Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing
Bp. Makhasin AS M.Pd
DISUSUN OLEH :
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
gunamemenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah FIQIH 1 dengan judul “HAKIKAT
IBADAH DI TINJAU DARI KESEHATAN JASMANI DAN ROHANI”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa,saran,dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatas pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.Oleh karena itu,kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak.Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan saat ini.
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….
BAB II ISI…………………………………………………………………………...
A. PENGERTIAN HADIST………………………………………….
B. SEPESIFIKASI HADIST…………………………………………
C. PEMBAGIAN HADIST…………………………………………...
D. CABANG CABANG HADIST…………………………………...
E. SEJARAH HADIST………………………………………………
F. KITAB KITAB YANG MEMBAHAS HADIST………………….
A. KESIMPULAN…………………………………………………….
B. SARAN…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sebagai di ketahui, banyak istilah untuk menyebut nama-nama hadis sesuai dengan
fungsinya dalam menetapkan syari`at Islam. Ada Hadis Shahih, Hadis Hasan, dan Hadis Dha`if.
Masing-masing memiliki persyaratan sendiri-sendiri. Persyaratan itu ada yang berkaitan dengan
persambungan sanad, kulitas para periwayat yang di lalui hadis, dan ada pula yang berkaitan
dengan kandungan hadis itu sendiri. Maka persoalan yang ada dalam ilmu hadis ada dua.
Pertama berkaitan dengan sanad, kedua berkaitan dengan matan. Ilmu yang berkaitan dengan
sanad akan mengantar kita menelusuri apakah sebuah hadis itu bersambung sanadnya atau
tidak, dan apakah para periwayat hadis yang di cantumkan di dalam sanad hadis itu orang-
orang yang terpercaya aau tidak. Adapun Ilmu yang berkaitan dengan matan akan membantu
kita mempersoalkan dan akhirnya mengetahui apakah informasi yang terkandung di dalamnya
berasal dari Nabi atau tidak. Misalnya, apakah kandungan hadis bertentangan dengan dalil lain
atau tidak.
Rumusan Masalah
Pengertian Hadist
Sepesifikasi Hadist
Pembagian Hadist
Cabang – Cabang Hadist
Sejarah Hadist
Kitab – Kitab Yang Membahas Hadist
Tujuan Khusus
Secara khusus makalah ini bertujuan untuk:
Sahih al-Bukhari
Kitab hadis ini disusun oleh Imam Bukhari. Sejatinya, nama lengkap kitab itu adalah Al-Jami Al-
Musnad As-Sahih Al-Muktasar min Umur Rasulullah Sallallahu Alaihi Wassallam wa Sunanihi.
Kitab hadis nomor satu ini terbilang unggul, karena hadis-hadis yang termuat di dalamnya
bersambung sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW.
‘’Sekalipun ada hadis yang sanadnya terputus atau tanpa sanad sekali, namun hadis itu hanya
berupa pengulangan,’’ tulis Ensiklopedi Islam. Karena kualitas hadisnya yang teruji, Imam Az-
Zahabi, mengatakan, kitab hadis yang ditulis Imam Bukhari merupakan kitab yang tinggi
nilainya dan paling baik, setelah Alquran.
Menurut Ibnu hajar Al-Asqalani, kitab hadis nomor wahid ini memuat sebanyak 7.397 hadis
yang dibagi dalam bab-bab yang yang terdiri dari akidah, hukum, etika makan dan minum,
akhlak, perbuatan baik dan tercela, tarik, serta sejarah hidup Nabi SAW.
Sahih Muslim
Menurut Imam Nawawi, kitab Sahih Muslim memuat 7.275 hadis, termasuk yang ditulis ulang.
Berbeda dengan Imam Bukahri, Imam Muslim hanya menghafal sekitar 300 ribu hadis atau
separuh dari yang dikuasai Imam Bukhari. ‘’Jika tak ada pengulangan, maka jumlah hadis
dalam kitab itu mencapai 4.000,’’ papar Ensiklopedi Islam.
Kitab ini memuat 5.274 hadis, termasuk yang diulang. Sebanyak 4.800 hadis yang tercantum
dalam kitab itu adalah hadis hukum. ‘’Di antara imam yang kitabnya masuk dalam Kutub as-
Sittah, Abu Dawud merupakan imam yang paling fakih,’’ papar Ensiklopedi Islam.Karenanya,
Sunan Abi Dawud dikenal sebagai kitah hadis hukum, para ulama hadis dan fikih mengakui
bahwa seorang mujtahid cukup merujuk pada kitab hadis itu dan Alquran. Ternyata, Abu Dawud
menerima hadis itu dari dua imam hadis terdahulu yakni Imam Bukhari dan Muslim.
