You are on page 1of 23
PENGESAHAN Laporan Pelaksanaan Sebagai Nara Sumber Pada Simposium Nasional Program Studi Pascasarjana Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat Universita Sebelas Maret KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN Telah Dipresentasikan Pada Simposium Nasional Program Studi Pascasarjana Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat Universita Sebelas Maret di Hotel Lor Inn Surakarta Pada 20 Juli 2017 arta, 20 Juli 2017 “ascasarjana Universita Sebelas Maret Dr. M. Furgon Hidayatullah, M. Pd NIP. 196007271987021001 KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN” Dr. dr. H, Endang Sutisna Sulaeman, M.Kes.. FISPH., FISCM Program Studi Program Doktor Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat Pacasarjana Universitas Sebelas Maret Alamat email: sutisnaend_dr@yahoo.com *Dipresentasikan pada Simposium dan Sarasehan Nasional Penyuluhan Pembangunan/ Pemberdayaan Masyarakat I, PENDAHULUAN Kesejahteraan masyarakat menurut UNDP (2004) diukur oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), 1PM merupakan indikator komposit dari tiga indikator sektor pembangunan, yaitu pendidikan, keschatan, dan ekonomi, Indikator Kesehatan dipergunakan untuk menentukan hidup sehat dan panjang umur, diukur dengan Angka Harapan Hidup (AHH), dihitung dari Angka Kematian Bayi (AKB). Dengan demikian kesehatan merupakan bagian integral dari kesejahteraan. IPM Indonesia berada di peringkat ke-110 dari 188 negara (UNDP, 2015). Fakta ini menunjukkan makin merosotnya Kualitas hidup manusia Indonesia, Ada lima pondasi Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, SDG) untuk peri de 2015-2030, yaitu manusia (people), planet, Kesejahteraan (prosperity), perdumaian: (peace), dan kemitraan (partnership). SOG memiliki tujuan dan target ambisius, ada 17 tujuan dan 107 target. Tiga SDGs terkait dengan kemiskinan, kelaparan, Ketahanan pangan, peningkatan gizi, serta hidup schat dan kesejahteraan, Tujuan SDG's terkait Kesehatan yaitu tujuan ketiga (13 target): menjamin kehidupan yang. sehat dan_mempromosikan Kesejahteraan untuk semua pada segala usia (United Nations. 2015). Pada tahun 1978, Deklarasi Alma-Ata merekomendasikan perlunya “upaya terkoordinasi {coordinued efforts)’ - tidak hanya sektor kesehatan, tetapi juga melakukan kemitraan dengan sektor lain seperti pertanian, peternakan, makanan, industri, pendidikan, perumahan, pekerjaan umum, komunikasi dan lain-lain untuk mempromosikan kesehatan. Deklarasi tersebut juga meminta negara- negara di dunia untuk bekerja dalam "semangat kemitraan (spirit of partnership)" untuk mencapai ‘ujuan Kesehatan Untuk Semua pada tahun 2000 [Health jor All by the year 2000] (World Health Organisation/ WHO, 1978), Deklarasi Alma Ata menyatakan, Primary Health Care (PHC. pelayanan Kesehatan dasar) merupakan strategi utama untuk pencapaian Kesehatan Bagi semua (Healt For All). PHC secara global telah diakui sebagai pendekaian yang tepal dalam mencapai Kesehatan Untuk Semua, yang untuk Indonesia diformulasikan sebagai visi Indonesia Sehat (1S). [8 dibangun dengan 3 (tiga) pilar, yaitu lingkungan schat, perilaku schat, dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, merata, dan terjangkau oleh seluruh masyarakat. Visi promosi kesehatan adalah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), Selanjuinya Piagam Ottawa (WHO, 1986) menyiratkan perlunya kemitraan dalam promosi Kesehatan. Piagam tersebut merekomendasikan 9 (sembilan) prasyarat Kesehatan meliputi: perdamsian, tempat tinggal, makanan, pendspatan, ekosistem yang stabil, sumber daya berkelanjutan, pendidikan, keadilan sosial keadilan. Implikasi prasyarat tersebut adalah bahwa mempromosikan kesehatan memerlukan inisiatif bersama dari berbagai aktor. Piagam tersebut menjadi acuan kemitraan dalam mengikutsertakan sektor selain kesehatan dari lima area tindakan: membangun kebijakan publik yang sehat (building healihy public policy), menciptakan lingkungan pendukung (creating supporting environments), memperkuat aksi masyarakat (strengthening community action), mengembangkan keterampilan pribadi (developing personal skills) dan reorientesi layanan kesehatan (reorienting health services). Dalam membangun kebijakan publik yang sehat, Piagam Ottawa meminta agar melakukan kemiiraan dengan pembuat kebijakan di semua sekior, bukan hanya Kesehatan. Dalam menciptakan lingkungan yang mendukung. menggambarkan adanya keterkaitan Kkehidupan dan_mendorong “pemeliharaan timbal balik (reciprocal maintenance)” yang dibutuhkan dari negera, wilayah dan masyarakal untuk saling menjaga, Komunitas dan lingkungan alam. Penguatan aksi masyarakat terselenggara dengan melakukan kemitraan dengan masyarakat setempst. Mengembangkan keterampilan pribadi dilakukan melalui upaya kolektif institusi pendidikan, profesional, komersial dan kader kesehatan serta perlu difasilitasi i sekolah, rumah, tempat kerja dan lingkungan masyarakat. Dalam fingkup reorientasi layanan Kesehatan, Piagam Otiawa menyatakan: "Tanggung jawab untuk promosi kesehatan pada layanan kesehatan didistribusikan diantara individu. kelompok masyarakat, profesional kesehatan, institusi layanan Kesehatan dan pemerintah, Mereka harus bekerja sama menuju sistem perawatan Kesehatan yang berkontribusi dalam mengejar keschatan." Gerakan IS perlu melakukan kemitrean dalam promosi kesehatan, Misalnya, Kota Sehat, sektor perencanaan kota, perumahan, pendidikan dan pelayanan sosial melakukan Kemitraan untuk memperbaiki kesehatan masyarakat, Jaringan nasional dan regional Kota Sehat mempercepat diseminasi_pendekatan kemitraan, sebagai contoh kolaborasi dan kemitraan yang kompleks (WHO. 1997b). Di tingkat internasional, kemitraan tersedia untuk berbagai (ujuan termasuk penelitian, pelatihan dan advokasi Pentingnya kemitraan diperkuat oleh WHO pada konferensi internasional Promosi Kesehatan yang ke-4 di Jakarta (1997), yang menetapkan tema “The New Players for The New Era”, menegaskan perlunya Kkemitraan yang lebih erat, dengan menghilangkan sekat-sekat penghambat serta mengembangkan mitra baru antar berbagai sektor di semua tingkatan pemerintahan dan semua lapisan masyarakat. Menurut Kiekbusch N (1997) ada lima sektor kunei kemitraan, yaitu : warga negara, 2 konsumen, LSM; industri pelayanan kesehatan (health care industry), penyedia layanen (publik dan swasia), onganisasi profesi; komunitas ilmizh keschatan masyarakat; pembuat kebijakan, anggota parlemen; sektor swasta, industri gaya hidup, rekreasi, dan pariwisata, Pada tahun 1993 Majelis Kesehatan Dunia meminta WHO untuk memobilisasi dan mendorong. Gukungan semua mitra dalam pembangunan Kesehatan, termasuk organisasi non-pemerintah dan titusi sektor swasta, dalam implementasi strategi nasional Kesehatan Untuk Semua. Tujuan WHO membangun kemitraan: Mendorong industri untuk mematuhi prinsip Kesehatan Untuk Semua; Memtfasilitasi akses univers terhadap obat-obaten dan layanan Kesehatan esensial, Mempercepat penelitian dan pengembangan di bidang vaksin, diagnosa, dan obat untuk penyakit yang terbengkalais Meneegah kematian dini, morbiditas, dan kecacatan dengan memberikan perhatian khusus pada kebijakan dan perubahan perilaku; Mendorong industri untuk mengembangkan produk dengan cara yang kurang berbahaya bagi pekerja dan lingkungan; Memperoleh pengetahuan dan keahlian dari sektor komersial; Meningkatkan citra WHO di antara daerah pemilihan yang biasanya bermusuhan. Pengertian promosi keschatan disempurnakan oleh WHO (2005) pada Bangkok Charter for Health Promotion ina Globalized World sebagai "Health promotion iy the process of