You are on page 1of 25

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325215886

Dampak Kebakaran Hutan di Indonesia Tahun 2015 dalam Kehidupan


Masyarakat

Article · May 2018

CITATION READS

1 10,829

1 author:

Risma Septianingrum
Universitas Gadjah Mada
2 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Inventarisasi Sumberdaya Air Hidrologi Karst Gunungsewu, Gunungkidul View project

Dampak Kebakaran Hutan di Indonesia Tahun 2015 dalam View project

All content following this page was uploaded by Risma Septianingrum on 18 May 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Dampak Kebakaran Hutan di Indonesia Tahun 2015
dalam Kehidupan Masyarakat

Risma Sari Septianingrum


Email : rismaseptya@gmail.com

ABSTRACT

Forest fires and peatland become the main focus of fire cases are currently under
serious attention of the world community in view of the impact of smoke and carbon
emissions. The case of forest fires and peatland forests of Indonesia are common in the
six provinces of Riau, Jambi, South of Sumatra, West of Borneo, South of Borneo and
Central of Borneo. Problems such fires significantly affect the degradation of the
environment, human health and socio-economic aspects for the community. The study
says many factors behind forest fires and peatland in Indonesia, including the needs of
high economic factors, the increasing spread of hotspots, the effect of the El Nino
phenomenon, and the draining of peatlands through the canals excessive. Forest fires
and peatland provide a wide range of impacts that are not easy to solve. The public
perception of a lot of cornering and considers indigenous peoples around the forest as
arsonists. In addition due to the forest fires on the economic impact of the lower class
who suffered economic decline drastically. Socio-cultural activities are also impaired
the limited visibility due to smog, and health factors threatening the survival with the
discovery of the many people who are exposed to disease due to haze.

Keywords : forest fires, factor of causes, impacts, Socio-cultural activities

ABSTRAK

Kebakaran hutan dan lahan gambut menjadi fokus utama kasus kebakaran yang saat ini
sedang dalam perhatian serius masyarakat dunia mengingat dampak asap dan emisi
karbon yang dihasilkan. Kasus kebakaran hutan dan lahan gambut hutan Indonesia
sering terjadi di enam provinsi yaitu Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Permasalahan
kebakaran tersebut secara nyata berpengaruh terhadap terdegradasinya kondisi
lingkungan, kesehatan manusia dan aspek sosial ekonomi bagi masyarakat. Hasil
penelitian menyebutkan banyak faktor yang melatarbelakangi kejadian kebakaran
hutan dan lahan gambut di Indonesia, diantaranya faktor kebutuhan ekonomi tinggi,
meningkatnya sebaran hotspot, pengaruh fenomena El-Nino, dan pengeringan lahan
gambut melalui kanal-kanal yang berlebihan. Kebakaran hutan dan lahan gambut
memberikan berbagai dampak yang tidak mudah untuk diselesaikan. Presepsi
masyarakat luas banyak yang menyudutkan dan menganggap masyarakat adat sekitar
hutan sebagai pelaku pembakaran. Selain itu akibat kebakaran hutan berdampak pada
ekonomi masyarakat kelas bawah yang mengalami penurunan ekonomi secara drastis.
Kegiatan sosial-budaya masyarakat juga mengalami gangguan terbatasnya jarak
pandang akibat kabut asap, serta faktor kesehatan yang mengancam kelangsungan hidup
dengan banyaknya ditemukannya masyarakat yang terpapar penyakit akibat kabut asap.

Kata kunci : Kebakaran hutan, faktor penyebab, dampak, sosial-budaya masyarakat

1. Pendahuluan

Indonesia saat ini kembali menggunakan metode pembakaran


dihadapkan dengan permasalahan lama hutan dan lahan gambut untuk
yang kini terulang kembali bahkan pembukaan lahan perkebunan baru
menjadi masalah yang sangat serius dan karena dirasa dengan cara tersebut dapat
cukup sulit untuk ditangani. menghemat biaya yang dikeluarkan
Permasalahan tersebut yakni bencana untuk melakukan pembukaan lahan dan
polusi kabut asap yang diakibatkan oleh efektif lebih mudah dan cepat dalam
pembakaran hutan maupun lahan proses pembukaan lahan atau alih
gambut yang kembali melanda wilayah fungsi lahan. Mudahnya api mengalami
Indonesia bagian barat yaitu di enam penyebaran juga dipengaruhi oleh
provinsi yaitu Provinsi Riau, Jambi, pengaruh El-Nino yang sering terjadi
Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, pada bulan Juli hingga Oktober dengan
Kalimantan Selatan dan Kalimantan ditandai dengan curah hujan maksimum
Tengah yang lebih spesifik dibahas dan yang mundur waktunya dibandingkan
diangkat menjadi topik kajian. pada kondisi normal. El-Nino dapat
Alih fungsi hutan dan lahan gambut menyebabkan lambatnya onset dan
untuk perkebunan (sawit) menjadi mundurnya awal musim hujan1. Siklus
alasan krusial yang menjadi faktor El Nino tahun 2015 telah berkontribusi
utama terjadinya kebakaran lahan secara luas terhadap kebakaran hutan
gambut pada tahun 2015. dan lahan gambut di Indonesia.
Masyarakat dalam konteks oknum
yang tidak bertanggung jawab
1
Lansigan FP, Santos WLDL, Coladilla JO. 2000. Agronomic impacts of climate variability on rice
production in the Philippines. Agric Ecosyst Environ 82: 129-137.
Asap telah menyebabkan berbagai Dalam perkembangannya, api
dampak yang serius bagi kelangsungan menjalar secara vertikal dan horizontal
hidup manusia, ekonomi dan berbentuk seperti kumpulan asap
lingkungan di beberapa negara di Asia pembakaran yang tidak menyala
Tenggara. Tingkat Indeks Kualitas (smoldering) sehingga hanya asap
Udara untuk Palangkaraya telah yang berwarna putih saja yang tampak
mencapai lebih dari 3000, atau 10 kali diatas permukaan. Mengingat peristiwa
lebih tinggi dari ambang batas kebakaran terjadinya di dalam tanah
berbahaya. Setidaknya 19 orang tewas dan hanya asapnya saja yang muncul
dan lebih dari 40 juta orang terkena ke permukaan, maka kegiatan
dampak kabut asap. Asap berdampak pemadaman akan mengalami banyak
serius pada kesehatan2 dan ekosistem kesulitan4.
gambut dalam jangka panjang serta Kebakaran hutan merupakan salah
menyebabkan kerugian ekonomi3 yang satu penyumbang emisi karbon sektor
signifkan. kehutanan. Apalagi lahan gambut yang
Kebakaran hutan dan lahan gambut memang pada dasarnya banyak
merupakan kebakaran permukaan menyimpan sumber karbon yang
dimana api membakar material yang apabila mengalami pembakaran lahan
ada di atas permukaan (misalnya: menyebabkan munculnya polusi
serasah, pohon, semak, dll), kemudian karbonmonoksida besar-besaran.
api menyebar secara tidak merata Pembakaran hutan dan lahan gambut
secara perlahan di bawah permukaan yang mengandung banyak emisi gas
dengan membakar bahan organik karbonmonoksida menimbulkan
gambut. banyak masalah atau dampak bagi
masyarakat sekitar bahkan sampai
lintas batas negara.

