You are on page 1of 60
\ UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA PASAL 72 KETENTUAN PIDANA SANKSI PELANGGARAN 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu Ciptaan atau memberikan izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun danvatau denda RP5.000.000,000,00 (lima mit 2. Barangsiapa dengan sengaja menyerahkan, menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak p500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), Edisi TERMODINAMIKA : TEKNIK a Ee Jilid 1 MICHAEL J. MORAN The Ohio State University HOWARD N. SHAPIRO Towa State University of Science and Technology Alih bahasa oleh: Yulianto Sulistyo Nugroho Universitas Indonesia SS PENERBIT ERLANGGA JI, H. Baping Raya No. 100 Ciracas, Jakarta 13740 hup:/iwww.erlangga.com e-mail: editor@erlangganet (Anggota IKAPI) Bahan dengan hak cipta “g Moran, Michael J ‘Termodinamika teknik / Michael J. Moran, Howard N. Shapiro; terjemahan oleh Yulianto Sulistyo Nugroho; editor, Wibi Hardani | Wayan Santika, ~ Jakarta: Erlangga, 2004. il Judu asi: Fundamentals of Engineering Thermodynamics ISBN $79-741-414-0 (no. ISBN 979-741-415-9 ISBN 979-741-4167 (ji, 2) 1. Termodinamika. 1. Judul I Shapiro, Howard N.—Ill_ Nugroho, Yullanto Sulistyo. IV. Hardeni, Wibi —V. Santika, | Wayan. 536.7 TERMODINAMIKA TEKNIK Fdisi ke-4 Michael J. Moran, Howard N. Shapiro judul asli: FUNDAMENTALS OF ENGINEERING THERMODYNAMICS 4" Edition ‘Michael J. Moran, Howard N. Shapiro Copyright © 1998, 1992. 1996, 2000 by John Wiley & Sons, Inc. All rights reserved. Translation Copyright © 2004 by Penerbit Erlangga Hak terjemahan dalam Bahasa Indonesia pada Penerbit Erlangga berdasarkan perjanjian resmi tanggal 13 junl 2003. Terjemahan oleh: It, Yulianto Sulistyo Nugroho, MSc. Ph.D. Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia Editor: Wayan Santika, $.T., M.M. Wibi Hardani, S.T., M.M. Buku ini diset dan dilayout oleh bagian produksi Penerbit Erlangga dengan Power Mac G-5 (Times 10 pt) Diset Oleh: Tim PERT! Dept. Setting Dicetak: P.T. GELORA AKSARA PRATAMA, 09 08 07 066 05 04 6 5 4321 Dilarang keras mengutip, mena atau memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini serta memperjualbelikannya tanpa ijin tertulis dari Penerbit Erlangga © HAK CIPTA DILINDUNG! OLEH UNDANG-UNDANG multiquhieeE ts Pl IULUAN: KON‘ A ik E 1.1_Aplikasi Termodinamika 1 1.3 Sistem dan Perilakunya __5 1.4 Pengukuran Massa, Panjang, Waktu, dan Gaya 9 1.5 Dua Sifat Terukur: Volume Spesifik dan Tekanan 13 1.6 Pengukuran Temperatur 18 1.7 Perancangan dan Analisis Teknik 24 1.8 Bagaimana Menggunakan Buku Ini Secara Efektif 28 1.9 Ringkasan Bab dan Petunjuk Belajar 30 2 ENERGI DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA 39 2.1. Tinjauan-Konsep Mekanika Energi 39 2.2 Evaluasi Perpindahan Energi Melalui Kerja 43, 2.3. Energi Sistem 56 2.4 Perpindahan Energi Melalui Kalor 59 2.5 _Akuntansi Energi: Neraca Energi untuk Sistem Tertutup 63 2.6 Analisis Energi Siklus 76 2.7 Ringkasan Bab dan Petunjuk Belajar 79 EVALUASI SIFAT 92 3 3.1 Penetapan Keadaan 92 3.2 Hubungan p-v-T 94. 3.3 Tampilan Sifat Termodinamika 100 3.4 Grafik Kompresibilitas Umum 121 3.5 Model Gas Ideal 128 3.6 Energi Dalam, Entalpi, dan Kalor Spesifik Gas Ideal 130 3.7 Evaluasi Au dan Ah Gas Ideal 133, 3.8 Proses Politropik Gas Ideal 141 3.9 Ringkasan Bab dan Petunjuk Belajar 144 ANALISIS ENERGI VOLUME ATUR 156 4 4.1 Kekekalan Massa Volume Atur 156 4.2. Kekekalan Energi untuk Suatu Volume Atur 165 43° Analisis Volume Atur pada Keadaan Tunak 170 4.4 Analisis Transien 193 4,5. Ringkasan Bab dan Petunjuk Belajar 205, Bahan dengan hak cipta xiv DAFTAR IST 5 HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA 225 5A 5.2 53 5.4 5 5.7 58 Penggunaan Hukum Kedua 225 Pernyataan Hukum Kedua 229 Mengenali Ireversibilitas 232 Aplikasi Hukum Kedua pada Siklus Termodinamika 237 Definisi Skala Temperatur Kelvin 243 Ukuran Kinerja Maksimum Siklus yang Beroperasi di antara Dua Reservoir 246 Siklus Carnot 252 Ringkasan Bab dan Petunjuk Belajar 255, 6 ENTROP! — 265 6.1 6.2 63 64 6.5 6.6 6.7 68 69 Ketidaksamaan Clausius 265 Pengertian Perubahan Entropi 268 Mendapatkan Data Entropi 269 Perubahan Entropi dalam Proses Reversibel Internal 278 Neraca Entropi untuk Sistem Tertutup 281 Laju Neraca Entropi dalam Volume Atur 293 Proses Isentropik 303 Efisiensi Isentropik Turbin, Nosel, Kompresor, dan Pompa 310 Perpindahan Kelor dan Kerja Dalam Proses Aliran Tunak Reversibel Internal 318 6.10 Ringkasan Bab dan Petunjuk Belajar 323 F ANALISIS EXERGI (KETERSEDIAAN) 345 Zl 72 73 14 75 76 1d 78 Pengenalan Exergi 345 Definisi Exergi 346 Neraca Exergi Sistem Tertutup 357 Aliran Exergi 366 Neraca Laju Exergi untuk Volume Atur 369 Efisiensi Exergetik (Hukum Kedua) 381 ‘Termoekonomi 388 Ringkasan Bab dan Petunjuk Belajar 396 PENDAHULUAN: KONSEP DAN DEFINISI Kata “termodinamika” berasal dari bahasa Yunani therme (kalor) dan dynamis (gaya). Meskipun berbagai aspek dari apa yang dikenal sebagai termodinamika telah menarik perhatian sejak dahulu kala, kajian termodinamika secara formal dimulai pada awal abad ke-19 melalui pemikiran mengenai pergerakan daya dari kalor (heat), yaitu kemampuan benda panas untuk menghasilkan kerja (work). Dewasa ini lingkup kajian termodinamika telah berkembang, umumnya meliputi energi dan hubungan antara sifat-sifat (properties) materi ‘Termodinamika merupakan cabang dari sains dan teknik fisika, Para abli sains umumnya berusaha memahami perilaku dasar sifat fisika dan kimia dari sejumlah materi dalam keadaan berhenti (diam) dan mempergunakan prinsip termodinamika untuk menghubungkan sifat-sifat materi tersebut. Para abli teknik Cinsinyur) umumnya tertarik untuk mempelajari sistem dan interaksinya dengan lingkungan. Demi: memfasilitasi hal ini, insinyur memperluas bidang termodi- namika untuk mempelajari sistem di mana terdapat aliran materi. Tujuan dari bab ini adalah untuk memperkenalkan berbagai konsep dasar dan definisi yang dipergunakan dalam pengkajian termodinamika tcknik. Secara umum bab ini akan memberikan pengantar singkat, dengan penjelasan lanjutan tersedia pada bab-bab selanjutnya, 1.1 APLIKAs! TERMODINAMIKA Insinyur menggunakan prinsip-prinsip termodinamika dan ilmu pengetahuan teknik lainnya seperti mekanika fluida, perpindahan kalor, dan perpindahan massa, untuk menganalisis dan meraneang sesuatu sesuai kebutuhan manusia. Berbagai aplikasi teknik yang menunjukkan pentingnya prinsip-prinsip termodinamika tampak dalam Tabel 1.1, Insinyur berupaya untuk memperbaiki rancangan dan meningkatkan kinerja yang dapat diukur melalui berbagai faktor seperti peningkatan pada keluaran produk yang diinginkan, pengurangan konsumsi sumber daya alam yang semakin menipis, pengurangan biaya total, atau dampak negatif terhadap lingkungan. Prinsip-prinsip termodinamika teknik memainkan peran penting untuk ‘mencapai tujuan ini. tujuan bab 2 BAB 1 PENDAHULUAN: KONSEP DAN DEFINIS! Me Mobil Susunan kolektor— Turbin F Kompresor, pompa Pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan nuklir Sistem propulsi pesawat terbang dan roket Sistem pembakaran Sistem kriogenik, pemisahan gas, dan pencairan gas Udara panas dari Sistem pemanasan, ventilasi, dan pengkondisian udara