You are on page 1of 136

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN PASANGAN

TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA


DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MUNJUL

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Disusun Oleh:

ANGGITA PUSPITA DELIANTY

NIM : 1111104000037

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H/2015 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Anggita Puspita Delianty

Tempat/Tanggal Lahir : Bandung,13 Juli 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Musholla Fathul Ulum RT 004/02 No.32

Kelurahan Munjul Kecamatan Cipayung Jakarta Timur

Telepon : 081218114780

Email : akuuanggii@yahoo.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/

Program Studi Ilmu Keperawatan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Islam Nurul Ikhwan 1998 – 1999

2. SD Negeri 02 PAGI 1999 – 2005

3. MTS Negeri 22 KJ Munjul 2005 – 2008

4. SMA Negeri 105 Jakarta 2008 – 2011

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 – sekarang

ORGANISASI

1. PMR 2006 – 2007

2. OSIS SMA 2009 – 2010

3. BEM PSIK 2012 - 2013

vi
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

Undergraduate Thesis, Juni 2015

Anggita Puspita Delianty, NIM: 1111104000037

xviii + 88 pages + 15 tables + 2 charts + 10 appendixes

ABSTRACT

Background: Obeying a series of diet in patients with type 2diabetes mellitus is a


major challenge so that no complications. Factors that may affect compliance, one
of which is the support of partner support partner is one of the most important
elements in self patients with type 2 diabetes, because of the interaction of the
first and most frequently performed individual is the person that is closest partner.
The purpose of this study was to determine the relationship between spousal
support for diet adherence in patients with type 2 diabetes mellitus in Puskesmas
Munjul. Methods: This study is quantitative reasearch with cross sectional
approach. Subjects were 54 patients with type 2 diabetes who have a partner who
lives in Puskesmas Munjul. The sampling technique in this study using total
sampling technique. Methods of data collection using the questionnaire. Results:
The result of Pearson correlation analysis showed that the relationship between
praise and support for diet adherence (p-value = 0.000), and the relationship
between food and dietary rules on dietary adherence (p-value = 0.003). Statistical
analysis showed that there was a significant association between spousal support
for diet adherence in patients with type 2 diabetes mellitus in Puskesmas Munjul
with a p-value <0.005. Suggestion: It is suggested that health workers to enhance
its role as a counselor and can participate in health education on diet for people
with type 2 diabetes mellitus.

Keyword : Spousal Support, Dietary Compliance, Type 2 DiabetesMellitus

vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juni 2015

Anggita Puspita Delianty, NIM: 1111104000037

Hubungan Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet pada Penderita


Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul

xviii + 88 halaman + 15 tabel + 2 bagan + 10 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang : Mematuhi serangkaian diet pada penderita DM tipe 2


merupakan tantangan yang besar supaya tidak terjadi komplikasi. Faktor yang
dapat mempengaruhi kepatuhan, salah satunya adalah dukungan pasangan
Dukungan pasangan merupakan salah satu elemen terpenting pada diri penderita
DM tipe 2, karena interaksi pertama dan paling sering dilakukan individu adalah
dengan orang terdekat yaitu pasangannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada
penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul. Metode : Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Subjek penelitian
adalah 54 penderita DM tipe 2 yang memiliki pasangan yang tinggal di Wilayah
Kerja Puskesmas Munjul. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik total sampling. Metode pengumpulan data menggunakan
kuesioner. Hasil : Hasil uji analisis korelasi pearson menunjukkan bahwa
hubungan antara memberi pujian dan dukungan terhadap kepatuhan diet (p-value
= 0,000), dan hubungan antara aturan makanan dan diet terhadap kepatuhan diet
(p-value = 0,003). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM
tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul dengan nilai p-value < 0,005. Saran :
Peneliti menyarankan agar para tenaga kesehatan meningkatkan perannya sebagai
counselor dan dapat ikut serta dalam pendidikan kesehatan mengenai diet untuk
penderita DM tipe 2.

Kata kunci: Dukungan Pasangan, Kepatuhan Diet, Diabetes Melitus tipe 2

viii
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Subhanahuwata’ala, kita memuji, meminta

pertolongan dan memohon pengampunan kepada-Nya, dan kita berlindung

kepada Allah dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan kita. Aku

bersaksi tidak ada Dzat yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan aku bersaksi

bahwa Muhammad itu Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasalam.

Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan

proposal skiripsi yang berjudul “Hubungan Antara Dukungan Pasangan

Terhadap Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas Munjul”.

Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan

bantuan yang tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan

tepat pada waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. D e d e R o s y a d a , M A selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kep., M.Sc, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan dan Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris

ix
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Nia Damiati, S.Kp, MSN selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima

kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan memberi

motivasi selama 4 tahun duduk di bangku kuliah.

5. Ibu Maftuhah, M.Kep, Ph.D dan Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB

selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau

yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan

sabar kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

6. Bapak / Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Orang tuaku, Ibu Hj. Lia Warliah, S.Pd.I. dan Bapak H. Dede Kurniawan

yang telah mendidik, mencurahkan semua kasih sayang tiada tara,

mendoakan keberhasilan penulis, serta memberikan bantuan baik moril

maupun materil kepada penulis selama proses menyelesaikan proposal

skripsi ini. Tak lupa, Adik-adikku tersayang, Guntur Delia Geterina dan

Gilang Delia Revorina serta Ari Septiawan dan seluruh keluarga besar, yang

senantiasa juga selalu memberikan dukungan dan doanya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku Runingga Andami Nafa, Deti Dwi Lestari dan Denok

Ariska yang telah membantu, memberi inspirasi, menghibur, memberi

x
masukan, mengundang tawa, memberikan dukungan, serta mendoakan

selama proses penyelesaian skripsi.

9. Seluruh keluarga besar PSIK 2011, khususnya teman-teman seperjuangan

Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2011.

Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih

jauh dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat

bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Wallahul Muwaffieq Ilaa Aqwaamieth Tharieq

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Ciputat, Juni 2015

Anggita Puspita Delianty

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ...............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................................v
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................vi
ABSTRACT ......................................................................................................vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................ix
DAFTAR ISI .....................................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... .xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... .xv
DAFTAR BAGAN..............................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................10


A. Diabetes Melitus ........................................................................... 10
B. Kepatuhan ..................................................................................... 25
C. Dukungan Keluarga ....................................................................... 28
D. Dukungan Pasangan ...................................................................... 34
E. Kerangka Teori .............................................................................. 36

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI


OPERASIONAL..................................................................................................37
A. Kerangka Konsep .......................................................................... 37
B. Hipotesis ....................................................................................... 38

xii
C. Definisi Operasional ...................................................................... 39

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 43


A. Desain Penelitian........................................................................... 43
B. Waktu dan Lokasi Penelitian.......................................................... 43
C. Populasi dan Sample...................................................................... 44
D. Instrumen dan Pengumpulan Data ................................................. 45
E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ......................................... 47
F. Langkah-langkah pengumpulan data .............................................. 49
G. Pengolahan Data ........................................................................... 51
H. Analisis Data ................................................................................. 52
I. Etika Penelitian............................................................................... 53

BAB V HASIL PENELITIAN.........................................................................55


A. Deskripsi Umum Tempat Penelitian .............................................. 55
B. Hasil Analisis Faktor Kuesioner ..................................................... 56
B. Hasil Analisis Univariat ................................................................. 59
C. Hasil Analisis Bivariat ................................................................... 69

BAB VI PEMBAHASAN..................................................................................71
A. Analisis Faktor .............................................................................. 71
B. Analisis Univariat .......................................................................... 72
B. Analisis Bivariat ............................................................................ 82
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 85

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................86


A. Kesimpulan ................................................................................... 86
B. Saran ............................................................................................. 87

DAFTAR PUSTAKA ......................... ................................................................89

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

ADA : American Diabetes Association

DM : Diabetes Melitus

PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

Depkes : Departemen Kesehatan

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

IDF : International Diabetes Federation

HLOC :Health Locus Of Control

DI : Daerah Istimewa

DKI : Daerah Khusus Ibukota

BB : Berat badan

Kkal : Kilo Kalori

g : Gram

mg : Mili Gram

gls : Gelas

ptg : Potong

sdm : Sendok Makan

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

PNS : Pegawai Negeri Sipil

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai

patokan penyaring dan diagnosis DM ................................. 15

Tabel 2.2 Jenis Diet DM Menurut Kandungan Energi , Protein,


Lemak, dan Karbohidrat ..................................................... 19
Tabel 2.3 Jadwal Makan Penderita DM .............................................. 23
Tabel 2.4 Contoh Menu Sehari Dengan Jenis Diet DM 1900 Kkal ..... 23
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................ 39
Tabel 5.1 Hasil Faktor Analisis ItemKuesionerDukungan Pasangan

dan Kepatuhan Diet Penderita DM tipe 2 di Wilayah


KerjaPusksmas Munjul Tahun 2015 .................................... 55

Tabel 5.2 Hasil Analisis Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul

Tahun 2015 .......................................................................... 59

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin

di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ...................... 59

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ...................... 60

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pekerjaan

di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ....................... 61

Tabel 5.6 Hasil Analisis Dukungan Pasangan yang Didapatkan

oleh Penderita DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas

Munjul Tahun 2015 ............................................................. 62

Tabel 5.7 Gambaran Skor Mean Dukungan Pasangan yang didapatkan

oleh Penderita DM tipe Wilayah Kerja Puskesmas Munjul

Tahun 2015 ...................................................................... 63

xv
Tabel 5.8 Hasil Analisis Kepatuhan Diet Penderita DM tipe 2
di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 .............. 66
Tabel 5.9 Gambaran Skor Mean Kepatuhan Diet Penderita DM tipe Wilayah
Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ................................ 66

Tabel 5.10 Hubungan Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan


Diet Penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas Munjul Tahun 2015 ..........................................

xvi
DAFTAR BAGAN

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori ..................................................................... 36

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................. 36

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Uji Validitas Instrumen

Lampiran 6 Uji Reliabilitas Instrumen

Lampiran 7 Uji Normalitas Data

Lampiran 8 Hasil Analisis Olahan SPSS Univariat

Lampiran 9 Hasil Ananlisis Olahan SPSS Bivariat

Lampiran 10 Hasil Analsis Faktor Kuesionet

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penderita diabetes melitus (DM) penting untuk mematuhi

serangkaian diet guna mengontrol kadar glukosa darah. DM dapat

dikendalikan dengan mengatur pola makan dan diet seimbang. Diet

yang dijalankan penderita akan berlangsung seumur hidup dan

kejenuhan dapat muncul kapan saja. Bila kepatuhan dalam menjalani

proses diet pada penderita DM rendah maka akan mempengaruhi kadar

gula darah yang kemudian akan menyebabkan komplikasi (Pratita,

2012).

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronik yang

terjadi pada jutaan orang di dunia (ADA, 2004). Diabetes melitus

adalah sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya

peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi), yang terjadi akibat

kelainan sekresi insulin, aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer &

Bare, 2002).

Kriteria diagnostik DM menurut Perkumpulan Endokrinologi

Indonesia (PERKENI) tahun 2006, seseorang didiagnosa menderita

DM jika mempunyai kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl dan

kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl. Manifestasi klinis DM yang

sangat khas adalah meningkatnya frekuensi berkemih (poliuria), rasa

haus berlebihan (polidipsia), rasa lapar yang semakin besar (polifagi),

1
2

keluhan lelah dan mengantuk, serta penurunan berat badan (Price,

2005).

Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang

menempati urutan ke-6 sebagai penyebab kematian di dunia.

Diperkirakan sekitar 382 juta orang di dunia mengidap DM dengan

tingkat prevalensi global 8,4% dan akan terus meningkat menjadi 592

juta orang pada tahun 2035 dengan tingkat prevalensi menjadi 55%

(WHO,2013). Menurut data dari International Diabetes Federation

(IDF), Indonesia merupakan negara urutan ke-7 dengan prevalensi

diabetes tertinggi, di bawah China, India, USA, Brazil, Rusia dan

Mexico, dengan penderita DM sekitar 8,5 juta orang dengan perkiraan

penderita DM mencapai angka 21,3 juta orang pada 2030 (IDF, 2013).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2013, prevalensi DM di Indonesia cukup tinggi. Prevalensi DM di

Indonesia adalah 2,4%, meningkat dari tahun 2007 sebanyak 1,1%.

Empat provinsi dengan prevalensi tertinggi sesuai diagnosis dokter

yaitu di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara

(2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%) (Depkes, 2013).

Diabetes melitus dibagi menjadi dua jenis yang paling umum

yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1 adalah penyakit autoimun

dimana tubuh tidak dapat menghasilkan insulin dan lebih sering terjadi

pada anak dan remaja (ADA, 2004). Sedangkan DM tipe 2 adalah

gangguan metabolisme, dimana terjadi penurunan sensitivitas terhaap


3

insulin (resistensi insulin) atau penurunan produksi insulin (Smeltzer

& Bare, 2002).

Diabetes melitus tipe 2 paling banyak dijumpai di masyarakat,

insidennya mencapai 90-95% dari semua DM. DM tipe 2 merupakan

DM yang tidak tergantung pada insulin. Penatalaksaannya adalah

dengan diet yang tepat, olahraga, terapi (jika diperlukan) dan

pemantauan gula darah agar kadar gula darah tetap terkontrol dalam

batas normal (Smeltzer & Bare, 2002).

Peningkatan kadar gula darah pada penyakit DM sering

menimbulkan komplikasi. Komplikasi DM antara lain seperti penyakit

pembuluh koroner (jantung koroner), pembuluh darah perifer,

gangrene diabetic, neuropatic diabetic (gangguan pada pembuluh

saraf), dan katarak. Komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes ini

menjadikan penyebab kematian terbesar ke empat di dunia (Tandra,

2007).

Mematuhi serangkaian diet yang diberikan pada dasarnya

merupakan tantangan yang besar bagi penderita supaya tidak terjadi

komplikasi. Beberapa penderita DM mengaku telah bosan dengan diet

yang mereka jalani, bahkan ada yang tidak peduli dan sengaja

melanggar diet, karena mereka beranggapan hal tersebut dapat diatasi

dengan minum obat (Pratita, 2012).

Perawat sebagai salah satu dari tenaga kesehatan mempunyai

peranan dalam pengontrolan diet pasien DM. Peran perawat disini


4

yaitu melalui pemberian informasi dan pendidikan kesehatan pada

penderita DM dan pasangannya dalam pengontrolan diet dan

pencegahan komplikasi sehingga dapat meningkatkan kesadaran

penderita untuk tetap patuh terhadap diet (Yusra, 2010).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada

penderita DM, antara lain sikap, pengetahuan, dukungan petugas

kesehatan dan dukungan keluarga. Dukungan keluarga telah

didefinisikan sebagai faktor penting dalam kepatuhan manajemen

penyakit kronik. Dukungan keluarga merupakan indikator yang paling

kuat memberikan dampak positif terhadap kepatuhan diet pada pasien

diabetes (Neff dalam Hensarling, 2009).

Dukungan keluarga dalam kepatuhan diet dapat diperoleh dari

pasangan (suami atau istri), anak, saudara kandung atau anggota

keluarga lainnya (Friedman, 2010). Namun, salah satu dukungan

keluarga yang paling berperan adalah dukungan pasangan. Dukungan

pasangan sangat penting dalam diri individu, karena interaksi pertama

dan yang paling sering dilakukan individu adalah dengan orang

terdekat yaitu pasangannya. Dukungan pasangan dipercaya dapat

membantu individu untuk menghadapi penyakit yang dideritanya,

dalam hal ini penyakit diabetes melitus (Pratita, 2012).

Dukungan pasangan tentang diet DM merupakan hal yang

sangat penting untuk membentuk perilaku kepatuhan pada penderita

DM dalam menjalani diet. Dukungan pasangan yang diberikan dapat


5

meningkatkan motivasi penderita untuk tetap patuh dalam mengontrol

kadar gula darah tetap stabil dan mencegah terjadinya komplikasi

(Pratita, 2012).

Dukungan pasangan telah terbukti sangat diperlukan sebagai

penentu kepatuhan pada pasien DM tipe 2. Dukungan pasangan yang

positif sangat berpengaruh terhadap kepatuhan pengontrolan glukosa

darah pada penderita diabetes tipe 2 (Costa, Pereira & Pedras, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Hara et al (2014), tentang

pengaruh jenis kelamin, usia, dukungan keluarga, dan pengobatan pada

stres yang dirasakan dan koping pada pasien dengan diabetes melitus

tipe 2, hasil penelitian menyatakan bahwa laki-laki dengan DM tipe 2

yang hidup dengan istrinya sangat tergantung pada dukungan dari

pasangannya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratita (2012), menyatakan

bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara HLOC (Health

Locus Of Control) atau keyakinan terhadap peristiwa-peristiwa yang

terjadi berkaitan dengan kesehatannya dan dukungan pasangan dengan

kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada penderita DM.

HLOC memiliki sumbangan efektif yang lebih besar dibandingkan

dengan dukungan pasangan. Bila dukungan pasangan dikorelasikan

dengan kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada DM tanpa

mengontrol HLOC maka hasilnya tidak signifikan.


6

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 20

November 2014 di Puskesmas Munjul, didapatkan informasi bahwa

selama bulan Oktober 2014 ada 63 penderita DM yang datang ke

Puskesmas, namun hanya 54 penderita yang tinggal bersama pasangan.