2
Marlier, M.E. et al., 2013. El Niño and health risks from landscape fre emissions in
Southeast Asia. Nature climate change, 3(2), hal.131–136. Tersedia di: http://www.
pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=4219417&tool=pmcentrez&rendertype=abstract
[diakses 12 Desember 2016].
3
Hooijer, A., Page, S., Jauhiainen, J., Lee, W. A., Lu, X. X., Idris, A., Anshari, G. (2012).
Subsidence and carbon loss in drained tropical peatlands, Biogeosciences, 9, hal
1053–1071, doi:10.5194/bg-9-1053-2012
4
Catur, Wahyu., Suryadiputra, INN. Dalam artikel berjudul “Seri Pengolahan Hutan dan Lahan Gambut
“ Tersedia di : http://www.wetlands.or.id/PDF/Flyers/Fire01.pdf
Tingkat pencemaran udara yang Tidak sedikit masyarakat yang
tinggi mengganggu berbagai aktivitas menderita penyakit infeksi saluran
masyarakat baik dalam kawasan daerah pernafasan atas (ISPA) maupun
maupun kawasan internasional yang penyakit lainnya yang diakibatkan
membuat datangnya banyak protes dari tingginya indeks nilai polusi udara yang
negara-negara tetangga seperti diakibatkan pleh pembakaran lahan
Singapura dan Malaysia yang tersebut. Selain penyakit infeksi saluran
wilayahnya berdekatan dengan wilayah pernafasan atas (ISPA) polusi udara
hutan dan lahan gambut yang akibat pembakaran lahan juga
mengalami pembakaran. Negara-negara menyebabkan rusaknya kualitas air di
tetangga sangat menyayangkan wilayah tersebut, sehingga air menjadi
terjadinya pembakaran hutan dan ladang kurang layak untuk diminum.
gambut tersebut karena kabut asap yang
muncul sebagai dampak dari 2. Metode Penelitian
pembakaran hutan dan lahan gambut
Penelitian ini menggunakan data
menyebabkan terjadinya penurunan
sekunder yang berasal dari Kajian jurnal
jarak pandang dan kualitas udara negara
yang memiliki tema serupa, Data Badan
tersebut. Permasalahan lainnya mucul di
Penanggulangan Bencana Nasional,
dalam negeri khususnya bagi
Sistem Monitoring Karhutla di
masyarakat sekitar. Kebakaran hutan
Indonesia oleh Direktur Pengendalian
dan lahan gambut berdampak pada
Kebakaran Hutan dan Lahan
aktifitas pembangunan di sektor
Kementrian Lingkungan Hidup dan
ekonomi yang menjadi penghambat
Kehutanan serta hasil penelitian lain
berjalannya berbagai kegiatan
yang relevan dengan penelitian ini.
peningkatan mutu ekonomi pada
masing-masing daerah yang mengalami
dampak kabut asap tersebut. Selain
masalah ekonomi, polusi udara akibat
kebakaran juga memberikan dampak
besar bagi kesehatan khususnya
masalah kesehatan sistem pernafasan.
3. Pembahasan Kasus kebakaran hutan dan lahan
gambut di Indonesia hampir setiap
Isu penting yang menjadi perhatian
tahunnya terjadi. Hal tersebut menjadi
dalam pokok bahasan kajian adalah
perhatian berbagai pihak dan berbagai
keberadaan hutan dan keberadaan lahan
upaya tindakan telah diupayakan untuk
gambut dari ancaman konversi dan
menghindari, mengurangi, atau
perusakan hutan. Lahan gambut di
menekan dampak kebakaran hutan yang
Indonesia cukup luas dan sebagian
tidak dikehendaki, bencana pencemaran
besar mendominasi wilayah di enam
kabut asap yang masih terjadi lagi pada
daerah yang menjadi fokus kajian yaitu
setiap tahunnya di lokasi yang sama.
Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan
dan Kalimantan Tengah.

Tabel 1. Luas Kebakaran Hutan dan Lahan di 5 Provinsi Prioritas Periode 2011-2015
(Satuan Hektare)

