You are on page 1of 10

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG


MELATI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL

PriharyantiWulandari(1), Arifianto(2), FessaPujiSenjani(3)

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Widya Husada Semarang


Jl. Subali Raya No.12 Krapyak Semarang, Tlp 024-7612988-7612944
Email: wulancerank@yahoo.co.id

ABSTRACT

Background :Asphyxia neonatorum is a state where the the newborn baby is not able
tobreathe spontaneously and regularly after birth. Factors that influence the incidence of
asphxia neonatorum maternal Age, gestational age, parity, the distance the weight of
pregnancy, the baby is born (BBL). The purpose of this research is to know the factors
associated with the incidence of asphyxia neonatorum in the jasmine room at Dr. H.
Soewondo Kendal hospital.
Methods : this study is a kind of correlation approach to research retrospective. The
population of the study all infants who suffered asphxia of jasmine in the room as much
as 377. Using the technique of sampling a total aside.
Results : the results of the statistical test of Chi-Square, the relationship between age of
asphxia neonatorum with moms in mind -Value of 0,000 (< 0,05), the relationship
between age of pregnancy asphyxia neonatorum with know -Value of 0,000 (< 0,05), the
relationship between asphyxia neonatorum with parity known -Value of 0,000 (< 0,05),
the relation between distance of pregnancy with asphyxia neonatorum -Value of 0,000
(< 0,05), the relationsip between asphyxia neonatorum with BBL known -Value of 0,000
(< 0,05).
Conclution : there is a relationship between the mother’s Age, gestational age, parity,
the distance the weight of pregnancy, the baby is born (BBL) with asphyxia neonatorum
in the jasmine room at Dr. H. Soewondo Kendal hospital.

Key words : Asphyxia Neonatorum, maternal Age, gestational Age, parity, the distance
the weight of pregnancy the baby is born (BBL).

