You are on page 1of 13

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) : 188-199 (2016) ISSN : 2303-2960

PEMIJAHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch)


YANG DIINDUKSI DENGAN EKSTRAK HIPOFISA AYAM BROILER

Spawning of The Climbing Perch (Anabas testudineus Bloch) Induced by Broiler


Pituitary Extract

Nicky Fara Diba1, Muslim1* dan Yulisman1


1
PS.Akuakultur Fakultas Pertanian UNSRI
Kampus Indralaya Jl. Raya Palembang Prabumulih KM 32 Ogan Ilir Telp. 0711 7728874
*
Korespondensi email : muslimbdaunsri@gmail.com

ABSTRACT
The climbing perch (Anabas testudineus) is very difficult to spawn naturally in the
cultivation environment. The aim of this research was to know the best dose of broiler
pituitary extract for latency period, fecundity, fertilized egg percentage, hatching egg
percentage, survival rate of climbing perch (D1-D3) larvae. This research had been
conducted from April-May 2015 at Laboratory of Budidaya Perairan, Aquaculture
Department, Faculty of Agriculture, Sriwijaya Unversity, Indralaya. This research method
used completely randomized design (CRD) with four treatments and three replications.
Females broodstock were induced by broiler pituitary extract with different doses that were,
400 mg/kg, 500 mg/kg, 600 mg/kg body weight and Induced by that synthetic
gonadotrophin hormone (positif control) 0,5 ml/kg body weight. The parameters observed
during the research were latency period, fecundity, fertilized egg percentage, hatching egg
percentage, survival rate of climbing perch (D1-D3) larvae and water qualities. The result of
this research showed that if considered from latency period and fecundity that synthetic
gonadotrophin hormone more effective compared with broiler pituitary extract, but if in
terms of the fertilized egg percentage, hatching egg percentage, and survival rate of climbing
perch (D1-D3) larvae, that synthetic gonadotrophin hormone as effective as broiler pitutary
extract. The range of water qualities were temperature 28-30 0C, pH 5.34-6.98, DO 3.13-
5.97 ppm, and ammonia 0.009- 0.0018 ppm.

Key words : Climbing perch, spawning, broiler pituitary extract

PENDAHULUAN Salah satu upaya yang dilakukan untuk


membantu keberhasilan dalam pemijahan
Muhammad et al. (2003) dalam
ikan betok dapat dilakukan dengan
Yasin (2013) menyatakan pemijahan ikan
menstimulasi faktor yang berhubungan
betok di alam terjadi sekali dalam setahun
dengan sistem reproduksi, yaitu
pada musim penghujan dan ikan ini
menstimulasi kerja hormon dalam
termasuk ikan yang sangat sulit memijah
merangsang pematangan gonad pada
secara alami dalam lingkungan budidaya.
pemijahan buatan (Potalangi et al., 2004).

188
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Diba, et al. (2016)

