You are on page 1of 5

Yunani Setyandriana, Neuropati Optik Toksik Akut

Neuropati Optik Toksik Akut

Acute Toxic Optic Neuropathy

Yunani Setyandriana
Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstract

The aim of the study was to report a case of acute toxic optic neuropathy.
A case report of a 29 years old female with acute visual loss in both eyes. There was
history of taking multiple drugs about 4 days while in the hospital. We performed visual
acuities examination, light projection, color perception, funduscopy, and visual field
examinations. The visual acuities were 1/300 on both eyes with bad color perceptions, the
other examination were normal. Visual field examination was performed on the third day
when the visual acuities were improved, showing severe depression on the both eyes and
diagnosed acute toxic optic neuropathy. She is given neurotropic injection once daily,
neutotropic tablet twice daily, and acetazolamide tablet 3 times daily. Retrobulber
dexamethason injection on second day for 5 days, and continued with dexamethason tablet
1mg four times daily. The patients was consulted to neurology, ENT, internist, and oral medicine
department. The visual acuity became better 3/60 in the both eyes on the third days, on the
seventh days on the right eye 5/60 and the left eye 4/60. One week later, the visual acuity
became 6/12 on the right eye and 6/15 on the left eye, but there was color deficiency in both
eyes. Visual field examination of both eyes showed improvement to be moderate depression.
The treatment was continued and dexamethason was tapering off. Follow up in one month
the visual acuity improved to be 6/7.5 on the right eye and 6/8.5 on the left eye, although
there was still green color blind with one eye. Visual field showed mild depression. Concluded
a case of acute toxic optic neuropathy treated with steroid injection and orally, and neurotropic
agents, there was a good result although not fully recovery.

Key words : acute toxic optic neuropathy, visual loss, visual field defect

Abstrak

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melaporkan laporan kasus yaitu neuropati optic
toksik akut.
Dilaporkan kasus seorang wanita 29 tahun buta mendadak kedua matanya. Empat hari
sebelum datang ke rumah sakit minum beberapa obat. Dilakukan pemeriksaan visus, proyeksi cahaya,
persepsi warna, funduskopi, dan lapang pandang. Visus kedua mata 1/300 dengan persepsi warna
buruk, pemeriksaan lain normal. Pemeriksaan lapang pandang dilakukan hari ke-3 saat visusnya
mulai membaik. Hasilnya menunjukkan depresi berat kedua mata dan didiagnosis neuropati optic
toksik akut. Diberikan terapi neurotropik injeksi sekali sehari, neurotropik tablet 2x sehari, dan
asetazolamide tablet 3x sehari. Dexamethason injeksi retrobulber diberikan hari kedua selama 5
hari, dilanjutkan dengan dexamethason tablet 1mg 4x sehari. Pasien dikonsulkan ke neurologi, THT,
penyakit dalam, dan dokter gigi. Visus hari ketiga membaik menjadi 3/60 pada kedua mata, hari ke-

136
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 9 No. 2: 136 - 140, Oktober 2009

7 menjadi 5/60 mata kanan dan 4/60 mata kiri, namun didapatkan buta warna pada kedua mata.
Seminggu kemudian visus membaik menjadi 6/12 mata kanan dan 6/15 mata kiri. Lapang pandang
menunjukkan depresi sedang. Terapi diteruskan dengan dexamethason tablet diturunkan dosisnya.
Follow up 1 bulan kemudian menunjukkan perbaikan dengan visus 6/7.5 mata kanan dan 6/8.5
mata kiri, namun masih terdapat buta warna hijau. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan
depresi ringan.
Disimpulkan bahwa kasus neuropati optic toksik akut diterapi dengan steroid injeksi dan
oral serta obat neurotropik, didapatkan perbaikan kondisi meskipun tidak sempurna.