enabling people to increase control over their health and its determinants, and thereby improve their health (Promosi Kesehatan adalah proses memampukan orang untuk meningkatkan Kendali atas determinan Kesehatan dan dengan demikian dapat meningkatkan kesehatan).” Definisi promosi kesehatan tersebut telah iadopsi secara universal. Pengertian ini mengandung proses dan tyjuan pemberdayzan diti (self empowerment). Dengan demikian esensi promosi kesehatan adalah pemberdayaan agar mampu memelihara dan meningkatkan Kesehatan, dengan partisipasi sebagai unsur pokoknya untuk mempertahankan tindakan promosi kesehatan. Secara luas pengertian promosi kesehatan merupakan proses sosial dan politik yang komprehensif, tidak hanya mencakup tindakan yang diarahkan untuk memperkuat keterampilan dan kemampuan individu, tetapi juga tindakan diarahkan menuju perubahan kondisi sosial, lingkungan, dan ekonomi sebingga dapat meringankan dampaknya terhadap Sementara itu, WHO (1998) mendefinisikan pemberdayaan sebagai *.....a process dhrough which people gain greater control over decisions and actions affecting their health (suatu. proses orang memperoleh kendali lebih besar atas Keputusan dan tindakan yang memengaruhi kesehatan mereka)’. Sedangkan menurut Pemerintah Republik Indonesia dan UNICEF (1999) pemberdayaan masy wakat adslah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif’ untuk meningketkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektor maupun LSM dan tokoh masyarakat 3 Kemitraan untuk promosi kesehatan didefiniskan oleh WHO (1998) sebagai kesepakatan sukarela antara dua atau lebih mitra untuk bekerja sama untuk serangkaian hasil kesehatan bersama [a purinership for health promotion is a voluntary agreement between two or more partners to work cooperatively towards a set of shared health outcomes]. Departemen Kesehatan (2003) mendefinisikan pengertian kemitraan sebagai hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih, berdusarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntunghan (memberi manfuat) untuk meneapai tujuan bersama berdasarkan alas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing. Kemitraan metupakan salah satu strategi promosi Kesehatan, selain advokasi kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat (Kementerian Kesehatan, 2011) JAUAN TEORITIS Pada setiap tingkat upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan, intervensi kemitraan_ muncul sebagai upaya sentral. Kemitraan dipandang penting dalam promosi Kesehatan, karena nilai lapangan pada cara kerja partisipatif, dan kemitraan dipandang penting untuk menghubungkan sumber daya antar sektor (Corbin JH, 2006). Kemitraen juga banyak diterapkan dalam kesehatan masyarakat pada umumnya (Reich, 2002), dalam pelayanan keschatan (Gallant, Beaulieu, & Camevale, 2002), dalam pemecahan masalah masyarakat (Lasker, Weiss, & Miller, 2001), dalam penelitian (Israel etal., 1998; Larson, 2003), dalam bisnis (Liedtka, 1998) dan manajemen sumber daya manusia (Knell, 1999). Lembaga interns nal seperti World Health Organization dan Bank Dunia secara agresif telah mempromosikan kemitraan intemasional sebagai kunci untuk memecahkan masalah kemiskinan dan Kesehatan yang buruk (World Bunk, 1993; World Health Organisation, 1986, 1997a, 2000, 2005). Sebagai hasil dari keyakinan tentang pentingnya kemitraan sebagai cara bekerja, telah ada investasi yang signifikan oleh pemerintah, yayasan, organisasi non-pemerintah (LSM) untuk menciptakan dan mendanai inisiatif yang mengikutsertakan beragam orang dan organisasi yang bekerja sama (Bazzoli et al. 1997; Israel, Schulz, Parker. & Becker, 1998; Lasker. Weiss & Miller, 2001: Mitchell & Shortell, 2000; Wandersman, Goodman & Butterfoss, 1997; Zuckerman, Kaluzny, & Ricketts, 1995). Secara signifikan, banyak institusi pendanaan publik dan swasta memerlukan proyek yang mereka dukung untuk mengikut sertakan kemitraan dengan organisasi lain (Lasker. Weiss, & Miller, 2001: Wandersman, Goodman, & Butterfoss, 1997), Kemitraan publik-swasta (public-private partnerships) dalam sistem pelayanan keschatan diharapkan dapat memecahkan kegagalan dan inefisiensi dengan meneiptakan inovasi baru (Lob-Levyt, 2001). Kemitraan dalam pelayanan kemanusigan dipandang sebagai kunci untuk memecahkan masalah tunawisma dan Kekerasan keluarga [Homelessness and family violence] (Dluhy, 1990). Kemitraan dalam pelayanan Kesehatan dan kerja sosial mengarah pada pemberdayaan klien dan 4 pasion (Gallant et al. 2002; Sheppard, 2001). Dalam pengelolaan sumber daya manusia, kemitraan dihorapkan menghasilkan komitmen pegawai yang lebih tinggi; kesediaan yang lebih besar untuk berkontribusi pada organisasi, ketidakhadiran, mangkir dan konflik yang lebih rendah, serta kinerja yang lebih baik (Guest & Peccei, 2001), Pada umumnya, manfiat kemitraan diharapkan dapat: meningkatkan kemampuan untuk mengumpulkan, meningkaikan dan mendistribusikan sumber daya manusia dan kevangan; pertukaran informasi yang lebih baik, peningkatan kekuatan, kredibilitas dan pengakuan; penurunan redundansi (berlebih-lebihan) upaya: mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan komplementer; dan kemampuan yang lebih besar untuk bekerja secara holistik dan inovasi yang lebih baik (Japhet & Hulme, 2004; Diuhy, 1990; Scriven, 1998: Brinkerhoff, 2002d). Meskipun ada konsensus mengenai utilitas dan nilai kerja dalam kemitraan yang tercermin dati Seruian universal untuk kemitraan, namun belum ada kesepakatan tentang arti sebenamya dari istilah tersebut. Guest dan Peccei (2001) mencatat: "Kemitraan adalah gagasan yang dengannya seseorang dapat menyetujui, tanpa mengetahui apa yang mereka setujui’. Banyak komentator berpendapat bahwa tidak ada definisi kemitraan yang diterima secara universal (Wildridge. Childs, Cawthra, & Madge, 2004: Buse & Walt, 2002; Huxham, 2003: Richter. 2004; Widdus, 2003). Kemitraan telah diuji oleh peneliti dari berbagai disiplin ilmu, paradigma penclitian dan perspektif teoretis (Huxham, 2003), Sementara orang memperoleh keragaman pengalaman dan keahlian untuk memperkuat basis pengetahuan tentang kemitraan (Lasker & Weiss, 2003). Sebaliknya, upaya penelitian tetap terftagmentasi (1 Ansari, Phillips, & Hammick, 2001; Hardy, Phillips, & Lawrence, 2003; Huxham, 2003, John-Steiner, Weber & Minnis, 1998; Larson, 2003; Lasker & Weiss. 2003). Dalam literatur dan praktik, istilah kemitraan telah digunakan untuk menggambarkan sejumtah pengaturan kerja termasuk komunikasi, konsultasi, koordinasi dan kolaborasi (Widdus, 2003; Huxham, 2003: Wildridge et sl, 2004), Dalam bidang pelayanan kesehatan, kerja sosial dan manajemen sumber daya manusia, Kemitraan dipahami sebagai hubungan interpersonal, Pergeseran paredigma dalam Kemitraan mencerminkan pergerakan dari arus informasi satu arah dari praktisi ke Klien pada dinamika yang lebih memberdayakan (Munto et al., 2000; Gallant et al. 2002: Sheppard, 2002; Guest & Pece 2001: Knell, 1999), Dalam pelayanan Kesehatan, klien diangeap memiliki keahlian penting tentang kehidupan mereka sendiri dan para provider mendampingi mereka untuk mendidik, memfasilitasi dan mendukung mereka dalam memperbaiki kesehatan (Munro ct al., 2000). Sheppard (2001) mendefinisikan kemitraan antara pekerja sosial dan klie dengan menjelaskan “masing-masing mitra dipandau memiliki sesuatu untuk disumbangkan, kekuasaan dibagi, keputusan dlibuat bersama-sam, peran tidak hanya dihermati tetapi juga didukung oleh hak hukum dan moral" Konsep kemitraan dalam sumber daya manusia mengikutsertakan manajemen organisasi yang bekeria sama dengan pegawai, Dasamya adalah bahwa