kolektor Kompresi uap dan absorpsi refrijerasi Pompa kalor Pendinginan peralatan clektronik Sistem energi alternatif Sel bahan bakar Peralatan termo-listrik dan termo-ion Konvertor magnet-hidrodinamik Suplai udara panas Pemanasan, pendinginan, dan pembangkit listrik surya Pemanas surya Sistem geotermal Pembangkit listrik termal laut, gelombang laut, dan pasang-surut laut Tenaga angin Aplikasi Biomedis Sistem pendukung kehidupan Organ buatan Udara singin kembali a D Bahan bakar ‘masuk Kompresor \y Unit pembakar qyrhin Udara masuk Refrijerator Mesin turbojet Pembangkit uap Batubara Generator pendingin Kondensor Mesin mobil Pembangkit tenaga listrik TERMODINAMIKA TEKNIK 1.2. DEFINISI SISTEM Tahap penting dalam analisis teknik adalah menjelaskan secara tepat apa yang sedang dikaji. Dalam mekanika, jika pergerakan suatu benda ingin ditentukan, maka tahap awalnya adalah menentukan benda bebas (free body) dan meng- identifikasikan semua gaya yang bekerja pada benda terscbut. Kemudian digunakan Hukum Kedua Newton tentang gerak. Dalam termodinamika, digunakan terminologi sistem untuk mengidentifikasikan subjek analisis. Setelah sistem didefinisikan dan interaksi yang berhubungan dengan sistem lain teridentifikasi, maka satu atau lebih hukum atau hubungan fisika dapat digunakan. ‘Sistem adalah segala sesuatu yang ingin dipelajari. Sistem dapat berupa sebuah benda bebas yang sederhana atau sebuah kilang pengolahan bahan kimia yang kompleks. Kita dapat mempelajari sejumlah materi dalam sebuah bejana tertutup berdinding kokoh, atau mempelajari hal lain seperti aliran materi dalam pipa gas. Sifat materi dalam kondisi vakum dapat pula menjadi hal yang menarik untuk dipelajari. Komposisi materi dalam sistem dapat tetap atau berubah akibat reaksi kimia atau nuklir, Bentuk dan yolume sistem yang dianalisis tidak selalu tetap, seperti pada peristiwa kompresi gas dalam silinder yang menggunakan piston atau balon yang sedang ditiup. Segala yang berada di luar sistem dikategorikan sebagai bagian dari lingkungan (surroundings) sistem, Sistem dipisahkan dengan lingkungannya oleh batas sistem (boundary), yang dapat berada dalam kondisi diam atau bergerak. Interaksi antara sistem dan lingkungannya di seluruh daerah batas sistem memiliki peran penting dalam kajian termodinamika teknik. Batas sistem perlu didefinisikan secara seksama sebelum suatu analisis termodinamika dilakukan, Namun demikian, karena fenomena fisik yang sama, seringkali dapat dianalisis dengan berbagai alternatif sistem, batas sistem, dan lingkungannya. Sehingga penentuan batas suatu sistem lebih: dimotivasi oleh kemudahan dalam melakukan analisis lanjutan, JENIS SISTEM Dalam buku ini dibedakan dua jenis sistem termodinamika dasar, yaitu sistem tertutup (closed systems) dan volume atur (control volume). Dalam sistem tertutup terdapat materi dalam jumlah yang tetap, sedangkan volume atur adalah ruang di mana massa dapat mengalir, Sistem tertutup dinyatakan apabila pengkajian hanya dilakukan pada materi dalam jumlah tertentu saja. Sistem tertutup sclalu berisi materi yang sama, di mana perpindshan massa melalui batas sistem tidak dimungkin- kan. Jenis khusus dari sistem tertutup yang tidak dapat berinteraksi dengan cara apa pun dengan lingkungannya disebut sebagai sistem terisolasi (isolated system) Gambar 1.1, memperlihatkan susunan pis- ton-silinder gas. Ketika katup tertutup, kita dapat mengatakan bahwa gas menjadi sistem tertutup. Batas sistem berimpitan dengan dinding piston dan silinder, seperti ditunjukkan oleh garis putus-putus dalam gambar ini. Batas sistem Permukaan atur sistem terisolasi Gaemban 1.1 Contoh sistem tertutup (massa atur). Gas dalam sistem torak-silinder. 4 BAB 1 PENDAHULUAN; KONSEP DAN DEFINISI “a zi Poros a Gas buang a Bahan bekar A emasuk Batas sistem ~ permukaan atur Batas sistem ~ permukaan atur 1.7.2. ANALISIS Perancangan membutuhkan sintesis, yaitu pemilihan dan penyatuan seluruh kom- ponen menjadi satu bentuk utuh, Namun, Karena setiap komponen dapat berbeda ukuran, kinerja, biaya dan sebagainya, maka setiap komponen perlu dikaji dengan seksama sebelum ditentukan pilihan akhirnya. Sebagai Conmoh ... Suatu usulan rancangan sistem perlindungan kebakaran dapat berupa jaringan pemipaan over- head beserta kelengkapan kepala sprinkler. Setelah konfigurasi menyeluruh ditetapkan, perlu dilakukan analisis teknik yang lebih rinci untuk menentukan jumlah dan jenis kepala semprot (spray head), material pipa, diameter pipa, dan pencabangan dari keseluruhan jaringan. Analisis juga bertujuan untuk meyakinkan bahwa keseluruhan komponen dapat terpadu dengan baik serta memenuhi batasan biaya, standar, dan peraturan yang berlaku. A Insinyur umumnya melakukan analisis di dalam proses perancangan atau untuk tujuan yang lain, Analisis sistem yang dibahas dalam buku ini secara Jangsung maupun tidak langsung menggurakan satu atau lebih tiga hukum dasar, yang tidak bergantung pada zat tertentu atau zat yang diamati, Ketiga hukum dasar adalah: + Hukum kekekalan massa + Hukum kekekalan energi + Hukum kedua termodinamika Sclain itu, diperlukan pula hubungan antara berbagai sifat zat tertentu atau berbagai zat (Bab 3, 6, 11 — 14), serta berbagai kaidah seperti hukum gerak kedua Newton (Bab 1, 2, 9), model konduksi Fourier (Bab 2) dan prinsip ekonomi teknik (Bab 7). ‘Tahapan awal dalam analisis termodinamika adalah mendefinisikan sistem dan menetapkan hubungan yang terkait dengan lingkungannya, Selanjutnya, perhatian ditujukan pada hukum fisika dan berbagai hubungan yang memungkin- kan sistem dapat dijelaskan ke dalam bentuk model teknik (engineering model). Tujuan pemodelan adalah untuk mendapatkan perilaku sistem yang telah “Untuk perbahasan lebih lanjut, lihat A. Bejan, G. Tsatsaronis, dan M. J. Moran, Thermal Design and Optimization, Jobn Wiley & Sons, New York. 1996, Bab 1 perancangan keterbatasan model teknik 25 26 DAB 1 PENDAHULUAN: KONSEP DAN DEAINISI disederhanakan namun memadai untuk dilakukannya analisis, meskipun banyak aspek yang ada pada sistem aktual telah diabaikan. Contoh, idealisasi sering dipergunakan dalam mekanika untuk menyederhanakan analisis dan mendapatkan sebuah model panduan yang memuat asumsi mengenai titik massa, katrol tanpa gesek, atau benda tegar. Untuk mendapatkan model yang memuaskan membutuh- kan pengalaman dan hal ini merupakan bagian dari seni dalam ilmu teknik. Analisis teknik sangatlah efektif apabila dilakukan secara sistematik, seperti yang akan dibahas pada bagian berikut ini. 1.7.3 METODOLOGI PENYELESAIAN MASALAH TEKNIK ‘Tujuan utama buku ini adalah untuk membantu memahami bagaimane penyelesai an masalah teknik yang berkaitan dengan prinsip termodinamiks. Dalam hal i berbagai contoh numerik yang telah diselesaikan dan masalah berkaitan dengan topik yang dibahas, juga tersedia di bagian akhir setiap Bab. Sangat penting untuk mempelajari contoh dan menyelesaikan soal yang telah tersedia, sehingga pemahaman yang baik dapat diperoleh dengan banyak latihan. Menyelesaikan setiap permasalahan secara sistematis akan mengoptimumkan hasil dari setiap usaha yang dilakukan. Dalam menyelesaikan masalah, janganlah terburu-buru untuk memulainya dari bagian tengah dengan menggunakan persamaan yang