1. PENDAHULUAN 9,17/1.000 kelahiranhidup, dibandingkan


dengan tahun2007 sebesar 10,48/1.000
Angka Kematian Bayi (AKB) kelahiran hidup. Apabiladibandingkan
adalahjumlah kematian bayi ( 0-12 bulan ) dengan target dalam IndikatorIndonesia
per 1000kelahiran hidup dalam kurun Sehat tahun 2010 sebesar
waktu satu tahun.AKB di Provinsi 40/1.000kelahiran hidup, maka AKB di
JawaTengah tahun 2008 sebesar Provinsi JawaTengah tahun 2008 sudah
melampaui target, demikian juga bila Kematian ibu biasanya terjadikarena
dibandingkan dengan cakupan yang tidakmempunyai akses ke pelayanan
diharapkan dalam Millenium Development kesehatan ibu yang berkualitas, terutama
Goal’s(MDG’s) ke-4, pada tahun 2015 pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu
yaitu17/1.000 kelahiran hidup (Ahmad yang di latarbelakangi oleh terlambat
Sujudi, 2010). mengenal tanda bahaya dan mengambil
Menurut Laporan dari organisasi keputusan,terlambat mencapai fasilitas
kesehatan dunia yaitu World Health kesehatan, serta terlambat mendapatkan
Organization (WHO) tahun 2012 bahwa pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu
setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) penyebab kematian maternal juga tidak
dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan
hampir 1 juta bayi ini kemudian merupakan salah satu dari kriteria 4
meninggal. Di Indonesia tahun 2012 dari “terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat
seluruh kematian bayi, sebanyak 57% melahirkan (>35tahun), terlalu muda pada
meninggal pada masa bayi baru lahir (usia saat melahirkan (< 20 tahun), terlalu
dibawah 1 bulan) dan setiap 6 menit banyak anak (> 4 anak), terlalu rapat jarak
terdapat 1 bayi baru lahir yang meninggal kelahiran/paritas (< 2 tahun) (Wijaya,
Angka kematian bayi di Provinsi Jawa 2010).
Tengah tahun 2011 sebesar 10,34/1.000 Bayi yang mengalami asfiksia
kelahiran hidup, menurun bila neonatorum bila tidak segera diberikan
dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar tindakan keperawatan, maka akan
10,62/1.000 kelahiran hidup sedangkan di berakibat fatal bagi kelangsungan
tahun 2015 yaitu 23/1.000 kelahiran hidup hidupnya. Diperkirakan bahwa sekitar 27%
(WHO, 2012). seluruh angka kematian neonatus di
Salah satu masalah kesehatan yang seluruh dunia disebabkan oleh asfiksia
sering terjadi pada saat kelahiran bayi dan neonatorum (Mufdillah, 2009).
mengakibatkan kematian bayi adalah Asfiksia neonatorum yaitu suatu
asfiksia. WHO menyebutkan bahwa pada keadaan bayi baru lahir yang gagal
tahun 2000 – 2010, Case Fatality Rate bernafas secara spontan dan teratur segera
(CFR) asfiksia untuk bayi yang berusia setelah lahir. Asfiksia dapat
dibawah 5 tahun di Indonesia setiap mengakibatkan kematian dan diperkirakan
tahunnya mencapai 11% (WHO, 2011). satu juta anak yang bertahan setelah
Menurut WHO tahun 2012 angka mengalami asfiksia saat lahir kini hidup
kejadian asfiksia sebesar 21,1%, di dengan morbiditas jangka panjang seperti
Indonesia tahun 2015, angka kejadian cerebral palsy, retardasi mental dan
asfiksia di rumah sakit pusat rujukan gangguan belajar. Faktor-faktor risiko
Propinsi di Indonesia sebesar 41,94%, terjadinya asfiksia neonatorum adalah
sedangkan di Jawa Tengah kejadian faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin,
asfiksia sebesar 33,1% dan di Kota dan faktor persalinan (Manuaba, 2007).
Semarang angka kejadian asfiksia sebesar Faktor-faktor yang mempengaruhi
8,20% (Dinas Kesehatan, 2015). kejadian asfiksia pada bayi yaitu usia ibu
Berdasarkan data yang didapat dari dimana pertambahan usia akan diikuti oleh
Dinas Kesehatan Kota Semarang(DKK) perubahan perkembangan dari organ organ
pada tahun 2012 terdapat angka kematian dalam rongga pelvis. Keadaan ini akan
pada BBLR sebesar 28,7%, asfiksia mepengaruhi kehidupan janin dalam
sebesar 33,1%, tetanus neonatorum sebesar rahim. Penelitian ini sejalan dengan
0,44%, sepsis sebesar ,3%, kelainan penelitian yang dilakukan Ahmad tahun
kongenital sebesar 2,6%, ikhterus sebesar 2002 yang menemukan bahwa usia ibu
2,6%, dan lain-lain sebesar 33,62% (Dinas kurang 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
Kesehatan Kota Semarang, 2012). mempunyai hubungan yang bermakna
dengan kejadian asphyxia neonatorum di Ruang Melati RSUD dr. H.
(Nilufar, 2009). Usia kehamilanibu yaitu Soewondo Kendal
kehamilan yang kurang dari 37 minggu Januari - Desember 2015
atau kehamilan yang cukup bulan namun (n=377)
dengan komplikasi kehamilan. Komplikasi
pada ibu yang dapat menyebabkan Usia Frekuensi Presentase
asfiksiaadalah pre eklamsi dan eklamsia, Kehamilan (n) (%)
plasenta previa, solutio plasenta, partus Premature 138 36,6
lama atau partus macet, infeksi serta Matur/Cukup 165 43,8
kehamilan post matur(Palupi, 2014). bulan
Postmatur 74 19,6
2. METODE PENELITIAN Total 377 100

