You are on page 1of 16
19 Pasal 3.6 Muatan hidup oleh lalu-lintas, Q). (2). Muatan hidup oleh lalu-lintas jalan raya, berikut koefisien-koefi- sien kejut, gaya-gaya rem, dll., harus diambil sesuai dengan yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. Muatan hidup oleh lalu-lintas kereta api, berikut koefisien-koefi- sien kejut, gaya-gaya rem, dil., harus diambil sesuai dengan yang, ditetapkan oleh Departemen Perhubungan, c.q. P.N. Kereta Api. BAB IV. MUATAN ANGIN Pasal 4.1 Penentuan muatan angin. Muatan angin diperhitungkan dengan menganggap adanya tekanan posi- tip dan tekanan negatip (isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang- bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positip dan tekanan negatip ini dinyatakan dalam kg/m2, ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup _(velocity pressure) yang ditentukan dalam Pasal 4.2, dengan koefisien- koefisien angin yang ditentukan dalam Pasal 4.3. kecuali mengenai yang ditentukan dalam pasal 4.6. V asal 4.2, Tekanan tiup. LA). Q. @. } t @). Tekanan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2, kecuali yang di- tentukan dalam ayat-ayat (2), (3) dan (4). Tekanan tiup di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pan- tai harus diambil minimum 40 kg/m2, kecuali yang ditentukan da- Jam ayat-ayat (3) dan (4). Untuk daetah-daerah di dekat laut dan daerah-daerah lain terten- tu, di mana terdapat kecepatan-kecepatan angin yang mungkin menghasilkan tekanan tiup yang lebih besar dari pada yang diten- tukan dalam ayat-ayat (1) dan (2), tekanan tiup (p) harus dihi- tung dengan rumus : “y2 SEEN 2) P 16 (kg/m2) di mana V adalah kecepatan angin dalam m/det., yang harus di- tentukan oleh instansi yang berwenang. Pada cerobong, tekanan tiup dalam kg/m? harus ditentukan de- ngan.rumus (42,5 + 0,6 hy), di mana h, adalah tinggi cerobong- seluruhnya dalam meter, diukur dari lapingan yang berbatasan. 20 (5). Apabila dapat dijamin suatu bangunan terlindung efektip terha- dap angin dari suatu jurusan tertentu oleh bangunan-bangunan la- in,hutan-hutan pelindung atau penghalang-penghalang lain , maka tekanan tiup dari jurusan itu menurut ayat-ayat (1) s/d (4) dapat dikalikan dengan koefisien reduksi sebesar 0,5. Pasal 4.3 Koefisien angin (untuk bagan koefisien angin, lihat tabel Ill). (1). Bangunan tertutup. Untuk bidang-bidang luar, koefisien. angin( + berartitekanandan— berarti isapan), adalah sebagai berikut : a. Dinding vertikal : di pihak angin + 09 di belakang angin .... — 0,4 sejajar dengan arah angin — 04 b. Atap segi-tiga dengan sudut kemiringan a: ai pihak angin oS 65°. (+.0,02 & -0,4) 5° < w< 90° + 0,9) di belakang angin, untuk semua & —0,4 c. Atap lengkung dengan sudut pangkal *) 6 = 6 < 229 : untuk bidang lengkung di pihak angin : pada seperempat busur pertama . — 0,6 pada seperempat busur kedua... - 0,7 untuk bidang lengkung di belakang angin : pada seperempat busur pertama — 0,5 pada seperempat busur kedua — 0,2 B> 229 : untuk bidang lengkung di pihak angin pada seperempat busur pertama — 0,5 pada seperempat busur kedua .. - 0,6 untuk bidang lengkung di belakang angin : pada seperempat busur pertama — 0,4 pada seperempat busur terakhir — 0,2 d. Atap segi-tiga majemuk : untuk bidang-bidang atap di pihak angi a< 65°... 