serupa dan memasukkan angka numeriknya. Penyelesaian semacam ini relatif sulit dan seringkali mempersulit permasalahan. Sangatlah dianjurkan untuk mengorganisasikan penyelesaian menggunakan lima tahapan seperti pada kotak dalam contoh berikut ini Diketahui: Tuliskanlah menggunakan kata-kata Anda sendiri apa yang telah diketahui. Dalam hal ini masalah perlu dibaca dengan teliti dan dipahami. Ditanyakan: Tuliskan secara singkat apa yang ditanyakan, Gambar skema dan data yang tersedia: Gamborkarlah skema sistem. Tentukanlah apakah sistem tertutup atau Yolume atur yang sesuai untuk analisis, kemudian tetapkan batas sistem. Tandailah diagram tersebut dengan informasi yang tersedia dan berkaitan. CCatatlah semua nilai yang diberikan untuk berbagai sifat atau nilai lain yang mungkin bermanfaat dalam perhitungan. Gambarkan sketsa diagram sifat (lihat Subbab 3.2). Tetapkan lokasi titik-titik penting, jika memungkinkan, ‘gambarkan pula proses yang terjadi dalam sistem tersebut. Sketsa sistem dan diagram sifat sangat penting sebagai petunjuk bagi permasalahan yang ada. Asumsi: Dalam membvat model dari permasalahan yang ada, susunlah asumsi dan idealisasi yang dilakukan untuk menyederhanakan permasalahan. Seringkali informasi semacam ini dapat diberikan dalam sketsa yang 0: kerja dilakukan oleh sistem W <0: kerja dilakukan pada sistem Konvensi tanda ini selanjutnya akan dipergunakan dalam buku ini. Sebaliknya, dalam kondisi tertentu seperti yang telzh dibahas dalam Bagian 2.1, akan memudahkan jika kerja yang dilakukan pada sistem dianggap mempunyai nilai positif, Untuk mengurangi kemungkinan kesalahpahaman, maka arah perpindahan energi seperti ditunjukkan dengan arah panah pada gambar sketsa sistem dan kerja dinyatakan bernilai positif apabila searah dengan arah panah. Untuk menghitung bentuk integral pada Persamaan 2.12, perlu diketahui perubahan gaya terhadap jarak. Hal ini memberikan pengertian penting mengenai kerja di mana: Nilai kerja W bergantung pada rincian interaksi yang terjadi antara sistem dengan lingkungannya selama proses, dan bukan hanya keadaan awal dan akhir sistem. Jadi, kerja bukan merupakan sifat sistem atau lingkungannya. Daerah batas pada integral Persamaan 2.12 berarti “dari keadaan 1 ke keadaan 2” dan tidak dapat diartikan sebagai nilai besarnya kerja pada keadaan ini, Pandangan mengenai kerja pada suatu keadaan tidak mempunyai arti, jadi, nilai dalam integral tidak dapat diindikasikan sebagai W, — W,. Bentuk diferensial kerja 6W dikatakan 1ak pasti (inexact) karena, secara umum, bentuk integral berikut ini tidak dapat dihitung tanpa penjelasan rincian proses yang terjadi fov=w Sebaliknya, persamaan diferensial suatu sifat dapat dikatakan pasti (exact), karena perubahan sifat amtara dua keadaan tertentu tidak bergantung pada rincizn proses yang menghubungkan kedua keadaan. Sebagai contoh, perubahan volume antara dua keadaan yang berbeda dapat ditentukan dengan mengintegralkan dV, tanpa perlu memperhatikan rincian proses yang terjadi. Jadi, fPae=y-y dengan V, adalah volume pada keadaan 1 dan V, adalah volume pada keadaan 2. Bentuk diferensial untuk semua sifat adalah pasti. Bentuk diferensial pasti dituliskan seperti di atas, menggunakan simbol d. Untuk menekankan perbedaan antara diferensial pasti dan diferensial tak pasti, maka bentuk diferensial untuk kerja dituliskan sebagai 6W. Simbol 8 juga dipergunakan untuk mengidentifikasi- kan bentuk diferensial tak pasti lainnya, yang akan ditemui pada bagian-bagian selanjutnya. Banyak analisis termodinamika yang berhubungan dengan laju perpindahan energi yang terjadi. Laju perpindahan energi dalam bentuk kerja disebut daya dan diberi simbol yj. Jika interaksi kerja melibatkan gaya makroskopik yang terukur, seperti pada Persamaan 2.12, laju perpindahan energi dalam bentuk Kerja, sama dengan hasil perkalian antara gaya dan kecepatan pada titik di mana gaya diberikan, W=F-V (2.13) Konvensi tanda untuk kerja PEMBARUAN METODOLOGI kerja bukan merupakan sifat 46 BAB 2 ENERGI DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA Tanda titik (dot) yang diberikan di atas simbol, seperti pada w, digunakan pada buku ini untuk menandai suatu bentuk laju. Pada prinsipnya untuk mendapatkan kerja total selama interval waktu, Persamaan 2.13 dapat diintegralkan dari waktu 1, ke waktu f, sebagai berikut. wef wa [ reve (2.14) Konvensi tanda yang sama juga berlaku untuk W dan vi. Karena daya merupakan suatu laju kerja, maka daya dapat diberikan dalam satuan yang berlaku untuk energi dan waktu, Dalam satuan Sl, satuan daya adalah J/s, atau yang disebut watt, Dalam buku ini, bentuk kilowatt, KW, umum dipergunakan, Satuan Inggris untuk daya adalah ft- Ibf/s, Buw/h, dan horse power, hp. Sebagai Contoh . .. Untuk menggambarkan penggunaan Persamaan 2.13, dapat digunakan contoh perhitungan daya yang dibutuhkan seseorang untuk meng- gerakkan sepeda pada kecepatan 20 mil per jam, di mana juga terjadi hambatan gaya (drag force) dari udara di sekitarnya. Gaya hambatan aerodinamik (aerody- namic drag) ini diberikan sebagai F, = 4C,ApV? dengan C, = 0,88 adalah konstanta, yang disebut koefisien hambatan (drag coe- fficient), A = 3,9 fC adalah luas permukaan frontal sepeda dan pengemudinya, dan p = 0,075 Ib/ft? yaitu densitas udara. Berdasarkan Persamaan 2.13, maka daya yang dibutuhkan adalah F, » V atau Dengan memasukkan nilai V = 20 mi/fh = 29,33 f/s, dan mengkonversikan satuan ke dalam horse power, maka daya yang diperlukan adalah Libe [32,2 Ib - fuls? Lhp 550 ft - Ibf/s 1 2 BV 9933 £) Ww 3 (0.88) (3.9 ft mK 075, we 29,33 8 = 0,183 hp A Terdapat banyak cara di mana kerja dapat dilakukan oleh atau diberikan pada sebuah sistem, Pada bagian berikut akan diberikan beberapa contoh, yang diawali dengan kasus kerja yang dilakukan ketika volume sejumlah gas (atau cairan) berubah akibat ekspansi atau kompresi 2.2.2 KERJA EKSPANS! ATAU KOMPRESI Uniuk menggambarkan kerja pada sistem tertutup seperti ilustrasi pada Gambar 2.4 di mana terdapat sistem silinder-torak yang berisi gas (atau cairan). Pada saat gas berekspansi, tekanan gas meningkat dan dihasilkan gaya normal pada dinding torak. Jika p adalah tekanan yang bekerja pada daerah batas gas dan torak, maka gaya yang dihasilkan gas dan mengenai dinding torak dapat dinyatakan sebagai bentuk perkalian tekanan p dengan luas permukaan torak A atau pA. Kerja yang dihasilkan sistem pada saat torak bergerak sejauh dx adalah TERMODINAMIKA TEKNIK — Daerah batas sistem Tekanan rata-rata dari eee pemukaan torak = p Geman 2.4 Ekspansi atau kompresi dari gas atau cairan. OW = pA ds 2.15) Bentuk perkalian A dx seperti tampak pada Persamaan 2.15 setara dengan perubahan volume sistem, dV. Dengan demikian, kerja ekspansi dapat dituliskan sebagai OW = pdv (2.16) Mengingat dV bernilai positif ketika volume bertambah, maka kerja pada daerah batas bergerak adalah positif saat gas berekspansi, Untuk proses kompresi, maka dV adalah negatif, maka perhitungan kerja berdasarkan Persamaan 2.16 juga akan menghasilkan nilai negatif. Tanda positif dan negatif ini sesuai dengan kesepakatan tanda untuk kerja seperti telah dibahas sebelumnya. Kerja yang terjadi selama perubahan volume V, ke V, dapat dihitung dengan mengintegralkan