Petugas puskesmas mengatakan, penderita yang datang mayoritas

adalah penderita lama yang datang dengan komplikasi.

Hasil wawancara terhadap sembilan penderita DM tipe 2, enam

penderita mengatakan datang ke puskemas disebabkan muncul keluhan

lain atau komplikasi seperti adanya luka yang sulit sembuh, hipertensi

dan penurunan penglihatan karena sering melanggar aturan dalam

makan (diet) dan beberapa faktor lain seperti malas berolahraga,

kurang pemantauan terhadap gula darah, tidak menjalani terapi dan

lain sebagainya, dan tiga penderita lainnya mengatakan datang ke

puskesmas untuk memeriksaan kesehatannya tanpa adanya komplikasi.

Tiga penderita yang tidak muncul komplikasi mengatakan pasangan

memberikan perhatian terhadap pola makannya (diet), dan empat dari

enam penderita yang muncul komplikasi mengaku kurang mendapat

perhatian karena pasangan sibuk bekerja di luar rumah.

Penelitian-penelitian mengenai dukungan keluarga terhadap

kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2 telah banyak

dilakukan, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Akan tetapi,

penelitian mengenai dukungan pasangan masih belum banyak

dilakukan dan juga penelitian ini belum pernah dilakukan di


7

puskesmas ini. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih

dalam terkait hubungan dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet

pada penderita DM tipe 2.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, penderita DM

penting untuk mematuhi serangkaian diet guna mengontrol kadar

glukosa darah. DM dapat dikendalikan dengan mengatur pola makan

dan diet seimbang. Diet yang dijalankan penderita akan berlangsung

seumur hidup dan kejenuhan dapat muncul kapan saja (Pratita, 2012).

Bila kepatuhan dalam menjalani proses diet pada penderita DM rendah

maka akan mempengaruhi kadar gula darah yang kemudian akan

menyebabkan komplikasi. Namun dalam pelaksanaannya masih

banyak penderita yang tidak patuh terhadap pola makan (diet) yang

kemudian menyebabkan komplikasi.

Hasil penelitian oleh Costa et al (2012) di Portugal menyebutkan

bahwa dukungan pasangan telah terbukti sangat diperlukan sebagai

penentu kepatuhan pengontrolan glukosa darah pada pasien DM tipe 2.

Penelitian mengenai kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 sudah

banyak dilakukan, tetapi mengenai dukungan pasangan terhadap

kepatuhan diet penderita DM tipe 2 belum banyak dilakukan dan

belum dilakukan di Puskesmas Munjul. Oleh karena itu, peneliti


8

tertarik untuk meneliti lebih dalam terkait hubungan dukungan

pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2.

C. Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet

pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul.

2) Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden (usia, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan)

b. Untuk mengetahui dukungan pasangan yang didapatkan

penderita DM tipe 2

c. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan diet penderita DM

tipe 2

d. Untuk mengetahui hubungan dukungan pasangan

(emosional, penghargaan, instrumental dan informasi)

terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2.

D. Manfaat penelitian

a. Bagi tempat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan bagi profesi

kesehatan, khususnya perawat dalam memberikan pendidikan


9

kesehatan pada penderita DM tipe 2 dan pasangannya di Wilayah

Kerja Puskesmas Munjul dalam upaya pengontrolan DM tipe 2

khususnya dalam kepatuhan diet.

b. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dibidang

keperawatan terutama tentang dukungan pasangan terhadap

pengontrolan DM tipe 2, serta menambah pengetahuan dan

pengalaman peneliti dibidang riset keperawatan.

c. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk pembelajaran

mahasiswa keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

1. Pengertian

Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara

genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa

hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara

klinis, maka DM ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial,

aterosklerotik dan penyakit vaskular mikroangiopati, dan neuropati (Price

& Wilson, 2005). Sedangkan menurut American Diabetes Association

(ADA) 2005, DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin atau keduan-duanya.

2. Klasifikasi

Secara garis besar Diabetes Melitus (DM) diklasifikasikan menjadi :

a. DM tipe 1 atau yang dikenal dengan Insulin dependent diabetes

mellitus (IDDM). DM tipe 1 adalah diabetes yang tergantung

insulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pankreas yang dalam

keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh

suatu proses autoimun. Sebagai akibatnya, penyuntikan insulin

diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. DM tipe ini

10
11

mengenai kurang lebih 5-10% seluruh penderita diabetes (Smeltzer

& Bare, 2002).

b. DM tipe 2 atau Non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM).

DM tipe 2 yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin. DM tipe 2

terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi

insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Kurang

lebih 90-95% seluruh penderita diabetes menderita DM tipe 2. DM

tipe 2 sering ditemukan pada individu yang berusia lebih dari 30

tahun dan obesitas (Smeltzer & Bare, 2002).

c. DM gestasional

DM gestasional adalah diabetes yang timbul selama masa

kehamilan, dan biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga.

Keadaan ini disebabkan oleh hormon yang disekresikan plasenta

yang menghambat kerja insulin. Diabetes ini terjadi pada sekitar 2-

5% dari seluruh kehamilan (Smeltzer & Bare, 2002).

d. DM tipe lain

DM tipe ini disebabkan karena kelainan genetik dalam sel beta,

kelainan genetik pada kerja insulin yang menyebabkan sindrom

resitensi insulin berat dan akantosis negrikans, penyakit pada

eksokrin pankreas menyebabkan pankreatitis kronik, penyakit

endokrin seperti sindrom chusing dan akromegali, obat-obat yang

bersifat toksik terhadap sel-sel beta dan infeksi (Price & Wilson,

2005).
12

3. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik

defisiensi insulin. Beberapa gejala yang dikeluhkan penderita DM ( Price

& Wilson, 2005) antara lain :

a. Poliuria

Pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar

glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah

makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang

ginjal untuk zat ini, maka timbul glukosuria. Glikosuria ini akan

menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin.

b. Polidipsia

Diuresis osmotik yang disebabkan oleh glikosuria mengakibatkan

klien merasa haus dan banyak minum (polidipsia).

c. Polifagia

Rasa lapar yang semakin besar mungkin akan timbul sebagai akibat

kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk.

4. Faktor Resiko

Beberapa faktor risiko DM (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2010) adalah

sebagai berikut :

1. Kelainan genetika

DM dapat diturunkan dari keluarga yang sebelumnya juga menderita

DM, karena kelainan gen mengakibatkan tubuhnya tidak dapat


13

menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi resiko DM juga tergantung

pada faktor kelebihan berat badan, kurang gerak dan stres.

2. Faktor usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang menurun

dengan cepat setelah usia 40 tahun. DM tipe 2 sering muncul setelah

usia lanjut terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat

badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.

3. Faktor kegemukan/obesitas

Sekitar 80-90% pasien DM tipe 2 adalah mereka yang mengalami

kegemukan. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot

akan makin resisten terhadap kerja insulin. Lemak ini akan

memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke

dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.

4. Kurangnya aktivitas fisik

Olahraga atau aktivitas fisik membantu untuk mengontrol berat

badan. Glukosa darah akan dibakar menjadi energi, sel-sel tubuh

menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Dengan olahraga peredaran

darah akan menjadi lebih baik dan resiko terjadinya DM tipe 2 akan

turun hingga 50%.

5. Diagnosis

Diagnosis DM ditegakkan berdasarkan gejala yang khas dan

pemeriksaan laboratorium. Diagnosis klinis ditegakkan apabila muncul


14

keluhan-keluhan klasik seperti poliuria, polidipsia, polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. Selain itu ada

keluhan lainnya, yaitu lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,

disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulvae pada wanita.

Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI)

2006, diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara, yaitu :

1. Jika keluhan klasik ditemukan, lalu dilakukan pemeriksaan gula

darah sewaktu dengan hasil ≥ 200 mg/dl (11.1 mmol/L).

2. Jika keluhan klasik ditemukan, lalu dilakukan pemeriksaan glukosa

darah puasa dengan hasil ≥126 mg/dl (7.0 mmol/L). Puasa diartikan

pasien tidak mendapatkan asupan kalori sedikitnya 8 jam sebelum

pemeriksaan.

3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl (11.1

mmol/L). Tes toleransi glukosa oral (TTGO) dilakukan dengan

mengukur kadar glukosa darah 2 jam setelah konsumsi 75 gram

glukosa yang dilarutkan dalam air. Sampel darah untuk pemeriksaan

glukosa dapat diambil dari darah vena atau kapiler.

Selain itu, Pemeriksaan HbA1C (>6,5%) oleh ADA 2011 sudah

dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada

sarana laboratorium yang telah terstandarisasi dengan baik

(PERKENI,2011).
15

Kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa darah puasa sebagai

patokan penyaring dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan

penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)

Bukan Belum pasti DM

DM DM

Kadar glukosa darah Plasma vena ˂ 100 100 – 199 ≥200

sewaktu (mg/dl) Darah kapiler < 90 90 – 199 ≥200

Kadar glukosa darah Plasma vena < 100 100 – 125 ≥126

puasa(mg/dl) Darah kapiler < 90 90-99 ≥110

Sumber : Konsenesus Pengelolaan DM tipe 2 di Indonesia, PERKENI 2006

6. Komplikasi

Komplikasi DM terbagi dua yaitu komplikasi metabolik akut dan

komplikasi vaskular jangka panjang. Komplikasi metabolik akut

disebabkan perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma.

Komplikasi akut yang sering terjadi pada DM tipe 2 adalah hiperglikemia

hiperosmolar koma non‐ketotik (HHNK), dan hipoglikemia (Price &

Wilson, 2005).

Komplikasi vaskular jangka panjang DM melibatkan pembuluh

darah kecil (mikroangiopati) dan pembuluh darah sedang dan besar


16

(makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik DM yang

menyerang kapiler dan arteriol retina (retinopati diabetik), glomerulus

ginjal (nefropati diabetik) dan saraf perifer (neuropati diabetik), dan otot

serta kulit. Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologis

berupa aterosklerosis (Price & Wilson, 2005).

7. Penatalaksanaan

Terdapat lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes melitus

(Smeltzer & Bare, 2002), antara lain :

1) Diet

Diet merupakan pilar utama dari penatalaksanaan DM. Standar diet

yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang

antara zat gizi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral

sesuai dengan kecukupan gizi baik.

2) Latihan

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena

efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan

meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki

pemakaian insulin dan mengurangi faktor resiko kardiovaskular.

3) Pemantauan

Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau Self-monitoring

of blood glucose (SMBG) dapat membantu mengendalikan kadar


17

glukosa darah secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi

terhadap terjadinya hipoglikemia dan hiperglikemia.

4) Terapi (jika diperlukan)

Pada diabetes melitus tipe 2, insulin mungkin diperlukan sebagai

terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika

diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya.

5) Pendidikan

Pendidikan pasien tentang penatalaksaan diabetes melitus sangat

penting. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang

memerlukan perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur

hidup. Pasien bukan hanya harus belajar untuk mengendalikan kadar

glukosa darah, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif dalam

gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetik jangka panjang.

8. Penatalaksaan Diet

Diet merupakan pilar utama dari penatalaksanaan DM. Standar diet yang

dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang antara zat

gizi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral sesuai dengan

kecukupan gizi baik. Namun penderita DM sering memperoleh sumber

informasi yang kurang tepat yang dapat merugikan penderita tersebut.

Pengaturan diet pada penderita DM merupakan pengobatan yang utama

pada penatalaksanaan DM (Almatsier, 2006) yaitu mencakup :


18

1) Jumlah Makanan

Syarat kecukupan jumlah makanan pada penderita penyakit DM

(Almatsier, 2006) adalah :

a. kebutuhan kalori untuk penderita DM harus sesuai untuk

mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan berat

badan normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan

memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar

25-30 kkal/kg BB normal. Makanan dibagi dalam 3 porsi

besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%),

serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan (masing-masing

10-15%).

b. kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% dari

kebutuhan energi total.

c. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-20% dari kebutuhan

energi total.

d. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi

total, dalam bentuk < 7% berasal dari lemak jenuh, < 10% dari

lemak tidak jenuh ganda selebihnya dari lemak tidak jenuh

tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu ≤ 200

mg/hari.

e. Penggunaan gula murni dalam makanan atau minuman tidak

diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila

kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan


19

mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi

total.

f. Penggunaan gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas

yaitu 20% dari kebutuhan energi.

g. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat

larut air yang terdapat didalam sayur dan buah.

h. Cukup konsumsi vitamin dan mineral. asupan dari makanan

cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk

suplemen tidak diperlukan.

Diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan DM

dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak dan

karbohidrat. Sebagai pedoman dipakai 8 jenis diet DM sebagaimana

dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jenis diet DM menurut kandungan energi, protein, lemak, dan

karbohidrat.

Jenis diet Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g)

I 1100 43 30 172

II 1300 45 35 192

III 1500 51.5 36.5 235

IV 1700 55.5 36.5 275

V 1900 60 48 299

VI 2100 62 53 319
20

VII 2300 73 59 269

VIII 2500 80 62 396

Sumber : Almatsier, 2006

Keterangan:

a. Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk.

b. Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes tanpa

komplikasi.

c. Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes

remaja (juvenile diabetes) atau diabetes dengan komplikasi

2) Jenis Bahan Makanan

Banyak yang beranggapan bahwa penderita DM harus makan

makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena

tujuan utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas

normal. Untuk itu sangat penting bagi kita terutama penderita

DM untuk mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah.

Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita DM adalah

makanan yang kaya serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan

segar. Hal yang terpenting adalah jangan terlalu mengurangi

jumlah makanan karena akan mengakibatkan kadar gula darah

yang sangat rendah (hypoglikemia) dan juga jangan terlalu


21

banyak makan makanan yang memperparah DM (Almatsier,

2006).

Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis

makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi bagi penderita DM

(Almatsier, 2006) yaitu:

a. Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita DM

adalah:

a) Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi beras merah,

gandum , mie, sereal, roti tawar, kentang, singkong, ubi

dan sagu.

b) Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa

kulitnya, susu skim, yoghurt, tempe, tahu dan kacang-

kacangan.

c) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk

makanan yang mudah dicerna. Makanan terutama

mudah diolah dengan cara dipanggang, dikukus,

disetup, direbus dan dibakar.

d) Buah pepaya, apel, pisang (pisang ambon sebaiknya

dibatasi) kedondong, salak, semangka, apel, pir, jeruk,

belimbing, melon, dan buah naga.

e) Sayuran dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan

A yang bebas dikonsumsi, sangat sedikit mengandung

energi, protein dan karbohidrat. Jenis sayuran golongan


22

A diantarnya oyong, lobak, selada, jamur segar,

mentimun, tomat, sawi, tauge, kangkung, terong,

kembang kol, kol, labu air. Sedangkan sayuran

golongan B boleh dikonsumsi, tetapi hanya 100

gram/hari. Jenis sayuran golongan B diantaranya

buncis, labu siam, daun singkong, jagung muda,

bayam, kacang panjang.

b. Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi

untuk penderita DM (Almatsier, 2006) adalah:

a) Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir,

gula jawa, sirup, jelly, buah-buahan yang diawetkan,

susu kental manis, soft drink, es krim, kue-kue manis,

dan krekers.

b) Mengandung tinggi lemak seperti santan, makanan siap

saji (fast-food), goreng-gorengan.

c) Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur

asin dan makanan yang diawetkan.

3) Jadwal Makan

Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu

mengontrol kadar gula darah. Makanan porsi besar

menyebabkan peningkatan gula darah mendadak dan bila

berulang-ulang dalam jangka panjang, keadaan ini dapat

menimbulkan komplikasi DM. Oleh karena itu makanlah


23

sebelum lapar karena makan disaat lapar sering tidak terkendali

dan berlebihan. Agar kadar gula darah lebih stabil, perlu

pengaturan jadwal makan yang teratur yaitu makan pagi, makan

siang, makan malam dan snack diantara makan besar dan

dilaksanakan dengan interval 3 jam.(Waspadji, 2002).

Tabel 2.3. Jadwal makan penderita DM

Waktu Jadwal Total kalori

Pukul 07.00 Makan pagi 20 %

Pukul 10.00 Selingan 10%

Pukul 13.00 Makan siang 30%

Pukul 16.00 Selingan 10%

Pukul 19.00 Makan malam 20%

Pukul 21.00 Selingan 10%

Tabel 2.4. Contoh Menu Sehari dengan Jenis Diet DM 1900 kkal

Waktu Menu makanan Berat (gram) URT

Sarapan pagi Nasi 100 1 gls

07.00 Telur dadar 50 1 ptg

Tempe goreng 25 ½ ptg

Sayur oyong 100 1 gls

Minyak 10 1 sdm
24

10.00 Buah 100 1 ptg

Makan siang Nasi 200 1 ½ gls

13.00 Pepes ikan 50 1 ptg

Tempe goreng 50 1 ptg

Sayur asem 100 1 gls

Buah 100 1 ptg

Minyak 10 1 sdm

16.00 Buah 100 1 ptg

Makan Nasi 150 1 gls

malam Ayam goreng 50 1 ptg

19.00 Tahu goreng 25 ½ gls

Cah capcay 100 1 gls

Buah 100 1 ptg

Minyak 10 1 sdm

Sumber : Almatsier, 2006

Nilai Gizi :

a. Energi : 1912 kkal

b. Protein : 60 g (12,5,% energi total)

c. Lemak : 48 g (22,5 % enegi total)

d. Karbohidrat : 299 g (62,5 % energi total)

e. Kolesterol : 303 mg

f. Serat : 37 g
25

B. Kepatuhan

1. Pengertian

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada

perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh,

ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan aturan (KBBI, 2012). Menurut

Bastable (2002), kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk

menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan.

