You are on page 1of 13

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(2) :162-174 (2014) ISSN : 2303-2960

PEMATANGAN GONAD IKAN GABUS BETINA (Channa striata)


MENGGUNAKAN HORMON Human Chorionic Gonadotropin DOSIS BERBEDA

Gonadal Maturation of Sneakhead Fish Female (Channa striata) Using Different


Doses of Human Chorionic Gonadotropin Hormone

Zultamin1, Muslim1*, Yulisman1


1
PS.Akuakultur Fakultas Pertanian UNSRI
Kampus Indralaya Jl. Raya Palembang Prabumulih KM 32 Ogan Ilir Telp. 0711 7728874
*
Korespondensi email : muslim010378@yahoo.co.id

ABSTRACT

The aims of this research was to study Gonad Maturity Level (GML), Index Gonado
Somatik (IGS), absolute fekundity and egg diameter of Channa striata injected with the
Human Chorionic Gonadotropin hormone. The research was conducted in 26th of December
2013 until 26th of January 2014 at the Fish Hatchery Unit (FHU) Batanghari Sembilan,
North Indralaya District, Ogan Ilir, South Sumatra. Channa striata which as used had
weights 85-105 gram per fish. The experiment was arranged in a Completely Randomized
Design (CRD), (P0) No injection of HCG, (P1) 200 IU per kg fish, (P2) 250 IU per kg fish,
(P3) 300 IU per kg fish. Parameters observed Gonad Maturity Level (GML), Index Gonado
Somatik (IGS), absolute fekundity and egg diameter. From the four treatment experiment,
P3 treatment produced the highest GML V whose the percentage was 20%, while P0
treatment did not reach GML IV and V, most of the P0 treatment (80%) only reached GML
II. Based on further test of Duncan Signipicant Differences with 95% credibility level, the
IGS data of Channa striata was significantly different and influential among treatments, the
smallest IGS was produced from P0 treatment that is 0.43% while the largest IGS was
produced from P3 treatment that is 5.91%. The smallest absolute fecundity was on the P0
treatment which was 582 eggs while the largest was on P3 treatment that is 5,775 eggs. The
smallest egg diameter was on the P0 treatment which was 0.35 mm while the largest was on
P3 treatment that is 0.93 mm. Hormone HCG injections of 300 IU per kg weight of the fish
proved to be finalizing a Channa striata gonad.

Keywords : Channa striata, HCG hormone, GML, IGS, egg diameter

PENDAHULUAN

Ikan gabus (Channa striata) komoditas budidaya. Dengan semakin


termasuk salah satu jenis ikan rawa yang meningkatnya permintaan terhadap ikan
bernilai ekonomis di Sumatera Selatan gabus, maka aktivitas penangkapan ikan
(Muslim, 2007a), sehingga ikan ini gabus di alam juga semakin meningkat.
berpotensi untuk dikembangkan sebagai Hal tersebut dapat menurunkan populasi

162
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)

ikan gabus, sehingga perlu upaya untuk secara hormonal merupakan salah satu
membudidayakan ikan gabus (Muslim, alternatif untuk mengatasi masalah ini,
2007b). Penurunan produksi ikan gabus hormon yang dapat digunakan untuk
disebabkan terjadinya pendangkalan di merangsang perkembangan gonad adalah
muara-muara sungai, terjadinya pelepasan hormon Human Chorionic Gonadotropin
bahan pencemar ke perairan umum dan (HCG) yang mampu mempercepat ritme
tingkat penangkapan telah mencapai hormon endogenous yang akan
maksimum di sepanjang aliran sungai, menentukan siklus aktivitas ovari, yaitu
tetapi tidak diikuti dengan usaha mempengaruhi pembentukan hormon
budidaya(Fitriliyani, 2005), sedangkan endogenus yang akan menentukan siklus
menurut Muslim (2012) penurunan aktivitas ovari, yaitu mempengaruhi
produksi ikan membudidayakan ikan pembentukan hormon testosteron,
gabus (Muslim, 2007b). progesteron, 17α-Metiltosteteron, 20β-
Penurunan produksi ikan gabus Hidroksidehidrogenase selama dalam
disebabkan terjadinya pendangkalan di proses pematangan gonad (Babiker dan
muara-muara sungai, terjadinya pelepasan Ibrahim, 1978 dalam Nurhamdi, 2005).
bahan pencemar ke perairan umum dan Penelitian mengenai penggunaan
tingkat penangkapan telah mencapai hormon HCG untuk pematangan gonad
maksimum di sepanjang aliran sungai, pada ikan sudah pernah dilakukan, antara
tetapi tidak diikuti dengan usaha budidaya lain, pada ikan balashark (Balantiochelus
(Fitriliyani, 2005), sedangkan menurut melanopterus Blkr) (Muchlis, 1997)
Muslim (2012) penurunan produksi ikan menunjukkan bahwa hormon HCG dosis
gabus di Sumatera Selatan disebabkan 250 IU per kg bobot tubuh menghasilkan
aktifitas penangkapan ikan gabus di alam empat perlakuan dan masing-masing tiga
sudah berlebih (over exploitation) dan ulangan. Adapun perlakuan yang
rusaknya habitat ikan gabus (sungai dan digunakan adalah sebagai berikut :
rawa-rawa). Oleh karena itu untuk P0 = Penyuntikan HCG dosis 0 IU per kg
meningkatkan produksi ikan gabus perlu bobot ikan
dilakukan upaya pembudidayaan. P1 = Penyuntikan HCG dosis 200 IU per
Pengembangan budidaya ikan gabus kg bobot ikan
mengalami kendala karena pemijahan P2 = Penyuntikan HCG dosis 250 IU per
gabus bersifat musiman. Penanganan kg bobot ikan