Menurut Andalusia et al. (2008) ayam broiler. Disamping murah, hipofisa


bahwa pemijahan buatan dapat dilakukan ayam broiler ini terbuang percuma
melalui aplikasi hormonal. Salah satu sebagai limbah bersama tulang tengkorak
pemijahan buatan dan aplikasi hormonal kepala ayam tersebut (Masrizal et al.,
adalah dengan teknik hipofisasi. 2000). Kelebihan lain dari hipofisa ayam
Partodihardjo (1987) dalam Oka (2005) broiler adalah ukurannya lebih besar
menyatakan bahwa hormon yang dibandingkan hipofisa ikan sehingga
dihasilkan oleh kelenjar hipofisa ada hipofisa yang digunakan lebih sedikit.
sembilan macam, yaitu: ACTH Masrizal et al. (2000) menyatakan bahwa
(Adrenocorticotropic Hormone), TSH penggunaan ekstrak kelenjar hipofisa
(Tyroid Stimulating Hormone), FSH ayam broiler dengan penyuntikan 4,0
(FolikelStimulating Hormone), LH mg/gram berat ikan mas koki,
(Luteinizing Hormone), STH (Somatotrop menghasilkan waktu laten ovulasi
Hormone), MSH (Melanocyte tercepat (11,18 jam), fertilisasi telur
Stimulating Hormone), Prolaktin, tertinggi (91,79 %), dan daya tetas telur
Vasopresin, dan Oksitosin. Rangsangan teringgi (87,79 %).
hormon hipofisa dapat dilakukan dengan Hartanti dan Nurjanah (2008)
menggunakan bahan komersil seperti menyatakan bahwa kandungan hormon
ovaprim, HCG (Human Chorionic FSH dan LH dalam hipofisa dapat
Gonadotrophin), LHRH (Luteinizing menginduksi hormon estrogen dan
Hormone Releasing Hormone) dan progesterone yang akan menstimuli
PMSG (Pregnant Mare Serum protein vitelogenesis sehingga memacu
Gonadotrophin) (Andalusia et al., 2008). pertumbuhan folikel. Berdasarkan
Namun bahan komersil ini memiliki pemijahan ikan mas koki yang diinduksi
harga yang cukup tinggi, maka dengan ekstrak hipofisa ayam broiler
diperlukan rangsangan hormonal yang dalam mempercepat waktu ovulasi, maka
berasal dari bahan alami seperti hipofisa perlu dilakukan penelitian mengenai
ayam broiler. pemijahan ikan betok (Anabas
Kelemahan teknik hipofisasi ikan testudineus) yang diinduksi dengan
adalah petani harus mengorbankan ikan ekstrak hipofisa ayam broiler.
lain untuk dijadikan donor hipofisa, lain
halnya dengan menggunakan hipofisa

189
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Diba, et al. (2016)

BAHAN DAN METODA P1 = Hipofisa ayam 400 mg/kg berat


induk ikan
Penelitian ini telah dilaksanakkan P2 = Hipofisa ayam 500 mg/kg berat
pada bulan April-Mei 2015 di induk ikan
Laboratorium Budidaya Perairan, P3= Hipofisa ayam 600 mg/kg berat
Program studi Budidaya Perairan, induk ikan
Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya P4= Diinduksi hormon sintetik
Indralaya. gonadotrophin (kontrol positif)
Cara Kerja
Bahan dan Alat Wadah pemijahan yang
Bahan yang digunakan dalam digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian ini yaitu indukan ikan betok 24 akuarium dengan ukuran 40 x 40 x 40
ekor dengan bobot 28,5 g – 31,8 g, cm3 sebanyak 12 unit. Akuarium yang
alkohol 96%, akuabidest, ovaprim@, telah dicuci, dikeringkan dan diisi air
akuarium. Alat yang digunakan dalam kemudian diendapkan selama satu
penelitian ini adalah aerator, timbangan hariMasing-masing akuarium diisi air
analitik (ketelitian 0,001 g), spluit suntik, dengan volume 32 liter dengan
alat bedah, appendorf, mortal, transek ketinggian 20 cm dan diberi aerasi.
(10x10 cm2), sentrifuge, termometer, pH Calon induk ikan betok yang
meter, DO meter. digunakan adalah ikan betok hasil
tangkapan alam di daerah Musi
Rancangan Penelitian Banyuasin yang telah diadaptasikan
Penelitian ini menggunakan selama 2 bulan. Seleksi induk dilakukan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dikolam pemeliharaan induk dengan cara
empat perlakuan dan tiga kali ulangan. menseleksi satu per satu induk
Perlakuan yang diberikan berdasarkan berdasarkan bobot dan tingkat
dosis ekstrak hipofisa ayam broiler kematangan gonad akhir. Induk yang
berbeda, yaitu sebagai berikut : dipilih sebanyak 12 betina dan 12 jantan .

