukung terlaksananya kegiatan pengembangan media video stand up

comedy. Sarana dan fasilitas tersebut, adalah: Camera Canon Type 700D, Sony

@6000, Papan Clapper, Monitor, Cable, Tripod, Komputer, software adobe

premiere 5 dan adobe audition, Backdrop, Kostum, dan perangkat make up.

7) Mendiskusikan Perencanaan

Tahapan ini adalah tahap melakukan diskusi dengan crew

produksi dan pihak terkait yang menyangkut segala sesuatu yang

berhubungan dengan proses pengembangan dan produksi.

85
Gambar 4.1 Diskusi Perencanaan

8) Mendefenisikan Tampilan

Tahap ini adalah tahap membuat rancangan perencanaan

yang merupakan hasil diskusi antara desainer dengan crew

produksi yang akan melakukan pengembangan. Hasil diskusi

berkaitan dengan pelaksanaan produksi, meliputi:

a) Tema video : Pendidikan

stand up comedy

b) Isi cerita : Menceritakan dinamika disekoah yang meliputi

kegiatan belajar mengajar di sekolah.

c) Latar video : Ruang studio fotografi dan videografi SMK Negeri 1

stand up comedy Karanganyar.

86
d) Alur : Pengambilan gambar dilakukan di ruang studio

pengambilan fotografi dan videografi SMK Negeri 1 Karanganyar.

gambar

e) Pelaksanaan : Minggu pertama bulan Oktober 2018

pengambilan

gambar

9) Menentukan Subjek Evaluasi Produk

Tahap ini adalah tahap menentukan ahli desain

pembelajaran dan ahli pengembangan media. Kriteria penentuan

ahli materi, desainer pembelajaran, ahli tersebut adalah ahli di

bidang pendidikan dan pembelajaran, aktif mengajar pada

Universitas Terbuka dan sekaligus Ketua MGMP Bahasa

Indonesia SMK Kabupaten Purbalingga. Adapun ahli materi yang

akan memvalidasi produk ini adalah Eko Purwanto, M.Pd. Ahli

selanjutnya adalah ahli media, ahli fotografi dan videografi dalam

memproduksi konten multimedia. Ahli media ini aktif mengajar di

Prodi Teknik Informatika Politeknik Negeri Cilacap, memiliki

strata pendidikan S2 Komputer. Adapun ahli media yang ikut

memvalidasi produk ini adalah Muhammad Nur Faiz, M.Kom.

87
b. Perancangan (design)

Tahap selanjutnya adalah perancangan (design). Tahap ini

berhubungan dengan aktivitas perancangan isi dan memutuskan

bagaimana melakukan suatu pembelajaran yang interaktif. Tahap ini

juga berhubungan dengan mengomunikasikan gagasan-gagasan

dengan teliti kepada ahli dan subjek penelitian serta pengguna produk,

para guru, siswa, dan pengembang media pembelajaran video stand

up comedy sehingga setiap komponen tersebut dapat memberikan

masukan yang baik untuk proyek pengembangan yang sedang

direncanakan dan akan dikembangkan. Tahap pendesainan

mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengembangkan Gagasan-gagasan

Gagasan adalah ide cerita yang akan dituangkan dalam

media video stand up comedy yang dituangkan dalam sinopsis.

Gagasan dibuat secara sistematis dan teliti berhubungan dengan

hasil analisis kurikulum dan analisis karakteristik peserta didik.

SINOPSIS

Video stand up comedy bertemakan pendidikan adalah

menceritakan dinamika pembelajaran yang terjadi di SMK Negeri

1 Karanganyar. Dalam video stand up comedy tersebut juga

memuat pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang termuat

dlam video tersebut antara lain siswa untuk berpikir kritis,

88
menumbuhkan rasa percaya diri, kreativitas serta rasa ingin tahu

yang terjadi di lingungan sekolah.

2) Mendesain Tindakan dan Menganalisis Konsep

Tahap mendesain tindakan merupakan tahap

pengembangan dari gagasan yang sudah ada. Pada tahap ini

gagasan yang sudah ada selanjutnya dirancang untuk membuat

skenario.

SHOOTING SKRIP
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO STAND UP
COMEDY DALAM PEMBELAJARAN
MENULIS TEKS ANEKDOT UNTUK KELAS X
SMK NEGERI 1 KARANGANYAR

Judul Program : Video stand up comedy bertema pendidikan

Sasaran : Siswa SMK

Kompetensi : 3.6 Menganalisis isi, struktur, dan kebahasaan dalam

Dasar ceramah

4.6 Mengkonstruksi ceramah tentang permasalahan

aktual dengan memerhatikan aspek kebahasaan

dan menggunakan struktur yang tepat

Perancang : Imam Syukron Hidayat, S.T

Pembimbing : Dr. Furqanul Aziez, M.Pd.

89
I. SETTING

Video stand up comedy dimulai dengan pembukaan dan perkenalan dari

pemain yang dilakukan di ruang studio fotografi dan videografi SMK Negeri 1

Karanganyar.

II. PROPERTI

A. Stand background

B. Backdrop

III. PEMERAN/TALENTA

A. Anisa Sitatun : Seorang siswa SMK Negeri 1 Karanganyar kelas XII

jurusan Multimedia yang beroperan menjadi komika.

IV. NASKAH

NO. VISUAL AUDIO DURASI


1. Opening atau Musik : Opening lite it grow 23 detik
pembuka animasi
bergambr logo
SMK N 1
Karanganyar
dilanjut dengan
logo Multimedia
dan judul video
stand up comedy
2. Ibu Annisa Uswah Narasi 1 7 menit 48
membuka dengan Assalamualaikum wr.wb detik
saam dan Kita akan membahas mengenai materi
memperkenalkn teks anekdot,disini ada yang pernah

90
diri kemudian mendengar kata anekdot? Ya
masuk ke materi siapa?oke,apa itu anekdot?ya silahkan
struktur dan yang lain,oke baik silahkan ya oke.
kaidah Jadi,teks anekdot adalah teks yang
kebahasaan teks didalamnya terdapat unsur
anekdot. kelucuan,selain unsur kelucuan juga
terdapat kritikan atau sindiran.Sindiran
itu berupa apa,berupa makna tersirat.Jadi
kita harus tau dulu,ada kata apa kalimat
apa dan kita akan
mengetahui.ooooo............ ternyata
sindirannya adalah apa,begitu ya. oke
melanjutkan yang kedua ciri ciri teks
anekdot,silahkan baca dulu teks anekdot
sebagai contoh sudah dibaca oke
baik,ciri ciri yang pertama kalian
menemukan apa , oke menemukan yang
pertama ada unsur humornya,yang kedua
oke kamu menemukan unsur kritikan
atau unsur sindiran,yang ketiga oke
baik,kamu menemukan kalimat langsung
di dalamnya,yang keempat apa?oke
kamu menemukan ada tokoh disitu di
dalam teks anekdot.Oke baik teks
anekdot itu bisa disajikan dalam dua tipe
atau pola,yang pertama berbentuk dialog
ya dialog itu berarti ada percakapan
antara orang yang pertama dan orang
yang kedua atau tokohnya bisa lebih dari
dua baik,yang kedua polanya ada pola
mololog mungkin kalian di tv-tv pernah

91
mendengar atau menonton yang
namanya ya benar stand up komedi.Jadi
stand up komedi itu berupa teks anekdot
yang mololog atau diungkapkan oleh
satu orang ya kemudian struktur teks
anekdot ada berapa anak-anak?baik ada
yang menjawab empat,kenapa
empat?oke yang betul ada lima
sebetulnya struktur yang pertama adalah
abstraksi.Apa itu abstraksi?abstraksi itu
memberitahukan ada kejadian apa dalam
teks anekdot itu ya,kemudian yang kedua
ada orientasi,baik orientasi itu ada
pengenalan tokohnya nanti si A si B nanti
berada dimana, begitu ya. Yang ketiga
krisis, krisis inilah yang sangat penting
dalam teks anekdot, mengapa penting
karena disitu ada kalimat – kalimat
sindiran selain ada unsur humor ada
kalimat sindiran. Kemudian yang
keempat apa? Yang keempat adalah
reaksi betul sekali kenapa reaksi karena
tadi ada krisis, krisis itu menyampaikan
ya, sindirannya apa baru tokoh yang satu
atau ketika monolog kamu mereaksi ya
reaksinya apa terhadap krisis tersebut.
Yang terakhir koda , baik disini koda bisa
ada bisa tidak tetapi untuk teks anekdot
ini yang baik dan benar ingat selalu yah
itu harus lengkap kalau benar itu harus
urut jadi kelima ini strukturnya harus

92
baik dan benar mengapa harus baik dan
benar? Misalkan kamu mengungkapkan
strukturnya yang pertama abstraksi tiba
tiba yang kedua reaksi lho sudah ada
reaksi kok baru krisis itu struktur yang
tidak benar walaupun menyebutkan
semua lima – limanya strukturnya baik
karena semuanya ada tetapi tidak benar
karena tidak urut faham.. oke kita
lanjutkan ke aspek kebahasaaan teks
anekdot ya oke kalau pembedaan antara
dialog dan monolog kalau dialog sudah
pasti menggunakan kalimat langsung
betul kalau monolog kebalikanya berarti
menggunakan kalimat tidak langsung
betul sekali yang kedua seperti
kebahasaanya yaa pastinya karena dalam
monolog ataupun dialog pasti ada tokoh
yang diceritakan yah harus ingat itu ada
tokoh yang diceritakan berarti masuk
dalam aspek kebahaasaan apa pronomina
persona atau kata ganti orang, orang ke
berapa dalam teks anekdot betul sekali
orang ke tiga contohnya apa saja kata
ganti orang ke tiga ya apalagi ya apalagi
ya apalagi ya beliau kemudian nama
orang itu ya aspek kebahasaan kedua,
aspek kebahasaan ke tiga pasti teks
dalam anekdot memuat yang namanya
nomina betul sekali nomina adalah kata
benda ya betul sekali kemudian yg ke