163
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)

P3 = Penyuntikan HCG dosis 300 IU per Penyuntikan HCG


kg bobot ikan
Ikan gabus disuntik dengan hormon HCG,
dosis penyuntikan sesuai perlakuan.
Cara Kerja
Penyuntikkan dilakukan di bawah sirip
Seleksi Ikan Uji
punggung dengan kemiringan jarum suntik
Ikan gabus betina diseleksi dengan
45o ke arah kepala, penyuntikan dilakukan
melihat kelengkapan anggota tubuh, tidak
1 kali. Sebelum disuntik kepala ikan
cacat, tidak luka dan berat 85-105 gram,
ditutup dengan kain basah untuk
ikan gabus yang digunakan memiliki
mengurangi stres. Penyuntikan dilakukan
tingkat kematangan gonad tahap I yaitu
pada sore hari jam 16.00 WIB, untuk
dara, untuk mengetahui ikan tersebut
meminimalisir tingkat stres pada ikan.
memiliki tingkat kematangan gonad tahap
I, 70 ekor ikan yang telah disediakan Pemeliharaan Ikan Uji
dibedah terlebih dahulu sebanyak 10%
Pemeliharaan ikan uji dalam
untuk dijadikan ikan sampel bahwa 70
waring (1x1x1 meter) yang ditempatkan
ekor ikan yang telah diseleksi semuaya
dalam satu kolam berukuran 7m x 2m x
memasuki tahap tingkat kematangan
1m. Setiap waring berisi ikan gabus betina
gonad I, untuk memastikan semua ikan
sebanyak 5 ekor. Selama penelitian ikan
TKG I dengan melihat bentuk dan bobot
diberi pakan berupa anak ikan nila (0,5-1
gonad, IKG dan warna gonad. Bentuk
gram per ekor). Pemberian pakan
gonad masih kecil dengan bobot 0,04-0,10
diberikan 3 kali dalam sehari yaitu pagi
gram, IKG 0,05-0,11%, gonad berwarna
jam 06.00 WIB, siang jam 12.00 WIB dan
kemerahan, telur belum terbentuk.
malam jam 18.00, sebanyak 2 ekor benih
Menurut Kesteven (1968) dalam Effendie
ikan nila per ikan gabus.
(2002) menyatakan TKG I adalah organ
seksual sangat kecil berdekatan di bawah Pembedahan Ikan Uji
tulang punggung, ovarium transparan, dari Setelah 30 hari pasca penyuntikan
tidak berwarna sampai berwarna abu-abu, hormon HCG, semua ikan gabus dibedah
telur belum terbentuk. untuk diamati tingkat kematangan gonad,
indeks kematangan gonad, fekunditas
mutlak dan diameter telur.

