You are on page 1of 14

UJI DIAGNOSTIK PENGUKURAN

GLUKOSA VENA DAN KAPILER DAN FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI UNTUK PENGKAJIAN MASALAH GIZI
KARBOHIDRAT DALAM PROSES ASUHAN GIZI KLINIK

DIAGNOSTIC TEST OF VENA AND CAPILLARY GLUCOSE MEASUREMENT


AND FAKTOR AFFECTING THE CARBOHIDRATE METABOLISM DISORDER

Nusrah Ningsih1 Satriono2, Suryani A. Armin, 3,


1
RSUP.dr. Wahidin SudiroHusodo Makassar,
2, 3
Fakultas Kedokteran UNHAS Makassar

ABSTRACT

The aim of the study was to discover the comparison between vena blood glucose and
capillary blood glucose and factors affecting the carbohydrate metabolism disorder.
The number of samples was 134 people who came as outpatients at the hospital selected by
nonrandom sampling. The analysis used in the study was sensitivity and specificity with vena blood
ad golden standard.
The results of the study indicate that the subject who have normal vena and capillary blood
glucose are 50%and 20,1% respectively. The correlation value of vena and capillary blood glucose is
89,9% (p = 0,000). The result of the analysis indicate that the new device has sensitivity and
specificity 0,985 and 0,388 respectively at the glucose threshold level of blood glucose according to
golden standard < 110 mg/dl. There are three significant correlation between vena blood glucose and
capillary blood glucose in which each increase of 1 capillary unit will cause an increase 1,063 vena
units. The cross point at the capillary device is104,5 with sensitivity 0,806 and specificity 1- 0,075.
Several Factors affecting the carbohydrate metabolism are gender, age, other disease, family history
with the value of significance 0,079, 0,049,0,032, and 0,003. Whereas the contraceptive pills, diet
pattern, and nutritional status have no effect on the incidence of carbohydrate metabolism with the
values of significance 0,105, 0,179,and 0,177 respectively.

Key Word : Glucose, Vena, Capillary, Sensitivity and specificity


Reference : 37 (1992-2008 )

PENDAHULUAN Sebelum ditemukan tes glukosa darah


Glukosa merupakan suatu monosakarida kapiler, pengukuran glukosa darah digunakan
aldoheksosa yang terdapat dalam tubuh manusia dengan mengambil sampel dari vena, Hingga
dan makhluk hidup lainnya. Ini merupakan produk saat ini pengukuran glukosa darah vena masih
akhir metabolisme karbohidrat yang dilepas ke dianggap sebagai standar baku emas/ gold
dalam darah dan menjadi sumber energi utama standard untuk mengukur kadar glukosa darah.
makhluk hidup. Karena perannya sebagai energi Namun sekarang orang lebih memilih
utama, glukosa kemudian ditranspor ke dalam sel pengukuran glukosa darah yang sampelnya
untuk menghasilkan energi. Proses pembentukan berasal dari kapiler dengan alasan karena
energi ini terjadi dalam mitokondria dengan berbagai macam kelebihan yang dimiliki test
membutuhkan oksigen sebagai bahan bakarnya glukosa darah kapiler ini seperti alatnya praktis,
untuk menghasilkan ATP sebagai energi untuk murah dan mudah dibawa kemana-mana,
setiap kegiatan sel. Glukosa darah ini cepat memberikan hasil, kenyamanan pasien,
dipengaruhi oleh faktor status gizi, genetik, umur serta bisa digunakan sendiri oleh pasien untuk
dan penyakit (Nuringtyas, 2000). mengontrol glukosa darahnya di rumah, Pada
penelitian ini, kami membandingkan hasil