190
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Diba, et al. (2016)

Kelenjar hipofisa ayam broiler Jika telah terjadi pemijahan, induk yang
diperoleh dari pasar daging di Perumnas, memijah dipisahkan dari wadah
Kota Palembang. Kelenjar hipofisa pemijahan, hal ini dimaksudkan agar
dikumpulkan sebanyak yang dibutuhkan induk tidak memangsa telur-telur tersebut
yaitu 2 buah hipofisa, Kelenjar hipofisa (Suriansyah et al., 2012).
yang sudah diawetkan diambil dan
dikeringkan pada kertas saring. Parameter yang Diamati
Selanjutnya hipofisa tersebut digerus Data yang dikumpulkan antara
didalam mortar. Untuk melepaskan lain adalah waktu laten, fekunditas,
hipofisa yang lengket pada mortar, persentase pembuahan telur, persentase
ditambahkan aquabidest sebanyak 2,5 penetasan telur, kelangsungan hidup pro
ml/kg induk ikan (Suriansyah, et al., larva (D1-D3), dan fisika-kimia air.
2012). Setelah itu, hipofisa tersebut
dimasukkan ke dalam tabung appendorf, Analisis Data
kemudian tabung appendorf tersebut di Data yang diperoleh dari
sentrifuge selama 2 menit dengan penelitian ini berupa waktu laten,
kecepatan maksimum 6000 rpm untuk fekunditas, persentase pembuahan telur,
memisahkan supernatan dan ampas. persentase penetasan telur dan
Larutan supernatan ini terletak dibagian kelangsungan hidup pro larva yang
atas. Supernatan inilah yang disuntikkan dianalisis secara statistika menggunakan
untuk merangsang pemijahan ikan betok. analisis ragam dengan taraf kepercayaan
Kelenjar hipofisa disuntikkan 95% dan dilanjutkan uji BNT untuk
dibagian punggung ikan. Penyuntikan mengetahui perbedaan antar
dilakukan hanya 1 kali pada induk betina. perlakuan.Kualitas air dianalisa secara
Setelah induk disuntikkan, maka induk deskriptif.
dimasukkan ke dalam wadah pemijahan.
induk ikan betina mengeluarkan telur
HASIL DAN PEMBAHASAN (ovulasi) (Manantung et al., 2013). Hasil
rata-rata waktu laten pemijahan ikan
Waktu Laten betok selama penelitian disajikan pada
Waktu laten pemijahan dihitung Tabel 1.
mulai dari saat penyuntikan sampai

191
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Diba, et al. (2016)

Tabel 1. Rata-rata waktu laten pemijahan Sinjal, et al., 2014). Berbeda dengan
ikan betok selama
perlakuan menggunakan ekstrak hipofisa
penelitian
Perla Rata – rata waktu laten (menit) ayam broiler lebih lama dibandingkan
kuan BNT (67,79) dengan menggunakan hormon sintetik
P1 481,00b
P2 480,33b dikarenakan kandungan hormon hipofisa
P3 515,00b
P4 408,66a ayam broiler sangat bervariasi tidak
hanya mengandung hormon
Hasil analisa uji lanjut BNT gonadotrophin saja, tetapi juga
menunjukkan bahwa dosis ekstrak mengandung hormon lainnya seperti
hipofisa ayam broiler yang berbeda hormon LH dan FSH, hipofisa juga
berpengaruh nyata terhadap lama waktu mengandung hormon lain seperti
laten pemijahan ikan betok. Uji lanjut Prolactin, TSH, ACTH, dan
BNT menunjukkan perlakuan P4 Somatolaktin (Zairin, 2013).
(disuntik dengan hormon sintetik Waktu laten pada perlakuan 1 dan
gonadotrophin) berbeda nyata lebih perlakuan 2 memiliki selisih waktu yang
cepat waktu latennya diantara perlakuan tidak jauh berbeda atau hampir sama
lainnya. Selanjutnya, diikuti oleh P2, P1, lebih cepat dibandingkan dengan
dan P3 yang tidak berbeda nyata antar perlakuan 3. Hal ini menunjukkan bahwa
perlakuan. Lebih cepatnya waktu laten dosis perlakuan P1 (400 mg/kg) sudah
pemijahan ikan betok yang dihasilkan mencukupi untuk merangsang ovulasi
pada perlakuan P4 (disuntik dengan ikan betok. Sementara pada perlakuan
hormon sintetik gonadotrophin) P3 (600 mg/kg) dosis yang lebih tinggi
disebabkan karena hormon sintetik menghasilkan waktu ovulasi yang lebih
gonadotrophin (GTH) termasuk hormon lama, diduga ada kecendrungan
semi murni yang diekstraksikan dan terjadinya kelebihan dosis yang
dimurnikan dari hipofisa salmon atau menyebabkan terganggunya sistem kerja
ikan mas (Zairin, 2003) dalam hormon dalam proses ovulasi tersebut.
(Suriansyah, 2010). Hormon sintetik ini Menurut Bardach et al. (1972) dalam
juga dapat bekerja pada organ target Masrizal dan Azhar (2002), bahwa
yang lebih tinggi pada ikan sehingga kelebihan dosis kelenjar hipofisa dalam
dapat menghasilkan waktu laten yang teknik hipofisasi dapat membuat ikan
relatif singkat (Harker, 1992 dalam tidak memijah atau kembali sama seperti
192
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Diba, et al. (2016)

