You are on page 1of 6

GAMBARAN PERILAKU PEMILIK ANJING LOKAL TERHADAP

PENCEGAHAN RABIES DI DESA PERASI, KARANGASEM


TAHUN 2016

Ni Luh Kade Wiradani


Study Program of Nursing Science
Bali College of Health Science (STIKES)
E-mail: niluhkadewiradani@yahoo.co.id

ABSTRACT

Background. The number of human death because of rabies in Bali Province between 2008
and 2011 was 133 people. The rabies cases were high because many local dog owners did not
take care of their dog properly.
Aim. To identify the behavior of local dog owners towards rabies prevention.
Methods. The study was a descriptive, cross-sectional study. The samples of this research
were 244 respondents which were drawn through consecutive sampling. Data were collected
by using questionnaires and analyzed descriptively.
Results. On the category of rabies prevention, 44.3% of respondents had good behavior;
33.6% of respondents had moderate behavior and 22.1% of respondents had poor behavior.
On the category of behavior in caring for the dogs, 29.1% of respondents had good behavior;
34.8% of respondents had moderate behavior and 36.1% of respondents had poor behavior.
On the category of dog’s vaccination 61.5% of respondents had good behavior; 22.5% of
respondents had moderate behavior and 16% of respondents had poor behavior.
Conclusion. Local dog owners are expected to maintain their good behavior regarding dog’s
vaccination and improve their behavior in caring for the dog by attending the socialization
program from Animal Husbandry Department

Keywords: behavior, local dog owners, prevention, rabies

mengalami peningkatan, sepanjang tahun


PENDAHULUAN.
2010, secara nasional telah terjadi 74.858
Rabies merupakan penyakit hewan kasus gigitan hewan penular rabies, 195
menular yang disebabkan oleh virus dan diantaranya berakhir dengan kematian
dapat menular pada orang. Agen (Depkes RI, 2010). Jumlah kematian
penyebab penyakit ini memiliki daya tarik manusia akibat rabies di Provinsi Bali
kuat untuk menginfeksi jaringan saraf yang dilaporkan dari tahun 2010 sampai
yang menyebabkan terjadinya peradangan dengan tahun 2015 adalah 131 orang.
pada otak atau ensefalitis, sehingga Tertinggi terjadi di Kabupaten
berakibat fatal bagi hewan ataupun Karangasem dengan total sebanyak 37
manusia yang tertular (Asoko, 2007) orang (Dinkes Prov Bali, 2015).
World Health Organization (WHO) Rabies ini tentunya dipengaruhi oleh
menunjukkan kasus rabies dari tahun perilaku pemilik anjing. Menurut
2009 dan 2010 meningkat tajam. Sampai Pemprov Bali (2009), pemilik anjing
tahun 2010 tercatat 55.000 orang seharusnya memperhatikan kesehatan dan
meninggal dunia di Asia dan Afrika kesejahteraan hewannya, memiliki Kartu
karena serangan virus ini (Makanoneng, Registrasi Hewan Penular Rabies (HPR),
2013). Situasi rabies di Indonesia memvaksin hewannya secara berkala