kemitraan di tempat kerja dapat membentuk 5 komitmen bersama terhadap kesuksesan, membangun kepercayaan, menangani masalah keamenan dan fleksibilitas, memungkinkan berbagi kesuksesan, menjadi sarana untuk member! informasi dan konsultasi kepada staf dan dapat memberi suara dan perwakilan bagi pegawai (Guest & Peccei, 2001; Knell, 1999), Di dang lain, kemitraan dilihat sebagai struktur yang lebih kompleks. Literatur ekonomi mengkonseptualisasikan kemitraan sebagei hubungan antara (paling umum) pemerintah dan industri swasta, Ada pertukaran sepanjang garis risiko versus tangpung jawab (Torres dan Pin, 2001; Taylor & Blair, 2002), Tujuan utama kemitraan dari perspektif ckonomi adalah peningkatan efisiensi. Di bidang pembangunan, kemitrean terjadi antara LSM, organisasi berbasis masyarakat (community- haved vrganization'CBO), pemerintah, donor dan sektor swasta. Brinkerhoff (2002d) menggambarkan pandangan ideal tentang kemitraan dalam pembangunan sebagai “hubungan dinamis antara beragam aktor, berdasarkan pada tujuan yang disepakati bersama, yang dicapai melalui pemahaman bersama tentang pembagian kerja yang paling rasional berdasarkan keunggulan komparatif’ masing-masing mitra, Hubungan ini menghasilkan pengaruh timbal balik, dengan keseimbangan antara sinergi dan otonomi masing-masing, yang menggabungkan risa saling menghormati, partisipasi yang setara dalam pengambilan keputusan; akuntabilitas dan transparansi bersama, Dalam promosi Kesehatan, serupa dengan pembangunan, kemitraan dapat terjadi_antara sta (Kickbush & Quick, 1998), Gillies (1998) membedakan antara kemitraan mikro dan makro. Kemitraan mikro bekerja pemerintah, LSM, organisasi berbasis masyarakat, akademisi dan sektor sw: secara longsung terhadap promosi “kesehatan, sedangkan kemitraan makro bertyjuan untuk memengaruhi determinan kesehatan struktural. Meskipun bermanfaat untuk memahami dua tujuan promos! keschatan untuk mempromosikan keschatan secara langsung melalui pensdidikan kesehatan dan mempromosikan kebijakan yang sehat, namun definisi ini tidak mendapat pengakuan bahwa hemiiraan promosi keschatan tidak selalu berustha memengaruhi hasil keyehatan di kedua tingkat tersebut, Karena embiguitas makna kemitraan memungkinkan istilah tersebut digunakan secara tleksibel, Seperti yang dikatakan Knell (1999), "Kemitraan bukan istilah yang mengandung konotasi teoritis atau praktis yang tepat, Inilah fakta yang mungkin membuat kata itu begitu menarik, Sigpa yal bisa melawan kemitraan?”, Konotasi positif dari kemitraan telah menjadikannya "kata kunei (huzzword)" yang, sangat populer dalam berbagai konteks, Namun, ini bukan satu-satunya kata yang digunakan untuk menggambarkan pengaturan kerja kolektif, Istilah lain, yang sering digunakan secara bergantian, adalah aliansi, jaringan, konsorsium, asosiasi, koalisi, Beberapa penulis memilih untuk memperlakukan kata-kata ini secara sinonim (Dowling et al, 2004), Scriven (1998) misalnya menggunakan istilah “aliansi schat (healthy alliance)" untuk mencakup istilah lain seperti kolaboratif atau kemittaan antar-lembaga (interagency partnership). Dia menulis semua istilah ini mengacu pada seperangkat struktur yang sama yang dapat didefinisikan 6 sebagai kemitraan organisasi dan/atau individu yang memiliki tujuan bersama untuk memberdayakan individu atau masyarakat untuk meningkatkan kendali dan memperbaiki kesehatan, Aliansi sehat dapat beroperasi pada tingkat yang berbeda termasuk masyarakal, kabupaten/kota, provinsi, nasional dan intemasional”. Weiss, Anderson dan Lasker (2002) menggunakan istilah kemitraan "untuk mencakup semua jenis kolaborasi (misal, konsorsium, koalisi dan aliansi) yang membewa orang dan organisasi bersama untuk memperbaiki kesehatan", Penulis lain membedakan antara istilah ini. Dluhy. (1990), misalnya, mendefinisikan sebuah kealisi sebagai "keterbatasan waktu organisasi di mana ada Konvergensi kepentingan dari sejumlah aktor, baik individu maupun organisasi, dan interaksi seputar melanjutkan kepentingan bersama”, Dalam pandangannya, membangun jatingan adalah bagian dari Konsiruksi Koalisi, Karena sebuah “jaringan adalah kelompok profesional yang digabungkan secara lonygor, warga masyarakat, lembaga dan organisasi yang bergabung bersama secara berkala seputar masalah tertentu atau karena kebutuhan spesifik dari kelompok klien" Metode lain untuk membedakan kerja kolektif satu sama lain adalah dengan membedakan Kontinum. Alter dan Hage (1993) menggambarkan tiga jenis tingkat kerja antar organisasi. Jaringan kewarganegaraan mengacu pada pertukaran informasi empiris antara mitra organisasi, Jaringan promos! dan pemberdaysan lebih terintegrasi karena mereka bekerja berdasarkan tujuan bersama. Pendekatan yang paling terintegrasi adalah jeringan produksi sistemik, yang melibatkan organisasi tidak hanya datang bersama untuk bekerja namun menghasilkan sesuatu secara bersama Gray (1989) membedakan antara konsep kolaborasi dan koordinasi atau kerjasuma (co- operaiion). Dengan membangun perbedaan yang dibuat olch Mulford dan Rogers, Gray mendefinisikan koordinasi dan kerjasama sebagai pola interaksi statis antar organisasi. "Koordinasi mengacu pada hubungan formal yang dilembagakan diantara jaringan organisasi yang ada, sementara kerja sama ditandai oleh menjual (trade-o/f) informal dan upaya untuk membangun timbal balik tanpa adanya peraturan’ (Mulford dan Rogers cit. Gray, 1989)," Gray (1989) mengemukakan bahwa konsep kemitraan berbeda dari kolaborasi dengan menggambarkan "karakter evolusioner dinamis Dalam menggambarkan kolaborasi dalam sistem pelayanan primer [primary care systems}, Walker (2000) memulai dengan jaringan rujukan pada ujung spekirum yang kurang kompleks, bergeser ke relasional. Kontak, perencanaan bersame, dan penyediaan layanan bersama dan diakhiri dengan aliansi kolaboratif pada akhir yang lebih kompleks. Welker merujuk pada Gray (1989) untuk mendetinisikan visi kerja Kolektif yang paling kompleks sebagai "ustha antar-organisasi untuk mengatasi masalah yang terlalu rumit dan terlalu berlarut-larut untuk diselesaikan dengan tindakan sepihak", Mengingat variabilitas penggunaan istilah-istilah yang berbeda dan kurangnya konsensus tentang bagaimana membedakannya, pendekatan yang lebih pragmatis untuk menentukan kemitraan dibutuhkan, Daripada terjebak dalam semantik, sescorang bisa melewati kebingungan dengan tidak 7 berfokus pada pengaturan Kolektif apa yang disebut tapi apa yang mereka lakukan. Dengan melihat fungsi kemitruan, kita bisa mendapatkan sebuah definisi yang dapat melintasi batas-batas disipliner dan mengatasi hambatan yang sebelumaya telah mencegah menggambar teori bersama-sema, Mengikuti Gray (1989) dan Walker (2000), jenis tindakan kolektif yang diminta dalam promosi Kesehatan berads pada akhir rangkaian (continuum) yang lebih kompleks, Artinya, kemitraan meminta organisasi, pemerintah, dan individu, dll untuk bekerja sama dalam mengatasi masalah yang tidak dapat mereka hadapi sendiri. Kemitraan promosi kesehatan yang sukses memproduksi hasil yang lebih besar daripada jumlah bagiannya, Dalam pelayanan kesehatan dan sosial, pembagian partisipatif akan memproduksi hasil yang lebih baik daripada pendekatan otoriter. Petugas kesehatan atau pekerja I yang mendengarkan Klien dengan perhatian dan rasa hormat memperoleh pemahaman lingkungan, gejala, dukungan, tekanan, dan sebagainya yang lebih baik, yang memengaruhi klien, sehingga memungkinkan pekerja profesional untuk memberikan pelayanan Kesehatan yang lebih baik. Demikian juga, fasilitasi, pendidiken dan dukungan mendorong kepereayaan klien untuk mengekspresikan dirinya secara lebih penuh, dan untuk mengubah perilaku keschatan dengan cara yang positif. Pada akhimya, melalui Kemitraan, kedua belah pihak memperoleh sesuatu yang tidak akan mereka capai secara sendirian (Corbin JH, 2006) Gagasan bahwa kemitraan yang sukses memproduksi hasil yang tidak dapat dicapai oleh salah satu mitra dalam isolasi adalah hal mendasar (Brinkerho!T, 202d; Googins & Rochlin, 2000; Huxham, 2003: Kickbusch & Quick. 