Jenis penelitian yang digunakan 3. Paritas


penelitian korelasi dengan pendekatan Tabel 4.3
retrospektif. Populasi dalam penelitian ini Distribusi Frekuensi Responden
adalah semua bayi baru lahir yang ada di Berdasarkan Paritas
ruang melati RSUD Dr. H. Soewondo di Ruang Melati RSUD dr. H.
Soewondo Kendal
Kendal pada tahun 2015 sebanyak 377.
Januari - Desember 2015
Teknik pengambilan sampel total (n=377)
sampling. Menggunakan uji chi –square.
Paritas Frekuens Presentas
3. HASIL PENELITIAN i (n) e (%)
1. Usia Ibu Primipara 181 48,0
Multipara 169 44,8
Tabel 4.1 Grandemultipar 27 7,2
Distribusi Frekuensi Responden a
Berdasarkan Usia ibu Melahirkan Total 377 100
di Ruang Melati RSUD dr. H.
Soewondo Kendal 4. Jarak Kehamilan
Januari - Desember 2015
(n=377) Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden
Usia Ibu Frekuensi Presentase Berdasarkan Jarak Kehamilan
(n) (%) di Ruang Melati RSUD dr. H.
20-25 tahun 151 40,1 Soewondo Kendal
(Remaja akhir) Januari - Desember 2015
26-35 tahun 135 35,8 (n=377)
(Dewasa awal)
36-45tahun 91 24,1 Jarak Frekuensi Presentase
(Dewasa akhir) Kehamilan (n) (%)
Total 377 100 <1 Tahun 181 48,0
1 Tahun 110 29,2
2. Usia Kehamilan >1 Tahun 86 22,8
Total 377 100
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan UsiaKehamilan
5. BBL (Berat Bayi Lahir) (Berat Bayi (n) (n)
Lahir)
Tabel 4.5 BBL 78 20,7
Distribusi Frekuensi Responden Normal
Berdasarkan BBL BBL 180 47,7
di Ruang Melati RSUD dr. H. Rendah
Soewondo Kendal BBL Sangat 119 31,6
Januari - Desember 2015 Rendah
(n=377) Total 377 100

BBL Frekuensi Presentase

Tabel 4.7
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia NeonatorumDiruang
Melati
RSUD Dr. H. Soewondo Kendal

Kejadian Asfiksia Neonatorum


Asfiksia Asfiksia Asfiksia 
Variabel Total %
Ringan Sedang Berat value
n % n % n %
Usia Ibu :
20-25 tahun
(Remaja akhir) 142 37,7 8 2,1 1 0,3 151 40
26-35
tahun(Dewasa 0,000
awal) 27 7,2 83 22 25 6,6 135 36
36-45 tahun
(Remaja akhir) 25 6,6 56 14,9 10 2,7 91 24
Usia Kehamilan :
Prematur 2 0,5 102 27,1 34 9 138 37
Matur/ Cukup bulan 124 32,9 40 10,6 1 0,3 165 44 0,000
Postmatur 68 18 5 1,3 1 0,3 74 20
Paritas :
Primipara 163 43,2 13 3,4 5 1,3 181 48,0
Multipara 0,000
+Grandemultipara 31 1,3 134 35,5 31 8,2 196 52,0
Jarak Kehamilan :
<1 Tahun 161 43,0 14 3,7 5 1,3 181 48,0
1 Tahun 7 1,9 81 21,5 22 5,8 110 29,2
0,000
>1 Tahun 25 6,6 52 13,8 9 2,4 86 22,8
BBL :
Normal 55 14,6 22 5,8 1 0,3 78 20,7
BBL Rendah 68 18,0 110 29,2 2 0,5 180 47,7 0,000
BBL Sangat
Rendah 71 18,8 15 4,0 33 8,8 119 31,6

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa primiparitas merupakan factor resiko yang