65° < a < 90° we $0,9 untuk semua bidang-bidang atap di belakang angin, kecuali yang vertikal menghadap angin, untuk semua a — 04 ee *)“Sudut pangkal adalah sudut antara gars penghubung titik pangkal dengan titik puncak dan garis horisontal, 21 unite 4e finish ciao Veiigingiigha” Singin (2). Bangunan terbuka sebelah. Unwk, bidang luar, Keefe § Bit orang ditentulean dalam ayat fete Nong. up, eral si pe (Hitetaps eylaku, sedangkan fh pai yang bersamaan di dalam »0- Bait ‘pyre fiesta hea ositip dengan koefi- sien_ait :6" apabild-bidarta-yaig. te terletak di pihak angin*danfuatu tekanan réghtip dengan koefisien angin — 0,3 . apabila fiserg gyang coer a o ee angin. Ate S6-, Aj e pag an aii ari satu juiftisaft; atap, pelana biasa tan- an Ba, Gifding harus diperhituagkan menurut’Keadaan yang p: berbahaya di antara 2 cara (I dan ID, dengan koefisien angia untuk bidang atas seperti berikut : | Untuk, atpaeyy miring sepihak tanga dinding, untuk bidang ‘ataspberlaku koefisien angin ( ~ atau + bergintung pada arab ‘ngin) sebagai berikut : i Untuk %_ yang terdapat diantaranya, diadakan interpolasi linier. +04 az ATAP MIRING 13 12 MT tesanas SEPIHAK TAN] ==> i _ i PA DINDING ieee . \ cc) eee neae pe om 0 1 - 1« 1 i LL ange" we aee Untuk & yang terdepet diantaranya , diadakan interpolasi | ' DINDING yarns] my + 0,910,4 = + 1,3 (4) | perdiri bebas. Cerobong dng (5) | penampang ling} “> karan. = oh (6) | Konstruksi _ = wad 3 Sou rangka, Q eg = = “mn 24 (4). (5). (6). Untuk kemiringan-kemiringan yang terdapat di antaranya, di- adakan interpolasi linier. Dinding yang berdiri bebas. Untuk dinding-dinding yang berdiri bebas, koefisien angin untuk bidang di pihak angin adalah + 0,9 dan untuk bidang di belakang angin adalah — 0,4 (jumlahnya 1,3). Cerobong dengan penampang lingkaran. Untuk cerobong dengan penampang lingkaran, koefisien angin un- tuk tekanan positip dan tekanan negatip (isapan) bersama-sama adalah 0,7. Koefisien angin ini berlaku untuk bidang cerobong yang diproyeksikan pada bidang vertikal yang melalui sumbu ce- robong. Konstruksi rangka (lattice structures). Koefisien angin untuk konstruksi-konstruksi rangka a s/de di ba- wah ini berlaku untuk bidang rangka. Bidang rangka adalah bi. dang-bidang batang rangka yang diproyeksikan pada bidang mela- lui sumbu-sumbu batang. a, Untuk konstruksi rangka, koefisien angin untuk tekanan posi- tip dan tekanan negatip (isapan) jumlahnya adalah 1,6. b. Untuk Konstruksi rangka - Tuang dengan penampang melintang berbentuk persegi dengan arah angin tegak lurus pada salah sa- tu bidang rangka, koefisien angin untuk rangka pertama di pi-. hak angin adalah + 1,6 dan untuk rangka kedua di belakang angin adalah + 1,2. . Untuk konstruksi rangka - Tuang dengan penampang melintang berbentuk bujur sangkar dengan arah angin 45° terhadap bi- dang-bidang rangka, koefisien angin untuk kedua bidang rang- ka di pihak angin adalah masing-masing + 0,65 dan untuk ke- dua rangka di belakang angin masing-masing + 0,5. Kecuali itu, masing-masing rangka harus diperhitungkan terhadap muatan angin yang bekerja dalam masing-masing bidangnya dengan koefisien angin yang sama dengan koefisien angin untuk muat- an angin yang bekerja tegak lurus padanya. Untuk konstruksi rangka - ruang dengan penampang melintang berbentuk segi-tiga sama sisi dengan arah angin tegak lurus pa- da bidang rangka di pihak angin, koefisien angin untuk rangka tersebut adalah + 1,6 dan untuk kedua tangka di belakang angin adalah masing-masing + 0,3. Kecuali itu, masing-masing rangka ° tia Pasal 4.4 . Pasal 4.5 Pasal 4.6 (). 