Professional Documents
Culture Documents
7.10.3.3. Kriteria Rujukan
7.10.3.3. Kriteria Rujukan
A. KELOMPOK UMUM
1. Tuberkulosis (TB) Paru
Kriteria Rujukan
a. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid) seperti TB pada
orang dengan HIV, TB dengan penyakit metabolik, TB anak, perlu dirujuk ke layanan
sekunder.Pasien TB yang telah mendapat advis dari layanan spesialistik dapat
melanjutkan pengobatan di fasilitas pelayanan primer.
b. Suspek TB – MDR harus dirujuk ke layanan sekunder.
2. Morbili
Kriteria rujukan
Perawatan di Rumah Sakit untuk campak dengan komplikasi (superinfeksi bakteri,
pneumonia, dehidrasi, croup, ensefalitis)
3. Varisela
Kriteria rujukan
a. Terdapat gangguan imunitas
b. Mengalami komplikasi yang berat seperti pneumonia, ensefalitis, dan hepatitis.
4. Malaria
Kriteria Rujukan
a. Malaria dengan komplikasi
b. Malaria berat, namun pasien harus terlebih dahulu diberi dosis awal Artemisinin
atau Artesunat per Intra Muskular atau Intra Vena dengan dosis awal 3,2mg /kg BB.
8. Kandidiasis Mulut
Kriteria Rujukan:
Bila kandidiasis merupakan akibat dari penyakit lainnya, seperti HIV.
9. Lepra
Kriteria rujukan
a. Terdapat efek samping obat yang serius.
b. Reaksi kusta dengan kondisi:
1. ENL melepuh, pecah (ulserasi), suhu tubuh tinggi, neuritis.
2. Reaksi tipe 1 disertai dengan bercak ulserasi atau neuritis.
15. Syok
Kriteria Rujukan
Setelah kegawatan pasien ditangani, pasien dirujuk ke layanan sekunder.
B. DARAH, PEMBENTUKAN DARAH, SISTEM IMUN
1. Anemia
Kriteria rujukan
a. Anemia berat dengan indikasi transfusi (Hb < 6 mg%).
b. Untuk anemia karena penyebab yang tidak termasuk kompetensi dokter
layanan primer, dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.
3. Limfadenitis
Kriteria rujukan
a. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dirujuk untuk mencari
penyebabnya (indikasi untuk dilaksanakan biopsi kelenjar getah
bening).
b. Biopsi dilakukan bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan
kepada keganasan, KGB yang menetap atau bertambah besar dengan
pengobatan yang tepat, atau diagnosis belum dapat ditegakkan.
C. DIGESTIVE
1. Refluks Gastroesofageal
Kriteria Rujukan
a. Pengobatan empirik tidak menunjukkan hasil
b. Pengobatan empirik menunjukkan hasil namun kambuh kembali
c. Adanya alarm symptom:
1. Berat badan menurun
2. Hematemesis melena
3. Disfagia (sulit menelan)
4. Odinofagia (sakit menelan)
5. Anemia
2. Gastritis
Kriteria rujukan
a. Bila 5 hari pengobatan belum ada perbaikan.
b. Terjadi komplikasi.
c. Terjadi alarm symptoms seperti perdarahan, berat badan menurun 10%
dalam 6 bulan, dan mual muntah berlebihan.
3. Intoleransi Makanan
Kriteria Rujukan
Perlu dilakukan konsultasi ke spesialis penyakit bila keluhan tidak
menghilang walaupun tanpa terpapar.
4. Malabsorbsi Makanan
Kriteria Rujukan
5. Demam Tifoid
Kriteria Rujukan
a. Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum tampak perbaikan.
b. Demam tifoid dengan tanda-tanda kedaruratan.
8. Apendisitis Akut
Kriteria Rujukan
Pasien yang telah terdiagnosis harus dirujuk ke layanan sekunder untuk dilakukan
operasi cito.
12. Hepatitis A
Kriteria Rujukan
a. Penderita Hepatitis A dengan keluhan ikterik yang menetap tanpa disertai keluhan
yang lain.
b. Penderita Hepatitis A dengan penurunan kesadaran dengan
kemungkinan ke arah ensefalopati hepatik.