Kata kunci: buta, defek lapang pandang, neuropati optik toksik akut

Pendahuluan demielinisasi, dan herediter.4 Pemeriksaan


laboratorium dan radiologis dapat
Neuropati optic toksik akut digunakan untuk penegakan diagnosis dan
merupakan neuropati optic yang ditandai menyingkirkan diagnosis banding kausatif.6
dengan kehilangan penglihatan akut, Penatalaksanaan utama neuropati
diskromatopsia berat, dan defek lapang adalah penghentian paparan zat toksik.
pandang akibat dari paparan zat-zat Pelacakan penyebab sangat membantu
toksik.1,2 Zat-zat toksin penyebab neuropati dalam terapi karena beberapa zat toksik
optik dapat berupa obat atau zat-zat nutrisi.3 memiliki anti dotumnya. 6 Pemberian
Gejala awal neuropati optic toksik meliputi multivitamin dan diet yang seimbang juga
hilangnya penglihatan yang simetris, dianjurkan.3
bilateral, tanpa disertai nyeri yang progresif, Prognosisnya bervariasi mulai dari
dan tidak ditemukan tanda-tanda oftalmologi pulih sempurna sampai hilangnya
yang jelas. Sebagian besar kasus penglihatan permanen. 2,4 Pada kasus-
menunjukkan tidak ada kelainan pada kasus awal yang segera ditangani,
pemeriksaan oftalmologi. Hasil prognosis penglihatan dapat pulih
pemeriksaan lapang pandang biasanya sempurna walaupun lambat.3 Pada kasus-
menunjukkan skotoma sentrosekal yang kasus yang lanjut yang telah disertai
simetris.2,3,4 perubahan diskus optikus (atrofi papil) maka
Penelitian epidemiologi yang proknosisnya lebih buruk.4
dilakukan oleh Philen di Kuba menjumpai Seorang perempuan, usia 29 tahun,
123 kasus neuropati optic di Kuba. alamat Aspol Gemoh Butuh, Temanggung,
Gambaran klinis yang mencolok adalah datang ke RS dengan keluhan kedua mata
hilangnya tajam penglihatan yang subakut, tidak dapat melihat. Riwayat penyakit kira-
disertai oleh penciutan lapang pandang, kira 10 hari yang lalu pasien terkena
berkurangnya persepsi warna, dan diskus influenza, 3 hari kemudian diperiksakan ke
optic yang pucat. Penelitian oleh Bourne dokter umum dan diberi 9 macam obat. 2
menunjukkan bahwa angka prevalensi hari kemudian pada waktu bangun tidur
neuropati neuropati optic pada anak sekolah kedua mata kabur dan akhirnya tidak dapat
di Tanzania adalah 1%(95%CI: 0,5%- melihat sama sekali.
1,4%).5 Pemeriksaan status generalis
Diagnosis neuropati optic toksik didapatkan keadaan umum cukup baik, gizi
akut ditegakkan berdasarkan gejala klinis, cukup, kesadaran baik. Tekanan darah 110/
pemeriksaan oftalmologis yang 90 mmHg, nadi 68 kali/menit, respirasi 16
mendukung, dan harus ditunjang oleh kali/ menit, berat badan 41 kg, suhu 36,5
riwayat pemakaian atau paparan zat-zat derajat celcius. Cor dan pulmo dalam batas
toksin. Diagnosis banding yang harus normal, hepar dan lien tak teraba.
dipertimbangkan adalah neuropati optic Pada pemeriksaan status
akibat lesi infiltrative, kompresi, proses oftalmologis mata kanan dan kiri

