You are on page 1of 9

INSIDEN IgM DAN PREVALENSI IgG ANTI-TOXOPLASMA POSITIF

PADA PEKERJA RUMAH POTONG HEWAN KEDURUS SURABAYA


The IgM Insidence and IgG Prevalence of Positive Anti-Toxoplasma
in Kedurus Abattoir Workers at Surabaya

Riski Nopitasari dan Soedjajadi Keman


Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
riski_nophy@yahoo.co.id

Abstract: Abattoir workers often contact with raw meat which can be infected by Toxoplasma gondii. Toxoplasmosis can
be detected from IgM and IgG Anti-Toxoplasma in blood serum. The purpose of this study was to analyze the relationship
of incidence positive IgM and IgG Anti-Toxoplasma with personal hygiene and personal protective equipment usage
in Kedurus Abattoir workers. This study was an analytical observational study. The observed object were thirty abbatoir
workers. The data were analyzed by using a statistical association Fisher’s Exact Test to find out the relationship if
incidence of positive IgM and prevalence of IgG Anti-Toxoplasma with personal hygiene and wearing of personal
protective equipment in Kedurus Abattoir workers. The results of serologic test suggest that the incidence of positive
IgM Anti-Toxoplasma is 0% and the prevalence of positive IgG Anti-Toxoplasma is 80%. There was relationship between
prevalence positive IgG Anti-Toxoplasma and personal hygiene and personal protective equipment in Kedurus Abattoir
workers (Fisher’s Exact Test, all p < 0.05). It is concluded that prevalence IgG Anti-Toxoplasma is associated with
personal hygiene and wearing of Personal Protective Equipment. Kedurus Abattoir is recommended to increasing the
hand washing facility whereas for workers is increase their personal hygiene.

Keywords: positive IgM and IgG anti-toxoplasma, personal hygiene, wearing of personal protective equipment,
abattoir

Abstrak: Pekerja Rumah Potong Hewan sering kontak dengan daging sapi mentah yang kemungkinan terjangkit
Toxoplasma gondii. Toksoplasmosis dapat dideteksi dari titer IgM dan IgG Anti-Toxopasma dalam serum darah. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara insiden IgM dan IgG Anti-Toxoplasma positif dengan higiene
perorangan dan pemakaian alat pelindung diri pada pekerja Rumah Potong Hewan Kedurus. Penelitian ini merupakan
penelitian observasional analitik dengan desain studi cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pemotong
hewan dan petugas administrasi Rumah Potong Hewan Kedurus sejumlah 30 orang. Data dianalisis menggunakan uji
statistik Fisher’s Exact test untuk menganalisis insiden IgM dan prevalensi IgG Anti-Toxoplasma positif hubungannya
dengan higiene perorangan dan pemakaian alat pelindung diri pada pekerja Rumah Potong Hewan Kedurus. Hasil uji
serologis menunjukkan bahwa insiden IgM Anti-Toxoplasma positif sebesar 0% dan prevalensi IgG Anti-Toxoplasma
positif sebesar 80%. Dari hasil uji statistik Fisher’s Exact test diketahui ada hubungan antara IgG Anti-Toxoplasma positif
dengan higiene perorangan dan pemakaian alat pelindung diri pada pekerja Rumah Potong Hewan Kedurus (Fisher’s
Exact Test, semua p < 0,05). Disimpulkan bahwa ada hubungan antara prevalensi IgG Anti-Toxoplasma positif dengan
higiene perorangan dan pemakaian alat pelindung diri. Disarankan rumah potong hewan Kedurus meningkatkan
fasilitas cuci tangan, sedangkan bagi pekerja adalah meningkatkan higiene perorangan.

Kata kunci: IgM positif dan IgG anti-toxoplasma, higiene perorangan, pemakaian alat pelindung diri, rumah potong
hewan

PENDAHULUAN kerbau, babi, domba, kambing, dan hewan lain


yang menghasilkan daging yang dikonsumsi oleh
Di Indonesia, penyakit yang disebabkan
manusia. Penyakit ini dapat ditularkan dari hewan
oleh parasit masih menjadi permasalahan
kepada manusia (zoonosis).
kesehatan yang serius, salah satunya adalah
Prevalensi toksoplasmosis pada hewan
toksoplasmosis. Toksoplasmosis merupakan
secara serologis di beberapa daerah di Indonesia
salah satu penyakit zoonosis yang cukup
adalah toksoplasmosis pada sapi di Sumatera
banyak ditemukan pada manusia dan hewan di
Utara sebesar 36,4%. Toksoplasmosis pada
seluruh dunia. Toksoplasmosis ini disebabkan
kambing di Medan sebesar 23,5%, di Surabaya
oleh Toxoplasma gondii (Subekti dan Arrasyid,
pada beberapa penelitian adalah 40,0% dan
2006). Selain menyerang kucing, penyakit ini
41,9%, di Kalimantan Selatan sebesar 61%, di
juga dapat menyerang sapi, manusia, anjing,