13. Hepatitis B
Kriteria Rujukan
Pasien yang telah terdiagnosis Hepatitis B dirujuk ke pelayanan sekunder
(spesialis penyakit dalam)
14. Parotitis
Kriteria Rujukan
Bila kasus tidak membaik dengan pengobatan adekuat di layanan primer, segera
rujuk ke layanan sekunder dengan dokter spesialis anak atau dokter spesialis
penyakit dalam.
15. Askariasis
-
18. Skistosomiasis
Kriteria Rujukan
Pasien yang didiagnosis dengan skistosomiasis (kronis) disertai komplikasi.
19. Strongiloidiasis
Kriteria Rujukan
Bila ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada sistiserkosis
21. Peritonitis
Kriteria Rujukan
Rujuk ke fasilitas kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis bedah.
22. Kolesistitis
Kriteria rujukan
Pasien yang telah terdiagnosis kolesistitis dirujuk ke spesialis penyakit dalam,
sedangkan bila terdapat indikasi untuk pembedahan pasien dirujuk pula ke
spesialis bedah.
D. MATA
1. Mata Kering/Dry eye
Kriteria rujukan
Dilakukan rujukan ke spesialis mata jika timbul komplikasi.
2. Buta Senja
-
3. Hordeolum
Kriteria rujukan
a. Bila tidak memberikan respon dengan pengobatan konservatif.
b. Hordeolum berulang.
4. Konjungtivitis
Kriteria rujukan
a. Pada bayi dengan konjungtivitis gonore jika terjadi komplikasi pada
kornea dilakukan rujukan ke spesialis mata.
b. Konjungtivitis alergi dan viral tidak ada perbaikan dalam 2 minggu rujuk
ke spesialis mata
c. Konjungtivitis bakteri tidak ada perbaikan dalam 1 minggu rujuk ke
spesialis mata.
5. Blefaritis
Kriteria Rujukan
Apabila tidak membaik dengan pengobatan optimal.
6. Perdarahan Subkonjungtiva
Kriteria rujukan
Perdarahan subkonjungtiva harus segera dirujuk ke spesialis mata jika
ditemukan penurunan visus.
8. Astigmatism
Kriteria rujukan
Apabila visus tidak dapat mencapai 6/6.
9. Hipermetropia
Kriteria rujukan
Rujukan dilakukan jika timbul komplikasi.
10. Miopia Ringan
Kriteria rujukan
Kelainan refraksi yang progresif, tidak maju dengan koreksi dan tidak maju
dengan pinhole.
11. Presbiopia
-
E. TELINGA
1. Otitis Eksterna
Kriteria Rujukan
a. Pada kasus herpes zoster otikus
b. Kasus otitis eksterna nekrotikan
3. Serumen Prop
-
F. HIDUNG
Benda Asing di Hidung
Kriteria Rujukan
Pengeluaran benda asing tidak berhasil karena perlekatan atau posisi benda
asing sulit dilihat.
G. KARDIOVASKULAR
1. Angina Pektoris
Kriteria Rujukan
Dilakukan rujukan ke layanan sekunder (spesialis jantung/spesialis penyakit
dalam) untuk tatalaksana lebih lanjut
2. Infark Miokard
Kriteria Rujukan
Segera dirujuk setelah mendapatkan terapi MONACO ke layanan sekunder
dengan spesialis jantung atau spesialis penyakit dalam
3. Takikardia
Kriteria Rujukan
Segera rujuk setelah pertolongan pertama dengan pemasangan infus dan
oksigen.
Pada kondisi akut, dimana kondisi klinis mengalami perburukan dalam waktu
cepat harus segera dirujuk Layanan Sekunder (Sp. Jantung/Sp. Penyakit
Dalam) untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
5. Cardiorespiratory Arrest
Kriteria rujukan
Pasien dirujuk ke spesialis berdasarkan kemungkinan penyebab (SpPD, SpJP
atau SpB, dan seterusnya) untuk tatalaksana lebih lanjut.