25 di belakang angin harus diperhitungkan terhadap muatan angin yang bekerja di dalam masing-masing bidangnya dengan koefi- sien angin masing-masing sebesar 0,5. e. Untuk konstruksi rangka - ruang dengan penampang melintang berbentuk segi tiga sarna sisi dengan arah angin tegak lurus pada bidang rangka di belakang angin, koefisien angin untuk kedua rangka di pihak angin adalah + 0,4 dan untuk rangka di bela- kang angin adalah + 1,2. Kecuali itu, masing-masing rangka di pihak angin harus diperhitungkan terhadap muatan angin yang bekerja di dalam masing-masing bidangnya dengan koefisien angin masing-masing sebesar 0,7. Bangunan dan konstruksi lain. Koefisien angin untuk bangunan dan konstruksi dengan bentuk penampang yang lain dari pada yang ditentukan dalam pasal ini dapat diambil harga-harga untuk bentuk-bentuk yang hampir se- tupa, kecuali apabila koefisien angin itu ditentukan dengan perco- baan terowongan angin. Pembebasan peninjauan muatan angin. (). (2). Pada bangunan tertutup dan rumah tinggal dengan tinggi tidak Je- bih dari 16 m, dengan lantai-lantai dan dinding-dinding,yang mem- berikan kekakuan yang cukup, konstruksi utamanya tidak perlu diperhitungkan terhadap muatan angin, kecuali apabila perban- dingan antara tinggi dan lebar bangunan itu menyebabkan diper- lukannya peninjauan muatan angin itu. Apabila perbandingan antara tinggi dan lebar bangunan dan kons- truksi dari bangunan itu adalah sedemikian rupa, hingga tidak me- nyebabkan diperlukannya peninjauan muatan angin, maka juga untuk bangunan dengan tinggi lebih dari 16 m dapat diberikan pembebasan atas peninjauan muatan angin. Kombinasi pembebanan. Dalam peninjauan kombinasi pembebanan (a + b + c) seperti yang di- tentukan dalam Pasal 1.1 ayat (2) B, sebagai muatan hidup harus diam- bil muatan hidup penuh (tanpa dikalikan dengan koefisien reduksi) se- perti yang ditentukan dalam BAB IIL. Muatan angin pada jembatan. (1). (2). Muatan angin pada jembatan untuk lalu-lintas jalan raya harus di- perhitungkan menurut ketentuan-ketentuan dari Departemen Pe- kerjaan Umum dan Tenaga Listrik. Muatan angin pada jembatan untuk kereta api harus diperhitung- kan menurut ketentuan-ketentuan dari Departemen Perhubungan c.q. PN. Kereta Api. Pasal 5.1 Pasal 5.2 BAB V. MUATAN GEMPA Pengaruh gempa. (). (2). (3). (4). (). Pengaruh gempa pada bangunan berupa muatan gempa yang be- Kerja dalam arah horisontal dan vertikal. Muatan gempa horisontai harus dianggap bekerja dalam arah sum- bu-sumbu utama bangunan atau konstruksi, dengan catatan bah- Wa muatan-muatan tersebut dianggap tidak bekerja bersamaan. Muatan gempa horisontal pada bangunan gedung bertingkat di- anggap bekerja sebagai muatan-muatan terpusat pada permukaan atap dan lantai masing-masing tingkat. : Muatan gempa vertikal hanya perlu diperhitungkan pada : a, Unsur-unsur bangunan (bukan bangunan sipil) tertentu, seperti unsur-unsur penahan gaya normal (penyangga, kolom, kons- iruksi gantung, dli.), balok yang memikul kolom, kantilever dan konstruksi-konstruksi lain sejenis. . Bangunan-bangunan sipil tertentu, seperti bendungan, jemba- tan, dil. Muatan gempa horisontai dan vertika! dianggap tidak bekerja bec- Samaan. s Penentuan muatan gempa. q). @. Muatan gempa yang bekerja pada bangunan dan unsur bangunan pada ketinggian i, ditentukan dengan