164
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)

Parameter yang diamati Diameter Telur


Tingkat Kematangan Gonad Diameter telur ikan diukur
Tingkat kematangan gonad diamati sebanyak 100 butir telur untuk 1 ikan
secara morfologi, yang terdiri atas bentuk sampel. Alat untuk mengukur diameter
gonad, warna gonad, ukuran panjang dan telur berupa mikroskop binokuler yang
berat gonad (Effendie, 2002). Indeks telah dilengkapi mikrometer. Hasil
kematangan gonad dan diameter telur pengukuran diameter telur dibawah
dianalisis juga untuk menentukan tingkat mikroskop menggunakan rumus
kematangan gonad. Cindelaras (2005) dalam Saleh (2009):
A = B/0,4 x 0,01 mm
Indeks Kematangan Gonad
Keterangan :
Nilai Indeks Kematangan Gonad
A = Ukuran sebenarnya (mm)
dihitung berdasarkan Effendie (1979)
B = Angka yang terbaca pada mikrometer
dengan persamaan sebagai berikut :
0,4 = Perbesaran lensa objektif 40x
IKG = BgBt x 100%
0,01 = Nilai dari satuan yang ada pada
Keterangan :
preparat
IKG : Indeks kematangan gonad (%)
Bg : Bobot gonad (gram) Analisis Data
Bt : Bobot ikan total (gram)
Data yang diperoleh berupa tingkat
kematangan gonad, indeks kematangan
Fekunditas Mutlak
gonad, fekunditas mutlak dan diameter
Fekunditas mutlak dihitung dengan
telur. Tingkat kematangan gonad dianalisis
cara gravimetrik, berdasarkan Effendie
secara deskriptif. Indeks kematangan
(1979), dengan rumus:
gonad, fekunditas mutlak dan diameter
X/x = G/g
telur diuji menggunakan analisis sidik
Keterangan :
ragam dengan taraf kepercayaan 95%. Jika
X = Fekunditas (butir)
hasil analisis keragaman menunjukkan
x = Jumlah telur dari sebagian kecil gonad
nilai berbeda nyata maka dilanjutkan
(diketahui) (butir)
dengan uji beda nyata jarak duncan
G = Bobot (g) seluruh gonad
(Hanafiah, 2010).
g = Bobot (g) sebagian gonad

165
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Data tingkat kematangan gonad ikan gabus
akhir penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 4.1. Data tingkat kematangan gonad ikan gabus pada akhir penelitian
Bobot
Diameter
Perlakuan Gonad IKG (%) Warna Gonad TKG *
telur (mm)
(gram)
II (80%),
P0 0,12-1,09 0,14-1,27 Merah muda, Jingga 0,25-1,20
III (20%)
Jingga, Kuning III (60%),
P1 1,92-8,14 2,26-8,66 0,37-1,50
kemerahan IV (40%)
III (40%),
Jingga, Kuning
P2 2,18-9,42 2,51-8,97 0,37-1,67 IV (33,33%),
kemerahan, Kuning
V (26,67 %)
III (20%),
Jingga, Kuning
P3 2,67-12,58 2,87-11,54 0,37-1,72 IV (60%),
kemerahan, Kuning
V (20%)
* Keterangan: TKG II (Gonad kecil, gonad berwarna merah muda, bobot gonad 0,12-0,35 gram, IKG
0,14-0,39%, telur tidak dapat dilihat dengan mata, diameter telur 0,25 mm). TKG III
(Gonad berwarna jingga, bobot gonad 0,91-5,46 gram, IKG 1,07-6,00%, diameter telur
0,37-1,45 mm). TKG IV (Gonad berwarna kuning kemerahan, bobot gonad 3,35-8,14
gram, IKG 3,81-6,96%, diameter telur 0,45-1,50 mm). TKG V (Gonad berwarna kuning,
bobot gonad 7,76-12,58 gram, IKG 7,39-11,54%, diameter telur 0,50-1,72 mm).

Tingkat kematangan gonad ikan Tingkat kematangan gonad ikan


gabus pada awal penelitian (hari ke-0) gabus pada akhir penelitian (hari ke-30)
100% ikan gabus dalam TKG I yaitu tahap TKG pada perlakuan P0 dominan adalah
dara dengan ciri-ciri gonad yang masih TKG II sebesar 80%. TKG II merupakan
kecil, berwarna kemerahan, bobot gonad tahap dara berkembang dengan ciri-ciri
0,04-0,10 gram, IKG 0,05-0,11% dan telur bentuk gonad kecil, gonad berwarna merah
belum terbentuk. Menurut Kesteven muda, bobot gonad 0,12-0,35 gram, IKG
(1968) dalam Effendie (2002), 0,14-0,39%, telur tidak dapat dilihat
menyatakan bahwa TKG I adalah tahap dengan mata tetapi bisa dilihat dengan
dara yang ditandai organ seksual sangat menggunakan mikroskop. Ukuran
kecil berdekatan di bawah tulang diameter telur pada TKG II adalah 0,25
punggung. Testis dan ovarium transparan, mm. Menurut Kesteven (1968) dalam
tidak berwarna sampai abu-abu. Belum Effendie (2002), menyatakan bahwa TKG
terbentuk telur. II adalah tahap dara berkembang yang