6. Hipertensi Esensial
Kriteria rujukan
a. Hipertensi dengan komplikasi.
b. Resistensi hipertensi.
c. Krisis hipertensi (hipertensi emergensi dan urgensi).
7. Infark Serebral/Stroke
Kriteria Rujukan
Semua pasien stroke setelah ditegakkan diagnosis dan diberikan penanganan
awal selanjutnya dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang
memiliki dokter spesialis saraf.
H. MUSKULOSKELETAL
1. Fraktur Terbuka
Kriteria Rujukan
Langsung dirujuk dengan tetap mengawasi tanda vital dan memberikan
penanganan awal.
2. Fraktur Tertutup
Kriteria Rujukan : pasien segera dirujuk ke RS
3. Polimialgia Reumatik
Kriteria Rujukan
Setelah ditegakkan dugaan diagnosis, pasien dirujuk ke spesialis penyakit
dalam.
4. Artritis Reumatoid
Kriteria rujukan
a. Tidak membaik dengan pemberian obat anti inflamasi dan steroid dosis
rendah.
b. RA dengan komplikasi.
c. Rujukan pembedahan jika terjadi deformitas.
5. Artritis, Osteoartritis
Kriteria Rujukan
a. Bila ada komplikasi, termasuk komplikasi terapi COX 1
b. Bila ada komorbiditas
6. Lipoma
Kriteria rujukan:
a. Ukuran massa > 6 cm dengan pertumbuhan yang cepat.
b. Ada gejala nyeri spontan maupun tekan.
c. Predileksi di lokasi yang berisiko bersentuhan dengan pembuluh darah
atau saraf.
I. NEUROLOGI
1. Kejang Demam
Kriteria Rujukan
a. Apabila kejang tidak membaik setelah diberikan obat antikonvulsi.
b. Apabila kejang demam sering berulang disarankan EEG.
2. Vertigo
Kriteria Rujukan
a. Vertigo vestibular tipe sentral harus segera dirujuk.
b. Tidak terdapat perbaikan pada vertigo vestibular setelah diterapi
farmakologik dan non farmakologik.
3. Delirium
Kriteria Rujukan
Bila gejala agitasi telah terkendali, pasien dapat segera dirujuk ke fasilitas
pelayanan rujukan sekunder untuk memperbaiki penyakit utamanya.
4. Tetanus
Kriteria Rujukan
a. Bila tidak terjadi perbaikan setelah penanganan pertama.
b. Terjadi komplikasi, seperti distres sistem pernapasan.
c. Rujukan ditujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang
memiliki dokter spesialis neurologi.
5. Rabies
Kriteria Rujukan
a. Penderita rabies yang sudah menunjukkan gejala rabies.
b. Dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter
spesialis neurolog.
6. Epilepsi
Kriteria Rujukan
Setelah diagnosis epilepsi ditegakkan maka pasien segera dirujuk ke
pelayanan sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf.
7. Status Epileptikus
Kriteria Rujukan
Semua pasien dengan status epileptikus setelah ditegakkan diagnosis dan
telah mendapatkan penanganan awal segera dirujuk untuk:
a. Mengatasi serangan
b. Mencegah komplikasi
c. Mengetahui etiologi
d. Pengaturan obat
8. Migren
Kriteria Rujukan
Pasien perlu dirujuk jika migren terus berlanjut dan tidak hilang dengan
pengobatan analgesik non-spesifik. Pasien dirujuk ke layanan sekunder
(dokter spesialis saraf).
9. Bells’ Palsy
Kriteria Rujukan
a. Bila dicurigai kelainan supranuklear
b. Tidak menunjukkan perbaikan
J. PSIKOLOGIS
1. Insomnia
Kriteria Rujukan
Apabila setelah 2 minggu pengobatan tidak menunjukkan perbaikan, atau
apabila terjadi perburukan walaupun belum sampai 2 minggu, pasien dirujuk
ke fasilitas kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis kedokteran
jiwa.