Kepatuhan merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang

tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan (Lawrence

Green dalam Notoatmodjo, 2007). Kepatuhan berkenaan dengan kemauan

dan kemampuan dari individu untuk mengikuti cara sehat yang berkaitan

dengan nasihat, aturan yang ditetapkan, dan mengikuti jadwal. Kepatuhan

adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan untuk

pengobatan seperti diet, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan berobat

(Niven, 2002).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor yang mempengaruhi perilaku patuh ditentukan oleh tiga

faktor utama (Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2007) yaitu :

1. Faktor predisposisi (faktor pendorong)

Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mempermudah atau

mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain :


26

a) Kepercayaan

Kepercayaan atau agama merupakan dimensi spiritual yang

dapat menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh

terhadap agamanya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak

mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian

juga cara akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan control

penyakitnya dapat dipengaruhi oleh kepercayaan penderita

dimana penderita yang memiliki kepercayaan yang kuat akan

lebih patuh terhadap anjuran dan larangan.

b) Sikap

Sikap merupakan hal yang paling kuat dalam diri individu

sendiri. Keinginan untuk tetap mempertahankan kesehatannya

sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku penderita dalam kotrol penyakitnya.

c) Pengetahuan

Penderita dengan kepatuhan rendah adalah mereka yang tidak

teridentifikasi mempunyai gejala sakit. Mereka berfikir bahwa

dirinya sembuh dan sehat sehingga tidak perlu melakukan

kontrol terhadap kesehatannya.

2. Faktor reinforcing (Faktor pendukung)

Faktor reinforcing merupakan faktor-faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya perilaku yang terwujud dalam sikap dan

perilaku seseorang, antara lain :


27

a) Dukungan petugas kesehatan

Dukungan dari petugas kesehatan sangatlah besar artinya

bagi penderita sebab petugas adalah pengelola penderita yang

paling sering berinteraksi sehingga pemahaman terhadap

kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering

berinteraksi, sangatlah mempengaruhi rasa percaya dan selalu

menerima kehadiran petugas kesehatan termasuk anjuran-

anjuran yang diberikan.

b) Dukungan keluarga

Keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat

dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang

dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari

keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan

menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau

mengelola penyakitnya dengan baik, serta penderita mau

menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk

penunjang pengelolaan penyakitnya.

3. Faktor enabling (Faktor pemungkin)

Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi

perilaku dan tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin

adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku

kesehatan, misalnya puskesmas, rumah sakit, posyandu, tempat


28

pembuangan sampah, tempat olahraga, makanan yang bergizi, dan

sebagainya.

3. Kepatuhan Diet

Kepatuhan diet merupakan suatu aturan perilaku yang

disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lain yang harus

diikuti oleh pasien. Perilaku yang disarankan yaitu berupa pola makan

dan ketepatan makan pasien DM. Dalam diet pasien DM harus

memperhatikan jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makan

agar kadar glukosa darahnya tetap terkontrol (Novian, 2013).

Mematuhi serangkaian diet merupakan aspek yang paling

penting dalam penatalaksanaan DM. Diet yang dijalankan penderita

DM akan berlangsung selama seumur hidup dan kejenuhan dapat

muncul kapan saja (Pratita,2012). Kepatuhan diet jangka panjang

merupakan tantangan yang sangat besar bagi pasien supaya tidak

terjadi komplikasi (Smeltzer & Bare, 2002).

C. Dukungan Keluarga

1. Pengertian

Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh

anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan fisik

dan psikologis pada orang yang dihadapkan pada situasi stres (Taylor,

2006). Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang


29

diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi

orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan.

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang

masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-

tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial

internal, seperti dukungan dari suami, istri atau dukungan dari saudara

kandung dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga

inti. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan

berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan

kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).

2. Dimensi Dukungan Keluarga

Dimensi dukungan keluarga menurut Sarafino (2004), adalah :

a. Dimensi emosional

Dukungan ini melibatkan ekspresi, rasa empati dan perhatian terhadap

seseorang sehingga membuat penderita DM merasa lebih baik,

memperoleh kembali keyakinannya, merasa dimiliki dan dicintai.

Dimensi ini memperlihatkan adanya dukungan dari keluarga, adanya

pengertian dari anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang

menderita DM. Komunikasi dan interaksi antara anggota keluarga

diperlukan untuk memahami situasi penderita. Dimensi ini didapatkan

dengan mengukur persepsi penderita tentang dukungan keluarga

berupa pengertian dan kasih sayang dari keluarga.


30

Memberikan dukungan emosional kepada keluarga termasuk dalam

fungsi afektif keluarga. Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi

internal keluarga untuk memberikan perlindungan psikososial dan

dukungan terhadap anggotanya. Keluarga berfungsi sebagai sumber

cinta, pengakuan, penghargaan dan memberi dukungan. Friedman

(2003) menunjukkan bahwa dengan adanya dukungan emosional

didalam keluarga, secara positif akan mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anggota keluarga.

Menurut House (1994 dalam setiadi, 2008) mengatakan bahwa

bentuk dukungan emosional berupa dukungan simpati dan empati,

cinta, kepercayaan dan penghargaan. Dengan demikian seseorang

yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban

sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau

mendengar keluhannya, dan mau membantu memecahkan masalah

yang dihadapi.

b. Dimensi Penghargaan

Dukungan penghargaan merupakan suatu dukungan atau bantuan dari

keluarga dalam bentuk memberikan umpan balik dan penghargaan

dengan menunjukkan respon positif, yaitu dorongan atau persetujuan

terhadap gagasan atau ide. (Bomar,2004). Menurut Friedman (2003),

dukungan penilaian yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan

balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah.


31

Dapat dikatakan bahwa adanya dukungan penilaian yang diberikan

keluarga terhadap penderita DM berupa penghargaan, dapat

meningkatkan status psikososial, semangat dan motivasi sehingga

diharapkan dapat membentu perilaku patuh terhadap diet pada

penderita DM.

c. Dimensi Instrumental

Dukungan yang bersifat nyata, dimana dukungan ini berupa bantuan

langsung. Dimensi ini memperlihatkan dukungan dari keluarga dalam

bentuk yang nyata terhadap ketergantungan anggota keluarga (Yusra,

2010). Peterson& Bredow (2004) menyatakan dimensi instrumental

ini meliputi penyediaan sarana (peralatan atau saran pendukung lain)

untuk mempermudah atau menolong oranglain.

Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau

bantuan penuh keluarga dalam bentuk memeberikan bantuan tenaga,

dana, maupun menyediakan waktu untuk melayani dan mendengarkan

keluarga yang sakit dalam menyampaikan perasaannya (Bomar,2004).

Dukungan keluarga instrumental yaitu keluarga merupakan sumber

pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan instrumental juga

termasuk ke dalam fungsi perawatan kesehatan keluarga dan fungsi

ekonomi yang diterapkan pada keluarga yang sakit. Fungsi perawatan

kesehatan berupa menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal,

perawatan kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya dan fungsi

ekonomi berupa daya yang cukupseperti finansial dan ruang.


32

Dukungan instrumental bertujuan untuk mempermudah seseorang

dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan

yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang

dihadapi, misal dengan menyediakan makanan sesuai dengan pola diet

pasien,menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan dan lain-lain.

Dengan adanya dukungan instrumental yang cukup pada pasien DM

diharapkan kepatuhan diet pasien DM dapat terjaga dan terkontrol

dengan baik sehingga dapat meningkatkan status kesehatannya.

d. Dimensi Informasi

Dukungan ini berupa pemberian saran percakapan atau umpan balik

tentang bagaimana seseorang melakukan sesuatu. Dimensi ini

menyatakan dukungan keluarga yang diberikan bisa membantu pasien

dalam mengambil keputusan dan menolong pasien dari hari ke hari

dalam manajemen penyakitnya. Sedangkan menurut Peterson &

Bredow (2004) aspek informasi ini terdiri dari pemberian nasehat,

pengarahan atau keterangan yang diperlukan oleh individu yang

bersangkutan serta untuk mengatasi masalah pribadinya.

Menurut House (1994 dalam Setiadi, 2008), bantuan informasi yang

disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam

menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi

pemberian nasehat, pengarahan, ide-iede atau informasi lainnya yang

dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada oranglain

yang mungkin mempunyai persoalan yang sama atau hampir sama.


33

Anggota keluarga yang sakit jika mendapatkan dukungan informasi

yang cukup akan termotivasi untuk tetap menjaga kondisi kesehatan

untuk menjadi lebih baik. (Friedman, 2003)Berdasarkan hal tersebut,

pasien DM sangat membutuhkan dukungan informasional dari

oranglain dalam arri keluarga berupa dukungan informasi. Dukungan

informasi yang dibutuhkan pasien DM dapat berupa pemberian

informasi terkait dengan diet pasien DM.

3. Sumber-sumber Dukungan Sosial

Kahn dan Antonucci (dalam Nurmadina, 2010) menyatakan bahwa

seorang individu dikelilingi oleh suatu pengiring yang selalu mendukung

atau menyertai individu tersebut sepanjang masa hidupnya, dimana

anggota pengiring ini dapat datang dan pergi seiring dengan berjalannya

waktu. Kahn dan Antonucci membagi sumber-sumber dukungan sosial

menjadi tiga kategori yaitu:

a. Sumber dukungan sosial yang stabil sepanjang waktu perannya,

yaitu yang selalu ada sepanjang hidupnya yang menyertai dan

mendukung individu tersebut, seperti keluarga dekat, pasangan

(suami/istri) atau teman dekat.

b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang

sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung berubah sesuai

sepanjang waktu, seperti teman kerja, tetangga, sanak keluarga dan

teman sepergaulan.
34

c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang

sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat

cepat berubah. Sumber dukungan ini misalnya tenaga

ahli/profesional dan keluarga jauh dan sesama pekerja.

D. Dukungan Pasangan

Dukungan pasangan merupakan salah satu elemen terpenting pada

diri individu, karena interaksi pertama dan paling sering dilakukan

individu adalah dengan orang terdekat yaitu pasangannya (Pratita, 2012).

Setiap anggota keluarga umumnya berada di bawah pengawasan anggota

keluarga lain seperti pasangan, yang dimana mereka saling menginginkan

kebersamaan, saling membutuhkan, saling melayani, saling memberikan

dorongan dan dukungan (Gunarsa, 2000). Adanya dukungan yang didapat

dari pasangan hidup dalam keluarga atau seseorang yang berarti dapat

membantu penderita untuk tetap menjalani diet yang telah ditetapkan.

Dukungan pasangan dipercaya dapat membantu para penderita

untuk menghadapi penyakit yang dideritanya, dalam hal ini penyakit

diabetes melitus. Menurut Sarafino (2006), dukungan yang diberikan dapat

diwujudkan dalam beberapa bentuk antara lain dukungan emosi berupa

perkataan yang baik dan lembut. Pasangan yang berkeluarga memberikan

bujukan atau rayuan kepada penderita untuk menaati saran dari perawat,

dokter, dan petugas kesehatan lain untuk menaati diet. Sebagai contoh,

seorang pasien yang berniat untuk makan sesuai dengan rencana diet yang

telah dibuatnya, terkadang melanggar aturan karena situasi yang kurang


35

mendukung misalnya menghadiri jamuan pesta. Maka dari itu, pasangan

dari penderita DM memiliki peran yang cukup besar dalam memberikan

dukungan agar penderita tetap mematuhi dan berusaha mengontrol kadar

gula darahnya.

Dukungan yang diberikan oleh pasangan bukan hanya sekedar

memberikan bantuan, namun yang penting adalah persepsi penderita DM

dalam menerima makna dukungan yang diberikan dalam arti individu

yang menerima dukungan tersebut dapat merasakan manfaat dukungan

bagi dirinya. Manfaat dari dukungan yang diberikan oleh pasangan kepada

penderita tersebut untuk meminimalkan atau mengurangi ketidakpatuhan

penderita pada saran-saran yang diberikan oleh perawat, dokter, dan

petugas kesehatan lain (Pratita, 2012).


36

E. Kerangka teori

Kerangka teori modifikasi dari teori Lawrence Green (1980) dalam

konsep perilaku kesehatan, teori Friedman (1998) dalam dimensi

dukungan keluarga/pasangan dan, teori Smeltzer & Bare (2002) dalam

pengkajian dan penatalaksanaan pasien diabetes melitus.

Produksi insulin Resistensi


tidak adekuat insulin

Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan :
Gangguan metabolisme :
a. Sikap Diabetes Melitus tipe 2
b. Pengetahuan
c. Dukungan petugas
kesehatan
d. Dukungan Penatalaksanaan DM
keluarga
a. Diet
(pasangan)
b. Latihan
c. Pemantauan
d. Terapi
e. pendidikan

Dukungan Pasangan :

a. Dukungan emosional
b. Dukungan penghargaan KEPATUHAN DIET
c. Dukungan instrumental PENDERITA DM TIPE 2
d. Dukungan informasi

Gambar 2.1 KerangkaTeori


BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka tentang dukungan

keluarga dalam hal ini pasangan dan berdasarkan teori Friedman(1998),

terdapat empat dimensi dukungan, antara lain dukungan emosional,

dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi.

Berdasarkan teori Smeltzer & Bare (2002), penatalaksanaan

diabetes melitus salah satunya adalah diet. Diet merupakan pilar utama

dari penatalaksanaan DM. Kepatuhan dalam menjalankan diet merupakan

hal yang sangat penting bagi penderita DM guna menjaga kadar glukosa

darah dalam batas normal.

Hubungan tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk kerangka

konsep penelitian dengan variabel penelitian sebagai berikut :

1. Variabel independen yaitu dukungan pasangan yang terdiri dari

dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental

dan dukungan informasi.

2. Variabel dependen yaitu kepatuhan diet pada penderita diabetes

melitus tipe 2.

37
38

Adapun kerangka konsep tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut :

INDEPENDEN DEPENDEN

Dukungan pasangan :

1) Dukungan emosional Kepatuhan Diet pada penderita


2) Dukungan penghargaan
DM tipe 2
3) Dukungan instrumental

4) Dukungan informasi

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian mengenai Hubungan Antara

Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet Pada Pasien

DM Tipe 2.

B. Hipotesis

Ho :Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan

dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas Munjul.

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan dengan

kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Munjul.
39

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

1. Dukungan Dukungan yang Menghitung skor dari Kuesioner Jumlah skor kumulatif Ordinal

pasangan diberikan oleh orang pertanyaan tentang Dukungan jawaban responden

yang mempunyai ikatan dukungan pasangan pasangan tentang dukungan

pernikahan dengan menggunakan skala dengan 19 pasangan di bagi

penderita DM, baik Likert dengan jawaban : pertanyaan jumlah item

berupa dukungan Selalu (4) pertanyaan. Skor

emosional, dukungan Sering (3) tertinggi 4 dan skor

penghargaan, dukungan Jarang (2) terendah 1.

instrumental dan Tidak Pernah (1)

dukungan informasi.
40

2 Kepatuhan Tingkat ketaatan dan Menggunakan skala Kuesioner pola Jumlah skor kumulatif Ordinal

diet penderita kedisplinan penderita Likert. Skor untuk diet penderita jawaban responden

DM tipe 2 DM tipe 2 terhadap setiap jawaban : dibetes melitus tentang kepatuhan

program diet. Selalu (4) tipe 2 dengan diet di bagi jumlah

Sering (3) 25 pertanyaan item pertanyaan. Skor

Jarang (2) tertinggi 4 dan skor

Tidak Pernah (1) terendah 1.

3 Usia Usia responden yang Ditanyakan, kuesioner Kuesioner Usia dinyatakan Interval

dihitung sejak lahir A : Data demografi dalam tahun

hingga hari ulang tahun tentang usia

terakhir.
41

4 Jenis kelamin Ciri seksual responden Ditanyakan pada Kuesioner 1. Pria Nominal

yang dibedakan atas kuesioner A : Data 2. Wanita

laki-laki dan demografi

perempuan. Tentang jenis kelamin

5 Pendidikan Pendidikan formal Ditanyakan pada Kuesioner Pendidikan Ordinal

terakhir yang pernah kuesioner A : Data dinyatakan dalam

diikuti oleh reponden demografi berdasarkan jenjang

Tentang pendidikan pendidikan yang

ditempuh :

1. Tidak sekolah/

tidak tamat SD

2. SD
42

3. SMP

4. SMA

5. Perguruan tinggi

6 Pekerjaan Status pekerjaan yang Ditanyakan pada Kuesioner 1. pegawai Ordinal

dilakukan responden kuesioner A : Data negeri

demografi tentang 2. pegawai swasta

pekerjaan. 3. wiraswasta

4. tidak bekerja

5. lain-lain
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif,

karena data yang diperoleh merupakan data langsung yang dapat dihitung

atau dikelola dengan statistik. Desain penelitian ini adalah cross sectional

yaitu peneliti melakukan pengukuran atau penelitian dalam satu waktu.