Sunan At-Tirmizi
Kitab ini juga dikenal dengan nama Jami’ At-Tirmizi. Karya Imam At-Tirmizi ini mengandung
3.959 hadis, terdiri dari yang sahih, hasan, dan dhaif. Bahkan, menurut Ibnu Qayyim al-
Jaujiyah, di dalam kitab itu tercantum sebanyak 30 hadis palsu. Namun, pendapat itu dibantah
oleh ahli hadis dari Mesir, Abu Syuhbah.
Sunan An-Nasa’i
Kitab ini juga dikenal dengan nama Sunan Al-Mujtaba. An-Nasa’I menyusun kitab itu setelah
menyeleksi hadis-hadis yang tercantum dalam kitab yang juga ditulisnya berjudul As-Sunan Al-
Kubra yang masih mencampurkan antara hadis sahih, hasan, dan dhaif. Sunan An-Nasa’I
berisi 5.671 hadis, yang menurut Imam An-Nasa’I adalah hadis-hadis sahih.
Sunan Ibnu Majah
Kitab ini berisi 4.341 hadis. Sebanyak 3.002 hadis di antaranya terdapat dalam Al-Kutan Al-
Khasah dan 1.339 hadis lainnya adalah hadis yang diriwaytkan Ibnu Majah. Awalnya, para
ulama tak memasukan kitab hadis ini kedalam jajaran Kutub As-Sittah, karena di dalamnya
masih bercampur antara hadis sahih, hasan dan dhaif. Ahli hadis pertama yang memasukan
kitab ini ke dalam jajaran enam hadis utama adalah Al-Hafiz Abu Al-fadal Muhammad bin Tahir
Al-Maqdisi (wafat 507 Hijiriah).
3. PEMBAGIAN HADIST
Hadits ditinjau dari segi jumlah perawi atau orang yang meriwayatkan hadits, hadits terbagi
menjadi :
Hadits Mutawatir
Hadits Ahad
a. Hadits Mutawatir
Kata mutawatir menurut bahasa ialah mutatabi yang berarti beriring-iringan atau
berturut-turut antara satu dengan yang lain.Sedangkan menurut istilah ialah suatu hasil
tanggapan pancaindera, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi, yang memunculkan
ketidakmungkinan berdusta terhadap apa yang mereka riwayatkan.
Hadits yang lafadznya para perawi itu sama, baik dalam hukum maupun ma’nanya.
Hadis yang berlainan antara bunyi lafadz dan maknanya, tetapi dapat diambil dari
kesimpulan keduanya atau satu makna yang umum.
Hadits Mutawatir Amaly
Sesuatu yang mudah diketahui bahwa hal itu berasal dari agama dan telah mutawatir di
antara kaum muslimin, bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan hal tersebut atau
memerintahkan kepada kaum muslimin untuk melakukannya.
b. Hadis Ahad
Hadits ahad menurut istilah ahli hadits ialah hadits yang tidak berkumpul seperti syarat-
syarat mutawatir.
Pembagian hadits ahad dilihat dari jumlah perawinya menjadi tiga tingkatan yaitu :
Hadits Masyhur
Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih dan belum mencapai derajat
mutawatir.
Hadits ‘Azis
Hadits yang diriwayatkan oleh dua orang. Walupun dua orang tersebut terdapat pada
satu thabaqah saja, kemudian setelah itu, orang lain yang meriwayatkannya.
Hadits Gharib
Para ulama membagi hadits ahad dalam tiga tingkatan yaitu : hadits shahih, hadits
hasan, dan hadis daif. Pada umumnya, para ulama tidak mengemukakan jumlah rawi, keadaan
rawi, dan keadaan matan dalam menentukan pembagian hadits tersebut menjadi hadis sahih,
hasan, dan daif.
Hadits Sahih
Hadits Sahih adalah hadits yang dinukil (diriwayatkan) oleh rawi yang adil,sempurna
ingatannya, sanadnya bersambung-sambung, tidak berillat dan tidak janggal.
Shahih Li-ghairih
Hadits yang keadaan perawinya kurang hafidh dan dhabith, tetapi mereka masih
terkenal sebagai orang yang jujur, sehingga berderajat hasan. Lalu didapati padanya dari jalan
lain yang serupa atau lebih kuat darihal-hal yang dapat menutupi kekurangan yang
menimpanya itu.
Hadits Hasan
Hadits Hasan adalah hadits yang dinukilkan oleh orang yang yang adil yang kurang
sedikit kedhobitannya, bersambung-sambung sanadnya sampai kepada Nabi Muhammad
SAW. dan tidak mempunyai ‘Illat serta syadz.
Menurut Ibnu Shalah, hadits hasan itu dapat dibagi menjadi dua:
Hasan Li-dzatihi
Hadits yang para perawinya terkenal dengan kejujuran dan amanahnya, tetapi hafalan
dan keteguhan hafalannya tersebut tidak mencapai derajat para perawi hadits shahih.