98
R Nopitasari dan S Keman, Insiden IgM dan Prevalensi IgG Anti-toxoplasma Positif 99

Kulon Progo 55%, di Bogor 49,6%. Toksoplasmosis Kontak yang sering terjadi dengan hewan
pada domba di Jakarta 43,3%. Toksoplasmosis yang terinfeksi atau dagingnya dapat dihubungkan
pada kucing di Bogor sebesar 10%, di Kalimantan dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi pada
Selatan 40%. Toksoplasmosis pada kerbau di pekerja rumah potong hewan, dokter hewan,
Sumatera Utara 27,3%. Toksoplasmosis pada babi mahasiswa kedokteran hewan dan orang yang
di Kalimantan Selatan 28,0%. Toksoplasmosis itik menangani daging mentah seperti juru masak
di Sumatera Utara 6,1%. Toksoplasmosis pada (Chahaya, 2003). Pekerja Rumah Potong Hewan
anjing di Sumatera Utara 10%. Toksoplasmosis dapat tertular toksoplasmosis dari hewan potong
pada ayam di Sumatera Utara 19,6%. Prevalensi yang mungkin menderita toksoplasmosis. Hewan
toksoplasmosis pada manusia di Indonesia potong seperti sapi, kerbau, kambing, domba,
adalah: di Jakarta pada beberapa penelitian dan hewan potong yang lain dapat terkena
adalah sebesar 14,3%, 44,8% dan 82,0%, Medan toksoplasmosis dari makanan yang mengandung
26,7%, Surabaya 46,1% (Iskandar, 1999). kista Toxoplasma gondii.
Pemeriksaan yang banyak digunakan untuk Parasit Toxoplasma gondii dapat masuk ke
mendiagnosis toksoplasmosis adalah pemeriksaan dalam tubuh manusia melalui pencernaan jika
serologi. Dasar pemeriksaan serologis ini adalah manusia tidak memiliki higiene perorangan yang
antigen toksoplasmosis bereaksi dengan antibodi baik, sehingga ketika makan atau minum parasit
spesifik Toksoplasmosis yang berada dalam serum Toxoplasma gondii ini ikut masuk ke dalam tubuh.
darah penderita (Hiswani, 2005). Pemeriksaan Selain itu pemakaian alat pelindung diri ketika
serologis ini dapat mendeteksi IgM dan IgG Anti- bekerja kontak dengan daging mentah dapat
Toxoplasma dalam serum (Susanto, 2002). IgM melindungi pekerja dari penularan toksoplasmosis
Anti-Toxoplasma mulai diproduksi pada minggu dari hewan potong. Sehingga upaya pencegahan
pertama setelah infeksi dan mencapai puncaknya yang dapat dilakukan individu untuk mengurangi
setelah 1-2 bulan, kemudian menurun lagi setelah risiko tertularnya toksoplasmosis dari hewan potong
4 bulan, namun pada sekitar 50% penderita ke manusia adalah dengan higiene perorangan
yang terinfeksi Toxoplasma gondii, IgM masih yang baik yang meliputi higiene tangan, kuku
dapat dideteksi sampai satu tahun pascainfeksi dan kulit serta pemakaian alat pelindung diri saat
primer (Handojo, 2004). Titer IgM yang tinggi bekerja seperti sarung tangan, masker, pakaian
menunjukkan bahwa seseorang sedang terinfeksi kerja khusus dan sepatu kerja/sepatu boot.
Toxoplasma gondii sedangkan titer IgG yang tinggi Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
menunjukkan bahwa seseorang pernah terinfeksi apakah ada hubungan antara insiden IgM dan
Toxoplasma gondii (Soedarto, 2011). prevalensi IgG Anti-Toxoplasma positif dengan
Pada umumnya toksoplasmosis pada orang higiene perorangan dan pemakaian alat pelindung
dewasa tidak diketahui karena infeksi ini jarang diri pada pekerja Rumah Potong Hewan Kedurus
menimbulkan gejala/asimtomatik. Kalaupun ada Surabaya.
gejala, gejala yang ditunjukkan tidak spesifik yaitu Tujuan umum penelitian ini adalah mengukur
limfadenopati dan rasa lelah yang disertai demam insiden IgM dan prevalensi IgG Anti-Toxoplasma
dan sakit kepala (Gandahusada, 1998). Gejala positif dan menganalisis hubungannya dengan
toksoplasmosis tampak jelas pada ibu hamil higiene perorangan dan pemakaian alat pelindung
yang menderita toksoplasmosis karena dapat diri pada pekerja Rumah Potong Hewan Kedurus
mengalami abortus, janin lahir mati atau bayi yang Surabaya. Sedangkan tujuan khususnya adalah
dilahirkan menunjukkan gejala toksoplasmosis. mengukur insiden IgM dan prevalensi IgG Anti-
Hal ini dikarenakan parasit dapat menyebabkan Toxoplasma positif dalam serum darah pekerja
kerusakan organ dan sistem syaraf bayi Ibu hamil Rumah Potong Hewan Kedurus, mempelajari
yang terinfeksi Toksoplasma gondii. Pada trimester higiene perorangan (meliputi higiene tangan dan
pertama kehamilan umumnya mengalami abortus kuku, higiene kulit) pada pekerja Rumah Potong
atau janin lahir mati. Infeksi toksoplasmosis yang Hewan Kedurus,mempelajari pemakaian alat
terjadi pada trimester terakhir kehamilan dapat pelindung diri (meliputi pakaian kerja khusus,
menyebabkan bayi yang dilahirkan menunjukkan sarung tangan, masker, dan sepatu boot)
gejala toksoplasmosis antara lain ensefalomyelitis, pada pekerja Rumah Potong Hewan Kedurus,
kalsifikasi serebral, korioretinitis, hidrosefalus atau menganalisis hubungan insiden IgM dan
mikrosefalus (Soedarto, 2011). prevalensi IgG Anti-Toxoplasma dengan higiene
perorangan pada pekerja Rumah Potong Hewan
100 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 2 Januari 2014: 98–106