1
dengan vaksin rabies, memiliki kartu menggambarkan fenomena yang
vaksinasi, memelihara hewannya di ditelitinya dan juga menggambarkan
dalam rumah atau di dalam pekarangan besarnya masalah yang diteliti. Jenis
rumahnya, mengandangkan atau desain penelitian deskriptif yang
mengikat agar tidak berkeliaran di jalan– digunakan oleh peneliti adalah desain
jalan umum dan di tempat-tempat umum penelitian cross-sectional yaitu desain
atau memakai alat pengaman apabila penelitian yang pengumpulan datanya
membawa keluar dari pekarangan rumah. dilakukan pada satu titik waktu.
Hal tersebut sangat penting agar hewan
peliharaan terhindar dari rabies. Populasi, Sampel dan Sampling
Hasil penelitian yang dilakukan di Populasi penelitian ini adalah pemilik
Provinsi Bali menunjukkan bahwa dari anjing lokal di Desa Perasi, Karangasem.
540 ekor anjing yang tertular rabies, 13 Sampel yang diperlukan dalam penelitian
ekor (2%) ditemukan pada anjing
ini sebanyak 244 KK. Pengambilan
“rumahan”, 436 ekor (81%) pada anjing
yang dipelihara secara dilepas dan 91 sampling yang digunakan peneliti adalah
ekor (17%) sisanya ditemukan pada anak teknik non probability sampling yang
anjing umur 6 bulan atau lebih muda. berarti teknik pengambilan sampel yang
Semua anjing yang menderita rabies mengutamakan ciri atau kriteria tertentu.
dalam kelompok ini, tidak memiliki Jenis non probability sampling yang
riwayat vaksinasi rabies. Kelompok digunakan oleh penelitian adalah
anjing lepasan sulit dipegang dan
consecutive sampling yaitu sampel
ditangkap untuk diberikan vaksinasi lewat
suntikan (Putra, 2011). penelitian berdasarkan kriteria yang telah
Dampak dari rabies itu sendiri sangat ditetapkan, baik kriteria inklusi maupun
mengerikan. Ancaman rabies di ekslusi.
Kabupaten Karangasem cukup tinggi.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Pengumpulan Data
Kabupaten Karangasem, jumlah warga Metode pengumpulan data yang
yang digigit anjing hingga pertengahan peneliti gunakan adalah self-completed
November 2012 mencapai 3.979 orang, questionnaire di mana responden mengisi
sekitar 361 orang per-bulan atau rata-rata
sendiri kuesioner yang diberikan. Jenis
12 orang per hari. Sepanjang tahun 2012
jumlah kasus gigitan anjing paling banyak alat yang digunakan dalam pengumpulan
pada bulan Mei 2012 mencapai 553 data adalah kuesioner. Kuesioner tersebut
orang. Dari jumlah kasus gigitan di bulan terdiri dari 15 pernyataan, semua
Mei tersebut hanya satu orang yang pernyataan dalam kuesioner adalah
positif rabies (Santhia, 2012) pernyataan positif. Sebelum diuji kepada
responden, kuesioner diuji validitas oleh
METODE. dua orang dosen di bidang Keperawatan
Desain Penelitian Medikal Bedah dan Keperawatan
Metode penelitian yang digunakan Keluarga. Sebelum dilakukan
adalah metode penelitian deskriptif yaitu pengumpulan data, peneliti terlebih
menurut de Vaus (2001) dalam Swarjana
dahulu menjelaskan maksud dan tujuan
(2015) adalah desain penelitian yang
penelitian kepada calon responden. Calon