Diagnostic testing for blood level vena and capillary glucose and analyzed of carbohydrate disorders metabolism
Satriono1, suryani a. Armin2, nusrah ningsih3,1,2 fakultas kedokteran unhas makassar 3 rsup.dr. Wahidin sudirohusodo makassar 1
pengukuran kadar glukosa darah dengan cara Analisis faktor gen dan lingkungan yang
vena dan kapiler dan menganalisis faktor yang mempengaruhi gangguan metabolisme
mempengaruhi untuk pengkajian masalah gizi karbohidrat pada seseorang.
karbohidrat.
Penelitian yang dilakukan oleh Bilen Habib b. Waktu dan Lokasi Penelitan
(2007) untuk mengevaluasi penggunaan Penelitian ini akan di laksanakan pada
glukometer dibandingkan dengan alat yang bulan Juli 2008 di Rumah Sakit Dr. Wahidin
digunakan di laboratorium dengan mengukur Sudirohusodo Makassar
glukosa darah puasa pada pasien Diabetes
Melitus tipe II didapatkan hasil tidak ada c. Populasi dan sampel
perbedaan antara kedua metode pengukuran Populasi adalah semua pasien rawat jalan
tersebut (p>0,05). yang ada di rumah sakit Dr. Wahidin
Penelitian yang dilakukan oleh Carstensen B Sudirohusodo. Sampel adalah pasien rawat
(WHO,2008) yang membandingkan glukosa jalan yang memeriksakan gula darah di
darah dan jenis specimen lain dengan mengambil laboratorium Rumah Sakit Dr. Wahidin
sampel darah dari 74 subjek untuk dianalisis Sudirohusodo Makassar.
menggunakan plasma vena, serum dan darah
kapiler didapatkan hasil pengukuran dasar yang d. Teknik dan Analisa Data
menggunakan darah kapiler mempunyai variasi Data yang diperoleh diolah dan di analisis
yang luas dibandingkan dengan metode lain. dengan menggunakan program SPSS versi 11,5
Pengkuran darah vena memberikan hasil 0,5 for Windows. Pada tahap ini dilakukan dengan
mmol/L lebih rendah dibandingkan dengan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan
metode yang lain. variable dependen dan independen. Jenis uji
Sebelum ditemukan tes glukosa darah statistik yang di gunakan pada penelitian ini
kapiler, pengukuran glukosa darah digunakan yaitu korelasi Spearman untuk melihat
dengan mengambil sampel dari vena, Hingga hubungan linear antara pengukuran glukosa
saat ini pengukuran glukosa darah vena masih darah vena dan pengukuran glukosa darah
dianggap sebagai standar baku emas/ gold kapiler, jika korelasi antara pengukuran glukosa
standard untuk mengukur kadar glukosa darah. darah vena dan pengukuran darah kapiler
Namun sekarang orang lebih memilih mempunyai hubungan sangat erat, maka nilai
pengukuran glukosa darah yang sampelnya koefisien (r) mendekati nilai -1 atau +1 dan bila
berasal dari kapiler dengan alasan karena tidak ada hubungan akan mendekati nilai 0 (nol)
berbagai macam kelebihan yang dimiliki test Untuk menganalisa faktor-faktor yang
glukosa darah kapiler ini seperti alatnya praktis, mempengaruhi kadar glukosa darah
murah dan mudah dibawa kemana-mana, cepat menggunakan uji Kai-Kuadrat
memberikan hasil, kenyamanan pasien, serta
bisa digunakan sendiri oleh pasien untuk e. Kontrol Kualitas
mengontrol glukosa darahnya di rumah, Pada Kontrol kualitas merupakan upaya control
penelitian ini, kami membandingkan hasil terhadap keseluruhan aspek operasional
pengukuran kadar glukosa darah dengan cara penelitian mulai tahap penentuan tenaga
vena dan kapiler dan menganalisis faktor yang lapangan sampai dengan tahap manajemen
mempengaruhi untuk pengkajian masalah gizi data. Langkah yang akan dilakukan untuk
karbohidrat. mencapai hasil tersebut adalah pemeriksaan
pengukuran glukosa baik melalui vena dan
METODE PENELITIAN kapiler. Sedangkan untuk control kualitas
a. Jenis Penelitian pengambilan glukosa darah kapiler, langkah
Jenis penelitian ini adalah studi analisis yang akan dilakukan untuk mencapai hasil
dengan pendekatan cross sectional dan tersebut adalah :
retrospektif untuk melihat korelasi glukosa darah a). Melakukan penimbangan berat badan
vena dan pengukuran glukosa darah kapiler. sebanyak 10 X pada orang yang sama
Data-data variabel independen dan dependen dengan 2 orang peneliti berbeda. Intra
akan di kumpulkan dalam waktu yang observer Coefficient of Variation = 0,092 dan
bersamaan. inter observer Coeffisien of Variation = 0,090
b). Melakukan pengukuran tinggi badan
sebanyak 10 X pada orang sama dengan 2

Diagnostic testing for blood level vena and capillary glucose and analyzed of carbohydrate disorders metabolism
Satriono1, suryani a. Armin2, nusrah ningsih3,1,2 fakultas kedokteran unhas makassar 3 rsup.dr. Wahidin sudirohusodo makassar 2
orang peneliti berbeda. Intra observer b. Kriteria Eksklusi
coeffisient of varian = 0,21 dan inter observer 1. Menolak untuk diwawancarai
coeffisien of variation = 0,19 2. Menolak untuk diambil darah vena dan
c). Melakukan pengambilan darah sebanyak 10 X kapiler
pada orang yang sama dengan 2 peneliti Besar Sampel
berbeda. Intra observer coeffisient of n1 = z  2 (0,75 x 0,25)/0,102 = 1,962 x 0,75 x
variation 7,09 dan inter observer coeffisient 0,25/0,01 = 72
of variation = 6,79 n2 = z  2 (0,80 x 0,20)/0,102 = 1,962 x 0,80 x
0,20/0,01 = 62
f.Populasi dan sampel Dengan demikian diperlukan sejumlah (72 + 62) =
Populasi adalah semua pasien rawat jalan 134 pasien
yang ada di rumah sakit Dr. Wahidin Keterangan :
Sudirohusodo. Sampel adalah pasien rawat jalan Sensitivitas uji diagnostik yang digunakan adalah 75%
Spesifisitas uji diagnostik yang digunakan adalah 80%
yang memeriksakan gula darah di laboratorium
Penyimpangan ± 10%
Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Interval kepercayaan yang dikehendaki adalah 95%
Makassar. (=0,05)
Proses Pengumpulan Data
a. Kriteria Inklusi 1. Data primer
1. Semua penderita yang datang berobat Data primer di peroleh dengan wawancara
rawat jalan dan memeriksakan gula darah menggunakan kuesioner dan data hasil
di laboratorium Rumah Sakit Dr. Wahidin pengukuran kadar glukosa darah vena dan kapiler
Sudirohusodo Makassar diperoleh melalui hasil pengukuran darah di
laboratorum.
2. Penderita yang datang berobat rawat
2. Data Sekunder
jalan dan memerksakan gula darah di Data sekunder meliputi gambaran umum Rumah
laboratorium Rumah Sakit Dr. Wahidin Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo dan laboratoriu
Sudirohusodo Makassar dan yang diperoleh langsung dari institusi tempat penelitian.
bersedia diwawancarai.
TABEL 1
Distribusi Responden menurut Karakteristik Variabel Penelitian
di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, 2008
Variabel Karakteristik n. %
Jenis Kelamin Laki-laki 62 46.3
Perempuan 72 53.7
Pendidikan Terakhir Tidak Tamat SD/MI 1 0.7
Tamat SD/MI 13 9.7
SMP/MTS/Sederajat 12 9.0
MA/SMU/SMK/Sederajat 50 37.3
Diploma/DIII/DIV 15 11.2
Universitas/S1/S2/S3 43 32.1
Pekerjaan Petani 1 0.7
Buruh Harian 3 2.2
Pegawai Negeri 45 33.6
Pegawai Swasta 1 0.7
Wiraswasta 5 3.7
Ibu Rumah Tangga 31 23.1
Lainnya 48 35.8
Risiko Usia Risiko 132 98.5
Tidak Berisiko 2 1.5