Peneliti menggunakan desain cross sectional karena penelitian ini

bermaksud mengidentifikasi ada atau tidaknya hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen dalam satu kali pengukuran

menggunakan alat ukur kuesioner.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasi, yaitu

penelitian yang dimaksudkan untuk melihat hubungan antara variabel

tanpa mencoba mengubah atau mengadakan perlakuan terhadap variabel-

variabel tersebut (Hidayat,2008). Tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisis hubungan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan

diet pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Tahun 2015 di

Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Kecamatan Cipayung Jakarta Timur.

Alasan memilih Puskesmas Munjul sebagai tempat penelitian karena

insiden terjadinya komplikasi pada penderita DM tipe 2 masih tinggi yang

43
44

dibuktikan dengan lebih banyaknya penderita lama yang datang ke

puskesmas dengan komplikasi.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti.

(Notoatmodjo dalam Setiadi, 2007). Populasi dapat berupa orang,

benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita DM tipe 2 yang

tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul yaitu berjumlah 54

orang.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo,

dalam Setiadi 2007). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel

dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau

sampel (Sugiyono, 2009). Dengan demikian peneliti mengambil

sampel dari seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 yang tinggal di

Wilayah Kerja Puskesmas Munjul. Jumlah sampel dalam penelitian

ini adalah 54 orang.


45

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo,2010).

1) Penderita diabetes melitus tipe 2 baik laki-laki maupun

perempuan yang bersedia menjadi responden.

2) Penderita diabetes melitus tipe 2 yang tinggal bersama

pasangannya (suami/istri).

3) Penderita diabetes melitus tipe 2 yang mampu membaca,

menulis dan berbahasa Indonesia.

D. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau

angket yang mengacu pada kerangka teori. Instrumen penelitian terdiri

dari 3 bagian, yaitu :

1. Data demografi

Kuesioner karakteristik responden terdiri dari identitas penderita DM

tipe 2 meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan.

2. Kuesioner dukungan pasangan

Bagian kedua kuesioner berisi 19 item pertanyaan tentang dukungan

pasangan yang akan diisi oleh penderita DM tipe 2. Kuesioner ini

terdiri dari 18 pertanyaan positif dan 1 pertanyaan negatif (pertayaan

nomor 5). Kuesioner ini mencakup dimensi emosional terdiri dari 5


46

pertanyaan (pertanyaan nomor 1-5), dimensi penghargaan 5

pertanyaan (pertanyaan nomor 6-10), dimensi informasi 5

pertanyaan (pertanyaan nomor 11-15), dan dimensi instrumental 4

pertanyaan (pertanyaan nomor 16-19). Penilaian untuk kuesioner

dukungan pasangan ini menggunakan skala Likert.

Skor untuk pertanyaan positif, yaitu :

Selalu : 4, Sering : 3, Jarang : 2, Tidak pernah : 1

Skor untuk pertanyaan negatif, yaitu :

Selalu : 1, Sering: 2, Jarang: 3, Tidak pernah : 4

Reponden diminta untuk membubuhkan tanda check list (√)

pada kolom kuesioner tersebut.

3. Kuesioner pola makan penderita DM tipe 2

Bagian ketiga kuesioner berisi 10 item pertanyaan tentang kepatuhan

diet penderita DM tipe 2 yang akan diisi oleh penderita. Kuesioner

ini terdiri dari 6 pertanyaan positif (pertanyaan nomer 1,2,4,6,8,10)

dan 4 pertanyaan negatif (3,5,7,9). Penilaian kuesioner ini

menggunakan skala Likert.

Skor untuk setiap pertanyaan positif, yaitu :

Selalu : 4, Sering : 3, Jarang : 2, Tidak pernah : 1

Skor untuk pertanyaan negatif, yaitu :

Selalu : 1, Sering: 2, Jarang: 3, Tidak pernah : 4

Reponden diminta untuk membubuhkan tanda check list (√)

pada kolom kuesioner tersebut.


47

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat penting, yaitu valid dan

reliable (Arikunto, 2006). Untuk mendapatkan data yang valid dan reliable

maka kuesioner harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Sebelum

kuesioner digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu kuesioner

dilakukan uji validitas dengan rumus Pearson Product Moment dan dicari

reliabilitasnya dengan menggunakan metode Alpha Cronbach.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan

valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2006). Uji

ini dilakukan dengan menghitung korelasi masing-masing skor item dari

tiap variabel dengan skor variabel tersebut. Uji validitas menggunakan

korelasi Product Moment dan hasilnya nanti dikatakan valid jika tiap

pertanyaan mempunyai nilai positif dan nilai t hitung > t tabel (Hidayat,

2008).

Peneliti melakukan uji coba validitas pada tanggal 10 April – 16

April 2015. Uji validitas dilakukan terhadap 30 penderita DM tipe 2. Uji

validitas dilakukan di wilayah selain wilayah kerja Puskesmas Munjul

dengan kriteria responden yang sesuai dengan kriteria inklusi, sehingga

responden yang telah diteliti dalam uji validitas tidak termasuk dalam

responden penelitian.
48

Hasil uji validitas menunjukkan ada dua pernyataan yang tidak

valid pada kuesioner dukungan pasangan dan 1 pernyataan yang tidak

valid pada kuesioner kepatuhan diet. Pernyataan tersebut adalah

pernyataan nomor 14 dengan nilai korelasi 0,307 dan nomor 17 memiliki

nilai korelasi -0,349 pada kuesioner dukungan pasangan dan pernyataan

nomor 10 dengan nilai korelasi 0,277 untuk pernyataan pada kuesioner

kepatuhan diet. Pernyataan yang tidak valid ini kemudian peneliti

modifikasi. Setelah peneliti modifikasi, dilakukanlah uji validitas isi

terhadap kuesioner ini dengan mengajukan kuesioner ini kepada orang

yang ahli dalam bidang ini. Hasil dari validitas isi ini adalah 1 dari 3

pertanyaan yang tidak valid dalam kuesioner ini dihilangkan, yaitu

perntaan nomor 17 pada kuesioner dukungan pasangan. Jadi, peneliti

menggunakan 19 pernyaatan dalam kuesioner dukungan pasangan dan 10

pernyataan dalam kuesioner kepatuhan diet ini untuk dijadikan instrumen

penelitian.

Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan pada tingkat

kepercayaan dan dapat diandalkan (Arikunto, 2006). Hal ini berarti sejauh

mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan dua kali atau lebih

dengan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas menggunakan

bantuan software komputer dengan rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel

dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat,

2008).
49

Hasil uji reliabilitas pada variabel dukungan pasangan dalam

kuesioner ini adalah α = 0,833 dan pada variabel kepatuhan diet adalah α =

0,832. Berdasarkan nilai tersebut, pernyataan mengenai variabel dukungan

pasangan dan kepatuhan diet dianggap reliabel, dapat dipercaya, dan dapat

diandalkan karena nilai Alpha Cronbach > 0,60.

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti

mengajukan surat permohonan ijin penelitian ke Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin pengambilan data kepada

Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur sebagai surat pengantar

untuk melakukan penelitian di Puskesmas Munjul.

3. Setelah surat ijin pengambilan data disetujui oleh pihak Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Timur, peneliti diberikan surat pengantar oleh Suku

Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk diberikan kepada Kepala

Puskesmas Munjul.

4. Setelah itu, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen

dengan responden penderita diabetes melitus tipe 2.

5. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel, peneliti mulai

mengumpulkan data di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul.

6. Peneliti menggunakan teknik total sampling dalam mengumpulkan

sampel sehingga seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 yang tinggal


50

di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul dijadikan sampel dalam

penelitian ini.

7. Dalam proses pengambilan data, peneliti menyebar kuesioner dengan

cara mendatangi responden kerumahnya masing-masing (door to

door).

8. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang

telah ditentukan, peneliti melakukan informed consent terhadap calon

responden. Jika calon responden bersedia menjadi responden, mereka

dapat membaca lembar persetujuan kemudian menandatanganinya.

9. Selanjutnya responden diberikan penjelasan mengenai cara pengisian

kuesioner dan responden dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan

ataupun pernyataan yang kurang jelas.

10. Waktu pengisian kuesioner selama kurang lebih 15 menit untuk

masing-masing responden.

11. Responden diharapkan menjawab seluruh pernyataan di dalam

kuesioner. Setelah responden selesai, lembar kuesioner dikembalikan

kepada peneliti.

12. Kuesioner yang telah diisi selanjutnya diolah dan dianalisa oleh

peneliti.
51

G. Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data, peneliti menggunakan langkah-

langkah pengolah data (Hidayat, 2008), diantaranya :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau

formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat

dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat

penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya

dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat

lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3. Processing data

Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah

dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar

dianalisis. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara

memindahkan data dari kusioner ke program komputer pengolahan

data statistik.
52

4. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang

sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin

terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.

H. Analisis Data

1. Analisis univariat

Analisis univariat diperlukan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan data secara sederhana. Cara penyajiannya,

misalnya dengan presentase atau tabel distribusi frekuensi, batang

(bar), diagram map, dan diagram pie (Budiharto, 2008). Variabel

pada penelitian ini meliputi variabel independen yaitu dukungan

pasangan dan variabel dependennya adalah kepatuhan diet.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan yang

signifikan antara 2 variabel (Hastono,2007). Penelitian ini dianalisis

dengan uji korelasi pearson. Uji ini digunakan untuk menguji

hubungan antara variabel independendan variabel dependen. Nilai

koefisien korelasi (nilai r) menunjukkan besarnya hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen. Nilai koefisien r akan

selalu berada diantara -1 sampai +1. Semakin mendekati -1 atau +1

maka hubungan antara variabel semakin kuat, sebaliknya nilai

mendekati 0 maka hubungan antara 2 variabel semakin lemah.


53

Kemudian tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Ho diterima jika

signifikansi > 0,05 dan sebaliknya (Dharma, 2011).

I. Etika penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan (Hidayat, 2008). Masalah etika yang harus diperhatikan

antara lain adalah sebagai berikut :

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar pesetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan dari informed consent adalah agar subjek mengerti maksud,

tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya.jika responden

bersedia, maka mereka harus menandatangani lembarpersetujuan. Jika

responden tidak bersedia, maka peniliti harus menghormatinya.

2. Anomality (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat


54

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hail penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti.
BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini memaparkan secara lengkap hasil penelitian mengenai hubungan

antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas Munjul. Penelitian ini dilakukan selama satu minggu

dari tanggal 24 April sampai 30 April 2015.

A. Deskripsi Umum Tempat Penelitian

Puskesmas Munjul terletak di Jalan Dalang RT 005 RW 05

kelurahan Munjul, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Wilayah kerja

Puskesmas Munjul terdiri dari satu kelurahan yaitu Kelurahan Munjul

dengan total jumlah penduduk sebanyak 24.837 jiwa. Berikut ini adalah

visi, misi, dan kebijakan mutu di Puskesmas Munjul.

a. Visi

Pelayanan Prima menuju Kelurahan Munjul Sehat untuk semua

b. Misi

 Peningkatan mutu pelayanan sesuai dengan standar mutu yang

ditetapkan

 Pengembangan SDM yang profesional

 Peningkatan sistem manajemen puskesmas

 Pengembangan kemandirian masyarakat di dalam bidang

kesehatan

55
56

c. Kebijakan mutu

 Memberikan pelayanan profesional yang berorientasi pada

meningkatkan kepuasan pelanggan serta secara terus-menerus

melakukan peningkatan mutu pelayanan melalui penerapan

sistem manejemen ISO 9001 dan menaati peraturan

perundangan yang berlaku.

B. Hasil Faktor Analisis Kuesioner

Tabel 5.1 Hasil Faktor Analisis Item Kuesioner Dukungan Pasangan dan
Kepatuhan Diet Penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul
Tahun 2015 (n=54)

No Item Variabel KMO/ Faktor Alpha


Item MSA 1 2 3 Cronbach
Kuesioner Dukungan Pasangan
6 Pasangan saya memberi pujian
ketika ada kemajuan kesehatan. 0,868 -0,132 -0,199
Pasangan saya memberitahu 0,822 -0,027 0,091
12
makanan apa saja yang harus saya
hindari.
7 Pasangan saya memberi pujian atas 0,817 -0,081 -0,252
usaha yang telah saya lakukan untuk
menaati aturan makan / diet.
13 Pasangan saya memberitahu dampak 0,742 -0,042 0,020
jika saya tidak mengikuti aturan
makan/diet.
11 Pasangan saya mengingatkan saya 0,621 0,081 0,201
untuk mematuhi aturan makan yang
saya jalani.
14 Pasangan saya mengingatkan saya 0,587 0,175 0,234
untuk mengontrol kadar gula darah 0,888
secara rutin.
57

18 Pasangan saya menyiapkan makanan 0,565 0,073 0,067


sesuai dengan aturan makan yang 0,800
saya jalani.
10 Pasangan saya memperhatikan 0,557 0,283 -0,011
kebutuhan saya dalam menjalankan
diet.
17 Pasangan saya meluangkan waktu 0,539 0,042 0,101
untuk mendengarkan cerita ataupun
keluhan-keluhan saya.
15 Pasangan saya memberitahu tentang 0,493 0,284 0,073
semua informasi yang ia dapatkan
dari dokter, perawat atau tim
kesehatan lain kepada saya.
9 Pasangan saya mengawasi 0,480 0,297 -0,114
pelaksanaan aturan makan yang
sedang saya jalani.
2 Pasangan saya menganjurkan untuk 0,037 0,915 -0,158
makan dan minum tepat waktu.
1 Pasangan saya memberikan 0,029 0,841 -0,127
dorongan untuk tetap menjaga
kesehatan.
3 Pasangan saya mengingatkan saya 0,023 0,789 -0,005 0,853
untuk makan sesuai aturan.
8 Pasangan saya marah ketika saya -0,073 0,703 0,092
tidak mau mentaati aturan makan /
diet yang telah ditetapkan.
19 Pasangan saya melayani dan 0,199 0,611 -0,099
membantu ketika saya membutuhkan
sesuatu.
4 Pasangan saya memberikan perhatian 0,117 0,598 0,105
penuh terhadap diet yang saya jalani.
5 Pasangan saya membiarkan saya -0,011 0,564 0,342
makan dan minum walaupun itu
melanggar aturan.
Kuesioner Kepatuhan Diet
Saya makan makanan sesuai dengan
2 anjuran dokter, perawat atau petugas
kesehatan lain. 0,108 -0,261 0,838
Saya secara rutin mengontrol kadar 0,121 -0,091 0,734
10
gula darah sesuai instruksi
dokter/perawat.
7 Saya lupa diet saat menghadiri pesta 0,089 -0,312 0,681
dengan makan makanan sesuka hati.
3 Saya makan makanan yang -0,122 0,107 0,627
menggandung tinggi lemak seperti
58

santan, makanan cepat saji (fast 0,733 0,780


food), dan goreng-gorengan setiap
hari.
9 Saya ikut makan masakan keluarga -0,238 0,294 0,591
walaupun bertentangan dengan diet
saya.
5 Saya makan lebih dari tiga kali setiap 0,008 0,129 0,535
hari.
4 Saya menggunakan pemanis khusus -0,184 0,139 0,521
untuk penderita diabetes seperti gula
jagung saat ingin mengkonsumsi
makanan/minuman manis setiap hari.
8 Saya secara rutin menimbang berat 0,220 -0,084 0,472
badan setiap bulan.
6 Saya mengkonsumsi sayur dan buah -0,045 0,227 0,402
sesuai dengan saran yang dianjurkan
oleh dokter/perawat setiap hari.

: Memberi pujian dan dukungan (6, 12, 7, 13, 11, 14, 18, 10, 17, 15, 9)
: Aturan makanan dan diet (2, 1, 3, 8, 19, 4, 5)
: Kepatuhan diet (2,10, 7, 3, 9, 5, 4, 8, 6)

Peneliti mengidentifikasi kembali item pernyataan kuesioner untuk

pengukuran dukungan pasangan yang didapatkan penderita DM tipe 2 dan

kepatuhan diet dengan menggunakan metode faktor analisis untuk melihat

nilai KMO (Kaiser Meyer Oikin) / MSA (Measure of Sampling

Adequacy), faktor yang dapat terbentuk, nilai factor loading per-item

pernyataan, dan nilai Alpha Cronbach’s per faktor yang terbentuk. KMO

atau MSA merupakan pengujian seluruh matrik korelasi (korelasi antar

variabel) yang mengharuskan nilai KMO > 0,5 (Wood dan Haber, 2006).

Pada tabel 5.1, untuk kuesioner dukungan pasangan didapatkan

nilai KMO / Measure of Sampling Adequacy (MSA) 0,800 dan terbentuk

dua faktor yaitu faktor memberi pujian dan dukungan serta aturan
59

makanan dan diet. Dua faktor yang terbentuk yaitu nomor item 6, 12, 7,

13, 11, 14, 18, 10, 17, 15, dan 9 membentuk faktor memberi pujian dan

dukungan, serta nomor item 2, 1, 3, 8, 19, 4, dan 5 membentuk faktor

aturan makanan dan diet. Masing-masing faktor mempunyai nilai Alpha

Cronbach’s sebesar 0,888 dan 0,853. Kemudian dari hasil uji tersebut

peneliti mengeluarkan item pernyataan 16 karena dianggap tidak valid,

item tersebut menunjukkan nilai factor loading 0,136.