Persamaan 2.16 sebagai berikut vs wef pdv (2.17) Meskipun Persamaan 2.17 disusun berdasarkan kasus mekanisme silinder-torak untuk gas (atau cairan), namun tetap dapat dipergunakan untuk berbagai bentuk sistem selama terdapat tekanan yang seragam pada dinding pergerakan daerah batas. PROSES EKSPANSI ATAU KOMPRESI AKTUAL Untuk mengintegralkan Persamaan 2.17 diperlukan hubungan antara tekanan gas pada daerah batas bergerak dengan volume sistem. Namun, hubungan tekanan dengan volume sistem khususnya untuk proses ekspansi dan kompresi aktual sulit untuk didapatkan. Sebagai conto, dalam silinder mesin mobil, proses pem- bakaran dan efek ketidaksetimbangan lainnya akan meningkatkan ketidakseragam- an di seluruh bagian silinder. Dengan demikian, pengukuran tekanan dengan ‘memasang transduser tekanan pada kepala silinder, hanya akan menghasilkan suatu perkiraan dari tekanan yang terjadi pada permukaan torak. Sekalipun tekanan pengukuran ini sama dengan tekanan pada permukaan torak, namun data peng- ukuran tekanan-volume yang diperoleh seringkali tersebar (lihat Gambar 2.5 Daerah di bawah kurva yang didapat dari data semacam ini hanya akan memberi kan perkiraan dari bentuk integral dari persamaan 2.17 dan merupakan kerjanya. Pada bagian selanjutnya akan ditunjukkan pada beberapa kasus di mana kurang tersedia data yang diperlukan tentang hubungan tekanan-volume, kerja dapat dihitung dari Persamaan 2.17, sebagai altemnatif, kerja dapat juga dihitung berdasarkan neraca energi (Subbab 2.5). 47 50 BAB 2 ENERGI DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA proses politropik Conteh 2.4 Gambler 2.2 Ilustrasi tentang ketergantungan kerja pada proses. 0 Anggaplah gas yang ada di dalam sistem silinder-torak mengalami proses yang diawali oleh keadaan kesetimbangan awal 1 dan diakhiri dengan keadaan kesetimbangan akhir 2, melalui dua lintasan A dan B yang berbeda pada Gambar 2.8. Mengingat luasan yang ada di bawah kurva menunjukkan kerja proses, maka kerja dipengaruhi oleh detail dari masing-masing proses yang dinyatakan oleh kurva tertentu dan bukan hanya bergantung pada keadaan akhirnya. Berdasarkan pengujian sifat seperti dibahas pada Subbab 1.3, maka dapat disimpulkan bahwa kerja bukanlah sebuah sifat. Besarnya kerja ditentukan oleh proses yang terjadi dari keadzan awal hingga keadaan akhir. ‘Hubungan antara tekanan dan volume pada proses ekspansi maupun kompresi dapat dijelaskan secara analitis, seperti ditunjukkan dalam persamaan pV" = Konstan, dengan nilai n adalah sebuah konstanta untuk proses tertentu. Proses kesetimbangan sesaat yang dituliskan dengan persamaan tadi disebut sebagai proses politropik. Hubungan tekanan dan volume dapat pula ditunjukkan dengan bentuk analitis yang lain. Contoh berikut ini menggambarkan aplikasi dari Persamaan 2.17 di mana terdapat hubungan analitis tekanan-volume sewaktu proses ekspansi sebagai pV" = konstan, SOAL EVALUASI KERJA EKSPANSI Sebuah sistem silinder torak yang berisi gas mengalami proses ekspansi di mana hubungan antara tekanan dan volume diberikan sebagai : pV" = konsian Tekanan awal sebesar 3 bar, volume awal 0,1 m*, dan volume akhir 0,2 m®, Tentukanlah kerja proses dalam kJ, jika (a) n = 1,5, (b) n = 1,0, dan (©) n = 0. PENYELESAIAN Diketahui: Sebvah sistem silinder-torak berisi gas yang mengalami ekspansi berdasarkan pV" = konstan Ditanyakan: Hitunglah kerja jika (a) n = 1,5, (b) n = 1,0, dan (c) n = 0. Gambar skema dan data yang tersedia: Hubungan p-V dan data tekanan dan volume yang tersedia dapat digunakan untuk menggambarkan diagram tekanan — volume proses. TERMODINAMIKA TEKNIK 51 Geonban 2.1 Asumsi: 1. — Gas berada dalam sistem: tertutup. @ 2. Kerja hanya berasal dari daerah batas bergerak. 3. Ekspansi mengikuti proses politropik. Analisis: Besarnya kerja dapat diperoleh dengan mengintegralkan Persamaan 2.17 berdisarkan hubungen tekanan- yolume. (a) Masukkan persamaan p = konstan / V* ke dalam Persamaan 2.17 dan lakukan integral ¥, Bae. 4 weft es -_ (Konstan) V3" (konstan) Vi" l-n : olan. persamaan ini, dapet ditentokan pada keqdaan-awal dan. abhir, konatan = p,¥," — pV aay pase sia cralogia sae ti eae Wwe (ove a = (ay p= nl ' =n = ai Petsamea ni dapet digunakan untuk semua nila n kecualin = 1,0. Pada kasus n = 1,0 dibahas pada bagi (b). Ae ‘Untuk menghitung W, diperlukan tekanan pada keadaan 2, yang nilainya dapat diperoleh menggunakan hubungan p, Vj" = p,¥,", yang disusun ulang sebagai berikut, yy (01) of Slt DEVS Pa a(t) aws($4) 1,06 bar Dengan demikian maka, we 1,06 bar)(0,2 m>) — (30,1) {105 N/m? || e = 1-15 Tbar |\i0° N-m = 417,60 kd (0) Uniuk 1 = 1, hubungan tekanan-volume adalah pV = mnt onstan / V, digapat kerja sebagai W= konstan ae iis ill Sh ieins VaUlian peel, We eRe hal (a) = 420.7915 52 CG) BAB 2 ENERGI DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA, Untuk n =0, hubungan tekanan-volume menjadi lebih sedethana, p = konstan, dan dengan integral diperoleh bentuk W= p(V, - V,), sebagai bentuk khusus dari persamaan pada bagian (a). Dengan memasukkan nilai- nilai yang diketaui dan melakukan konversi satuan di dapat W = +30 kJ, Ta et ei ees Ges nace peo Fina Gt ar ta gms) sed diperoleh sama dengan hasil perhitungan numerik. Asma ros slang tiie oO eri pti ae Tega Wm ale peel berdasarkan data eksperimental tekanan-volume, maka nilai dari J p dV akan memberikan perkiraan yang. akurat untuk besamnya kerja, apabila besamnya tekanan terukur sama dengan tekanan permuksan torak. Perhatikan penggunaan faktor konversi satuan pada bagian ini dan pada bagian (b). Dalam hal ini tidak perlu diketahui jenis fluida (gas atau cairan) yang mengisi sistem silindertorak. Nilai W ditentukan oleh intasan proses dan keadaan awal dan akhir. Namun demikian, jika ingin dilakukan ‘cvalusisifat lainnya seperti temperatur, maka sifat dan jumlah zat tersebut harus diketabui untuk menentukan hubungan antara sifat-sifat pada zat tersebut yang sesuai. 2.2.3 BEBERAPA CONTOH KERJA Untuk memperluas pemahaman tentang konsep Kerja, pada bagian berikut diberikan beberapa contoh lainnya. Perpanjangan Batang Padat. Gambar 2.9 memperlihatkan sebuah sistem batang padat yang menerima tarikan. Batang melekat pada titik x = 0, dan sebuah gaya F bekerja pada ujung lainnya. Besarnya gaya dapat dinyatakan sebagai F = oA, dengan A adalah Iuas penampang batang dan o tegangan normal yang bekerja pada ujung batang. Besarnya kerja yang diberikan pada saat batang mengalami perpanjangan dx dapat dihitung dengan SW = -oA dx. Tanda minus menunjukkan bahwa kerja bekerja pada sistem saat dx positif. Kerja yang menyebabkan perubahan panjang dari x, ke x, dapat dihitung dengan integral w=-f” OA dx (2.18) sy Persamaan 2.18 untuk padatan sebanding dengan Persamaan 2.17 untuk gas yang mengalami ekspansi atau kompresi. Gamban 2.4 Perpanjangan batang padat. TERMODINAMIKA TEKNK Kerangka kawat 2 Permukaan lapisan films 1 Z Kawat mampu gerak } Geenber 2.10 Pemekaran lopisen esiran, Pemekaran Lapisan Cairan, Gambar 2.10 menggambarkan sebuah sistem yang, terdiri dari lapisan cairan yang melekat pada rangka kawat. Dua permukaan lapisan menjaga keberadaan cairan tipis di dalamnya berdasarkan efek tegangan permukaan akibat gaya mikroskopik antar molekul di dekat daerah antar