93
empat adalah verba,verba itu apa anak-
anak ya betul sekali kata kerja contoh
kata kerja adalah melamun membaca la
kata kerja ini atau verba ini verba mental
dan verba material mental itu sama saja
dengan abstrak atau yg tidak bisa kamu
lihat coba kamu bisa lihat orang
duduk,duduk itu kata kerja itu
maksuknya verbal material ya betul
sekali apa kamu tau sedang duduk apa
kamu tau dia sedang melamun verba
abstrak atau mental ya betul sekali, yang
kelima konjungsi, kita menggunakan
konjungsi temporal contohnya lalu
kemudian betul sekali laa itu materi teks
anekdot yang kita pahami dan pelajari
dan selanjutnya, bio teks anekdot setelah
kalian menonton kalian cari strukturnya
bagaimana aspeknya, ada pertanyaan?
Kalau tidak ada saya akhiri
wassalamualikum wr.wb
3. Muncul teks Latihan
latihan Simak video stand up comedy berikut ini 5 detik
keudian cari :
1. Struktur teksnya
2. Kaidah kebahasaan
4 Tampil opening Opening 10 detik
bergambar
sebagai opening

94
pada video stand
up comedy

5 Annisa Sitatun Narasi 2


membuka dengan Haaaaaaaaaaaaaa 4 menit 27
salam dan Ya perkenalkan nama saya Anisa detik
memperkenalkn Sitatun,saya dari ponjen karanganyar
diri kemudian bobotsari purbalingga Indonesia raya dan
masuk ke materi tentunya ada di dunia ini
teks anekdot. Alamat lengkap saya,kalo kalian mau
mampir jadi ga usah mampir karena di
rumah saya itu ga ada angkot,jadi kalian
ga usah ke rumah saya.
Tapi kalo kalian bener bener ngefans
sama saya,kalian bisa panggil ojek
online?ojek online?ojek online?ojek
online?atau ojek ojek yang ada di sekitar
kalian.Tinggal panggil aja,bang bang
mau ojek gitu aja.Pasti kalian langsung
datang kerumah saya
Ga usah lama lama saya di sini mau
menyapa,Yang cantik mana suaranya
“hiyaaaaaa” oke bagus, yang ganteng
mana alamatnya?”huuuuuuuuuuuuu”
jangan gitu nanti saya mau nebeng
kalian,boleh gak?boleh,kalo ngga nanti
saya ngojek aja.
Oke yang di siini saya mau menjelaskan
materi tentang pendidikan anak menurut
para orang orang pendidikan anak itu

95
penting,tapi menurut saya pendidikan
bagi orang tua untuk mendidik anak anak
jauh lebih penting.Betul apa
betul???Betullll.
Oke,dalam mendidik anak itu kita tidak
boleh terlalu kasar dan juga tidak boleh
terlalu lembek,jika terlalu kasar hasilnya
seperti ini.Lihatlah,keras karna dia sering
dikasih makan barbel dan jika terlalu
lembek maka hasilnya seperti ini,lihatlah
karna dia sering dikasih makan
bubur,maka dari itu,nyokap gue ga
pernah nyuruh gue itu menjadi anak yang
pinter kaya dukun tuh,yang mit komat
kamit komat kamit itu ga pernah kaya
gitu,tapi dia selalu nyuruh gue supaya
menjadi anak yang beriman,Tapi kalo
menurut gue,pendidikan itu sangat
penting karna dengan adanya pendidikan
gue bisa dapetin uang jajan.
Oke gue selanjutnya mau ngenalin
sekolahan gue yang sangat mewah dalam
kurung tengah sawah,tapi jangan pernah
salah ya,karna sekolahan gue itu anak
anaknya berprestasi tinggi tapi mereka ga
pernah sombong,mereka selalu
menunduk bagaikan padi yang telah
diisi.Tepuk tangan buat sekolah gue
“prok..prok..prokkk”Dalam dunia
sekolah gue itu bingung banget yah sama
guru bahasa inggris gue,ketika gue mau

96
nanya,apa artinya tomorrow jawaban
mereka itu selalu besok besok dan
besok.hingga gue lelah menunggu,kalo
ada yang bilang murid itu anak yang
malas,gue yang protes pertama kali karna
apa?guru masuk kedalam kelas
bicaradan siswa disuruh mencatat, siapa
yang malas?Guru ngasih soal kesiswa
disuruh di kerjain sampai selesai dia
mainan handpone,siapa yang malas??Bel
istirahat guru masuk ke kantor ngobrol
sesama guru sedangkan siswa ada yang
pergi ke kantin ada yang main bola dan
masih ada yang ngerjain tugas di
sekolah,siapa yang malas?ketika siswa
sudah selesai mengerjakan soalnya dan
di serahkan kepada gurunya lalu guru
mengoreksi soal tersebut dan
menyalahkan jawaban yang
salah.Padahal tugas seorang guru adalah
membenarkan jawaban yang
salah,jawaban yang salah.Bikin stand up
itu ribed menn hahahahaaa.
Agh pemirsa sekarang saya sudah ada
disini lagi untuk melanjutkan materi
yang kemarin,karna yang kemarin sudah
terhalang oleh waktu.Kunci pendidikan
yang sukses karna guru yang baik? ga
juga,atau sekolah yang mewah?ga juga
.Tapi kunci pendidikan yang sukses
adalah rasa ingin tahu dari anak anaknya,

97
anak anaknya, anak anaknya, anak
anaknya. Semua anak anak dihajar, hajar,
hajar sama hal hal pendidikan sehingga
mereka ngga sempet penasaran tenntang
apa yang terjadi diluar sekolah
Setidaknya berpendidikanlah supaya
kita ngga jadi orang yang bego, karena
selama ada orang bego, tetep aja ada
yang nyari duit dari orang bego, jadi
siapa yang bego? Saya anisa sitatun
sampai jumpa dalam acara selanjutnya
wassalamualaikum wr.wb

6 Roll teks Tulisan crew yg terlibat dalam 5 detik


pembuatan video

7. Tampil opening 10 detik


bergambar
sebagai opening
pada video stand
up comedy

8. Muncul teks soal Soal 5 detik


Simak video stand up comedy berikut ini
keudian cari :
1. Struktur teksnya
2. Kaidah kebahasaan
6. Budi tampil dan Narasi 3 3 menit
memperkenalkan Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb
diri

98
Bicara masalah pendidikan, sebenarnya
di sekolah itu banyak remaja yang belum
siap pacaran itu kekhawatiran saya itu
terjadi karena kalo terjadi pertengkaran
dengan pacarnya dia itu jadi melamun di
kelas jadi kalau guru memberi
pertanyaan atau soal siapakah presiden
republik Indonesia pertama, dia
melamun” ya kamu jawab,jawab soal
ini” “haa aku? Kau yang beri soal aku
yang jawab” saat ini Indonesia
menjalankan pendidikan karakter ada 18
pendidikan karakter salah satunya
karakter rendah hati jadi setiap
pembelajaran itu di sisipkan karakter
tersebut.Kalau jadi pembelajaran soalnya
jadi seperti ini siapakah presiden
Republik Indinesia ? iyaa kamu jawab,
Soekarno pak, iya kamu pintar kamu
pasti tadi malem belajar. Tidak pak saya
tadi asal bicara.Engga kamu itu benar
kamu itu pintar.Kamu itu benar.Tidak
pak sesungguhnya kebenaran hanya
dimiliki oleh Allah semata.
Ada lagu yang tidak pantas dinyanyikan
oleh anak-anak lagunya seperti ini :
“Kau bidadari jatuh dari surge
dihadapanku eeeaaaa”
Itu tetangga saya masih kecil itu sudah
hafal lagu itu,itu kekhawatiran saya itu
kalau dimasuk sekolah itu kalau diajari

99
gurunya membaca “Ini Budi ini Wati”
Budi dan Wati berangkat sekolah
bersama-sama.ciieee husss Budi dan
Wati itu adik kakak lohh.Oooo Budi
ditolak Wati terus jadi adik kaka an
ciieee.
Gue tinggal di Purbalingga, Purbalingga
itu terkenal dengan produknya yaitu
knalpot.Kalian kalau mau ke
Purbalingga itu,kalau mau lihat karakter
atau sifat orang Purbalingga itu
gampang kalian itu bisa melihat dengan
suara knalpotnya, misalnya kalau motor
gede ya dugudugudugudug
sombong…sombong…itu motor gede
itu,tapi kalau itu misal kalau motor
buatan itu buatan yang sukanya anak
muda itu godain cewe itu begini
trengtrengtreng neng neng sini neng
abang bonceng neng
Terima kasih saya Budi Setiawan.
Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb
7. Roll teks. Tampilan crew dan musin down out 5 detik
Tabel 4.13 Shooting Script

3) Mempersiapkan Prototype

Membuat prototype atau produk sementara (draf) yang

akan dihasilkan. Produk yang akan dihasilkan berupa media video

stand up comedy untuk pembelajaran menulis teks anekdot.

Media diawali dengan tampilan pembuka, yaitu dengan

100
menampilkan tampilan mikropon yng melambangkan stand up

comedy show. Selanjutnya pemeran tampil dan memperkenalkan

diri.

Adegan berikutnya adalah komika masuk kepada materi

stand up comedy yang menceritakan tentang dinamika di sekolah

mua dari menceritakan tugas yang diberikan guru, kelakuan guru,

memberikan pertanyaan kepada guru.

4) Menciptakan Alur

Prototype yang sudah dibuat selanjutnya dijabarkan

dalam rangkaian atau alur cerita yang disusun dalam sebuah

sinopsis.