1998; Lasker & Weiss. 2003: Lasker, Weiss, & Miller, 2001; Liedika, 1998; Vangen & Huxham, 2003; Wandersman, Goodman, & Butterfoss, 1997; Wei Anderson. & Lasker, 2002; Wildridge, Childs, Cawthra, & Madge, 2004). Istilah ‘sinergi’ sering digunakan untuk menggambarkan interaksi multiplikatif mitra (Ball, Le Ny, & Maginn, 2003: Brinkerhoff, 2002a, 2002, 2002, 2002d: Lasker & Weiss, 2003; Lasker, Weiss, & Miller, 2001 Liedika, 1998; Weiss, Anderson, & Lasker, 2002). Hasil sinergis dapat didefinisikan dalam istilah biologis, seperti yang dijelaskan oleh Corning (1995), "efek yang hanya dapat dihasilkan oleh dua atau lebih bagian komponen, cle men atau individu". Lasker et al. (2001) mendefinisikan sinergi kemitraan (parmership synergy) dengan mengatakan bahwa itu adalah lebih dari sekadar pertukaran sumber daya, Dengan menggabungkan perspektif individu, sumber daya dan keterampilan para mitra, kelompok meneiptakan sesuatu yang baru dan berharga bersama-kescluruhan yang lebih besar datipada jumlah bagian-bagiannya, Sinergi kemitraan disebut dengan nama lain seperti “nilai tambah value-added)" (Berman & Bossert, 2000; BrinkerholT. 2002a, 2002c) atau "keuntungan kolaboratif [collaborarive advamage)" (Huxham, 2003; Lasker, Weiss, & Miller. 2001; Scott & Thurston, 2004; Vangen & Huxham. 2003). Brinkerhoff (2002c) mendefinisikan nilai tambah: "kemitraan secara a keseluruhan menghasitkan lebih dari apa yang akan dihasilkan dari organisasi mitra yang beroperasi secara independen" Huxham (2003) mengatakan tentang keuntungan kolaboratif "sesuatu harus dicapai yang tidak dapat dicapai oleh salah satu organisasi saja’. Bahkan lebih, konsep itu digunakan tapi tidak disebut apa-apa, Googins dan Rochlin (2000), misalnya: "kemitraan menghadirkan Kesempatan untuk meneiptakan sistem yang hebat dan saling menguatkan yang menggabungkan Kemampuan unik dan sumber daya masing-masing pibak untuk memberikan hasil yang melampaui sektor mana pun yang bertindak terpisah." ‘Tidak seperti banyak konsep lain yang terkait dengan Kerja kolaboratif, sinergi tampaknya merupakan istilah terbaik, Karena ini menunjukkan nilai tambah yang lebih besar, namun beberapa nilai yang lebih tinggi dapat diperolch melalui kemitraan yang efektif. Kickbush dan Quick (1998) menyatakan: “kemitraan yang dikelola dengan baik harus mengarah pada sinergi antara mitra dimana 2 ditambah 2 sama dengan 5”. Dari perspektif ini, kemitraan dapat didefinisikan sebagai pengaturan Kerja bersama yang bertujuan untuk memproduksi hasil yang sinergis; dengan tujuan untuk berfungsi pada urutan yang lebih tinggi daripada kemampuan mitra satu sama lain. Nilai dari definisi ini adalah penekanan pada fungsi, proses, dan hasil kemitraan daripada pada bentuk kemitragn, Kemitraan fungsional (partnership functioning) - Wandersman, Goodman dan Butterfoss (1997) mengkonseptualisasikan “aliansi kerja sinergis (synergistic working alliances)" sebagai kerangka kerja organisasi, mengubah sumber daya menjadi proses dan hasil dengan menelusuri input (masukan) throughput [jumlah materi atau barang yang melewati sistem atau proses} dan ouput (keluaran). Mitehell dan Shortell (2000) menyelidiki peran pemerintahan dan kepemimpinan dalam fungsi kemitraan, Broesskamp-Stone (2003) meneliti jaringan antar-organisasi dengan kerangka kerja yang sebagian besar didasarkan pada karya Alter dan Hage (1993). Kerangka kerjanya memungkinkan dilekukannya pemeriksaan terhadap jaringan dalam konteks lingkungan eksternal, yang secara khusus melihat Kendali eksternal jaringan, visinya, peran anggota individu, struktur, proses operasional dan bogaimana dampaknya terhadap dua hasit: efektivitas dan tingkat konflik yang dirasakan, Lasker dan Weiss (2003) merancang sebuah mode! untuk mengevaluasi kemitraan masyarakat yang secara eksplisit mengakui peran sinergi. Model mereka menghubungkan kepemimpinan dan manajemen dan kerakteristik proses hingga hasil proksimal pemberdayaan individu, menjembatani ikatan sosial dan sinergi. Hasil proksimal menghasilkan pemecahan masalah kolaboratif dan keschatan masyarakat. Model mereka telah mendapat dukungan dari peneliti lain (Baker & Collier, 2003; Bruner, 2003; Israel, 2003; Lasker & Weiss, 2003; Plough, 2003). Namun, seperti model lainnya, banyak berasal dari literatur daripada praktil ssangat preskriptif dan lel Kritik terhadap fung emitraan adalah bahwa hal itu tampak bias untuk mendeteksi hasil positif'dan tidak negatif: Dowling et al. (2004) meneliti tidak hanya potensi manfaat kolaborasi tetapi 9 juga biaya, Mereka sebut sebagai sinergi negatif, Kerugian Kolaboratif dan hasil dikurangi nilai. Kemungkinan hasil kerja kemitroan adalah antagoni (2 + 2~3), Misalnya, peningkatan biaya rill dan keterlambatan kinerja, Dari 36 studi. hanya dua biaya potensial untuk kemitraan. Model kemitraan juga Kurang memiliki apresiasi_mendasar terhadap Kompleksitas interaksi- manusia. Mereka menganggap pandangan scurah sebab dan akibat, mengabaikan pengaruh karakteristik yang diberikan silu sama lain. Misalnya, Lasker dan Weiss (2003) menggunakan panah sata arah yang menghubungkan *kepemimpinan dan manajemen” menjadi "karakteristik proses penting " terhadap “pemben an individu" dalam model linier yang bergerak dari kiri ke kanan. Penelitian di bidang manajemen bisnis. Richardson (991) mengingatkan pada kenyataan bahvwa perilaku manajer tidak terlepas dari karakteristik pekerja: produktivitas pekerja dapat berbalik dan memengaruhi gaya kepemimpinan manajer" Model sistem terbuka dari karakteristik organisasi terkait dengan blok pemi liharaan organisasi (Wandersman et al., 1997) menggambarkan kemitraan fungsional sebagai "sistem terbuka" organisasi, me Jompokkan kerangka kerja dalam rangkaian, menjaga clemen subsistem akuisisi sumber daya, pemeliharaan dan produksi, serta pencapaian tujuan ekstemnal dibagi dalam kotek terpisah yang, dihubungkan dengan panah satu arah, Berpandangan bahwa kausalitas dalam sistem kemitraan antar manusia memilikiinteraksi clemen yang lebih kompleks. jika dipahami, dapat_meningkatkan kemampuan untuk menciptakan sinergi dalam kemitraan, Wandersman et al. (1997) membedakan antara subsistem pemeliharaan dan produksi fungsi kemitraan, Dalam subsistem ini, unsur-unsur pening diidentifikasi: kepemimpinan, peraturan formal, peran dan prosedur, proses pengambilan Keputusan dan pemecahan masalah, relasi relawan-staf, pola komunikasi, komitmen keanggotaan dan mobilisasi, kegiatan sasaran dan kegiatan pemeliharan. Sistem kemitraan interaktif - Model Wandersman et al. (1997), ada dua masukan kemitraan: sumber days anggota dan sumber daya eksternal, Kedua masukan ini bergerak melalui dua subsistem throughput yang verpisah: pemeliharaan dan produksi. Proses ini kemudian menghasilkan keluaran sebagai pencapaian tujuan eksternal, Dua altematif’sesuai dengan model: jika throughput tidak efektif dan/atau jika tujuan tidak tercapai, organisasi akan menjadi tidak aktif atau sebaliknya, jika ‘hroughput efektif dan tujuan diperolch produk kemitraan masuk ke putaran yang lebih besar dengan menyediakan masukan schingga modelnya berputar. Di sisi lai . fungsi kemitraan juga digambarkan oleh beberapa orang sebagai pengertian yang hurang jelas (Mitchell & Shortell. 