muka cairan — udara, Gaya ini meningkatkan gaya makroskopik terukur yang bekerja tegak lurus terhadap setiap garis pada permukaan. Besarnya gaya per satuan panjang pada sebuah garis, dikenal sebagai tegangan permukaan, Jika t adalah tegangan permukaan yang bekerja pada kawat bergerak, maka gaya F dapat dihitung berdasarkan F = 2/t, dengan nilai 2 menunjukkan bahwa terdapat dua permukaan lapisan yang bekerja pada kawat. Bila kawat bergerak digeser sejauh dx, maka kerja diberikan sebagai 6W = -2/tdr. Tanda minus diperlukan karena kerja dikerjakan pada sistem saat dx positif, Pergeseran sejauh dx menyebabkan perubahan luas total permukaan kontak dengan kawat sebesar dA = 21 dx, sehingga persamaan kerja dapat pula ditulis sebagai W =—T dA. Kerja untuk meningkatkan luas permukaan dari A, ke A, dapat dihitung dengan melakukan integral wef" rds 2.19) Ay Daya yang Dipindahkan Poros. Poros berputar merupakan elemen mesin yang banyak digunakan. Sebuah poros berputar dengan kecepatan sudut @ yang menghasilkan Torsi J ke lingkungannya. Torsi dapat dihitung berdasarkan gaya tangensial F, dan jejari R: FAR. Kecepatan pada titik kerja gaya adalah V = R @, dengan @ [radian per satuan waktu]. Berdasarkan hubungan ini dan Persamaan 2.13, besarnya daya yang dipindahkan dari poros ke lingkungan dapat dituliskan sebagai W = FV = (FIR)(Ro) = Fo (2.20) Kasus sejenis yang menggambarkan pengadukan gas menggunakan kincir roda (paddle wheel) dibahas pada Gambar 2.3. Kerja Listrik. Gambar 2.11 memperlihatkan sebuah sistem sel listrik. Sel ini terhubung dengan sirkuit yang dialiri arus listrik i, Arus listrik dihasilkan oleh perbedaan potensial listik & antara terminal a dan b. Jenis interaksi semacam ini dapat digolongkan sebagai kerja seperti dibahas pada Gambar 2.3. Laju perpindahan energi sebagai kerja atau daya adalah 53 54 BAB 2 ENERGI DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA Gember2.M Sel elestrotisis untuk diskusi kerja listrk, W =-8i (2.21) Karena arus i setara dengan dZ/at, kerja dapat dituliskan dalam bentuk diferensial W=-8 dZ (2.22) dengan dZ adalah jumlah muatan listrik yang mengalir ke dalam sistem. Tanda negatif dibutuhkan seperti halnya kesepakatan tanda untuk kerja pada pembahasan sebelumnya. Jika daya listrik dihitung dalam watt, dan satuan arus listrik adalah ampere (satuan dasar SI), maka satuan potensial listrik adalah volt, yang didefinisikan sebagai 1 watt per ampere. Kerja akibat Polarisasi atau Magnetisasi. Berikutnya dibahas jenis kerja yang dapat dilakukan pada sebuah sistem yang berada dalam medan listrik atau mag- net, yang dikenal sebagai kerja polarisasi atau kerja magnetisasi. Dari pandangan mikroskopik, dipol listrik antara dua kutub (dielectrics) mencegah putaran, sehingga kerja dilakukan ketika keduanya diluruskan oleh medan listrik. Dengan pengertian yang serupa, dipol magnet mencegah putaran, sehingga kerja dilakukan pada material tertentu ketika magnetisasinya diubah. Polarisasi dan magnetisasi meningkatkan perubahan makroskopik terukur dalam momen dipol total ketika partikel penyusun material diberikan orientasi baru. Pada kasus ini kerja sebanding dengan gaya yang bekerja pada keseluruhan sistem akibat medan yang ada di sekitamya, Gaya yang bekerja pada material di dalam sistem disebut gaya dalam (body forces). Untuk gaya semacam ini perhitungan kerja dilakukan dengan ‘mempertimbangan pergeseran material akibat gaya dalam. Gaya yang bekerja pada daerah batas disebut gaya permukaan (surface forces). Contoh kerja yang diakibatkan oleh gaya permukaan antara lain ekspansi dan kompresi gas (atau cairan) dan perpanjangan benda padat. 2.2.4 CONTOH KERJA DALAM PROSES KESETIMBANGAN SESAAT Selain sistem silinder-torak (piston-cylinder), sistem lain dapat juga mengalami proses kesetimbangan sesaat. Untuk mengaplikasikan konsep proses kesetim- bangan sesaat, perlu dilakukan idealisasi di mana gaya luar yang bekerja pada sistem dapat diubah secara perlahan sehingga ketidakseimbangan yang terjadi menjadi sangat kecil. Dengan demikian, sistem mengalami proses tanpa perneh bergeser secara berarti dari kesetimbangan termodinamikanya. Perpanjangan batang padat dan pemekaran permukaan cairan dapat dianggap terjadi dalam bentuk kesetimbangan sesaat yang setara dengan kasus silinder- torak. Untuk batang padat seperti pada Gambar 2.9, gaya luar dapat diberikan sedemikian sehingga hanya terjadi perbedaan sedikit dengan gaya dalam yang berlawanan arah, Tegangan normal yang terjadi akan merata dan dapat ditentukan TERMODINAMIKA TEKNIK sebagai fungsi dari panjang sesaat: = o (x). Dengan cara yang sama, lapisan cairan seperti pada Gambar 2.10, gaya luar dapat diberikan pada kawat bergerak sedemikian sehingga hanya terjadi sedikit perbedaan dengan gaya dalam lapisan. Dalam proses semacam ini, terjadi tegangan permukaan lapisan yang merata dan merupakan fungsi dari luas sesaat: t = t (A). Pada kasus semacam ini, apabila hubungan fungsional yang dibutuhkan telah diketahui, kerja dapat dibitung menggunakan Persamaan 2.18 atau 2.19 dalam bentuk sifat sistem keseluruban saat melalui keadaan kesetimbangan. Sistem lain dapat pula dibayangkan mengalami proses kesetimbangan sesaat. Sebagai contoh, sel elektrolisis yang sedang diisi atau digunakan dapat dianggap mengikuti pola kesetimbangan sesaat apabila perbedaan potensial antara terminal diatur sedikit lebih besar atau lebih kecil dari potensial ideal yang disebut sebagai gaya gerak listrik, ggl (electromotive force, emf). Kerja yang dilakukan untuk memindahkan sejumlah muatan ke sel, dZ, diberikan sebagai OW =-% dz (2.23) Dalam persamaan ini & adalah gg/ sel, yang merupakan sifat intensif sel, dan bukan hanya perbedaan potensial antara terminal seperti dalam Persamaan 2.22. Berikutnya dibahas sebuah material dielektik yang berada dalam medan listrik seragam. Kerja yang berasal dari medan listrik ketika polarisasinya sedikit ditingkatkan adalah OW = -E - (VP) (2.24) dengan vektor E adalah kekuatan medan listrik dalam sistem, vektor P adalah momen dipol listrik per satuan volume, dan V adalah volume sistem. Persamaan serupa untuk kerja yang berasal dari medan magnet seragam ketika magnetisasinya sedikit ditingkatkan adalah OW = -u,H - d(VM) (2.25) dengan vektor H adalah kekuatan medan magnet dalam sistem, vektor M adalah momen dipol magnet per satuan volume, dan #4, adalah permeabilitas ruang bebas yang bernilai tetap. Tanda minus yang muncul pada tiga persamaan terakhir sejalan dengan konvensi tanda kerja sebelumnya, yaitu: W bernilai negatif ketika terjadi perpindahan energi ke dalam sistem. GAYA DAN PERGESERAN Perlu diingat bahwa pada beberapa contoh sebelumnya terdapat keserupaan bentuk persamaan kerja untuk proses kesetimbangan sesaat. Pada setiap kasus, persamaan kerja dituliskan dalam bentuk sifat intensif dan bentuk diferensial sifat ekstensif. Pada persamaan berikut ditunjukkan beberapa bentuk kerja yang dapat terjadi di dalam suatu proses. OW = p dV - od(Ax) - tdA ~ & dZ ~E - d(VP) ~ pgH - d(VM) + ... (2.26) dengan titik-titik di belakang menandai bentuk kerja lainnya yang dihasilkan dari perkalian sebuah sifat intensif dengan bentuk diferensial sifat ekstensif terkait. Berdasarkan pemahaman kerja sebagai hasil perkalian antara gaya dan pergeseran, maka bentuk sifat intensif dalam hubungan ini, seringkali dirujuk sebagai gaya yang “disederhanakan” (“generalized”) dan sifat ekstensifnya sebagai pergeseran yang “disederhanakan”, meskipun besaran yang digunakan untuk menyusun per- samaan kerja tersebut tidak mengingatkan pada kerja dan pergeseran aktual. 