Hasan Li-ghairihi
Hadits yang sanadnya tidak sepi dari seseorang yang tidak jelas perilakunya atau
seseorang yang kurang baik hafalannya.
Hadits ahad dari segi dapat diterima atau tidaknya, terbagi menjadi 2 (dua) macam yaitu
hadits maqbul dan hadis mardud.
.Hadits Maqbul
Maqbul menurut bahasa berarti yang diambil, yang diterima, atau yang dibenarkan.
Sedangkan menurut urf Muhaditsin, hadis Maqbul ialah hadits yang menunjukkan suatu
keterangan bahwa Nabi Muhammad SAW menyabdakannya.
Jumhur ulama berpendapat bahwa hadits maqbul ini wajib diterima. Sedangkan yang
temasuk dalam kategori hadits maqbul adalah:
Mardud menurut bahasa berarti yang ditolak atau yang tidak diterima. Sedangkan
menurut urf Muhaddisin, hadits mardud ialah hadits yang tidak menunjukkan keterangan yang
kuat akan adanya dan tidak menunjukkan keterangan yang kuat atas ketidakadaannya, tetapi
adanya dengan ketidakadaannya bersamaan. Jadi, hadits mardud adalah semua hadits yang
telah dihukumi daif.
Hadits Daif
Hadits daif adalah hadits yang tidak menghimpun sifat-sifat hadits shahih dan juga tidak
menghimpun sifat-sifat hadits hasan.
Ditinjau dari segi kepada siapa berita itu disandarkan, apakah disandarkan pada Allah,
Nabi SAW., shahabat ataukah disandarkan kepada yang lainnya, maka hadits itu dapat dibagi
menjadi:
Hadits Qudsi
Yang disebut hadits Qudts –Qudsy atau hadits- Rabbany atau hawadits-lahi, ialah
sesuatu yang dikabarkan Allah Ta’ala kepada Nabi-Nya dengan melalui ilham , yang kemudian
Nabi menyampaikan makna dari ilham tersebut dengan ungkapan yang berasal dari kata beliau.
Hadits Marfu’
Hadits Marfu' adalah hadits yang disandarkan kepada Nabi SAW., baik berupa
perkataan, perbuatan atau semacam itu, baik sanadnya itu bersambung ataupun terputus.
Hadits Mauquf
Hadits Mauquf adalah hadits yang disandarkan kepada sahabat, baik berupa perkataan,
perbuatan atau semacam itu, baik sanadnya itu bersambung ataupun terputus.
Hadits Maqtu’
Hadits Maqtu' adalah hadits yang disandarkan kepada tabi’in dan tabi’ut tabi’i serta
orang yang sesudahnya, baik berupa perkataan, perbuatan atau lainnya.
CABANG CABANG HADIST
Diantara cabang-cabang besar yang tumbuh dari Ilmu Hadis Riwayah dan Dirayah ialah:
a. Ilmu Rijal al-Hadis
Yaitu ilmu yang membahas para perawi hadits, baik dari sahabat, dari tabi`in, mupun
dari angkatan-angkatan sesudahnya. Hal yang terpenting di dalam ilmu Rijal al-Hadits adalah
sejarah kehidupan para tokoh tersebut, Ada beberapa istilah untuk menyebut ilmu yang
mempelajari persoalan ini. Ada yang menyebut Ilmut Tarikh, ada yang menyebut Tarikh al-
Ruwat, ada juga yang menyebutnya Ilmu Tarikh al-Ruwat.
SEJARAH HADIST
A. Periwayatan Hadis Masa Nabi Muhammad SAW
Nabi dalam melaksanakan tugas sucinya yakni sebagai Rasul berdakwah, menyampaikan
dan mengajarkan risalah islamiyah kepada umatnya. Nabi sebagai sumber hadis menjadi figur
sentral yang mendapat perhatian para sahabat. Segala aktifitas beliau seperti perkataan,
perbuatan dan segala keputusan beliau diingat dan disampaikan kepada sahabat lain yang
tidak menyaksikannya, karena tidak seluruh sahabat dapat hadir di majelis Nabi dan tidak
seluruhnya selalu menemani beliau. Bagi mereka yang hadir dan mendapatkan hadits dari
beliau berkewajiban menyampaikan apa yang dilihat dan apa yang didengar dari Rasulullah
SAW. Baik ayat-ayat Al-Qur’an maupun Hadits-Hadits dari Rasulullah. Mereka sangat antusias
dan patuh pada perintah-perintah Nabi SAW.