Sumber : Sistem Monitoring Karhutla di Indonesia oleh Direktur Pengendalian


Kebakaran Hutan dan Lahan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
dengan data sekunder dari Laporan dari UPT dan Dinas Kehutanan Provinsi-
Posko PKHL 2015.
Lahan gambut yang mengalami A. Faktor Penyebab Kebakaran
kasus kebakaran semakin meluas pada
Kebakaran hutan yang terjadi pada
kasus yang terjadi setiap tahunnya.
tahun 2015 disebabkan oleh dua faktor
Berdasarkan Tabel 1. Luas Kebakaran
utama yaitu faktor ulah manusia dan
Hutan dan Lahan di 5 Provinsi Prioritas
faktor alam. Beberapa sub faktor
Periode 2011-2015 (Satuan Hektare)
penyebab kebakaran yaitu :
pada tahun 2015 luas hutan maupun
lahan yang mengalami kebakaran hutan
1. Faktor Dorongan Ekonomi
di Indonesia mempunyai luas total
Tidak dapat dipungkiri bahwa
sebesar 3.025,79 hektare. Lahan yang
keserakahan manusia dalam
mengalami kebakaran paling luas dan
pemanfaatan lahan memberi dampak
paling parah adalah Provinsi Riau
yang cukup serius terhadap
(2.140,90 Ha).
keberlangsungan bagi kelestarian
Total luas hutan dan lahan yang
lingkungan. Pemanfaatan sumber daya
mengalami kebakaran di tahun 2015
alam yang dilakukan manusia seiring
memang mengalami penurunan drastis
berjalannya waktu semakin melampaui
daripada luas kebakaran tahun
batas normal, di mana manusia dalam
sebelumnya, tetapi apabila tidak
konteks oknum-oknum tertentu yang
ditangani dengan penanganan yang
tidak bertanggung jawab selalu merasa
sigap dimungkinkan bahwa luas lahan
kurang terhadap apa yang telah
yang mengalami kebakaran semakin
didapatkan dan melakukan segala cara
meningkat tajam. Meningkatnya luas
untuk mendapatkan semua hal yang
areal kebakaran hutan jug diakibatkan
diinginkan, bukan hal-hal yang
oleh pemadaman yang tidak menuju
dibutuhkan saja. Salah satu
sasaran secara signifikan berupa
pemanfaatan yang merusak
pemadaman pada areal yang menjadi
keseimbangan ekosistem yaitu dengan
hot spot terjadinya kebakaran hutan di
melakukan pembukaan hutan guna alih
Indonesia.
fungsi menjadi lahan pertanian maupun
perkebunan.
Resiko terjadinya kebakaran Salah satu determinan
hutan semakin meningkat dengan konversi hutan ke penggunaan lain
adanya konversi dari hutan alam adalah harga komoditi. Terkait harga
menjadi hutan tanaman dan perkebunan komoditi alternatif, peningkatan harga
(sawit, karet). Untuk membersihkan ekspor minyak sawit (CPO)
lahan hutan menjadi lahan siap tanam, menyebabkan kebakaran hutan di
pengusaha menggunakan sistem tebas Sumatera dan Kalimantan, sehingga
dan bakar (slash and burn) karena peningkatan harga ekspor CPO direspon
relatif murah5. dengan pembakaran hutan yang luas.

Table 2. Perbandingan Kondisi Hotspot 2015-2016 Dari Satelit NOAA 18

Sumber : Sistem Monitoring Karhutla di Indonesia oleh Direktur Pengendalian


Kebakaran Hutan dan Lahan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

5
Informasi Institut Studi Arus Informasi (1999) yang dikutip Wardani (2004) menunjukkan bahwa biaya
pembersihan lahan dengan sistem slash and burn berkisar antara Rp250 ribu-Rp400 ribu per hektar
dibandingkan dengan cara membersihkan lahan tanpa bakar yang berbiaya Rp1,2 juta-Rp2 juta per
hektar. Walhi 1998 menemukan bahwa pembakar hutan lebih suka membayar denda karena besarnya
denda yang terlalu ringan.
Meningkatnya jumlah hot spot atau Target penurunan emisi karbon
titik api secara signifikan menyebabkan dari kebakaran hutan akan efektif
meningkatnya luas areal kebakaran apabila pengendalian hotspot dapat
hutan dan ladang. Berdasarkan Table 2. dilakukan secara efektif dan efisien.
Perbandingan Kondisi Hotspot 2015- Selain itu biaya pemadaman lokasi
2016 dari Satelit NOAA 18 kebakaran juga dapat diminimalisir.
menampilkan data jumlah hotspot
pada tahun 2015. Peningkatan jumlah 2. Pengaruh El-Nino (ENSO)
hot spot di Provinsi Riau sebesar 28%,
Banyak faktor yang menyebabkan
Provinsi Jambi sebesar 11%, Provinsi
terjadinya kebakaran hutan sebagai
Sumatera Selatan 21%, Provinsi
ancaman utama terhadap ekosistem.
Kalimantan Barat 18%, Provinsi
Salah satunya dengan adanya
Kalimantan Selatan 9% dan Provinsi
kekeringan secara alami yang
Kalimantan Tengah sebesar 13%.
disebabkan oleh pengaruh fenomena
Informasi ini menunjukan bahwa
El-Nino (ENSO) juga mempengaruhi
peningkatan jumlah hotspot yang
meluasnya kebakaran lahan di wilayah
terjadi ditiap wilayah memberikan
tersebut karena lahan semakin mudah
dampak yang lebih besar terhadap
untuk terbakar. Table 2. Perbandingan
pertambahan luas kebakaran hutan.
Kondisi Hotspot 2015-2016 Dari
Penangan kebakaran dengan data
Satelit NOAA 18 menampilkan data
informasi tersebut dengan
bahwa jumlah titik api pada tahun
pengendalian kebakaran hutan yang
2015 paling dominan jumlah tertinggi
lebih diarahkan pada penanganan dan
antara bulan Juli hingga Oktober, di
pengendalian jumlah hotspot menjadi
mana pada bulan-bulan tersebut curah
seminimal mungkin. Artinya, upaya
hujan yang terjadi sedang dalam
penanganan kebakaran hutan diarahkan
jumlah yang sangat sedikit. Hal
pada pencegahan terjadinya hot spot
tersebut diperparah dengan waktu
baru di lokasi hutan, dibandingkan
datangnya musim penghujan menjadi
penanganan pemadaman kebakaran
mengalami kemunduran yang
hutan.
dipengaruhi oleh fenomena El-Nino.
Kondisi kekeringan alami tersebut
sangat menguntungkan oknum-oknum
pembakar hutan karena mempermudah Suatu laporan yang disusun
oknum masyarakat maupun perusahaan bersama UNEP; GEF; Wetlands dan
dalam melakukan pembakaran lahan GEF menyimpulkan bahwa : 1.
untuk alih fungsi lahan yang Gambut berperan penting sebagai
dilatarbelakang dan dinilai dapat lebih sumber mata air tawar global 2).
meningkatkan keuntungan pihak Kerusakan gambut akan menpengaruhi
tersebut dalam segi ekonomi. Secara jutaan orang 3). Dampak nyata
mudahnya dapat diartikan bahwa terhadap perubahan iklim 4)
pembakaran lahan yang dilakukan Pengelolaan air di lahan gambut adalah
bertepatan dengan datangnya atau prioritas utama menurunkan emisi
adanya iklim kemarau yang karbon.6
dipengaruhi oleh fenomena El-Nino Pembuatan kanal kecil pada lahan
(ENSO). gambut tanpa aturan sebenarnya
merupakan proses mulainya
3. Tata Kelola Lahan kerusakan gambut berlangsung. Hal
Gambut adalah ekosistem sangat tersebut berakibat pada air yang keluar
strategis dalam pengaturan air tawar di dari gambut secara liar, sehingga
Indonesia. Kubah gambut di terjadinya masalah kerusakan manfaat
Kalimantan, Sumatera dan Papua dan peran gambut dimulai.7
diibaratkan waduk yang dapat Pengeringan lahan gambut oleh kanal-
menyimpan jutaan kubik air yang kanal yang tersedia, terlalu berlebihan
berasal dari air hujan. Gambut yang sehingga air yang berasal dari lahan
merupakan lapisan dari kerak bumi, gambut, semua masuk ke dalam
dengan kandungan karbon yang sangat masing-masing kanal yang tersebar
besar memiliki potensi mengancam disekitar lahan gambut juga menjadi
perubahan iklim melalui pelepasan salah satu faktor penyebab kebakaran
karbon akibat pengeringan maupun hutan semakin mudah mengalami
kebakaran. perluasan.

