MIKGI, EDISI KHUSUS, MARET 2011 ISSN: 0215-8671
TRIOXIDE AGGREGATE (MTA)
STUDI PUSTAKA
*, Wignyo Hadriyanto “*, dan Juanita A. Gunawan **
* Mahasiswa limu Konservasi Gigi PPDGS Kerjasama UGM-Usakti
* Bagian imu Konservasi Gigi FAG UGM
** Bagian limu Konservasi Gigi FKG Usakti
ABSTRAK
Penggunaan MTA menjedi bahan pilikan pada berbagei perawetan endodontik, seperti pengisian
retrogard, perbaken perforasi, bahan pengiel saluran akar, apekeifixaci dan kaping pulpa. Tujuan etudi pustaka
ini untuk mengulas penggunaan bahan MTA pada perawatzn kaping pupa
Kalsium hidroksida merupakan bahan yang umum digunakan pada perawatan kaping puloa, memiiki
biokompatibiltas yang baik, pH finggi, bersifat anibekteri dan meranesang pembentuken jembaian dentin.
Kekurangen kalsium hidroksida adalah tidak dapat berachesi baik dengan dentin dan mengalami degradesi
‘sehingga pembentukan jembaten deniin menjadi celeh terjadinya kebocoran dan invasi Dakteri Ke Jaringan pula.
Mineral Trioxide Aggregete (MTA) menjadi bahan pilihan untuk keberhasian perawatan kaping pulps. Pada
beberapa peneliian menyatakan MTA merupakan bahan yang biskompatibel, memiliki kemampuan sealing yang
baik. menginduksi_ pembentukan jaringen keras, tidak larut pada jeringan mulut, dan mengeras pada keadaan
lingkungan yang lembab. Berbagai pereltian Klinis yang meggunakan MTA’ sebagai bahan kaping pulpa
menunjukan pembentukan jembatan dentin lebih tebal dan cepat dan tingkat peradangan yang lebih rendah, bla
ibandingkan dengan perawatan menggunakan Kalslum nigroksida,
Hesil studi pusteka menurjukan bahwa MTA depat menjadi behan pilhen pada perewatan keping pulpa.
Porawatan MTA menunjukan sedikit peradangan pulps dan pembentukan jembatan dentin yang lebih bak.
Namun waktu pengerasan MTA yang lama menjadi bahan perfimbangan.
Katz kunci: Kaping puipa, Mineral trioxide aggregate (MTA), kalsium hidroksida
ABSTRACT
The usage of MTA has been an cotion in endodontic treatment as apical retrograde filing. perforation
‘repair, root canal filing, apexiication and pulp capping. The purpose of ths Iterature review ls io review MTA as
pulp capping agent.
Calcum hydroxide is common meteral that used as pulp capping agenis, nas good biocompatoty,
akainne pit, antbacteral ard induce the formation of dentinal bridge. But this material doesn't provide close
‘adaptation to dentin and shown degradation on dentinal bridge formation that can be characterized by tunnol
‘defacts Tunnel defects may become a pathway for bacterial invasion through pulaal. Mineral Trioxide Aggregate
(UTA) was found to be pulo-cepping material of choice. MTA has good sealing abiliy, biocompetibity, induce
hard tissue formation, non absorbable and sets in the presence of moisture. MTA has been reported less
inflammation and thicker dentine bridge than calcium hydroxide mn direct pup capoing.
The result of iis leraiure review show that MTA could be pulp capping material of choice. MTA-cagped
pulps revesled less degree of inflammation and thicker dentine bridge. Some drawbacks of MTA, such as @ long
‘sotting time should be considered.
Key words: Pulp capping Mineral trioxide aggregate (MTA), Calcium hydroxide
PENDAHULUAN dan mempertahankan fungs! pulpa (Modena
ok, 2009). Terbukenya pulpa gigi dapat
Tujvan utama restorasi_ dalam _bidang disebebken oleh proses karies, trauma, atau
kedokteren gigi adalah untuk mengembaliken pada saat prosedur restorasi. Ideainye, pulpa
dan mempertahenkan vitaltas gigi melalui ‘aken memperbaiki diri dengan membentuk
perewetan yang adekuat untuk melindungi berer jeringan terminerslisasi__diatas
86MIKGI, EDISI KHUSUS, MARET 2011
Permukaan yang terbuka, yang dikenal
sebagai jembatan dentin
Kalsium hidroksida ~merupakan _bahan
kedokteren gigi _—-yang.—=—_memilki
bickompatibiitas yang balk _tethadap
perbaiken pulpa terouka. pH tinggi kalsium
hidroksida —bersifat__—antibakteri_— dan
merangsang pembentuken jembatan dentin.