166
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)

ditandai testes dan ovarium jernih, abu-abu Kesteven (1968) dalam Effendie (2002)
merah. Telur dapat terlihat dengan kaca TKG IV adalah tahap perkembangan II
pembesar. Pada perlakuan P0 terdapat juga yang ditandai dengan ovarium berwarna
TKG III sebesar 20%. orange kemerah-merahan. Telur jelas
Pada perlakuan P1 dominan adalah dapat dibedakan, bentuknya bulat telur.
TKG III sebesar 60%. TKG III merupakan Ovarium mengisi kira-kira dua per tiga
tahap perkembangan I dengan ciri-ciri ruang bawah.
warna gonad jingga, bobot gonad 0,91- Pada perlakuan P3 terdapat juga
5,46 gram, IKG 1,07-6,00% dan diameter TKG III sebesar 20% dan TKG V sebesar
telur berkisar antara 0,37-1,45 mm. 20%. TKG V yaitu tahap bunting dengan
Menurut Kesteven (1968) dalam Effendie ciri-ciri gonad berwarna kuning, bobot
(2002) TKG III adalah tahap gonad 7,76-12,58 gram, IKG 7,39-11,54%
perkembangan I yang ditandai dengan dan diameter telur berkisar antara 0,50-
ovarium bentuknya bulat telur, kemerah- 1,72 mm. Menurut Kesteven (1968) dalam
merahan dengan pembuluh darah kapiler. Effendie (2002) TKG V adalah tahap
Gonad mengisi kira-kira setengah ruang ke bunting yang ditandai dengan organ
bagian bawah. Telur dapat terlihat oleh seksual mengisi ruang bawah. Telur
mata seperti serbuk putih.yang ditandai bentuknya bulat, beberapa dari padanya
dengan ovarium jernih, abu-abu merah. jernih dan masak.
Pada perlakuan P1 juga terdapat TKG IV Berdasarkan empat perlakuan yang
sebesar 40%. diujicobakan, perlakuan P3 menghasilkan
Tingkat kematangan gonad (TKG) TKG V dengan persentase 20%,
pada perlakuan P2 dominan adalah TKG sedangkan pada perlakuan P0 tidak ada
III sebesar 40%, pada perlakuan P2 yang mencapai TKG IV dan V, hanya
terdapat juga TKG IV sebesar 33,33% dan yang dominan ada TKG II yaitu sebesar
TKG V sebesar 26,67%. Pada perlakuan 80%. Dengan melihat hasil ini maka
P3 dominan adalah TKG IV (60%). TKG semakin tinggi dosis hormon HCG yang
IV adalah tahap perkembangan II dengan disuntikkan ke ikan gabus maka kecepatan
ciri-ciri gonad berwarna kuning pematangan gonad akan semakin cepat.
kemerahan, bobot gonad 3,35-8,14 gram, Hasil penelitian ini sama dengan hasil
IKG 3,81-6,96% dan diameter telur penelitian Isriansyah (2011) yang
berkisar antara 0,45-1,50 mm. Menurut melakukan penelitian perkembangan telur

167
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)