55 TERMODINAMIKA TEKNIK Tanda minus pada kerja dalam Persamaan (2.27) sesuai dengan konvensi tanda kerja sebelumnya. Mengingat suatu nilai bebas E, dapat menandai energi sistem pada keadaan 1, maka menjadi tidak penting untuk memberikan suatu nilai energi pada keadaan 1 atau keadaan lainnya. Hanya perubahan energi sistem saja yang mempunyai arti yang signifikan. Persamaan 2.27 menunjukkan perubahan energi sistem akibat kerja yang dilakukan oleh atau pada sistem, selama proses adiabatik yang memenuhi prinsip kekekalan energi. Persamaan 2.6 dan 2.9 yang menjelaskan perubahan energi kinetik dan energi potensial gravitasi merupakan bentuk khusus Persamaan 2.27. 2.3.3 ENERGI DALAM Simbol £ seperti diberikan di atas menunjukkan energi total sistem. Energi total meliputi energi kinetik, energi potensial gravitasi, dan bentuk energi lainnya. Contoh-contch pada bagian berikut ini dapat menggambarkan beberapa bentuk energi. Banyak contoh lainaya yang juga dapat menggambarkan gagasan yang sama. Ketika kerja diberikan untuk menekan pegas, maka energi tersimpan dalam pegas. Jika baterai dimuati listrik, maka energi yang tersimpan akan meningkat. Ketika gas (cairan) yang berada dalam bejana tertutup-terinsulasi dikocok, maka energi gas meningkat selama proses dari keadaan_ kesetimbangan awal ke akhir. Namun, dalam kasus-kasus semacam ini perubahan energi sistem tidak dapat dihubungkan sebagai perubahan energi kinetik atau potensial sistem. Perubahan energi yang terjadi adalah perubahan energi dalam (internal energy). Dalam termodinamika teknik, perubahan energi total sistem dipengaruhi oleh tiga komponen makroskopik. Pertama adalah energi kinetik yang berhubungan dengan pergerakan sistem secara keseluruhan terhadap kerangka koordinat eksternal. Berikutnya adalah perubahan energi potensial, yang berkaitan dengan posisi sistem secara keseluruhan dalam medan gravitasi bumi. Bentuk perubahan energi lainnya disatukan sebagai energi dalam sistem. Seperti halnya energi kinetik maupan energi potensial, energi dalam merupakan sifat ekstensif sistem, karena merupakan energi total. Energi dalam diberi simbol U, sedangkan perubahan energi dalam pada sebuah proses adalah U, — U,. Energi dalam spesifik mempunyai simbol w atau bergantung pada penggunaan basis satvan massa atau mol. Perubahan energi total sistem adalah E, - E, = (EK, - EK,) + GP, - EP,) + (U,- U,) atau (2.28) AE = AEK + AEP + AU Semua besaran yang terdapat pada Persamaan 2.28 dinyatakan dalam bentuk satuan energi yang telah dibahas sebelumnya. Dalam perkembangan dewasa ini, kemampuan untuk mengidentifikasi energi dalam sebagai sebuah bentuk makroskopik energi, merupakan tahapan penting, karena hal ini dapat meletakkan dasar energi dalam termodinamika yang terpisah dengan bentuk mekanika. Dalam Bab 3 akan dipelajari bagaimana mengevaluasi perubahan energi dalam pada beberapa kasus praktis yang melibatkan gas, cairan, dan benda padat menggunakan data empiris. 57 energi dalam 58 BAB 2 ENERG! DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA Interpretasi mikroskopik terhadap energi dalam Untuk lebih memahami konsep energi dalam, dapat digunakan contoh kasus berupa sistem yang terdiri dari tangki berisi gas. Interpretasi mikroskopik terhadap energi dalam dapat dibangun dengan membayangkan bahwa energi berkaitan dengan gerakan dan konfigurasi dari setiap molekul, atom, dan partikel sub atomik yang menyusun zat dalam bejana, Molekul gas bergerak bebas, ber- tumbukan dengan molekul lain atau dinding bejana. Scbagian dari energi dalam gas adalah energi kinetik translasi molekul. Penyusun energi dalam lainnya adalah energi kinetik akibat rotasi molekul relatif terhadap pusat massa dan energi kinetik akibat gerakan vibrasi antar molekul, Selain itu, energi tersimpan sebagai ikatan kimia antar atom yang menyusun molekul. Energi yang tersimpan dalam tingkat atomik meliputi energi yang berkaitan dengan keadaan orbital elektron, pusaran nuldir, dan gaya ikatan nukleus. Dalam gas, cairan dan zat padat dengan kerapatan tinggi, gaya antar molekul sangat mempengaruhi energi dalam. 2.3.4 PRINSIP KEKEKALAN ENERGI PADA SISTEM TERTUTUP ‘Sejauh ini telah dibahas secara kuantitatif interaksi antara sistem dan lingkungan- nya dalam bentuk kerja. Namun demikian, sistem tertutup dapat juga berinteraksi dengan lingkungannya dalam bentuk lain yang tidak dapat digolongkan sebagai kerja. Sebagai contoh dapat dipergunakan proses yang berlangsung pada sebuah bejana tertutup berisi gas (atau cairan), sementara dinding luar bejana tersebut bersentuhan dengan nyala api yang lebih tinggi temperaturnya dari temperatur gas. Jenis interaksi semacam ini dikenal sebagai interaksi termal (kalor). Sebuah proses yang berlangsung dengan adanya interaksi termal antara sistem dan ling- kungannya disebut sebagai proses non-adiabatik. Perubahan energi sistem dalam proses non-adiabatik tidak cukup hanya dihitung dari komponen kerja saja. Pada subbab ini akan dibahas cara mengevaluasi proses non-adiabatik secara kuantitatif dalam bentuk energi. Pembahasan ini akan menghasilkan sebuah persamaan mengenai prinsip kekekalan energi yang banyak diaplikasikan dalam bidang teknik. Gambar 2.12 memperlihatkan sebuah proses adiabatik dan dua proses non- adiabatik berlainan yakni A dan B, namun keduanya memiliki titik keadaan awal dan akhir yang sama yaitu 1 dan 2. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa kerja dari kedua proses tak-adiabatik tersebut berbeda dengan kerja proses adiabatik: W, # W,, dan W, # W,y. Kerja untuk setiap proses non-adiabatik dapat juga berbeda: W, # W,. Namun, karena titik keadaan awal dan akhir untuk semua pros: a, maka sistem akan mengolami perubahan energi yang sama untuk masing-masing proses. Dengan demikian, untuk proses adiabatik sesuai Persamaan 2.27 didapat Gambar 2.12 Proses adiabatik dan non- adiabatik yang berlangsung antara keadaan wal dan akhir yang sama, TERMODINAMIKA TEKNIK 59 E,- Tetapi untuk proses tak-adiabatik Ey - E,#-W,, Ey - E, #- Wy Untuk proses non-adiabatik, perubahan energi sistem tidak cukup hanya dihitung berdasarkan perpindahan energi melalui kerja Aspek mendasar dari konsep energi adalah kekekalan energi. Dengan demikian, agar sistem mengalami perubahan energi yang sama besar selama proses non-adiabatik maupun adiabatik, maka jumlah neto energi yang dipindahkan ke sistem untuk setiap proses di atas, harus sama besar. Tampak bahwa interaksi kalor merupakan bentuk perpindahan energi. Jumlah energi Q yang dipindahkan ke sistem tertutup dengan cara lain selain kerja harus sama dengan jumlah perubahan energi sistem dan jumlah energi yang dipindahkan dari sistem dalam bentuk kerja. Sehingga Q=(E,-E£)+W Persamaan ini dapat dituliskan dalam bentuk E,=Q-W (2.29) sebagaimana disimpulkan di atas, persamaan ini menyatakan bahwa perubahan energi sistem sama dengan perpindahan energi neto ke dalam sistem Persamaan 2.29 merupakan pernyataan prinsip kekekalan energi (conserva- tion of energy) untuk semua jenis sistem tertutup, yang telah dibuktikan melalui banyak hasil eksperimen. Aplikasi persamaan ini dibahas pada Subbab 2.5 setelah terlebih dahulu pembahasan lanjutan mengenai perpindahan energi Q dibahas pada subbab berikut ini. 2.4 PERPINDAHAN ENERGI MELALUI KALOR Pada Persamaan 2.29 besaran yang ditandai oleh Q menggambarkan jumlah energi yang dipindahkan ke sebuah sistem tertutup selama proses dengan cara selain dalam bentuk kerja. Berdasarkan hasil eksperimen diketahui bahwa per- pindahan energi semacam ini hanya terjadi apabila terdapat perbedaan temperatur antara sistem dan lingkungan dengan arah perpindahan sesuai dengan penurunan temperatur, Perpindahan energi semacam ini dikenal sebagai perpindahan energi kalor (energy transfer by heat). Mengingat pentingnya konsep ini dalam termo- dinamika teknik, maka subbab ini akan diberikan pembahasan lanjutan mengenai perpindahan energi kalor. 