mengalikan kombinasi pem- bebanan yang’ bekerja pada bangunan dan unsur bangunan pada ketinggian i menurut Pasal 5.3, dengan percepatan gempa menurut ayat (2); Percepaien gempa harus dihitung dengan rumus : vimana: 3 empa pada ketinggian i, yang be- arah horisontal atau vertikal ber- nung pads arah untuk mana k; berlaku. kK; . = koefisien gempa pada ketinggian i, yang da- pat berupa koefisien gempa horisontal ki, aiau koefisien gempa vertikal’ kjy menurut Pasal 5.4. ka = keetisien daerah menurut Pasai 5.5. Pasal 5.3 Pasal 5.4 27 k, = koefisien tanah menurut Pasal 5.6. Kombinasi pembebanan. Dalam meninjau kombinasi pembebanan (a+ b + d) seperti yang diten- tukan dalam Pasal 1.1 ayat (2) B, sebagai muatan hidup yang harus di- tinjau bekerja pada bangunan dan setiap bagian dari bangunan adalah muatan hidup seperti yang ditentukan dalam BAB III dikalikan dengan suatu koefisien reduksi, yang besarnya tergantung pada jenis bangunan dan diambil sebagai berikut : Koefisien reduksi Jenis Bangunan muatan hidup. . Bangunan tempat tinggal ,. Bangunan umum (sekolah), kantor, rumah makan, dll). c. Bangunan industri . Sangunan sipil (bendungan jembatan, dil.) Koefisien gempa. (1). etisien gemp 1) ditentukan s' a, Pada bangunan dengan tingsi :0 m, koefisien gempa horison tal untuk selurui: tinggi bangunan adalah sama besarnya, yaitu sebesar kj, = 0,1. b. Pada bangunan dengan tinggi lebih dari 10 m tetapi kurang dari 40 m, pembagian koefisien gempa horisontal sepanjang tinggi bangunan adalah terbagi rata sebesar kop, sampai 0,6 dari ting- gi bangunan, kemudian’ mengikuti pembagian trapesium de- ngan koefisien gempa horisontal terbesar di puncak bangunan sebesar Xph (lihal gambar 5.4). Apabila H adalah tinggi ba- ngunan seiuruhnya dalam meter, maka kg, dan kyp, harus di- hitung dengan rumus-rumus berikut : horisontal kj) pada bangunan (bukan bangunan lu + 01 (i + 0,05 HY koh kph = 28 Pasal 5.5 Pasal 5.6 @. (3). @). Koh 7 10m ) * VISANOGNI — Id VdWaD HVUaVG Vlad 30 Pasal 5.7 Pasal 5.8 sedang. lunak amat lunak Catatan : Pada pondasi tiang pancang, jenis tanah yang ditinjau adalah tetap.yang berada langsung di bawah bangunan (bukan tanah keras di atas mana tiang pancang itu menumpu). Pengaruh gempa pada bangunan (bukan bangunan sipil) yang lebih ting- gi dari 40 m. Untuk bangunan (bukan bangunan sipil) yang lebih tinggi dari 40 m, pengaruh gempa harus diperhitungkan berdasarkan analisa dinamika yang harus dilakukan oleh ahli. Muatan gempa pada bagian-bagian dari bangunan. Koefisien gempa untuk menghitung muatan gempa pada bagian-bagian dari bangunan pada ketinggian i, adalah seperti ditentukan dalam tabel berikut : ‘Arah kerja | Koefisien muatan gempa {| gempa. Dinding luar dan dinding dalam pe- mikul dan bukan pemikul; dinding pe- Horisontal 2 kin misah. Dinding di atas kantilever dan dinding Horisontal Sa nea kecuali turap. Bagian dari bangunan . Menara dan tangki berikut isinya, ae saluran asap dan sengku- ap (penthouse), yang dihubungkan dengan bangunan atau merupakan Horisontal bagian dari padanya. . Tangki berikut isinya yang mem- punyai menara penyangga sendiri. Kantilever, balkon dan segala bagian | Vgrsiyat 3 yang menjorok horisontal. | | ‘ 31 Pasal 5.9 Muatan gempa pada bangunan-bangunan khusus, Pasal 5.10 Pasal 5.11 Pasal 5,12 Bangunan-bangunan khusus tertentu harus direncanakan terhadap mu- atan gempa dengan koefisien gempa