2000: L. Walker, Moodie, & Herman, 2004; Wandersman, Goodman, & Butterfoss, 1997), Pengaturan kerjasama memiliki potensi untuk menarik sumber daya, menjadi frustrasi dengan proses pembangunan konsensus yang memakan waktu lama. Mitra harus mengkompromikan posisi atau kredibilitas mereka sebagai akibat keputusan kelompok, mereka dapat 10 mengalami kebilangan kontrol, dan akuntabilitas menjadi kabur (Dluhy, 1990; Japhet & Hulme, 2004; Dowling et al. 2004). Proses positif mengarah pada manfaat ini, sementara proses negatif dapat mengakibaikan hasil negatif. Menunjukkan bahwa kemitraan tidak seluruhnya positif atau negatif. Gambar 1: Kerangka kerja kemitraan fungsional sistem terbuka dari karakter terkait dengan blok pemeliharaan organisasi Input }————>} Throughput Output 4 + - Akuisisi Subsistem Subsistem Pencapaian Sumber Daya: Pemeliharaan: Produksi Tujuan ¥ eksternal: . Sumber a. Steuktur 2, Strategi aksi; anggota mitra: |_| pengendalian |_|] e Rekam jejak | organi . Kesuksesan: | b. Komitmen b. Kegiatan . Sumber anggota dan pemeliharaan ceksteral, mobilisasi internal d. Peneapaian sumber da tujuan awal. Organisasi tetap AKTIF Organisasi menjadi INAKTIF. LINGKUNGAN Sumber: Wandersman A, Goodman RM & Butterfoss F (1997) Understanding Coalitions and How They Operate; An "Open Systems" Organizational Framework. In M. Minkler (Ed.), Community Organizing and Community Building for Health (pp. 261-277), New Brunswick. Nudes Rutgers University Press IL PENELITIAN KEMITRAAN FUNGSIONAL Penelitian Corbin JH (2006) mengidentifikasi unsur masukan, proses dan keluaran, serta interaksi antara unsur-unsur pada Global Programme for Health Promotion Effectiveness (GPMPE). Tiga masukan diidentifikasi: masalah kemitraan, sumber daya mitra dan sumber daya keuangan, Proses kemitraan meliputi: kepemimpinan, interaksi masukan, peran dan prosedur dan komunikasi. ret Unsur-unsur ini berkontribusi pada konteks kemitraan dimana kegiatan pemeliharaan dan produksi berlangsung. Bergantung pada bagaimana elemen-clemen ini berinteraksi, interaksi positif dan/atau negatif diciptakun yang membentuk konteks kemitraan, Tiga jenis keluaran diidentifikasi sebagai hasil interaksi masukan kemitraan: keluaran aditf, sinergi dan antagonis. Melode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Pengumpuan data adalah kombinasi aniara dokumen dan data wawancara. Dokumen pada awal program dianalisis dan 20 informan diwawancarai, Wawancara berlangsung antara 30 menit dan 3 jam (selesai dalam beberapa sesi). Panduan wawancara semi-terstruktur digunakan selama wavaneara dan dimodifikasi sesuai kebutuhan selama pengumpulan data, Wawancara kebanyakan di kukan melalui telepon dan direkam untuk transkripsi. Data dianalisis untuk menjawab tujuan penelitian: 1) Mengidentifikasi elemen penting masukan, proses dan keluaran dalam kemitran fungsional promosi kesehatan global; dan 2) Mengidentifikasi dampak dari masukan, proses dan keluaran satu sama lain dalam memfungsikan kemitraan promosi kesehatan global. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi yang signifikan antara elemen kemitraan Masukan secara langsung memengaruhi fungsi kemitraan dengan menyediakan bahan-bahan penting yang dibutuhkan atau memberikan kontribusi hambatan, Masukan juga bisa saling memengaruhi dengan merekrut lebih banyak Sumber daya untuk kemitraan, Masukan dapat dipengaruhi oleh fungsi kemitraan dan juga dipengaruhi oleh keluaran kemitraan. Proses kemitraan dipengaruhi oleh masukan, serta interaksi elemen dalam konteks kemitraan, Proses juga bisa dipengaruhi oleh keluaran sinergis, dan antagonistik. Keluaran dipengaruhi oleh kontvibusi wisukan dan proses kemitraan melalui produksi Penclitian menyimpulkan bahwa model interaksi kemitraan fungsional (interaction model of parinership functioning) ditamuskan berdasarkan temuan penelitian, seperti disajikan pada Gambar 2. 2 Gambar 2. Modul Interaksi Kemitraan Fungsional ee urTeuT + 2 appt PARTNER Fesuirs RESOURCES. PARTNERSHID CONTEXT [ MAINTENANCE TASKS PRODUCTION FINANCIAL RescuRces THE ENVIRONMENT RESULTS Sumber : Corbin JH (2006). Interactive processes in global partnership: a case study of the global programme for health promotion effectiveness, IUHPE Research Report Seri International Union for Health Promotion and Education, 1(1): 1-70. Masukan : Tiga kategori masukan utama: sumber daya mitra, sumber keuangan dan masalah Kemitraan, Masukan ini masing-masing memiliki pengaruh signi ‘an tethadap berfungsinya Kemitraan, Masukan memiliki efek tertentu pada satu sama lain. Misalnya, semakin mendesak imasalah, partisipasi sukarela dapat dihasilkan, semakin sedikit sumber daya keuangan yang dibutubkan. At sebaliknya, semakin banyak sumber keuangan, semakin banyak mitra tertarik untuk berpartisipasi, semakin mau mengerjakan topik yang mendesak. Dua kategori sumber daya mitra: masukan dari masing-masing mitra dan masukan dari mitra organisasi. Mitra individu menyumbangkan semangat, waktu. dan pekerjaan yang relevan dilakukan. Mitra organisasi menyumbangkan waktu kerja, ruang pertemuan, keahlian, koneksi politik dan keuangan, Sumber daya mitra sangat penting untuk memfungsikan kemitraan, Selain waktu, mitra juga menyumbangkan koneksi pribadi. Anggota dapat terhubung secara pribadi dengan organisasi yang dapat menyediakan sumber daya atau dapat tethubung secara pribadi dengan orang lain yang dapat berkontribusi dalam kemitraan, Sumber daya keuangan memainkan peran penting. dengan meminta mitra untuk memobilisasi sumber daya. Pada tahap awal, sumber daya dapat memungkinkan atau menghambat pengembangan awal kemitraan. Dalam fase kerja, sumber daya keuangan memungkinkan produksi dengan mendanai pekerjean Khusus secara langsung. Sumber daya keuengan 2 dapat menyediakan kerangka kerja untuk pelayanan yang tidak terselenggara jika pekerjaan dilakukan nd secara Memiliki sumber daya yang diperlukan untuk implementasi dan pengembangan yang tepat waktu, penting jika kemitraan akan memaksimalkan komitmen dan momentum ketertarikan. Seiring kemitraan berlangsung, sumber daya dapat mendukung produksi secara langsung dengan mendanai dan mengerjakan produk dan proyek. Pendanaan juga dapat merancang produksi dengan ‘menyediakan Kerangka kerja pelayanan, Masalah kemitraan ~ Mengacu pada dorongan ekstemal untuk penciptaan kemitraan, Masalah perla dipertimbangkan sebagai masukan karena: (1) masalah mendahului kemitraan, (2) tidak hanya mitra tapi banyak aktor lain yang sangat tertarik dalam menangani masalah, dan (3) Masalah menstimulasi penawaran sumber daya (seperti inspitasi dan komitmen) dan menghadirkan tantangan. Masalah yang memotivasi terciptanya kemitraan adalah kurangnya bukti yang memadai untuk elektivitas promosi kesehatan, dan bukti yang tersedia tidak disajikan dengan baik kepada mereka yang membutuhkan data untuk mendukung pengambilan keputusan, Masalah adalah penting karena berdampak pada fungsi kemitraan dalam beberapa cara, Masalah berfungsi sebagai sumber motivasi dan inspirasi untuk kemitraan, Masalah meneiptakan urgensi. Masalah juga menghadirkan tantangan yang menyulitkan fungsi kemitraan, Proses kemitraan - Mengacu pada ba ian chroughput dari sistem kemitraan, Input masuk ke dalam proses dan kemudian keluar sebagai keluaran (lihat Gambar 2). Dalam proses kemitraan, dua kategori aktivitas diidentifikasi: tugas pemeliharaan dan tugas produksi. Konteks ini bisa menjadi kuat dengan [op (lingkaran) interaksi positif atau bisa lemah dengan putaran interaksi negat dimulai deng: clemen penting dari fungsi