Sedangkan untuk kuesioner kepatuhan diet hanya terbentuk satu

faktor dengan item pernyataan nomor 2, 10, 7, 3, 9, 5, 4, 8, dan 6. Faktor

ini memiliki nilai KMO / Measure of Sampling Adequacy (MSA) 0,733

dengan nilai Alpha Cronbach’s sebesar 0,780. Kemudian dari hasil

tersebut peneliti mengeluarkan item pernyataan nomor 1 karena dianggap

tidak valid, item tersebut menunjukkan nilai factor loading 0,166.

C. Hasil Analisis Univariat

Hasil analisis univariat menggambarkan distribusi reponden

berdasarkan karakteristik demografi responden yaitu usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, status pekerjaan, gambaran dukungan pasangan dan

gambaran kepatuhan diet penderita DM tipe 2.


60

1. Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul

a. Usia Responden

Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada

Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Hasil Analisis Usia di Wilayah Kerja Puskesmas

Munjul Tahun 2015 (n=54)

Variabel Mean Median SD Min -


Maks
Usia 55,9 57 9,20 34 – 83
(Tahun)

Data pada Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa rata-rata usia

responden yang menderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas

Munjul tahun 2015 adalah 55,9 tahun. Usia termuda adalah 34

tahun dan usia tertua adalah 83 tahun.

b. Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

responden dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di

Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 (n=54)

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki-laki 26 48,1
Perempuan 28 51,9
Total 54 100
61

Pada tabel 5.3 memperlihatkan bahwa responden yang

menderita DM tipe 2 di wilayah Kerja Puskesmas Munjul sebagian

besar adalah perempuan dengan jumlah penderita sebanyak 28

responden (51,9%), sedangkan responden laki-laki berjumlah 26

responden (48,1%).

c. Tingkat pendidikan Responden

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

responden dapat dilihat pada Tabel 5.4

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 (n=54)

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


Tidak Sekolah 11 20,4
SD 13 24,1
SMP 4 7,4
SMA 20 37,0
Diploma/Sarjana 6 11,1
Total 54 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas

tingkat pendidikan penderita DM tipe 2 adalah lulusan SMA yang

berjumlah 20 responden (37,0%).


62

d. Pekerjaan Responden

Karakteristik responden berdasarkan satatus pekerjaan

responden dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 (n=54)

Status Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)


Pegawai Negeri 6 11,1
Pegawai Swasta 2 3,7
Wiraswasta 14 25,9
Tidak Bekerja 23 42,6
Lain-lain 9 16,7
Total 54 100

Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa sebagian besar status

pekerjaan penderita DM tipe 2 adalah tidak bekerja yang berjumlah

23 responden (42,6%).

2. Gambaran Dukungan Pasangan

Sebelum peneliti melakukan analisis univariat terhadap variabel

dukungan pasangan, peneliti melakukan uji normalitas terlebih dahulu.

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Peneliti menggunakan uji kolmogrov

smirnov dalam melakukan uji normalitas karena sampel yang

digunakan dalam penelitian ini berjumlah > 50 responden, yaitu 54

responden. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai kemaknaan


63

(p) pada uji kolmogrov smirnov ini > 0,05 dan begitu juga sebaliknya

(Dahlan, 2008). Hasil uji normalitas dari variabel dukungan pasangan

ini adalah 0,087 sehingga distribusi dari variabel ini normal.

Komponene pernyataan dukungan pasangan terdiri dari 18 item

pernyataan. Hasil analisis dukungan pasangan dapat dilihat pada Tabel

5.6.

Tabel 5.6 Hasil Analisis Dukungan Pasangan yang Didapatkan

oleh Penderita DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun

2015 (n=54)

Variabel Mean Median SD Min –


Maks
Dukungan 3,3 3,4 0,38 1–4
Pasangan

Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata dukungan pasangan

yang didapatkan responden adalah 3,3. Nilai dukungan terendah adalah

1 dan nilai tertinggi adalah 4.

Gambaran skor mean dukungan pasangan yang didapatkan oleh

penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015

pada setiap item pernyataan terlihat pada tabel 5.7.


64

Tabel 5.7 Gambaran Skor Mean Dukungan Pasangan yang


Didapatkan oleh Penderita DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
Munjul Tahun 2015 pada setiap Item Pernyataan
(n=54)

Item Pernyataan Min Max Mean Std. Std.


Error Deviation
Pasangan saya memberikan
dorongan untuk tetap
3 4 3,777 0,0571 ,4196
menjaga kesehatan.

Pasangan saya melayani dan


membantu ketika saya
3 4 3,777 0,0571 0,4196
membutuhkan sesuatu.

Pasangan saya menganjurkan


untuk makan dan minum
2 4 3,740 0,0657 0,4831
tepat waktu.

Pasangan saya mengingatkan


saya untuk makan sesuai
2 4 3,648 0,0755 0,5548
aturan.

Pasangan saya
memperhatikan kebutuhan
2 4 3,592 0,0724 0,5326
saya dalam menjalankan diet.

Pasangan saya memberikan


perhatian penuh terhadap diet
2 4 3,592 0,0724 0,5326
yang saya jalani.

Pasangan saya mengingatkan


saya untuk mematuhi aturan
2 4 3,407 0,0771 0,5669
makan yang saya jalani.
65

Pasangan saya meluangkan


waktu untuk mendengarkan
cerita ataupun keluhan- 3 4 3,407 0,0674 0,4959
keluhan saya.

Pasangan saya mengawasi


pelaksanaan aturan makan
2 4 3,407 0,0815 0,5993
yang sedang saya jalani.

Pasangan saya memberi


pujian atas usaha yang telah
saya lakukan untuk menaati 2 4 3,351 0,0707 0,5197
aturan makan / diet.

Pasangan saya memberi


pujian ketika ada kemajuan
2 4 3,351 0,0707 0,5197
kesehatan.

Pasangan saya mengingatkan


saya untuk mengontrol kadar
1 4 3,314 0,0828 0,6088
gula darah secara rutin.

Pasangan saya memberitahu


makanan apa saja yang harus
2 4 3,314 0,0828 0,6088
saya hindari.

Pasangan saya memberitahu


dampak jika saya tidak
2 4 3,240 0,0696 0,5115
mengikuti aturan makan/diet.

Pasangan saya memberitahu


tentang semua informasi
yang ia dapatkan dari dokter,
2 4 3,203 0,0891 0,6553
perawat atau tim kesehatan
lain kepada saya.
66

Pasangan saya marah ketika


saya tidak mau mentaati
aturan makan / diet yang 1 4 3,166 0,1204 0,8848
telah ditetapkan.

Pasangan saya menyiapkan


makanan sesuai dengan
aturan makan yang saya 1 4 2,981 0,1253 0,9212
jalani.

Pasangan saya membiarkan


saya makan dan minum
1 4 2,907 0,0962 0,7076
walaupun itu melanggar
aturan.

Pada tabel 5.7 dapat dilihat bahwa item pernyataan yang memiliki

nilai mean tertinggi yaitu pernyataan “Pasangan saya memberikan

dorongan untuk tetap menjaga kesehatan” dan “Pasangan saya melayani

dan membantu ketika saya membutuhkan sesuatu.” dengan rata – rata

3,777 sedangkan item pernyataan yang memiliki nilai mean terendah

yaitu pernyataan “Pasangan saya membiarkan saya makan dan minum

walaupun itu melanggar aturan.” dengan rata – rata 2,907.

3. Kepatuhan Diet Penderita DM tipe 2

Hasil uji normalitas dari variabel dukungan pasangan ini adalah

0,200 sehingga distribusi dari variabel ini adalah normal. Komponen

kepatuhan diet terdiri dari 9 item pernyatan. Hasil analisis kepatuhan

diet penderita DM tipe 2 dapat dilihat pada tabel 5.8.


67

Tabel 5.8 Hasil Analisis Kepatuhan Diet Penderita DM tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 (n=54)

Variabel Mean Median SD Min –


Maks
Kepatuhan 2,9 3 0,52 1–4
Diet

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata kepatuhan diet

responden adalah 2,9. Nilai kepatuhan terendah adalah 1 dan nilai

tertinggi adalah 4.

Gambaran skor mean kepatuhan diet penderita DM tipe 2 di

wilayah kerja puskesmas munjul tahun 2015 pada setiap item pernyataan

terlihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Gambaran Skor Mean kepatuhan diet penderita DM tipe


2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun pada setiap Item
Pernyataan 2015 (n=54)

Item Pertanyaan Min Max Mean Std. Std.


Error Deviation
Saya makan lebih dari tiga
kali setiap hari. 1 4 3,648 0,106 0,780

Saya secara rutin mengontrol


kadar gula darah sesuai
2 4 3,500 0,090 0,665
instruksi dokter/perawat.
68

Saya mengkonsumsi sayur


dan buah sesuai dengan saran
yang dianjurkan oleh 2 4 3,314 0,105 0,772
dokter/perawat setiap hari.

Saya makan makanan sesuai


dengan anjuran dokter,
perawat atau petugas 2 4 3,000 0,115 0,846
kesehatan lain.

Saya menggunakan pemanis


khusus untuk penderita
diabetes seperti gula jagung
saat ingin mengkonsumsi 1 4 2,925 0,162 1,195
makanan/minuman manis
setiap hari.

Saya secara rutin menimbang


berat badan setiap bulan. 1 4 2,925 0,134 0,987

Saya makan makanan yang


menggandung tinggi lemak
seperti santan, makanan
1 4 2,629 0,113 0,830
cepat saji (fast food), dan
goreng-gorengan setiap hari.

Saya lupa diet saat


menghadiri pesta dengan
1 4 2,463 0,117 0,862
makan makanan sesuka hati.

Saya ikut makan masakan


keluarga walaupun
1 4 2,277 0,107 0,787
bertentangan dengan diet
saya.
69

Pada tabel 5.10 dapat dilihat bahwa item pernyataan yang memiliki

nilai mean tertinggi yaitu pernyataan “Saya makan lebih dari tiga kali setiap

hari.” dengan nilai rata – rata 3,648 sedangkan item pernyataan yang

memiliki nilai mean terendah yaitu pernyataan “Saya ikut makan masakan

keluarga walaupun bertentangan dengan diet saya.” Dengan nilai rata – rata

2,277.

D. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua

variabel yang berbeda. Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara dukungan pasangan terhadap

kepatuhan diet penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul.

Teknik analisis bivariat ini dilakukan dengan menggunakan Analisis

Korelasi Pearson.

1. Hubungan Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet

Penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas

Munjul

Tabel 5.10 Hubungan Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet


Penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
Munjul Tahun 2015 (n=54)

Kepatuhan Diet
Dukungan Pasangan
r Signifikansi (p)
Memberi pujian dan dukungan 0,608 0,000
Aturan
B akanan dan diet 0,395 0,003
70

Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat hasil hubungan antara

variabel, yakni dukungan pasangan (memberi pujian dan dukungan serta

aturan makanan dan diet) dan kepatuhan diet. Hasil analisis hubungan

dukungan pasangan (memberi pujian dan dukungan serta makanan dan

diet) terhadap kepatuhan diet menunjukkan pola positif, yaitu berarti

semakin tinggi nilai dukungan pasangan maka semakin tinggi tingkat

kepatuhan diet responden. Hubungan antara memberi pujian dan dukungan

terhadap kepatuhan diet menunjukkan (r = 0,608) yang berarti hubungan

tersebut kuat dengan nilai signifikansi (p = 0,000), sedangkan untuk

hubungan antara aturan makanan dan diet terhadap kepatuhan diet

menunjukkan (r = 0,395) yang berarti hubungan tersebut rendah dengan

nilai signifikansi (p = 0,003). Dari hasil uji signifikansi menunjukkan

bahwa nilai signifikansi (p < 0,005), sehingga Ho ditolak, artinya ada

hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan

diet penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul.


BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan secara mendalam dan memberikan

interpretasi mengenai analisis faktor kuesioner, analisis univariat dan analisis

bivariat yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, serta keterbatasan penelitian.

A. Analisis faktor kuesioner

Item-item pernyataan dalam kuesioner disusun oleh peneliti sesuai

dengan teori Sarafino (2004) yang telah dibahas dalam kajian pustaka.

Kuesioner penelitian terdiri dari 2 bagian, yaitu kuesioner dukungan pasangan

dan kuesioner kepatuhan diet. Jumlah keseluruhan item kuesioner adalah 18

item pernyataan untuk kuesioner dukungan pasangan dan 9 pernyataan untuk

kuesioner kepatuhan diet. Setelah dilakukan pengukuran dengan

menggunakan metode faktor analisis didapatkan data yang telah disajikan

pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa pada kuesioner dukungan pasangan

terbentuk dua faktor, diantaranya item pernyataan nomor 6, 12, 7, 13, 11, 14,

18, 10, 17, 15, dan 9 membentuk faktor memberi pujian dan dukungan, serta

nomor item 2, 1, 3, 8, 19, 4, dan 5 membentuk faktor aturan makanan dan

diet. Sedangkan untuk kuesioner kepatuhan diet hanya terbentuk satu faktor

yaitu item pernyataan nomor 2, 10, 7, 3, 9, 5, 4, 8, dan 6.

Jumlah item kuesioner yang telah diuji validitasnya yaitu 19 item

pernyataan untuk kuesioner dukungan pasangan dan 10 item pernyataan

unutk kuesioner kepatuhan diet, dari dua kuesioner tersebut peneliti

71
72

melakukan analisis dan pengukuran kembali. Hasil dari analisis dan

pengukuran kembali dengan menggunakan metode faktor analisis pada 54

sampel uji coba, peneliti menghapus satu item pernyataan pada kuesioner

dukungan pasangan dan satu item pernyataan pada kuesioner kepatuhan diet.

Hal ini berkaitan dengan hasil statistik yang menunjukkan kedua item

tersebut tidak valid. Item nomor 16 dengan pernyataan “Pasangan saya

mengantar atau mendampingi saya ketika berobat ke pelayanan kesehatan.”

pada kuesioer dukungan pasangan memiliki factor loading 0,136 dan item

nomor 1 dengan pernyataan “Saya makan tepat waktu sesuai jadwal makan

yang sudah dikonsultasikan dengan dokter, perawat atau petugas kesehatan

lain.” untuk kuesioner kepatuhan diet memiliki factor loading 0,166. Hasil

ketidakvalidan dari item pernyataan tersebut dapat dikarenakan jawaban

responden yang variatif, sehingga menyebabkan responden ragu-ragu dalam

memilih jawaban.

B. Analisis Univariat

1. Gambaran Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas

Munjul

a. Usia Responden

Responden dalam penelitian ini adalah penderita diabetes

melitus (DM) tipe 2 yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas

Munjul. Jumlah responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini

adalah 54 orang. Hasil statistik pada penelitian ini menunjukkan


73

bahwa rata-rata usia penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Munjul tahun 2015 adalah 55,9 tahun dengan usia

termuda adalah 34 tahun dan usia tertua adalah 83 tahun.

Usia diatas 40 tahun merupakan usia yang beresiko tinggi

terjadinya DM tipe 2. Hal ini disebabkan resistensi insulin pada

DM tipe 2 cenderung meningkat pada lansia (usia 40-65 tahun),

disamping adanya riwayat obesitas dan adanya faktor keturunan

(Smeltzer & Bare, 2002).

Usia mempengaruhi resiko dan kejadian DM tipe 2. Usia

sangat erat kaitannya dengan kenaikan kadar glukosa darah,

sehingga semakin meningkatnya usia maka prevalensi DM tipe 2

dan gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. Proses menua

terjadi pada usia diatas 30 tahun mengakibatkan perubahan

anatomis, fisiologis dan biokimia. Setelah usia 30 tahun, kadar

glukosa darah akan naik 1-2 mg/dL/tahun pada saat puasa dan akan

naik 5,6-13mg/dL pada 2 jam setelah makan (Sudoyo, 2006). Hasil

penelitian ini sesuai dengan teori tersebut bahwa rata-rata usia

responden adalah 56 tahun, dengan usia termuda adalah 34 tahun

dan usia tertua adalah 83 tahun.

b. Jenis Kelamin Responden

Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan sebagian besar

penderita DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Munjul adalah


74

berjenis kelamin perempuan. Jumlah penderita DM tipe 2 dengan

jenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 28 responden (51,9%)

sedangkan laki-laki berjumlah 26 responden (48,1%).

Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang

menunjukkan bahwa sebagian besar pasien DM tipe 2 berjenis

kelamin perempuan. Hasil penelitian Yusra (2011) mengenai

dukungan pasangan dan kualitas hidup, sebagian besar responden

DM tipe 2 berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 73

responden (60.8%) dibanding laki-laki 47 responden (39.2%).

Demikian pula pada penelitian Purnomo & Supardi (2009) tentang

dukungan keluarga dan motivasi klien DM tipe 2 melakukan

aktivitas fisik, mayoritas responden DM tipe 2 berjenis kelamin

perempuan yaitu berjumlah 31 responden (58.5%) dibanding laki-

laki yang berjumlah 22 responden (41.5%).