2
responden wajib untuk menandatangani adalah dewasa akhir yang berumur 36-45
informed consent apabila menyetujui tahun yaitu sebanyak 87 responden
untuk menjadi responden. Peneliti (35,7%) dan responden paling sedikit
yaitu remaja awal yang berumur 12-16
menyerahkan kuesioner kepada
tahun dan masa manula yang berumur
responden yang berisi pernyataan >65 tahun yaitu masing-masing sebanyak
mengenai perilaku pemilik anjing lokal 2 responden (0,8%). Berdasarkan jenis
terhadap pencegahan rabies. kelamin sebagian besar responden
berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak
Analisa Data 165 responden (67,6%) dan responden
Peneliti memeriksa kembali berjenis kelamin perempuan yaitu 79
kelengkapan data yang diperoleh dan responden (32,4%).
melakukan pengolahan data serta analisa
Tabel 2. Tabel distribusi frekuensi
data. Data dianalisa dengan univariat
karakteristik responden
menggunakan SPSS 11,5 for Windows. berdasarkan pendidikan
dan pekerjaan (n=244).
HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang Karakteristik Frekuensi Persentase
telah dilakukan di Desa Perasi, (f) (%)
Karangasem dengan jumlah responden Pendidikan
SD 30 12,2
244 KK.
SMP 55 22,5
Tabel 1. Tabel distribusi frekuensi SMA 107 43,9
karakteristik responden Perguruan 46 18,9
berdasarkan umur dan jenis Tinggi
kelamin (n=244). Tidak Sekolah 6 2,5
Karakteristik Frekuensi Persentase
(f) (%) Pekerjaan
Umur Wiraswasta 79 11,1
Remaja Awal 2 0,8 Petani 50 17,2
Remaja Akhir 15 6,1 Swasta 42 32,4
Dewasa Awal 51 20,9 PNS 27 20,5
Dewasa Akhir 87 35,7 Tidak Bekerja 22 5,3
Masa Lansia 72 29,6 Buruh 13 9,0
Awal Lain-lain 11 4,5
Masa Lansia 15 6,1 Teknisi 1 0,4
Akhir Penjahit 1 0,4
Masa Manula 2 0,8 Satpam 2 0,8
Petugas 2 0,8
Jenis Kelamin Kebersihan 5 2,1
Laki-laki 165 67,6 Pelajar
Perempuan 79 32,4
Berdasarkan pendidikan sebagian
besar pendidikan responden yaitu SMA
Berdasarkan tabel di atas, dapat sebanyak 107 responden (43,9%) dan
diketahui sebagian besar responden

3
yang paling sedikit pendidikannya yaitu kategori baik yaitu sebanyak 150
tidak sekolah sebanyak 6 responden responden (61,5%).
(2,5%). Berdasarkan pekerjaan, sebagian
besar pekerjaan responden yaitu Tabel 5. Tabel Distribusi Frekuensi
wiraswasta sebanyak 79 responden (f) dan Persentase (%). Berdasarkan
(32,4%) dan yang paling sedikit yaitu variabel perilaku pemilik anjing lokal
lain-lain seperti penjahit, satpam, petugas terhadap pencegahan rabies di Desa Perasi,
kebersihan, pelajar dan teknisi sebanyak Karangasem tahun 2016 (n=244).
11 responden (4,5%).
Variabel Kategori f %
Tabel 3. Tabel Distribusi Frekuensi Perilaku Baik 108 44,3
(f) dan Persentase (%). Berdasarkan sub pemilik anjing Cukup 82 33,6
variabel perilaku pemilik anjing lokal lokal terhadap Kurang 54 22,1
dalam merawat anjingnya (n=244). pencegahan
rabies
Subvariabel Kategori f %
Perilaku Baik 71 29,1 Berdasarkan hasil penelitian yang
pemilik anjing Cukup 85 34,8 ditampilkan tabel 5 didapatkan hasil
lokal dalam Kurang 88 36,1 bahwa perilaku pemilik anjing lokal
merawat terhadap pencegahan rabies di Desa perasi,
anjingnya Karangasem termasuk dalam kategori baik
yaitu sebanyak 108 responden (44,3%) dan
Berdasarkan hasil penelitian yang kurang sebanyak 54 responden (22,1%).
ditampilkan tabel 3 didapatkan hasil
bahwa perilaku pemilik anjing lokal
PEMBAHASAN
dalam merawat anjingnya termasuk
A. Perilaku Pemilik Anjing Lokal
kategori kurang yaitu 88 responden
(36,1%). dalam Merawat Anjingnya
Berdasarkan hasil penelitian,
Tabel 4. Tabel Distribusi Frekuensi didapatkan perilaku pemilik anjing lokal
(f) dan Persentase (%). Berdasarkan dalam merawat anjingnya di Desa Perasi,
subvariabel perilaku pemilik anjing lokal Karangasem termasuk dalam kategori
dalam memvaksin anjingnya (n=244). kurang (31,6%). Hasil penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian yang
Subvariabel Kategori F % dilakukan oleh Moningka (2013) dengan
Perilaku Baik 150 61,5 judul hubungan antara pengetahuan dan
pemilik anjing Cukup 55 22,5 sikap pemilik anjing dengan tindakan
lokal dalam Kurang 39 16,0 pencegahan rabies di wilayah kerja
memvaksi Puskesmas Ongkaw Kabupaten Minahasa
anjingnya Selatan dimana hasil penelitian yang
didapat menunjukkan bahwa (67,8%)
Berdasarkan hasil penelitian yang pemilik anjing memiliki pengetahuan
ditampilkan tabel 4 didapatkan hasil kurang dan tindakan kurang dalam
bahwa perilaku pemilik anjing lokal pencegahan rabies.
dalam memvaksin anjingnya termasuk Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
pendapat Notoadmodjo (2003, dikutip di

