Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The aims of this research was to study Gonad Maturity Level (GML), Index Gonado
Somatik (IGS), absolute fekundity and egg diameter of Channa striata injected with the
Human Chorionic Gonadotropin hormone. The research was conducted in 26th of December
2013 until 26th of January 2014 at the Fish Hatchery Unit (FHU) Batanghari Sembilan,
North Indralaya District, Ogan Ilir, South Sumatra. Channa striata which as used had
weights 85-105 gram per fish. The experiment was arranged in a Completely Randomized
Design (CRD), (P0) No injection of HCG, (P1) 200 IU per kg fish, (P2) 250 IU per kg fish,
(P3) 300 IU per kg fish. Parameters observed Gonad Maturity Level (GML), Index Gonado
Somatik (IGS), absolute fekundity and egg diameter. From the four treatment experiment,
P3 treatment produced the highest GML V whose the percentage was 20%, while P0
treatment did not reach GML IV and V, most of the P0 treatment (80%) only reached GML
II. Based on further test of Duncan Signipicant Differences with 95% credibility level, the
IGS data of Channa striata was significantly different and influential among treatments, the
smallest IGS was produced from P0 treatment that is 0.43% while the largest IGS was
produced from P3 treatment that is 5.91%. The smallest absolute fecundity was on the P0
treatment which was 582 eggs while the largest was on P3 treatment that is 5,775 eggs. The
smallest egg diameter was on the P0 treatment which was 0.35 mm while the largest was on
P3 treatment that is 0.93 mm. Hormone HCG injections of 300 IU per kg weight of the fish
proved to be finalizing a Channa striata gonad.
PENDAHULUAN
162
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)
ikan gabus, sehingga perlu upaya untuk secara hormonal merupakan salah satu
membudidayakan ikan gabus (Muslim, alternatif untuk mengatasi masalah ini,
2007b). Penurunan produksi ikan gabus hormon yang dapat digunakan untuk
disebabkan terjadinya pendangkalan di merangsang perkembangan gonad adalah
muara-muara sungai, terjadinya pelepasan hormon Human Chorionic Gonadotropin
bahan pencemar ke perairan umum dan (HCG) yang mampu mempercepat ritme
tingkat penangkapan telah mencapai hormon endogenous yang akan
maksimum di sepanjang aliran sungai, menentukan siklus aktivitas ovari, yaitu
tetapi tidak diikuti dengan usaha mempengaruhi pembentukan hormon
budidaya(Fitriliyani, 2005), sedangkan endogenus yang akan menentukan siklus
menurut Muslim (2012) penurunan aktivitas ovari, yaitu mempengaruhi
produksi ikan membudidayakan ikan pembentukan hormon testosteron,
gabus (Muslim, 2007b). progesteron, 17α-Metiltosteteron, 20β-
Penurunan produksi ikan gabus Hidroksidehidrogenase selama dalam
disebabkan terjadinya pendangkalan di proses pematangan gonad (Babiker dan
muara-muara sungai, terjadinya pelepasan Ibrahim, 1978 dalam Nurhamdi, 2005).
bahan pencemar ke perairan umum dan Penelitian mengenai penggunaan
tingkat penangkapan telah mencapai hormon HCG untuk pematangan gonad
maksimum di sepanjang aliran sungai, pada ikan sudah pernah dilakukan, antara
tetapi tidak diikuti dengan usaha budidaya lain, pada ikan balashark (Balantiochelus
(Fitriliyani, 2005), sedangkan menurut melanopterus Blkr) (Muchlis, 1997)
Muslim (2012) penurunan produksi ikan menunjukkan bahwa hormon HCG dosis
gabus di Sumatera Selatan disebabkan 250 IU per kg bobot tubuh menghasilkan
aktifitas penangkapan ikan gabus di alam empat perlakuan dan masing-masing tiga
sudah berlebih (over exploitation) dan ulangan. Adapun perlakuan yang
rusaknya habitat ikan gabus (sungai dan digunakan adalah sebagai berikut :
rawa-rawa). Oleh karena itu untuk P0 = Penyuntikan HCG dosis 0 IU per kg
meningkatkan produksi ikan gabus perlu bobot ikan
dilakukan upaya pembudidayaan. P1 = Penyuntikan HCG dosis 200 IU per
Pengembangan budidaya ikan gabus kg bobot ikan
mengalami kendala karena pemijahan P2 = Penyuntikan HCG dosis 250 IU per
gabus bersifat musiman. Penanganan kg bobot ikan
163
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)
164
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)
165
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)
166
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)
ditandai testes dan ovarium jernih, abu-abu Kesteven (1968) dalam Effendie (2002)
merah. Telur dapat terlihat dengan kaca TKG IV adalah tahap perkembangan II
pembesar. Pada perlakuan P0 terdapat juga yang ditandai dengan ovarium berwarna
TKG III sebesar 20%. orange kemerah-merahan. Telur jelas
Pada perlakuan P1 dominan adalah dapat dibedakan, bentuknya bulat telur.
