You are on page 1of 3

1.

ASCARIASIS

a. KOMPLIKASI
 Alergi. Terutama disebabkan larva yang dalam siklusnya masuk ke dalam
darah,sehingga sesudah siklus pertama timbul alergi terhadap protein ascaris.
Karena nya pada siklus berikut dapat timbul manifestasi alergi berupa asma
bronkiale,ultikaria,dan hipereosinofilia.
 Traumatik action. Ascaris dapat menyebabkan abses di dinding usus,perforasi dan
kemudian peritonitis. Yang lebih sering terjadi cacing-cacing ascaris ini berkumpul
dalam usus,menyebabkan obstruksi usus dengan segala akibatnya. Anak dengan
gejala demikian segera dikirim ke bagian radiologi untuk dilakukan pemeriksaan
dengan barium enema guna mengetahui letak obstruksi. Biasanya dengan tindakan
ini cacing-cacing juga dapat terlepas dari gumpalannya sehingga obstruksi dapat
dihilangkan. Jika cara ini tidak menolong,maka dilakukan tindakan operatif.
 Errantic action. Ascaris dapat berada dalam lambung sehingga menimbulkan
gejala mual,muntah,nyeri perut terutama di daerah epigastrium. Gejala hilang bila
cacing dapat keluar bersama muntah. Ascaris dapat menetap di duktus koledoktus
dan bila menyumbat saluran tersebut dapat terjadi ikterus obstruktif. Cacing dapat
juga menyebabkan iritasi dan infeksi sekunder hati jika terdapat dalam jumlah
banyak dalam kolon maka dapat merangsang dan menyebabkan diare yang berat
sehingga dapat timbul apendisitis.
 Irritative action. Terutama terjadi jika terdapat banyak cacing dalam usus halus
maupun kolon. Akibat hal ini dapat terjadi diare dan muntah sehingga dapat terjadi
dehidrasi dan asidosis dan bila berlangsung menahun dapat terjadi malnutrisi.

b. PROGNOSIS
Selama tidak terjadi obstruksi oleh cacing dewasa yang bermigrasi dan cepat diberi
pengobatan serta tidak terdapat komplikasi,prognosis baik. Tanpa pengobatan
cacing ini dapat sembuh sendiri dalam waktu 1,5 tahun. Dengan pengobatan angka
kesembuhan 70-90%.

2. STRONGYLOIDIASIS

a. KOMPLIKASI
 Pneumonia eosinofilik. Komplikasi ini dapat terjadi sebagai respon tubuh yang
memproduksi eosinofil dalam jumlah tinggi untuk membasmi cacing.
Pneumonia eosinofilik dapat terjadi jika cacing memasuki paru-paru,sehingga
eosinofilik di paru-paru akan meningkat dan menyebabkan pembengkakan
organ tersebut.
 Malnutrisi. Cacing strongyloides yang tinggal didalam usus dapat
menyebabkan usus tidak dapat menyerap nutrisi dengan baik. Hal ini dapat
menyebabkan penderita kekurangan gizi akibat penyerapan makanan yang
terganggu.
 Strongiloidiasis terdiseminasi. Komplikasi ini terjadi jika cacing strongyloides
tersebar ke berbagai organ dalam tubuh saat sistem imun terganggu akibat
imunosupressan atau infeksi virus. Dapat juga terjadi pada saat cacing berganti
siklus hidup yang menyebabkan cacing masuk ke dalam usus dan memasuki
aliran darah kembali. Gejala nya berupa nyeri dan pembengkakan
abdomen,syok,komplikasi saraf dan paru-paru,serta bacteremia atau sepsis.

b. PROGNOSIS
Dubia ad bonam, Pada umumnya baik dengan penatalaksanaan yang adekuat. Pada
beberapa kasus komplikasi dapat terjadi.

3. DEMAM TIFOID

a. KOMPLIKASI
Komplikasi intestinal
 Perdarahan intestinal. Pada plak peyeri usus yang terinfeksi dapat terbentuk
tukak/luka berbentuk lonjong dan memanjang terhadap sumbu usus. Bila luka
menembus lumen usus dan mengenai pembuluh darah maka terjadi perdarahan.
Selanjutnya bila tukak menembus dinding usus maka perforasi dapat terjadi.
 Perforasi usus. Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya
timbul pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama.
Selain gejala umum yang biasa terjadi maka penderita demam tifoid dengan
perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan
bawah yang kemudian menyebar ke seluruh perut dan disertai dengan tanda-
tanda ileus. Bising usus melemah pada 50% penderita dan pekak hati terkadang
tidak ditemukan karena adanya udara bebas diabdomen. Tanda-tanda perforasi
lainnya adalah nadi cepat,tekanan darah turun, dan bahkan dapat syok.
 Ileus paralitik
 Pankreatitis

Komplikasi ekstra-intestinal
 Komplikasi hematologik. Berupa trombositopenia dan koagulasi
intravaskular diseminata (KID).
 Hepatitis tifosa. Pembekakan hati ringan sampai sedang dijumpai pada 50%
kasus dengan demam tifoid dan lebih banyak dijumpai pada S. typhii daripada
S. paratyphi. Untuk membedakan apakah hepatitis ini oleh karena
tifoid,virus,malaria,atau amuba maka perlu diperhatikan kelainan
fisik,parameter laboratorium,dan bila perlu hispatologik hati.
 Miokarditis. Miokarditis terjadi pada 1-5% penderita demam tifoid. Pasien
dengan miokarditis biasanya tanpa gejala kardiovaskular atau dapat berupa
keluhan sakit dada, gagal jantung kongestif, aritmia, atau syok kardiogenik.
Kelainan ini disebabkan kerusakan miokardium oleh kuman S. typhii dan
miokarditis sering sebagai penyebab kematian. Biasanya dijumpai pada
pasien yang sakit berat pada infeksi keadaan akut.

b. PROGNOSIS

Prognosis pada umumnya baik pada demam tifoid tanpa komplikasi. Hal ini juga
tergantung pada kecepatan dan ketepatan terapi, usia, derajat kekebalan tubuh
penderita,serta jumlah dan virulensi salmonella.

You might also like