Kedurus dan menganalisis hubungan insiden cubiti ditusuk dengan posisi 45° dengan jarum
IgM dan prevalensi IgG Anti-Toxoplasma dengan menghadap ke atas. Darah dibiarkan mengalir ke
pemakaian alat pelindung diri pada pekerja dalam jarum dan darah dihisap sebanyak 5 ml.
Rumah Potong Hewan Kedurus Surabaya. Setelah itu tourniquet dilepas, kemudian jarum
ditarik dengan tetap menekan lubang penusukan
dengan alcohol swab. Bekas lubang tusukan
METODE PENELITIAN
ditutup dengan plester. Kemudian darah yang
Penelitian ini merupakan penelitian telah diambil dimasukkan ke dalam tabung darah
observasional analitik yaitu penelitian yang yang telah diberi label. Langkah terakhir yaitu
mengidentifikasi hubungan antara variabel yang membawa sampel darah dibawa ke Balai Besar
diteliti tanpa memberikan perlakuan atau intervensi Laboratorium Kesehatan Surabaya;
kepada sampel penelitian. Dari segi waktunya Pembuatan serum: sampel darah responden
penelitian ini termasuk penelitian cross sectional dimasukkan ke dalam tabung serologi tanpa
yaitu rancangan penelitian yang dilakukan untuk anti koagulan dan didiamkan selama ± 1 jam.
mengidentifikasi hubungan variabel independen Kemudian tabung serologi ke dalam sentrifugator
dan variabel dependen penelitian di mana dan diputar selama 5 menit. Kemudian serum
pengukuran variabel ini dilakukan pada satu terpisah dari gumpalan darah dan serum siap
waktu. digunakan untuk pemeriksaan;
Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja Pemeriksaan IgM dan IgG Anti-Toxoplasma:
yang tidak memiliki kucing, bersedia diambil alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan
darahnya untuk diuji IgM dan IgG Anti-Toxoplasma IgM dan IgG Anti-Toxoplasma adalah pipet, Mini
di Balai Besar Laboratorium Kesehatan dan Vidas (alat yang digunakan untuk pemeriksaan
bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan imunologi dengan metode ELFA) serum darah
oleh peneliti. sebanyak 100 µl untuk tiap sampel dan reagen Anti-
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Toxoplasma IgM dan IgG. Cara pengerjaannya
simple random sampling yaitu mengambil secara adalah sebagai berikut: pada menu dipilih status
acak pemotong hewan dan petugas administrasi screen, kemudian memilih section A atau B
yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah sampel yang tersedia. Pada section yang dipilih akan
dalam penelitian ini adalah 30 orang, dengan tampak posisi 1-6, kemudian menekan angka 1
rincian 25 orang pemotong hewan dan 5 orang pada tampilan A1 atau B1. Selanjutnya menekan
petugas administrasi Rumah Potong Hewan Assay untuk memilih pemeriksaan yang akan
Kedurus. digunakan. Dilanjutkan dengan menekan sample
Variabel independen dalam penelitian ini ID dan memasukkan nama pasien atau no sampel,
adalah higiene perorangan (higiene tangan dan kemudian menekan enter. Posisi section akan
kuku serta higiene kulit) dan pemakaian alat berubah ke A2 atau B2 lalu memasukkan sampel
pelindung diri (pakaian kerja khusus, sarung ID berikutnya sama seperti langkah sebelumnya.
tangan, sepatu boot dan masker). Variabel Kemudian memasukkan strip SPR dan pipet SPR
dependen pada penelitian ini adalah IgM dan IgG ke dalam blok SPR sesuai pemeriksaan dan tepat
Anti-Toxoplasma dalam serum darah pekerja. diatas reagen strip. Setelah memasukkan sampel
Pemeriksaan IgM dan IgG Anti-Toxoplasma ID kemudian menekan “Previous Screen” sampai
menggunakan metode Enzyme Linked Fluoresent penampilan section lalu tekan “Start”, masukkan
Assay (ELFA). Berikut ini adalah prosedur nomer ID operator maka pengerjaan sampel
pemeriksaan IgM dan IgG Anti-Toxoplasma: sudah dimulai;
Pengambilan sampel darah: langkah pertama Interpretasi hasi: hasil pemeriksaan IgM dan
dalam pengambilan darah adalah menyiapkan IgG Anti-Toxoplasma yang telah dilakukan di
alat dan bahan pengambilan sampel darah yang Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya
meliputi spuit, alcohol swab, Tourniquet, tabung menjelaskan bahwa IgM Anti-Toxoplasma
darah, dan plester. Darah yang akan diambil dikatakan negatif atau non reaktif apabila i<0,55,
dalam penelitian ini adalah pada bagian vena dan dikatakan positif/reaktif apabila i>0,65.
mediana cubiti. Kemudian adalah memasang Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan angka
tourniquet pada lengan atas. Dilanjutkan dengan 0,55 ≤ I < 0,65 hasilnya dikatakan equivocal.
mengoleskan alcohol swab pada titik yang akan Pada pemeriksaan IgG Anti-Toxoplasma
diambil darahnya. Kemudian vena mediana hasilnya dikatakan negatif/ atau non reaktif
R Nopitasari dan S Keman, Insiden IgM dan Prevalensi IgG Anti-toxoplasma Positif 101