137
Yunani Setyandriana, Neuropati Optik Toksik Akut

didapatkan visus 1/300, proyeksi sinar baik, 2x500mg, Enico 1x1 capsul, dan Antalgin
persepsi warna merah/hijau baik, palpebra tablet kalau perlu.
tenang, konjungtiva tenang, kornea jernih, Hari ke-3 setelah terapi pada
kamera okuli anterior dalam dan jernih, pupil pemeriksaan didapatkan visus mata kanan
bulat sentral dengan diameter 4 mm reflek dan kiri 3/60, proyeksi sinar baik, persepsi
direk dan indirek (+), lensa jernih, fundus warna merah/hijau baik, kampus visi
media jernih, papil berbatas tegas A/V 2/3 ditemukan adanya depresi umum berat.
C/D 0,3, makula reflek cemerlang, retina Terapi dilanjutkan, hari ke-6 KalmetasonÒ
dalam batas normal, tekanan bola mata inj retrobulber 1x1Amp dihentikan dan
normal, gerakan bola mata bebas. dilanjutkan peroral 4x2tablet selama 7 hari
Pemeriksaan kampus visi belum dapat dievaluasi. Hari ke-7 pasien diperbolehkan
dilakukan karena pasien merasa pusing. pulang dengan visus mata kanan 5/60 dan
Pemeriksaan darah didapatkan HGB: 12,7 mata kiri 4/60, terapi diteruskan, Nerobion
g/dl, WBC: 4,90 X103/mL, Neutrofil: 37,1%, injeksi 1x5000 dihentikan.
Limfosit: 44,1%, Monosit: 15,5%, Eosinofil: Satu minggu kemudian pasien
2,9%, Basofil: 0,4%, PLT: 312x103/mL, KED: kontrol di poliklinik mata dengan hasil
54 mm/jam, GDN: 83 mg/dl. Pemeriksaan pemeriksaan pada mata kanan visus 6/12
urin pH: 6.0, BJ: 1.025, protein: +, glukosa - mata kiri 6/15, proyeksi sinar baik,
, urobilin +, bilirubin -. Diagnosis: ODS pemeriksaan ischihara didapatkan buta
Neuritopati toksik akut. warna pada pembacaan dengan 1 mata,
Pemeriksaan foto thorax didapatkan dengan 2 mata baik. Kampus visi
bronchitis dengan besar cor normal. Foto didapatkan hasil depresi umum sedang
Sinus Paranasal didapatkan mukosal reaksi pada kedua mata, kesan sangat mambaik.
sinus maksilaris bilateral dan hipertrofi Terapi dilanjutkan, KalmetasonÒ ditappering,
choncha media cavum nasi sinistra. Foto kontrol kembali 1 bulan.
pelvis PA tak ada kelainan, foto OPG Satu bulan kemudian pasien kontrol
didapatkan caries, missing, sisa radiks, dan dengan hasil pemeriksaan visus mata
tumpatan. kanan 6/7,5 dan mata kiri 6/8,5, proyeksi
Konsultasi ke bagian gigi sinar baik, pemeriksaan ischihara
disimpulkan kebersihan mulut kurang, didapatkan buta warna hijau pada
didapatka caries dan radix, yang kemudian pembacaan dengan 1 mata, kampus visi
dilakukan cabut dan tambal gigi. Konsultasi didapatkan depresi ringan, membaik. Terapi
ke bagian saraf didapatkan simpulan lesi dilanjutkan, Kalmetason Ò ditappering,
nervus II o.k neuropati belum dapat kontrol kembali ke dokter setempat.
disingkirkan, dan disarankan diberi
roboransia saraf (MethycobaltÒ 2x500mg). Diskusi
Dari bagian THT disimpulkan ada Sinusitis
maksilaris bilateral e.c. odontogen, Pada kasus ini gejala awal yang
disarankan diberi terapi Amoxicilin dikeluhkan penderita adalah kedua mata
3x500mg, metronidazol 3x500mg, dan tidak dapat melihat mendadak 2 hari setelah
Efedrin 3x1 tablet selama 2 minggu. Dari mendapatkan pengobatan 9 macam obat.
bagian penyakit dalam disimpulkan Perlangsungan penyakit pada neuropati
observasi batuk lama, disarankan diberi optic toksik dapat bersifat akut, subakut,
terapi Amoxicilin 3x500mg. ataupun krinik tergantung jenis zat
Terapi yang diberikan adalah toksiknya, dan pada kasus ini bersifat akut.7
Neurobion injeksi 1x5000, Neurobion 2x1 Visus penderita pada awal
tablet, KalmetasonÒ inj retrobulber 1x1Amp pemeriksaan adalah 1/300 pada kedua
(5 hari) dilanjutkan peroral 4x2tablet mata. Penurunan visus pada kasus-kasus
ditappering tiap 1 minggu, Asetazolamid optic neuropati dapat berfariasi, namun
3x250mg, KCl 1x125mg, Methylcobalt kebutaan total atau hanya proyeksi sinar/
persepsi warna sangat jarang ditemukan

138
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 9 No. 2: 136 - 140, Oktober 2009