ikan baung (Mystus nemurus) dipengaruhi oleh hormon dan keberadaan


menggunakan hormon HCG dosis 0, 200 hormon ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
dan 400 IU per kg bobot tubuh, hasil lingkungan seperti suhu, makanan dan
perkembangan diameter telur terbesar keberadaan ikan. Perkembangan oosit
dihasilkan oleh perlakuan hormon HCG tergantung dari proses vitelogenesis yang
400 IU per kg bobot tubuh yaitu sebesar merupakan tempat penimbunan kuning
0,95 mm, sedangkan perkembangan telur. Vitelogenesis merupakan salah satu
diameter telur terkecil terdapat pada tahap perkembangan telur pada ikan yang
perlakuan tanpa pemberian hormon HCG dicirikan dengan bertambah banyaknya
yaitu 0,42 mm. volume sitoplasma yang berasal dari
Pada penelitian Setijaningsih dan vitelogenin eksogen yang membentuk
Asih (2011), penyuntikkan HCG dengan kuning telur.
dosis 300, 400, 500 dan 600 IU per kg Hormon Human chorionic
bobot tubuh menunjukkan dosis 500 IU gonadotropin (HCG) dapat meningkatkan
dan 600 IU memberikan pengaruh proses konsentrasi hormon estradiol-17β dalam
vitelogenesis oosit yang terbaik. Semakin darah karena adanya aktivitas kerja
banyak dosis hormon HCG yang hormon FSH (GTH-I). FSH akan
disuntikkan pada ikan maka semakin menstimulasi kerja sel teka untuk
banyak Gonadotropin realizing hormon melepaskan hormon testosteron yang
(GnRH) yang masuk ke dalam darah ikan selanjutnya akan merangsang sel
sehingga semakin banyak hormon granulosa untuk menghasilkan hormon
gonadotropin-I (GtH-1) yang disekresikan estradiol-17β. Hal ini didukung oleh
oleh hipofisis, hormon GtH-I adalah pendapat Kagawa et al (1984) dalam
hormon gonadotropin berperan dalam Nurmahdi (2005) yang menyatakan bahwa
perangsangan perkembangan oosit, lapisan sel teka di bawah pengaruh
sehingga semakin banyak dosis HCG yang gonadotropin, menghasilkan testosteron.
disuntikkan kedalam tubuh ikan pada Kemudian di dalam sel granulosa dengan
penelitian ini maka semakin besar bantuan enzim aromatase, testoteron
perkembangan oosit, sehingga tersebut diubah menjadi estradiol-17β.
menyebabkan perkembangan gonad akan Estradiol-17β yang dihasilkan dilepaskan
semakin besar. Menurut Setijaningsih dan ke dalam darah, kemudian merangsang
Asih (2011), perbedaan besaran oosit hati untuk melakukan sintesis vitelogenin.

168
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)

Vitelogenin ini kemudian dilepaskan vitelogenesis tersebut akan mengakibatkan


kembali ke dalam darah dan secara selektif terjadinya perkembangan diameter telur
akan diserap oleh oosit. Hasil proses dan gonad.

Indeks Kematangan Gonad (IKG)


Data indeks kematangan gonad
ikan gabus pada akhir pembedahan disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 2. Data IKG ikan gabus pada akhir pembedahan (%)
Kisaran
Kisaran Bobot Gonad Rerata IKG
Perlakuan Bobot Ikan Kisaran IKG (%)
(g) (%)
(g)
P0 85 - 90 0,12 – 1,09 0,15 – 1,27 0,43a
P1 85 - 94 1,92 – 8,14 2,45 – 8,66 4,21b
P2 87 - 105 2,18 – 9,42 2,51 – 8,97 5,35c
P3 91 - 109 2,67 – 12,58 2,87 – 11,54 5,91d

Hasil analisa sidik ragam IKG, pemberian HCG mampu meningkatkan


penyuntikan hormon HCG dengan dosis 0, nilai IKG ikan baung dari rata-rata awal
200, 250 dan 300 IU per kg bobot ikan penelitian 1,88% menjadi 6,69%.
berbeda nyata terhadap indeks kematangan Semakin tinggi dosis hormon HCG
gonad ikan gabus. Berdasarkan uji lanjut yang disuntikkan ke ikan gabus maka IKG
beda nyata jarak duncan (BNJD) taraf yang didapatkan akan semakin besar
kepercayaan 95%, IKG terkecil terdapat karena hormon HCG dapat meningkatkan
pada perlakuan P0 yaitu 0,43% sedangkan konsentrasi hormon estradiol-17β dalam
IKG terbesar terdapat pada perlakuan P3 darah karena adanya aktivitas kerja
yaitu 5,91%. hormon FSH (GTH-I). FSH akan
Dengan melihat hasil ini maka menstimulasi kerja sel teka untuk
semakin tinggi dosis yang disuntikkan ke melepaskan hormon testosteron yang
ikan gabus maka IKG yang didapat akan selanjutnya akan merangsang sel
semakin tinggi, dengan hasil ini artinya granulosa untuk menghasilkan hormon
pemberian hormon HCG mampu estradiol-17β.
meningkatkan indeks kematangan gonad Menurut Tyler et al (1991) dalam
(IKG), dari awal penelitian sebesar 0,08% Nurmahdi (2005) hormon estradiol-17β
menjadi 5,91%. Menurut Nurmahdi (2005) dan sintesis vitelogenin di hati dapat