usia ibu dengan kejadian asfiksia mempunyai hubungan yang kuatterhadap
neonatorum sebagian besar berusia 20 – 25 mortalitas asfiksia, pada primigravidausia
tahun sebanyak 155 orang (40,1%), yang kurang dari 20 tahun memiliki
sedangkan yang berusia 26 – 35 tahun resikomengalami komplikasi persalinan
sebanyak 135 orang (35,8%), dan yang dan komplikasiperinatal yang lebih tinggi
berusia 36 – 45 tahun sebanyak 91 orang yaitu peningkatankejadian BBLR, asfiksia,
(24,1%).Umur atau usia adalah satuan persalinan preterm, lahirmati, persalinan
waktu yangmengukur waktu keberadaan pervaginam dengan bantuaninstrument
suatu benda ataumakhluk, baik yang hidup (Widiprianita,2010).
maupun yang mati.Semisal, umur manusia Dari hasil penelitian menunjukkan
dikatakan lima belastahun diukur sejak dia usia kehamilan dengan kejadian asfiksia
lahir hingga waktu umuritu dihitung neonatorum sebagian besar yaitu berusia
(Purnamaningrum, 2010). matur / cukup bulan sebanyak 165 orang
Adapun klasifikasi usia ibu (43,8%), sedangkan usia kehamilan
melahirkanmenurut Coirul (2011) yaitu premature sebanyak 138 orang (36,6%),
usia reproduktif (20tahun–35 tahun). Usia dan usia kehamilan postmatur sebanyak 74
tersebut cukup aman untukmelahirkan. Di orang (19,6%). Usia kehamilan berusia
usia inilah calon bayi terbilangdalam masa matur / cukup bulan sebanyak 165 orang
aman dalam prosespembentukannya. (43,8%) resiko pada kehamilan < 37
Kualitas kesuburan juga dalamkondisi minggu dapat mengakibatkan terjadinya
puncak dan kesiapan organ reproduksijuga persalinan dengan tindakan kebidanan
dalam kondisi baik.Usia resiko tinggi (<20 misalnya seksio sesarea dengan presentasi
tahun dan >35tahun), pada usia < 20 bokong/letak sungsang. Resiko pada umur
tahunberesiko karenaibu belum siap secara kehamilan < 37 minggu dengan persalinan
medis (organ reproduksi)maupun secara preterm dapat meningkatkan angka
mental. Hasil penelitianmenunjukan bahwa kematian perinatal.
Usia kehamilan premature sebanyak Usia kehamilan postmatur sebanyak
138 orang (36,6%) merupakan kehamilan 74 orang (19,6%)hal ini dikarenakan umur
kurang bulan dan biasanya hasil konsepsi kehamilan > 42 minggu dilakukan induksi
dilahirkan dengan berat badan kurang dari persalinan, salah satu komplikasinya adalah
2.499 gram. Pada saat pelayanan dengan asfiksia neonatorum (Manuaba,
fasilitas yang optimal, bayi yang lahir 2008).Kehamilan lewat waktu merupakan
dengan berat 2.000 - 2.500 gram kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu
mempunyai harapan hidup lebih dari 97%. belum terjadi persalinan. Kehamilan lewat
1.500 - 2.000 gram lebih dari 90% dan waktu berkisar 10% dengan pariasi 4-15%.
1.000 - 1.500 gram sebesar 65 - 80% Resiko umur kehamilan lewat atau umur
(Mansjoer, 2010). kehamilan >42 minggu dapat
mengakibatkan terjadinya persalinan sedangkan usia > 1 tahun sebanyak 86 oran
dengan anjuran atau dengan seksio sesarea (22,8%).Jarak kehamilan terlalu dekat yaitu
yaitu penanganannya harus segera dirujuk kurang dari dua tahun menjadi beresiko
ke Rumah Sakit. karena sistem reproduksi belum kembali
Dari hasil penelitian menunjukkan seperti semula, serta ibu masih menyusui
paritas dengan kejadian asfiksia sehingga dapat menimbulkan pertumbuhan
neonatorum sebagian besar primipara janin terganggu, persalinan lama dan
sebanyak 181 orang (48,0%), sedangkan perdarahan saat persalinan (Sukarni, 2013).
multipara sebanyak 169 orang (44,8%), dan Jarak kehamilan merupakan jarak