Jenis Kelamin Laki-laki 62 46.3


Perempuan 72 53.7

Penyakit lain yang Peny. Jantung 34 25.4


diderita Peny.Ginjal 4 3.0
Hipertensi 37 27.6
Peny.Lainnya 6 4.5
Tidak Ada 53 39.6

Pola Makan Baik 27 20.1


Kurang 107 79.9

Diagnostic testing for blood level vena and capillary glucose and analyzed of carbohydrate disorders metabolism
Satriono1, suryani a. Armin2, nusrah ningsih3,1,2 fakultas kedokteran unhas makassar 3 rsup.dr. Wahidin sudirohusodo makassar 3
Jumlah 134 100.0
Sumber : Data Primer, 2008

Diagnostic testing for blood level vena and capillary glucose and analyzed of carbohydrate disorders metabolism
Satriono1, suryani a. Armin2, nusrah ningsih3,1,2 fakultas kedokteran unhas makassar 3 rsup.dr. Wahidin sudirohusodo makassar 4
Korelasi Gula Darah Vena Puasa dan kapiler maupun glukosa darah vena. Hasil
glukosa Darah Kapiler Puasa penelitian ini diketahui bahwa glukosa darah
kapiler umumnya abnormal sebanyak 107
a. Karakteristik Gula Darah Vena Puasa dan orang (79.8%) dan menurut glukosa darah
Gula Darah Kapiler Puasa vena normal 67 orang (50%).
Salah satu ciri yang dapat dijadikan prediktor
gangguan metabolisme karbohidrat adalah
kadar glukosa darah baik glukosa darah
TABEL 2
Distribusi Responden menurut Glukosa Darah Vena Puasa dan Glukosa Darah Kapiler Puasa
Jenis Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah n. %

Gula Darah Kapiler Normal 27 20.1


Abnormal 107 79.9

Gula Darah Vena Normal 67 50.0


Abnormal 67 50.0

Jumlah 134 100

Sumber: Data Primer, 2008

a. Uji Korelasi Gula Darah Vena Puasa dan Gula Darah Kapiler Puasa
TABEL 3
Hasil Analisis Uji Korelasi Spearman Gula Darah Vena Puasa dengan Gula Darah Kapiler
Puasa
Variabel Nilai Korelasi ® Signifikansi (p)
Gula Darah Kapiler 0.899 0.000

N 134
Sumber: Data Primer, 2008
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui b. Uji Sensitivitas dan Spesifisitas Gula
bahwa ada korelasi postif antara gula darah Darah Vena dan Gula Darah Kapiler Puasa
kapiler puasa dengan gula darah vena puasa antara Metode (A) dan Metode (B)
dengan nilai korelasi sebesar r = 0,899 atau
89,9%. Hal ini juga berarti bahwa peluang hasil Telah disebutkan diatas bahwa penentuan
pengukuran yang tidak konsisten antara standar emas untuk jenis sampel darah yang
keduanya sebesar 10,1%. Tidak konsistensi ini diambil perlu memperhatikan konsep teoritis
sebesar 10,1% membuktikan bahwa untuk yang diakui secara ilmiah representative. Uji
melakukan pengukuran secara akurat sebaiknya sensitivitas (se) dan spesifisitas (sp) perlu
memakai sampel darah pada lokasi yang secara dilakukan khususnya terhadap alat uji diagnostic
teoritis lebih repsentatif yaitu pada darah vena. baru (B) terhadap sebuah alat uji standar emas
Jika sampel darah kapiler yang kemudian (A).
dipilih maka dengan alat yang baik sekalipun
peluang kesalahan masih ditemukan sebesar
10,1%.
TABEL 4
Hasil Analisis Sensitivitas dan Spesifisitas Gula Darah Vena Puasa dengan
Gula Darah Kapiler Puasa
Standar Emas
Uji Sensitivitas

Normal Ab
dan

Total
Normal
Spesifisitas % % %

Hasil Pengukuran
Baru Abnormal 66 98,5 41 61,2 107 79,8
Normal 1 1,5 26 38,8 27 20,2
Total 67 100 67 100 134 100
Sumber: Data Primer, 2008

