You are on page 1of 11

KAJIAN MASALAH GIZI DALAM KEDARURATAN AKIBAT

BENCANA DAN KONFLIK

Herman Sudiman'

ABSTRACT

STUDY ON NUTRITION EMERGENCY BECAUSE DISASTERS AND CONFLICT

In the last ten years, Indonesia faced natural disasters, man-made disasters, and
conflicts that potentially affect food and nutrition emergency. Actually, the Indonesian
government has built a system in handling these problems. It is necessary to prevent famines,
especially those arising @om natural disasters, man-made disasters, and conflicts. However,
Indonesia has limited resources to handle these problems due to the economic crisis,
government transition, regional autonomy, decentralization, the JFequency, nature and the
intensity of these disasters and conflicts. Nutrition service for the refugees of disasters and
conflict areas is an integral part of the whole health service. The objectives of food aid are to
save lives of people caught up in the crisis through food for life, and to support the most
vulnerable people through food-for-growth. The important issue of food aid for the crisis is
timely and sustained delivery of adequate food in quality and quantity to the people.
Emergency nutrition should be reinforced to anticipate the food and nutrition crisis because
of these disasters and conflicts. Nutrition emergency specialist from government, NGOs and
UN organization is limited. It is important to train nutritionist, program managers as well as
policy makers to be able to handle food and nutrition crisis due the disasters as well as
conflicts. .Knowledge of emergency nutrition, methods and technique for assessment,
monitroting and evaluation, and the role of emergency nutrition specialist should be
increased. The paper discusses those areas based on the last experiences. '
Key word: emergency nutrition, disasters, conflict.

PENDAHULUAN (Bakornas) Penanggulangan Bencana dan


Penanganan Pen ungsi yang dipimpin oleh
Dalam sepuluh tahun terakhir, Wakil Presiden(W.Di tingkat provinsi dan
Indonesia dilanda berbagai bencana yang kabupatedkota berturut-turut disebut
menelan banyak korban jiwa dan harta. Satkorlak PB-P dan Satlak PB-P yang
Keadaan ini diperberat oleh krisis masing-masing diketuai oleh gubernur dan
multidimensi yang hingga kini belum jelas bupatilwalikota.
kapan krisis akan berakhir. Pada era Orde
Baru, Indonesia sudah memiliki organisasi Menteri Kesehatan RI pada tanggal 9
yang mapan dalam menanggulangi bencana September 2001 telah mengeluarkan
alam yaitu Satuan Kordinasi Pelaksana Keputusan No.979/Menkes/SK~IX/2001,
Penanggulangan Bencana Alam (Satkorlak tentang Prosedur Tetap (Protap) Pelayanan
PBA) di bawah Departemen Sosial. Pada Kesehatan Penanggulan an Bencana dan
era reformasi, organisasi tersebut diubah Penanganan Pengungsi($ Kepmenkes R1
menjadi Badan Koordinasi Nasional tersebut juga menjelaskan perlunya

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Badan Litbangkes, Depkes R1.

Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001


Kajian masalah gizi dalam kedaruratan .. . ... ..... Herman Sudiman

dikembangkan Brigade Siaga Bencana seperti tercantum pada Tabel 1


(BSB) Nasional yang merupakan unit menimbulkan situasi kedaruratan yang
fungsional. BSB dapat digerakkan secara berpotensi berdampak pada krisis pangan
cepat untuk penanggulangan kedaruratan dan gizi. Arus pengungsi besar-besaran
karena berbagai bencana. Layanan pangan mempengaruhi ketersediaan dan distribusi
dan gizi merupakan bagian integral yang pangan di daerah pengungsian. Meski
tidak terpisahkan dalam penanganan pemerintah, masyarakat dan Organisasi
kedaruratan. Dalam makalah ini diuraikan Non Pemerintah (Omop) sejak dulu sudah
kajian gizi dalam kedaruratan sebagai berpengalaman mengatasi krisis pangan
akibat bencana dan konflik berdasarkan
dan gizi akibat bencana, tetapi hampir
pengalaman dari dalam maupun luar negeri
setiap kali menghadapi bencana seolah
serta bacaan terkait.
belurn terbiasa bertindak cepat dan tepat
dalam situasi krisis, sehingga kepekaan
BESAR DAN LUAS MASALAH terhadap situasi krisis juga masih rendah.
KEDARURATANAKIBATBENCANA Sebagai akibat rendahnya kepekaan
DAN KONFLIK DI INDONESIA tersebut, kemampuan manajemen krisis
umumnya j uga lemah. Rendahnya
Bencana alam seperti banjir, gunung kepekaan dan manajemen krisis dapat
meletus, gempa bumi, tanah longsor, dilihat, dirasakan dan diamati dalam
kekeringan, kebak&an, maupun bencana menghadapi masalah krisis pangan sebagai
karena perilaku manusia seperti hum-hara,
akibat krisis multidimensi yang dialarni
kerusuhan, perang saudara, kecelakaan
Indonesia sejak pertengahan tahun 1997.
(pesawat terbang, kereta api, kapal laut)
dan sebagainya, merupakan bagian dari Hambatan birokrasi seringkali menjadi
kehidupan manusia. Makin hari bencana alasan klasik yang hampir selalu muncul
seperti disebut di atas tidak menurun, setiap kali terjadi bencana. Keluhan korban
bahkan cenderung meningkat. Bencana bencana untuk mendapatkan bantuan
biasanya akut dan ditandai dengan korban banyak ditulis di media cetak ataupun
harta dan manusia dalam jumlah besar, ditayangkan dalam media elektronik
rusaknya rumah dan bangunan penting mengindikasikan masalah tersebut.
yang memberikan layanan masyarakat, Seringkali Ornop justru lebih sigap dalam
saluran air bersih dan air kotor, listrik, memberikan layanan kepada korban
telepon sehingga penduduk di daerah bencana, karena tidak menghadapi
bencana hams mengungsi. Kekeringan hambatan birokrasi.
akibat kemarau panj ang merupakan
bencana yang semestinya dapat diprediksi. Jumlah korban danlatau pengungsi
Kekeringan mengakibatkan sebagian besar akibat bencana yang menimbulkan
panen tanaman pangan gaga1 dan selanjut- kedaruratan di beberapa daerah di
nya masyarakat di daerah yang bersang- Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
kutan mengalami krisis pangan yang pada Meski pengungsi dari Nangroe Aceh
gilirannya menjadi krisis gizi. Penduduk di
Darusalam tidak tercantum karena penulis
daerah bencana mengungsi dan mencari
tidak mendapat angkanya, namun
mata pencaharian ke daerah lain.
diperkirakan mencapai puluhan ribu atau
Sebaran bencana sejak tahun 1990-an bahkan ratusan ribu jiwa. Bencana dapat
menurut jenis bencana atau peristiwa menimpa semua umur, dengan kata lain
disajikan pada Tabel 1. Semua bencana semua kelompok umur dapat terkena

Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001 164


Kajian masalah gizi dalam kedaruratan ........... Herman Sudirnan

bencana. Bantuan makanan untuk mendapat perhatian yang memadai bukan


pengungsi dewasa kurang bermasalah mustahil bayi dan an& Batita &an
ketimbang bayi dan anak, karena korban mengalami gizi kurang yang dapat
dewasa dapat mengkonsumsi pelbagai jenis berlanjut menjadi gizi buruk bahkan
makanan. Untuk bayi dan anak Batita, marasmus dan kwashiorkor. Apabila
masalahnya lebih rumit. Bayi dan anak mereka ini masih tetap hidup dapat
Batita belum dapat mengkonsumsi semua menjadi generasi yang intelegensinya
jenis makanan yang diperolah dari sangat rendah dan menjadi generasi yang
penarnpungan. Apabila masalah ini tidak hilang (loss generation).

Tabel 1. Bencana Alam dan Bencana Akibat Perilaku Manusia yang Mengakibatkan
Kedaruratan Sejak Tahun 1992.

No Tahun Jenis bencanalperistiwa


1 1992 Gempa Bumi dan Tsunami di Maumere-NTT
2 1993 1. Gempa Bumi dan Tsunami di Banyuwangi-Jawa Timur
3 1994 1. Gempa bumi di Liwa-Lampung
2. Awan panas gunung Merapi, Magelang-Jawa Tengah
4 1995 1. Gempa burni di Kerinci-Jambi, Toli-toli dan Parigi-Sulawesi Tengah
2. Tsunami di Biak Numfor-Irja
5 1996 1. Kekeringan dan kelaparan dampak El Nino, Wamena-Irja
6 1997 1. Kebakaran hutan yang luas, berdampak asap (haze) di Kalimantan
2. Kemsuhan sosial bernuansa etnis di Jakarta dan sekitarnya, krisis ekonomi
7 1998 1. Kemsuhan sosial (SARA) di Kalimantan Barat
2. Tanah Longsor di Gianyar-Bali
8 1999 1. Kerusuhan sosial (SARA) di Ambon dan Maluku Utara-Maluku
2. Kemsuhan sosial (politik) di Timtim
3. Kemsuhan sosial (politik) di Sampang-Jatim
4. Kerusuhan sosial (politik) di Aceh
9 2000 1. Gempa bumi, tanah longsor dan banjir di Pandeglang, Lebak
2. Gempa bumi di Banggai, Luwuk, Bengkulu
3. Banjir di Manado, Aceh, Belu-NTT
4. Kerusuhan (SARA) di Poso-Sulteng
5. Kemsuhan (politik) di Wamena-Irja
6. Ledakan bom (politik dan SARA) di Jakarta
10 2001 1. Tanah longsor di Sleman-Yogyakarta
2. Kemsuhan (SARA) di Sampit-Kalteng
3. Angin puyuh di Sidrap-Sulsel
4. Gempa burni di Majalengka-Jabar
5. Banjir dan tanah longsor di Nias-Smut
6. Keracunan bahan kirnia di Gresik-Jatim
7. Kecelakaan kereta api di Cirebon
8. Kemsuhan massal antar kampung di Luwu-Sulsel
9. Kemsuhan sosial (politik) di Langsa-Aceh

Sumber: (3). Departemen Kesehatan RI. (2001). Kebijakan dun Strategi Nasional Penanggulangan
Masalah Kesehatan dun Bencana Tahun 2002-2005. Makalah disampaikan pada Rapat
Kerja Nasional Dalam Rangka Penanggulangan Masalah kesehatan Akibat
Kedaruratan dun Bencana, Jakarta 8-10 November 2001.

Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001


Kajian masalah gizi dalam kedaruratan ........... Herman Sudiman

Tabel 2. Jumlah Pengungsi dari Berbagai Bencana di Indonesia.

Lokasi Jumlah Surnber


No Asal Pengungsi
Penampngan (jiwa) Pustaka
1 Maluku Maluku 300.000 4
2 Sulawesi Utara Maluku Utara 41.857 5
Poso- Sulawesi Tengah 44.780
3 Sultra Ambon-Maluku 175.975 6
'
Timor Timur 10.131
Kupang-NTT 25 1
Sambas dan Sampit-Kalimantan 21
Poso-Sulawesi Tengah 1.464
Irian jaya 15
4 . NTT Timtim 275.556 7
5 Jawa Timur Sampit 105.402 8

Menurut Marends dan Siti Sangaji, di GIZI DALAM KEDARURATAN


provinsi Maluku, dari 401 tempat (GDK)
penampungan pengungsi yang disurvei
terdapat hampir 27.000 anak Balita *). Data Terdapat dua tujuan bantuan pangan
jumlah pengungsi lain di provinsi Maluku untuk korban bencana alam dan konflik
tidak didapatkan. Keadaan gizi anak usia atau layanan gizi dalam kedaruratan
6--59 bulan dari 780 anak yang disurvei di (GDK). Pertarna menyelamatkan kehi-
pengungsian di provinsi Maluku tidak dupan para korban agar keluar dari krisis
seburuk seperti yang kita duga. Dengan melalui bantuan Food for Life, dan kedua
menggunakan indeks berat untuk tinggi membantu kelompok masyarakat yang
badan dan disajikan dalam bentuk skor Z, paling rawan dalam waktu kritis dalam
didapati gizi kurang akut 11,2% dan 0,8% kehidupannya melalui bantuan Food for
diantaranya gizi berat. Sementara itu bila Growth 'I. Hal penting yang harus
disajikan dalam persen median angkanya diperhatikan dalam bantuan pangan untuk
jauh lebih rendah yakni 4,9% dan 0,3% '). korban bencana dan konflik adalah jumlah
Sebagai perbandingan, keadaan gizi anak ,dan kualitas pangan mencukupi kebutuhan
Balita di beberapa daerah di Nusa korban selama krisis dan distribusinya
Tenggara Barat adalah sebagai berikut: terjamin.
Kecamatan Alor Barat 10,3%, Alor Barat
Laut 10,8%, dan Pembantu Alor Barat Laut Cara menangani krisis pangan dan
17,9%(1°). Sementara itu di desa tertinggal gizi seharusnya sudah menjadi Protap bagi
atau desa miskin di provinsi Sumatra Barat siapapun yang akan mengatasi krisis
sebelum krisis (1 994/1995) dengan pangan dan gizi, karena penanganan krisis
menggunakan indeks yang sama ditemukan pangan dan gizi tidak semata-mata
sebesar 1 13 % 11) mengandalkan belas kasihan atau karitatif