grandemultipara sebanyak 27 orang (7,2%). antara persalinan terakhir
Paritas yang rendah (paritas satu) dengan kehamilanberikutnya (pregnancy
menunjukan ketidaksiapan ibu dalam spacing). Jarak kehamilan terlalu dekat
menangani komplikasi yang terjadi dalam yaitu kurang dari dua tahun menjadi
kehamilan, persalinan dan nifas. Paritas 1 beresiko karena sistem reproduksi belum
beresiko karena ibu belum siap secara kembali seperti semula, serta ibu masih
medis maupun secara mental. Paritas yang menyusui sehingga dapat menimbulkan
tinggi memungkinkan terjadinya penyulit pertumbuhan janin terganggu, persalinan
kehamilan dan persalinan yang dapat lama dan perdarahan saat persalinan
menyebabkan terganggunya transport O2 (Sukarni, 2013).
dari ibu ke janin yang akan menyebabkan Jika jarak kehamilan terlalu dekat
asfiksia yang dapat dinilai dari APGAR dengan kehamilan sebelumnya, maka akan
Score menit pertama setelah lahir (Manuba, banyak resiko yang menimpa baik ibu
2010). maupun janinnya. Rahim yang masih belum
Paritas yang tinggi memungkinkan pulih benar akibat persalinan sebelumnya
terjadinyapenyulit kehamilan dan belum bisa memaksimalkan pembentukan
persalinan yang dapatmenyebabkan cadangan makanan bagi janin dan untuk ibu
terganggunya transport O2 dari ibu kejanin sendiri. Akibatnya bayi akan terlahir
yang akan menyebabkan asfiksia yang dengan berat badan rendah, kekurangan zat
dapatdinilai dari APGAR score menit gizi sehingga bayi menjadi tidak sehat.
pertama setelah lahir. Pada seorang grande Selain itu bayi juga rentan terhadap
multipara biasanya lebihbanyak penyulit kelainan plasenta, pertumbuhan yang
dalam kehamilan dan persalinan. Menurut terhadap dan penelitian terakhir munjukkan
Sastrawinata (2004), kehamilan bayi dengan jarak kehamilan terlalu dekat
danpersalinan yang mempunyai resiko rentan terkena autisme. Semua ini tentunya
adalah anakpertama dan persalinan anak akan mengurangi kualitas dari bayi itu
keempat atau lebih. Halini dikarenakan sendiri. Bagi ibu sendiri meningkatkan
pada anak pertama terdapat kekakuandari resiko terkena anemia akut. Ibu hamil yang
serviks dan memberikan tahanan yang jauh terkena anemia akut akan meningkatkan
lebihbesar sehingga dapat memperpanjang resiko terhadap perdarahan,komplikasi
persalinan. kehamilan, bayi terlahir prematur, resiko
Dari hasil penelitian menunjukkan perdarahan saat persalinan dan resiko
Jarak Kehamilan dengan kejadian Asfiksia terburuk yaitu keguguran.
neonatorum sebagian besar yaitu usia 1 Dari hasil penelitian menunjukkan
tahun sebanyak 198 orang (52,5%), BBL dengan kejadian Asfiksia neonatorum
sebagian besar BBL Rendah sebanyak 180 35 tahun yang mengalami asfiksia ringan
orang (47,7%), sedangkan BBL Normal 27 (7,2%), asfiksia sedang 83 (22%) dan
sebanyak 78 orang (20,7%). Hasil tersebut asfiksia berat 25 (6,6%). Usia 36-45 tahun
sesuai pendapat dari Muslihatun (2010) mengalami asfiksia ringan 25 (6,6%),
yang menyatakan bahwa faktor janin/ bayi asfiksia sedang 56 (14,9%) dan mengalami
baru lahir yang dapat menyebabkan asfiksia asfiksia berat sebanyak 10 (2,7%).
adalah prematur, berat badan lahir rendah, Hasil penghitungan menggunakan
IUGR (intra uteri growth retardation), rumus chi-square didapatkan hasil 0,000
gemelli, tali pusat menumbung, kelainan (p<0,05) menunjukkan ada hubungan usia
kongenital. ibu dengan kajadian asfiksia neonatorum.
Hasil penelitian ini mendukung teori Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