169
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)

menyebabkan proses vitelogenesis, memacu proses GnRH. GnRH yang


hormon estradiol-17β sebagai stimulator dihasilkan ini bekerja untuk merangsang
dalam biosintesis vitelogenin diproduksi hipofisa dalam melepaskan gonadotropin.
oleh lapisan granulosa pada folikel oosit. Gonadotropin yang dihasilkan nantinya
Estradiol-17β yang dihasilkan kemudian berperan dalam proses biosintesis
dilepaskan ke dalam darah, secara selektif estradiol-17β pada lapisan granulosa.
vitelogenin ini diserap oleh oosit. Siklus hormonal terus berjalan di dalam
Disamping itu, estradiol-17β yang terdapat tubuh ikan selama terjadinya proses
di dalam darah memberikan rangsangan vitelogenesis. Aktifitas vitelogenesis ini
balik terhadap hipofisa dan hipotalamus menyebabkan nilai indeks kematangan
ikan. Rangsangan yang diberikan oleh gonad akan meningkat (Cerda et al., 1996
estradiol-17β terhadap hipofisa ikan dalam Nurmahdi, 2005).
adalah rangsangan dalam proses
Fekunditas Mutlak
pembentukan gonadotropin. Rangsangan
Fekunditas mutlak ikan gabus pada
terhadap hipotalamus adalah dalam
akhir pembedahan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 4.3. Data fekunditas mutlak ikan gabus pada akhir pembedahan (butir)
Kisaran Kisaran Rerata
Kisaran Kisaran bobot
Perlakuan panjang fekunditas fekunditas
bobot (g) gonad (g)
tubuh (cm) (butir) (butir)
P0 85-86 20,5-21 0,91-1,09 640-970 582a
P1 85-94 21,5-24 1,92-8,14 1,810-8,070 3,506b
P2 87-105 21,3-24,5 2,18-9,42 2,130-9,400 5,243c
P3 91-109 22,5-24 2,67-12,58 2,560-11,940 5,775d

Hasil analisa sidik ragam terbesar terdapat pada perlakuan P3 yaitu


fekunditas mutlak, penyuntikan hormon 5.775 butir.
HCG dengan dosis 0, 200, 250 dan 300 IU Hasil ini menunjukkan bahwa
per kg bobot ikan berbeda nyata terhadap semakin tinggi dosis HCG maka
fekunditas mutlak ikan gabus. Berdasarkan fekunditas mutlak yang didapat akan
uji lanjut beda nyata jarak duncan (BNJD) semakin banyak, karena semakin banyak
taraf kepercayaan 95%, fekunditas mutlak fekunditas mutlak yang dihasilkan maka
terkecil terdapat pada perlakuan P0 yaitu ukuran gonad semakin besar, ukuran
582 butir sedangkan fekunditas mutlak gonad semakin membesar disebabkan pada

170
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)

proses vitelogenesis, kuning telur darah, sehingga dapat disimpulkan bahwa


bertambah dalam jumlah dan ukuran, estradiol 17-β adalah bertanggung jawab
sehingga menyebabkan volume oosit akan dalam sintesis vitelogenin. Semakin
semakin membesar (Sukendi, 2008). banyak hormon gonadotropin yang
Sintesis vitelogenin di hati sangat disuntikkan kedalam tubuh ikan, maka
dipengaruhi oleh hormon estradiol 17-β semakin banyak pula hormon tersebut
yang merupakan stimulator dalam bekerja memperbanyak jumlah telur.
biosintesis vitelogenin. Menurut Siregar
(1999) Peningkatan konsentrasi estradiol Diameter Telur
17-β akan meningkatkan konsentrasi Hasil diameter telur ikan gabus
vitelogenin darah. Hal ini menunjukkan setelah pemeliharaan disajikan pada Tabel
bahwa perubahan konsentrasi vitelogenin 4.

Tabel 4 Data diameter telur ikan gabus setelah pemeliharaan (mm)


Kisaran Kisaran Rerata
Kisaran bobot
Perlakuan bobot gonad diameter telur diameter telur
ikan (g)
(g) (mm) (mm)
P0 85-90 0,12 – 1,09 0,25 – 1,20 0,35a
P1 85-94 1,92 – 8,14 0,37 – 1,50 0,85b
P2 87-105 2,18 – 9,42 0,37 – 1,67 0,89c
P3 91-109 2,67 – 12,58 0,37 – 1,72 0,93d