pada kasus-kasus neuropati optic toksik menyingkirkan diagnosis lain, sehingga


(methanol). Penurunan visus yang bilateral kemungkinan penurunan tajam penglihatan
dan simetris mendukung diagnosis karena kompresi dan neoplasma pada saraf
neuropati optic toksik, walaupun pada optic dapat dikesampingkan.
beberapa kasus awal bersifat asimetris. Terapi yang diberikan adalah obat
Hasil pemeriksaan oftalmologis neurotropik, asetazolamide, dan
tidak menunjukkan adanya kelainan. Pupil kortikosteroid injeksi yang diteruskan
bulat, sentral dengan diameter 4mm, reflex dengan pemberian secara oral. Pemakaian
direk dan indirek baik, fundus media jernih kortikosteroid pada penderita neuritis optik
dengan papil berbatas tegas A/V 2/3 CD 0,3, masih menjadi perdebatan dalam
macula reflek cemerlang, retina normal. mempengaruhi perbaikan tajam
Defek pupl aferen sangat jarang dijumpai penglihatan, namun hanya untuk menekan
pada penderita neuropati optic toksik. Hal peradangan dan mengurangi rasa sakit.
ini disebabkan penurunan tajam penglihatan Pada penelitian pemberian kortikosteroid
yang bilateral dan simetris. Respon cahaya secara intravena pada penderita neuritis
pupil akan terganggu pada kasus-kasus optic yang kemudian dievaluasi dalam 1
dengan tajam penglihatan buruk sampai tahun, didapatkan hasil perbaikan tajam
buta.7 penglihatan dengan cepat dan mendekati
Pemeriksaan lapang pandang sempurna pada semua pasien yang
dilakukan pada hari ketiga dengan hasil mendapat terapi tersebut lalu dilanjutkan
depresi berat pada kedua mata. Defek peroral. 9,10 Pada kasus ini diberikan
lapang pandang merupakan hal yang sering kortikosteroid dipertimbangkan atas dasar
terjadi pada penderita dengan toksik atau penurunan visus yang berat dan salah satu
nutrisional optic neuropati. Kelainan lapang indikasi indikasi pemberian steroid adalah
pandang yang sering terjadi adalah bila terjadi peradangan saraf optic dan
skotoma sesosentral, sementara itu terjadi penurunan visus yang sedang
penyempitan lapang pandang perifer jarang sampai berat. Respon pemberian steroid
ditemukan.2,8 pada kasus ini baik, dengan menunjukkan
Pemeriksaan fundus menunjukkan perbaikan visus pada hari ketiga, dan
papil saraf optic dalam batas normal. Pada hampir normal pada satu bulan setelah
tahap-tahap awal gambaran diskus serangan awal, yang umumnya penderita
seringkali normal atau sedikit hiperemis. dapat merasakan perbaikan visus pada
Pembengkakan diskus hanya dijumpai minggu keempat sampai kelima setelah
pada sedikit kasus. Pada kasus yang tidak serangan.3
ditangani dengan baik dan sudah lanjut, Atrofi optic merupakan perkembangan
sering dijumpai atrofi optic. selanjutnya dari defek bagi serabut saraf
Pemeriksaan elektrofisiologi merupakan hal yang mengalami degenerasi akibat neuritis
yang penting pada kasus-kasus neuropati optic, terutama jika terjadi kekambuhan
optic toksik. Pemeriksaan elektrofisiologi bukanlah merupakan proses peradangan
yang dianjurkan ada;ak elektroretinogram melainkan lebih ke suatu proses degenerasi
(ERG) dan visual evoked potensial (EVP), saraf optic dengan terjadinya defek
tetapi pada kasus ini tidak kami kerjakan penglihatan warna dan lapang pandang.3
karena keterbatasan sarana.7 Pada penderita didapatkan buta warna pada
Penderita kami konsulkan ke neurologi, pemeriksaan satu mata, dengan dua mata
THT, penyakit dalam, dan gigi mulut. Hasil tidak menunjukkan adanya buta warna, dan
yang didapatkan dari keempat bagian terjadi depresi umum pada pemeriksaan
tersebut menunjukkan tidak adanya lapang pandang, yang membaik setelah
kelainan. Hal ini membantu dalam mendapatkan terapi.

139
Yunani Setyandriana, Neuropati Optik Toksik Akut

Kesimpulan 3. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology. 3th


edition. London: Butterworth-
Telah dilaporkan satu kasus Heinemann, 1994:14:457.
neuropati optic toksik akut pada wanita 4. Newman SA. Basic and Clinical
dewasa 29 tahun. Diagnosis ditegakkan Science Course section 5 Neuro-
atas dasar anamnesis dan gambaran klinik Ophthalmology. San Francisco,
yang spesifik pada pemeriksaan California, 2003;4:166-68.
neurooftalmologi. Penatalaksanaan meliputi 5. Bern C, Philen RM, Freeman D, et al.
pemberian medikamentosa neurotropik, Epidemic Optic neuropathy in Cuba-
asetazolamide, dan kortikosteroid injeksi Clinical characterization and risk
yang diteruskan dengan pemberian peroral. factors. The New England Journal of
Visus penderita membaik, 6/7.5 pada mata Medicine 1995;2:1176-82.
kanan dan 6/8.5 pada mata kiri, meskipun 6. Albert DM, Jakobiec FA. Principles and
masih terdapat gangguan penglihatan Practice of Ophthalmology, vol 4. WB
warna hijau. Didapatkan perbaikan pada Saunders Company, 1994;205:2599-
penderita, meskipun tidak sempurna 2603.
sesempurna keadaan sebelumnya. 7. Miller NR, Newman NJ. The Essentials:
Pemberian medikamentosa yang Walsh and Hoyt’s Clinical Neuro-
berlebihan dapat menyebabkan banyak efek Ophthalmology 5 th ed, Lippincott
samping termasuk toksisitas pada nervus Williams and Wilkins, Pensylvania,
optikus, sehingga harus hati-hati dalam USA, 1999;10:290-302.
pemberian dan pemilihan obat. 8. Chris H. Disorders of The Visual
Pathway: from the optic disc to the
visual cortex;
Daftar Pustaka http.www.optometry.co.uk.
9. Berck RW. Optic Neuritis treatment trial
1. Kline LB, Bajandas FJ. Neuro- one year follow up result. Arch
Ophthalmology Review Manual, 5th ed. Ophthalmology J, 1993;111:773-5.
Slack Incorporated, USA. 2001. 10. Farris. Bilateral post infectious optic
2. Bruce J. Lecture notes on neuritis and antravenous therapy in
Ophthalmology. 9 th ed. Blackwell children. Ophthalmology J,
Science Ltd. English, 2003:151-53. 1990;97:339-45.

140

You might also like