6
ACB. 2009. Assessment on Peatlands, Biodiversity, and Climate Change
7
Andriesse W. 1992. Acid Sulfate Soils : Diagnosing the illness. Selected Papers of the Ho Chi Minh
City Symposium on Acid Sulphate Soils, March 1992. ILRI Publication 53: 241-246. ILRI Netherland
Lahan gambut yang dominan Selain itu belum cukup
dipenuhi bahan organik seperti sersah memadainya hasil produksi pemetaan
dan sisa tumbuhan mengalami sebaran kanal dan tepatnya sebaran
pengeringan berlebihan, sehingga saat lokasi hotspot juga mempengaruhi
terjadi pembakaran yang dilakukan perluasan lahan yang mengalami
oknum masyarakat, bahan organik kebakaran. Selama periode 1994-2015
tersebut dengan mudah habis terbakar. terdapat kurang lebih 42,3 juta Ha
Pembuatan kanal yang pada kawasan hutan yang telah
akhirnya tidak sesuai dengan tujuan dikonversi menjadi hutan tanaman dan
awalnya yang menjadi tempat atau pengusahaan lainnya seperti
lokasi penampungan air dari kelebihan perkebunan dan pertambangan. Disisi
air di lahan gambut dikarenakan lain, fakta bahwa konversi hutan
kurangnya perawatan kanal. Berbagai tersebut tidak dikelola dengan baik
kajian tata kelola di Indonesia ditunjukkan dengan adanya 6,8 juta Ha
menunjukkan bahwa kondisi tata kelola hutan tanaman yang tidak dikelola
hutan dan lahan berada dalam posisi secara intensif, 2,9 juta Ha tambang
yang buruk dan berimplikasi pada laju tanpa izin di kawasan hutan, dan 6,6
kerusakan hutan. juta Ha kawasan hutan yang sudah
Kajian United Nations dikonversi menjadi perkebunan.9
Development Programme (UNDP)
pada tahun 2015 menyebutkan indeks B. Dampak Kebakaran Hutan
rata-rata nasional tata kelola hutan Adanya kebakaran hutan
adalah 36 dari skala 1-100, jauh memberikan banyak sekali dampak dan
dibawah ideal. Data ini kerugian yang dialami masyarakat adat
menunjukkan sebagian besar kerusakan wilayah sekitar hutan, negara tetangga
hutan nasional salah satunya maupun pemerintah. Dampak
berhubungan dengan kurangnya kebakaran hutan yaitu :
transparansi dalam pengeluaran
perizinan penggunaan hutan.8

8
UNDP, 2015. Indeks Tata Kelola Hutan 2014. http://industri.bisnis.com/read/20150522/99/43592
8/indek s-tatakelola-hutan-2014-diluncurkan
9
Kartodiharjo. H. 2015. Masukan untuk Perpu Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan, dokumen
AMAN 2015
1. Presepsi Masyarakat Luas sebagai aktor yang menimbulkan
bencana asap di Indonesia. Salah satu
Masyarakat adat merupakan salah
media memberitakan bahwa pelaku
satu garda terdepan yang menjaga dan
pembakaran hutan dan lahan ini
mempertahankan hutan di Indonesia.
disebabkan oleh masyarakat yang
Dengan pengetahuan yang dimiliki,
mengelola limbah hasil pertanian tahun
masyarakat adat telah mampu
sebelumnya.12 Pernyataan tersebut
mengelola hutan secara lestari. Hal ini
perlu diluruskan mengingat hasil
dibuktikan dari hasil analisis,
analisis citra satelit yang dilakukan oleh
menunjukkan 65,1 % atau 4,4 juta Ha
Forest Watch Indonesia (FWI)
wilayah adat masih berupa hutan alam.10
menunjukan bahwa 72% titik api
Sebagian besar wilayah adat berada
(hotspot) berada di dalam kawasan
di dalam kawasan hutan. Data Badan
hutan, sehingga kecil kemungkinan
Registrasi Wilayah Adat (BRWA)
kebakaran disebabkan oleh limbah
menunjukkan terdapat 6,8 juta Ha
paska panen hasil pertanian.
wilayah adat dimana 80% atau 5,4
Pembakaran hutan dan lahan di
juta Ha berada di dalam kawasan
Indonesia sebagian besar atau 72%
hutan11. Wilayah adat tersebut
terjadi di dalam kawasan hutan, pada
merupakan tempat tinggal masyarakat
rentang bulan Januari-Oktober 2015.
yang secara konsisten terus menjaga
Pada rentang waktu tersebut terdapat
hutan adat mereka. Salah satunya
lebih dari 34.960 titik api. Titik api yang
menjaga wilayah mereka dari kebakaran
berada di dalam kawasan hutan
hutan dan lahan gambut.
sebagian besar berada di wilayah
Sangat disayangkan, beberapa
konsesi perusahaan dimana 29% adalah
pemberitaan di media justru
konsesi HTI. 13
menyudutkan masyarakat adat, atau
setidaknya menyebut masyarakat adat