TKG III sebesar 60%. TKG III merupakan Ovarium mengisi kira-kira dua per tiga
tahap perkembangan I dengan ciri-ciri ruang bawah.
warna gonad jingga, bobot gonad 0,91- Pada perlakuan P3 terdapat juga
5,46 gram, IKG 1,07-6,00% dan diameter TKG III sebesar 20% dan TKG V sebesar
telur berkisar antara 0,37-1,45 mm. 20%. TKG V yaitu tahap bunting dengan
Menurut Kesteven (1968) dalam Effendie ciri-ciri gonad berwarna kuning, bobot
(2002) TKG III adalah tahap gonad 7,76-12,58 gram, IKG 7,39-11,54%
perkembangan I yang ditandai dengan dan diameter telur berkisar antara 0,50-
ovarium bentuknya bulat telur, kemerah- 1,72 mm. Menurut Kesteven (1968) dalam
merahan dengan pembuluh darah kapiler. Effendie (2002) TKG V adalah tahap
Gonad mengisi kira-kira setengah ruang ke bunting yang ditandai dengan organ
bagian bawah. Telur dapat terlihat oleh seksual mengisi ruang bawah. Telur
mata seperti serbuk putih.yang ditandai bentuknya bulat, beberapa dari padanya
dengan ovarium jernih, abu-abu merah. jernih dan masak.
Pada perlakuan P1 juga terdapat TKG IV Berdasarkan empat perlakuan yang
sebesar 40%. diujicobakan, perlakuan P3 menghasilkan
Tingkat kematangan gonad (TKG) TKG V dengan persentase 20%,
pada perlakuan P2 dominan adalah TKG sedangkan pada perlakuan P0 tidak ada
III sebesar 40%, pada perlakuan P2 yang mencapai TKG IV dan V, hanya
terdapat juga TKG IV sebesar 33,33% dan yang dominan ada TKG II yaitu sebesar
TKG V sebesar 26,67%. Pada perlakuan 80%. Dengan melihat hasil ini maka
P3 dominan adalah TKG IV (60%). TKG semakin tinggi dosis hormon HCG yang
IV adalah tahap perkembangan II dengan disuntikkan ke ikan gabus maka kecepatan
ciri-ciri gonad berwarna kuning pematangan gonad akan semakin cepat.
kemerahan, bobot gonad 3,35-8,14 gram, Hasil penelitian ini sama dengan hasil
IKG 3,81-6,96% dan diameter telur penelitian Isriansyah (2011) yang
berkisar antara 0,45-1,50 mm. Menurut melakukan penelitian perkembangan telur
167
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)
168
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)
169
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)
Tabel 4.3. Data fekunditas mutlak ikan gabus pada akhir pembedahan (butir)
Kisaran Kisaran Rerata
Kisaran Kisaran bobot
Perlakuan panjang fekunditas fekunditas
bobot (g) gonad (g)
tubuh (cm) (butir) (butir)
P0 85-86 20,5-21 0,91-1,09 640-970 582a
P1 85-94 21,5-24 1,92-8,14 1,810-8,070 3,506b
P2 87-105 21,3-24,5 2,18-9,42 2,130-9,400 5,243c
P3 91-109 22,5-24 2,67-12,58 2,560-11,940 5,775d
170
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)
Hasil analisa sidik ragam diameter besar. Menurut Nurmahdi (2005) bahwa
telur (Lampiran 8), penyuntikan hormon pemberian hormon HCG efektif dapat
HCG dengan dosis 0, 200, 250 dan 300 IU meningkatkan diameter telur ikan baung
per kg bobot ikan berbeda nyata terhadap dari 1,30 mm menjadi 1,49 mm.