Bul. Penelit. Kaehet. 29 (4) 2001 166


Kajian masalah gizi dalam kedaruratan . . . . .. .. ... Herman Sudiman

semata, tetapi hams dirancang dengan ketersediaan pangan berkurang, akses


cermat, seksama dan melibatkan berbagai untuk mendapatkan cukup pangan bagi
keahlian. Layanan gizi biasanya masyarakat juga berkurang dan situasi ini
mendahului layanan kesehatan, karena dapat menimbulkan situasi krisis pangan
sebelum korban menderita sakit mereka dan gizi yang berkepanjangan. Dalam
sudah memerlukan bantuan makanan. mengatasi masalah GDK akibat bencana
Kebijakan dan strategi penanggulangan dan konflik diperlukan berbagai keahlian
masalah kesehatan dalam kedaruratan seperti ahli gizi, pengelola program
haruslah merupakan bagian integral dari penanggulanan bencana dan konflik
pembangunan kesehatan yang berpijak serta pengambil kebijakan. Ahli-ahli
pada komitmen paradigma sehat, tersebut harus mendapatkan pelatihan
peningkatan profesionalisme berdasarkan yang memadai agar semuanya dapat
pola desentralisasi dan pengembangan menyamakan visi, misi, dan tindakan untuk
peran serta masyarakat melalui sumber mengatasi GDK, sehingga dapat
daya dan potensi yang ada.3) mempertajam prioritas pemenuhan
kebutuhan pangan dan gizi serta pelayanan
GDK merupakan salah satu bidang lainnya yang relevan dan yang
kajian atau spesialisasi bidang ilmu diperlukan masyarakat berdasarkan sumber
gizi. Kajian GDK bertujuan untuk daya yang tersedia atau yang akan
meningkatkan dan memperkuat kemam- disediakan. Berbagai pendekatan
puan penelitian dan pelatihan gizi mencakup metode, teknik, kerangka pikir
dalam mencukupi gizi masyarakat selama dan pengalaman sebelumnya dari dalam
situasi kedaruratan13). Sebenarnya bidang maupun luar negeri dapat diterapkan
ini sudah lebih dari 25 tahun atau sekurang-kurangnya dijadikan rujukan
diperkenalkan, tetapi kurang mendapat dalam pelatihan, sehingga upaya
perhatian sebagaimana mestinya, baik dari penanggulangan masalah GDK tidak
para ilmuwan, penentu kebijakan maupun mengulangi kesalahan yang sama. Dalam
pelaksana program. Sejak tahun 1980-an mengkaji GDK, sekurang-kurangnya
peminat dan pengamat bidang GDK terdapat 5 bidang yakni: a) metode
cenderung menurun karena pada kurun pengukuran, b) pemantauan dan evaluasi,
waktu tersebut di Indonesia jarang terjadi c) situasi konflik dan pasca konflik, d)
bencana yang sampai mengakibatkan advokasi, dan e) rancangan program dan
situasi kedaruratan dan mendapat perhatian manajemen proyek.
nasional. Seandainya terjadi keadaan yang
berpotensi menimbulkan krisis dan Dalam situasi danuat, masyarakat
kedaruratan yang mengarah pada GDK, sangat tergantung pada bantuan luar untuk
tidak mustahil ha1 tersebut ditutupi atau mendapatkan pangan dan gizi. Pelaksanaan
disembunyikan. Semestinya apabila terjadi penyaluran pangan dan gizi tidaklah
bencana yang berpotensi menimbulkan semudah yang dibayangkan banyak orang.
GDK, berbagai upaya dan kegiatan harus Penyaluran bantuan pangan menyangkut
dilakukan oleh pemerintah, Ornop, maupun beberapa masalah seperti logistik, sarana
masyarakat sendiri dengan coping dan prasarana yang rusak akibat bencana,
mechanism yang mereka miliki, untuk gangguan cuaca, sosial budaya masyarakat,
mencegah terjadinya GDK yang berlarut- dll. Rancangan bantuan pangan yang
larut. Saat terjadi dan sesudah bencana, berkaitan dengan jumlah dan macam

Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001 167


Kajian masalah gizi dalam kedaruratan .... . . ..... Herman Sudiman

pangan yang sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan budaya masyarakat setempat
korban merupakan salah satu bidang kajian sangat penting, karena dapat mengurangi
ahli gizi (termasuk antropologi gizi). Perlu biaya maupun kemungkinan penolakan dan
disadari bahwa jumlah ahli yang ada, baik penggunaan yang salah oleh masyarakat.
dari pemerintah, perguruan tinggi, Ornop, Misalnya dalarn mengatasi krisis pangan di
Badan PBB dalam bidang GDK pada saat Irian Jaya, pemerintah pusat era Suharto
yang diperlukan tidak banyak. Seandainya mengirim bantuan gogik (makanan khas
jurnlah ahli sudah memadai, mungkin para bernilai sosial sangat rendah dan hanya
ahli tersebut sudah atau masih terikat biasa dikonsumsi masyarakat miskin di
dengan kegiatan lain yang tidak mungkin daerah Wonogiri, Gunung Kidul, dan
ditinggalkan begitu saja sehingga tidak daerah-daerah miskin di Jawa pada musim
mungkin didayagunakan dengan segera paceklik). Pengalaman menunjukkan
untuk penanggulangan GDK. Seharusnya bantuan gogik tersebut tidak sesuai dengan
tersedia sejumlah tenaga yang dapat budaya masyarakat Irian. Pemilihan macam
digerakkan dalam waktu singkat untuk pangan yang tidak sesuai tersebut paling
menangani GDK, misal BSB seperti yang tidak mengakibatkan beban biaya
tertuang dalam Kepmenkes No. tambahan yang mahal dan mungkin tidak
709/MenkeslSWVI/1998 2). Di Jawa dibayangkan oleh pengambil keputusan.
Timur, tenaga-tenaga tersebut tergabung Perlu diingat mantan Presiden Suharto
dalam Unit Reaksi Cepat (URC). Meski mengenal dengan baik gogik karena beliau
berbau militer atau polisi, apapun nama dibesarkan di Kecamatan Wuryantoro,
kelompok tenaga ini, yang terpenting sifat Wonogiri. Sampai tahun 50-an bahkan
tenaga tersebut haruslah fungsional dan sampai awal tahun 60-an, sebagian
dapat bekerja di unit organisasi manapun, masyarakat Wuryantoro masih terbiasa
mempunyai komitmen tinggi dan dapat dengan gogik, dan ini tampaknya
digerakkan setiap saat dalam waktu singkat merupakan acuan bagi pengambil
untuk menangani GDK. Berkait dengan ha1 kebijakan waktu itu. Biaya tambahan yang
di atas, diperlukan pengertian dan tidak diperhitungkan antara lain biaya
pemahaman dari pimpinan dan organisasi pengadaan peralatan untuk mengolah
tempat tenaga-tenaga tersebut bekerja. termasuk pelatihan pengolahan gogik.
Pemahaman dan disiplin yang tinggi Meski masalah daya terima masyarakat
mengenai pengorganisasian penanggu- Irian tidak diberitakan media (mungkin
langan GDK menjadi penting. jauh lebih besar daripada masalah
pengadaan peralatan dan pelatihan
mengolah gogik), bukan mustahil
METODE PENGUKURAN ,masyarakat Irian tidak mau mengkonsumsi
gogik. Masalahnya akan berbeda bila
Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa bantuan pangan yang diberikan adalah sagu
(PBB), kecukupan pangan merupakan kering (sagu porna) yang cukup tersedia di
salah satu hak azasi. Kecukupan pangan provinsi terdekat yakni Maluku dan
dan gizi masyarakat dalam situasi darurat beberapa daerah di Sulawesi.
ditentukan oleh pengukuran yang valid
tentang kebutuhan pangan masyarakat dan Selain jenis makanan, sasaran yang
ketersediaan pangan yang berasal dari memerlukan bantuan juga merupakan
bantuan luar. Pemilihan pangan yang aspek yang perlu diperhatikan dengan

Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001


Kajian rnasalah gizi dalam kedaruratan .. .. .. . .... Herman Sudirnan

seksama. Dua pendekatan dalam GDK sudah dikenal dan biasa dikonsurnsi oleh
perlu dipertimbangkan dengan baik. masyarakat sasaran. Di samping itu sifat
Pendekatan tersebut adalah: 1) diketahui bencana yang dihadapi masyarakat
pangan yang tersedia, kemudian ditentukan Wonogiri dan Gunung Kidul waktu itu
sasaran yang tepat atau yang memerlukan tidak akut. Sementara itu pada krisis di
bantuan, 2) diketahui sasaran yang Maluku yang bersifat akut, Action Contre
memerlukan (target), kemudian dicarikad La Faim Indonesia, yaitu Omop dari
diupayakan pangan yang sesuai dengan Perancis, menyalurkan bantuan pangan
sasaran, baik dari aspek gizi, sosial budaya, berbasis mingguan pada bulan Maret, Juli,
ekonomi, dll. November dan Desember 1999. Pangan
yang disalurkan berupa wheat soya blend
Pada pendekatan pertama, mencari (WSB) 2,24 Kg, gula pasir 0,63 Kg dan
bantuan pangan merupakan langkah minyak 0,385 Kg. Sementara itu sejak
pertama. Bantuan pangan yang beragam bulan Agustus sampai Oktober 1999
kemudian disalurkan kepada sasaran yang dengan cara sama juga dibagikan Vitadela
memerlukan. Dengan cara ini, bantuan 2,5 Kg, dan minyak 0,35 K ~ ( ' ~ )Di .
pangan sangat beragam, dan konsekuen- samping kedua jenis pangan tersebut,
sinya masyarakat sasaran tidak selalu Action Contre La Faim Indonesia juga
menerima jenis atau macam pangan yang membagikan minyak 0,385 Kg/minggu dan
sama. Hal ini dapat menimbulkan masalah gula pasir. Kedua bentuk program tersebut
baru (misal sasaran merasa diperlakukan di atas tidak dapat diperbandingkan begitu
kurang adil). Cara ini paling sering saja karena sifat bencana sangat berbeda.
dilakukan pada bencana alam yang bersifat
sangat akut dan sifat bantuannya juga Pengalaman di Wonogiri, Gunung
spontan. ' Kidul dan di daerah-daerah lain, kelompok
bayi dan anak usia !--3 tahun biasanya
Berkaitan dengan rancangan program terlupakan, karena kelompok ini sulit atau
bantuan darurat pangan untuk daerah bahkan tidak mungkin dapat mengkon-
rawan, Bulog bekerjasama dengan Institut sumsi pangan dari paket yang dibagikan.
Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1977 Sebaliknya di Maluku, Action Contre La
telah merintis pengelolaan bantuan pangan. Faim memberikan perhatian yang cukup
Pada waktu itu pangan yang diberikan kepada bayi dan anak Batita (terlihat dari
berupa beras, kacang-kacangan (kacang macam pangan yang dibagikan). Dari dua
hijau, kacang tanah, kacang tolo), ikan pengalaman tersebut di atas, perlu
asidteri, dan gula yang dikemas dalam dipikirkan bentuk pangan yang sesuai
kemasan plastik untuk per orang per hari. untuk bayi dan anak Batita, yang sering
Paket didistribusikan setiap 3 hari di kantor terlupakan pada setiap penanggulangan
desa, dan pemantauan dilakukan tiap 3 hari masalah GDK.
melalui kunjungan rumah oleh mahasiswa
yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (14,15). Pada pendekatan kedua, langkah
Dalam kasus ini macam pangan yang pertama adalah mengenal ciri-ciri korban.
diberikan lebih berorientasi pada makanan Berdasarkan ciri-ciri korban, dicarikan
keluarga untuk orang dewasa. Makanan bantuan pangan yang sesuai. Untuk
yang didistribu-sikan dapat sepenuhnya memilih dan menentukan macarn pangan
diterima oleh masyarakat sasaran karena yang sesuai dengan sasaran, peranan ahli

Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001


Kajian masalah gizi dalam kedaruratan ........... Herman Sudirnan

gizi dengan peminatan teknologi pangan, makan berkurang dari 3 kali menjadi
antropologi gizi, ekonomi gizi, dan 2 kali, atau kurang; ii) Frekuensi dan
manajemen program sangat penting. Ahli jumlah pembelian pangan pokok
gizi dengan peminatan teknologi pangan (mingguan, harian); iii) Harga
sangat membantu dalam pemilihan pangan konsumen atau harga yang dibayar
yang tahan lama (awet), padat gizi, mudah konsumen; iv) Ketersediaan pangan
diolah dengan teknologi sederhana, dan pokok di tingkat rumah tangga.
akseptibilitasnya tinggi untuk kelompok
sasaran. Ahli antropologi gizi berperan 2) Status gizi
dalam mengurangi dan menghilangkan Data dan informasi tersebut adalah sbb:
hambatan sosial budaya berkaitan dengan a) Status gizi atas dasar pengukuran
pangan yang akan dibagikan (perhatikan antropometri, b) Data status gizi dari
aspek SARA yang mungkin dapat timbul BPS.
dan mengganggu pelaksanaan program
penyaluran bantuan pangan). Sementara
ahli ekonomi pangan menganalisis aspek PEMANTAUAN DAN EVALUASI
biaya. Ahli manajemen program berperan
dalam seluruh rangkaian kegiatan bantuan Pemantauan dan evaluasi dampak
pangan, sejak perencanaan, implementasi, intervensi merupakan unsur esensial yang
pemantauan dan evaluasi. merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan
dalam program agar program berjalan
Dalam mengukur tingkat kerawanan sesuai dengan tujuan dari seluruh
krisis pangan, beberapa indikator rangkaian kegiatan. Pemantauan dan
sederhana yang pernah dikembangkan evaluasi sering terlupakan dalam program
dalam rangka Sistem Kewaspadaan Pangan bantuan pangan. Dalam penanganan krisis
dan Gizi (SPKG) serta data dan informasi pangan, ribuan ton pangan disalurkan dari
yang tersedia dari berbagai kegiatan rutin sumber ke penerima melalui berbagai
pemerintah, Ornop, dan indikator lokal saluran. Kegiatan ini menyangkut masalah
dapat dimanfaatkan untuk keperluan ini. pengadaan, penyimpanan, transportasi,
Indikator-indikator tersebut dapat distribusi, pengepakan dalam paket-paket
dikelompokkan sebagai berikut: lebih kecil, dll. Pemantauan pada setiap
1) Konsumsi pangan kualitatif maupun mata rantai kegiatan sangat penting. Aspek
kuantitatif. yang perlu dipantau mencakup siapa,
a. Kualitatg i) Pergeseran konsumsi membutuhkan apa, menerima apa, dalam
pangan pokok ke pangan pokok yang jurnlah berapa, bagaimana kondisi pangan
bernilai lebih rendah. Pergeseran saat dibagikan, daya terima masyarakat, dll.
konsumsi pangan pokok baru terjadi Pertanyaan yang tidak boleh dilupakan
bila kondisinya sudah lanjut (sudah adalah:
berat); ii) Perubahan konsumsi 1. Apakah setiap komoditas pangan yang
makanan pendamping (lauk, sayur, didistribusikan dikonsumsi oleh
makanan selingan). Kondisi ini lebih penerima sesuai dengan maksud dan
sering terjadi, tetapi jarang dipakai tujuan program;
sebagai indikator oleh para pengelola 2. Jalur distribusi mana yang tepat untuk
program. penyaluran bantuan pangarr hams dikaji
b. Kuantitat$ i) Frekuensi konsumsi dengan seksama.

Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001


Kajian masalah gizi dalam kedaruratan . . . .. . . . . .. Herman Sudirnan

Keterlambatan bongkar muat di pengepakan, transportasi, serta pengadaan


gudang (pelabuhan, gudang pusat, provinsi, alat untuk pemasaran sosial dan
kabupaten sampai ke desa) dapat berakibat pengolahan pangan. Yang lebih penting
pada peningkatan biaya sewa gudang. Di lagi dan perlu dipertimbangkan yaitu
samping itu keterlambatan dapat pula apakah bantuan pangan akan merusak pola
mengakibatkan kualitas pangan menurun makan masyarakat yang sudah terbentuk
atau bahkan menjadi kadaluwarsa sehingga secara turun temurun dan pada gilirannya
pangan tidak layak dikonsumsi manusia. menimbulkan ketergantungan. Juga perlu
Pengalaman menunjukkan sering terjadi dipertimbangkan apakah pangan diberikan
penyimpangan pada berbagai rantai secara cuma-cuma atau dalam bentuk lain
kegiatan distribusi pangan dalam seperti program padat karya yang dibayar
penanggulangan krisis pangan. Misalnya dengan makanan seperti yang dilaksanakan
keterlambatan penyaluran bantuan pangan oleh World Food Program.
kepada korban bencana. Pemerintah
merasa atau menyatakan bantuan pangan
telah dikirim dan didistribusikan, PERAN AHLI GIZI
sementara pihak masyarakat merasa belum
menerima. Pertanyaannya kemana bantuan Terdapat beberapa aspek etik,
pangan tersebut disalurkan? Contoh lain konsep, dan kebijakan yang perlu
yakni tidak adanya kesesuaian bantuan diterjemahkan dalam bentuk prinsip-
pangan dengan kebutuhan korban misalnya prinsip kemanusiaan. Ahli gizi terkadang '