Menurut Riskesdas (2013), prevalensi DM cenderung lebih

tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Beberapa faktor

resiko, seperti obesitas, kurangnya aktivitas/latihan fisik, usia dan

riwayat DM saat hamil dapat menyababkan tingginya kejadian DM

pada perempuan (Radi, 2007).

c. Tingkat pendidikan responden

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa sebagian besar

pendidikan penderita DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas


75

Munjul adalah SMA. Penderita DM tipe 2 yang berpendidikan

SMA berjumlah 20 responden (37%). Sejalan dengan studi yang

dilakukan oleh Yusra (2011), bahwa 40 responden (33.3%)

responden DM tipe 2 berpendidikan SMA. Begitu juga Purnomo &

Supardi (2009) pada penelitiannya tentang dukungan keluarga dan

motivasi klien DM melakukan aktivitas fisik, ditemukan mayoritas

responden DM tipe 2 berpendidikan SMA yaitu 21 orang (39.6%).

Berbeda dengan penelitian fitriyani (2012) dalam penelitian

tentang faktor risiko DM tipe 2, menemukan bahwa sebagian besar

responden DM tipe 2 berpendidikan rendah yaitu 338 responden

(66.4%). Begitu juga dalam penelitian Purwanto (2011) mengenai

hubungan pengetahuan tentang DM tipe 2 dengan kepatuhan diet,

dimana responden DM tipe 2 yang berpendidikan rendah lebih

banyak yaitu 53 responden (86.7%).

Dalam tinjauan teoritik tidak dijelaskan keterkaitan antara

pendidikan dengan penyakit DM tipe 2. Namun tingkat pendidikan

mempengaruhi perilaku seseorang dalam mencari perawatan dan

pengobatan penyakit yang dideritanya, serta memilih dan

memutuskan tindakan atau terapi yang akan dijalani untuk

mengatasi masalah kesehatannya (Yusra, 2011).

Sejalan dengan pendapat dari Notoatmodjo (2003)

mengungkapkan bahwa pendidikan berdampak pada peningkatan

wawasan atau pengetahuan seseorang. Pendidikan merupakan


76

faktor penting dalam memahami penyakit, perawatan diri,

pengelolaan DM tipe 2 serta pengontrolan gula darah. Seseorang

yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan

yang lebih luas terhadap pengelolaan DM tipe 2 dalam hal ini

pengelolaan diet dibandingkan dengan seseorang yang

pendidikannya lebih rendah.

d. Pekerjaan responden

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

pekerjaan penderita DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Munjul

adalah tidak bekerja. Jumlah penderita DM tipe 2 yang tidak

bekerja yaitu sebanyak 23 responden (42.6%). Penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani (2012)

tentang faktor risiko DM tipe 2, menyatakan bahwa sebagian besar

penderita DM tipe 2 tidak bekerja yaitu sebanyak 415 responden

(83%). Berbeda dengan penelitian Purwanto (2011) mengenai

hubungan pengetahuan tentang DM tipe 2 dengan kepatuhan diet,

menemukan bahwa sebagian besar responden DM tipe 2 bekerja

yaitu 38 responden (63.3%).

Orang yang tidak bekerja cenderung memiliki gaya hidup

yang kurang aktif. Dalam tinjauan teoritik tidak dijelaskan kaitan

pekerjaan dengan penyakit DM tipe 2. Namun variabel pekerjaan

ini memiliki kaitan dengan aktivitas fisik. Aktivitas fisik dapat


77

membantu mengontrol kadar glukosa darah. Glukosa darah akan

dibakar menjadi energi dan sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif

terhadap insulin (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2010). Beberapa

penelitian dewasa ini telah menunjukkan bahwa orang yang

memiliki gaya hidup kurang aktif lebih mungkin terkena diabetes

dibandingkan mereka yang hidupnya aktif (Ramaiah, 2008).

2. Gambaran Dukungan Pasangan

Dukungan pasangan merupakan salah satu elemen terpenting

pada diri individu, karena interaksi pertama dan paling sering

dilakukan individu adalah dengan orang terdekat yaitu pasangannya

(Pratita, 2012). Variabel dukungan pasangan dalam penelitian ini

tersirat empat dimensi dukungan, yaitu dukungan emosional,

dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan

informasional.

Menurut House (1994, dalam Setiadi, 2008) dukungan emosional

yang diberikan pasangan berupa rasa kasih sayang, mencintai dan

memberikan perhatian. Sedangkan menurut Bomar (2004) dukungan

penghargaan merupakan dukungan yang diberikan dalam bentuk

memberikan umpan balik dan penghargaan positif, dan selanjutnya

dukungan instrumental merupakan dukungan nyata, dimana dukungan

ini berupa bantuan langsung berupa tenaga, dana dan waktu. Dan

dukungan yang terakhir yaitu dukungan informasi. Dukungan


78

informasi yang diberikan pasangan berupa pemberian nasehat,

pengarahan dan informasi yang diperlukan oleh penderita DM tipe 2

(Peterson & Bredow, 2004).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai dukungan

pasangan yang didapatkan penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Munjul adalah sebesar 3,3 dengan standar deviasi 0,38.

Nilai terendah adalah 1 dan nilai tertinggi adalah 4. Berdasarkan nilai

rata-rata dan disesuaikan dengan skala instrumen pada penelitian ini,

dapat disimpulkan bahwa responden sering mendapatkan dukungan

dari pasangannya. Menurut Sarafino (2006), pasangan yang memberi

dukungannya dengan baik dipercaya dapat meningkatkan motivasi

penderita DM tipe 2 untuk mengelola penyakitnya.

Penelitian ini sejalan dengan study kualitatif yang dilakukan oleh

Beverly & Wray (2010) di USA dengan jumlah sampel 60 responden.

Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa dukungan pasangan

mempengaruhi program latihan dan manajemen DM tipe 2. Dukungan

yang diberikan oleh pasangan dapat meningkatkan keinginan penderita

DM tipe 2 untuk mematuhi program latihan dan manajemen DM tipe

2.

Peneliti memberikan gambaran skor mean dari masing–masing

item pernyataan kuesioner. Skor mean dilakukan untuk

mendeskripsikan masing-masing item pernyataan dukungan pasangan.

Pada tabel 5.7 menunjukkan item pernyataan “Pasangan saya


79

memberikan dorongan untuk tetap menjaga kesehatan” dan “Pasangan

saya melayani dan membantu ketika saya membutuhkan sesuatu.”

Dengan nilai rata-rata 3,777. Hal ini menunjukkan bahwa dorongan

yang diberikan pasangan agar responden tetap menjaga kesehatan serta

pasangan yang melayani dan membantu saat responden membutuhkan

sesuatu merupakan bentuk dukungan yang paling sering didapatkan

oleh responden.

Item pernyataan “Pasangan saya membiarkan saya makan dan

minum walaupun itu melanggar aturan.” dengan nilai rata-rata 2,907

merupakan pernyataan yang memiliki nilai mean terendah. Hal ini

menunjukkan bahwa pasangan yang membiarkan responden makan

dan minum yang melanggar aturan merupakan bentuk dukungan yang

jarang didapatkan oleh responden. Hal ini berarti pasangan mereka

jarang membiarkan mereka makan dan minum yang melanggar aturan.

Hasil dari penjabaran skor mean untuk setiap item pernyataan

kuesioner dukungan pasangan menunjukkan bahwa dukungan

pasangan yang didapatkan oleh penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Munjul memiliki nilai yang cukup tinggi.

3. Gambaran Kepatuhan Diet Penderita DM tipe 2

Kepatuhan diet merupakan suatu aturan perilaku yang disarankan

oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lain yang harus diikuti oleh

pasien. Perilaku yang disarankan yaitu berupa pola makan dan


80

ketepatan makan pasien DM. Diet pasien DM harus memperhatikan

jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makan agar kadar glukosa

darahnya tetap terkontrol (Novian, 2013).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata

kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas

Munjul adalah 2,9 dengan standar deviasi 0,52. Dari hasil wawancara

pada 20 orang dari 54 responden didapatkan bahwa penyebab

ketidakpatuhan penderita DM tipe 2 terhadap diet adalah karena

kurangnya kesadaran dari penderita DM tipe 2 itu sendiri dalam

menjalankan diet serta kurangnya dukungan dan perhatian dari

keluarga terutama dari pasangan. Selain itu rendahnya pengetahuan

penderita DM tipe 2 tentang diet yang harus dijalani karena kurangnya

informasi dan pendidikan kesehatan dari tenaga kesehatan khususnya

dari perawat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Purwanto (2011) tentang hubungan pengetahuan dengan kepatuhan

diet penderita DM, hasil penelitian yang dilakukan pada 60 responden

di Sumenep menyatakan bahwa sebagian besar responden memiliki

kepatuhan yang rendah karena pengetahuan tentang diet DM sebagian

besar responden dalam kategori kurang. Penelitian ini menyebutkan

bahwa kepatuhan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, semakin

rendahnya pengetahuan tentang diet maka semakin rendah pula

kepatuhan penderita DM dalam menjalani diet.


81

Menurut Lawrence Green (1980 dalam Notoatmodjo, 2007),

Kepatuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor

predisposisi (faktor pendorong) yaitu kepercayaan atau agama yang

diantut, sikap dan pengetahuan. Kemudian faktor reinforcing (faktor

pendukung) yaitu dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga

(pasangan), serta faktor enabling (faktor pemungkin) yaitu sarana dan

prasarana atau fasilitas yang mendukung perilaku kesehatan, misalnya

puskesmas atau rumah sakit.

Gambaran skor mean pada tabel 5.10 dari masing–masing item

pernyataan kuesioner dukungan pasangan menyebutkan bahwa item

pernyataan yang memiliki nilai mean tertinggi yaitu pernyataan “Saya

makan lebih dari tiga kali setiap hari.” dengan nilai rata – rata 3,648.

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden sering makan lebih

dari tiga kali sehari. Sedangkan item pernyataan “Saya ikut makan

masakan keluarga walaupun bertentangan dengan diet saya.”

Memiliki nilai mean terendah dengan nilai rata – rata 2,277. Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas responden pada penelitian ini jarang

ikut makan masakan keluarga yang bertentangan denngan dietnya.


82

C. Analisis Bivariat

1. Hubungan Dukungan Pasngan Terhadap Kepatuhan Diet

Penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas

Munjul

Kepatuhan diet penderita DM tipe 2 sangat dipengaruhi oleh

dukungan dari keluarga terutama dukungan dari pasangan. Dukungan

pasangan dipercaya dapat membantu para penderita DM tipe 2 untuk

menghadapi penyakit yang dideritanya (Yusra, 2010). Menurut Pratita

(2012), dukungan yang diberikan oleh pasangan bukan hanya sekedar

memberi bantuan, namun yang penting adalah membangun persepsi

penderita DM tipe 2 dalam menerima makna dukungan yang diberikan

untuk membantu penderita dalam mematuhi serangkaian diet yang

harus dijalani.

Hasil analisis mengenai hubungan antara dukungan pasangan

terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Munjul menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai dukungan

pasangan maka semakin tinggi tingkat kepatuhan diet responden. Dari

hasil uji statistik lebih lanjut disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet

penderita DM tipe 2 dengan (p < 0,005). Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Costa, Pereira & Pedras (2012)

di Portugal dengan jumlah sample 179 penderita DM tipe 2,

menyatakan bahwa dukungan pasangan sangat berpengaruh positif


83

terhadap kepatuhan pengontrolan glukosa darah pada penderita DM

tipe 2.

Dukungan yang diberikan oleh pasangan pada penderita DM tipe

2 terdiri dari empat dimensi dukungan yaitu dukungan emosional,

dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan

informasi (Sarafino, 2004). Menurut House (1994 dalam setiadi, 2008)

bentuk dukungan emosional yaitu berupa dukungan simpati dan

empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Pada penelitian ini

diketahui bahwa dimensi emosional yang diberikan pasangan antara

lain dengan mengerti masalah yang dialami oleh responden,

mendengarkan keluhan responden tentang penyakit yang dirasakan,

memberikan kenyamanan kepada responden dalam mengatasi

masalahnya. Dengan demikian, penderita DM tipe 2 merasa dirinya

tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang

memperhatikannya.

Selanjutnya menurut Bomar (2004), dukungan penghargaan

merupakan dukungan yang diberikan dalam bentuk memberikan

umpan balik dan penghargaan positif. Dalam penelitian ini dukungan

penghargaan yang diberikan antara lain pasangan memberikan

dorongan dan semangat kepada penderita DM tipe 2 untuk mengontrol

kadar gula darah, mematuhi diet yang telah ditetapkan, mengontrol

kesehatan secara rutin, memberikan kebebasan dalam memilih, dan

menghargai usaha-usaha yang dilakukan oleh penderita DM tipe 2.


84

Dukungan berikutnya yaitu dukungan instrumental. Menurut

Scheurer (2012) dukungan instrumental yaitu pertolongan praktis dan

konkrit. Dukungan ini bersifat nyata, dimana dukungan ini berupa

bantuan langsung. Dukungan instrumental diberikan dalam bentuk

bantuan tenaga, dana, dan waktu untuk melayani dan mendengarkan

penderita DM tipe 2 dalam menyampaikan perasaannya (Bomar,

2004). Pada penelitian ini dukungan instrumental yang diberikan

antara lain pasangan menyediakan makanan sesuai diet, melayani

penderita saat membutuhkan sesuatu, mendengarkan keluhan-keluhan

penderita serta membantu membayar pengobatan.

Selanjutnya menurut Peterson & Bredow (2004) dukungan

informasi yang diberikan pasangan berupa pemberian nasehat,

pengarahan dan informasi yang diperlukan oleh penderita DM tipe 2.

Manfaat dari dukungan informasional adalah dapat membantu

penderita DM tipe 2 dalam mengambil keputusan dan menolong

penderita DM tipe 2 dalam manajemen penyakitnya (Yusra, 2010).

Bentuk dukungan informasional dalam penelitian ini antara lain

pasangan menyarankan penderita DM tipe 2 untuk pergi ke pelayanan

kesehatan, menyarankan mengikuti edukasi serta memberikan

informasi baru kepada penderita DM tipe 2.

Mills (2008) menyatakan bahwa ada beberapa hal penting yang

dapat dilakukan untuk mendukung penderita DM tipe 2 yaitu dengan

meningkatkan kesadaran diri penderita untuk mengenali penyakitnya,


85

memberikan pemahaman bahwa penyakit tersebut tidak dapat

disembuhkan, sehingga penderita harus memiliki kesadaran yang

tinggi untuk mengelola penyakitnya. Dengan adanya dukungan dari

pasangan sangat membantu penderita DM tipe 2 untuk meningkatkan

keyakinan dari dalam dirinya untuk mengelola penyakitnya dengan

baik. Selain itu juga dapat menimbulkan perasaan nyaman dan aman

sehingga akan meningkatkan motivasi penderita. Rasa nyaman dan

aman yang timbul karena adanya dukungan baik emosional,

penghargaan, instrumental maupun informasional dari pasangan.

D. Keterbatasan Penelitian

1. Kebenaran pengisian kuesioner ini sangat dipengaruhi oleh kejujuran

dan pemahaman responden terhadap dukungan yang diterima, serta

kepatuhan diet yang dijalani. Berdasarkan hal tersebut, gangguan dari

konsentrasi karena responden yang terburu-buru mengisi kuesioner

dan penurunan daya ingat pada responden dengan usia lanjut akan

mempengaruhi kebenaran jawaban yang diberikan.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dijabarkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul

sebagian berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 28 responden

(51,9%), sedangkan laki-laki berjumlah 26 responden (48,1%), dengan

usia rata-rata 56 tahun. Sebagian besar tingkat pendidikan penderita

DM tipe 2 adalah lulusan SMA yang berjumlah 20 responden (37%)

dengan status pekerjaan mayoritas tidak bekerja yang berjumlah 23

responden (42,6%).

2. Dukungan pasangan yang didapatkan penderita DM tipe 2 di Wilayah

Kerja Puskesmas Munjul memiliki nilai rata-rata sebesar 3,3.

3. Tingkat kepatuhan diet penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Munjul memiliki nilai rata-rata sebesar 2,9.

4. Ada hubungan yang kuat antara memberi pujian dan dukungan

terhadap kepatuhan diet.

5. Ada hubungan yang rendah antara aturan makanan dan diet terhadap

kepatuhan diet.

86
87

6. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan terhadap

kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas

Munjul tahun 2015.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Munjul

a) Meningkatkan program pendidikan kesehatan mengenai

pentingnya diet dan pemahaman tentang diet kepada penderita

DM tipe 2 dan pasangannya. Pendidikan kesehatan ini

dilakukan dalam upaya meningkatkan pengetahuan penderita

dan pasangan mengenai diet DM tipe 2 dan hal-hal yang

berhubungan dengan pengelolaan penyakit DM tipe 2 sehingga

penderita DM tipe 2 lebih patuh terhadap diet.

b) Modifikasi Standar Operasional Prosedur pada pasien DM tipe

2 dalam menerapkan asuhan keperawatan, dengan

menambahkan pengkajian dukungan pasangan yang diperoleh

pasien. Hal ini sebagai dasar identifikasi masalah terkait

dukungan pasangan.

2. Bagi praktik keperawatan

Perawat perlu meningkatkan perannya sebagai counselor dan dapat

ikut serta dalam pendidikan kesehatan mengenai diet untuk penderita

DM tipe 2.
88

3. Bagi peneliti selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam mengenai

pemahaman tentang diet pada penderita DM tipe 2 dan dukungan yang

telah diberikan pasangan dengan wawancara mendalam menggunakan

metode kualitatif. Hal tersebut penting diteliti karena dapat membantu

petugas kesehatan dalam mengidentifikasi informasi yang salah yang

masih beredar dalam masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. Penuntun Diet. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006.