5) Membuat Catatan-catatan Tindakan

Setelah langkah-langkah produksi dalam sinopsis

tersusun secara sistematis, langkah selanjutnya adalah membuat

catatan-catatan untuk melakukan produksi. Langkah ini disebut

juga dengan hunting. Hunting merupakan kegiatan melakukan

peninjauan lokasi kegiatan dan pengenalan model/pemeran

(Wahyudi, 1992:75). Kegiatan hunting perlu dilakukan untuk

melihat apakah lokasi syuting dilakukan di dalam atau di luar

ruangan, pencahayaan, pengenalan pemeran, properti pendukung

dan perangkat yang digunakan.

101
6) Menentukan Subjek untuk Menilai Produk

Tahap ini sama dengan tahap menentukan subjek dan

ahli evaluasi rancangan sebagaimana pada tahap perencanaan.

Ahli yang dibutuhkan adalah ahli rancangan pendidikan, ahli

media dan ahli materi.

3. Pengembangan (Development)

Tahap pengembangan merupakan tindak lanjut dari tahap 1 dan 2,

yaitu mengimplementasikannya dalam bentuk produksi media. Langkah

pengembangan ini mempunyai tahapan sebagai berikut:

a. Mempersiapkan Skenario

Skenario yang sudah dibuat pada tahap perancangan

selanjutnya dipersiapkan untuk dikembangkan dalam produksi media

video stand up comedy.

b. Melakukan Pengkodean terhadap Bagian-bagian Produksi

Tahap ini adalah tahap mempersiapkan bagian-bagian dari

skenario berupa skrip untuk dilakukan proses pengembangan atau

produksi. Pengkodean diperlukan untuk menentukan bagian skrip

yang mana yang akan dilakukan pengambilan gambar/syuting terlebih

dahulu.

102
c. Menciptakan Rangkaian Cerita

Langkah ini merupakan pemantapan terhadap rangkaian cerita

yang sudah dibuat pada tahap perancangan. Rangkaian cerita pada

tahap ini sudah memasuki rangkaian final untuk dilakukan proses

produksi.

d. Mempersiapkan Efek Audio dan Visual

Langkah ini adalah melakukan persiapan untuk menggunakan

efek audio dan visual apa yang akan dilakukan untuk proses

berikutnya. Efek audio meliputi musik atau backsound yang akan

digunakan, sedangan efek visual meliputi slide, animasi dan video

yang dibutuhkan.

e. Pengambilan Gambar

Tahapan ini merupakan tahapan yang merupakan klimaks dari

tahapan-tahapan yang sudah direncanakan dan didesain. Kegiatan ini

merupakan proyek produksi yang dikembangkan. Kegiatan ini berisi

pengambilan gambar (shooting video stand up comedy) rekaman suara

sesuai dengan tuntutan naskah. Akan tetapi sebelum kegiatan

pengembilan gambar dilakukan, terlebih dahulu dilakukan hunting

atau survey lokasi yang digunakan sebagai tempat pengembilan

gambar. Hal ini perlu dilakukan untuk menganalisis dan mengevaluasi

dukungan yang ada di lokasi, baik kelengkapan setting, pencahayaan

alami, situasi lingkungan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan

proses perekaman gambar dan suara.

103
Gambar 4.2 Pengambilan gambar di dalam ruangan

f. Melakukan Editing

Pada dasarnya pengertian editing adalah membuang atau

memotong kata-kata salah yang dianggap tidak perlu atau juga

menambah efek, misalnya echo (Asyhar, 2010: 194). Dalam proses

pembuatan media audio visual berbentuk video stand up comedy, yang

diedit tidak hanya berupa kata-kata, tetapi juga dapat berupa gambar

atau hasil syutingan yang dilakukan pada proses sebelumnya. Tiga

bentuk edit atau penyambungan gambar yaitu Cut, Mix, dan Fade.

Editing merupakan suatu proses yang penting dalam

menyusun sebuah produksi video stand up comedy. Seorang editor

harus dapat menerjemahkan rancangan yang sudah dibuat desainer.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010), edit berarti perbaiki

naskah; sunting naskah. Rangkaian gambar (visual) yang diperoleh

dari proses syuting selanjutnya disunting, dipotong, dipasang atau

disusun kembali sesuai dengan alur cerita yang sudah dirancang.

Dalam proses editing seorang editor harus memperhatikan unsur

104
penggunaan teks, warna, gambar, sound, video, ilustrasi dan tata letak

tampilan yang sudah dibuat oleh desainer. Proses editing

pengembangan media video stand up comedy ini menggunakan Adobe

Premier dan Adobe Audition.

g. Memperoleh Hasil Penilaian (Validasi) dari Ahli, Guru Mata

Pelajaran, dan Uji Lapangan

Setelah dilakukan editing, langkah selanjutnya adalah

memperoleh hasil penilaian dari ahli dan hasil uji lapangan. Hasil

penilaian dari ahli dan uji lapangan ini untuk membuat kesimpulan,

bahwa produk telah dinyatakan valid dan layak digunakan dalam

proses pembelajaran oleh pengguna akhir.

Validasi diperlukan untuk mengetahui apakah produk sudah

layak untuk diujikan secara terbatas atau belum. Langkah ini juga

dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kedua, yaitu

bagaimana kualitas media pembelajaran video stand up comedy yang

dikembangkan. Proses validasi produk ini dibagi menjadi tiga, yaitu

validasi oleh pakar (disebut expert judgement), yang kedua validasi

oleh guru mata pelajaran, dan pengguna. Validasi pakar atau ahli

materi dilakukan oleh Eko Purwanto, M.Pd, Tutor Universitas

Terbuka sekaligus Ketua MGMP Bahasa Indonesia SMK Kabupaten

Purbalingga, serta validasi ahli media juga dilakukan oleh Muhammad

Nur Faiz, M.Kom dosen Tekni Informatika Politeknik Negeri Cilacap.

Sedangkan validasi guru mata pelajaran dilakukan oleh guru Bahasa

105
Indonesia SMK Negeri 1 Karanganyar dan pengguna dilakukan oleh

peserta didik kelas X MM 1 berjumlah 36 peserta didik.

1) Validasi Ahli

Validasi ahli dilakukan oleh dosen yang kompeten dalam

bidang pengembangan media pembelajaran. Adapun aspek yang

dinilai yaitu aspek fisik dan substansi (isi). Hasil validasi oleh ahli

media yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.14 Hasil Validasi Ahli Media

Jumlah Jumlah Skor Perolehan


No. Aspek Responden Persentase
Soal maksimum Skor
1. Fisik 8 2 64 58 90,6%
2. Isi 8 2 64 62 96,8%
(substansi)
Rata-rata 93,7%

Untuk judgement yang dilakukan oleh ahli, rata-rata

yang didapatkan dari kedua aspek adalah 93,7%. Aspek fisik

memperoleh nilai 90,6% dan untuk nilai aspek isi mendapat nilai

sebesar 93,7%. Secara keseluruhan dapat disimpulkan program

yang dikembangkan mendapat penilaian sangat baik dan layak

digunakan sebagai media pembelajaran.

Gambar 4.3 Penilaian (Validasi Ahli)

106
Selain itu, terdapat komentar, saran dan masukkan dari

ahli media yang akan dibahas dalam poin selanjutnya yaitu revisi

produk.

2) Validasi Guru mata Pelajaran

Selain validasi ahli, dilakukan pula validasi oleh guru

mata pelajaran, yaitu guru bahasa Indonesia di SMK Negeri 1

Karanganyar berjumlah 3 orang, yang merupakan teman sejawat

peneliti. Aspek yang dinilai yaitu aspek fisik dan substansi (isi).

Hasil validasi oleh ahli media yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.15 Hasil Validasi Guru Mata Pelajaran

Jumlah Jumlah Skor Perolehan


No. Aspek Persentase
Soal Responden maksimum Skor
1. Fisik 8 3 96 91 94,8%
2. Isi (substansi) 8 3 96 92 95,8,%
Rata-rata 95,3%

Berdasarkan angket yang diberikan kepada 3 (tiga) guru

Bahasa Indonesia, diketahui hasil bahwa dari aspek fisik media

pembelajaran mendapatkan nilai 94,8% dan aspek isi mendapat

nilai 95,8%. Rata-rata kedua aspek adalah 95,3%. Secara

keseluruhan dapat disimpulkan program yang dikembangkan

mendapat penilaian sangat baik dan media yang dikembangkan

layak digunakan sebagai media pembelajaran.

Gambar 4.4 Penilaian (Validasi Guru)

107
3) Validasi oleh Pengguna

Validasi juga dilakukan oleh pengguna sebelum produk

diujicobakan di lapangan. Karakteristik penguji dicari yang sama

atau diusahakan mirip dengan karakteristik siswa yang dijadikan

objek penelitian. Aspek penilaian yang dipakai juga sama dengan

aspek yang dipakai untuk ujicoba.