10
FWI. 2015. Hasil analisis tutupan hutan PKHI tahun 2013 dengan peta wilayah adat di Badan Registrasi
Wilayah Adat (BRWA) tahun 2015
11
BRWA. 2015. Data Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA) per Agustus 2015
12
National Geographic. 2015. Orangutan turut menjadi korban kebakaran hutan yang merajalela.
http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/11/orangutan-turut-jadi-korban-kebakaran-hutan-yang-
merajalela/2 [Diakses pada tanggal 13 Desember 2016]
13
FWI. 2015. hasil analisis sebaran titik api. sumber: FIRMS Nasa liputan bulan Januari - Oktober 2015
Pemberitaan media yang hidup dan budaya, masyarakat adat
berlebihan dan tidak sesuai fakta di seharusnya menjadi prioritas bagi
lapangan menjadikan masyarakat adat pemerintah dalam rencana eksistensi
sebagai salah satu tersangka utama dari pembangunan yang berorientasi jangka
peristiwa bencana polusi kabut asap panjang. Pengakuan dan perlindungan
sangatlah tidak relevan dengan fakta masyarakat adat dan wilayah adat
yang terjadi di lapangan. Justru merupakan sebuah tuntutan yang
masyarakat adat menjadi korban dari mutlak untuk diwujudkan melalui
bencana polusi kabut asap. Masyarakat undang-undang. Karena dengan
adat berada di antara kepungan asap menyelamatkan kehidupan masyarakat
dan mereka berjibaku berusaha sekuat adat yang menjadi garda utama
kemampuan untuk menghalau api guna pelestari hutan secara otomatis akan
menyelamatkan kehidupan mereka. menyelamatkan hutan yang tersisa.
Masyarakat adat telah berusaha keras
memadamkan api yang juga 2. Dampak Ekonomi Negara
mengancam perkebunan mereka.
Pemadaman lahan yang sangat
Selain memadamkan api agar
susah untuk dilakukan, membuat
tidak merambat ke kebun dan
anggaran yang dikeluarkan pemerintah
perkampungan, masyarakat adat lebih
semakin besar. Bahkan hujan buatan
memilih untuk bertahan dari pada
dengan pemberian garam pada awan
mengungsi karena khawatir lahan
yang diprediksi dapat terjadi pada
perkebunan meraka akan dirampas oleh
wilayah yang terjadi kebakaran tidak
oknum-oknum yang berjiwa egois
sesuai target prediksi karena pengaruh
tinggi jika meninggalkan wilayah adat
faktor kecepatan angin dan iklim yang
mereka.
dengan mudah berganti secara tiba-
Di bawah gempuran budaya dari
tiba.
luar negeri dan metode pemanfaatan
Perkiraan awal dari kerugian
sumberdaya alam yang tidak sesuai dan
ekonomi untuk Indonesia akibat
bersifat merusak, menjadikan
kebakaran hutan tahun ini melampaui
masyarakat adat semakin tertekan
$16 milyar. Jumlah ini dua kali lebih
dalam menjalankan hidupnya.
besar dari kerugian dan kerusakan
Mengatasi keterancaman kelangsungan
akibat tsunami tahun 2004 di Aceh,
setara dengan 1.8% Produk Domestik Dampak yang paling parah
Brutto (PDB).14 Estimasi ini mencakup dirasakan oleh banyak pihak akibat
kerugian pertanian, kehutanan, pembakaran tersebut adalah polusi
transportasi, perdagangan, industri, kabut asap yang mengganggu berbagai
pariwisata dan sektor-sektor lainnya. sendi kehidupan. Terganggunya
Sebagian dari kerugian itu akibat aktivitas manusia akibat kebakaran
kerusakan dan kerugian langsung hutan juga dapat mempengaruhi
terhadap hasil panen, kehutanan, produktivitas dan penghasilan. Ketika
perumahan dan infrastruktur, dan biaya asap menyebar, kegiatan perdagangan
yang ditimbulkan untuk menangani api. dan sekolah di wilayah sekitar
Banyak kerugian ekonomi kebakaran terpaksa dihentikan dan
menyebabkan dampak tidak langsung, diliburkan. Hal ini melumpuhkan
seperti terganggunya perjalanan udara, aktifitas ekonomi bagi banyak keluarga
laut dan darat akibat asap. Dampak yang berpenghasilan rendah dan
pada pertumbuhan pendapatan daerah membahayakan mereka untuk lebih
akan sangat mempengaruhi jatuh miskin. Kerugian tersebut karena
pertumbuhan ekonomi dan upaya terhentinya segala macam aktivitas
pemerintah mengentaskan kemiskinan perekonomian selama beberapa waktu.
di wilayah-wilayah tersebut. Hilangnya mata pencaharian milik
masyarakat adat sekitar wilayah
3. Dampak Sosial Budaya kebakaran hutan dan lahan gambut
Masyarakat tersebut juga turut mengakibatkan
Di Indonesia, kebakaran hutan tingkat penghidupan keluarga dengan
gambut merupakan penyumbang latar belakang keluarga kurang mampu
pencemaran kabut asap yang paling atau ekonomi kelas bawah semakin
besar. Kebakaran ini terutama akibat kesulitan dan menderita dalam
dari pembukaan lahan untuk dijadikan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
perkebunan kelapa sawit.