Hasil analisa sidik ragam diameter besar. Menurut Nurmahdi (2005) bahwa
telur (Lampiran 8), penyuntikan hormon pemberian hormon HCG efektif dapat
HCG dengan dosis 0, 200, 250 dan 300 IU meningkatkan diameter telur ikan baung
per kg bobot ikan berbeda nyata terhadap dari 1,30 mm menjadi 1,49 mm.
diameter telur ikan gabus. Berdasarkan uji Hormon HCG dapat meningkatkan
lanjut beda nyata jarak duncan (BNJD) diameter telur ikan gabus karena hormon
taraf kepercayaan 95%, diameter telur HCG mengandung hormon estradiol 17β
terkecil terdapat pada perlakuan P0 yaitu yang dapat merangsang proses
0,35 mm sedangkan diameter telur terbesar vitelogenesis. Vitelogenesis adalah proses
terdapat pada perlakuan P3 yaitu 0,93 mm, induksi dan sintesis vitelogenin di hati
dengan hasil ini maka semakin tinggi dosis sebagai respon terhadap hormon estradiol
hormon HCG yang disuntikkan ke ikan 17β. Selanjutnya vitelogenin yang
gabus maka diameter telur akan semakin diproduksi hati dilepaskan ke dalam sistem

171
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)

peredaran darah, kemudian secara selektif yang menyatakan bahwa, semakin tinggi
diserap oleh oosit untuk ditimbun menjadi tingkat kematangan gonad maka diameter
bakal kuning telur dalam bentuk lipovitelin telur yang ada di dalam ovarium akan
dan fosvitin. Aktivitas penyerapan semakin besar.
vitelogenin oleh oosit menyababkan Ukuran diameter telur ikan gabus
diameter telur bertambah besar (Kobayashi yang didapat dari hasil penelitian ini
et al., 1996 dalam Supriyadi, 2005). beraneka ragam, hal ini menunjukkan
Sedangkan menurut Nuraini et al., bahwa ikan gabus melakukan pemijahan
(2012) penyuntikan hormon HCG secara parsial atau tipe pemijahan yang
memiliki pengaruh terhadap pertambahan panjang. Pernyataan ini didukung oleh
diameter telur, semakin besar dosis HCG pendapat Susilawati (2000) dalam
yang disuntikkan semakin besar rata-rata Makmur (2003), bahwa ikan yang
pertambahan diameter telur. Penambahan melakukan pemijahan secara parsial berarti
diameter telur ikan sangat dipengaruhi waktu pemijahannya panjang yang
oleh aktivitas hormonal, peningkatan ditandai dengan banyaknya ukuran telur
diameter oosit disebabkan oleh penyerapan yang berbeda di dalam ovariumnya.
lumen ovari akibat rangsangan hormonal
KESIMPULAN
yang sesuai. Perkembangan folikel
Adapun kesimpulan dari hasil
dipengaruhi oleh aktivitas FSH (Folikel
penelitian ini adalah semakin tinggi dosis
Stimulating Hormon) pada pituitary yang
hormon HCG yang disuntikkan ke ikan
akan merangsang sekresi estrogen pada
gabus yaitu dosis 0, 200, 250, 300 IU per
pituitary dan estrogen pada folikel. Folikel
kg bobot tubuh, maka tingkat pematangan
dapat meningkat sehingga diameter telur
gonad akan semakin tinggi.
membesar.
Hasil penelitian ini didapatkan
DAFTAR PUSTAKA
diameter telur ikan gabus TKG III berkisar
Adi CN. 1999. Pengaruh Kombinasi HCG
antara 0,37-1,45 mm, TKG IV dan V
dan Ekstrak Kelenjar Hipofisa
berkisar antara 0,45-1,50 mm dan 0,50- Ikan Mas terhadap Proses
Ovulasi Ikan Baung (Mystus
1,72 mm. Pada tiap-tiap tingkat
nemurus C.V), Tesis S2 (Tidak
kematangan gonad memiliki penyebaran dipublikasikan). Sekolah Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor,
ukuran diameter telur yang berbeda, hal ini
Bogor.
sesuai dengan pendapat Effendie (2002)

172
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)