Berdasarkan distribusi hasil pengukuran


kedua gula darah diatas maka dapat dihitung 3. Analisis Bivariat
sensitivitas metode (B) adalah 66/67 = 0.985 Hubungan antara Glukosa Darah Vena
sedangkan spesifisitasnya adalah 26/67 =0,388. dan Glukosa Darah Kapiler
Hal ini berarti bahwa Penelitian ini bertujuan untuk melihat
metode B mampu mendeteksi secara positif hubungan antara pengukuran glukosa darah
sebesar 98,5% sama hasilnya dengan metode vena dan glukosa darah kapiler . Pengambilan
pada standar emas. Sensitivitas metode B sampelnya dilakukan pada keadaan glukosa
cenderung untuk memiliki negative palsu yang darah puasa. Glukosa darah puasa adalah
lebih tinggi. Negatif palsu adalah kondisi dimana keadaan kadar glukosa darah responden
metode B menetapkan setiap individu dalam setelah berpuasa selama 10 jam dan
kelompok yang abnormal tetapi sebenarnya yang keadaan ini menggambarkan keadaan
bersangkungan normal menurut standar emas. glukosa darah basal yang ada di dalam darah
Spesifisitas metode B adalah 38,8% terhadap responden. Berdasarkan hasil penelitian,
hasil yang didapatkan pada standar emas. Artinya kemudian diuji secara statistik dengan
metode B memiliki nilai Positif Palsu yang rendah. menggunakan ”spearman” untuk melihat
Positif palsu adalah kondisi dimana menurut korelasi hubungan glukosa darah vena dan
metode B menyatakan yang bersangkutan normal glukosa darah kapilernya didapatkan p
tetapi menurut standar emas abnormalNilai value=0,00 yang berarti lebih kecil dari nilai α
penduga positif metode B sebesar 66/107= 0.616 = 0,05. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa
sedangkan nilai penduga negative sebesar 26/27 ada hubungan yang bermakna antara
= 0,962. Berdasarkan hasil ini maka maka nilai glukosa darah vena dan glukosa darah
penduga positif metode B yang merupakan kapiler. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai
peluang bahwa seseorang yang menurut metode koefisien korelasinya atau r = 0,97, yang
B dikategorikan normal benar benar akan berarti korelasi antara glukosa darah vena dan
dikategorikan normal menurut standar emas. glukosa darah kapiler berada pada hubungan
Peluang ini sebesar 61,6%. Hasil ini harus yang kuat. Menurut Colton, kekuatan
dibandingkan dengan nilai penduga negative dari hubungan dua variabel secara kualitatif dapat
metode B yang merupakan peluang bahwa di bagi 4 area yaitu:
seseorang menurut metode B abnormal benar r = 0,00- 0,25 tidak ada hubungan/hubungan
benar akan dikategorikan abnormal menurut lemah
standar emas. Peluang ini sebesar 96,2%. Hasil r = 0,26 - 0,50 hubungan sedang
penduga positif metode B cukup baik dan juga r = 0,51 - 0,75 hubungan kuat
penduga negatifnya baik sehingga metode ini r = 0,76-1,00 hubungan sangat kuat/sempurna
akurat untuk digunakan dalam uji diagnostik. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
Kelebihan metode B terletak pada kemampuannya regresi linear memperlihatkan nilai koefisien
yang baik untuk uji diagnostic pada individu yang determinasinya atau R2 = 0,95 yang artinya
secara factual abnormal dan ternyata memang di persamaan regresi yang diperoleh dapat
diagnosis abnormal. menerangkan 95% variasi glukosa darah
vena atau persamaan garis yang diperoleh baik Y = a + bX, dimana Y = Glukosa darah vena
untuk menjelaskan glukosa darah vena.Uji dan X = Glukosa darah kapiler, sehingga
regresi linear, diperoleh nilai konstanta sebesar persamaan garisnya dapat dilihat pada tabel
-5,816 dan b sebesar 1,064 sehingga persamaan berikut:
regresinya :
vena dengan glukosa darah kapiler, dimana
TABEL 5 setiap kenaikan 1 satuan kapiler akan
Korelasi dan Regresi Glukosa Darah menyebabkan peningkatan 1,063 satuan
Vena dan Glukosa DarahKapiler vena.
P
4. Tititk potong (Cut off Point)
Persamaan Valu
2 Titik potong atau cut off point adalah nilai
Variabel r R Garis e
batas antara normal dan abnormal, atau nilai
Vena = batas hasil uji positif dan hasil uji negatif pada
Glukosa
0, -5,81 + alat pemeriksaan gula darah kapiler yang
Darah 0,95 0,00
97 1,06 digunakan. Pada penelitian ini kita
Kapiler
*Kapiler menetapkan cut off point atau titik potong
Sumber : Data Primer 2008 sebesar 104,5 karena pada posisi ini
sensitivitas dan spesitifitas bekerja dengan
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ada baik.
hubungan yang bermakna antara glukosa darah
TABEL 7
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Metabolisme Karbohidrat

Gangguan Metabolisme Jumlah


Variabel Penelitian Ya Tidak P
n. % n. % n. % Value
Jenis Kelamin
Laki 10 16.1 52 83.9 62 100 0.079*
Perempuan 20 28.7 52 72.2 72 100

Usia
Berisiko 28 21.2 104 78.8 132 100 0.049*
Tidak berisiko 2 100 0 0 2 100

Penyakit Lain
Ada 13 16.3 67 83.8 80 100 0.032*
Tidak Ada 17 31.5 37 68.5 54 100

Riwayat Keluarga
Ada 6 10.3 52 89.7 58 100 0.003*
Tidak Ada 24 31.6 52 68.4 76 100

Pil KBn
Ada 9 33.3 18 66.7 27 100 0.105
Tidak Ada 21 19.6 86 80.4 107 100

Pola Makan (Food Frequensi)


Cukup 10 33.3 50 48.1 60 100 0.153
Kurang 20 66.7 54 51.9 74 100
Pola Makan (food Recall)
Baik 19 19.8 77 80.2 96 100 0.179
Kurang 11 28.9 27 71.2 38 100

Status Gizi
Obesitas 7 13.2 46 86.8 53 100 0.177
Lebih 15 26.3 42 73.7 57 100
Normal 7 35 13 65 20 100
Kurang 1 1 3 75 4 100