14
World Bank. 2015. Indonesias fire and haze crisis. http://www.worldbank.org/in/news/featur
e/2015/12/01/indonesias-fire-and-haze-crisis [Diakses pada 13 Desember 2016]
Selain itu, bagi masyarakat yang aktivitasnya dilakukan di luar ruangan.
menggantungkan hidup dari mengolah Keterbatasan aktivitas di luar ruangan
hasil hutan, dengan terbakarnya hutan diakibatkan oleh terbatasnya jarak
berarti hilang pula area kerja (mata pandang akibat kabut asap. Lalu lintas
pencarian). Bahkan kabut asap juga pun juga terganggu dengan adanya
menghentikan perekonomian dibidang kabut asap yang cukup tebal tersebut
perdagangan. Para pedagang dengan karena rawannya kecelakaan yang
kondisi kabut asap yang tebal banyak mungkin terjadi.
yang enggan melakukan kegiatan jual Dampak rendahnya jarak pandang
beli karena juga disebabkan minimnya juga menyebabkan lalulintas
atau sangat sedikit konsumen yang penerbangan mengalami gangguan
melakukan kegiatan jual beli. Selain itu bahkan tidak melakukan penerbangan
banyaknya kemungkinan resiko yang ke antar wilayah yang melintasi daerah
dihadapi masyarakat adat seperti yang terkena kebakaran hutan dan
kendala minimnya jarak pandangan dan lahan. Maka dari itu sosialisasi antar
rendahnya kualitas udara yang ada. masyarakat juga mengalami penurunan
Selain itu, akibat dari polusi kabut akibat keterbatasan aktifitas diluar
asap yang ada membuat sekitar lebih ruangan tersebut. Aktifitas sosial
dari lima juta siswa kehilangan waktu berlangsung hanya untuk beberapa
belajar akibat penutupan sekolah pada masyarakat yang berada pada lokasi
tahun 2015. pengungsian saja. Sehingga interaksi
antar warga masyarakat mengalami
4. Dampak Kesehatan Masyarakat penurunan pada lokasi tertentu akibat
berhentinya aktifitas diluar ruangan
Kabut asap yang diakibatkan oleh
selama beberapa saat. Sekolah
pembakaran hutan dan lahan gambut
diliburkan, pasar dan perkantoran juga
memberikan dampak serius terhadap
diberhentikan yang menurunkan
kualitas hidup masyarakat adat yang
interaksi sosial antar warga masyarakat
berada di sekitar wilayah kebakaran
di daerah sekitar wilayah kebakaran
hutan dan lahan gambut. Asap yang
hutan.
diakibatkan oleh kebakaran hutan
secara otomatis mengganggu aktivitas
manusia sehari-hari, apalagi bagi yang
Tabel 3. Jarak Pandang Pada 2015

Sumber : Sistem Monitoring Karhutla di Indonesia oleh Direktur Pengendalian


Kebakaran Hutan dan Lahan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Tebalnya kabut asap yang Akhir September di mana wilayah


disebabkan oleh pembakaran hutan Palangkaraya hanya memiliki batas
membuat jarak pandang terganggu. pandang dengan jarak sejauh 0,1
Berdasarkan Tabel 3. Jarak Pandang kilometer. Hal tersebut membuktikan
Pada Akhir 2015 diketahui bahwa ada bahwa pada ketiga lokasi tersebut jarak
dua wilayah yang mengalami pandang sangatlah terbatas
penurunan atau gangguan jarak dibandingkan dengan wilayah lainnya
pandang yang paling parah yaitu yang juga menjadi lokasi kebakaran
Provinsi Jambi dan Provinsi hutan dan lahan gambut terjadi
Kalimantan Tengah tepatnya di Kota diketahui dari data pada tabel diatas
Palangkaraya. berupa jarak pandang akibat kabut
Wilayah Jambi pada awal Oktober asap yang tejadi.
memiliki jarak pandang sejauh 0,7 Saat ini, pemerintah menggunakan
kilometer. Sedangkan untuk wilayah standar kualitas udara untuk
Palangkaraya pada awal Oktober menentukan besar kecilnya
hanya memiliki jarak pandang sejauh pencemaran udara akibat kabut
0,4 kilometer. Jauh lebih parah pada asap dengan acuan ISPU. Penetapan
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Indeks Standar Pencemar Udara
dilakukan dengan mempertimbangkan (ISPU) ditetapkan berdasarkan lima
tingkat mutu udara terhadap kesehatan pencemar utama, yaitu
manusia, hewan, tumbuhan, bangunan, Karbonmonoksida (CO), Sulfur
dan nilai estetika. Indeks Standar Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida
Pencemar Udara atau Pollutant (NO2), Ozon permukaan (O3), dan
Standard Index (PSI) adalah laporan Partikel Debu (PM10). Ketentuan
kualitas udara kepada masyarakat mengenai Indeks Standar Pencemar
untuk menerangkan seberapa bersih Udara (ISPU) diatur berdasarkan
atau tercemar kualitas udara dan Keputusan Badan Pengendalian
dampaknya terhadap kesehatan setelah Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor
menghirup udara tersebut selama KEP-107/Kabapedal/11/1997. 15
beberapa jam atau hari.

15
Keputusan Kepala Bapedal No.107 Tahun 1997 tentang Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi
Indeks Standar Pencemar Udara. Tersedia di : http://175.184.234.138/p3es/uploads/unduhan/Kep-107-
Thn-97_2.pdf [Diakses pada 13 Desember 2016]
Tabel 4. Kualitas Udara Tahun 2015

Sumber : Sistem Monitoring Karhutla di Indonesia oleh Direktur Pengendalian


Kebakaran Hutan dan Lahan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Bencana asap juga berdampak kesehatan. Dalam jangka cepat (akut),


pada kesehatan masyarakat berupa asap kebakaran hutan akan
penyakit yang berkaitan dengan saluran menyebabkan iritasi mata, hidung dan
pernapasan, seperti Infeksi Saluran tenggorokan. Biasanya hal tersebut
Napas Atas (ISPA), pneumonia, asma, menimbulkan gejala berupa mata perih
iritasi mata, dan iritasi kulit. dan berair, hidung risih dan gatal serta
Polusi kabut asap yang berasal dari radang tenggorokan yang dapat
kebakaran hutan mengandung memudahkan terjadinya infeksi saluran
campuran gas, partikel dan bahan kimia pernafasan akut (ISPA). Dampak buruk
akibat pembakaran yang tidak tersebut mengancam kesehatan setiap
sempurna dari bahan-bahan organik orang, terutama bayi dan anak-anak
yang ada pada hutan maupun lahan yang mengalami kerentanan tinggi
(sersah, sisa tumbuhan, dll). Campuran terpapar dan terjangkit penyakit
gas, partikel dan bahan kimia yang kesehatan akibat kabut asap
terkandung dalam kabut asap pembakaran hutan dan lahan.
memberikan banyak dampak bagi
Tabel 5. Jumlah Penderita ISPA Tahun 2015