kemitraan yang berkontribusi secara positif dan negatif terhadap konteks f. Bagian ini n menentukan perbedaan antara tugas pemeliharaan dan produksi; dan mengeksplorasi Kemitraan. Jenis teas, meliputi: tugas pemeliharaan dan tugas produksi. Tugas pemeliharaan inengikut sertakan Kegiatan operasional yang berkontribusi dalam mempertahankan kemitraan, seperti menulis kerangka acuan atau penyediaan logistik. Tugas produksi mengikut sertakan pekerjaan yang berhubungan langsung dengan masalah yang ditangani dalam kemitraan, Kepemimpinan dan interaksi positif’- Kepemimpinan memiliki kemampuan untuk membangun Aonteks kemitraan. Unsurunsur penting kepemimpinan yang menciptakan interaksi positif dalam kemitraan meliputi: kemampuan profesional dan nilai-nilai baik yang menginspirasi Kepercayaan; kemampuan untuk memusatkan perhatian pada tgas; keinginan untuk meningkatkan dan mewujudkan keterbukaan, kepercayaan, otonomi dan kesabaran untuk bekerja dengan beragam mitra: Keterampilan untuk menyelesaikan Konflik: dan tingkat pragmatisme. Aspek penting dari Kepemimpinun positif adalah bahwa para mitra menghormati pemimpin. Kemitraan bukan hanya sekedar orang tapi juga diselenggarakan oleh dan bermitra dengan organisasi, kepemimpinan bukan 14 hanya pemimpin individu juga organisasi pelaksana. Atribut terakhir dari kepemimpinan adalah tingkat pragmatisme. Pemimpin harus mengetahui masalah apa yang harus didiskusikan dengan semua mitra don mengenali kapan masukan mereka tidak diperlukan, Semua mitra akan memutuskan segalanya, namun kadang-kadang berkonsultasi dengan kelompok mitra yang lebih kecil. Dengan mendorony konteks keterbukaan, kepercaysan, otonomi dan kesabaran, pemimpin dapat menciptakan “panggung” untuk kerja kemitrasn yang positif, Pemimpin juga mendorong suasana positif dengan menghormati keragaman dan mengalasi ketegangan konflik. Selain itu, seorang pemimpin juga perlu bersikap pragmatis dan tahu kapan harus melibatkan kelompok penuh atau mengambil keputusan tingkat rendah dengan kelompok aang lebih kecil. Dengan cara ini, kepemimpinan dapat memengaruhi proses dalam kemitraan, Namun, juga’ menunjukkan bahwa hubungan ini tidak Ketat. Bergantung pada masukon, Karakteristik mitra, sumber keuangan dan masalah yang menyatukan kemitraan, gaya kepemimpinan yang dibutukkan berbeda. Peran formal «dan prosedur jnteraksi positif - Pembentukan kontcks kemitraan dalam hal peran dan prosedur formal Menunjukkan bahwa_ me: ki tingkat struktur terientu berdampak positif terhadap kemitraan, Menanganipengaruh positif lingkungan, termasuk formalisasi peran: penetapan tujuan: dan akuntabilitas internal dan eksternal Komunikasi dan interaksi positif - Komunikasi adalah media dimana pertukaran terjadi falam statu kemitraan. Agar kemitraan menciptakan konteks positif, komunikasi perlu dilakukan secara Sengaja. sering, dan mudah dikenali dan harus memfasilitesi pertukeran. Dalam GPHPE, komunikasi berlangsung melalui email, buletin, publikasi, melalui telepon, telekonferensi dan pertemuan tatap moka, Komunikasi merupakan saluran kerja dalam kemitraan, Komunikasi personal yang beragam dan sibuk bisa menjadi tantangan, Namun, usaha harus dilakukan untuk meningkatkan komunikasi positif. Jenis komunikasi yang paling positif adalah pertemuan tatup muka. Lingkaran positi- Kepemimpinan, masukan. peran, prosedur dan komunikasi adalah beberapa clemen penting dari kemitraan, Jika elemen-elemen penting ini dimaksimalkan. menciptakan konteks positif, Konteks posititnya adalah sistem dimana elemen terus berinteraksi. Kepemimpinan membentuk jenis masukan yang direkrut, jenis peran dan prosedur yang dibutuhkan dan suasana di mana komunikasi terjadi. Masukan menentukan jenis kepemimpinan yang dibutuhkan, peran dan prosedur yang tepat dan cara terbaik untuk berkomunikasi. Peran dan prosedur menunjukkan siapa pe impinnya, bagaimana masukan dimasukkan ke tempat kerja dan waktu, frekuensi dan mekenisme untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah media dimana pimpinan memimpin, bagaimana masukan berinteraksi dan bagaimana perannya, dan prosedur diformalkan, Sclanjutnya, elemen umpan balik sistent saling membuat Lingkaran interaksi. Elemen positif berinteraksi mendorong dan memperkuat interaksi dan elemen positif lainnya. Dengan demikian, lingkaran interaksi positif tercipta dalam 15, konteks kemitraan. Lingkaran interaksi negatif - Elemen dalam kemitraan saling berinteraksi untuk menciptakan Konteks kemitraan. Elemen dan interaksi cenderung menguatkan aiau menghambat satu sama lain Lingkaran memfasilitasi interaksi positif dicksplorasi. Elemen negatif dan interaksi akan dieksplorasi untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana mereka menghasilkan konteks kemitraan negatif, Empat kategori elemen kritis: Kepemimpinan, interaksi masukan, peran dan prosedur formal, serta komunikasi Keluaran - ‘Tiga jenis Keluaran kemitraan, yaitu keluaran aditif, sinergis dan antagonis, Keluaran aditif adalah hasil yang sama sekali tidak disempurnakan oleh interaksi kemitraan. Keluaran adilif seeara matematis. persamaannya adalah 2 + 2 4, Masukan tidak berubah oleh throughput sehingga keluaran tidak berubah, Dengan kata lain, mitra tidak memperoleh apa-apa dari interaksi. Keluaran sinergis - Sinergi adalah gabungan masukan melalui interaksi yang memproduksi hasil yang tidak dapat dihasilkan oleh masukan secara terpisah. Secara matematis dinyatakan 2 + 2 = 5. Keluaran antagoni ~ Terjadi ketika interaksi kemitraan memiliki efek pengosongan (draining effect). Keluaran antagonis seeara substansial kurang dari apa yang akan dihasilkan masuikan tanpa proses kemitraan, Sebagai persamaan matematika antagonis dipresentasikkan sebagai 2 +2 = 3. Artinya, ada sesuatu yang hilang dalam prosesnya. Dengan adanya masukan kemitraan, proses yang menghasilkan antagonis akan membuang waktu (masukan mitra) atau wang (masukan keuangan), Seringkali keluaran antagonis bermanifestasi tanpa keluaran sama sekali IV.PENUTUP DAN SIMPULAN Kesehatan merupakan bagian integral dari kesejahteraan. Salah satu fondasi dari lima pondasi SDG adalah kemitraan. Upaya kemitraan telah dicanangkan sejak Deklarasi Alma-Ata (1978) - merekomendasikan petlunya upaya terkoordinasi tidak hanya sektor keschatan. Selanjutnya Piagam Ottawa (WHO, 1986) menyiratkan perlunya kemitraan dalam mengikutseriakan mitra. Pentingnya kemitraan diperkuat oleh WHO pada konferensi intemasional Promosi Kesehatan yang ke-4 di Jakarta pada tahun 1997, Ada lima sektor ku i Kemitraan. yaitu : warga negara, konsumen, LSM: industri perawatan keschatan, penyedia layanan, organisasi profesi: komunitas kesehatan masyarakav/ilmiah; pembuat kebijakan, anggota parlemen; Komunikasi sektor swasta, industri gaya hhidup, rekreasi, dan pariwisata Kemitraan merupakan salah satu strategi promosi kesehatan, selain advokasi kesehatan, dan pemberdayaan mai arakat. Pada setiap upaya promosi kesehatan, kemitraan merupakan upaya sentral. Kemitraan dipandang penting dalam promosi kesehatan, karena adanya nilai kerja partisipatif dan menghubungkan sumber daya antar sektor, Kemitraan diterapkan dalam keschatan masyarakat, 16 pelayanan Kesehatan, pemecahan masalah masyarakat, bisnis dan manajemen sumber daya manusia, memecahkan masalah_ kemiskinan, dan penelitian, Manfaat kemitraan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan untuk meningkatkan dan mendistribusikan sumber daya manusia dan keuangan; pertukaran informasi yang lebih baik, peningkatan kekuatan, kredibilitas dan pengakuan: Penurunan redundansi usaha; bergabungnya keterampilan dan pengetahuan komplementer; dan