Pada peneiitian jangka panjeng perawatan
kaping —pulpa_— menggunakan _kalsium
hidroksida terlihat kegagaian seperti kelarutan
bahan yang tinggl pada caran mulut,
Pembentukan {unne/ yang — menunjukan
disrupsi_ morfologi barier jembatan dentin
sehingga gegal membentuk berier yang bai
terhadap infeksi bakteri. Tunnef akan merjadi
celan untuk bakteri_dan produk bakteri
menginvasi jaringan pulp melalui celah
marginal yang terbentuk antara gigi dan
restorasi kalsium hidrokside, sehingga akan
menyedabken inflamasi puloa dan nekrosis
(Stanley dan Pameijer, 1997).
Kegagalan kalsium —hidroksida__pada
perawatan kaping pulpa, mendorong para
eneliti menggunaken berbagai bahen seperti
fesin hidrofii, semen lonomer kaca modifixasi
resin dan mineral trioxide aggregate. Mineral
Trioxide Agaregate (MTA) merupakan semen
sliket bicakiif menutup semue celeh antara
sistim saluran akar dan permukaan luer gigi
Penggunaan MTA dityjukan sebagai bahan
Pengisi ujung saluran kar, kemudian
dikembangkan sebagai _bahan perawatan
kaping pulpa, pulpotomi, pembentukan barier
i apikal pada apeks terbuka dan perawatan
perforasi akar (Parirokh dan Torabinejad,
2010).
TINJAUAN PUSTAKA
Kaping pulpa
Pulpa gigi terbuka dapat diekibatkan oleh
proses aries, trauma, atau pada saat
prosedur restorasi. Kaping pulpa direk
‘merupzkan saleh satu pilihan perawatan pulpa
terbuke, dengan menempatkan bahan diatas
deerah pulpa yang terbuka. Biasanya
dilakukan pada pulpa sehat dan terbuka akibat
prosedur restoratif. Gigi harus asimptomatik.
deerah yang terbuke harus berdiameter
berupa pinpointdan
dkellingl oleh dentin sehat, bebas dan
kontaminasi mulut serta perdarchan terkontro.
(Mc Donald ckk, 2004 dan Fuks, 2008)
ISSN: 0215-8671
Pade pulpe yang terbuka ckibat paparen
keries, meski berukuran pinpoint teleh
mengalami peradangan. Derajat peradangen
pulpa tersebut tergantung pada ukuren
terbukanya pulpa. Pulpa yang terbuka luas
biasanya berhubungan dengan eksucat oair
atau adenya pus pada daerah tertuka. Gigi
Gengan keadaan pulpa yeng terbuka luas
biasanya ditandai adanya degenresi puipa dan
merupakan keadaan yang tidak sesuai untuk
cilakukan perawatan kaping pulpa (Mc Donald
‘okk,, 2004),
Ideainya, pulpa akan memperbaiki diri dengen
membentuk barler jaringan termineralsasi
diatas permukaan yang terbuka, yang dikenal
sebagai jembatan dentin. Pulpa bersifat
membentuk matriks seperti dentin (dentin
fersier) yang morupakan bagian deri
perbaikan dentin-puips. Pada saat kompleks
dentin-puipa_mengalami injur, terdapat 3
keadaan fisiopatologi yang dapat terjadi pada
lapisan dentin-ulpa (Fuks, 2008):
1. Pada injuri ringan dimana karies email non
kavitas atau karies dentinal dengan progres
lambat, odontoblas dapat bertahan, dan
lapisan odontoblastik di stimulasi | untuk
membentuk matiks dentin tersier dibawah
injuri (dentin reaksioner). Dentin reaksioner
‘menunjukan banyak kesamean dengan dentin
primer dan sekunder serta dapat bertehan
socara efektif terhadap rangsangan destruksi
exsogen untuk melindungi pulpa.
2. Pada injuri dentin berat tanpa disertai
terbukanya pulpa disertai lesi karies dengan
progres cepat atau pada kerusakan jeringan
yang Ivas akibat preparasi kavitas, odontodlas
rusek subjacent peda centin afekiif. Pada
tehep metabolic kompleks dentin-pulca, sel
adontoblastlike berdiferensiesi dan
membentuk tubular dentin tersier (reparatif
dentinagenesis).