apabila index menunjukkan < 4 IU/ml dan untuk mendeteksi adanya antibodi IgM terhadap
dikatakan positif apabila index menunjukkan infeksi Toxoplasma gondii. Angka Insiden IgM
≥ 8 IU/ml. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan Anti-Toxoplasma positif 0% menjelaskan bahwa
index ≥ 4 dan < 8 maka hasilnya dikatakan tidak ada pekerja Rumah Potong Hewan yang
equivocal. Jika interpretasi menunjukkan hasil sedang terinfeksi oleh Toxoplasma gondii. IgM
yang equivocal, maka sampel harus diambil lagi Anti-Toxoplasma mulai diproduksi pada minggu
dan diuji ulang. Equivocal adalah keadaan dimana pertama setelah infeksi dan mencapai puncaknya
titer antibodi IgM dan IgG dalam batas positif dan setelah 1–2 bulan, kemudian menurun lagi setelah
negatif. 4 bulan, namun pada sekitar 50% penderita yang
Analisis data menggunakan analisis univariat terinfeksi Toxoplasma gondii, IgM masih dapat
dengan distribusi frekuensi dan analisis bivariat dideteksi sampai satu tahun pasca infeksi primer
menggunakan Fisher’s Exact Test. Penelitian (Handojo, 2004).
ini telah mendapat persetujuan dari komisi etik Infeksi Toxoplasma gondii yang terjadi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas pada ibu hamil yang ditandai dengan IgM Anti-
Airlangga. Toxoplasma positif dalam serumnya dapat
menyebabkan abortus, janin lahir mati atau
bayi yang dilahirkan menunjukkan gejala
HASIL DAN PEMBAHASAN
toksoplasmosis seperti ensefalomyelitis,
IgM Anti-Toxoplasma Positif pada Pekerja kalsifikasi serebral, korioretinitis, hidrosefalus atau
Rumah Potong Hewan Kedurus mikrosefalus. Infeksi yang terjadi pada mata dapat
Insiden IgM Anti-Toxoplasma positif menyebabkan toksoplasmosis mata yaitu berupa
pada pekerja Rumah Potong Hewan Kedurus retinochoroiditis dengan keluhan nyeri mata,
digambarkan dalam Tabel 1. fotofobi, penglihatan kabur, dan mengeluarkan air
Tabel 1 menunjukkan bahwa 100% pemotong mata secara terus-menerus dan yang lebih parah
hewan dan 100% petugas administrasi tidak dapat menyebabkan kebutaan (Soedarto, 2011).
ada yang memiliki IgM Anti-Toxoplasma positif, Infeksi Toxoplasma gondii yang terjadi
sehingga insiden IgM Anti-Toxoplasma positif pada kulit menimbulkan ruam makulopapuler.
pada pekerja Rumah Potong Hewan Kedurus Sedangkan infeksi pada jantung dapat
sebesar 0%. menyebabkan miokarditis dan infeksi yang terjadi
IgM adalah antibodi pertama yang dibentuk pada hati serta limpa menyebabkan pembesaran
dalam respons imun. Nama M berasal dari pada organ tersebut. Infeksi yang terjadi pada
macroglobulin dengan berat molekul 900.000 orang yang memiliki kekebalan tubuh yang rendah
dalton (Bratawidjaja, 2000). IgM merupakan molekul seperti penderita HIV/AIDS dapat menunjukkan
immunoglobulin yang terbesar ukurannya, karena gejala yang berat seperti demam, sakit kepala,
hampir seluruhnya berada di intravaskuler (Bellanti, gangguan kesadaran, dan gangguan koordinasi.
1993). IgM paling dahulu dibentuk pada respons Penderita toksoplasmosis yang mengalami
imun primer dibanding dengan IgG, karena itu gangguan sistem imun seperti penderita AIDS
kadar IgM yang tinggi merupakan petunjuk adanya dapat menunjukkan gejala yang berat seperti
infeksi primer/akut (Bratawidjaja, 2000). demam, sakit kepala, gangguan kesadaran, dan
IgM Anti-Toxoplasma menunjukkan bahwa gangguan koordinasi (Soedarto, 2011).
tubuh sedang terinfeksi oleh Toxoplasma gondii. IgG Anti-Toxoplasma Positif pada Pekerja
Pemeriksaan IgM Anti-Toxoplasma digunakan Rumah Potong Hewan Kedurus
Prevalensi IgG Anti-Toxoplasma positif
Tabel 1. pada pekerja Rumah Potong Hewan Kedurus
Distribusi IgM Anti-Toxoplasma Positif pada Pekerja digambarkan dalam Tabel 2.
Rumah Potong Hewan Kedurus Surabaya, Tahun 2013
Tabel 2 menunjukkan bahwa 92% pekerja
Pemotong Petugas pemotong memiliki IgG Anti-Toxoplasma positif
IgM Anti- Total
Sapi Administrasi dan pada petugas administrasi yang memiliki IgG
toxoplasma
n % n % n % Anti-Toxoplasma positif sebesar 20%. Prevalensi
Negatif 25 100 5 100 30 100 IgG Anti-Toxoplasma positif pada pekerja Rumah
Positif  0   0 0 100  0   0 Potong Hewan Kedurus Surabaya sebesar 80%.
Jumlah 25 100 5 100 30 100
102 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 2 Januari 2014: 98–106