Pernyataan al-Bara’ ini memberi petunjuk:
(1) Hadis yang diketahui oleh sahabat tidaklah seluruhnya langsung diterima dari Nabi,
melainkan ada juga yang diterima melalui sahabat lain;
(2) walaupun para sahabat banyak yang sibuk, tetapi kesibukan itu tidak menghalangi
kelancaran penyebaran hadis Nabi.
Para sahabat menerima hadits secara langsung dan tidak langsung. Penerimaan secara
langsung misalnya saat Nabi SAW. Memberi ceramah, pengajian, khotbah atau penjelasan
terhadap pertanyaan-pertanyaan para sahabat. Adapun penerimaan secara tidak langsung
adalah mendengar dari sahabat yang lain atau dari utusan-utusan, baik dari utusan yang dikirim
oleh Nabi ke daerah-daerah atau utusan daerah yang datang kepada Nabi.
Dalam sejarah penulisan hadits terdapat nama-nama sahabat yang menulis hadits,
diantaranya:
a. ‘Abdullah ibn Amr ibn ‘Ash (w. 65 H/685 M), shahifahnya disebut Ash-Shadiqah.
b. Ali ibn Abi Thalib (w.40 H/611 M), penulis hadits tentang hukum diyat, hukum keluarga, dll
c. Anas bin Malik
d. Sumrah ibn Jundab (w.60 H/680 M)
e. Abdullah ibn Abbas (w. 69 H/689 M)
f. Jabir ibn ‘Abdullah al-Anshari (w. 78 H/697 M)
g. Abdullah ibn Abi Awfa’ (w.86 H)
Dalam menyampaikan hadits-haditsnya, Nabi menempuh beberapa cara, yaitu :
Pertama, melalui majelis al-‘ilm, yaitu pusat atau tempat pengajian yang diadakan oleh Nabi
untuk membinah para Jemaah
Kedua, dalam banyak kesempatan Rasulullah jg menyampaikan haditsnya melalui para
sahabat tertentu, yang kemudian oleh para sahabat tersebut disampaikannya kepada orang lain
Ketiga, untuk hal-hal sensitif, seperti yang berkaitan dengan soal keuarga dan kebutuhan
biologis, terutama yang menyangkut hubungan suami istri, Nabi menyampaikan melalui istri-
istrinya.
Keempat, melalui ceramah atau pidato di tempat terbuka, seperti ketika futuh Mekkah dan
haji wada’. Ketika menunaikan ibadah Haji pada tahun 10 H (631 M), Kelima, melalui
perbuatan langsung yang disaksikan oleh para sahabatnya, yaitu dengan jalan musyahadah,
seperti yang berkaitan dengan praktik-praktik ibadah dan muamalah
f. Ilmu Gharibul-Hadits
- Kitab Al-Fa`iq fi Ghorib al-Hadits, karangan Zamakhsari.
- Kitab Al-Nihayat fi Ghorib al-Hadits wal-Atsar, karangan Ibn al-Atsir (606 H).
- Kitab Al-Dar al-Natsir, Talkhis Nihayah Ibnal Atsir, karangan As-Suyuthi.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
o Ulumul Hadis adalah ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Hadis Nabi SAW.
o Ilmu Hadis Riwayah adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara periwayatan,
pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Hadis Nabi SAW. Objek kajiannya adalah
Hadis Nabi SAW dari segi periwayatan dan pemeliharaannya.
o Ilmu Hadis Dirayah adalah ilmu yang mempelajari tentang kumpulan kaidah-kaidah dan
masalah-masalah untuk mengetahui keadaan rawi dan marwi dari segi di terima atau di
tolaknya. Rawi adalah orang yang menyampaikan Hadis dari satu orang kepada yang
lainnya; Marwi adalah segala sesuatu yang diriwayatkan, yaitu segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi SAW atau kepada Sahabat dan Tabi`in. Ilmu Hadis Dirayah
inilah yang selanjutnya disebut dengan Ulumul Hadis.
o Ada banyak Ulama` yang mengarang kitab tentang masing-masing cabang dari cabang-
cabang Ulumul Hadis.
B. SARAN
Untuk mengetahui informasi tentang sebuah Hadis baik dari segi sanad maupun matannya maka
perlu di ketahui terlebih dahulu ilmu-ilmu yang mempelajari tentang hal tersebut.
Untuk mendapatkan informasi yng sesuai dengan keinginan kita, maka kita harus sesuikan
dengan kitab yang membahas tentang informasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. Dr. Sejarah dan pengantar Ilmu Hadits,
Pustaka Rizki Putra, Semarang 2005
Muh. Zuhri, Prof. Dr. Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis, Tiara Wacana Yogya
(anggota IKAPI), Yogyakarta 2003
Subhi As-Shalih Dr. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Pustaka Firdaus, Jakarta 2007
Nawir Yuslem, DR. MA, Ulumul Hadis, Mutiara Sumber Widya (angota IKAPI) 2001