diameter telur ikan gabus. Berdasarkan uji Hormon HCG dapat meningkatkan
lanjut beda nyata jarak duncan (BNJD) diameter telur ikan gabus karena hormon
taraf kepercayaan 95%, diameter telur HCG mengandung hormon estradiol 17β
terkecil terdapat pada perlakuan P0 yaitu yang dapat merangsang proses
0,35 mm sedangkan diameter telur terbesar vitelogenesis. Vitelogenesis adalah proses
terdapat pada perlakuan P3 yaitu 0,93 mm, induksi dan sintesis vitelogenin di hati
dengan hasil ini maka semakin tinggi dosis sebagai respon terhadap hormon estradiol
hormon HCG yang disuntikkan ke ikan 17β. Selanjutnya vitelogenin yang
gabus maka diameter telur akan semakin diproduksi hati dilepaskan ke dalam sistem
171
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)
peredaran darah, kemudian secara selektif yang menyatakan bahwa, semakin tinggi
diserap oleh oosit untuk ditimbun menjadi tingkat kematangan gonad maka diameter
bakal kuning telur dalam bentuk lipovitelin telur yang ada di dalam ovarium akan
dan fosvitin. Aktivitas penyerapan semakin besar.
vitelogenin oleh oosit menyababkan Ukuran diameter telur ikan gabus
diameter telur bertambah besar (Kobayashi yang didapat dari hasil penelitian ini
et al., 1996 dalam Supriyadi, 2005). beraneka ragam, hal ini menunjukkan
Sedangkan menurut Nuraini et al., bahwa ikan gabus melakukan pemijahan
(2012) penyuntikan hormon HCG secara parsial atau tipe pemijahan yang
memiliki pengaruh terhadap pertambahan panjang. Pernyataan ini didukung oleh
diameter telur, semakin besar dosis HCG pendapat Susilawati (2000) dalam
yang disuntikkan semakin besar rata-rata Makmur (2003), bahwa ikan yang
pertambahan diameter telur. Penambahan melakukan pemijahan secara parsial berarti
diameter telur ikan sangat dipengaruhi waktu pemijahannya panjang yang
oleh aktivitas hormonal, peningkatan ditandai dengan banyaknya ukuran telur
diameter oosit disebabkan oleh penyerapan yang berbeda di dalam ovariumnya.
lumen ovari akibat rangsangan hormonal
KESIMPULAN
yang sesuai. Perkembangan folikel
Adapun kesimpulan dari hasil
dipengaruhi oleh aktivitas FSH (Folikel
penelitian ini adalah semakin tinggi dosis
Stimulating Hormon) pada pituitary yang
hormon HCG yang disuntikkan ke ikan
akan merangsang sekresi estrogen pada
gabus yaitu dosis 0, 200, 250, 300 IU per
pituitary dan estrogen pada folikel. Folikel
kg bobot tubuh, maka tingkat pematangan
dapat meningkat sehingga diameter telur
gonad akan semakin tinggi.
membesar.
Hasil penelitian ini didapatkan
DAFTAR PUSTAKA
diameter telur ikan gabus TKG III berkisar
Adi CN. 1999. Pengaruh Kombinasi HCG
antara 0,37-1,45 mm, TKG IV dan V
dan Ekstrak Kelenjar Hipofisa
berkisar antara 0,45-1,50 mm dan 0,50- Ikan Mas terhadap Proses
Ovulasi Ikan Baung (Mystus
1,72 mm. Pada tiap-tiap tingkat
nemurus C.V), Tesis S2 (Tidak
kematangan gonad memiliki penyebaran dipublikasikan). Sekolah Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor,
ukuran diameter telur yang berbeda, hal ini
Bogor.
sesuai dengan pendapat Effendie (2002)
172
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)
174