Tabel 2. daging hewan potong di Rumah Potong Hewan


Distribusi IgG Anti-Toxoplasma Positif pada Pekerja Kedurus namun bisa juga didapatkan bertahun-
Rumah Potong Hewan Kedurus Surabaya, Tahun 2013 tahun yang lalu sebelum bekerja di Rumah Potong
Pemotong Petugas Hewan Kedurus, atau dapat juga didapatkan
IgG Anti- Total ketika pekerja kontak dengan daging mentah di
Sapi Administrasi
Toxoplasma
n % n % n % tempat pemotongan hewan yang lain. Selain itu
Negatif  2   8 4 80  6   20 infeksi Toxoplasma gondii juga dapat disebabkan
Positif 23   92 1 20 24   80 kebiasaan pekerja mengonsumsi daging setengah
Jumlah 25 100 5 30 30 100 matang sehingga kista Toxoplasma gondii dalam
daging belum mati, kebiasaan berkebun sehingga
kontak dengan tanah yang mungkin tercemar
IgG adalah imunoglobulin yang paling
ookista Toxoplasma gondii, atau akibat adanya
berlimpah (Bellanti, 1993). IgG ini merupakan
kucing yang berkeliaran di sekitar rumah sehingga
komponen utama imunoglobulin serum, dengan
menyebarkan ookista Toxoplasma gondii yang
berat molekul 160.000 dalton. Kadarnya dalam
dapat menginfeksi manusia. Kebiasaan itulah
serum sekitar 13 mg/ml, ini merupakan 75% dari
yang dapat menyebabkan IgG Anti-Toxoplasma
semua immunoglobulin. IgG ditemukan banyak
pada serum darah pekerja menunjukkan hasil
dalam darah, cairan SSP dan peritoneal. IgG
yang positif termasuk pada pekerja administrasi
dapat menembus plasenta masuk ke fetus dan
yang tidak kontak dengan daging mentah.
berperan pada imunitas bayi sampai umur 6-9
bulan (Bratawidjaja, 2000). Higiene Perorangan pada Pekerja Rumah
IgG Anti-Toxoplasma positif menunjukkan Potong Hewan Kedurus
bahwa tubuh pernah terinfeksi oleh Toxoplasma
Higiene perorangan pekerja Rumah Potong
gondii. Pemeriksaan IgG Anti-Toxoplasma
Hewan Kedurus digambarkan dalam Tabel 3.
digunakan untuk mendeteksi adanya antibodi IgG
Tabel 3 menunjukkan bahwa 84% pekerja
terhadap infeksi Toxoplasma gondii. Pemeriksaan
pemotong memiliki higiene perorangan yang
IgG Anti-Toxoplasma digunakan untuk mendeteksi
kurang dan petugas administrasi yang memiliki
adanya antibodi IgG terhadap infeksi Toxoplasma
higiene perorangan yang kurang sebesar 20%.
gondii. IgG Anti-Toxoplasma timbul beberapa
Higiene perorangan merupakan suatu
minggu setelah IgM, mencapai puncaknya
tindakan untuk memelihara kebersihan dan
setelah 6 bulan, dan bertahan pada titer yang
kesehatan seseorang yang berguna untuk
tinggi selama beberapa tahun, kemudian menurun
kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto dan
secara perlahan-lahan, dan menetap pada kadar
Wartonah, 2010).
yang rendah seumur hidup (Handojo, 2004).
Tujuan dari perawatan higiene perorangan
IgG Anti-Toxoplasma positif pada pemotong
adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan
hewan dapat disebabkan karena kontak dengan
seseorang, memelihara kebersihan diri seseorang,
daging sapi yang kemungkinan terinfeksi
memperbaiki personal hygiene yang kurang,
Toxoplasma gondii. Namun, pada pekerja
pencegahan penyakit, meningkatkan percaya
administrasi ternyata juga ada yang memiliki IgG
diri seseorang, dan menciptakan keindahan
Anti-Toxoplasma positif, hal ini mungkin tidak
(Tarwoto dan Wartonah, 2010). Pada penelitian
didapatkan dari adanya kontak dengan daging
ini higiene perorangan terdiri dari dua komponen
mentah namun bisa disebabkan oleh penyebab
yaitu higiene tangan dan kuku serta higiene kulit.
yang lain.
Orang yang memiliki IgG Anti-Toxoplasma
positif menandakan tubuh pernah terinfeksi Tabel 3.
Toxoplasma gondii dan infeksi tersebut sudah Distribusi Frekuensi Higiene Perorangan Pekerja
lama terjadi (Soedarto, 2011). Orang yang Rumah Potong Hewan Kedurus Surabaya, Tahun 2013
pernah terinfeksi oleh Toxoplasma gondii masih Pemotong Petugas
dapat dideteksi dari IgG Anti-Toxoplasma dalam Higiene Total
Sapi Administrasi
Perorangan
serumnya hingga bertahun-tahun bahkan seumur n % n % n %
hidupnya (Handojo, 2004). Sehingga pekerja yang Kurang 21   84 1   20 22   73,3
memiliki IgG Anti-Toxoplasma positif mungkin tidak Baik  4   16 4   80  8   26,7
hanya didapatkan ketika bekerja kontak dengan Jumlah 25 100 5 100 30 100
R Nopitasari dan S Keman, Insiden IgM dan Prevalensi IgG Anti-toxoplasma Positif 103