pada tingkat gonad belum matang berkurang. Berkurangnya sekresi GtH-I


(premature). oleh hipofisis secara langsung akan
menyebabkan penurunan sintesis
Fekunditas estradiol_17β. Hormon estradiol_17β
Dari hasil uji lanjut dengan memberikan pengaruh yang baik
menggunakan uji beda nyata terkecil terhadap kematangan gonad ikan.
(BNT) menunjukkan bahwa perlakuan
P1 berbeda nyata dengan perlakuan P3 Persentase Pembuahan Telur
dan P4, sementara perlakuan P2 berbeda
nyata dengan perlakuan P4 namun Menurut Satyani (2007) dalam
berbeda tidak nyata dengan perlakuan Sumiasari (2010) fertilisasi atau
lainnya. Walaupun secara BNT pembuahan adalah masuknya
perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata spermatozoa kedalam sel telur melalui
namun secara angka mutlak fekunditas micropyle dan bergabungnya sel telur.
yang dihasilkan lebih banyak pada P1 Nilai presentase pembuahan telur ikan
(5.615 butir). betok disajikan pada Tabel 3.
Pemberian ekstrak hipofisa ayam Tabel 3. Rata-rata persentase pembuahan
telur ikan betook
broiler yang semakin tinggi berdampak
tidak baik karena dapat menyebabkan Perlakuan Rata-rata pembuahan
proses ovulasi menjadi terganggu telur (%)

sehingga fekunditas yang dikeluarkan P1 96,67

semakin sedikit. Djojosoebagio (1996) P2 97,82


P3 95,40
dalam Sinjal et al. (2014) yang
P4 97,31
menyatakan bahwa, jika kadar hormon
estrogen yang dihasilkan oleh gonad
Berdasarkan analisis ragam
dalam darah melebihi jumlah yang
menunjukkan bahwa persentase
diperlukan, hormon estrogen ini akan
pembuahan telur antar perlakuan dalam
mengirim sinyal ke hipofisis untuk
penelitian ini tidak berbeda nyata. Hal
mengurangi GtH-I. Selain itu, hormon
ini menunjukkan bahwa ekstrak hipofisa
estrogen juga dapat menghambat
ayam broiler memberikan pengaruh yang
hipotalamus untuk memproduksi GnRH
sama terhadap pembuahan telur ikan
sehingga sekresi GtH-I menjadi
193
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Diba, et al. (2016)