dari Proverawati dan Ismawati (2010) yaitu yang dilakukan oleh Evi Desfauza (2008)
pada berat badan lahir rendah dapat yaitu ada hubungan yang signifikan antara
mengalami risiko jangka pendek, usia ibu dengan kejadian Asfiksia
diantaranya adalah asfiksia. Bayi dengan Neonatorum dengan nilai p value 0,005
berat badan lahir rendah baik yang kurang, (p<0,05). Hal ini mungkin sudah
cukup atau lebih bulan dapat mengalami dipahaminya tentang usia reproduksi sehat
gangguan pada proses adaptasi pernafasan pada wanita usia 20 - 35 tahun sehingga
waktu lahir sehingga dapat mengalami sudah jarang ditemui ibu yang melahirkan
asfiksia neonatorum. dibawah usia 20 tahun dan lebih dari 35
Bayi berat lahir rendah (BBLR) tahun.
adalah bayi yang baru lahir yang berat Berdasarkan hasil Penelitian Revrely
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. yang dilakukan di Ruangan IRINA D
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado
yang baru lahir yang beratbadannya saat hubungan umur ibu dengan asfiksia
lahir kurang dari 2500 gram. Dampak dari neonatorum menunjukkan angka yang
bayi yang lahir dengan berat badan rendah paling besar presentasinya adalah umur ibu
sering mengalami beberapa permasalahan yang berisiko (<20 tahun; >35 tahun)
pada sistem tubuh, karena kondisi tubuh dengan bayi yang asfiksia yaitu 13 bayi
yang tidak stabil. Kematian perinatal pada atau 52%. Dari hasil analisa hubungan
bayi BBLR adalah 8 kali lebih besar dari kedua variabel dengan menggunakan uji
bayi normal. Prognosis akan lebih parah statistik Chi Square menunjukkan ada
bila berat badan semakin rendah, dimana hubungan umur ibu dengan kejadian
kematian lebih sering disebabkan karena asfiksia neonatorum dengan signifikansi (p)
komplikasi neonatal seperti asfiksia, = 0.015, pada α < 0,05. Odds Ratio (OR) =
aspirasi, pneumonia, perdarahan intra 1,563. Berarti umur ibu yang berisiko (< 20
kranial, hipoglikemia dan bila hidup akan tahun; > 35 tahun) mempunyai peluang
dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara 1,563 kali bayinya mengalami asfiksia dari
serta tingkat kecerdasan kurang. pada umur ibu yang tidak berisiko (20-35
Hasil penelitian menunjukkan usia tahun) (Revrely, 2011).
ibu 20-25 tahun yang mengalami asfiksia Usia kehamilan prematur sebanyak 2
ringan sebanyak 142 (27,7%), mengalami (0,5%), asfiksia sedang 102 (27,1%) dan
asfiksia sedang sebanyak 8 (2,1%), dan mengalami asfiksia berat sebanyak 34
asfiksia berat sebanyak 1 (0,3%). Usia 26- (0,9%). Usia kehamilan matur/cukup bulan
dengan kejadian asfiksia ringan sebanyak terjadinya penyulit kehamilan dan
124 (32,9%), mengalami asfiksia sedang persalinan yang dapat menyebabkan
sebanyak 40 (10,6%) dan yang mengalami terganggunya transport O2 dari ibu ke janin
asfiksia berat sebanyak 1 (0,3%). yang akan menyebabkan asfiksia yang
Hasil penghitungan menggunakan dapat dinilai dari APGAR Score menit
rumus chi-square didapatkan hasil 0,000 pertama setelah lahir (Manuba, 2010).
(p<0,05) menunjukkan ada hubungan usia Hasil penelitian menunjukkan jarak
kehamilan dengan kajadian asfiksia kehamilan <1 tahun yang memngalami
neonatorum. Umur kehamilan ibu juga asfiksia ringan sebanyak 83 (22,0%),
merupakan faktor yang berhubungan asfiksia sedang 5 (1,3%), asfiksia berat
dengan kejadian asfiksia neonatorum. Hal sebanyak 5 (1,3%), jarak kehamilan 1 tahun
ini sejalan dengan penelitian yang yang memngalami asfiksia ringan sebanyak
dilakukan oleh Dwi Mardiyaningrum di 87 (23,1%), asfiksia sedang 89 (23,6%),