Sumber : Sistem Monitoring Karhutla di Indonesia oleh Direktur Pengendalian


Kebakaran Hutan dan Lahan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Berdasarkan data dari Tabel 5. jumlah penderita sebanyak 156.992


Jumlah Penderita ISPA Tahun 2015 ribu jiwa. Hal tersebut diakibatkan atau
Provinsi Kalimantan Selatan dipengaruhi terhadap luasnya wilayah
mengalami ledakan jumlah penderita kebakaran hutan dan bagaimana tingkat
infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) kandungan dalam kabut asap yang
tertinggi pada bulan Agustus 2015 terjadi.
dengan jumlah penderita sebesar Selain faktor jarak pandang,
51.716 ribu jiwa. tingkat kesehatan di wilayah yang
Sedangkan Provins Riau, terpapar kabut asap juga mengalami
Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan kerentanan. Padahal kita tahu bahwa
Tengah dan Kalimantan Barat memiliki kesehatan mahal harganya dan
hasil rata-rata tingginya ledakan jumlah kesehatan sangat mendukung pola
penderita insfeksi saluran pernafasan sosialisasi masyarakat. Apabila tingkat
atas (ISPA) terjadi pada bulan kesehatan rendah maka dapat diketahui
September-Oktober. Jumlah total pula bahwa mayoritas hal tersebut
penderita ISPA pada pembakaran hutan berdampak pada tingkat interaksi antar
dan lahan gambut tahun 2015 paling manusia yang juga mengalami
banyak pada bulan September dengan penurunan.
5. Hubungan Bilateral dengan Negara Tetangga
Gambar 1. Overview Dampak Asap Karlahut 2015

Sumber : Sistem Monitoring Karhutla di Indonesia oleh Direktur Pengendalian


Kebakaran Hutan dan Lahan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari
sumber peta : asmc.acean.org.

Kebakaran hutan dan lahan agenda rutin kebiasaan tahunan di


gambut yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia.
beberapa wilayah Indonesia telah Bencana kebakaran dengan
menjadi perhatian serius baik nasional menimbulkan fenomena asap tahunan di
maupun internasional. Masalah asap Indonesia dapat mengalami
saat ini bukan hanya merupakan soal perkembangan menjadi suatu bencana
sepele seperti halnya membakar arang global yang membutuhkan penanganan
maupun membakar sampah di khusus dari banyak pihak. Dampak
pekarangan rumah saja. Asap kini bisa kebakaran tidak hanya dirasakan oleh
menjadi indikator pemahaman nilai masyarakat Indonesia saja tetapi juga
etika dan indikator ketaatan pada beberapa negara tetangga seperti
hukum yang berlaku. Kebakaran hutan Singapura dan Malaysia. Kabut asap
dan lahan gambut yang terjadi hampir dengan bantuan angin dengan
setiap tahunnya hingga sudah menjadi mudahnya terbang melenggang ke
negara lain dan menjadi polusi udara Hal tersebut sesuai dengan hasil
lintas-batas. Berdasarkan pantauan overview yang dilakukan ASEAN
satelit NOAA 18 (Table 2. Specialised Meteorological Centre
Perbandingan Kondisi Hotspot 2015- (ASMC) pada tanggal 8 dan 24 Oktober
2016 dari Satelit NOAA 18) yang dirilis 2015. Dari hasil gambar overview dapat
Kementerian Kehutanan dan diketahui bahwa kabut asap juga
Lingkungan Hidup diketahui bahwa ada memasuki wilayah negara tetangga
21.933 titik api yang tersebar di enam yaitu Singapura dan Malaysia.
provinsi di Indonesia.

Gambar 2. Indeks Kualitas Udara di Singapura Berbahaya

Sumber : http://www.wri.org/blog/2015/09/kebakaran-di-indonesia-menghasilkan-
polusi-udara-dengan-level-%E2%80%9Csangat-berbahaya%E2%80%9D-di
dari sumber data primer oleh AQICN.org
Langkah penting diambil oleh Pemerintah Indonesia dan Singapura,
negara tetangga guna melakukan melakukan usaha-usaha untuk
pencegahan darurat dengan menutup menurunkan risiko kebakaran.
semua SD dan SMP untuk pertama Deteksi api dan usaha
kalinya sejak kabut asap terjadi. pemadaman telah ditingkatkan, serta
Masker-masker gratis juga dibagikan di penegakkan hukum Indonesia telah
tempat-tempat layanan masyarakat bagi dilakukan dengan beberapa
warga lanjut usia dan kelompok rentan penangkapan yang signifikan.
untuk mengurangi resiko terkena radang Singapura bahkan mengajukan undang-
tenggorokan maupun infeksi saluran undang mendobrak baru yang
pernafasan atas (ISPA), mengingat memungkinkan pemerintah untuk
bahwa hasil dari data Indeks Standar menjatuhkan sanksi kepada perusahaan
Pencemaran Udara yang terjadi sudah domestik maupun asing yang
melampaui batas level sangat menyebabkan kabut asap lintas-negara
berbahaya. yang merugikan pemerintah negara
Selain itu banyak aktivitas bisnis tersebut. Pada Bulan Oktober,
dan penerbangan yang turut dihentikan pemerintah negara-negara ASEAN telah
mengingat resiko yang mungkin terjadi sepakat untuk bekerja sama dan
karena adanya kabut asap akibat membagi data mengenai titik api dan
pembakaran hutan yang tidak sesuai penggunaan lahan serta melakukan
aturan tersebut. Terkait dengan hal ini, investasi terhadap system pengawasan
beberapa progres telah dibuat. dan pengendalian api. 16