sbb. : a. Bangunan-bangunan yang segera setelah terjadinya gempa merupakan tempat-tempat penting untuk pelayanan umum, seperti rumah sakit, pusat penyalur darurat bahan makan- an, pusat pembangkit tenaga listrik, bangunan air minum dan bangunan lain sejenis ... b. Bangunan-bangunan monumental c. Bangunan-bangunan pembangkit tenaga nuklir Jarak pemisah pada bangunan, (1). Semua bagian dari bangunan harus direncanakan dan dilaksanakan sebagai satu kesatuan yang tahan terhadap gaya-gaya horisontal, kecuali apabila bagian-bagian tersebut secara konstruktip dipisah- kan dengan suatu jarak pemisah yang cukup besar untuk meng- hindarkan tumbukan karena penyimpangan bangunan akibat gem- pa. (2). Jarak pemisah bangunan yang berfungsi sebagai siar delatasi, juga harus memenuhi yang ditentukan dalam ayat (1). Momen puntir horisontal. z (1); Momen puntir horisontal akibat adanya eksentrisitas antara titik berat masa dan titik berat kekakuan, mengakibatkan tambahan gaya geser tingkat *) yang harus diperhitungkan. Tambahan gaya geser tingkat yang-menguntungkan harus diabaikan. (2). Dalam hal unsur-unsur penahan vertikal (kolom, dinding pemikul, dIL) bekerjanya terhadap gempa bergantung pada bekerjanya diafragma ‘horisontal pembagi.gesesaran (lantai), maka unsur-un- sur penahan vertikal tersebut harus dapat menahan suatu momen puntir horisontal, yang besarnya sama dengan gaya geser tingkat yang bersangkutan dikalikan dengan suatu eksentrisitas horisontal sebesar minimum 5% dari ukuran terbesar dari denah tingkat yang bersangkutan yang merupakan satu kesatuan. Pembatasan lendutan horisontal. Untuk mencegah pengaruh yang buruk terhadap kenikmatan dan kete- nangan penghunian serta kerusakan unsur-unsur bangunan non-struktu- ril, seperti instalasi-instalasi gas, listrik dan air, kaca jendela, dll., maka lendutan horisontal akibat gempa dari suatu tingkat relatip terhadap tingkat-tingkat yang berbatasan, harus dibatasi. *) Gaya geser tingkat ialah jumlah gaye luar horisontal yang bekerja pada semua tingkat di atas- nya. 32 Pasal 5.13 _Penambahan dan perubahan pada bangunan yang sudah ada. Pasal 5.14 Pasal 6.1 Pasal 6,2 Setiap penambahan atau perubahan pada suatu bangunan yang sudah ada, harus dibuat tahan terhadap pengaruh gempa menurut peraturan ini, Daya tahan terhadap gempa tersebut sekali-kali tidak boleh kurang dari pada sebelum diadakannya penambahan atau perubahan tersebut. Pembebasan peninjauan muatan gempa. Pada bangunan tertutup dan rumah tinggal satu lantai dengan tinggi se- luruhnya maksimum 6 m, di mana terdapat dinding-dinding yang mem- berikan kekakuan yang cukup, konstruksi utamanya pada umumnya ti- dak perlu diperhitungkan terhadap muatan gempa, kecuali apabila per- bandingan antara tinggi dan lebar bangunan itu menyebabkan diperlu- kannya peninjauan muatan gempa itu. BAB VI. PENGARUH-PENGARUH KHUSUS, Ketentuan-ketentuan mengenai pengaruh-pengaruh khusus. (1). Setiap bangunan dan/atau unsur bangunan harus diperiksa tetha- dap pembebanan-pembebanan oleh pengaruh-pengaruh khusus yang diakibatkan oleh : selisih suhu, pemasangan, penurunan pon- dasi, susut, gaya rem, gaya sentrifugal, muatan berulang, dan pe- ngaruh-pengaruh khusus lainnya. (2). Pada penambahan dan/atau. perubahan bangunan juga harus dipe- riksa pengaruh-pengaruh khusus akibat dihilangkannya tumpuan- tumpuan, pengaku-pengaku, dan konstruksi-konstruksi lain sejenis. Dalam