2.4.1 KONVENSI TANDA, NOTASI, DAN LAJU PERPINDAHAN KALOR Simbol Q menandai jumlah energi yang dipindahkan melalui batas sebuah sistem dalam interaksi kalor dengan lingkungannya, Perpindahan kalor ke dalam sistem dinyatakan sebagai positif, sedangkan perpindahan kalor keluar dari sistem di- anggap sebagai negatif. Q > 0: perpindahan kalor masuk ke dalam sistem Q <0: perpindahan kalor keluar dari sistem kekekalan energi perpindahan energi kalor TERMODINAMIKA TEKNIK 61 berbagai mode kombinasi perpindahan kalor, yang akan dibahas pada bagian berikut ini, Topik ini akan dibahas secara khusus dalam mata kuliah perpindahan kalor teknik. KONDUKSI Perpindahan kalor konduksi dapat terjadi pada benda padat, cairan, maupun gas. Konduksi dapat dibayangkan sebagai perpindahan energi akibat interaksi antar partikel dari suatu zat, dari partikel yang lebih aktif ke partikel yang kurang aktif. Laju perpindahan kalor melalui konduksi dapat dihitung secara makroskopik berdasarkan Hukum Fourier. Sebagai contoh aplikasi sederhana, dapat dilihat pada Gambar 2.13, yang memperlihatkan sebuah bidang datar dengan ketebalan L pada keadaan tunak, di mana temperatur 7(x) berubah secara linier terhadap posisi.x. Berdasarkan hukum Fourier, laju perpindahan kalor melalui suatu bidang yang tegak lurus terhadap arah x, Q, sebanding dengan luas dinding, A dan gradien temperatur pada arah x, dT/dx. @, = -KA— (2.32) dengan konstanta kesebandingan x adalah sebuah sifat yang disebut konduktivitas termal (thermal conductivity). Tanda minus merupakan konsekuensi dari perpindahan energi yang mengikuti arah penurunan temperatur. Sebagai Contoh .-- dalam kasus ini femperatur berubah secara linier, sehingga gradien temperatur adalah: ar de L dan laju perpindahan kalor pada arah x menjadi 5 t = KA a=-s[B=2] Nilai konduktivitas termal untuk berbagai material diberikan dalam Tabel A-19. Zat yang memiliki nilai konduktivitas termal yang besar antara lain tembaga merupakan konduktor yang baik, sedangkan zat yang memiliki nilai konduktivitas termal yang kecil (cork dan busa polistirena) merupakan insulator yang baik. RADIASI Radiasi termal dipancarkan oleh zat sebagai hasil perubahan konfigurasi elektron dari atom atau moleku! yang ada di dalamnya, Energi dipindahkan oleh gelombang elektromagnetik (atau foton). Berbeda dengan konduksi, radiasi termal tidak membutubkan media untuk penjalarannya, bahkan dapat terjadi pada Kondisi vakum, Permukaan zat padat, gas, dan cairan semua memancar, menyerap, dan memindahkan radiasi termal pada berbagai tingkat. Laju pemancaran energi, Q, dari suatu permukaan A dapat dihitung secara makroskopik berdasarkan hukum Stefan-Boltzmann yang telah dimodifikasi sebagai berikut OQ, =e0A Ti (2.33) yang menunjukkan bahwa radiasi termal setara dengan pangkat empat dari temperatur absolut permukaan, 7,,. Emisivitas, € adalah suatu sifat permukaan yang menunjukkan efektivitas radiasi permukean (0 < € < 1,0), dan @ merupakan Gember 2.13 Musirasi fbukum konduksi Fourier. Hukum Fourier hukum Stefan- Boltzmann 62 BAB 2 ENERGI DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA hukum pendinginan Newton Aliran udara pendingin Papen sikuit Gamben 2.44 thustrasi hukum pendinginan Newton. konstanta Stefan-Boltzmann, Secara umum, laju perpindahan energi nero melalui radiasi termal antara dua permukaan melibatkan hubungan berbagai sifat permukaan, orientasi satu permukaan dengan lainnya, di mana terdapat keterkaitan media dalam menyebar, memancarkan, dan mengabsorpsi radiasi termal, dan berbagai faktor lainnya. KONVEKSI Perpindahan energi antara permukaan benda padat pada temperatur 7;, dan aliran gas atau cairan di sekitarnya pada temperatur 7, memegang peranan penting dalam kinerja berbagai peralatan praktis. Perpindahan energi ini dikenal sebagai konveksi. Sebagai ilustrasi, pethatikan Gambar 2.14 di mana 7,, > 7;, Pada kasus ini, energi dipindahkan sesuai arah yang ditunjukkan oleh anak panah sebagai akibat dari pengaruh gabungan konduksi dalam udara dan pergerakan udara dalam jumlah besar. Laju perpindahan energi dari permukaan ke udara dapat dihitung sesuai persamaan empiris sebagai berikut: OQ. = bAT, - T) (2.34) yang dikenal sebagai hukum pendinginan Newton (Newton's law of cooling). Pada Persamaan 2.34, A adalah lvas permukaan dan faktor kesebandingan bh disebut sebagai koefisien perpindahan kalor (heat transfer coefficient). Dalam aplikasi Persamaan 2.34, tanda minus dapat diberikan pada ruas kanan untuk memenuhi konvensi tanda untuk perpindahan kalor seperti diperkenalkan pada Subbab 2.4.1. Koefisien perpindahan kalor bukan suatu sifat termodinamika, tetapi merupakan parameter empiris yang menyatu ke dalam hubungan perpindahan kalor seperti pola aliran di dekat permukaan, sifat fluida, dan geometri. Pada pergerakan fluida yang disebabkan oleh fan atau pompa, maka nilai koefisien perpindahan kalor yang terjadi umumnya lebih besar dibandingkan dengan pergerakan fluida akibat dorongan gaya apung (bouyancy). Kedua bentuk umum ini disebut sebagai konveksi paksa (forced convection) dan konveksi bebas (free or natural convection). Tabel 2.1. memperlihatkan beberapa nilai koefisien perpindahan kalor konveksi untuk konveksi paksa atau bebas. TERMODINAMIKA TEKNIK Tabel 2.1 Beberapa nilai koefisien perpindahan kalor konveksi Aplikasi h (Wi? - K) h (Btuhh - fC - °R) Konveksi bebas Gas 2-25 035-44 Cairan 50— 1000 88-180 Konveksi paksa Gas 25-250 44-44 Cairan 50 — 20.000 88-3500 2.4.3 PENUTUP Tahapan awal dalam analisis termodinamika adalah mendefinisikan sistem. Apabila batas sistem telah ditentukan dengan baik, maka pembahasan mengenai interaksi kalor antara sistem dengan lingkungan yang selalu dibitung pada batas sistem, dapat dilakukan. Dalam pembicaraan umum, istilah kalor sering digunakan walaupun kata energi akan jauh lebih tepat secara termodinamika, Sebagai contoh, seseorang dapat mendengar, “Tutuplah pintu atau “kalor” akan hilang”. Dalam termodinamika, kalor hanya menyangkut arti tertentu seat energi dipindahkan. Kalor tidak menjelaskan apa yang sedang dipindahkan antara sistem atau apa yang disimpan dalam sistem. Energilah yang dapat dipindahkan atau disimpan, bukan kalor, Terkadang, perpindahan