betok. Persentase pembuahan dalam sesuai dengan pernyataan Rustidja


penelitian ini menunjukkan angka yang (2004) dalam Arsianingtyas (2009),
cukup tinggi. Menurut Yustina et al. yaitu telur yang terbuahi memiliki ciri
(2003), bahwa persentase pembuahan transparan, sehingga mudah dibedakan
telur ikan termasuk dalam kategori tinggi dengan telur yang mati.
bila berada dalam kisaran 84-100%.
Zairin et al. (2005) dalam Andalusia et Persentase Penetasan Telur
al. (2008) bahwa pembuahan telur dalam Penetasan merupakan
pemijahan ikan ditentukan oleh kualitas kemampuan telur yang telah dibuahi
dan kuantitas sperma induk ikan jantan, oleh sperma untuk menetas. Rata- rata
yang dipengaruhi oleh nutrisi, musim, persentase penetasan telur ikan betok
temperatur, frekuensi pemakaian induk dalam penelitian ini disajikan pada Tabel
jantan dan hereditas. Sedangkan menurut 4.
Woynarovich dan Horvath (1980) dalam Tabel 4. Rata-rata persentase penetasan
I’thisom (2008), pembuahan telur pada telur ikan betok
induk ikan betina sangat ditentukan oleh Perlakuan Rata rata penetasan
kualitas telur. telur (%)
Menurut Subagja et al. (2003) P1 95,14
faktor yang mempengaruhi pembuahan P2 95,85
antara lain kualitas telur, kualitas P3 92,10
sperma, dan sex ratio. Dalam penelitian P4 93,09
ini menggunakan sex ratio 1:1 yang
tepat dalam proses pemijahan ini. Hal ini
Berdasarkan analisis ragam
didukung oleh penelitian Burmansyah et
menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak
al. (2013) yang menyatakan bahwa,
hipofisa ayam broiler tidak berbeda
perbandingan sex ratio 1:1 merupakan
nyata terhadap persentase penetasan
rasio terbaik untuk pemijahan ikan
telur ikan betok. Hal ini juga
betok. Berdasarkan dari hasil
menunjukkan bahwa ekstrak hipofisa
pengamatan telur selama penelitian ini,
ayam broiler memberikan pengaruh yang
telur yang terbuahi berwarna bening
sama terhadap penetasan telur ikan
sedangkan telur yang tidak terbuahi
betok. Persentase telur menetas yang
berwarna putih seperti susu. Hal tersebut
194
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Diba, et al. (2016)

diperoleh selama penelitian yaitu antara Kelangsungan Hidup Pro Larva (D1-
92,10-95,85 %. D3)
Penetasan telur ikan dipengaruhi Effendie (1979) menyatakan
oleh beberapa faktor yaitu internal bahwa kelangsungan hidup ikan adalah
berupa kerja hormon dan volume kuning peluang hidup ikan dalam masa tertentu.
telur serta faktor eksternal berupa suhu, Kelangsungan hidup dijadikan sebagai
oksigen terlarut dan intensitas cahaya suatu parameter keberhasilan budidaya
(Affandi dan Tang, 2002 dalam Zairin Jr ikan. Adapun persentase kelangsungan
et al., 2005). hidup pro larva selama penelitian ini,
Oyen et al. (1991) dalam disajikan pada Tabel 5.
Masrizal dan Azhar (2002) menyatakan
bahwa persentase daya tetas telur selalu Tabel 5. Rata-rata persentase
ditentukan oleh persentase pembuahan kelangsungan hidup pro larva ikan betok
telur, dimana semakin tinggi persentase Perlakuan Rata-rata
pembuahan telur maka akan semakin kelangsungan hidup
tinggi pula persentase penetasan telur, pro larva (%)
kecuali bila ada faktor lingkungan yang P1 94,17
mempengaruhi seperti perubahan suhu P2 95,06
yang mendadak, oksigen terlarut, dan P3 96,47
pH. Dalam penelitian Masrizal dan P4 96,69
Azhar (2002), dosis penyuntikan ekstrak
hipofisa ayam broiler yang lebih tinggi
Penyuntikan ekstrak hipofisa
terhadap ikan lele dumbo dapat
ayam broiler yang berbeda tidak
menyebabkan persentase penetasan telur
memberikan pengaruh yang nyata
ikan lele dumbo menurun. Ini
terhadap persentase kelangsungan hidup
dikarenakan oleh menurunnya
pro larva ikan betok. Hal ini
pembuahan dan tingkat kematangan
menunjukkan bahwa ekstrak hipofisa
telur, sebagai akibat dari terganggunya
ayam broiler memberikan peranan yang
keseimbangan dan kerja hormon-hormon
sama terhadap kelangsungan hidup pro
reproduksi didalam tubuh ikan lele
larva ikan betok.
dumbo.