kemampuan yang lebih besar untuk bekerja secara holistik dan inovasi yang lebih baik. Istilah kemitraan digunakan untuk menggambarkan sejumlah pengaturan kerja termasuk komunikasi, konsultasi, koordi i dan Kolaborasi. Dalam pelayanan Kesehatan, kerja sosial dan manajemen sumber daya manusii, kemitraan dipahami sebagai hubungan interpersonal. Konsep Kemitraan dalam sumber daya manusia sebagai mengikutsertakan manajemen organisasi yang bekerja sama dengan peyawwai. Dalam bidang ekonomi, kemitraan sebagai hubungan antara pemerintah dan industri swasta, dan pertukaran sepanjang garis risiko versus tanggung jawab. Di bidang pembangunan, kemitraan terjadi antara LSM, organisasi berbasis masyarakat, pemerintah, donor dan sektor swasta. Pandangan ideal tentang kemitraan adalah sebagai hubungan dinamis antara beragam aktor, herdasarkan pada tujuan yang disepakati bersuma, yang dicapai melalui pemahaman bersama tentang pembagian kerja yang paling rasional berdasarkan Keungeulan komparatif masing-masing mitra. Dalam promosi kesehatan, kemitraan dapat terjadi antara pemerintah, LSM, onganisasi berbasis masyarakat, akademisi dan sektor swasta. Membedakan antara kemitraan mikro dan makro, Kemitraan mikro bekerja secara langsung terhadap promosi keschatan, sedangkan kemitraan makro bertujuan untuk memengaruhi determinan keschatan struktural, Istilah lain kemiraan adalah aliansi, jaringan, konsorsium, asosiasi. koalisi Kemitraan fungsional mengkonseptualisasikan aliansi kerja sinergis sebagai kerangka kerja organisasi, mengubah sumber daya melalui proses dan keluaran. Model sistem terbuka dari Karakteristik organisasi terkait dengan blok pemeliharsan organisasi menggambarkan kemitraan ‘ungsional sebagai sistem terbuka organisasi, mengelompokkan kerangke kerja dalam rangkaian, menjaga elemen subsistem akuisisi sumber daya, pemeliharaan dan produiksi, serta pencapaian tujuan eksternal dibagi dalam kotak terpisah yang dihubungkan dengan panah satu arah. Jnput masuk ke Galam proses dan kemudian keluar sebagai output. Jenis tugas, meliputi: tugas pemeliharaan dan tugas produksi. Masukan utama adalah sumber daya mitra, sumber kcuangan dan masalah kemitraan. Sumber daya, meliputi wakiu, Masalah kemitraan mengacu pada dorongan ekstetnal untuk penciptaan Kemitraan. Proses kemitraan mengacu pada bagian ¢hrowghpur dati sistem kemitraan Kepemimpinan memiliki kemampuan untuk membangun konteks kemitraan, Unsur-unsur peating kepemimpinan meliputi: kemampuan profesional dan nilaisnilai baik yang menginspirasi Kepereayean: kemampuan untuk memusatkan pethatian pada tugas; keinginan untuk meningkatkan v7 dan mewujudkan keterbukaan, kepercayaan, otonor jan kesabaran untuk bekerja dengan beragam mitra; keterampilan untuk menyelesaikan kon ik; dan tingkat pragmatisme, Lingkaran_positit mengikutsertakan kepemimpinan, masukan, peran, prosedur dan komunikesi sebagai elemen penting dari kemitraan, Keluaran kemitraan, yaitu keluaran aditif, sinergis dan antagonis. Keluaran aditif adalah basil yang sama sekali tidak disempumakan oleh interaksi kemitraan. Keluaran sinergis yaitu vabungan masukan melalui interaksi yang memproduksi hasil yang tidak dapat dihasilkan oleh masukan secara terpisah, Keluaran antagonis yaitu secara substansial kurang dari apa yang akan dihasilkan masukan tanpa proses kemitraan. DAFTAR PUSTAKA Alier © & Haye J (1993) Organizations Working Together. London: Sage Publications. Baker. Q. & Collier, A. (2003). Commentary: Inclusive Community Engagement: Grounding Principle for Collaborative Problem Solving. Journal of Urban Health: Bulletin of the New York Academy of Medicine, 80(1): 48-49, Ball M, Le Ny L & Maginn P (2003) Synergy in Urban Regeneration Partnerships: Property Agents’ Perspectives. Urban Studies, 40(11): 2239-2253. Bazroli G, Stein R. Alexander J, Conrad D, Sofaer S & Shortell S (1997) Public-Private Collaboration in Health and Human Service Delivery: Evidence from Community Partnerships. Milbank Quarterly. 75(4): 533-561. Berman PA & Bossert TJ (2000) A Decade of Health Sector Reform in Developing Countries: What have we leamed? Washington, DC: Harvard School of Public Health. Brinkeshot? JM (2002a) Assessing. and improving partnership relationships and outcomes: a proposed framework. Evaluation and Program Planning, 25(3): 215-231 Brinkethof? JM (2002b) Global Publie Policy. Partnership, and the Case of the World Commission on Dams. Public Administration Review, 62(3): 324-336. Brinkerhoff JM (2002c) Government-nonprofit. partnership: a defining framework. Public Administration and Development, 22(1): 19-30. HrinkerhofY JM (2002d) Partnership for International Development: Rhetoric or Results? London: Lynne Rienner Publishers Bruner C (2003) Commentary: Professional Culture Change as a Condition for Effective Collaborative Problem Solving. Journal of Urban Health: Bulletin of the New York Academy of Medicine, 80(1): 57-60. Buse K & Walt G (2002) The World Health Organisation and Global Public-Private Health Partnerships: In Search of ‘Good! Global Health Governance. In M. R. Reich (Ed.), Public- Private Partnerships for Health (pp. 169-195). Cambridge, MA: Harvard University Press, Corbin JH (2006), Interactive processes in global partnership: a case study of the global programme for health promotion effectiveness. IUHPE Research Report Series. Intemational Union for Health Promotion and Education. 1(1): 1-70. ISSN- 1992-433X Depanemen Kesehatan RL. Sckretaris Jenderal (2002) Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta, Dhuly M (1990) Building Coalitions in the Human Services (Vol, 60). London: Sage Publications. Dowling B. Powell M & Glendinning C (2004) Conceptualising successful partnerships. Health and Social Care in the Community. | 2(4): 309-317. FI Ansari W. Phillips © & Hammick M (2001) Collaboration and partnerships: developing the evidence base, Health and Social Care in the Community, 9(4): 215-227 18 GPHPE (2002) Brief’ Presentation of the Global Programme on Health Promotion Effectiveness: Global Programme on Health Promotion Effectiveness. Gallant MH, Beaulieu MC & Carnevale FA (2002) Partnership: an analysis of the concept within the nurse-client relationship, Journal of Advanced Nursing, 40(2): 149-157. Gillies P (1998) Effectiveness of alliances and partnerships for health promotion, Health Promotion International, 13(2): 99-120. Gray B (1989) Collaborating: Finding Common Ground for Multiparty Problems. Oxford: Jossey- Bass Publishers. Googins BK & Rochlin SA (2000) Creating the Partnership Society: Understanding the Rhetoric and Reality of Cross-Sectoral Partnerships. Business and Society Review. 105(1): 127-144. Guest DE & Peccei R (2001) Partnership at Work: Mutuality and the Balance of Advantage. British Journal of Industria! Relations. 39(2), 207-236. Hardy C. Phillips N & Lawrence T (2003) Resources, Knowledge und Influence: The Organizational Effects of Interorganisational Collaboration, Journal of Management Studies, 40(2), 321-347. Huxham C (2003) Theorizing Collaborative Practice, Public Management Review, 5(3): 401-423, Israel B, Schulz A, Parker E & Becker A (1908) Review of Community-Based Research: Assessing Parinership Approaches to Improve Public Health. Annual Review Public Health, 19: 173-202 Israel B (2003) Commentary: Model of Community Health Governance: Applicability to Community- based Participatory Research Partnerships. Journal of Urban Health: Bulletin of the New York. Academy of Medicine, 80(1): 50-53. IUHPE collaborative practice and research. Journal of Urban Health; Bulletin of the New York Academy of Medicine, 80(1): 14-60. Japhet G & Hulme A (2004) Partnerships to Promote Health, In R. Moodie & A. Hulme (Eds.), Hands-on Health Promotion (pp. 120-129). Melbourne: IP Communications. er V, Weber R & Minnis M (1998) The Challenge of Studying Collaboration. American Educational Research Journal, 35(4): 773-783. Kementerian Kesehatan. 