KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA e
DIREKTORAT JENDERAL
qd PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
ee Jalan Percetakan Negara No. 29 Kotak Pos 223 Jakarta 10560
Telepon (021) 4247608 ( Hunting) Faksimile (021) 4207807 GERMAS
Yth,
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia
2. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan seluruh Indonesia
3. Kepala Balai/Besar Teknik Kesehatan Lingkungan seluruh Indonesia
SURAT EDARAN
NOMOR: HK.02.02/11/ 5¢-| / 2019
TENTANG
KEWASPADAAN TERHADAP PENEMUAN KASUS LEGIONELLOSIS
Legionellosis adalah suatu penyakit infeksi bakteri akut yang bersifat new emerging
diseases untuk Indonesia, Penyebab legionellosis paling dominan adalah Legionella
pneumophila.
Secara global, kejadian legionellosis pertama kali muncul tahun 1976 di sebuah
pertemuan di Philadelphia, Amerika Serikat, yang selanjutnya mewabah dengan jumlah kasus
182 orang dan kematian 29 orang (CFR 15,9%). Hingga saat ini di Eropa, Australia dan Amerika
Serikat terdeteksi sekitar 10-15 kasus per sejuta populasi per tahun.
Di Indonesia kasus ini perah ditemukan pada sejumiah tempat, antara lain di Bali (1996),
di Karawaci Tangerang (1999) dan di sejumlah kota lainnya. Dari hasil survei tahun 2001, hampir
20% petugas pengelola menara air untuk sistem pendingin di hotel-hotel di Jakarta dan Denpasar
‘menunjukkan hasil pemeriksaan laboratorium positif bakteri Legionella, namun tidak bergejala.
‘Sementara data yang tercatat sejak Agustus 2010 hingga Januari 2019, dilaporkan sebanyak 33
kasus yang seluruhnya merupakan wisatawan mancanegara yang berwisata dan menginap di
beberapa hotel di Bali, dan tidak dilaporkan adanya kematian.
Tempat hidup bakteri Legionella sangat erat dengan kehidupan manusia, sehingga
kemungkinan dapat terjadi kejadian luar biasa di masyarakat. Keberadaan bakteri Legionella di
sarana rumah sakit yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menimbulkan infeksi nosokomial.
Dengan berkembangnya kasus penyakit legionellosis di obyek-obyek wisata akan berdampak
negatif terhadap perkembangan pariwisata tersebut
Merespon notifikasi yang dikirimkan European Centre for Disease Prevention and Control
(ECDC) melalui European Legionnaires’ Disease Surveillance Network (ELDSNet), tanggal 17
Januari 2019 tentang kasus legionellosis yang menyerang seorang berkewarganegaraan
Denmark di salah satu hotel di Bali, maka perlu dilakukan langkah-langkah kewaspadaan
terhadap munculnya penyakit ini di Indonesia. Untuk itu diinstruksikan kepada Saudara agar
mengambil langkah-langkah deteksi dini dan pengendalian sebagai berikut
A. Dinas Kesehatan Provinsi
1. Meningkatkan sistem surveilans penyakit terpadu dan pengendalian faktor risiko
lingkungan terutama di wilayah Kabupaten yang diduga berisiko maupun di wilayah
lainnya di provinsi Saudara.
2. Berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata di wilayah Saudara dalam melakukan pembinaan
dan penyuluhan kepada manajemen hotel dan sarana pariwisata untuk melakukan
pemeliharaan sistem air secara berkala.
3. Melakukan sosialisasi kepada manajemen Rumah Sakit di wilayah Saudara agar
meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit melalui
pengawasan dan pemeriksaan rutin terhadap kualitas air, udara dan lingkungan yang
‘menjadi faktor risiko Legioneliosis.4, Memberikan materi Komunikasi, Informasi dan Edukasi mengenai Legionellosis kepada
masyarakat serta upaya pencegahannya melalui pemeliharaan sistem air berupa:
a. Minimal sekali seminggu dilakukan pemeriksaan pada penampungan air, apakah ada
kerusakan fisik, bau busuk dari zat organik, serta adanya serbuk-serbuk yang
mengandung bakteri Legionella
b. Pemeriksaan sampel air dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk mendeteksi
bakteri Legionella
c. Pemberian disinfektan setiap 6 (enam) bulan sekali dan dilakukan 3 (tiga) bulan
setelah pemeriksaan sampel air.
4d. Hindari kondisi yang mengakibatkan aliran air terhenti (stagnan),
. Hindari paparan sinar matahari pada tangki penyimpanan air yang menyebabkan
suhu air hangat sehingga menguntungkan pertumbuhan bakteri Legionella.
{. Pembilasan saluran air yang tidak terpakai untuk mengurangi stagnasi.
g. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
5. Segera memberikan notiikasi apabila ditemukan satu kasus tersangka Legionellosis
kepada Dirjen P2P melalui Public Health Emergency Operations Centre (PHEOC) Telp.
(021) 4257125, Mobile PHEOC 0812-1924-1850, WA 0878-0678-3906 dan email:
poskokib@yahoo.com.
B. Kantor Kesehatan Pelabuhan
1. Meningkatkan pengawasan terhadap penumpang dan kru, alat angkut, barang bawaan
ddan lingkungan pelabuhan dan bandara, terutama yang berasal dari negara terjangkit di
Kawasan Eropa, Australia dan Amerika Serikat.
2. Meningkatkan upaya promosi kesehatan bagi masyarakat di sekitar wilayah pintu masuk
negara (bandara, pelabuhan, dan PLBDN),
3. Mengkoordinasikan pelayanan kesehatan lapangan dengan dinas kesehatan dan rumah
sakit setempat
4. Berkoordinasi dengan Otoritas Imigrasi dalam penelusuran data ketika ditemukan kasus
dari warga negara asing
5. Segera memberikan notifikasi apabila ditemukan satu kasus tersangka legionellosis
kepada Dirjen P2P melalui Public Health Emergency Operations Centre (PHEOC) Telp.
(021) 4257125, Mobile PHEOC 0812-1924-1850, WA 0878-0678-3906 dan email:
poskoklb@yahoo.com.
C. Balai/Besar Teknik Kesehatan Lingkungan
Berkoordinasi dengan dinas kesehatan dalam melakukan pemantauan berupa pemeriksaan
berkala terhadap kualitas air, udara dan lingkungan di seluruh hotel dan sarana pariwisata di
wilayah regional Saudara yang diduga berisiko menjadi sumber penularan Legionellosis,
sesuai peraturan yang beriaku.
Demikian Surat Edaran ini untuk dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan
‘sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Tembusan: =
opens
kan di Jakarta
. Menteri Kesehatan Ri
. Sekretaris Jenderal Kemenkes RI
. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI
Kepala Badan Litbangkes Kemenkes RI