195
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Diba, et al. (2016)

Faktor yang mempengaruhi yang dimilikinya dan kualitas air pada


kelangsungan hidup ikan meliputi faktor media pemeliharannya (Khairuman dan
eksternal dan internal. Faktor eksternal Sudenda, 2002 dalam Kelabora dan
meliputi seluruh kondisi lingkungan Sabariah, 2010).
dimana ikan hidup dan tumbuh, meliputi
sifat fisika, kimia dan biologi perairan. Fisika – Kimia Air
Faktor internal adalah yang berasal dari Nilai kisaran hasil pengukuran
ikan itu sendiri antara lain daya tahan fisika-kimia air dalam penelitian ini
tubuh terhadap penyakit, dan masih dalam kisaran toleransi untuk
kemampuan memanfaatkan makanan menunjang proses pemijahan dan
(Effendie, 1979). Kelangsungan hidup pemeliharaan pro larva ikan betok.
larva pada masa prolarva sangat Adapun nilai fisika-kimia air tersebut
dipengaruhi oleh kandungan kuning telur disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Fisika-kimia air pemijahan dan pemeliharaan pro larva ikan betok
Parameter fisika – kimia air
0
Perlakuan Suhu ( C) DO (ppm) pH (unit) Amonia (ppm)
P1 28-30 3,13-5,87 5,34-6,56 0,009-0,013
P2 28-30 4,09-5,87 5,98-6,98 0,009-0,014
P3 28-30 3,59-5,32 5,73-6,43 0,009-0,018
P4 28-30 4,29-5,97 5,35-6,87 0,009-0,014

Secara keseluruhan kualitas air ini didukung oleh hasil penelitian Putri
selama proses pemijahan masih dalam et al. (2012) yang menyatakan suhu yang
kisaran yang baik untuk menunjang optimal untuk pemijahan dan
pemijahan dan pemeliharaan pro larva pemeliharaan larva ikan betok sampai
(D1-D3) ikan betok. Berdasarkan hasil hari ke-6 adalah 28-30 0C.
pengukuran nilai suhu rata-rata yang Kandungan Oksigen terlarut
didapat berkisar antara 28-30 0C, dan selama proses pemijahan ikan betok
merupakan kisaran suhu yang cukup berkisar antara 3,13-5,97 ppm, nilai
baik untuk pemijahan ikan betok dan tersebut masih dalam kisaran toleransi
pemeliharaan pro larva ikan betok. Hal untuk pemijahan dan pemeliharaan pro
196
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Diba, et al. (2016)

larva ikan betok. Menurut Sutisna dan yang optimal untuk pembenihan ikan air
Sutarmanto (1995), bahwa kisaran tawar yaitu kurang dari 1,5 ppm.
oksigen terlarut yang minimum untuk
pemijahan ikan air tawar adalah 2 ppm
dan kisaran oksigen terlarut yang KESIMPULAN DAN SARAN
maksimum untuk pemijahan ikan air
tawar adalah 5-6 ppm. Sedangkan Kesimpulan
menurut Putri et al. (2013), kandungan Ditinjau dari waktu laten dan
oksigen terlarut berkisar antara 3,31– fekunditas yang dihasilkan, penggunaan
3,84 ppm masih dalam kisaran toleransi hormon sintetik gonadotrophin lebih
untuk penetasan dan pemeliharaan larva efektif dibandingkan dengan ekstrak
ikan betok. hipofisa ayam broiler, tetapi bila ditinjau
Dari hasil pengukuran pH selama dari presentase pembuahan telur,
penelitian ini diperoleh nilai kisaran presentase penetasan telur, dan
antara 5,34-6,98 masih dalam batas kelangsungan hidup pro larva (D1-D3)
toleransi untuk pemijahan dan ikan betok, maka ekstrak hipofisa ayam
pemeliharaan pro larva. Menurut broiler sama efektifnya dengan hormon
Djarijah (2001) dalam Putri et al. sintetik gonadotrophin.
(2013), kisaran pH untuk penetasan
telur dan pemeliharaan pro larva ikan Saran
betok adalah 6,5–7,5. Nilai pH dengan Disarankan untuk penelitian
kisaran 4,2-6,8 masih dalam kisaran selanjutnya sebaiknya melakukan
yang baik untuk menunjang pemijahan pengukuran kandungan GnRH dalam
ikan betok (Busroh, 2015). kelenjar hipofisa ayam broiler agar dapat
Kandungan amonia selama mengetahui dosis terbaik dari ekstrak
proses penelitian berkisar antara 0,009- hipofisa ayam broiler.
0,018 ppm. Nilai tersebut masih berada
di bawah kadar amonia yang baik bagi DAFTAR PUSTAKA
kehidupan ikan air tawar menurut
Tatangindatu et al. (2013). Hal ini juga Akbar, H. 2008. Studi karakter
didukung oleh Sutisna dan Sutarmanto morfometrik-meristik ikan betok
(Anabas testudineus bloch) di das
(1995), bahwa nilai kandungan amonia
197
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Diba, et al. (2016)