Proses ujicoba diawali dengan demonstrasi media

pembelajaran video stand up comedy. Selanjutnya dilakukan

diskusi antara peserta didik dengan guru tentang peran media

pembelajaran video stand up comedy dalam penguasaan materi

menulis teks anekdot. Langkah selanjutnya, peserta didik diberi

angket diberikan angket penilaian dan masing-masing siswa

memberikan pendapatnya. Hasil dari validasi pengguna dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.16 Rekapitulasi Validasi Pengguna

Perolehan Skor
No. Aspek yang Dinilai %
Skor Maksimum
Aspek Fisik Media
1. Media pembelajaran audiovisual 139 144 96,5
berbentuk stand up comedy tepat
dikembangkan untuk pembelajaran
menulis teks anekdot
2. Pengembangan media video stand 137 144 95,1
up comedy lebih tepat
menggunakan manusia sebagai
tokohnya bukan animasi atau

108
kartun
3. Tokoh dalam media video stand up 136 144 94,4
comedy lebih tepat diperankan oleh
siswa/guru
4. Ruang studio sekolah dapat 138 144 90
dijadikan setting/latar pembutan
video stand up comedy
5. Pembelajaran menggunakan media 133 144 95,7
video stand up comedy lebih
menarik
6 Pembelajaran menggunakan media 135 144 97,1
stand up comedy meningkatkan
motivasi belajar
Jumlah 818 864
Rata-rata 136,3 144 92,4
Aspek Substansi (Isi) Media
1. Melalui media pembelajaran video 135 144 93,7
stand up comedy, saya dapat
memahami struktur teks anekdot
2. Melalui media pembelajaran video 137 144 95,1
stand up comedy, saya dapat
memahami kaidah kebahasaan teks
anekdot
3. Tema pendidikan sudah tepat 132 144 91,6
dikembangkan dalam media
pembelajaran video stand up
comedy
4 Melalui pebelajaran video stand up 135 144 93,7
comedy, menumbuhkan karakter
lebih percaya diri, reatif dan

109
menimbulkan rasa ingin tahu
tentang materi menulis teks
anekdot?
Jumlah 539 576
Rata-rata 134,7 144 93,5
Rata-rata persentase aspek fisik 92,9
dan substansi (isi) media

Berdasarkan tabel di atas, dari segi aspek fisik, jumlah

skor 818 dan rata-rata skor 136,3. Dengan 4 adalah skor tertinggi,

36 adalah jumlah responden, dan 6 adalah jumlah soal, maka

jumlah skor maksimumnya adalah 4 x 36 x 6= 864. Sehingga

perolehan persentasenya sebesar (818/864) x100% = 92,4%, atau

dapat dikategorikan sangat baik. Sedangkan dari segi aspek isi,

skor maksimumnya adalah 4 x 36 x 4= 576. Dengan 36

merupakan responden yang mengisi angket, 4 merupakan jumlah

butir pernyataan dan 4 merupakan skor tertinggi tiap butir. Total

perolehan skornya adalah 539. Jadi, persentasenya sebesar

(539/576) x100%= 93,5%. Jika dibandingkan antara hasil angket

validasi pengguna dengan skor maksimum kedua aspek tersebut,

maka didapatkan persentase sebesar (92,4 + 93,5) / 2 = 92,9%.

Hal ini menunjukkan bahwa pengguna memberikan penilaian

yang bisa dikategorikan Sangat Baik terhadap media

pembelajaran video stand up comedy yang telah mereka gunakan.

110
Gambar 4.5 Hasil Validasi Pengguna

Untuk bagian pendapat (kelebihan, kekurangan, kritik

dan saran) dari validasi pengguna, akan dijadikan acuan revisi

digabung dengan pendapat dari ahli media dan ahli materi.

h. Revisi Produk

Pada tahap validasi terdapat beberapa hal yang harus

diperbaiki. Beberapa hal tersebut antara lain:

1) Penambahan materi teks anekdot

2) Penambahan petunjuk untuk latihan dan evaluasi

4. Penerapan (implement)

Setelah produk pengembangan video stand up comedy dinilai

oleh ahli, tahap selanjutnya adalah penerapan (implement) produk dalam

pembelajaran. Pada tahap ini, media pembelajaran yang telah

dikembangkan diimplementasikan pada situasi yang nyata, yaitu di kelas.

Selama implementasi, media pembelajaran yang telah dikembangkan

diterapkan pada kondisi yang sebenarnya. Materi disampaikan

menggunakan media pembelajaran baru yang dikembangkan.

a. Pelaksanaan Pembelajaran

Media pembelajaran video stand up comedy digunakan

dalam pembelajaran menulis teks anekdot di kelas X MM 1.

Pembelajaran yang digunakan menggunakan model inkuiry learning

111
sehingga peran guru hanya sebagai fasilitator dan peserta didik aktif

belajar (student center learning).

Melalui media pembelajaran video stand up comedy ini,

peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri materi apa yang

dipelajari. Peserta didik menganalisis apa yang mereka lihat dan

dengar lalu membuat simpulan. Hal ini sangat bermanfaat untuk

melatih peserta didik memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi

(higher order thinking skill). Proses menemukan inilah yang membuat

pembelajaran akan terasa lebih bermakna.

b. Analisis Angket Penilaian Peserta Didik terhadap Media

Pembelajaran Video stand up comedy

Setelah menggunakan media pembelajaran video stand up

comedy, diberikan angket untuk menilai media pembelajaran dengan

aspek penilaian meliputi aspek fisik dan aspek substansi (isi). Dari

angket yang diberikan, didapatkan data yang disajikan pada tabel

berikut :

Tabel 4.17 Rekapitulasi Angket Penilaian Peserta Didik

Perolehan Skor
No. Aspek yang Dinilai %
Skor Maksimum

Aspek Fisik Media

1. Media pembelajaran audiovisual 141 144 97,9


(video stand up comedy) tepat
dikembangkan untuk pembelajaran
menulis teks anekdot

112
2. Pengembangan media video stand 139 144 96,5
up comedy lebih tepat
menggunakan manusia sebagai
tokohnya bukan animasi atau
kartun
3. Tokoh dalam media video stand up 138 144 95,8
comedy lebih tepat diperankan oleh
siswa/guru
4. Ruang studio sekolah dapat 139 144 96,5
dijadikan setting/latar pembutan
video stand up comedy
5. Pembelajaran menggunakan media 135 144 93,7
video stand up comedy lebih
menarik
6. Pembelajaran menggunakan media 138 144 95,1
stand up comedy meningkatkan
motivasi belajar
Jumlah 829 864

Rata-rata 138,1 144 95,9

Aspek Substansi (Isi) Media

1. Melalui media pembelajaran video 139 144 96,5


stand up comedy, saya dapat
memahami struktur teks anekdot
2. Melalui media pembelajaran video 138 144 95,8
stand up comedy, saya dapat
memahami kaidah kebahasaan teks
anekdot
3. Tema pendidikan sudah tepat 135 144 93,7
dikembangkan dalam media

113
pembelajaran video stand up
comedy
4. Melalui pebelajaran video stand up 137 144 95,1
comedy, menumbuhkan karakter
lebih percaya diri, reatif dan
menimbulkan rasa ingin tahu
tentang materi menulis teks
anekdot?
Jumlah 549 576

Rata-rata 137,2 144 95,3

Rata-rata persentase aspek fisik 95,6


dan substansi (isi) media

Berdasarkan tabel di atas, dari segi aspek fisik, jumlah skor

829 dan rata-rata skor 138,1. Sehingga perolehan persentasenya

sebesar (829/864) x100% = 95,9%, atau meningkat 3,5% dari hasil

ujicoba. Sedangkan dari segi aspek isi, perolehan skornya adalah 549.

Jadi, persentasenya sebesar (549/576) x100%= 95,3% atau meningkat

1,8%, maka didapatkan persentase sebesar (95,9 + 95,3) / 2 = 95,6%

atau meningkat 2,7% . Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan

dari hasil ujicoba hingga implementasi setelah revisi produk.

Gambar 4.6 Hasil Validasi Pengguna

114
c. Analisis Hasil Belajar Peserta Didik

Setelah melakukan pembelajaran menggunakan media

pembelajaran video stand up comedy, selanjutnya peserta didik

dikenai tes, yaitu menulis teks anekdot. Berikut ini adalah hasil belajar

peserta didik sebelum dan setelah menggunakan media video stand up

comedy.

Tabel 4.18 Hasil Belajar Sebelum Menggunakan Media Video stand up comedy

NILAI TES MENULIS TEKS ANEKDOT


SEBELUM MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO STAND UP COMEDY
NO. NIS NAMA NILAI
1. 2275 ADEA DIANING RATRI 80
2. 2277 AGUNG IMAN RIZQI ILLAHI 75
3. 2279 AKIM AMIR RULOH 78
4. 2283 ALFIYAH INDRIYANI 76
5. 2290 ANJANI APRIANINGSIH 78
6. 2296 ATIKA NUR AGUSTIN 75
7. 2300 CANDRA SETIA BUDI 80
8. 2303 DEDE SAPUTRI 78
9. 2308 EKA NOVIANTO NUGROHO 82
10. 2310 ENTI YULIANA 76
11. 2314 ETI WINARNI 77
12. 2321 FITRIANA ANDANI 74
13. 2326 IKA LAELI MASRUROH 83
14. 2328 INTAN REGITASARI 77
15. 2331 ISMA IBRAHIM PANGESTU 80
16. 2335 KHANSA INAYAH 84
17. 2341 LINTANG TIARA SUCI 85
18. 2344 LUKMAN HIDAYAT 78

115
19. 2346 MAULIDIA RESTININGSIH 75
20. 2353 MUNDIRON MUNAFISAH 76
21. 2356 NOVAL ADITIA 75
22. 2358 NUR AL VINNA 78
23. 2364 OKTI ITA RISWANTI 74
24. 2368 RATING WIDIYANTI 83
25. 2373 RIKI SUDANDI 80
26. 2374 RINA DWI MULYANTI 78
27. 2381 SENDI ARI PRIDANA 76
28. 2383 SEPTI HARYANI 82
29. 2385 SETYO WIBOWO 76
30. 2389 SITI NUR ELISA 74
31. 2394 SRI HIDAYATUN 80
32. 2398 SYAFITA NUR'AINI 75
33. 2402 TRIYA UTAMI 76
34. 2406 VISTA RATNA ADISTIANI 81
35. 2412 WISNU PRASETYO 78
36. 2416 YULI WINDARTI 83
Rata-rata 78,2