2. Demensia
Kriteria Rujukan
a. Pasien dirujuk untuk konfirmasi diagnosis dan penatalaksanaan
lanjutan.
b. Apabila pasien menunjukkan gejala agresifitas dan membahayakan
dirinya atau orang lain.
4. Gangguan Psikotik
Kriteria Rujukan
a. Pada kasus baru dapat dirujuk untuk konfirmasi diagnostik ke
fasyankes sekunder yang memiliki pelayanan kesehatan jiwa setelah
dilakukan penatalaksanaan awal.
b. Kondisi gaduh gelisah yang membutuhkan perawatan inap karena
berpotensi membahayakan diri atau orang lain segera dirujuk setelah
penatalaksanaan awal.
K. RESPIRASI
1. Epistaksis
Kriteria Rujukan
a. Pasien dengan epistaksis yang curiga akibat tumor di rongga hidung
atau nasofaring.
b. Epistaksis yang terus berulang.
3. Faringitis
Kriteria Rujukan
a. Faringitis luetika.
b. Timbul komplikasi: epiglotitis, abses peritonsiler, abses retrofaringeal,
septikemia, meningitis, glomerulonefritis, demam rematik akut.
4. Rhinitis Akut
Kriteria Rujukan
Pasien dengan rhinitis difteri.
5. Rhinitis Alergik
Kriteria Rujukan
a. Bila perlu dilakukan Prick Test untuk mengetahui jenis alergen.
b. Bila perlu dilakukan tindakan operatif.
6. Rhinitis Vasomotor
Kriteria Rujukan
Jika diperlukan tindakan operatif
7. Tonsilitis
Kriteria Rujukan
Segera rujuk jika terjadi:
a. Komplikasi tonsilitis akut: abses peritonsiler, septikemia, meningitis,
glomerulonephritis, demam rematik akut.
b. Adanya indikasi tonsilektomi.
c. Pasien dengan tonsilitis difteri.
8. Laringitis
Kriteria Rujukan
Indikasi masuk rumah sakit apabila:
a. Usia penderita dibawah 3 tahun.
b. Terdapat tanda sumbatan jalan nafas.
c. Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau exhausted.
d. Curiga adanya tumor laring.
e. Perawatan di rumah kurang memadai.
9. Bronkitis Akut
Kriteria Rujukan
Pada pasien dengan keadaan umum buruk, perlu dirujuk ke rumah sakit yang
memadai untuk monitor secara intensif dan konsultasi ke spesialis terkait.
10. Influenza
Rujukan
Bila didapatkan tanda-tanda pneumonia (panas tidak turun 5 hari disertai
batuk purulen dan sesak napas)
13. Pertusis
-
L. KULIT
1. Miliaria
-
2. Veruka Vulgaris
Kriteria Rujukan
Rujukan sebaiknya dilakukan apabila:
a. Diagnosis belum dapat ditegakkan.
b. Tindakan memerlukan anestesi/ sedasi.
3. Reaksi Gigitan Serangga
Kriteria rujukan
Jika kondisi memburuk, yaitu dengan makin bertambahnya patch eritema,
timbul bula, atau disertai gejala sistemik atau komplikasi.
4. Herpes Zoster
Kriteria rujukan
Pasien dirujuk apabila:
a. Penyakit tidak sembuh pada 7-10 hari setelah terapi.
b. Terjadi pada pasien bayi, anak dan geriatri (imunokompromais).
c. Terjadi komplikasi.
d. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka
5. Herpes Simpleks
Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk apabila:
6. Skabies
Kriteria Rujukan
Pasien skabies dirujuk apabila keluhan masih dirasakan setelah 1 bulan pasca
terapi
7. Pedikulosis Kapitis
Kriteria rujukan
Apabila terjadi infestasi kronis dan tidak sensitif terhadap terapi yang
diberikan.
8. Dermatofitosis
Kriteria rujukan
Pasien dirujuk apabila:
a. Penyakit tidak sembuh dalam 10-14 hari setelah terapi.
b. Terdapat imunodefisiensi.
c. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka.