energi kalor ke dalam, atau ke luar sistem dapat diabaikan. Hal ini terjadi akibat berbagai alasan yang berkaitan dengan mekanisme perpindahan kalor yang telah dibahas sebelumnya. Alasan pertama adalah mate- rial yang terdapat di sekeliling sistem bersifat insulator yang baik atau perpindahan kalor yang terjadi sangat terbatas karena hanya terdapat sedikit perbedaan tem- peratur antara sistem dan lingkungannya, Alasan ketiga adalah tidak terdapatnya luas permukaan yang memungkinkan munculnya perpindahan kalor yang memadai. Jika perpindahan kalor diabaikan, maka telah diterapkan satu atau lebih alasan sebelumnya. Untuk melakukan analisis, nilai Q dapat tersedia, atau tidak tersedia, Jika nilai Q tersedia, maka dapat diasumsikan bahwa nilainya telah ditentukan dengan metode yang dibahas sebelumnya. Jika nilai Q tidak diketahui, maka nilai tersebut umumanya ditentukan menggunakan neraca energi (energy balance), seperti akan dibahas pada bagian berikut ini. 2.5 AKUNTANSI ENERGIE NERACA ENERG! UNTUK SISTEM TERTUTUP Subbab ini akan membahas aplikasi Persamaan 2.29 yang pada dasarnya merupa- kan pernyataan prinsip kekekalan energi untuk sistem tertutup, Persamaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Perubakan jumlah | [Jumlahenergi neto berupa] [ Jumlah energi nero berupa energi yang terdapat| | kalor yang dipindahkan ke| | kerja yang dipindahkan dalam sistem untuk |=] dalam sistem melalui |~| ke luar sistem melalui interval waktu ddaerah batas untuk daerah batas untuk interval tertentu imterval waktu tertenta waktu tertentu 63 TERMODINAMIKA TEKNIK —=o-W (2.37) Persamaan neraca energi dalam bentuk laju dapat diuraikan sebagai Laju perubahan ] [Lajuneto penambahan] —[ Lajuneto pelepasan cenergi yang terdapat |_| energi ke dalam sistem _ | energi keluar sistem dalam sistem | ~| melaluiperpindahan |~ | melalui kerja pada pada wakeu ¢ kalor pada wakuu ¢ wakwu 1 Mengingat laju perubahan energi diberikan sebagai aE aBK , aR dU dt dt dt dt Maka Persamaan 2.37 dapat dituliskan dalam bentuk lain sebagai dEK | dEP | dU 5 2 SS Sey bo W eae ee (2.38) Persamaan 2.35 hingga 2.38 memberikan berbagai bentuk penulisan neraca energi yang dapat memudahkan pada penerapan prinsip kekekalan energi untuk sistem tertutup. Dalam Bab 4 prinsip kekekalan energi diberikan dalam bentuk yang sesuai untuk analisis volume atur. Pada aplikasi salah satu bentuk neraca energi ini, sangat penting diperhatikan tanda dan satuan yang digunakan, serta perbedaan antara laju dan jumlah. Selanjutnya perlu dipahami bahwa lokasi daerah batas sistem dapat bermanfaat di dalam menentukan apakah suatu perpindahan energi dapat digolongkan sebagai kalor atau kerja. Sebagai Contoh ... Gambar 2.15 memperlihatkan tiga alternatif sistem berupa bejana kokch yang diinsulasi dengan baik, berisi sejumlah gas (atau Lempengan Poros tembaga Peputar Gas atau cairn o Geman 2.45. aivernat pitinan daeran batas sistem. 65 522 INDEKS Interaksi termal 18, 58 Interpolasi linier 34, 101 Ireversibel_ 232, 235, 238 Ireversibilitas 238, 255, 295, 309, 314, 359, 370, 382, 389 Ireversibilitas dalam nosel 316 Ireversibilitas eksternal 233 Ireversibilitas intemal 233 Isentropik 279, 296. 303 Isobar 99 Isotermal 252 Joule 41 Kalor 63, 230 Kalor spesifik 117, 130 Kalor spesifik gas ideal 131 Kalor spesifik tekanan nol 133 Kalor uap 378 Kapasitas kalor 117 Katup 303 Katup ekspansi 300 Katup trotel 371 Keadaan jenuh 96 Keadaan kesetimbangan 8, 2 Keadaan mati 348 Keadaan referensi_ 110 Keadaan sekitar 347 Keadaan tunak 161, 289, 315, 317, 370 Keefcktivan turbin 385 Kekekalan energi 25, 165. 345 Kekekalan massa 25, 156, 345 Kekuatan medan listrik 55 Kekuatan medan magnet 55 Kelvin-Planck 229, 230, 239 Kerja 319 Kerja 41, 43, 168 Kerja aliran 168, 366 Kerja maksimum teoretis 347 Kerja neto 227, 240, 248, 253 Kerja polarisasi 54 Kerja turbin 313 Kertas neraca exergi 365, 377 Kesetimbangan 8, 287, 291 Kesetimbangan exergi 386 Kesetimbangan sesaat 48 Kesetimbangan termal 19 Kesetimbangan termodinamika 8 Keterbatasan 25 Ketidaksamaan Clausins 265 Ketidakteraturan molekul 293 Ketinggian elevasi 234 Kinerja pompa kalor 250 Kinerja teoretis. 228 ‘nerja termodinamika 377, 380 Koefisien kinerja 78, 79 Keefisien perpindshan kalor 62 Kogenerasi 388 Komponen 390 Komponen pompa kalor 300 Kompresi isentropik 288 Kompresi politropik udara 321 Kompresor 178, 300. 310, 320, 386 Komputer 304 Kondensor 253, 300, 301, 303 Kondisi tunak 71 Konduksi 61 Konduktivitas termal 61 Konsep reversibel internal 237 Konstanta gas universal 122 Konstanta Stefan-Boltzmann 62 Konstantan 20 Konvensi tanda 45 Kotak transmisi 290, 365 Kualitas 99 Kubah uap 96 Laju aliran massa 157, 158, 159, 366 Laju aliran massa sesaat 160 Laju aliran volumetriks 161 Laju energi untuk volume atur 167 Laju exergi masuk 365 Laju neraca exergi 382 Laju pemusnahan exergi 365 Laju perpindahan energi 367 Laju perpindahan kalor 60 Laju perubahan energi rate-rata 64 Laju perubahan massa 157 Laju produksi entropi 295, 371 Wb 2 Ibf 12 Ibm 12 Lingkungan 3, 347, 352, 362 Listrik 392 Magnetisasi 233 Magnitude 361 Manometer 16 Manufaktur 388 Massa 6, 396 Massa atur 4 Material 388 Mekanika fluida 320, 388 Mesin pembakaran dalam 353 Meter 10 Minyak 345 Model gas ideal Model teknik 25 Model termodinamika sederhana 27 Momen dipol listrik 53 Momen dipol magnet 55 128, 304 Neraca akunting kesetimbangan cnergi 169 Neraca energi 290 Neraca energi 350, 357 Neraca entropi 281 Neraca entropi 265, 283, 292 Neraca exergi 369, 380 Neraca exergi sistem tertutup 357, 358 Neraca kesetimbangan energi 169 Neraca kesetimbangan entropi 350 Neraca laju biaya 392, 393 Neraca laju energi 169 Neraca laju entropi 284 Neraca laju entropi volume atur 294 Neraca laju exergi sistem tertutup 360 Neraca laju exergi tunak 370 Neraca laju massa 158, 193, 371 Neraca laju massa volume atur 166 Neraca laju volume atur 370 Neraca massa 194 Neraca perubahan massa 310 Exergi 351 maksimum 228 Nilai produksi entropi_ 287 lai referensi 110 Nilai termodinamika 385 Nilai tidak nol 364 Nol absolut 23, 245 Nosel_ 173, 236, 310 Nosel uap 315 Pascal 15 Pelindung kalor 382 Pembangkit tenaga 347 Pembangkit uap pemulih kalor 389 Pemberat 355 Pemodelan lingkungan 348 Pemulihan daya 388 Pemulihan kalor buangan 388 Pemusnahan exergi 359, 370 Penukar kalor 183 Penukar kalor persentuhan langsung 387 | | TERMODINAMIKA TEKNIK Cem SC Om one eee On eae Pere ne ee Ree CON SC em nC EM HRN oe Eee TT ere creer emcee certian nytt Teen ne eet ee Se MeL LACT E Se Ne Seb sete eee En Cora eUN ee can eR Be een usc U RS PU aerate ee Renn Ce termasuk konsep produksi entropi Be Sei ECE Leen Peers ie SS oe eT eCm cretion tenet ene itt et Prentice tm laces tenet) SCC ae Cm ERC Ve TUR runes Ucar cy ee MUR w cu U UB LUe acu Cuno c inne) disertai kasus diskusi. - Fleksibilitas dalam penggunaan satuan, baik satuan SI, campuran SI, maupun satuan inggris. Se eercn cru artim er hts caine cote ert Thermodynamics: IT untuk membantu menyelesaikan perhitungan termodinamika dengan bantuan komputer. a STO RUE Ure Sa SS rsen 979-741-015-9 JI. H. Baping Raya No.100 = j Ciracas, Jakarta 13740 OANA | E-mail: edltor@eriangga net 9797414153 Website: http:/www.eriangga.com

You might also like