16
World Resources Institute. 2014. Kebakaran Hutan di Indonesia Mencapai Tingkat Tertinggi Sejak
Kondii Darurat Kabut Asap Juni 2013. http://www.wri.org/blog/2014/03/kebakaran-hutan-di-
indonesia-mencapai-tingkat-tertinggi-sejak-kondisi-darurat-kabut [Diakses pada 13 Desember 2016]
4. Kesimpulan kepada ibu Dewi Cahyani Puspitasari,
MA selaku dosen yang telah
Berdasarkan hasil dari
membimbing penulis serta semua pihak
penyusunan paper penelitian,
yang telah membantu kelancaran
kesimpulan yang dapat diambil
penulisan makalah.
dirumuskan seperti berikut ini :
1. Kebakaran hutan dan lahan gambut
di enam provinsi yang dikaji DAFTAR PUSTAKA
merupakan kejadian kebakaran
berulang.
2. Faktor utama penyebab kebakaran ACB. 2009. Assessment on Peatlands,
hutan dan lahan gambut berasal dari Biodiversity, and Climate Change
ulah manusia akibat dorongan Andriesse W. 1992. Acid Sulfate Soils
kebutuhan ekonomi. : Diagnosing the illness. Selected
3. Kebakaran hutan dan lahan gambut Papers of the Ho Chi Minh City
di enam provinsi kajian Symposium on Acid Sulphate
menimbulkan dampak pada bidang Soils, March 1992. ILRI
ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, Publication 53: 241-246. ILRI
dan kerjasama bilateral negara. Netherland
BRWA. 2015. Data Badan Registrasi
UCAPAN TERIMA KASIH Wilayah Adat (BRWA) per
Penulisan makalah ini Agustus 2015
merupakan bagian dari tugas mata Direktur Pengendalian Kebakaran
kuliah ilmu social dasar di Fakultas Hutan dan Lahan KLHK. 2016.
Geografi Universitas Gadjah Mada. Sistem Monitoring Karhutla di
Ucapan terima kasih penulis sampaikan Indonesia. Jakarta : KLHK
kepada kedua orangtua, kakak tercinta FWI. 2015. Hasil analisis tutupan hutan
dan terkhusus kepada Aziz Widya PKHI tahun 2013 dengan peta
Ulama yang telah memberikan wilayah adat di Badan Registrasi
dukungan dan motivasi kepada penulis Wilayah Adat (BRWA) tahun
dalam penyusunan makalah ini. Ucapan 2015
terima kasih juga penulis sampaikan
FWI. 2015. Hasil analisis sebaran titik Marlier, M.E. et al., 2013. El Niño and
api. sumber: FIRMS Nasa liputan health risks from landscape fre
bulan Januari - Oktober 2015 emissions in Southeast Asia.
Hidayati, Nur dkk. 2015. Analisis Nature climate change, 3(2),
Kebijakan Penundaan Pemberian hal.131–136. Tersedia di:
Izin Baru dan Penyempurnaan http://www.pubmedcentral.nih.go
Tata Kelola Hutan Alam Primer v/articlerender.fcgi?artid=421941
dan Lahan Gambut. WAHLI 7&tool=pmcentrez&rendertype=a
Hooijer, A., Page, S., Jauhiainen, J., bstract [diakses 12 Desember
Lee, W. A., Lu, X. X., Idris, A., 2016].
Anshari, G. (2012). Keputusan Kepala Bapedal No.107
Subsidence and carbon loss in Tahun 1997 tentang Perhitungan
drained tropical peatlands, dan Pelaporan serta Informasi
Biogeosciences, 9, hal 1053– Indeks Standar Pencemar Udara.
1071, doi:10.5194/bg-9-1053- Tersedia di : http://175.184.
2012 234.138/p3es/uploads/unduhan/K
Kartodiharjo. H. 2015. Masukan untuk ep-107-Thn-97_2.pdf [Diakses
Perpu Pengendalian Kebakaran pada 13 Desember 2016]
Lahan dan Hutan. Dokumen National Geographic. 2015. Orangutan
AMAN 2015 turut menjadi korban kebakaran
Lansigan FP, Santos WLDL, Coladilla hutan yang merajalela.
JO. 2000. Agronomic impacts of http://nationalgeographic.co.id/ber
climate variability on rice ita/2015/11/orangutan-turut-jadi-
production in the Philippines. korban-kebakaran-hutan-yang-
Agric Ecosyst Environ 82: 129- merajalela/2 [Diakses pada
137. tanggal 13 Desember 2016]
Catur, Wahyu., Suryadiputra, INN. UNDP, 2015. Indeks Tata Kelola
Dalam artikel berjudul “Seri Hutan 2014. http://industri.bisnis
Pengolahan Hutan dan Lahan .com/read/20150522/99/435928/i
Gambut “ Tersedia di : ndeks-tatakelola-hutan-2014-
http://www.wetlands.or.id/PDF/Fl diluncurkan [Diakses pada
yers/Fire01.pdf tanggal 13 Desember 2016]
World Bank. 2015. Indonesias fire and
haze crisis. http://www.worldbank
.org/in/news/featur e/2015/12/01/i
ndonesias-fire-and-haze-crisis
[Diakses pada 13 Desember 2016]
World Resources Institute. 2014.
Kebakaran Hutan di Indonesia
Mencapai Tingkat Tertinggi Sejak
Kondii Darurat Kabut Asap Juni
2013. http://www.wri.org/blog/
2014/03/kebakaran-hutan-di-
indonesia-mencapai-tingkat-
tertinggi-sejak-kondisi-darurat-
kabut [Diakses pada 13 Desember
2016]
World Resources Institute. 2015.
Kebakaran Hutan di Indonesia
Menghasilkan Polusi Udara
dengan Level Sangat Berbahaya.
http://www.wri.org/blog/2015/09/
kebakaran-di-indonesia-
menghasilkan-polusi-udara-
dengan-level-
%E2%80%9Csangat-
berbahaya%E2%80%9D-di dari
sumber data primer oleh
AQICN.org [Diakses pada 13
Desember 2016]

View publication stats

You might also like