Higiene tangan dan kuku pada 92% pekerja makanan, kuku yang panjang sebagai sarana
pemotong hewan masih tergolong kurang, dan masuknya mikroorganisme dan kotoran ke dalam
pada petugas administrasi yang masih tergolong tubuh melalui makanan, kuku yang panjang dapat
kurang sebesar 40%. melukai anggota tubuh, kuku yang panjang dapat
Higiene tangan dilakukan dengan cara menimbulkan ketidaknyamanan dan mengurangi
mencuci tangan. Mencuci tangan merupakan cara keindahan, selain itu kuku yang panjang dapat
yang efektif untuk membunuh mikroorganisme. mengganggu pekerjaan/aktivitas (Romadhoni,
Mencuci tangan harus dilakukan pada saat 2011).
yang penting yaitu sebelum makan, sebelum Parasit, virus, bakteri serta mikroorganisme
memegang/ mengolah/ menyiapkan makanan, lain yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi
setelah buang air besar, setelah menceboki anak, kesehatan atau menyebabkan penyakit dapat
dan setelah kontak dengan hewan atau tanah bersarang di dalam kuku yang panjang dan
(Depkes RI, 2012). Mencuci tangan yang benar kotor dan dapat masuk ke dalam tubuh bersama
adalah yang dilakukan dengan menggunakan makanan yang dikonsumsi. Setelah kontak
sabun dan air mengalir. dengan hewan potong atau dagingnya yang masih
Langkah mencuci tangan yang benar adalah mentah diharuskan untuk segera mencuci tangan
sebagai berikut: membasahi kedua tangan dengan dengan cara yang benar serta membersihkan
air bersih dan mengalir, menuangkan sabun kotoran yang ada di dalam kuku menggunakan
secukupnya untuk seluruh permukaan tangan, sabun atau desinfektan. Hal ini dimaksudkan agar
meratakan sabun ke seluruh telapak tangan, Toxoplasma gondii yang bersarang di dalam kuku
menggosok punggung tangan dan sela jari mati dan tidak ikut masuk ke dalam tubuh melalui
tangan kanan dengan tangan kiri, dan melakukan oral sehingga tidak menimbulkan dampak negatif
sebaliknya, menggosok kedua telapak tangan bagi kesehatan pekerja (Fitri, 2012).
dan sela jari tangan, jari sisi dalam kedua tangan Higiene kulit pada 28% pekerja pemotong
saling mengunci, menggosok ibu jari kiri berputar masih tergolong kurang dan pada petugas
dalam genggaman tangan kanan dan lakukan administrasi yang masih tergolong kurang
sebaliknya, menggosokkan secara memutar sebesar 20%. Menjaga higiene kulit berfungsi
ujung jari tangan kanan di telapak tangan kiri untuk menjaga kulit tetap terawat dan terjaga
dan lakukan sebaliknya, membilas kedua tangan sehingga dapat meminimalkan ancaman atau
dengan air bersih yang mengalir, mengeringkan gangguan yang akan memasuki tubuh melalui
tangan dengan lap atau handuk kering yang kulit, salah satunya adalah Toxoplasma gondii
bersih sekali pakai, kemudian menutup kran yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui
dengan menggunakan lap atau handuk (WHO, perlukaan yang ada di kulit. Higiene kulit dilakukan
2006). dengan cara mandi minimal dua kali sehari, mandi
Setelah melakukan pekerjaan yang kontak menggunakan sabun yang tidak bersifat iritatif,
daging mentah diharuskan untuk segera mencuci serta membersihkan llipatan kulit ketika mandi
tangan dengan benar agar mikroorganisme yang (Aryanthi, 2009) Higiene kulit sangat penting
menempel pada tangan mati sehingga tangan dilakukan sebagai upaya pencegahan penularan
bebas dari mikroorganisme patogen yang dapat penyakit, karena kulit merupakan lapisan tubuh
masuk ke dalam tubuh melalui tangan dan terluar yang berfungsi untuk melindungi jaringan
menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan, tubuh yang berada di bawahnya dan organ
salah satunya adalah Toxoplasma gondii yang lainnya terhadap luka, serta masuknya berbagai
dapat menimbulkan penyakit Toksoplasmosis mikroorganisme ke dalam tubuh dan mampu
pada pekerja Rumah Potong Hewan (RPH) yang melindungi tubuh dari pengaruh buruk lingkungan
sering kontak dengan daging mentah. (Isro’in dan Andarmoyo, 2012).
Higiene kuku dilakukan dengan rajin
memotong kuku dan membersihkan kotoran Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja
yang ada di dalamnya. Memotong kuku sebaiknya Rumah Potong Hewan Kedurus
dilakukan satu kali dalam seminggu atau kurang Pemakaian alat pelindung diri pada pekerja
dari seminggu, untuk menghindari penularan Rumah Potong Hewan Kedurus digambarkan
cacing dari tangan ke mulut ketika mengonsumsi dalam Tabel 4.
104 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 2 Januari 2014: 98–106