3, Pada kasus pulpa terbuka, pulpa yang
lerambil dapat memperbeiki dii setelan atau
tenpa apikasi behan kaping. Pulpe terbuka
akibat “keries untuk —memperbaiki dir
eenderung terbatas, akibat edenya infeksi
bakteri pada jangka waktu tertentu, sehingga
melemahkan reaksi pertahanan _ pulpa.
‘Sebagai bagian dari proses perbaikan pulps,
potensi dentinogenik pada sel pulpa dapat
teriinat. Adanya proliferasi, migrasi, dan
diferensiasi sel progenitor dapat meninakatxan
selsel_pembentuk dentin reparatif (sel
‘odontoblast-lke), dan merekonstruksi jaringan
yang terputus pada lapisan dentin-pulpa
a7MIKGI, EDISIKHUSUS, MARET 2011
Beberapa faktor_ yang _ mempengaruhi
penyembuhan pulpa_ adalah adanya
kebocoran bakteri, debris yang tertinggal,
aktivites sel radang pada pulpa, kegagalen
terbentuknya jembaten dentin dan defek
tunnel pada jembatan dentin (Murrey dan
Garcia-Godoy, 2006). Kegagalan
pembentuken’ jembatan dentin pada
perawatan kaping pulpa berhubungan dengan
sia pasien, defajet trauma, bahen kaping
pulpa, adanya mikroorganisme (Mc Donald
okk, 2004). Menurut Matsuo dkk. (1996),
keberhasilan perawatan keping pulpa tdek
ditentuken oleh umur dan jenis kelamin
pasien, jenis gigi serta lokasi gigi
Pade pulpa terbuke yang disertai konteminasi
mikroorganisme —biasenya_—_menunjukan
kegagalan pembentukan jembatan dentin (Mc
Donald dkk, 2004). Penggunaan isolasi gigi
untuk menghindari tercemamnya pulpa terbuka
terhadap cairan rongga _mulut.Laruten
anastesi_steril dapat digunekan untuk
membersinken daerah pulpa terbuka den
meminimalkan invasi bakteri ke pulpa (Matsuo
dkk, 1996). Kegagalan perawatan kaping
pula depat_menyebabkan resopsi_ internal
atau adses dentoalveolar akut (Mc Donald
kk, 2004)
Kalsium hidroksida
Kalsium hidroksida merupakan bahan kaping
pulpe stander dengan pembentukan dentin
reparatif. Keuntungan penggunaan kalsium
fidroksida adalah sifat_ antibakteni dan
mendisinfeksi bagian superficial _pulpa
Kalsium hidroksida muri akan menyebabkan
nekrosis jaringan pulpa. sekitar 1.5 mm dari
lapisan paling superficial pulpa. pH tinggi
kalsium hidroksida sekitar 12.5 akan
menyebabkan nekresis lituefaksi pada lapisen
paling superficial pulpa. Toksistas kaisium
Fidroksida aken mengalami netralisasi pada
lepisan pulpa afektit sehingga menyedabkan
nekrosis Koagulas! pada baias jaringan pulpa
nekrosis dan sehat. Hal ini merupakan iritasi
ringan pulpa yang eken mengaktifkan respon
inflemesi den vasculer untuk mengontrol dan
mengeliminasi iritasi_ yang ada dengan
mombentuk barier jaringan keras (Swift dkk.,
2003)
‘Adenya respon inflamasi_ dan veskuler,
menandakan dimulainya proses perbaiken
termasuk prolferasi_ sel dan_pembentuken
kolegen baru. Kolagen baru kemudian
mengelami mineralisasi bersamaan dengan
8
ISSN: 0215-8671
kalsifikaci distrofik pada deerah yang
mengalami _nekrosis__keagulasi_ dan
membentuk deposisi mineral pada kolagen
baru (Schroder, 2009)
Pada penelitian jangka panjang menunjukan
hasil perawatan kalsium hi¢roksida bervariesi
dan tidak dapat diperkireken. Hal _ ini
disebabken kalsium hidroksida tidak dapat
beredaptasi rapet dengan dentin, cenderung
aken menjadi lunek, disintegrasi dan larut
dalam cairan dentin sehingga pembentukan
jembatan dentin dapat _membentuk cefek
tunnel Detek tunne/ pada jembatan dentin
menjadi celeh penetrasi _mikroorganisme
terhadap sel imun aktif, menginduksi iritesi
pulpa dan membentuk kalsifikasi distrofi (Swift