116
Tabel 4.19 Hasil Belajar Setelah Menggunakan Media Video stand up comedy

NILAI TES MENULIS TEKS ANEKDOT


SETELAH MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO STAND UP COMEDY
NO. NIS NAMA NILAI
1. 2275 ADEA DIANING RATRI 85
2. 2277 AGUNG IMAN RIZQI ILLAHI 83
3. 2279 AKIM AMIR RULOH 86
4. 2283 ALFIYAH INDRIYANI 88
5. 2290 ANJANI APRIANINGSIH 85
6. 2296 ATIKA NUR AGUSTIN 87
7. 2300 CANDRA SETIA BUDI 90
8. 2303 DEDE SAPUTRI 86
9. 2308 EKA NOVIANTO NUGROHO 85
10. 2310 ENTI YULIANA 81
11. 2314 ETI WINARNI 82
12. 2321 FITRIANA ANDANI 82
13. 2326 IKA LAELI MASRUROH 87
14. 2328 INTAN REGITASARI 86
15. 2331 ISMA IBRAHIM PANGESTU 88
16. 2335 KHANSA INAYAH 88
17. 2341 LINTANG TIARA SUCI 90
18. 2344 LUKMAN HIDAYAT 85
19. 2346 MAULIDIA RESTININGSIH 80
20. 2353 MUNDIRON MUNAFISAH 84
21. 2356 NOVAL ADITIA 85
22. 2358 NUR AL VINNA 86
23. 2364 OKTI ITA RISWANTI 85
24. 2368 RATING WIDIYANTI 88
25. 2373 RIKI SUDANDI 84
26. 2374 RINA DWI MULYANTI 84

117
27. 2381 SENDI ARI PRIDANA 85
28. 2383 SEPTI HARYANI 86
29. 2385 SETYO WIBOWO 85
30. 2389 SITI NUR ELISA 80
31. 2394 SRI HIDAYATUN 86
32. 2398 SYAFITA NUR'AINI 85
33. 2402 TRIYA UTAMI 84
34. 2406 VISTA RATNA ADISTIANI 87
35. 2412 WISNU PRASETYO 86
36. 2416 YULI WINDARTI 87
Rata-rata 85,3

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-

rata peserta didik sebelum menggunakan media pembelajaran video

stand up comedy adalah 78,2 dan setelah menggunakan media

pembelajaran video stand up comedy naik menjadi 85,3 atau

mengalami kenaikan sebesar 7,1 poin (4,4%). Hal ini menunjukkan

bahwa penggunaan media video stand up comedy dapat meningkatkan

kemampuan peserta didik dalam memahami materi menulis teks

anekdot.

5. Evaluasi (evaluation)

Setelah semua tahap dilalui, tahap yang terakhir adalah tahap

evaluasi (evaluation) untuk mengetahui media pembelajaran video stand up

comedy yang telah dikembangkan dilihat dari kelayakan media hasil

validasi ahli dan pengguna terhadap media pembelajaran video stand up

118
comedy, penilaian siswa terhadap media pembelajaran video stand up

comedy, serta kekurangan, kelebihan, kendala dan rekomendasi media

pembelajaran yang telah dikembangkan.

a. Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran yang Dihasilkan

Berdasarkan validasi ahli untuk mengetahui kelayakan media

pembelajaran yang dilakukan pada tahap pengembangan media, maka

media pembelajaran video stand up comedy yang telah dikembangkan

dinilai Sangat Baik dan layak digunakan dilihat dari penilaian yang

diberikan oleh dosen ahli dengan rata-rata persentase yang diberikan

masing-masing yaitu 98,6% dari ahli media dan materi serta 92% dari

pengguna.

b. Penilaian Siswa Terhadap Media Pembelajaran yang Dihasilkan

Berdasarkan hasil penilaian siswa terhadap media

pembelajaran yang dilakukan pada tahap implementasi media

pembelajaran yaitu didapatkan persentase sebesar 93,9 % maka media

pembelajaran yang telah dikembangkan dinilai Sangat Baik oleh

hampir seluruh responden dilihat dari aspek fisik dan substansi (isi).

119
B. Kualitas Media Pembelajaran yang Dihasilkan Ditinjau dari Aspek

Kevalidan, Keefektifan, dan Kepraktisan

1. Aspek Kevalidan

Media pembelajaran video stand up comedy dalam pembelajaran

menulis teks anekdot peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Karanganyar

dinilai memiliki kualitas yang sangat baik. Hal ini dapat diketahui dari

hasil validasi ahli dan validasi pengguna. Berikut ni adalah hasil penilaian

validasi ahli.

Tabel 4.20 Lembar Penilaian Media oleh Ahli

Skor
No. Aspek yang Dinilai 1 2 3 4
Aspek Fisik Media
1. Sudut pandang pengambilan gambar √
2. Penataan adegan √
3. Penataan efek pencahayaan √
4. Backdrop dan pewarnaan √
5. Penataan musik (backsound dan soundtrack) √
6. Penataan kostum √
7. Tata rias (make up) √
8. Penataan properti √
Jumlah 9 20
Rata-rata 3,6
Aspek Isi Media
1. Pemilihan tema video stand up comedy √
2. Kesesuaian video stand up comedy dengan √
tema
3. Kesesuaian video stand up comedy dengan KI √
dan KD
4. Kesesuaian tema dengan latar/setting √
5. Pemilihan tokoh video stand up comedy √
6. Karakter tokoh dalam video stand up comedy √
7. Alur cerita dalam video stand up comedy √

120
8. Nilai karakter yang dimunculkan dalam video √
stand up comedy
Jumlah nilai 3 28
Rata-rata 4
Rata-rata aspek media dan isi 3,7

2. Aspek Keefektifan

Berdasarkan analisis hasil belajar yang menunjukkan bahwa nilai

peserta didik meningkat setelah menggunakan media pembelajaran video

stand up comedy dalam pembelajaran menulis teks anekdot, dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan sangat

efektif dalam meningkatkan motivasi dan kemampuan menulis teks

anekdot peserta didik. Di samping itu, video stand up comedy juga

memiliki keefektifan untuk menyampaikan pesan moral kepada peserta

didik yang merupakan para generasi muda dan guru dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar. Pesan tersebut berkaitan dengan pendidikan

karakter yang sudah seharusnya selalu terintegrasi dalam semua

pembelajaran.

Tentu hal ini juga sejalan dengan amanat tujuan pendidikan

nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mencetak manusia

Indonesia seutuhnya. Maksudnya adalah manusia yang memiliki

keseimbangan spiritual, intelektual, emosional, dan sosial, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, serta memiliki kepribadian yang unggul.

121
3. Aspek Kepraktisan

Media pembelajaran video stand up comedy dinilai cukup praktis

karena dapat membantu peserta didik menguasai materi tanpa penjelasan

mendetail dari guru. Peserta didik dapat menemukan sendiri dan

menganalisis apa yang dilihat dan apa yang didengarnya sehingga lebih

cepat paham terhadap materi yang dipelajari.

Pada aspek pemahaman terhadap struktur teks anekdot, melalui

video stand up comedy yang ditonton peserta didik dapat lebih cepat

memahami tuturan-tuturan yang merupakan bagian dari teks anekdot.

Peserta didik juga dapat membedakan bagian mana dalam video stand up

comedy yang merupakan anekdot atau bukan.

Pada aspek kebahasaan, secara praktis disajikan kaidah

kebahasaan yang harus dimiliki oleh teks anekdot. Dalam hal ini, peserta

didik akan dapat memahami berbagai tuturan sesuai dengan fungsi dan

tujuannya masing-masing. Di samping itu, dalam video stand up comedy

juga disajikan menggunakan bahasa pergaulan. Hal inilah yang akan

menambah pemahaman peserta didik tentang variasi tuturan dan

penggunaannya.

Melalui media video stand up comedy bertemakan pendidikan

peserta didik akan diantarkan pada pemahaman bahwa teks anekdot tidak

hanya tentang untuk tayangan komedi. Anekdot juga dapat dilakukan

kapan saja dan bisa terjadi di mana saja dalam kehidupan sehari-hari.

122
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Hasil penelitian dan pembahasan pengembangan media

pembelajaran stand up comedy dalam pembelajaran menulis teks anekdot

siswa kelas X SMK Negeri 1 Karanganyar dan kualitas media pembelajaran

yang dihasilkan, produk yang dihasilkan dinyatakan layak digunakan untuk

proses pembelajaran. Kelayakan tersebut ditinjau dari aspek kevalidan,

keefektifan, dan kepraktisan media pembelajaran.

Kelayakan penggunaan tersebut dapat dilihat dari dipenuhinya

standar penelitian dan pengembangan media seperti simpulan-simpulan

berikut.

1. Produk media pembelajaran video stand up comedy dalam pembelajaran

menulis teks anekdot untuk siswa kelas X SMK N 1 Karangayar telah

sesuai dengan prosedur pengembangan media pembelajaran yang

meliputi tahap berikut.

a. Observasi awal, tujuannya mencari permasalahan apa yang terjadi

pada proses pembelajaran.

b. Analisis kebutuhan (need assessment) yang terdiri dari kegiatan

analisis kompetensi, analisis karakteristik dan analisis instruksional.

Tujuannya sebagai tahap awal penelitian pengembangan dengan

123
menggali fakta-fakta permasalahan terhadap proses pembelajaran

Bahasa Indonesia

c. Tahapan produksi draf awal berupa desain produk media.

d. Tahapan perencanaan yang terdiri dari perumusan tujuan

pembelajaran, perumusan butir-butir materi dan perumusan

instrumen penilaian.

e. Uji coba validitas dan reliabilitas instrumen penilaian. Dalam hal ini

penulis menggunakan penilaian berdasar pada expert judgement;

f. Uji coba produk dengan dua tahapan, uji coba perorangan dengan

subjek uji coba guru bidang studi Bahasa Indonesia, dan uji coba

lapangan.

g. Tahapan evaluasi penilaian produk dengan alat pengukuran

keberhasilan oleh tim ahli. Evaluasi dan saran dari validator

digunakan sebagai dasar dalam melakukan revisi terhadap produk

yang dikembangkan.

h. Kegiatan revisi dilakukan setelah mendapatkan angket penilaian,

hasil diskusi maupun wawancara dari para ahli. Dengan demikian

dasar kegiatan ini adalah penilaian, saran, komentar dan masukan

dari para ahli tersebut guna memperbaiki produk yang dihasilkan.

i. Produk akhir berupa media pembelajaran video stand up comedy.