Tabel 4. digunakan, sebelum menyentuh permukaan


Distribusi Frekuensi Pemakaian Alat Pelindung benda yang tidak terkontaminasi (Fitri, 2012).
Diri pada Pekerja Rumah Potong Hewan Kedurus
Surabaya, Tahun 2013 Hubungan antara IgG Anti-Toxoplasma Positif
dengan Higiene Perorangan
Pemotong Petugas
Pemakaian Total
Sapi Administrasi Sebagian besar pekerja yang memiliki higiene
APD
n % n % n % tangan dan kuku yang kurang memiliki IgG Anti-
Kurang 21   84 5 100 26   86,7 Toxoplasma yang positif.
Baik   4   16 0   0  4   13,3 Sebesar 88% pekerja yang memiliki higiene
Jumlah 25 100 5 100 30 100 tangan dan kuku yang kurang memiliki IgG Anti-
Toxoplasma positif dan sebesar 40% pekerja
yang memiliki higiene tangan dan kuku yang baik
Tabel 4 menggambarkan 84% pekerja
memiliki IgG Anti-Toxoplasma positif.
pemotong pemakaian alat pelindung dirinya
Menurut hasil perhitungan uji statistik dengan
tergolong kurang dan petugas administrasi 100%
menggunakan uji Fisher’s Exact didapatkan nilai
pemakaian alat pelindung dirinya tergolong
p = 0,041 dengan α = 0,050. Di mana p < α,
kurang, hal ini dikarenakan petugas administrasi
sehingga Ho ditolak yang artinya ada hubungan
tidak diharuskan menggunakan alat pelindung diri
antara IgG Anti-Toxoplasma positif dengan higiene
ketika bekerja.
tangan dan kuku.
Dalam setiap melakukan kegiatan
Pekerja Rumah Potong Hewan berisiko tertular
atau pekerjaan seseorang tidak lepas dari
toksoplasmosis dari hewan potong yang mungkin
kemungkinan pengaruh yang berdampak buruk
terinfeksi Toxoplasma gondii. Akibat adanya kontak
pada kesehatannya (Anizar, 2009). Pemakaian
dengan daging, parasit tersebut dapat menempel
APD ini mampu melindungi pekerja dari luka atau
pada tangan ketika bekerja terutama pada pekerja
penyakit yang disebabkan oleh adanya kontak
yang tidak menggunakan sarung tangan saat
dengan bahaya ketika bekerja (OSHA, 2006).
menyentuh daging. Sehingga apabila pekerja tidak
Bagi pekerja Rumah Potong Hewan memiliki
memiliki higiene tangan dan kuku yang baik maka
risiko yang tinggi terhadap penyakit zoonosis
Toxoplasma gondii yang menempel pada tangan
yang dapat ditularkan dari hewan potong,
atau bersarang pada kuku masih hidup dan dapat
sehingga diperlukan pemakaian alat pelindung
masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan
diri ketika bekerja kontak dengan hewan potong
atau minuman yang dikonsumsi pekerja. Masuknya
atau dagingnya agar tubuh pekerja tidak kontak
Toxoplasma gondii ini dapat menyebabkan infeksi
langsung dengan bahaya tersebut, sehingga
pada pekerja dan menyebabkan toksoplasmosis
mikroorganisme penyebab penyakit tidak mudah
yang didiagnosis dari titer IgG Anti-Toxoplasma
masuk ke dalam tubuh pekerja.
dalam serum pekerja.
Penggunaan pakaian kerja khusus ketika
Sebagian besar pekerja yang memiliki IgG
bekerja dapat melindungi kulit selama melakukan
Anti-Toxoplasma positif sudah melakukan praktik
pekerjaan yang cenderung menghasilkan
higiene kulit yang baik. Hanya 12,5% pekerja
percikan darah. Pemakaian masker dapat
Rumah Potong Hewan Kedurus yang memiliki
melindungi hidung dan mulut selama bekerja dari
higiene kulit yang kurang yang memiliki IgG Anti-
kemungkinan percikan darah atau cairan tubuh
Toxoplasma negatif dan sebesar 22,7% pekerja
yang dapat menularkan toksoplasmosis. Sepatu
yang memiliki higiene kulit yang baik memiliki IgG
kerja/sepatu boot yang digunakan ketika bekerja
Anti-Toxoplasma negatif.
dapat mengurangi risiko terinfeksi Toxoplasma
Menurut hasil perhitungan uji statistik dengan
gondii yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia
menggunakan uji Fisher’s Exact didapatkan nilai
melalui kulit atau perlukaan yang ada pada kaki.
p = 1,000 dengan α = 0,05. Di mana p > α,
Sarung tangan yang digunakan ketika melakukan
sehingga Ho diterima, yang artinya tidak
pekerjaan yang kontak dengan daging atau
hubungan antara IgG Anti-Toxoplasma positif
darah dapat mencegah kemungkinan penularan
dengan higiene kulit.
toksoplasmosis melalui kontak langsung antara
Hal ini bertentangan dengan teori yang
kulit dengan jaringan hewan potong yang sakit.
menyatakan bahwa kulit merupakan lapisan
Sarung tangan harus segera dilepas setelah
R Nopitasari dan S Keman, Insiden IgM dan Prevalensi IgG Anti-toxoplasma Positif 105