mahakam tengah propinsi bawal air tawar (Collosoma sp)


kalimantan timur. Skripsi (tidak dengan laju debit air berbeda pada
dipublikasikan). Departemen sistem resirkulasi. Jurnal
Manajemen Sumberdaya Perairan Akuakultur Indonesia. 9(1)56-60.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Marlida R. 2001. Kajian Fisiologi
Kelautan Institut Pertanian Bogor, Pencernaan dan Kelangsungan
Bogor. Hidup Larva Ikan Betok (Anabas
Andalusia R., Mubarak AS dan testudineus) yang Diberi Pakan
Dhamayanti Y. 2008. Respon Berbeda, Tesis S2 (tidak
pemberian ekstrak hipofisa ayam dipublikasikan). Sekolah Pasca
broiler terhadap waktu latensi, Sarjana Universitas Hasanuddin.
keberhasilan pembuahan pada Makasar,
pemijahan ikan komet (Carassius Masrizal., Azhari W, dan Azhar. 2000.
auratus auratus). Berkala Ilmiah Penggunaan ekstrak kelenjar
Perikanan. 3(1) : 21-27. hipofisa ayam broiler dalam
Arsianingtyas, H. 2009. Pengaruh pemijahan ikan mas koki
kejutan suhu panas dan lama (Carassius auratus L). Jurusan
waktu setelah pembuahan terhadap Produksi Ternak Fakultas
daya tetas dan abnormalitas larva Peternakan Universitas Andalas.
ikan nila (Oreochromis niloticus, Padang.
Skripsi (Tidak dipublikasikan). Masrizal, dan Azhar. 2002. Teknik
Fakultas Perikanan dan Kelautan hipofisasi ikan lele dengan
Universitas Airlangga. menggunakan hipofisa ayam
Burmansyah, Muslim dan Fitrani M. broiler. Fakultas ilmu hewan.
2013. Pemijahan Ikan Betok Universitas Andalas. Padang.
(Anabas testudineus) Semi Alami Nainggolan R., Revol DM, dan Winda
dengan Sex Ratio Berbeda. Jurnal M. 2015. Penambahan madu dalam
Akuakultur Rawa Indonesia. pengenceran sperma untuk
1(1):23-33. motilitas spermatozoa, fertilisasi
Castro I. dan Lajonchere A. 2009. dan daya tetas telur ikan nila
Improved induced-spawning (Oreochromis niloticus). Jurnal
protocol for the spotted rose Budidaya Perairan. 3 (1) : 131 –
snapper (Lutjanus guttatus). The 140
Israeli Journal of Aquaculture – Novianto, E. 2004. Evaluasi
Bamidgeh. 61(2): 121 - 133. Penyuntikan Ovaprim-C Dengan
Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Dosis Yang Berbeda Kepada Ikan
Perikanan. Yayasan Dewi Sumatra (Puntius tetrazona).
Sri Bogor, Bogor. Skripsi (Tidak dipublikasikan).
I’tishom. 2008. Pengaruh sGnRHa + Fakultas Perikanan dan Ilmu
domperidon dengan dosis Kelautan Institut Pertanian Bogor,
pemberian yang berbeda terhadap Bogor.
ovulasi ikan mas (cyprinus carpio) Oka AA. 2005. Penggunaan Ekstrak
strain punten. Berkala Ilmiah Hipofisa Ternak untuk
Perikanan. 3(1): 9-16. Merangsang Spermiasi pada Ikan
Kelabora, DM. Dan Sabariah. 2010. (Cyprinus carpio L.). Fakultas
Tingkat pertumbuhan dan Peternakan Universitas Udayana,
kelangsungan hidup larva ikan Denpasar.
198
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Diba, et al. (2016)