2. Kelayakan media pembelajaran video stand up comedy dalam

pembelajaran menulis teks anekdot siswa kelas X SMK Negeri 1

Karanganyar ditinjau berdasarkan penilaian atau validasi dari:

124
a. Ahli materi dan media pembelajaran menilai dari aspek fisik dan

aspek isi (substansi) diperoleh rerata skor sebesar 93,7% dengan

kategori sangat baik.

b. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia menilai dari aspek fisik dan

aspek isi (substansi) dengan rerata skor sebesar 95,3% dengan

kategori sangat baik.

c. Peserta didik menilai dari aspek fisik dan aspek isi (substansi)

dengan rerata skor sebesar 92,9% dan setelah produk direvisi rerata

skor meningkat menjadi 95,6 dengan kategori sangat baik.

Dapat disimpulkan bahwa produk media produk media pembelajaran

video stand up comedy dalam pembelajaran menulis teks anekdot siswa

kelas X layak digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK

Negeri 1 Karanganyar.

3. Deskripsi respon peserta didik selama pembelajaran menggunakan

produk media pembelajaran video stand up comedy dalam pembelajaran

menulis teks anekdot siswa kelas X SMK sangat positif. Peserta didik

terbantu dengan adanya produk ini untuk memahami konsep materi

kaitannya dengan struktur teks, dan kaidah kebahasaan.

125
B. Keterbatasan Penelitian

1. Belum dapat dilaksanaan uji coba skala yang lebih luas dengan

melibatkan kelompok kontrol (pretest-postest control group design),

sehingga bisa memberikan informasi tentang efektivitas dan keefisienan

produk media pembelajaran secara optimal.

2. Penelitian pengembangan hanya mengembangkan satu standar

kompetensi Bahasa Indonesia yang ada di SMK, sehingga perlu

penyesuaian jika digunakan di tingkat sekolah yang heterogen seperti

SMA atau MA yang ada di Kabupaten Purbalingga.

3. Proses pembuatan produk belum melalui rumah produksi yang standar

tetapi hanya memanfaat sumber daya yang ada di SMK Negeri 1

Karanganyar.

C. Saran

1. Sosiailisasi produk juga diperlukan, karena dapat digunkan sebagai salah

satu alternatif sumber belajar dan membantu peran guru dalam proses

pembelajaran serta dapat diaplikasikan serta dikembangkan lebih kreatif

dan lebih inovatif.

2. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia diharapkan menggunakan produk

media ini sebagai contoh variasi produk media pembelajaran, dan dapat

digunakan sebagai proses belajar mandiri bagi peserta didik

3. Pengembangan produk lebih lanjut untuk tema-tema pembelajaran Bahasa

Indonesia lainnya maupun pada pembelajaran ilmu lain.

126
4. Produk mdia pembelajaran dapat dikembangkan berbasis android

ataupun berbasis web.

127
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu dan Uhbiyatu, Nur. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Anderson, Ronald. 1994. Pemilihan dan Pengembangan Media Video


Pembelajaran. Jakarta : Grafindo Pers.

Anita, Ria. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Teks Anekdot Berbasis


Animasi pasa Siswa Kelas X Sekolah menengah Kejuruan. Tesis:
Universitas Lampung.

Arsyad, Azhar. 2016. Media Pembelajaran (Edisi Revisi). Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Criticos, C. 1996. Media Selection. Plomp, T., & Ely, D. P. (Eds.): International
Encyclopedia of Educational Technology, 2nd edition. New York: Elsevier
Science, Inc.

Daryanto. 2016. Media Pembelajaran. Peranannya Sangat Penting dalam


mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Edisi V. Jakarta: Balai Pustaka

Gagne, R. M.,at. Al (2005). Pinciples of Instructional Design, Fifth Edition. New


Jersey, USA: Thomson Wadsworth.

Ginnis, Paul. 2008. Trik dan Taktik Mengajar Strategi Meningkatkan Pencapaian.
Pengajaran di Kelas. Jakarta: PT Indeks.

Hamalik, Oemar. 2005. Evaluasi Kurikulum. Bandung. Remaja Rosdakarya.

______________. 1994. Media Pendidikan. Bandung : Citra AdityaBakti.

Uno, Hamzah B. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang.


Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

128
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S.E. 2002. Instructional
Media and Technology for Learning, 7th edition.New Jersey: Prentice
Hall, Inc.Englewood Cliffs.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Model Silabus Mata Pelajaran


Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Jakarta: Kemendikbud.

Marshall and Rossman. 2002. Designing Qualitatitative Research. London: Sage


Publication.

Mayer, Richard E. 2001. Multimedia Learning. Inggris: Cambridge University


Press.

Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Nur Mohammad dan Wikandari, Prima Retno. 1999. Pendekatan-pendekatan


Kontruktivis dalam Pembelajaran. Surabaya: University Press.

Rumainur. 2016. Pengembangan Media Ajar Berbasis Multimedia Autoplay Studio


8 dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas XI MA Bilingual
Batu Malang. Tesis: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Sadiman, Arief. 1993. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan


Pemanfaatan. Jakarta: Grafindo Pers.

Slavin, R.E. 1994. Using Team Learning (4thed). Baltimore: Johns

Smaldino, Sharon E, Deborah L Lowther, James D. Russel. 2005. Instructional


Technology and Media for Learning Ninth Edition. New Jersey: Upper
Saddle River.

Sofyan. 2010. Pengembangan Media Audio Video untuk Keterampilan Menulis


Kreatif Puisi. Tesis: Universitas Jambi.

Sudjana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru


Algensindo.

Winarno. 2009. Teknik Evaluasi Multimedia Pembelajaran. Yogyakarta: Genius


Prima Media.

129
Yamin, Martinis. 2008. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan.
Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

Vaughan, T. 2006. Multimedia: Making It Work, Edisi 6. Terj. Theresia Arie


Prabawati dan Agnes Heni Triyuliana. Yogyakarta: Andi.

130
Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


TAHUN PELAJARAN 2018 - 2019
Nama Sekolah : SMK N 1 Karanganyar Kab. Purbalingga
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X / Gasal
Materi Pokok : Teks Anekdot
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit (2 x Pertemuan)

A. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar


Kompetensi Inti *)
1. Pengetahuan :
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanuasiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
2. Keterampilan:
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metode hyang sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar *)
3.6 Menganalisis struktur dan kebahasaan teks anekdot
4.6 Menciptakan kembali teks anekdot dengan memperhatikan struktur
dan kebahasaan

131
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Indikator KD pada KI pengetahuan
a. Dapat mengidentifikasi ciri-ciri teks anekdot baik lisan
maupun tulisan
b. Dapat membandingkan teks anekdot baik melalui lisan dan
maupun tulisan.
2. Indikator KD pada KI keterampilan
a. Dapat menemukan kesalahan berbahasa dalam teks anekdot
b. Menciptakan kembali teks anekdot dengan memerhatikan
struktur dan kebahasaan

C. Tujuan Pembelajaran
a. Dapat mengidentifikasi ciri-ciri teks anekdot baik lisan maupun
tulisan
b. Dapat membandingkan teks anekdot baik melalui lisan dan
maupun tulisan.
c. Dapat menemukan kesalahan berbahasa dalam teks anekdot
d. Dapat menciptakan kembalimteks anekdot dengan memerhatikan
struktur dan kebahasaan

D. Materi Pembelajaran
1. Model teks anekdot
2. Struktur dan kaidah teks anekdot
3. Pokok-pokok pikiran teks anekdot
4. Ciri-ciri bahasa teks anekdot

E. Metode Pembelajaran:
1. PendekatanScientific (Ilmiah)
2. Model : Project Based Learning
3. Metode: Diskusi, inkuiri, penugasan.

132
F. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Deskripsi Kegiatan Alokasi Metode
Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Peserta didik merespon salam 15 Diskusi,
dan pertanyaan dari guru
inkuiri,
berhubungan dengan kondisi dan
pembelajaran sebelumnya penugasan.
2. Peserta didik menerima
informasi tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya
dengan pembelajaran yang akan
dilaksanakan
3. Peserta didik menerima
informasi kompetensi yang akan
dilaksanakan

Inti 1. Peserta didik membentuk


kelompok belajar beranggotakan 60
4 – 6.
2. Peserta didik membaca teks
anekdot.
3. Peserta didik berdiskusi dan
mengidentifikasi struktur dan
kaidah teks anekdot.
4. Peserta didik mengidentifikasi
struktur dan kaidah teks anekdot
5. Peserta didik
membandingkanbentuk dan isi
penggalan dari dua atau lebih
teks anekdot.
6. Peserta didik mencermati
penggunaan bahasa dalam teks
anekdot.
7. Secara mandiri, peserta didik
mengubah bentuk teks anekdot
menjadi persuasidengan
memperhatikan kesesuaian isi
dan maksud teks yang
diamati/dikonversi
8. Peserta didik mempresentasikan
laporan hasil diskusi.
9. Peserta didik memperoleh
klarifikasi/ penegasan dari guru
tentang analisis teks anekdot

133
10. Peserta didik memperoleh
apresiasi dari guru.
Kegiatan 1. Peserta didik bersama guru 15
Penutup menyimpulkan pembelajaran
2. Peserta didik melakukan refleksi
terhadap kegiatan yang sudah
dilakukan
3. Peserta didik dan guru
merencanakan tindak lanjut
pembelajaran untuk pertemuan
selanjutnya
.
G. Alat / bahan dan media pembelajaran
Alat/ bahan : LCD, Proyektor, leptop
Media : Power poin
H. Sumber belajar
a. Model Teks Laporan Anekdot
b. Buku Teks Bahasa Indonesia
c. KBBI, TBBI