Effendie MI. 1979. Metode Biologi Balashark (Balantiochelus


Perikanan. Yayasan Dewi Sri, melanopterus Blkr), Skripsi S1
Bogor. (Tidak dipublikasikan). Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Yayasan Pustaka Nusatama,
Yogyakarta. Muslim. 2007a. Jenis-jenis ikan Rawa
yang Bernilai Ekonomis. Majalah
Fitriliyani I. 2005. Pembesaran Larva Ikan
Masa No.01/Th.XIV/III/2007,
Gabus (Channa striata) dan
ISSN 0854-5944. halaman 56-60.
Efektifitas Induksi Hormon
Gonadotropin untuk Pemijahan Muslim. 2007b. Potensi, Peluang dan
Induk Ikan, Tesis S2 (Tidak Tantangan Budidaya Ikan Gabus
dipublikasikan). Sekolah Pasca (Channa striata) di Sumatera
Sarjana Institut Pertanian Bogor, Selatan. Prosiding Seminar
Bogor. Nasional Forum Perairan Umum
Indonesia IV, Palembang 30
Hanafiah KA. 2010. Rancangan
November 2007. Badan Riset
Percobaan. Rajawali Pers,
Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.
Departemen Kelautan dan
Isriansyah. 2011. Efektivitas pemberian Perikanan, Palembang. halaman
kombinasi hormon human 7-11.
chorionic gonadotropin dan 17α-
Muslim. 2012. Perikanan Rawa Lebak
metiltestosteron secara kronis
Lebung Sumatera Selatan.
terhadap kadar estradiol-17β dan
Penerbit Unsri Press, Palembang.
perkembangan telur ikan baung
(Mystus nemurus). Jurnal Ris. Nuraini., Alawi H., Asiah N dan.
Akuakultur. 6(2):263-269. Priyatama AT. 2012. Induced
spawning of selais fish (ompok
Lee WK dan Yang SW. 2002.
hypopthalmus) under different
Relationship between ovarian
doses of human chorionic
development and serum levels of
gonadotropin hormon (HCG).
gonadal steroid hormones and
Jurnal perikanan dan kelautan.
induction of oocyte maturation
17(2) 1-10.
and ovulation in the cultured
female korean spotted sea bass Nurmahdi T. 2005. Pengaruh Penggunaan
Lateolabrax maculatus (Joem- Hormon HCG Dengan Dosis
nong-eo), Aquaculture. 207: 169- Yang Berbeda terhadap
183. Perkembangan Gonad Ikan
Baung (Hemibagrus nemurus
Makmur S., Rahardjo MF dan. Sukimin S.
Blkr), Tesis S2 (Tidak
2003. Biologi reproduksi ikan
dipublikasikan). Sekolah Pasca
gabus (Channa striata) di daerah
Sarjana Institut Pertanian Bogor,
banjiran sungai Musi Sumatera
Bogor.
Selatan. Jurnal Iktiologi
Indonesia. 3 (2) 56-62. Saleh R. 2009. Efektivitas Kombinasi 173
Aromatase Inhibitor,
Muchlis. 1997. Pengaruh Penyuntikan
Antidopamin dan Ovaprim Dalam
Hormon HCG terhadap
Perkembangan Gonad Ikan Mempercepat Pematangan Gonad
dan Ovulasi Pada Ikan Sumatera
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zultamin, et al., (2014)

(Puntius tetrazona), Skripsi S1 Sarjana Institut Pertanian Bogor,


(Tidak dipublikasikan) Fakultas Bogor.
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Sukendi. 2008. Peran biologi reproduksi
Institut Pertanian Bogor, Bogor. ikan dalam bioteknologi
pembenihan. Makalah pada
Pidato Pengukuhan Guru Besar
Setijaningsih L. dan Asih S. 2011.
Tetap Bidang Biologi Produksi
Keberhasilan pembenihan ikan
Jurusan Budidaya Perairan
kelabu (Osteochilus melanopleura
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Blkr) sebagai upaya konservasi
Kelautan Universitas Riau,
lokal melalui manipulasi
Pekanbaru. 29 Maret 2008.
lingkungan dan hormon.
Prosiding Forum Nasional Supriyadi. 2005. Efektivitas Pemberian
Pemacu Sumber Daya Ikan III, 18 Hormon 17α-metiltestosteron dan
Oktober 2011. Balai Penelitian HCG Yang Dienkapsulasi Di
Budidaya Air Ta war, Bogor. Dalam Emulsi terhadap
halaman 1-7. Perkembangan Gonad Ikan
Baung (Hemibagrus nemurus
Siregar M. 1999. Stimulasi Pematangan
Blkr), Tesis S2 (Tidak
Gonad Bakal Induk Betina Ikan
dipublikasikan). Sekolah Pasca
Jambal Siam (Pangasius
Sarjana Institut Pertanian Bogor,
hypophthalmus F) dengan
Bogor.
Hormon HCG, Tesis S2 (Tidak
dipublikasikan). Sekolah Pasca

174

You might also like