Potalangi N., Toelihere M, Zairin Jr M, Tatangindatu F., O. Kalesaran, dan R.


dan Supriyono E. 2004. Pengaruh Rompas. 2013. Studi Parameter
pemberian hormon a-Lh RH Fisika Kimia Air pada Areal
melalui emulasi W/O/W LG (C14) Budidaya Ikan di Danau Tondano,
pada perkembangan gonad induk Desa Paleloan, Kabupaten
ikan jambal siam (Pangasius Minahasa. Jurnal Budidaya
hypophthalmus). Jurnal Perairan. 1( 2) : 8-19.
Akuakultur Indonesia. 3(3): 15-21. Yasin, MN. 2013. Pengaruh level dosis
Putra RM. 2010. Pengaruh kombinasi hormon perangsang yang berbeda
penyuntikan hCG dan ekstrak pada pemijahan ikan betok
kelenjar hipofisa ikan mas (Anabas testudineus Bloch) di
terhadap daya rangsang ovulasi media air gambut. Jurnal Ilmu
dan kualitas telur ikan pantau Hewani Tropika. 2(2): 52 - 56.
(Rasbora lateristriata Blkr). Yurisman. 2009. The Influence of
Jurnal perikanan dan kelautan. 15 Injection Ovaprim by Different
(1): 1-15. Dosage to Ovulation and Hatching
Sinjal H. 2014. Efektifitas ovaprim of Tambakan (Helostoma
terhadap lama waktu pemijahan, temmincki C.V). Berkala
daya tetas telur dan sintasan larva Perikanan Terubuk. 37(1): 68 - 85.
ikan lele dumbo, Clarias Yustina., Armentis dan Darmawati.
gariepinus. Jurnal Budidaya 2003. Daya tetas dan laju
Perairan. 2(1) : 14-21. pertumbuhan larva ikan hias Betta
Subagja, J., Sularto, dan J. Slembrouk. splendes di habitat buatan. Jurnal
2003. Rasio spermatozoa dengan Perikanan Indonesia. 5(2): 129-
telur pada pembuahan buatan 132.
pangasius djambal setelah disuntik Zairin, Jr K.R Sari., dan M. Raswin.
dengan gonadotrophin releasing 2005. Pemijahan ikan tawes
hormone-analog (GnRH-a) dan dengan sistem imbas memijahkan
domperidon. Jurnal Akuakultur ikan mas sebagai pemicu. Jurnal
Indonesia. 2(2): 55-59. Akuakultur Indonesia. 4(2): 103-
Suriansyah, M., Kamil T. dan 108.
Rahmanuddin. 2012. Pemijahan Zairin M. 2013. Kiat memijahkan ikan
ikan betok (Anabas testudineus hias secara teratur. Digreat
Bloch) dengan rangsangan hormon Publishing. Bogor.
LHRHa. Journal of Tropical
Fisheries. 626:631 (Abstr).
Suriansyah., A.O. Sudrajat, dan M.
Zairin Jr. 2010. Studi
Perkembangan gonad ikan betok
(Anabas testudineus Bloch)
dengan rangsangan hormon.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Berita Biologi 10(4) : 511-520.
Sutisna, HR dan R. Sutarmanto. 1995.
Pembenihan Ikan Air Tawar.
Kanisius, Yogyakarta.

199

You might also like