Total 30 22.7 104 77.6 134 100


Sumber : Data Primer, 2008
A. Pembahasan dengan alat yang baik sekalipun peluang
1. Koralasi Pengukuran Gula Darah Vena kesalahan masih ditemukan sebesar
dengan Gula Darah Kapiler 10,1%. Demikian juga penting dijelaskan
Hingga saat ini Ada dua jenis pengukuran bahwa pengambilan sampel darah pada
untuk mengetahui kadar glukosa darah yaitu lokasi kapiler atau vena akan
dengan mengukur sampel darah dari kapiler memberikan nilai rerata yang berbeda
dan sampel darah dari vena. Secara historis secara statistic. Hal ini berarti bahwa
pada pengambilan sampel darah vena, nilai lokasi pengambilan sampel darah sudah
glukosa darah mencakup keseluruhan darah, memberikan hasil yang berbeda,
tetapi kebanyakan laboratorium sekarang sehingga dianjurkan pengambilan
mengukur level glukosa serum. Sel darah sampel darah dilakukan pada lokasi yang
merah (eritrosit) memiliki konsentrasi protein ideal dan memang menggambarkkan
(yaitu hemoglobin) yang lebih tinggi daripada kondisi nyata pada individu.
serum, serum memiliki kandungan air yang Perhatian berikutnya setelah
lebih tinggi dan akibatnya glukosanya lebih ditetapkan lokasi pengambilan sampel
larut dari pada darah yang lain. Meskipun darah yang paling ideal adalah pemilihan
demikian pada diabetesi dan toleransi glukosa metode yang dianggap paling efisien dan
didiagnosis dengan mengukur glukosa dalam efektif. Penelitian ini juga membedakan
darah. sebagai darah plasma atau darah dua jenis metode pengukuran gula darah
kapiler dan kriteria diagnostiknya sering dengan darah vena sebagai standar
menyediakan perkiraan yang sama dari dua emas. Hasil pengukuran kedua gula
metode ini (Colagiuri. S dkk, 2003). Hal ini darah diatas maka dapat dihitung
sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa ada sensitivitas metode (B) adalah 66/67 =
korelasi positif antara gula darah kapiler puasa 0.985 sedangkan spesifisitasnya adalah
dengan gula darah vena puasa dengan nilai 26/67 =0,388. Hal ini berarti bahwa
korelasi sebesar r = 0,97 atau 97%. Korelasi metode B hanya mampu mendeteksi
ini cukup kuat dengan nilai positif atau secara positif sebesar 98,5% sama
berjalan searah. Jika gula darah kapiler naik hasilnya dengan metode pada standar
maka gula darah vena juga naik, meskipun emas.
nilai nyata keduanya tidak selalu sama. Hasil Sensitivitas metode B cenderung
penelitian ini mengindikasikan bahwa ada untuk memiliki negative palsu yang lebih
perbedaan peluang hasil pengukuran yang tinggi. Negatif palsu adalah kondisi
tidak konsisten antara keduanya sebesar dimana metode B menetapkan setiap
10,1%. Tidak konsistensi ini sebesar 10,1% individu dalam kelompok yang abnormal
membuktikan bahwa untuk melakukan tetapi sebenarnya yang bersangkungan
pengukuran secara akurat sebaiknya normal menurut standar emas.
memakai sampel Spesifisitas metode B adalah 38,8%
darah pada lokasi yang secara teoritis lebih terhadap hasil yang didapatkan pada
repsentatif yaitu pada darah vena. Jika sampel standar emas. Artinya metode B memiliki
darah kapiler yang kemudian dipilih maka nilai Positif Palsu yang rendah. Positif
palsu adalah kondisi dimana menurut metode Berdasarkan hasil penelitian ini
B menyatakan yang bersangkutan normal diketahui bahwa rerata gula darah vena
tetapi menurut standar emas abnormal puasa pada orang yang memiliki iwayat
Nilai penduga positif metode B sebesar penyakit adalah 147.29±74.04 mg/dl
66/107=0,616 sedangkan nilai penduga sedangkan pada orang yang tidak
negative sebesar 26/27 = 0,962. Berdasarkan memiliki riwayat penyakit adalah
hasil ini maka maka nilai penduga positif 121.53±47.69 mg/dl. Kedua hasil
metode B yang merupakan peluang bahwa pengukuran ini berbeda secara nyata
seseorang yang menurut metode B dengan nilai p=0.016. Artinya peluang
dikategorikan normal benar benar akan orang yang memiliki nilai gula darah vena
dikategorikan normal menurut standar emes. puasa sama antara yang meiliki rwayat
Peluang ini sebesar 61,6%. Hasil ini harus Riwayat penyakit dan yang tidak memiliki
dibandingkan dengan nilai penduga negative riwayat t penyakit sangat kecil atau
dari metode B yang merupakan peluang berada pada wilayah penolakan hipotesis
bahwa seseorang menurut metode B null.
abnormal benar benar akan dikategorikan Hasil yang sama juga ditemukan jika
abnormal menurut standar emas. Peluang ini digunakan gula darah kapiler dimana
sebesar 96,2%. Hasil penduga positif metode rerata gula darah kapiler puasa pada
B cukup baik dan juga penduga negatifnya orang yang memiliki Riwayat penyakit
baik sehingga metode ini akurat untuk adalah 146.12±68.13 mg/dl sedangkan
digunakan dalam uji diagnostik. Kelebihan pada orang yang tidak memiliki Riwayat
metode B terletak pada kemampuannya yang penyakit adalah 118.08±42.71 mg/dl.
baik untuk uji diagnostic pada individu yang Kedua hasil pengukuran ini berbeda
secara factual abnormal dan ternyata memang secara nyata dengan nilai p=0.004.
di diagnosis abnormal. Artinya peluang orang yang memiliki nilai
Hal ini dapat terjadi Karena gula darah gula darah kapiler puasa sama antara
kapiler selalu lebih rendah dari gula darah yang memiliki rwayat penyakit dan yang
vena. Pasien yang mengalami gangguan tidak memiliki riwayat penyakit sangat
metabolisme karbohidrat akan memiliki kecil (0.004) atau berada pada wilayah
kenaikan gula darah di atas batas normal penolakan hipotesis null.
khususnya pada darah vena. Hasil ini membuktikan bahwa baik
2. Analisis Bivariat darah vena puasa maupun kapiler puasa
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas dan keduanya dapat digunakan untuk
spesifisitas, maka dalam penelitian ini mengetahui gangguan metabolisme
ditetapkan batas normal gula darah kapiler karbohidrat pada individu yang memiliki
sebesar < 90 mg/dl. Pada posisi ini nilai riwayat Riwayat penyakit maupun tidak
