You are on page 1of 2

Fakta pelanggaran terkait aktivitas PT Tolutug Marindo Pratama (PT TMP), perusahaan

pengolahan ikan beku yang berlokasi di Desa Inobonto II, Kecamatan Bolaang, kembali
terkuak. Setelah sebelumnya ditunding memanipulasi izin usaha dan melakukan
kejahatan lingkungan. Kini terungkap fakta baru yang menyebutkan PT TMP juga
melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang no. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UU Tenaga Kerja).

Hal ini sebagaimana disampaikan Kepala Bidang Pengawasan Tenaga Kerja di Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Bolaang Mongondow
(Bolmong) Pilemon Pudi, SE. Ditemui Media Totabuan di kantor Bupati Bolmong Rabu
(02/10) lalu, Pudi menuturkan bahwa dari hasil pemeriksaan Disnakertrans Bolmong
terhadap PT TMP beberapa waktu lalu, menemukan beberapa pelanggaran dilakukan
perusahaan tersebut.

Menurut Pudi, pelanggaran pertama, PT TMP tidak memiliki Peraturan Perusahaan.


Pelanggaran kedua lanjut Pudi, PT TMP tidak menerapkan Upah Minimum Provinsi
(UMP) kepada para karyawannya. PT TMP hanya membayar upah karyawannya
sebesar Rp 1.000.000 per bulan. Jauh di bawah UMP Provinsi Sulawesi Utara tahun
2013 sebesar Rp 1.550.000. Selain kedua pelanggaran tersebut, Pudi menyebutkan PT
TMP juga tidak mengikutsertakan karyawannya dalam program Jamsostek (Jaminan
Sosial Tenaga Kerja).

Menanggapi pelanggaran tersebut Ketua Komisi III (komisi yang membidangi masalah
tenaga kerja) DPRD Bolmong Chairun Mokoginta mengatakan pihaknya sangat serius
merespon segala bentuk pelanggaran terhadap hak-hak pekerja.

Karenanya, Mokoginta memastikan, jika PT TMP benar melakukan pelanggaran, Komisi


III akan memanggil manajemen perusahaan tersebut. “Kami tidak akan main-main
dengan masalah tenaga kerja. Jika benar mereka (PT TMP) melakukan pelanggaran,
saya pastikan, Komisi III akan segera memanggil pihak perusahaan,” tegas Mokoginta.

Penanganan serius terhadap pelanggaran hak-hak pekerja juga ditegaskan Aditya


Anugrah Moha (ADM), Anggota DPR RI asal Bolmong raya. ADM yang duduk di Komisi
IX (komisi yang membidangi masalah tenaga kerja) menegaskan pengawasan terhadap
perusahaan yang beroperasi di Bolmong raya, harus lebih diperketat. Politisi Golkar ini
meminta kepada dinas terkait, agar dalam penyelesaian masalah tenaga kerja
senantiasa berpihak kepada pekerja.

Sementara itu, pihak PT TMP diwakili Ko’ Chong, ketika dikonfirmasi beberapa waktu
lalu terkait pelanggaran UU tenaga kerja khususnya penerapan UMP mengatakan, PT
TMP belum mampu menerapkan UMP. “Kita belum bisa menerapkan UMP, jika
dipaksakan perusahaan ini akan bangkrut,” ujar Ko’ Chong.

Terkait dengan ketidakmampuan perusahaan menerapkan UMP, dalam ketentuan Pasal


90 ayat 2 menyebutkan bahwa bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah
minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 dapat dilakukan penangguhan. Dalam
hal ini pengusaha diwajibkan mengajukan permohonan penangguhan penerapan UMP
kepada Gubernur melalui Dewan Pengupahan Provinsi. Namun, diduga PT TMP tidak
pernah mengajukan permohonan penangguhan dan menetapkan besaran upah secara
sepihak.

Kesimpulan Kasus

1. Pelanggaran PT.TMP yang pertama yaitu tidak memiliki Peraturan Perusahaan


yang dimana hal ini bertentangan atau melanggar ketentuan Pasal 108 ayat 1,
bahwa pengusaha yang mempekerjakan pekerja atau buruh sekurang-kurangnya
10 orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah
disahkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
2. Pelanggaran PT.TMP yang kedua yaitu tidak menerapkan Upah Minimum
Provinsi (UMP) kepada para karyawannya,padahal dalam Pasal 90 ayat 1
mengamanatkan bahwa pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari
upah minimum.
3. Ketidakmampuan PT. TMP untuk menerapkan UMP seharusnya diusulkan
permohonan penangguhan kepada Gubernur melalui Dewan Pengupahan
Provinsi. Namun, PT TMP tidak pernah mengajukan permohonan penangguhan
dan menetapkan besaran upah secara sepihak. Padahal sudah jelas di pasal 90
ayat 2 menyebutkan bahwa bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah
minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 dapat dilakukan penangguhan.

You might also like