J Penilaian Hasil Belajar


1. Teknik penilain
a. Buatlah analisis perbandingan terhadap teks anekdot yang telah
Anda baca.!
b. Perbaiki kalimat yang tidak efektif dari penggalan teks anekdot
menjadi kalimat efektif!
c. Presentasikan hasil teks anekdot yang telah dianalisis dan
perbaiki1
2. Instrumen penilaian
a. Penilaian Uraian
NO KUNCI / KRITERIA JAWABAN/ ASPEK YANG TINGKAT SKOR
DINILAI
1 ISI
• Amat memahami, amat luas dan lengkap, amat Amat Baik 4
terjabar, sesuai dengan kutipan. Baik 3
Sedang 2

134
• Memahami, luas dan lengkap, terjabar, sesuai Sedang 1
dengan kutipan, meskipun kurang terinci
• Memahami secara terbatas , kurang lengkap,
kurang terjabar dan kurang terinci.
• Tidak memahami isi dan tidak mengena
ORGANISASI
2
• Amat teratur dan rapi, amat jelas, kaya akan Amat Baik 4
gagasan, urutan amat logis, kohesi amat tinggi Baik 3
• Teratur dan rapi, jelas, banyak gagasan, urutan Sedang 2
logis dan kohesi tinggi Kurang 1
• Kurang teratur dan rapi, kurang jelas, kurang
gagasan, urutan kurang logis dan kohesi kurang
tinggi.
• Tidak teratur, tidak jelas,Miskin gagasan, urutan
tidak logis dan tidak ada kohesi
3 KOSA KATA DAN DIKSI
• Amat luas Amat Baik 4
• Penggunaan amat efektif, amat menguasai Baik 3
pembentukan kata, pemilihan kata amat tepat Sedang 2
• Terbatas kurang efektif, kurang menguasai Kurang 1
pembentukan kata dan pemilihan kata kurang
tepat
• Seperti terjemahan, tidak memahami
pembentukan kata dan tidak menguasai kata –
kata
4 PENULISAN ( EJAAN DAN TANDA BACA )
• Amat menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan Amat Baik 43
• Menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan, Baik 2
dengan sedikit kesalahan Sedang 1
• Kurang menguasai kaidah penulisan kata dan Kurang
ejaan dengan banyak kesalahan
• Tidak menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan,
dan tulisan sulit di baca
5 BAHASA ( TATA BAHASA DAN STRUKTUR )
• Amat menguasai tata bahasa, amat sedikit Amat Baik 4
kesalahan penggunaan dan penyusunan kalimat. Baik 3
• Penggunaan dan penyusunan kalimat sederhana,
sedikit kesalahan tata bahasa tanpa mengaburkan Sedang 2
makna Kurang 1
• Kesulitan dalam penggunaan dan penyusunan
kalimat sederhana, kesalahan tata bahasa yang
mengaburkan makna.
• Tidak menguasai penggunaan dan penyusunan
kalimat tidak komunikatif

135
6 KERAPIAN
• Terbaca, bersih dan rapi Amat 4321
• Terbaca, bersih tapi tidak rapi BaikBaik
• Terbaca, tidak bersih dan tidak rapi Sedang
• Tidak terbaca,Tidak bersih dan tidak rapi Kurang
b. Penilaian Presentasi
Nama :
Kelas/NIS :
Tanggal :
No Aspek Amat Baik Cukup Kurang
Baik
4 3 2 1
1 Persiapan
2 Penyampaian
3 Penilaian
4 Komunikasi
nonverbal
5 Komunikasi Verbal
6 Pemanfaatan piranti
Bahasa
7 Alat Bantu Visual
8 Tanggapan terhadap
Pertanyaan
9 Isi
Jumlah

Mengetahui Purbalingga, 08 Juni 2018


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Drs. Sahir Annisa Uswah Al Imam, S.Pd


NIP. 19630114 198910 1 001

136
Lampiran 2

ANGKET KEBUTUHAN SISWA


TERHADAP PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
MENGGUNAKAN VIDEO STAND UP COMEDY
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT
UNTUK KELAS X SMK N 1 KARANGANYAR

Identitas Responden
Nama : ...........................................
Kelas : ...........................................
Sekolah : ...........................................

Petunjuk Pengisian Angket

1. Tulislah identitas diri pada tempat yang telah disediakan!


2. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda (X) pada huruf A B, C
atau D pada jawaban yang telah disediakan!

1. Apakah materi menulis teks anekdot perlu dipelajari dalam pembelajaran


mata pelajaran Bahasa Indonesia?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
2. Apakah menulis teks anekdot merupakan keterampilan yang bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
3. Menurut anda, apakah menulis teks anekdot termasuk pelajaran yang sulit?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
4. Apakah perlu adanya pengembangan media pembelajaran menulis teks
anekdot dalam pembelajaran Bahasa Indonsia?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju

137
5. Apakah pengembangan media pembelajaran yang cocok untuk materi teks
anekdot berupa video stand up comedy?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
6. Apakah dengan adanya media pembelajaran video stand up comedy bisa
membantu dalam pembelajaran teks anekdot?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
7. Apakah pembelajaran menggunakan video stand up comedy lebih menarik?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
8. Setujukah kalian jika media pembelajaran video stand up comedy
menggunakan tokoh manusia bukan animasi atau kartun?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
9. Setujukah kalian jika media pembelajaran video stand up comedy untuk
pembelajaran menulis teks anekdot mengangkat tema pendidikan?
E. Sangat setuju
F. Setuju
G. Tidak setuju
H. Sangat tidak setuju
10. Menurut kalian apakah ruang studio sekolah bisa dijadikan setting/latar
pembuatan stand up comedy?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
11. Setujukah kalian jika guru atau siswa menjadi pemain dalam video stand up
comedy?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
12. Apakah gambar, suara dan musik pada video stand up comedy dapat terlihat
dan terdengar dengan jelas?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju

138
D. Sangat tidak setuju
13. Apakah bahasa yang digunakan komika/pemain pada video stand up comedy
mudah dipahami?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
14. Apakah setelah melihat video stand up comedy ini, anda menjadi lebih
percaya diri dalam menulis teks anekdot, dan mempunyai kreatifitas untuk
memproduksi teks anekdot dan menimbulkan rasa ingin tahu lebih dalam
mengenai materi menulis teks anekdot?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
15. Setelah melihat video stand up comedy, apakah video tersebut membantu
kalian dalam memahami struktur dan kaidah kebahasaaan menulis teks
anekdot?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju

139
Lampiran 3

ANGKET KEBUTUHAN GURU


TERHADAP PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
MENGGUNAKAN VIDEO STAND UP COMEDY
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT
UNTUK KELAS X SMK N 1 KARANGANYAR

Identitas Responden
Nama : ...........................................
Jabatan : ...........................................
Instansi Kerja : ...........................................

Petunjuk Pengisian Angket

1. Tulislah identitas diri Bapak/Ibu pada tempat yang telah disediakan!


2. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda (X) pada huruf A B, C
atau D pada jawaban yang telah disediakan!

1. Menurut Bapak/Ibu, apakah penting media dalam sebuah pembelajaran?


A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
2. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu ,apakah penting pembelajaran menulis teks
anekdot?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
3. Setujukah Bapak/Ibu jika ada pengembangan media pembelajaran menulis teks
anekdot?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
4. Apakah perlu adanya media pembelajaran audiovideo unruk membantu dalam
pembelajaran teks anekdot?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju

140
5. Apakah media pembelajaran berbentuk video stand up comedy cocok dalam
pembelajaran materi teks anekdot?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
6. Apakah media pembelajaran video stand up comedy membantu dalam
pembelajaran materi teks anekdot?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
7. Apakah video stand up comedy dapat menggali pemahaman mengenai struktur
teks anekdot?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
8. Apakah video stand up comedy dapat menggali pemahaman mengenai kaidah
kebahasaan teks anekdot?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
9. Setujukah Bapak/Ibu jika media pembelajaran video stand up comedy untuk
pembelajaran menulis teks anekdot mengangkat tema pendidikan?
I. Sangat setuju
J. Setuju
K. Tidak setuju
L. Sangat tidak setuju
10. Setujukah jika guru atau siswa menjadi pemeran dalam video stand up
comedy?
E. Sangat setuju
F. Setuju
G. Tidak setuju
H. Sangat tidak setuju
11. Menurut Bapak/Ibu, apakah ruang studio sekolah bisa dijadikan setting/latar
pembuatan stand up comedy?
E. Sangat setuju
F. Setuju
G. Tidak setuju
H. Sangat tidak setuju

141
12. Menurut Bapak/Ibu, apakah stand up comedy yang akan dikembangkan perlu
menggunakan ilustrasi musik atau backsound?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
13. Menurut Bapak/Ibu, apakah video stand up comedy menarik untuk
pembelajaran menulis teks anekdot?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
14. Setujukah Bapak/Ibu, jika pengembangn video stand up comedy
menumbuhkan pendidikan karakter, yaitu karakter percaya diri, kreatif dan rasa
ingin tahu?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju
15. Apakah pengembangan media video stand up comedy tepat diterapkan di SMK
Negeri 1 Karanganyar?
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju

142
Lampiran 4

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

Nama :

Kelas :

Cermatilah Video Stand Up Comedy dengan tema "Pendidikan”


1. Analisis Struktur Teks Anekdot (simpulkan struktur teks berdasarkan
kelengkapannya)
a. Abstraksi (contoh penggunaan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
b. Orientasi (contoh penggunaan):
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
c. Krisis (contoh penggunaan):
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
d. Respon (contoh penggunaan):
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
e. Koda (contoh penggunaan):
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

143
2. Analisis Aspek Kebahasaan (simpulkan aspek kebahasaan berdasarkan
kelengkapannya)
a. Nomina
Contoh Penggunaan :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
b. Verba :
Contoh Penggunaan :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
c. Konjungsi
Contoh Penggunaan :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
d. Kata ganti orang
Contoh Penggunaan :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
e. Makna Tersirat
Contoh Penggunaan :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

144
Lampiran 5

SURAT PERMOHONAN VALIDASI

Hal : Permohonan Validasi Purbalingga, Oktober 2018


Media Pembelajran

Kepada Yth. Dosen Ahli


Muhammad Nur Faiz, M.Kom
Di IT Telkom Purwokerto

Dengan hormat,
Melalui surat ini, saya :
Nama : Imam Syukron Hidayat
NIM : 1520104001
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Program Pascasarjana Univ. Muhammadiyah Purwokerto

Mengajukan permohonan untuk dilakukan validasi oleh dosen ahli pada


video stand up comedy yang merupakan prototype dari penelitian berjudul
“Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Video Stand Up Comedy
Dalam Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Untuk Kelas X SMK Negeri 1
Karanganyar Purbalingga”. Hasil validasi tersebut akan digunakan sebagai bahan
koreksi terhadap media pembelajran yang nantinya diujicobakan.
Demikian surat permohonan ini saya ajukan. Atas terpenuhinya
permohonan ini, saya ucapkan terimakasih.