4
Malahayati, 2010) yang menyatakan mendapatkan hasil perilaku baik. Hal ini
perilaku kesehatan dasarnya adalah terjadi karena pemilik anjing lokal sudah
respon seseorang (organisme) terhadap mengetahui bahwa pemberian vaksinasi
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan berupa VAR dapat mencegah terjadinya
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, rabies pada anjing maupun hewan penular
makanan, serta lingkungan. rabies lainnya.
Berdasarkan uraian di atas perilaku
pemilik anjing lokal dalam merawat C. Perilaku Pemilik Anjing Lokal
anjingnya di Desa Perasi didapatkan hasil terhadap Pencegahan Rabies
perilaku masih kurang. Hal ini terjadi Berdasarkan hasil penelitian, perilaku
karena kurangnya stimulus seperti pemilik anjing lokal terhadap pencegahan
sosialisasi dan penyuluhan yang rabies di Desa Perasi, Karangasem
didapatkan pemilik anjing lokal. termasuk kategori baik (44,3%). Dalam
penelitian ini didapatkan hasil perilaku
B. Perilaku Pemilik Anjing Lokal pemilik anjing lokal terhadap pencegahan
dalam Memvaksin Anjingnya rabies termasuk dalam kategori baik.
Berdasarkan hasil penelitian, Kategori baik ini dapat dilihat dari dua
didapatkan perilaku pemilik anjing lokal sub variabel yaitu perilaku pemilik anjing
dalam memvaksin anjingnya di Desa lokal dalam merawat anjingnya yang
Perasi, Karangasem termasuk dalam termasuk dalam kategori kurang dan
kategori baik (61,5%). Hasil penelitian ini perilaku pemilik anjing lokal dalam
sesuai dengan hasil penelitian yang memvaksin anjingnya yang termasuk
dilakukan oleh Makanoneng (2013) dalam kategori baik.
dengan judul gambaran tentang perilaku Kedua sub variabel tersebut kemudian
pemilik anjing terhadap pencegahan digabungkan untuk memperoleh hasil
rabies di wilayah kerja Puskesmas akhir dari perilaku pemilik anjing lokal
Tahuna Timur Kelurahan Dumuhung, terhadap pencegahan rabies. Hasil
Tona Idan Tona II Kabupaten Kepulauan perilaku pemilik anjing lokal dalam
Sangihe. Hasil penelitian yang didapat memvaksin anjingnya yang lebih tinggi
bahwa tindakan terhadap pencegahan dapat menutupi kekurangan dari perilaku
rabies tergolong baik yaitu 70 responden pemilik anjing lokal dalam merawat
(72,9%). anjingnya. Sehingga didapatkan hasil
Hasil penelitian ini juga sejalan akhir perilaku pemilik anjing lokal
dengan pendapat Puja (2011) yang terhadap pencegahan rabies termasuk
menyatakan tindakan yang seharusnya kategori baik (44,3%).
dilakukan oleh pemilik anjing adalah
dengan melakukan imunisasi, tindakan
KESIMPULAN
medis, dan tindakan menjaga lingkungan
Berdasarkan hasil penelitian dan
agar tetap sehat. Imunisasi telah terbukti pembahasan mengenai gambaran perilaku
memberikan kontribusi pada harapan pemilik anjing lokal terhadap pencegahan
hidup anjing. Anjing yang telah rabies di Desa Perasi, Karangasem dapat
divaksinasi VAR akan terhindar dari ditarik kesimpulan yaitu perilaku pemilik
serangan penyakit rabies tersebut. anjing lokal terhadap pencegahan rabies
Berdasarkan uraian di atas perilaku di Desa Perasi, Karangasem termasuk
pemilik anjing lokal dalam memvaksin dalam kategori baik. Tercatat dari 244
anjingnya di Desa Perasi sebagian besar