10. Pioderma
Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk apabila terjadi:
a. Komplikasi mulai dari selulitis.
b. Tidak sembuh dengan pengobatan selama 5-7 hari.
c. Terdapat penyakit sistemik (gangguan metabolik endokrin dan
imunodefisiensi).
20. Urtikaria
Kriteria Rujukan
a. Rujukan ke spesialis bila ditemukan fokus infeksi.
b. Jika urtikaria berlangsung kronik dan rekuren.
c. Jika pengobatan first-line therapygagal.
21. Filariasis
Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk bila dibutuhkan pengobatan operatif atau bila gejala tidak
membaik dengan pengobatan konservatif.
2. Tirotoksikosis
Kriteria Rujukan
Setelah penanganan kegawatan (pada krisis tiroid) teratasi perlu dilakukan
rujukan ke layanan kesehatan sekunder (spesialis penyakit dalam).
5. Diabetes Melitus
Kriteria Rujukan
untuk penanganan tindak lanjut pada kondisi berikut:
a. DM dengan komplikasi
b. DM dengan kontrol gula buruk
c. DM dengan infeksi berat
d. DM dengan kehamilan
e. DM type 1
7. Hiperuricemia-Gout Arthritis
Kriteria rujukan
Apabila pasien mengalami komplikasi atau pasien memiliki penyakit komorbid,
perlu dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.
8. Dislipidemia
Kriteria Rujukan
Perlu dilakukan rujukan jika terdapat penyakit komorbid yang harus ditangani
oleh spesialis.
N. SALURAN KEMIH
Infeksi Saluran Kemih
Kriteria Rujukan
Jika ditemukan komplikasi dari ISK maka dilakukan ke layanan kesehatan
sekunder (spesialis penyakit dalam)
O. KESEHATAN WANITA
1. Hiperemesis Gravidarum
Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk setelah mendapat penanganan awal.
2. Kehamilan Normal
Kriteria Rujukan
Diabetes melitus
Rujuk untuk memperoleh pelayanan sekunder
Penyakit jantung
Konsultasikan dan rawat atas pengawasan dokter ahli di
tingkat sekunder
Penyakit ginjal
Konsultasikan dan rawat atas pengawasan dokter ahli di
tingkat sekunder
Epilepsi
Nasehati untuk meneruskan pengobatan
Riwayat (validated
IUGR= intra uterin
growth retardation)
Konsultasikan dan rawat atas pengawasan dokter ahli di
tingkat sekunder
a. hyperemesis
b. perdarahan per vaginam atau spotting
c. trauma
3. Pre-eklampsia
Kriteria Rujukan
Rujuk bila ada satu atau lebih gejala dan tanda-tanda pre-eklampsia berat ke
fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis obstetri
dan ginekologi setelah dilakukan tata laksana pada pre-eklampsia berat.
4. Eklampsi
-
5. Abortus
-
8. Persalinan Lama
Kriteria rujukan
Apabila tidak dapat ditangani di pelayanan primer atau apabila level
kompetensi SKDI dengan kriteria merujuk (<3B)
11. Mastitis
Kriteria Rujukan
Komplikasi:
a. Abses mammae
b. Sepsis
P. PENYAKIT KELAMIN
1. Fluor Albus / Vaginal discharge Non Gonore
Kriteria rujukan
Pasien dirujuk apabila:
a. Tidak terdapat fasilitas pemeriksaan untuk pasangan
b. Dibutuhkan pemeriksaan kultur kuman gonore
c. Adanya arah kegagalan pengobatan
2. Sifilis
Kriteria rujukan
Semua stadium dan klasifikasi sifilis harus dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang memiliki dokter spesialis kulit dan kelamin.
3. Gonore
Kriteria Rujukan
a. Apabila tidak dapat melakukan tes laboratorium
b. Apabila pengobatan di atas tidak menunjukkan perbaikan dalam jangka
waktu 2 minggu, penderita dirujuk ke dokter spesialis karena
kemungkinan terdapat resistensi obat.
4. Vaginitis
-
5. Vulvitis
Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk ke dokter spesialis kulit dan kelamin jika pemberian salep
Kortison tidak memberikan respon.