2011. Promosi kesehatan Di Daerah bermasalah kesehatan, Panduan bagi petugas kesehatan di puskesmas Jakarta. Kickbusch N (1997) New players for a new era: responding to the global public health challenges. Journal of Public Health Medicine, Vol. 19. No, 2: 171-178. Kickbusch N & Quick J (1998) Partnerships for health in the 21st Century, World Health Statisties Quarterly. SI: 68-74 Knell J (1999) Partnership at work. London: Department of Trade and Industry Kreuter MW & Lezin N A (1998) Are Consortia/Collaboratives Effective in Changing Health Status and Health Systems? A Critical Review of the Literature. Atlanta: Health 2000. Larson E (2003) Minimizing Disincentives for Collaborative Research. Nursing Outlook. $1(6): 267- an Lasker R, Weiss ES & Miller R (2001). Partnership Synergy: A practical framework for studying and strengthening the collaborative advantage, Milbank Quarterly. 79(2): 179-205. Lasker R & Weiss E (2003) Broadening Participation in Community Problem Solving: a multidisciplinary model to support Richardson GP (1991) Feedback Thought in Social Science and Systems Theory. Waltham, MA: Pegasus Communications, Inc R & Weiss E (2003) Broadening Participation in Community Problem Solving: a ‘multidiseiplinary model 10 support Liedtka JM (1998) Collaboration - Synergy Revisited: How a "Screwball Buzzword” can be Good for the Bottom Line. Business Strategy Review, 9(2): 45-55 Lob-Levyt. J. (2001). Roundtable: A Donor Perspective. Bulletin of the WHO, 79(8): 771-777 Mitchell $ € Shortell S (2000) The Governance and Management of Effective Community Health Parinerships: A Typology for Research, Policy and Practice. Milbank Quarterly, 78(2): 241- 289, Las 19 Munro M, Gallant MH. MacKinnon M, Dell G, Herbert R, MacNutt G et al. (2000) ‘The Prince Edward Island Conceptual Model for Nursing: a nursing persepctive on promary health care Candian Journal of Nursing Research. 32(1): 39-55, Nutbeam D (1998) Health Promotion Glossary. Health Promotion International, 13(4), 349-364. Plough A (2003) Commentary: Common Discourse Bul Divergent Actions - Bridging the Promise of Community Health Governance and Public Health Practice. Journal of Urban Health: Bulletin of the New York Academy of Medicine, 80(1): 53-57 Reich MR (2002) Public-Private Partnerships for Public Health. In M. R. Reich (Ed.), Publie-Private Partnerships for Health (pp. 1-18). Cambridge. MA: Harvard University Press Richter J (2004) Public-private partnerships and Health for All: How can WHO safeguard public interests? GASPP Globalism and Social Policy Programme, 5(Septermber 2004): |-8 Scott CM & Thurston WE (2004) The Influence of Social Context on Partnerships in Canadian Health Systems. Gender, Work and Organisation, 11(5): 481-505 Scriven A (1998) Alliancés in Health Promotion, London: Macmillan, Sheppard, M. (2001), The design and development of an instrument for assessing the quality of partnersip between mother and social worker in child and family care. Child and Family Social Work. 6: 31-46. Jaylor R & Blair S (2002). Public Hospitals: Options for reform through public-private partnerships. Washington, DC: World Bank. Torres L & Pina V (2001) Public-private partnership and private finance initiatives in the EU and Spanish local governments. The European Accounting Review. 10(3): 601-619 Vangen S & Huxham © (2003) Enacting Leadership for Collaborative Advantage: Dilemmas of Ideology and Pragmatism in the Activities of Partnership Managers. British Journal of Management. 14(s!): S61-876. Walker L, Moodie R_& Herman H (2004) Promoting Mental Health and Wellbeing. In R. M. a. A. Hulme (Ed,), Hands-on Health Promotion (pp. 238-248). Melbourne: IP Communications Walker R (2000), Collaboration and Alliances: @ review for VicHealth. 2003, fiom http:// www. vichealth. vic gov au/ default asp artid=353&tmid=4068 level=3 Wandersman A, Goodman RM & Buterfoss F (1997) Understanding Coalitions and How ‘They Operate: An "Open Systems" Organizational Framework. In M. Minkler (Ed,), Community Organizing and Community Building for Health (pp. 261-277). New Brunswick, N.J.: Rutgers University Press, Weiss E, Anderson R & Lasker R (2002) Making the Most of Collaboration: Exploring the Relationship Between Partnership Synergy and Partnership Funetioning, Health Education and Behaviour. 29(6): 683-698, Widdus R (2003) Publie-private partnerships for health require thoughtful valuation. Bulletin of the WHO, 81(4): 235 Wildridge V. Childs 8, Cawthra L & Madge B (2004) How to create successful partnerships a review of the literature. Health Information and Libraries Journal, 21(s1): 3-19. World Bank (/993) World Bank. World Development Report 1993 investing in health, World Health Organisation (1978) Declaration of Alma Ata, Intemational Conference on Primary Health Care, Alma Ata, USSR: World Health Organisation World Health Organisation, (1979). Formulating strategies for health for all by the year 2000. Geneva: World Health Organisation World Health Organisation (1986) Ouawa Charter. Geneva: World Health Organisation, World Health Organization (1993) Health development in a changing world - a call for action, Fortysixt World Health Assembly. Geneva, 3-14 May 1993 (Resolution WHA46.17), Geneva (WHA46/1993/REC/I). World Health Organisation (1997a) The Jakarta Declaration, Leading Health Promotion into the 21st Century. Jakarta, Indonesia: World Health Organisation. 20 World Health Organisation (1997b) Twenty steps for developing a Healthy Cities project, 31d Edition. Geneva: World Health Organisation, Regional Office for Europe. World Health Organisation (1998). Division of Health Promotion. Education and Communications (HPR), Health Education and Health Promotion Unit (HEP). Health Promotion Glossary. Geneva: Printed in Switzerland (www. wpro.who.int/hpridocs/ glossary. pdf). accessed on. 10/09/2016. World Health Organisation (2000) The Fifth Global Conference on Health Promotion, Health Promotion: Bridging the Equity. Mexico City, Mexico. World Health Organisation (2005) The Bangkok Charter for Health Promotion in a globalised world. Bangkok. Thailand: World Health Organisation United Nations Development Program. Human Development Report 2015 Work for Human Development. 2015. United Nations Development Programme 1 UN Plaza, New York, NY 10017, USA. 2015 (accessed on 20 January 2017). United Nations. Transforming our world: the 2030 Agenda for Sustainable Development. 2015. sustainabledevelopment.un.org (accessed on 20 January 2017). Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Zuckerman H, Kaluzny A & Ricketts T (1995). Alliances in health eare: What we know, what we think we know and what we should know. Health Care Management Review, 20(1): 34-64. Zuceala A (2006) Modeling the Invisible College. Journal of the American Society for Information Science and Technology. 57(2): 152-168 a UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM STUDI PENYULUHAN PEMBANGUNAN/PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Diberikan Kepada Dr. H. ENDANG SUTISNA S. dr., M.Kes. Sebagai © NARASUMBER STAPOSTDM NASIONAL “PENGEMBANGAN JEJARING KELEMBAGAAN MENUJU PENGUATAN KEBERDAYAAN MASYARAKAT” LORIN Hotel Solo, 20 Juli 2017

You might also like