5
responden sebanyak 108 responden pemilik anjing dengan tindakan
(44,3%) memiliki perilaku baik terhadap pencegahan rabies di wilayah kerja
pencegahan rabies. Sebagian responden puskesmas Ongkow kabupaten
(36,1%) termasuk kategori kurang dalam Minahasa Selatan. Diperoleh
perilaku merawat anjing lokal. Sebagian tanggal 15 Oktober 2015, dari
besar responden (61,5%) termasuk http//www.fkm.unsrat.ac.id/
kategori baik dalam perilaku memvaksin Pemerintah Provinsi Bali. (2009).
anjing lokal. Jadi dapat disimpulkan Peraturan Daerah No. 15 Tahun
bahwa perilaku pemilik anjing lokal di 2009. Bali. Pemerintah Provinsi
Desa Perasi, Karangasem termasuk Bali
kategori baik Puja, I Ketut. (2011). Anjing: perawatan
dan pengembangbiakan. Bali:
DAFTAR PUSTAKA Udayana University Press
Asoko, Tri Budi. (2007). Pencegahan dan Putra, Anak Agung Gde. (2011a).
pengendalian rabies: penyakit Epidemiologi rabies di Bali:
menular pada hewan dan manusia. analisis kasus rabies pada "semi
Yogyakarta: Penerbit Kanisius free-ranging dog" dan
Departemen Kesehatan Republik signifikansinya dalam siklus
Indonesia. (2010). Penatalaksanaan penularan rabies dengan
kasus gigitan hewan pendekatan ekosistem. Diperoleh
tersangka/rabies. Diperoleh tanggal tanggal 20 November 2015, dari
15 Oktober 2015, dari http//www.fkh.unud.ac.id/
http://www.puskesmaskutasatu.com Santhia, Ketut. (2012). Mengamati
/ penyebaran rabies di Bali.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2015). Diperoleh tanggal 13 November
Gigitan hewan penular rabies. Bali: 2015, dari
Dinas Kesehatan Provinsi bali http//www.fkh.unud.ac.id/
Makanoneng, Christifien. (2013). Swarjana, Ketut. (2015). Metodelogi
Gambaran tentang perilaku pemilik penelitian kesehatan edisi revisi.
anjing terhadap pencegahan rabies Yogyakarta: CV Andi OFFSET
di wilayah kerja puskesmas Tahuna World Health Organization. (2013).
Timur kelurahan Dumuhung, Tona Rabies.Media Centre. World Health
I dan Tona II kabupaten kepulauan Organization
Sangihe. Diperoleh tanggal 15
Oktober 2015, dari
http//www.fkm.manado.ac.id/
Malahayati, E. (2010). Pengaruh
Karakteristik Pemilik Anjing
TerhadapPartisipasinya Dalam
Program Pencegahan Penyakit
Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala
Kecamatan Medan Johor Kota
Medan Tahun 2009-2010. [Skripsi].
Medan: Universitas Sumatera Utara
Moningka, Fonie Elfi. (2013). Hubungan
antara pengetahuan dan sikap

You might also like