Hormat saya,

Imam Syukron Hidayat

145
LEMBAR PENILAIAN (VALIDASI AHLI)
Nama : ………………………..
Jabatan : ………………………..
Institusi Kerja : ………………………..
Skor
No. Aspek yang Dinilai 1 2 3 4
Aspek Fisik Media
1. Sudut pandang pengambilan gambar
2. Penataan adegan
3. Penataan efek pencahayaan
4. Backdrop dan pewarnaan
5. Penataan musik (backsound dan soundtrack)
6. Penataan kostum
7. Tata rias (make up)
8. Penataan properti
Jumlah
Rata-rata
Aspek Isi Media
1. Pemilihan tema video stand up
2. Kesesuaian video stand up comedy dengan
tema
3. Kesesuaian video stand up comedy dengan KI
dan KD
4. Kesesuaian tema dengan setting/latar
5. Pemilihan tokoh dalam video stand up comedy
6. Karakter tokoh dalam video stand up comedy
7. Alur video stand up comedy
8. Nilai karakter yang dimunculkan dalam video
stand up comedy
Jumlah
Rata-rata
Rata-rata aspek media dan isi

Validator

..............................................

146
SURAT PERMOHONAN VALIDASI

Hal : Permohonan Validasi Purbalingga, Oktober 2018


Media Pembelajran

Kepada Yth. Dosen Ahli


Eko Purwanto, M.P.d
Di SMK N 1 Bojongsari

Dengan hormat,
Melalui surat ini, saya :
Nama : Imam Syukron Hidayat
NIM : 1520104001
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Program Pascasarjana Univ. Muhammadiyah Purwokerto

Mengajukan permohonan untuk dilakukan validasi oleh dosen ahli pada


video stand up comedy yang merupakan prototype dari penelitian berjudul
“Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Video Stand Up Comedy
Dalam Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Untuk Kelas X SMK Negeri 1
Karanganyar Purbalingga”. Hasil validasi tersebut akan digunakan sebagai bahan
koreksi terhadap media pembelajran yang nantinya diujicobakan.
Demikian surat permohonan ini saya ajukan. Atas terpenuhinya
permohonan ini, saya ucapkan terimakasih.

Hormat saya,

Imam Syukron Hidayat

147
LEMBAR PENILAIAN (VALIDASI AHLI)
Nama : ………………………..
Jabatan : ………………………..
Institusi Kerja : ………………………..
Skor
No. Aspek yang Dinilai 1 2 3 4
Aspek Fisik Media
1. Sudut pandang pengambilan gambar
2. Penataan adegan
3. Penataan efek pencahayaan
4. Backdrop dan pewarnaan
5. Penataan musik (backsound dan soundtrack)
6. Penataan kostum
7. Tata rias (make up)
8. Penataan properti
Jumlah
Rata-rata
Aspek Isi Media
1. Pemilihan tema video stand up
2. Kesesuaian video stand up comedy dengan
tema
3. Kesesuaian video stand up comedy dengan KI
dan KD
4. Kesesuaian tema dengan setting/latar
5. Pemilihan tokoh dalam video stand up comedy
6. Karakter tokoh dalam video stand up comedy
7. Alur video stand up comedy
8. Nilai karakter yang dimunculkan dalam video
stand up comedy
Jumlah
Rata-rata
Rata-rata aspek media dan isi

Validator

..............................................

148
Lampiran 6

ANGKET VALIDASI PENGGUNA


No. Aspek yang Dinilai SKOR
SS S TS STS
Aspek Fisik Media
1. Media pembelajaran audiovisual
berbentuk stand up comedy tepat
dikembangkan untuk pembelajaran
menulis teks anekdot
2. Pengembangan media video stand up
comedy lebih tepat menggunakan
manusia sebagai tokohnya bukan
animasi atau kartun
3. Tokoh dalam media video stand up
comedy lebih tepat diperankan oleh
siswa/guru
4. Ruang studio sekolah dapat
dijadikan setting/latar pembutan
video stand up comedy
5. Pembelajaran menggunakan media
video stand up comedy lebih
menarik
6 Pembelajaran menggunakan media
stand up comedy meningkatkan
motivasi belajar
Aspek Substansi (Isi) Media
1. Melalui media pembelajaran video
stand up comedy, saya dapat
memahami struktur teks anekdot
2. Melalui media pembelajaran video
stand up comedy, saya dapat
memahami kaidah kebahasaan teks

149
anekdot
3. Tema pendidikan sudah tepat
dikembangkan dalam media
pembelajaran video stand up comedy
4 Melalui pebelajaran video stand up
comedy, menumbuhkan karakter
lebih percaya diri, reatif dan
menimbulkan rasa ingin tahu tentang
materi menulis teks anekdot?

150
Lampiran 7

ANGKET PENILAIAN PESERTA DIDIK


No. Aspek yang Dinilai SKOR
SS S TS STS
Aspek Fisik Media
1. Media pembelajaran audiovisual
berbentuk stand up comedy tepat
dikembangkan untuk pembelajaran
menulis teks anekdot
2. Pengembangan media video stand up
comedy lebih tepat menggunakan
manusia sebagai tokohnya bukan
animasi atau kartun
3. Tokoh dalam media video stand up
comedy lebih tepat diperankan oleh
siswa/guru
4. Ruang studio sekolah dapat
dijadikan setting/latar pembutan
video stand up comedy
5. Pembelajaran menggunakan media
video stand up comedy lebih
menarik
6 Pembelajaran menggunakan media
stand up comedy meningkatkan
motivasi belajar
Aspek Substansi (Isi) Media
1. Melalui media pembelajaran video
stand up comedy, saya dapat
memahami struktur teks anekdot
2. Melalui media pembelajaran video
stand up comedy, saya dapat
memahami kaidah kebahasaan teks

151
anekdot
3. Tema pendidikan sudah tepat
dikembangkan dalam media
pembelajaran video stand up comedy
4 Melalui pebelajaran video stand up
comedy, menumbuhkan karakter
lebih percaya diri, reatif dan
menimbulkan rasa ingin tahu tentang
materi menulis teks anekdot?

152
Lampiran 8

LEMBAR PENILAIAN (VALIDASI AHLI)


Nama : ………………………..
Jabatan : ………………………..
Intsansi Kerja : ………………………..
Skor
No. Aspek yang Dinilai 1 2 3 4
Aspek Fisik Media
1. Sudut pandang pengambilan gambar
2. Penataan adegan
3. Penataan efek pencahayaan
4. Backdrop
5. Penataan musik (backsound dan soundtrack)
6. Penataan kostum
7. Tata rias (make up)
8. Penataan properti
9. Komposisi pewarnaan
Jumlah
Rata-rata
Aspek Isi Media
1. Pemilihan tema video stand up comedy
2. Kesesuaian video stand up comedy dengan
tema
3. Kesesuaian video stand up comedy dengan KI
dan KD
4. Kesesuaian materi dengan tujuan
5. Kesesuaian tema dengan latar/setting
6. Pemilihan tokoh video stand up comedy
7. Karakter tokoh dalam video stand up comedy
8. Alur cerita dalam video stand up comedy
9. Nilai karakter yang dimunculkan dalam video
stand up comedy
Jumlah
Rata-rata
Rata-rata aspek media dan isi

153
KOMENTAR DAN SARAN
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
KESIMPULAN
Media Pembelajaran ini dinyatakan :
1. Layak digunakan tanpa revisi
2. Layak digunakan dengan revisi
3. Tidak layak digunakan
(mohon melingkari nomor yang sesuai dengan kesimpulan Bapak/Ibu)

Validator

..............................................

154
Lampiran 9

LEMBAR PENILAIAN (VALIDASI GURU)


Nama : ………………………..
Jabatan : ………………………..
Instansi Kerja : ………………………..
Skor
No. Aspek yang Dinilai 1 2 3 4
Aspek Fisik Media
1. Sudut pandang pengambilan gambar
2. Penataan adegan
3. Penataan efek pencahayaan
4. Backdrop
5. Penataan musik (backsound dan soundtrack)
6. Penataan kostum
7. Tata rias (make up)
8. Penataan properti
9. Komposisi pewarnaan
Jumlah
Rata-rata
Aspek Isi Media
1. Pemilihan tema video stand up comedy
2. Kesesuaian video stand up comedy dengan
tema
3. Kesesuaian video stand up comedy dengan KI
dan KD
4. Kesesuaian materi dengan tujuan
5. Kesesuaian tema dengan latar/setting
6. Pemilihan tokoh video stand up comedy
7. Karakter tokoh dalam video stand up comedy
8. Alur cerita dalam video stand up comedy
9. Nilai karakter yang dimunculkan dalam video
stand up comedy
Jumlah
Rata-rata
Rata-rata aspek media dan isi

155
KOMENTAR DAN SARAN
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
KESIMPULAN
Media Pembelajaran ini dinyatakan :
1. Layak digunakan tanpa revisi
2. Layak digunakan dengan revisi
3. Tidak layak digunakan
(mohon melingkari nomor yang sesuai dengan kesimpulan Bapak/Ibu)

Validator

..............................................

156

You might also like