sensitivitas alat ini sebesar 0.794 sedangkan memiliki riwayat penyakit. Jika keduanya
1- spesifisitas = 0,076 atau sensitivitasnya mampu mendeteksi gangguan
0.97 (97%). Hal ini memiliki kelemahan karena metabolisme karbihidrat maka
pada kenyataannya gula darah vena selalu pertimbangan berikutnya adalah terkait
lebih tinggi daripada gula darah kapiler. efisiensi biaya dan waktu untuk
Idealnya gula darah kapiler harus menetapkan melakukan uji diagnostik. Hal ini juga
cut of point lebih tinggi dibandingkan cut of telah dijelaskan pada bagian awal bahwa
point gula darah vena. Berdasarkan hasil darah vena memang sebagai standar
analisis COR cut of point paling ideal untuk emas akan tetapi darah kapiler juga
gula darah kapiler adalah 104,5 mg/dl. Pada memiliki korelasi kuat dengan darah vena
posisi ini nilai sensitivitasnya adalah 0.806 sehingga tetap dapat digunakan untuk
(80,6%) sedangkan nilai 1-spesifitas = 0.075 kepentingan screening. Penjelasan ini
atau nilai positif palsu sebesar 7.5%. Positif juga telah dikemukakan oleh tim dari The
palsu adalah kondisi yang didiagnosa normal American Diabetic Association (ADA),
pada uji diagnostic ini, yang sebenarnya memberikan suatu statement bahwa
menurut standar emas negative. penanganan modern dari pasien rumah
3. Perbedaan Nilai Gula Darah Vena dengan sakit dengan diabetes sering ditingkatkan
Gula Darah Kapiler menurut Riwayat oleh penentuan glukosa darah kapiler.
Riwayat penyakit Pada sisi alat ketersediaan yang cepat
dan hasilnya bisa meningkatkan
penanganan pasien dan bisa memperpendek sebagai usia berisiko untuk mengalami
waktu tinggal di rumah sakit, meskipun gangguan metabolisme karbohidrat yang
kemudian tidak perna lagi didokumentasikan ditandai dengan tes glukosa terganggu.
pada penelitian klinis yang terkontrol Meskipun studi Punagata menekankan
(Lewandrowski dkk, 2002) pada efek glukosa terganggu, glukosa
Tes glukosa darah kapiler, sebagai suatu normal dan diabetes mellitus terhadap
cara untuk pasien diabetes untuk memonitor angka kematian, namun variabel usia
nilai glukosa mereka dan untuk terapi sebagai dijadikan penduga kejadian
langsung. Dengan perkembangan teknologi diabetes dan toleransi glukosa terganggu
pemantauan glukosa kapiler secara luas dapat (Adam JF, 2006)
diimplementasikan pada ruangan dokter dan Jenis kelamin juga mempengaruhi
rumah sakit, tes glukosa darah kapiler kejadian gangguan metabolisme
menggunakan alat point of care telah karbohidrat. Testosteron yang rendah
digunakan secara luas untuk skrining mungkin bisa berhubungan dengan
kesehatan masyarakat. Biaya yang murah hiperinsulinemia dan perkembangan
dapat menfasilitasi strategi monitoring yang diabetes tipe 2 dimana terjadi suatu
intensif dan membiarkan pasien untuk terlibat resitensi insulin (Joel, 1999) selain itu
secara aktif dalam penanganan penyakitnya. testosterone (E/T) berkorelasi positif
Pertimbangan ini penting dalam setiap dengan level insulin dan glukosa serum
tindakan pengobatan dan pengendalian pada laki-laki yang tidak obese dan juga
glukosa darah secara partisipatif oleh pasien. pada laki-laki yang obese dimana
4. Faktor yang mempengaruhi Gangguan obesitas pada laki-laki dihubungkan
Metabolisme Karbohidrat dengan hiperPil KBnemia,
Banyak faktor yang mempengaruhi hiperinsulinemia, hiperglisemia dan PJK
gangguan metabolisme karbohidrat. Hasil (Philips, 1993). Perbedaan jenis kelamin
penelitian ini menunjukkan beberapa faktor kaitannya dengan glukosa, dibuktikan
yang memperngaruhi gangguan metabolisme melalui hubungan terbalik diabetes tipe 2
karbohidrat adalah jenis kelamin, usia, dan hormone androgen pada laki-laki
penyakit lain, dan riwayat keluarga dengan dan suatu korelasi yang positif antara
nilai sugnifikansi masing masing 0.079, 0.049, diabetes tipe 2 dan hormone androgen
0.032, dan 0.003. Sedangkan Pil KBn, pola pada wanita.
makan dan status gizi tidak mempengaruhi Pada laki-laki dan wanita tua, laki-
kejadi gangguan metabolisme karbohidrat laki dengan toleransi glukosa terganggu
dengan nilai signifikansi masing masing 0.105, memiliki total testosterone yang secara
0.179 dan 0.177. signifikan lebih rendah. Wanita dengan
Usia mempengaruhi kejadian gangguan toleransi glukosa terganggu atau
metabolisme karbihidrat karena beberapa diabetes tipe 2 memiliki level
alasan yaitu pertambahan umur merupakan testosterone, estradiol dan total yang
salah satu faktor terjadinya penurunan lebih tinggi secara signifikan daripada
toleransi tubuh terhadap masukan glukosa. mereka yang mempunyai toleransi
Glukosa salah satu bentuk paling sederhana glukosa normal. Total testosterone dan
dari bahan makanan yang mudah diabsorsi glukosa plasma puasa berhubungan
oleh usus halus (small intestina). Penurunan bertolak belakang pada laki-laki, di sisi
toleransi tubuh terhadap glukosa lain testosterone dan estradiol
mengakibatkan kadar glukosa darah berhubungan positif dengan glukosa
meningkat. plasma puasa pada wanita (Goodman,
Pada orang yang telah berumur, fungsi 2000)
organ tubuh menurun berakibat aktifitas sel Penyakit lain juga mempengaruhi
beta pankreas untuk menghasilkan insulin kejadian gangguan metabolisme
berkurang selain itu sensitivitas sel-sel karbohidrat misalnya pada penderita
jaringan juga menurun sehingga tidak hipotiroidisme juga menjadi kurang
menerima insulin. (Retnaningsih, 2002). sensitif terhadap insulin. Kelainan
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan metabolisme karbohidrat yang tampak
publikasi hasil studi Punagata Diabetes Heart pada hiperfungsi ataupun hipofungsi
Studi di Jepang. Studi Punagata memilih tiroid diduga berhubugan erat dengan
subjek berusia > 40 tahun karena dianggap perubahan yang terjadi pada target
organ, kecepatan katabolisme atau kedua- Secara teoritis pola makan yang tidak
duanya (William dkk, 2001) seimbang dalam jangka lama akan