hal ini, harus diadakan tindakan-tindakan untuk mencegah akibat-akibat buruk dari pengaruh-pengaruh khusus tersebut, yang mana harus ditinjau khusus untuk setiap keadaan. Pengaruh khusus oleh selisih suhu. (1). Pengaruh-pengaruh khusus pada bangunan dan/atau unsur bangun- an yang diakibatkan oleh selisih suhu udara luar, harus diperhi- tungkan dengan menganggap kemungkinan naik turunnya suhu sebanyak 10°C. (2). Untuk perhitungan pengaruh-pengaruh khusus akibat selisih suhu, jika tidak ditentukan lain, dapat diambil harga-harga modulus elastisitas E dan koefisien pengembangan linier \ sebagai berikut : Baja 21 x 105 Beton dan Beton bertulang | 2,1 x 109 Kayu: sejajar serat. 1 x 109 tegak lurus serat. 1 x 105 Pasangan 0,2 x 105 Pasal 6.3 Pengaruh khusus dari keran. (1). Pengaruh-pengaruh ‘khusus dari keran terdiri dari gaya rem, gaya sentrifugal dan pengaruh akibat terjepitnya roda-roda. (2). Gaya rem terdiri dari : a, Gaya rem memanjang keran-induk; bekerja horisontal meman- jang di atas lintasan di tempat masing-masing roda keran-induk yang direm; besarnya harus diambil 1/7 dari reaksi maksimum yang terjadi pada masing-masing roda itu. Gaya rem meman- jang dapat diambil lebih kecil dari pada yang ditentukan di atas, apabila perhitungan ahli dapat membuktikannya. b. Gaya rem melintang keran-angkat; bekerja horisontal melin- tang di atas lintasan keran-induk; gaya rem ini dibagikan kepa- da roda-roda keran-induk pada masing-masing lintasannya; be- sarnya pada masing-masing lintasan harus diambil 1/15 dari berat keran-angkat berikut beban kerjanya. Gaya rem melin- tang dapat diambil lebih kecil dari pada yang ditentukan di atas, apabila perhitungan ahli dapat membuktikannya. Gaya rem memanjang dan melintang dianggap tidak bekerja bersa- maan. (3). Gaya sentrifugal akibat gerakan berkelok (swing motion), yang bekerja horisontal melintang di atas lintasan di tempat masing- masing roda keran-induk, ditentukan dengan mengalikan reaksi maksimum yang terjadi pada masing-masing roda itu, dengan per- cepatan sentrifugal akibat gerakan berkelok. Untuk keran-keran dengan beban kerja maksimum sampai 10 t, percepatan sentrifu- gal harus diambil minimum 0,10 m/det. Untuk keran-keran lainnya dengan kecepatan kelok sampai 120 mi /menit, percepatan itu harus diambil 0,50 m/det2 dan yang de- 34 Pasal 6.4 (4). ngan kecepatan kelok lebih dari 120 m/menit, harus diambil 0,60 m/det2. ‘ Pengaruh kemungkinan terjepitnya roda-roda keran-induk harus diperhitungkan dengan menganggap adanya sepasang gaya melin- tang yang berlawanan arahnya, masing-masing bekerja di atas lin- tasan di tempat masing-masing roda keran-induk, dan yang besar- nya harus diambil 1/10 dari reaksi maksimum masing-masing roda itu. Gaya ini dianggap tidak bekerja bersamaan dengan gaya rem melintang yang ditentukan dalam ayat (2) atau dengan gaya sen- trifugal yang ditentukan dalam ayat (3). Kombinasi pembebanan. Bergantung pada sifatnya, pembebanan oleh pengaruh-pengaruh khusus harus digolongkan ke dalam pembebanan tetap, sementara, atau ber- ulang. Dengan demikian, dalam meninjau kombinasi pembebanan seper- ti yang ditentukan dalam Pasal 1.1 ayat (2) C, dapat dipastikan sifat da- ri kombinasi pembebanan tersebut (tetap, sementara atau berulang), sa- tu dan lain hal mengingat ketentuan-ketentuan mengenai tegangan yang diizinkan dalam Pasal 1.2. 0000000

You might also like