American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. Diabetes Care, 2004.

American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. Diabetes Care, 2005.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.


Rineka Cipta, 2006.

Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC, 2004.

Azwar, S. Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2012.

Bastable, S.B. Perawat Sebagai Pendidik : Prinsip-prinsip Pengajaran dan


Pembelajaran. Jakarta: EGC, 2002.

Bomar, P.J. Promoting Health in Families :Applying Family Research and Theory
to Nursing Practice. Saunder: Lippincott, 2004.

Budiharto. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan contoh bidang ilmu


kesehatan gigi. Jakarta: EGC, 2008.

Costa, vera. et al. Partner support, social-cognitive variables and their role in
adherence to SMBG in type 2 diabetes. Portugal: University of Minho,
School of Psychology, 2012.

Dahlan, Sopiyudin M. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang

Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Agung Seto, 2008.

Dharma, K.K. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media,


2011.

Friedman, MM., Bowden, V.R., & jones, E.G. Buku Ajar Keperawatan Keluarga
: Riset, Teori, dan Praktik Ed 3. Jakarta: EGC, 1998.

Friedman, MM., Bowden, V.R., & jones, E.G. Family Nursing : Reasearch,
Theory and Practice, 5th Edition. New Jersey: Prentice Hall, 2003.
Friedman, MM., Bowden, V.R., & jones, E.G. Buku Ajar Keperawatan Keluarga
: Riset, Teori, dan Praktik Ed 5. Jakarta: EGC, 2010.

Gunarsa, Singgih. Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta:


Gunung Mulia, 2000.

Hara, yoriko. et al. Effects of gender, age, family support, and treatment on
perceived stress and coping of patients with type 2 diabetes mellitus. Japan:
Kurume University, School of Medicine, 2014.

Hensarling, J. Developmennt and Psycometric testing of Hensarling’s diabetes


family support scale. A dissertation, Degree of Doctor of Philosophy in the
Graduate school of the texas Women’s University, 2009.

Hastono, S.P. Analisis data Kesehatan. Jakarta: FKM UI, 2007.

Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik

Analisa Data. Penerbit Salemba Medika: Jakarta, 2008.

International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition. 2013


http://www.idf.org/sites/default/files/EN_6E_Atlas_Full_0.pdf diakses pada
tanggal 11 November 2014 Pukul 19.30 WIB)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. 2013


(http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesd
as2013.PDF, diakses pada tanggal 15 Oktober 2014 pukul 15.00 WIB)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Diabetes Melitus Penyebab Kematian


Nomor 6 Didunia: Kemenkes Tawarkan Solusi Cerdik Melalui Pobindu.
2013. (http://www.depkes.go.id/article/view/2383/diabetes-melitus-
penyebab-kematian-nomor-6-di-dunia-kemenkes-tawarkan-solusi-cerdik-
melalui-posbindu.html diakses pada tanggal 20 Oktober 2014 Pukul 17.00
WIB)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengendalian Diabetes


Melitus dan Penyakit Metabolik.
(http://www.scribd.com/doc/99496432/pedoman-diabetes-depkes-
2010#scribd diakses pada tanggal 21 Oktober 2014 Pukul 19.00 WIB)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buletin Penyakit Tidak


Menular. (http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-
pusdatin-buletin.html diakses pada tanggal 24 Oktober 2014 Pukul 14.00
WIB)
Niven, Neil. Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC, 2002.

Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta,


2003.

Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta,


2007.

Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Novian, A. Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi. Semarang: Jurnal Kesehatan


Masyarakat Volume 1, Universitas Negeri Semarang, 2013.

Nurmadina, Mira. Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami dengan Kecemasan


Pada Wanita Manopause. 2010.
(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17450 diakses pada 20
November 2014 Pukul 20.00 WIB)

Peterson, S.J., & Bredow, T.s. Middle Range Theory, application to nursing
Research. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins, 2004.

PERKENI. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.


Jakarta: EGC, 2006.

PERKENI. 2011. Konsensus Pencegahan dan Pengelolaan Diabetes Mellitus


Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: EGC, 2011.

Pratita, Nurina D. Hubungan Dukungan Pasangan dan Health Locus Of Control


dengan Kepatuhan dalam Menjalani Proses Pengobatan pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe-2. Surabaya: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya, 2012.

Price S, A & L.M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit


Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC, 2005.

Sarafino, E.P. Health Psychology : Biopsychosocial Interaction 2nd Edition. New


York: John Wiley and Sons Inc, 2004.

Sarafino, E.P. Health Psycholog : Biopsychosocial Interaction 5th Edition. New


York: John Wiley and Sons Inc, 2006.

Sarwono, S. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT Bulan Bintang, 2003.


Setiadi. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.

Setiadi. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Smeltzer, S.C., & B.G. Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC, 2002.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,


2009.

Sustrani, Lanny. dkk. Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006.

Tandra, Heriyanto. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007.

Taylor, Shelley. E. Health Psychology 6th Edition. Singapore: MC. Grow Hill
Book Company, 2006.

Waspadji, Sarwono. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI, 2002.

World Health Organization. Bulletin Of World Health Organization, 2013.


(http://www.who.int/topics/noncommunicable_diseases/en/ Dikutip pada
20 November2014 Pukul 19.40 WIB)
Lampiran 2

PENJELASAN PENELITIAN

Judul Penelitian : Hubungan Antara Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan


Diet Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas Munjul

Peneliti : Anggita Puspita Delianty

NIM : 1111104000037

Saya, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
bermaksud melakukan penelitian sesuai dengan judul diatas. Bapak/Ibu/Saudara
yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini diharapkan mengisi kuisioner dan
menjawab pertanyaan yang telah disediakan.

Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak berdampak negatif atau


merugikan pasien. Peneliti juga akan berusaha menjaga hak-hak Bapak/Ibu
sebagai responden dari kerahasiaan selama penelitian berlangsung. Bila selama
penelitian ini, Bapak/Ibu merasakan ketidaknyamanan, maka Bapak/Ibu berhak
untuk berhenti dari penelitian.

Dengan penjelasan ini, peneliti sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu.


Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini, peneliti ucapkan
terima kasih. Jakarta, April
2015

Peneliti

Anggita Puspita Delianty


Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN

Setelah saya membaca dan memahami isi dan penjelasan pada lembar
penjelasan penelitian, maka saya bersedia turut berpartisipasi sebagai responden
dalam penelitian yang akan dilakukan mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu :

Peneliti : Anggita Puspita Delianty

NIM : 1111104000037

Judul Penelitian : Hubungan Antara Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan


Diet Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah
Kerja Puskesmas Munjul

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan merugikan saya
maupun keluarga saya, sehingga saya bersedia menjadi responden penelitian ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan
dan ancaman.

Jakarta, April 2015

Responden Peneliti

(..........................................) Anggita Puspita Delianty

Nama terang dan tanda tangan


Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet
Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul

Petunjuk pengisian :

1. Bacalah dengan teliti pertanyaan terlebih dahulu.


2. Jawablah semua pertanyaan dengan cara memberikan tanda checklist (√)

pada pilihan jawaban yang paling benar.

Kode Responden :............................ (Diisi oleh peneliti)

Tanggal Pengambilan data :............................

A. Data Demografi

1. Usia : ..........Tahun

2. Jenis Kelamin : 1. Pria ( ) 2. Wanita ( )

3. Pendidikan : 1. Tidak sekolah/tidak tamat SD ( )

2. SD ( )

3. SMP ( )

4. SMA ( )

5. Perguruan Tinggi ( )

4. Pekerjaan : 1. ( ) PNS/POLRI/TNI

2. ( ) Pegawai swasta

3. ( ) Wiraswasta

4. ( ) Tidak Bekerja

5. ( ) Lainnya..............
B. Kuesioner Dukungan pasangan

Petunjuk : Berilah tanda checklist(√ ) pada kolom jawaban yang telah


tersedia.

Tidak
No Pernyataan Selalu Sering Jarang
pernah
Pasangan saya memberikan dorongan
1.
untuk tetap menjaga kesehatan.
Pasangan saya menganjurkan untuk
2.
makan dan minum tepat waktu.
Pasangan saya mengingatkan saya
3.
untuk makan sesuai aturan.
Pasangan saya memberikan perhatian
4.
penuh terhadap diet yang saya jalani.
Pasangan saya membiarkan saya makan
5. dan minum walaupun itu melanggar
aturan.
Pasangan saya memberi pujian ketika
6.
ada kemajuan kesehatan.
Pasangan saya memberi pujian atas
7. usaha yang telah saya lakukan untuk
menaati aturan makan / diet.
Pasangan saya marah ketika saya tidak
8. mau mentaati aturan makan / diet yang
telah ditetapkan.
Pasangan saya mengawasi pelaksanaan
9.
aturan makan yang sedang saya jalani.
Pasangan saya memperhatikan
10. kebutuhan saya dalam menjalankan
diet.
Pasangan saya mengingatkan saya
11. untuk mematuhi aturan makan yang
saya jalani.
Pasangan saya memberitahu makanan
12.
apa saja yang harus saya hindari.
Pasangan saya memberitahu dampak
13. jika saya tidak mengikuti aturan
makan/diet.
Pasangan saya mengingatkan saya
14. untuk memeriksa kadar gula darah
secara rutin.
Pasangan saya memberitahu tentang
semua informasi yang ia dapatkan dari
15.
dokter, perawat atau tim kesehatan lain
kepada saya.
Pasangan saya mengantar atau
16. mendampingi saya ketika berobat ke
pelayanan kesehatan.
Pasangan saya meluangkan waktu
17. untuk mendengarkan cerita ataupun
keluhan-keluhan saya.
Pasangan saya menyiapkan makanan
18. sesuai dengan aturan makan yang saya
jalani.
Pasangan saya melayani dan membantu
19.
ketika saya membutuhkan sesuatu.
C. Kuesioner kepatuhan diet pada penderita Diabetes Melitus

Petunjuk : Berilah tanda checklist(√ ) pada kolom jawaban yang telah


tersedia.

Tidak
No Pernyataan Selalu Sering Jarang
pernah
Saya makan tepat waktu sesuai jadwal makan
1. yang sudah dikonsultasikan dengan dokter,
perawat atau petugas kesehatan lain.
Saya makan makanan sesuai dengan anjuran
2
dokter, perawat atau petugas kesehatan lain.
Saya makan makanan yang menggandung tinggi
3. lemak seperti santan, makanan cepat saji (fast
food), dan goreng-gorengan setiap hari.
Saya menggunakan pemanis khusus untuk
penderita diabetes seperti gula jagung saat ingin
4.
mengkonsumsi makanan/minuman manis setiap
hari.
5. Saya makan lebih dari tiga kali setiap hari.
Saya mengkonsumsi sayur dan buah sesuai
6. dengan saran yang dianjurkan oleh
dokter/perawat setiap hari.
Saya lupa diet saat menghadiri pesta dengan
7.
makan makanan sesuka hati.
Saya secara rutin menimbang berat badan setiap
8.
bulan.

Saya ikut makan masakan keluarga walaupun


9.
bertentangan dengan diet saya.

Saya secara rutin memeriksa kadar gula darah


10.
sesuai instruksi dokter/perawat.
Lampiran 5

HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL DUKUNGAN PASANGAN

Correlations

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10
Pearson Correlation 1 ,761** ,565** ,434* ,504** ,332 ,116 ,304 ,482** ,199
A1 Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,017 ,004 ,073 ,541 ,103 ,007 ,291
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** * *
Pearson Correlation ,761 1 ,570 ,317 ,521 ,253 ,280 ,356 ,392 ,366
A2 Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,088 ,003 ,178 ,134 ,053 ,032 ,046
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** * * *
Pearson Correlation ,565 ,570 1 ,759 ,421 ,304 ,240 ,429 ,410 ,249
A3 Sig. (2-tailed) ,001 ,001 ,000 ,021 ,102 ,202 ,018 ,024 ,185
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** * *
Pearson Correlation ,434 ,317 ,759 1 ,421 ,304 ,106 ,429 ,317 ,149
A4 Sig. (2-tailed) ,017 ,088 ,000 ,021 ,102 ,575 ,018 ,088 ,431
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** * * *
Pearson Correlation ,504 ,521 ,421 ,421 1 ,197 ,055 ,433 ,179 -,034
A5 Sig. (2-tailed) ,004 ,003 ,021 ,021 ,296 ,774 ,017 ,345 ,858
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation ,332 ,253 ,304 ,304 ,197 1 ,778** ,210 ,149 ,198
A6 Sig. (2-tailed) ,073 ,178 ,102 ,102 ,296 ,000 ,266 ,433 ,293
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** **
A7 Pearson Correlation ,116 ,280 ,240 ,106 ,055 ,778 1 ,100 ,247 ,550
Sig. (2-tailed) ,541 ,134 ,202 ,575 ,774 ,000 ,600 ,188 ,002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * * *
Pearson Correlation ,304 ,356 ,429 ,429 ,433 ,210 ,100 1 ,413 ,404*
A8 Sig. (2-tailed) ,103 ,053 ,018 ,018 ,017 ,266 ,600 ,023 ,027
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * * *
Pearson Correlation ,482 ,392 ,410 ,317 ,179 ,149 ,247 ,413 1 ,590**
A9 Sig. (2-tailed) ,007 ,032 ,024 ,088 ,345 ,433 ,188 ,023 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** * **
Pearson Correlation ,199 ,366 ,249 ,149 -,034 ,198 ,550 ,404 ,590 1
A10 Sig. (2-tailed) ,291 ,046 ,185 ,431 ,858 ,293 ,002 ,027 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * * ** **
Pearson Correlation ,472 ,372 ,354 ,354 ,404 ,157 ,130 ,515 ,760 ,422*
A11 Sig. (2-tailed) ,008 ,043 ,055 ,055 ,027 ,408 ,493 ,004 ,000 ,020
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation ,235 ,262 ,448* ,448* ,239 ,463* ,330 ,528** ,411* ,233
A12 Sig. (2-tailed) ,211 ,162 ,013 ,013 ,204 ,010 ,075 ,003 ,024 ,216
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * ** ** ** **
Pearson Correlation ,391 ,377 ,563 ,563 ,315 ,340 ,226 ,575 ,475 ,380*
A13 Sig. (2-tailed) ,033 ,040 ,001 ,001 ,090 ,066 ,229 ,001 ,008 ,038
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
Pearson Correlation ,234 ,208 ,434 ,302 ,279 ,157 -,029 ,263 ,109 ,018
A14 Sig. (2-tailed) ,212 ,271 ,017 ,104 ,135 ,407 ,879 ,161 ,568 ,924
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * **
Pearson Correlation ,226 ,408 ,336 ,336 ,106 ,138 ,372 ,194 ,480 ,641**
A15 Sig. (2-tailed) ,230 ,025 ,069 ,069 ,576 ,469 ,043 ,305 ,007 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* *
Pearson Correlation ,383 ,359 ,326 ,174 ,005 ,191 ,402 ,009 ,356 ,449*
A16 Sig. (2-tailed) ,037 ,051 ,079 ,357 ,978 ,311 ,028 ,960 ,054 ,013
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* *
Pearson Correlation -,146 -,446 -,436 -,315 -,224 -,290 -,281 -,352 -,169 -,250
A17 Sig. (2-tailed) ,443 ,013 ,016 ,090 ,234 ,120 ,132 ,057 ,373 ,182
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * *
Pearson Correlation ,347 ,509 ,456 ,180 ,199 -,202 -,183 ,363 ,257 ,057
A18 Sig. (2-tailed) ,060 ,004 ,011 ,342 ,292 ,284 ,332 ,049 ,171 ,764
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation ,055 ,210 ,263 ,263 ,005 ,307 ,423* ,308 ,621** ,603**
A19 Sig. (2-tailed) ,772 ,266 ,160 ,160 ,977 ,099 ,020 ,097 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* *
Pearson Correlation -,039 ,224 ,106 -,106 -,182 ,141 ,352 ,365 ,439 ,644**
A20 Sig. (2-tailed) ,839 ,235 ,576 ,576 ,336 ,457 ,056 ,047 ,015 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** * * ** ** **
Pearson Correlation ,617 ,638 ,690 ,573 ,405 ,444 ,480 ,619 ,775 ,674**
ATOTAL Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,001 ,026 ,014 ,007 ,000 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 ATOTAL
** * *
Pearson Correlation ,472 ,235 ,391 ,234 ,226 ,383 -,146 ,347 ,055 -,039 ,617**
A1 Sig. (2-tailed) ,008 ,211 ,033 ,212 ,230 ,037 ,443 ,060 ,772 ,839 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * * * **
Pearson Correlation ,372 ,262 ,377 ,208 ,408 ,359 -,446 ,509 ,210 ,224 ,638**
A2 Sig. (2-tailed) ,043 ,162 ,040 ,271 ,025 ,051 ,013 ,004 ,266 ,235 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** * * *
Pearson Correlation ,354 ,448 ,563 ,434 ,336 ,326 -,436 ,456 ,263 ,106 ,690**
A3 Sig. (2-tailed) ,055 ,013 ,001 ,017 ,069 ,079 ,016 ,011 ,160 ,576 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** **
Pearson Correlation ,354 ,448 ,563 ,302 ,336 ,174 -,315 ,180 ,263 -,106 ,573
A4 Sig. (2-tailed) ,055 ,013 ,001 ,104 ,069 ,357 ,090 ,342 ,160 ,576 ,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
Pearson Correlation ,404 ,239 ,315 ,279 ,106 ,005 -,224 ,199 ,005 -,182 ,405*
A5 Sig. (2-tailed) ,027 ,204 ,090 ,135 ,576 ,978 ,234 ,292 ,977 ,336 ,026
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation ,157 ,463* ,340 ,157 ,138 ,191 -,290 -,202 ,307 ,141 ,444*
A6 Sig. (2-tailed) ,408 ,010 ,066 ,407 ,469 ,311 ,120 ,284 ,099 ,457 ,014
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * *
Pearson Correlation ,130 ,330 ,226 -,029 ,372 ,402 -,281 -,183 ,423 ,352 ,480**
A7 Sig. (2-tailed) ,493 ,075 ,229 ,879 ,043 ,028 ,132 ,332 ,020 ,056 ,007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** * *
Pearson Correlation ,515 ,528 ,575 ,263 ,194 ,009 -,352 ,363 ,308 ,365 ,619**
A8 Sig. (2-tailed) ,004 ,003 ,001 ,161 ,305 ,960 ,057 ,049 ,097 ,047 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** ** ** *
Pearson Correlation ,760 ,411 ,475 ,109 ,480 ,356 -,169 ,257 ,621 ,439 ,775**
A9 Sig. (2-tailed) ,000 ,024 ,008 ,568 ,007 ,054 ,373 ,171 ,000 ,015 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * ** * ** **
Pearson Correlation ,422 ,233 ,380 ,018 ,641 ,449 -,250 ,057 ,603 ,644 ,674**
A10 Sig. (2-tailed) ,020 ,216 ,038 ,924 ,000 ,013 ,182 ,764 ,000 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * * **
Pearson Correlation 1 ,357 ,601 ,043 ,380 ,173 -,059 ,271 ,416 ,277 ,712
A11 Sig. (2-tailed) ,053 ,000 ,822 ,038 ,360 ,756 ,148 ,022 ,138 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** **
Pearson Correlation ,357 1 ,634 ,308 ,214 ,052 -,250 ,171 ,516 ,322 ,645**
A12 Sig. (2-tailed) ,053 ,000 ,098 ,257 ,784 ,182 ,365 ,004 ,083 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** * *
Pearson Correlation ,601 ,634 1 ,391 ,330 ,161 -,206 ,176 ,372 ,181 ,732**
A13
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,033 ,075 ,395 ,275 ,352 ,043 ,340 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
Pearson Correlation ,043 ,308 ,391 1 ,085 -,085 -,146 ,196 -,003 -,077 ,307
A14 Sig. (2-tailed) ,822 ,098 ,033 ,656 ,653 ,443 ,299 ,988 ,685 ,098
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** ** *
Pearson Correlation ,380 ,214 ,330 ,085 1 ,700 -,351 ,238 ,565 ,456 ,658**
A15 Sig. (2-tailed) ,038 ,257 ,075 ,656 ,000 ,057 ,206 ,001 ,011 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** **
Pearson Correlation ,173 ,052 ,161 -,085 ,700 1 -,275 ,200 ,349 ,290 ,512
A16 Sig. (2-tailed) ,360 ,784 ,395 ,653 ,000 ,142 ,289 ,058 ,120 ,004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** *
Pearson Correlation -,059 -,250 -,206 -,146 -,351 -,275 1 -,362 -,489 -,428 -,349
A17 Sig. (2-tailed) ,756 ,182 ,275 ,443 ,057 ,142 ,050 ,006 ,018 ,059
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
Pearson Correlation ,271 ,171 ,176 ,196 ,238 ,200 -,362 1 ,119 ,244 ,364*
A18 Sig. (2-tailed) ,148 ,365 ,352 ,299 ,206 ,289 ,050 ,531 ,194 ,048
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* ** * ** ** ** **
Pearson Correlation ,416 ,516 ,372 -,003 ,565 ,349 -,489 ,119 1 ,797 ,651
A19 Sig. (2-tailed) ,022 ,004 ,043 ,988 ,001 ,058 ,006 ,531 ,000 ,000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * ** **
Pearson Correlation ,277 ,322 ,181 -,077 ,456 ,290 -,428 ,244 ,797 1 ,491
A20 Sig. (2-tailed) ,138 ,083 ,340 ,685 ,011 ,120 ,018 ,194 ,000 ,006
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation ,712** ,645** ,732** ,307 ,658** ,512** -,349 ,364* ,651** ,491** 1
ATOTAL Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,098 ,000 ,004 ,059 ,048 ,000 ,006
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

** . Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


* . Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KEPATUHAN DIET

Correlations

B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 BTOTAL
** ** ** * ** ** **
Pearson Correlation 1 ,690 ,505 ,487 ,423 0,335 ,664 0,276 ,511 0,289 ,814
B1 Sig. (2-tailed) 0 0,004 0,006 0,02 0,07 0 0,14 0,004 0,121 0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * * **
Pearson Correlation ,690 1 0,349 0,224 ,408 0,301 ,428 0,076 0,294 0,093 ,588
B2 Sig. (2-tailed) 0 0,059 0,234 0,025 0,106 0,018 0,689 0,115 0,624 0,001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation ,505** 0,349 1 ,426* ,470** ,576** ,537** 0,26 ,568** -0,253 ,699**
B3 Sig. (2-tailed) 0,004 0,059 0,019 0,009 0,001 0,002 0,165 0,001 0,177 0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation ,487** 0,224 ,426* 1 0,034 0,353 0,323 0,328 ,663** 0,344 ,691**
B4 Sig. (2-tailed) 0,006 0,234 0,019 0,857 0,055 0,081 0,077 0 0,063 0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* * ** * **
Pearson Correlation ,423 ,408 ,470 0,034 1 ,453 ,533 0,109 0,216 -0,179 ,521**
B5 Sig. (2-tailed) 0,02 0,025 0,009 0,857 0,012 0,002 0,567 0,252 0,343 0,003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * * *
Pearson Correlation 0,335 0,301 ,576 0,353 ,453 1 ,401 ,419 0,342 -0,123 ,649**
B6 Sig. (2-tailed) 0,07 0,106 0,001 0,055 0,012 0,028 0,021 0,064 0,518 0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * ** ** * ** **
B7 Pearson Correlation ,664 ,428 ,537 0,323 ,533 ,401 1 0,317 ,678 0,026 ,762
0 0,018 0,002 0,081 0,002 0,028 0,087 0 0,893 0
Sig. (2-tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
Pearson Correlation 0,276 0,076 0,26 0,328 0,109 ,419 0,317 1 0,282 0,326 ,548**
B8 Sig. (2-tailed) 0,14 0,689 0,165 0,077 0,567 0,021 0,087 0,132 0,079 0,002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** **
Pearson Correlation ,511 0,294 ,568 ,663 0,216 0,342 ,678 0,282 1 0,148 ,756**
B9 Sig. (2-tailed) 0,004 0,115 0,001 0 0,252 0,064 0 0,132 0,436 0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation 0,289 0,093 -0,253 0,344 -0,179 -0,123 0,026 0,326 0,148 1 0,277
B10 Sig. (2-tailed) 0,121 0,624 0,177 0,063 0,343 0,518 0,893 0,079 0,436 0,138
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** ** ** ** ** **
Pearson Correlation ,814 ,588 ,699 ,691 ,521 ,649 ,762 ,548 ,756 0,277 1
BTOTAL Sig. (2-tailed) 0 0,001 0 0 0,003 0 0 0,002 0 0,138
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 6

HASIL UJI RELIABILITAS VARIABEL DUKUNGAN PASANGAN

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


Reliability Statistics
N %
Cronbach's N of Items
Valid 30 100,0
Alpha
a
Cases Excluded 0 ,0
,833 20
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
A1 3,6333 ,49013 30
A2 3,5000 ,50855 30
A3 3,3000 ,53498 30
A4 3,3000 ,53498 30
A5 3,0667 ,52083 30
A6 2,9000 ,40258 30
A7 2,8000 ,48423 30
A8 3,1333 ,57135 30
A9 3,0667 ,69149 30
A10 3,1667 ,64772 30
A11 3,3333 ,54667 30
A12 2,8333 ,64772 30
A13 2,5000 ,62972 30
A14 2,9667 ,49013 30
A15 2,6000 ,49827 30
A16 2,9667 ,85029 30
A17 2,8000 1,06350 30
A18 3,3000 ,46609 30
A19 2,9667 ,80872 30
A20 3,3333 ,60648 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Alpha if Item
Deleted
A1 57,8333 33,247 ,563 ,820
A2 57,9667 32,999 ,584 ,819
A3 58,1667 32,489 ,639 ,816
A4 58,1667 33,247 ,509 ,821
A5 58,4000 34,386 ,330 ,829
A6 58,5667 34,668 ,388 ,827
A7 58,6667 34,092 ,415 ,826
A8 58,3333 32,713 ,556 ,819
A9 58,4000 30,662 ,722 ,808
A10 58,3000 31,803 ,609 ,815
A11 58,1333 32,257 ,663 ,815
A12 58,6333 32,033 ,575 ,817
A13 58,9667 31,482 ,678 ,812
A14 58,5000 35,086 ,232 ,832
A15 58,8667 32,947 ,608 ,818
A16 58,5000 32,121 ,397 ,828
A17 58,6667 42,299 -,489 ,893
A18 58,1667 34,833 ,295 ,830
A19 58,5000 30,948 ,563 ,817
A20 58,1333 33,430 ,410 ,825

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
61,4667 36,671 6,05568 20
HASIL UJI RELIABILITAS VARIABEL KEPATUHAN DIET

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N % Reliability Statistics

Valid 30 100,0 Cronbach's N of Items

Cases Excluded
a
0 ,0 Alpha

Total 30 100,0 ,832 10

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
B1 3,0000 ,64327 30
B2 3,3000 ,46609 30
B3 3,1667 ,53067 30
B4 3,3333 ,66089 30
B5 3,4667 ,50742 30
B6 3,2667 ,63968 30
B7 2,8000 ,48423 30
B8 2,9333 ,58329 30
B9 2,5000 ,62972 30
B10 3,0333 ,55605 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
B1 27,8000 9,752 ,738 ,792
B2 27,5000 11,362 ,494 ,820
B3 27,6333 10,723 ,612 ,809
B4 27,4667 10,257 ,576 ,811
B5 27,3333 11,471 ,408 ,827
B6 27,5333 10,533 ,527 ,817
B7 28,0000 10,690 ,697 ,803
B8 27,8667 11,154 ,420 ,827
B9 28,3000 10,079 ,664 ,801
B10 27,7667 12,323 ,128 ,852

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
30,8000 13,131 3,62368 10
Lampiran 7
HASIL UJI NORMALITAS DATA

Variabel Dukungan Pasangan

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Dukungan Pasangan ,112 54 ,087 ,977 54 ,394
a. Lilliefors Significance Correction

Variabel Kepatuhan Diet

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Kepatuhan Diet ,076 54 ,200 ,978 54 ,409
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 8

HASIL ANALISIS OLAHAN SPSS UNIVARIAT

Statistics

Usia

Valid 54
N
Missing 0
Mean 55,89

Std. Error of Mean 1,252

Median 57,00

Std. Deviation 9,203

Minimum 34

Maximum 83

Jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-laki 26 48,1 48,1 48,1
Valid Perempuan 28 51,9 51,9 100,0
Total 54 100,0 100,0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak sekolah 11 20,4 20,4 20,4
SD 13 24,1 24,1 44,4
SMP 4 7,4 7,4 51,9
Valid
SMA 20 37,0 37,0 88,9
Peguruan tinggi 6 11,1 11,1 100,0
Total 54 100,0 100,0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
PNS 6 11,1 11,1 11,1
pegawai swasta 2 3,7 3,7 14,8
Wiraswasta 14 25,9 25,9 40,7
Valid
tidak bekerja 23 42,6 42,6 83,3
Lainnya 9 16,7 16,7 100,0
Total 54 100,0 100,0

Statistics

Dukungan pasangan

Valid 54
N
Missing 0
Mean 3,39027

Median 3,47222

Std. Deviation 0,38065

Minimum 1,00

Maximum 4,00

Statistics

Kepatuhan Diet

Valid 54
N
Missing 0
Mean 2,96502
Median 3,00000
Std. Deviation 0,52419
Minimum 1,00
Maximum 4,00
Lampiran 9

HASIL ANALISIS OLAHAN SPSS BIVARIAT

Correlations
Memberi pujian Aturan Kepatuhan
dan dukungan makan dan diet
diet
Pearson Correlation 1 ,608** ,251
Memberi pujian
Sig. (2-tailed) ,000 ,067
dan dukungan
N 54 54 54
**
Pearson Correlation ,608 1 ,395**
Aturan makan
Sig. (2-tailed) ,000 ,003
dan diet
N 54 54 54
**
Pearson Correlation ,251 ,395 1
Kepatuhan diet Sig. (2-tailed) ,067 ,003
N 54 54 54
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2 -tailed).
Lampiran 10

HASIL ANALISIS FAKTOR KUESIONER

KMO and Bartlett's Test


Dukungan Pasangan
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,800
Approx. Chi-Square 628,863
Bartlett's Test of Sphericity Df 153
Sig. ,000

KMO and Bartlett's Test


Kepatuhan diet
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,733
Approx. Chi-Square 128,477
Bartlett's Test of Sphericity Df 36
Sig. ,000

Pattern Matrixa
Component
1 2 3
Pasangan saya memberi pujian ketika ada kemajuan ,868 -,132 -,199
kesehatan.
Pasangan saya memberitahu makanan apa saja yang ,822 -,027 ,091
harus saya hindari.
Pasangan saya memberi pujian atas usaha yang telah ,817 -,081 -,252
saya lakukan untuk menaati aturan makan / diet.
Pasangan saya memberitahu dampak jika saya tidak ,742 -,042 ,020
mengikuti aturan makan/diet.
Pasangan saya mengingatkan saya untuk mematuhi ,621 ,081 ,201
aturan makan yang saya jalani.
Pasangan saya mengingatkan saya untuk mengontrol ,587 ,175 ,234
kadar gula darah secara rutin.
Pasangan saya menyiapkan makanan sesuai dengan ,565 ,073 ,067
aturan makan yang saya jalani.
Pasangan saya memperhatikan kebutuhan saya dalam ,557 ,283 -,011
menjalankan diet.
Pasangan saya meluangkan waktu untuk ,539 ,042 ,101
mendengarkan cerita ataupun keluhan-keluhan saya.
Pasangan saya memberitahu tentang semua informasi ,493 ,284 ,073
yang ia dapatkan dari dokter, perawat atau tim
kesehatan lain kepada saya.
Pasangan saya mengawasi pelaksanaan aturan ,480 ,297 -,114
makan yang sedang saya jalani.
Pasangan saya menganjurkan untuk makan dan ,037 ,915 -,158
minum tepat waktu.
Pasangan saya memberikan dorongan untuk tetap ,029 ,841 -,127
menjaga kesehatan.
Pasangan saya mengingatkan saya untuk makan ,023 ,789 -,005
sesuai aturan.
Pasangan saya marah ketika saya tidak mau mentaati -,073 ,703 ,092
aturan makan / diet yang telah ditetapkan.
Pasangan saya melayani dan membantu ketika saya ,199 ,611 -,099
membutuhkan sesuatu.
Pasangan saya memberikan perhatian penuh terhadap ,117 ,598 ,105
diet yang saya jalani.
Pasangan saya membiarkan saya makan dan minum -,011 ,564 ,342
walaupun itu melanggar aturan.
Saya makan makanan sesuai dengan anjuran dokter, ,108 -,261 ,838
perawat atau petugas kesehatan lain.
Saya secara rutin mengontrol kadar gula darah sesuai ,121 -,091 ,734
instruksi dokter/perawat.
Saya lupa diet saat menghadiri pesta dengan makan ,089 -,312 ,681
makanan sesuka hati.
Saya makan makanan yang menggandung tinggi -,122 ,107 ,627
lemak seperti santan, makanan cepat saji (fast food),
dan goreng-gorengan setiap hari.
Saya ikut makan masakan keluarga walaupun -,238 ,294 ,591
bertentangan dengan diet saya.
Saya makan lebih dari tiga kali setiap hari. ,008 ,129 ,535
Saya menggunakan pemanis khusus untuk penderita -,184 ,139 ,521
diabetes seperti gula jagung saat ingin mengkonsumsi
makanan/minuman manis setiap hari.
Saya secara rutin menimbang berat badan setiap ,220 -,084 ,472
bulan.
Saya mengkonsumsi sayur dan buah sesuai dengan -,045 ,227 ,402
saran yang dianjurkan oleh dokter/perawat setiap hari.
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Promax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 6 iterations.
Reliabilitas Dukungan Pasangan
(N=54)

Case Processing Summary


N %
Valid 54 100,0
Cases Excludeda 0 ,0
Total 54 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliabilitas faktor_1
Memberi Pujian dan Dukungan (11 item18 item)
(N=54)

Reliability Statistics
Cronbach's Cronbach's Alpha N of Items
Alpha Based on Standardized
Items
,888 ,896 11

Reliabilitas faktor_2
Aturan makanan dan diet (7 item dari 18 item)
(N=54)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on N of Items


Standardized Items

,853 ,876 7
Reliabilitas Kepatuhan Diet
(N=54)

Case Processing Summary


N %

Valid 54 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0
Total 54 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha N of Items
Based on
Standardized Items

,780 ,794 9

You might also like