Riwayat keluarga adalah salah satu menyebabkan gangguan metabolisme
variabel yang berpengaruh kuat pada kejadian karbohidrat. Pada saat dilakukan
gangguan metabolisme karbohidrat. Hans pengaturan diet setelah didiagnosa
Tandar (2007) menjelaskan bahwa gagguan mengalami gangguan metabolisme maka
metabolisme karbihidrat juga dapat efek pola makan saat ini tidak dapat
dioengaruhi oleh faktor genetik atau memiliki berkorelasi dengan gangguan
riwayat keluarga yang menderita gangguan metabolisme karbihidrat karena pola
metabolisme karbohidrat. Mekanisme makan saat ini memiliki peran untuk
kejadian ini diawali oleh kerusakan sel beta mengontrol glukosa darah pada kisaran
pankreas akibat pengaruh keturunan, Pada normal, Meskipun hal ini sulit untuk
beberapa kasus faktor keturunan dilakukan. Artinya gangguan
kecenderungan faktor keturunan metabolisme glukosa tidak serta merta
menyebabkan degenerasi sel beta, naiknya menjadi normal disaat pola makan diatur
kadar glukosa darah, peningkatan sebagaimana mestinya. Gangguan
penggunaan lemak sebagai sumber energi toleransi glukosa terganggu awalnya
dan untuk pembentukan kolesterol oleh hati dipicu oleh tidak seimbangannya antara
dan berkurangnya protein tubuh (Guyton & asupan karbohidrat, protein dan lemak
Hall, 2008) dalam jangka lama, dimana seseorang
Pil KBn, pola makan dan status gizi tidak secara terus menerus memiliki asupan
mempengaruhi gangguan metabolisme. Pil yang berlebihan sehingga insulin menjadi
KBn adalah salah satu jenis hormon yang resisten atau kelelahan. Kegagalan
mempengaruhi sekresi hormon insulin. insulin atau reseptor insulin tidak dapat
Manfaat efek peragsangan hormon ini adalah diperbaiki hanya dengan memperbaiki
bahwa pemanjangan sekresi dari hormon ini pola makan, kecuali efeknya terhadap
dalam jumlah besar dapat mengakibatkan sel kontrol glukosa darah yang dapat
sel beta pulau Langerhans menjadi kelelahan diakukan. Alasan inilah yang
dan karenanya akan meningkatkan risiko menyebabkan sehingga diabetes mellitus
untuk terkena diabetes. Meskipun demikian tidak dapat disembukan tetapi dapat
secara fisiologis mejanisme ini memang masih dikendalikan secara baik melalui
diragukan banyak ahli (Guyton & Hall, 2008). pengaturan pola makan.
Berdasarkan penjelasan diatas maka Status gizi dalam penelitian ini tidak
kemungkinan tidak adanya efek Pil KBn pada berpengaruh terhadap gangguan
kejadian gangguan metabolisme memang metabolisme karbohidrat. Soekirman
masih besar, karena hasil penelitian ini tidak (2001) menjelaskan bahwa status gizi
menunjukkan pengaruh kuat antara Pil KB adalah kondisi keseimbangan, antara
dengan gangguan metabolisme karbohidrat. asupan gizi dengan penggunaannya oleh
Hal lain yang dimungkinkan terjadi adalah efek tubuh. Mekanisme penggunaan zat gizi
strogen ini sangat kecil dan dikalahkan oleh dan efeknya bagi status gizi dapat
faktor risiko lain seperti usia, riwayat keluarga dipandang sebagai mekanisme input
dll. proses dan out put. Artinya bahwa bahan
Pola makan dalam penelitian ini tidak makanan sebagai komponen input, dan
menunjukkan pengaruh nyata terhadap proses metabolisme sebagai proses
kejadian gangguan metabolisme glukosa. Hal serta komposisi tubuh dalam berbagai
ini disebabkan oleh beberapa faktor antara dimensi sebagai status gizi. Jika
lain bahwa pada kasus penelitian ini semua demikian halnya maka status gizi pada
sampel telah mengalami toleransi glukosa kejadian gangguan metabolisme
terganggu yang juga berarti bahwa pola karbohidrat dapat dipandang sebagai
makan sebelumnya lebih banyak menjadi outcome bukan sebagai sebuah proses.
pemicu dibanding pola makan saar ini. Disain Manifestasi gangguan metabolisme yang
pengukuran survei konsumsi pangan yang akan membuat keseimbangan baru
digunakan dengan metode recall 24 jam dalam pemanfaatan zat gizi makro
memiliki keterbatasn untuk mendeteksi pola maupun mikro. Jika gangguan
makan secara ideal pada masa sebelum metabolisme telah berlangsung lama
mengalami gangguan metabolisme glukosa. maka efeknya pada status gizi sebagai
sebuah titik keseimbangan antara asupan dan 2. Ada hubungan yang bermakna antara
metabolisme zat. gizi dalam tubuh akan glukosa darah vena dengan glukosa
dengan mudah diketahui. darah kapiler, dimana setiap kenaikan 1
Penjelasan lain yang dapat digunakan satuan kapiler akan menyebabkan
untuk menjelaskan alasan tidak ditemukannya peningkatan 1,063 satuan vena
pengaruh status gizi dengan gangguan 3. Ada perbedaan rerata gula darah vena
metabolisme adalah efek disain penelitian. puasa dengan gula darah kepiler puasa
Penelitian ini adalah penelitian cross sectional menurut riwayat penyakit keluarga.
study dimana variabel pengaruh (status gizi) 4. Faktor yang mempengaruhi gangguan
dan terpengaruh (gangguan metabolisme metabolisme adalah, jenis kelamin, usia,
karbohidrat) diteliti secara bersamaan atau riwayat keluarga, dan penyakit lain
potong lintang. Salah satu kelemahan disain sedangkan status gizi, Pil KBn, dan pola
ini adalah tidak efektif untuk mendeteksi makan tidak memiliki pengaruh nyata
hubungan sebab akibat karena hubungan terhadap kejadian gangguan
sebab akibat faktanya tidak pernah terjadi metabolisme karbohidrat.
secara paralel atau bersamaan. Disain yang
cocok adalah penelitian kohor atau case SARAN
control. Gangguan metabolisme dan status Skreening gula darah pada dasarnya
gizi secara ideal harus dipandang sebagai dapat dilakukan dengan pemeriksaan gula
hubungan sebab akibat. darah kapiler karena mempunyai korelasi
yang kuat dengan gula darah vena.
KESIMPULAN Sedangkan untuk menguji sensitivitas dan
spesifisitas yang lebih bagus pada alat ini
1. Ada korelasi positif antara gula darah vena sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan pada
puasa dengan gula darah kapiler puasa. pasien yang telah menderita DM