Banjarnegara menunjukkan bahwa umur asfiksia berat sebanyak 22 (5,8%) dan jarak
kehamilan ada hubungan dengan kejadian kehamilan >1 tahun yang mengalami
asfiksia neonatorum di mana umur asfiksia ringan 24 (6,4%), mengalami
kehamilan dengan nilai Distribusi asfiksia sedang 53 (14,1%) dan mengalami
responden umur kehamilan sebagian besar asfiksia berat sebanyak 9 (2,4%). Hasil
37-42 minggu dengan nilai p value 0,003 penghitungan menggunakan rumus chi-
(p<0,05). Hal ini sejalan dengan pendapat square didapatkan hasil 0,000 (p<0,05)
Arif Z. R, Kristiyanasari, yang menyatakan menunjukkan ada hubungan jarak
bayi yang cukup bulan dan terlihat normal kehamilan dengan kajadian asfiksia
di bagian luar belum tentu sempurna bagian neonatorum.
dalamnya, termasuk gangguan pernafasan. Jarak kehamilan yang aman kami
Hasil penelitia menunjukkan ibu sarankan adalah antara 18 sampai 48 bulan
primipara yang mengalami asfiksia ringan sejak dari persalinan sebelumnya. Jarak 12
sebanyak 163 (43,2%), mengalami asfiksia bulan pun sebetulnya bisa saja, namun
sedang sebanyak 13 (3,4%) dan yang sebaiknya di konsultasikan dulu dengan
mengalami asfiksia berat sebanyak 5 dokter anda. Dengan memberi jarak
(1,3%). Multipara+Grandemultipara yang kehamilan yang aman tentunya akan
mengalami asfiksia ringan sebanyak 31 menghindarkan ibu dan bayi dari berbagai
(1,3%), mengalami asfiksia sedang 134 resiko yang telah di sebutkan di atas. Rahim
(35,5%) dan mengalami asfiksia berat akan mendapatkan cukup istirahat, cukup
sebanyak 31 (8,2%). Hasil penghitungan waktu untuk menyiapkan diri sehingga
menggunakan rumus chi-square didapatkan asupan nutrisi kepada bayi akan berjalan
hasil 0,000 (p<0,05) menunjukkan ada dengan baik dan tentunya pada akhirnya
hubungan paritas ibu dengan kajadian akan menjadikan bayi sehat dan berkualitas.
asfiksia neonatorum. Faktor non medis juga, seperti memberi
Paritas adalah jumlah bayi yang ruang kepada suami sehubungan dengan
dilahirkan ibu hamil, paritas yang aman penghasilan, mental anak pertama yang
sampai dengan tiga kelahiran. Jumlah anak sudah siap dengan kehadiran adiknya yang
lebih dari tiga dapat meningkatkan resiko membuat kehadiran buah hati baru memang
komplikasi persalinan (Putratanto, A, menjadi dambaan. Dan tentunya hal ini
2005). Paritas yang tinggi memungkinkan
akan membuat keluarga anda makin morbiditas dan mortalitas janin yang
harmonis dan berkualitas. dilahirkan, hal ini disebabkan oleh
Dari penelitian di Badan Rumah Sakit kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan
Daerah Cepu selama bulan Januari- pengembangan paru yang belum sempurna,
Desember 2008 didapatkan hasil lama KPD otot pernapasan yang masih lemah.
<12 jam dengan Apgar baik adalah sebesar Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
26 kasus (44,83%) dan dengan Apgar buruk Binilang (2013) tentang kejadian BBLR
sebanyak 7 kasus (12,07%) sedangkan KPD dengan asfiksia menunjukan bahwa ada
≥ 12 jam dengan Apgar baik sebesar 10 hubungan antara BBLR dengan kejadian
kasus (17,24%) dan dengan Apgar buruk asfiksia. Hasil uji statistik menggunakan
sebesar 15 kasus (25,86%) (Ana Setiyana, Chi Square di dapatkan nilai p 0,017 atau
2009). nilai p < 0,05.
Penelitian yang dilakukan oleh Asfiksia banyak dialami oleh bayi
Septiana (2010) tentang hubungan antara BBLR dikarenakan bayi BBLR memiliki
umur ibu dengan ketuban pecah dini di RS beberapa masalah yang timbul dalam