kasus bantuan susu untuk bayi dan anak memfokuskan perhatian hanya pada yang
justru dijual untuk membeli pangan lain betul-betul membutuhkan bantuan pangan
yang lebih murah yang tidak dapat secara langsung. Hams tetap diperhatikan
dikonsumsi bayi atau anak. Perlu keseimbangan antara ketersediaan bantuan
diperhatikan secara cermat apakah macam pangan dan jumlah kofian. Ahli gizi hams
dan bentuk pangan yang didistribusikan dapat berunding dengan birokrat agar tidak
sesuai dan dapat diterima oleh masyarakat terjadi konflik antar pelaksana maupun
sasaran. Contoh: bantuan gogik untuk konflik di masyarakat selama program dan
masyarakat Irian Jaya, wheat soy blend setelah pelaksanaan program. Ahli gizi
(WSB) dan bulgur wheat pada tahun hams terlibat dari saat perencanaan sampai
1970-an. Akhir-akhir ini banyak sekali evaluasi (termasuk evaluasi dampak).
bantuan makanan untuk bayi dan anak
dari Ornop luar negeri yang belum dikaji
aksepsibilitasnya pada masyarakat sasaran. DISKUSI
Sebaiknya pengelola program melakukan
uji cita rasa dan aksepsibilitas sebelum Komunikasi antara ahli gizi dengan
menyalurkannya ke masyarakat. Macam penentu kebijakan pada tiap tingkat (pusat
pangan yang tidak sesuai dengan sosial sampai daerah) sangat penting untuk
budaya masyarakat sasaran tidak saja menyamakan visi dan misi GDK,' agar
berdampak dengan ditolaknya bantuan program dapat berdaya guna dan berhasil
pangan, tetapi dapat menimbulkan reaksi guna serta mengurangi kemungkinan
negatif pada seluruh kegiatan. Perlu pula timbulnya konflik pada pray saat dan pasca
dipikirkan biaya tambahan dalam bencana. Apabila GDK belurn diprioritas-

Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001 171


Kajian masalah gizi dalam kedaruratan . . . . . . . . . .. Herman Sudiman

kan dalam penanganan bencana dan Pemerintah Indonesia menghadapi masalah


konflik, mungkin kalangan gizi belum sangat besar dalam waktu singkat dan
dapat mensosialisasikan bahwa GDK beberapa di antaranya berlangsung lama,
merupakan bagian integral tak terpisahkan sementara sumber keuangan negara
dalam setiap penanganan bencana sebelum semakin menipis sehingga beban negara
korban jatuh sakit. Kesenjangan antara menjadi sangat berat. Dengan kata lain
tenaga gizi dan pengambil kebijakan harus mungkin masalah tersebut sudah di
diminimalkan atau dihilangkan. Pengambil luar kemampuan pemerintah, apalagi
kebijakan memerlukan rekomendasi yang pemerintah daerah yang dalam waktu
mudah dimengerti, dipahami dan bersamaan hams menjalankan otonomi.
diimplementasikan, sebaliknya tenaga gizi Harapan untuk dapat mengatasi bukan
hams dapat menyiapkan dokumen yang tertutup sama sekali selama solidaritas
sesuai dengan advokasi. Tenaga gizi harus sosial masyarakat masih dapat ditumbuh-
dapat meyakinkan pengambil kebijakan kembangkan. Ironinya solidaritas sosial
bahwa dalam kedaruratan, keadaan dan termasuk solidaritas emosional yang
stmktur tidak pasti sehingga tidak dapat selama ini kita banggakan justru semakin
diselesaikan dengan cara sederhana seperti menipis sejak krisis ekonomi melanda kita.
biasa, tetapi memerlukan masukan yang Menurunnya solidaritas emosional ini juga
lebih ekstensif. PelBtihan GDK tidak hanya diamati oleh Ornop yang menangani
menekankan pada ketrampilan penulisan pengungsi('7). Lembaga kemasyarakatan
laporan, tetapi juga ketrampilan cara dituntut perannya dalam membangkitkan
menggali untuk mensukseskan tujuan dan kembali solidaritas sosial tanpa hams
sosialisasi program. Ketrampilan tersebut mengembangkan sifat-sifat eksklusivisme.
akhirnya akan melahirkan kebijakan yang Dalam memberikan bantuan tidak perlu
kondusif sehingga dapat memasukkan melihat suku bangsa, golongan, agama,
GDK dalam strategi nasional dalam politik yang dianut oleh korban. Siapapun
menangani kedaruratan. mereka perlu ditolong. Sementara
pemerintah diharapkan perannya untuk
Seharusnya bangsa Indonesia tidak dapat menjaga keamanan dan suasana
sulit menangani masalah bencana karena kondusif yang memungkinkan semua
sudah berpengalaman. Akan tetapi bencana proses dapat berjalan. Gambaran keadaan
yang terjadi dalam sepuluh tahun terakhir gizi anak Balita di pengungsian Maluku
ini luar biasa, baik jumlah daerah yang yang tidak lebih buruk ketimbang anak
terkena, intensitas dan frekwensinya. Balita Nusa Tenggara Barat tahun 1999,
Sebelum tahun 1990-an, bencana yang maupun di desa tertinggal di Sumatera
terjadi umumnya relatif terbatas dan Barat tahun 199411995, bukan menggam-
jumlah korban tidak begitu besar. barkan bahwa keadaan pengungsi di
Sementara itu bencana yang terjadi selama Maluku tidak mengkhawatirkan. Keadaan
4--5 tahun terakhir, terutama setelah krisis tersebut terjadi karena bencana Maluku
ekonomi, luas dan besar bencana luar telah berlangsung lama, sehingga pengung-
biasa, hampir semuanya berskala besar, si sudah beradaptasi dan mendapatkan
bersifat akut, dan bahkan beberapa di pekerjaan baru untuk menghidupi keluarga
antaranya menjadi kronis (misal Arnbon, di pengungsian. Hal serupa juga dijumpai
Maluku Utara, Kalimantan, Poso). pada pengungsi di Pontianak.

Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001


Kajian masalah gizi dalam kedaruratan . ... . . . .. .. Herman Sudiman

DAFTAR RUJUKAN Akibat Kedaruratan. Makalah disampaikan pada


Rapat Kerja Nasional Dalam Rangka Penanggulangan
Masalah kesehatan Akibat Kedaruratan dan Bencana,
1. Republik Indonesia (2001). Keputusan Presiden Jakarta 8- 10 November 200 1.
Republik Indonesia No. 3. Tahun 2001. Tentang 8. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2001). Upaya
Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat
dan Pengungsi di Indonesia. Kedaruratan dan Bencana di Jawa Timur. Makalah
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2001). disampaikan pada Rapat Kerja Nasional Dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI . Rangka Penanggulangan Masalah kesehatan Akibat
No.979/Menkes/SWIX/2001. Tentang Prosedur Kedaruratan dan Bencana, Jakarta 8-10 November
Tetap Pelayanan Kesehatan Penanggulangan Bencana 2001.
dan Penanganan Pengungsi. 9. Brian Jones (1999). Nutrition Survey Ambon Island,
3. Departemen Kesehatan RI. (2001). Kebijakan dan Malucas Province, Indonesia. 1999. Action Contre
Strategi Nasional Penanggulangan Masalah LaFaim Indonesia.
Kesehatan dan Bencana Tahun 2002-2005. Makalah 10. Erika and Anne-Madeleine (1999). The Nutritional
disampaikan pada Rapat Kerja Nasional Dalam Baseline Results from Alor 1999, West Nusa
Rangka Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Tenggara. SEAMEO-GTZ, TROPMED-UI.
Kedaruratan dan Bencana, Jakarta 8-10 November 11. Herman Sudiman (1995). Nutrition status of children
200 1. under ten years of age in less developed villages in
4. Barends, M dan Siti Sangaji (2001). Upaya West Sumatra, Indonesia. (1995). Paper presented at
Penanggulangan Masalah Kesehatan Pengungsi The V I I ' ~Asian Congress of Nutrition, Beijing, China
Akibat Kedaruratan dan Bencana di Kota Ambon. October 7-1 1, 1995.
Makalah disampaikan pada Rapat Kerja Nasional 12. Bhatia, R. (2001). Food Aid in Emergency. Keynote
Dalam Rangka Penanggulangan Masalah kesehatan Lecture. 1 7 ' ~International Congress of Nutrition,
Akibat Kedaruratan dan Bencana, Jakarta 8- 10 August 27-3 1, 2001. Vienna, Austria.
November 2001. 13. Apte J.Katona (1998). Emergency Nutrition. Food
5. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara and Nutrition Bulletin. 19 (1): 46-49.
(2001). Upaya Penanggulangan Masalah Kesehatan 14. Husaini, H., Syafrie Mangkuprawira, F.G. Winarno.
Akibat Kedaruratan dan Bencana di Provinsi (1977) Nutrition packet: an emergency aid system for
Sulawesi Utara. Makalah disampaikan pada Rapat use in critical food shortage areas.Nutrition
Kerja Nasional Dalam Rangka Penanggulangan
Improvement Pilot. Bulog-IPB, 1977.
Masalah kesehatan Akibat Kedaruratan dan Bencana,
15. Husaini, H., F.G. Winarno (1977). Suatu penilaian
Jakarta 8- 10 November 2001.
6. Dinas ~ e s e h a t a nProvinsi Sulawesi Tenggara (2001). tentang bantuan program pangan untuk daerah rawan.
Upaya Penanggulangan Masalah Kesehatan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. 1977.
Pengungsi di Lokasi Penampungan Sementara dan 16. Action Contre LaFaim Indonesia (1999). Activity
Tempat Relokasi Propinsi Sulawesi Tenggara. Report For 1999.
Makalah disampaikan pada Rapat Kerja Nasional 17. Amrullah, R.N. (2001). Problema dan Pemecahan
Dalam Rangka Penanggulangan Masalah kesehatan Masalah Pengungsi di Indonesia. Makalah
Akibat Kedaruratan dan Bencana, Jakarta 8- 10 disampaikan pada Rapat Kerja Nasional Dalam
November 200 1. Rangka Penanggulangan Masalah kesehatan Akibat
7. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Kedaruratan dan Bencana, Jakarta 8-10 November
(2001). Upaya Penanggulangan Masalah Kesehatan 2001.

Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001

You might also like