DAFTAR PUSTAKA 7. 7.Colagi


1. Arisman. uri, S; Sandbaek A, Carstensen B,
2004.Gizi Dalam Daur Kehidupan. Buku Ajar Christensen J. Glumer C, Lauritzen T,
Ilmu Gizi. Penerbit Buku Kedokteran. Borch-Johnsen K 2003. Comparability of
EGC, Jakarta. Halaman 85. Venous and Capillary Glucose
2. Bilen Habib, Measurement In Blood.
2007. Blood Glucose Monitoring Performance 8. 8.Depke
of ”Roche Accu-Check Go” Glucometer s RI, 2003. Pedoman Pelayanan Gizi
Device at Moderately High Altitude- Original Rumah Sakit. Direktorat Bina Kesehatan
Articies. Masyarakat Jakarta.
http://rochewww.turkjem.orgsayilar7115- 9. 10.Dorla
118pdf%20-.htm. Diakses 24 Juni 2008 nd, W. 2002. Kamus Kedokteran Dorland
3. 3.Boyd,R,Leig Edisi 29. Penerbit Buku Kedokteran.
h,B and Stuart, P. 2005. Capillary versus EGC, Jakarta.
Venous Bedside 10. 11.Ganis
4. 4.Caya R, wara, S.G. 1995. Farmakologi Dan
2007. Perbandingan Hasil Pengukuran Terapi Edisi 4. Bagian Farmakologi
Glukosa Darah Memakai cara Vena dan cara Fakultas Kedokteran Universitas
Kapiler. Unhas Makassar. Tesis tidak Hasanuddin.Hal 470-471.
publikasikan. 11. 12.Good
5. 5.Carstensen man-Gruen D, Barrett-Connor E. 2000.
B. 2008, Measurement of Blood Glucose: Sex ifferences in the association of
Comparison between different types of endogenous sex hormone levels and
specimens. WHO glucose tolerance status in older men
http//www.Measurement.htm. Diakses 10 Juni and women. Pubmed online Available at
2008. hhtp://www.ncbi.nlm.nih.gov.
6. 6.Chandra, 12. 13.Guyt
B.1995. Pengantar Statistik Kesehatan. on and hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi
Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.
Halaman 23.
Kedokteran Edisi 9. Penerbit Buku dan Olahragawan. Andi offset.
Kedokteran. EGC, Jakarta. Halaman 231-242. Yogyakarta. Halaman 33.
13. 14.Guyton 18. 19.Joel
and Hall, 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran E. Michalek, Fatema Z. Akhtar and
Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Johnathan L. Keil. 1999. Serum Dioxin,
Jakarta. Insulin, Fasting Glucose and Sex
14. 15.Hardjoeno, Hormon-Binding Globulin in Veterans of
dkk. 2004. Sistem Endokrin Dan Metabolisme. Operation Ranch Hand Available at
Bagian Patologi Klinik. Fakultas Kedokteran www.cgi.gov/reprint/84/1540/.pdf
Universitas Hasanuddin, Makassar. Hal 23-26. Accessed at 23 Januari 2007.
15. 16.Hutagalun 19. 20.Lewa
g, H. 2004. Karbohidrat. Bagian Ilmu Gizi. ndrowski, et al. 2002. Capillary blood
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera glucose Testing at the Point of Care-
Utara. Clinical Application and the Evolution of
16. Hartono, Diagnostic Technologies.
A.2005. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. 20. 21..Lind
Buku Kedokteran, EGC. Halaman 15-65. er, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi Dan
17. 18.. Irianto, Metabolisme Dengan Pemakaian Secara
D.P. 2005. Panduan Gizi Lengkap Keluarga Klinis. Penerbit Universitas Indonesia. UI-
PRESS. Jakarta. Hal 28-32.

You might also like