Bhakti Yudha Depok didapatkan hasil ada jangka pendek diantaranya gangguan
hubungan antara umur ibu dengan ketuban metabolik, gangguan imunitas seperti
pecah dini di RS Bhakti Yudha Depok ikterus, gangguan pernafasan seperti
dengan nilai p value 0,006 (p<0,05). asfiksia, paru belum berkembang sehingga
Hasil penelitian menunjukkan BBL belum kuat melakukan adaptasi dari
normal dengan kejadian asfiksia ringan intrauterin ke ekstrauterin. BBLR
sebanyak 55 (14,6%), asfiksia sedang cenderung mengalami kesulitan dalam
sebanyak 22 (5,8%) yang mengalami melakukan transisi akibat berbagai
asfiksia berat sebanyak 1 (0,3%). BBL penurunan pada sistem pernapasan,
Rendah yang mengalami asfiksia ringan diantaranya : penurunan jumlah alveoli
sebanyak 68 (18,0%), asfiksia sedang fungsional, defisiensi kadar surfaktan,
sebanyak 110 (29,2%) yang mengalami lumen pada sistem pernapasan lebih kecil,
asfiksia berat sebanyak 2 (0,5%) dan BBL jalan napas lebih sering kolaps dan
Sangat Rendah yang mengalami asfiksia mengalami obstruksi, kapiler-kapiler paru
ringan sebanyak 71 (18,8%), yang mudah rusak dan tidak matur, otot
mengalami asfiksia sedang sebanyak 15 pernapasan yang masih lemah sehingga
(4,0%) dan asfiksia berat sebanyak 33 sering terjadi apneu, asfiksia dan sindroma
(8,8%). Hasil penghitungan menggunakan gangguan pernapasan.
rumus chi-square didapatkan hasil 0,000
(p<0,05) menunjukkan ada hubungan berat 5. SIMPULAN
bayi lahir dengan kajadian asfiksia
neonatorum. Di RSUD dr. H. Soewondo Kendal
Bayi dengan BBLR/prematur kurang jumlah asfiksia neonatorum yang terbanyak
sempurna pertumbuhan alat-alat dalam adalah asfiksia sedang162 responden (74,31
tubuhnya terutama paru-paru sehingga %), usia ibu jumlah asfiksia neonatorum
sangat peka terhadap gangguan pernafasan terbanyak berada pada usia 20 - 35 tahun
yang berdampak pada asfiksia. Berat badan berjumlah 151 orang (40,1 %), usia
lahir rendah akan menimbulkan komplikasi kehamilan asfiksia neonatorum terbanyak
medis yang lebih berpengaruh terhadap berada pada usia kehamilan 40 minggu
(matur/ cukup bulan) berjumlah 165orang Wijaya, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan
(43,8 %), paritas jumlah asfiksia Balita, Yogyakarta; Fitramaya
neonatorum terbanyak berada pada paritasDinas Kesehatan Kota Semarang, 2012.
primipara berjumlah 181 orang (48,0%), Angka kematian pada BBLR.
Jarak kehamilan yang mengalami kejadian Semarang
Asfiksia neonatorum sebagian besar yaituMufdillah, 2009. Panduan Asuhan
usia 1 tahun sebanyak 110 orang (56,1%), Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta:
BBL dengan kejadian asfiksia neonatorum Nuha Medika
sebagian besar BBL Rendah sebanyak 104 Manuaba, 2007. Ilmu Kebidanan, penyakit
orang (75,4%). Ada hubungan antara usia Kandungan dan KB untuk.
ibu, usia kehamilan, paritas, jarak Pendidikan Bidan Edisi 2.
kehamilan dan BBL dengan Kejadian Jakarta:EGC
Asfiksia Neonatorum dengan nilai p valuePalupi, 2014. Kebijakan Depkes Dalam
0,000 (p<0,05) PenurunanAKI &AKB. Jakarta
Nilufar, 2009. Risk Factors And Short-Term
6. DAFTAR PUSTAKA Outcome Of Birth. Asphyxiated
Babies In Dhaka
Ahmad Sujudi, 2010. Buku Ajar Mansjoer, (2010). Kapita Selekta
Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Kedokteran, edisi 4,Jakarta : Media
Bina Aksara. Aesculapius. FKUI.
WHO, 2012. World Health Organitation. Sukarni, 2013. Kehamilan, Persalinan, Dan
Children:mortality reducing. 2012 Nifas. Edisi 1. Yogyakarta : Nuha

You might also like