terluar dari tubuh yang berfungsi melindungi Hubungan antara IgM Anti-Toxopalasma
jaringan tubuh yang berada di bawahnya dan Positif dengan Higiene Perorangan dan
organ lainnya terhadap luka, serta masuknya Pemakaian Alat Pelindung Diri
berbagai mikroorganisme ke dalam tubuh serta
Hubungan antara IgM Anti-Toxoplasma
mampu melindungi tubuh dari pengaruh buruk
dengan pemakaian APD tidak dapat diuji, hal
lingkungan. Begitu pentingnya peran kulit maka
ini dikarenakan tidak ditemukan pekerja Rumah
apabila terjadinya gangguan pada kulit dapat
Potong Hewan Kedurus yang memiliki IgM Anti-
menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Toxoplasma positif. Pekerja yang memiliki higiene
Menjaga higiene kulit ini berfungsi untuk menjaga
perorangan dan memakai alat pelindung diri baik
kulit tetap terawat dan terjaga sehingga dapat
dalam kategori kurang maupun baik semuanya
meminimalkan ancaman atau gangguan yang
memiliki IgM Anti-Toxoplasma negatif. Hal ini
akan memasuki tubuh melalui kulit (Isro’in dan
mungkin dikarenakan seseorang yang pernah
Andarmoyo, 2012). Praktik higiene kulit yang baik
terkena toksoplamosis di dalam tubuhnya sudah
dapat meminimalkan masuknya mikroorganisme
memiliki kekebalan terhadap Toxoplasma gondii
ke dalam tubuh melalui kulit.
sehingga ketika ada infeksi kembali maka tubuh
Sebagian besar pekerja yang memiliki higiene
sudah kebal sehingga tidak terjadi infeksi dan IgM
perorangan yang kurang memiliki IgG Anti-
Anti-Toxoplasmanya menunjukkan hasil negatif.
Toxoplasma yang positif. Sebesar 90,9% pekerja
yang memiliki higiene perorangan yang kurang Hubungan antara IgG Anti-Toxopalsma Positif
memiliki IgG Anti-Toxoplasma positif dan sebesar dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri
50% pekerja yang memiliki higiene perorangan
Sebagian besar pekerja yang pemakaian alat
yang baik memiliki IgG Anti-Toxoplasma positif.
pelindung dirinya tergolong kurang memiliki IgG
Menurut hasil perhitungan uji statistik dengan
Anti-Toxoplasma positif. Sebesar 80,7% pekerja
menggunakan uji Fisher’s Exact didapatkan nilai
yang pemakaian alat pelindung dirinya kurang
p = 0,029 dengan α=0,05. Dimana p < α,
memiliki IgG Anti-Toxoplasma positif dan 25%
sehingga Ho ditolak yang artinya ada hubungan
pekerja yang pemakaian alat pelindung dirinya
antara IgG Anti-Toxoplasma positif dengan higiene
tergolong baik memiliki IgG Anti-Toxoplasma
perorangan.
negatif.
Higiene perorangan merupakan suatu
Menurut hasil perhitungan uji statistik dengan
tindakan untuk memelihara kebersihan dan
menggunakan uji Fisher’s Exact didapatkan nilai
kesehatan seseorang yang berguna untuk
p=0,018 dengan α=0,05. Dimana p > α, sehingga
kesejahteraan fisik dan psikis (Isro’in dan
Ho ditolak, yang artinya ada hubungan antara IgG
Andarmoyo, 2012).
Anti-Toxoplasma positif dengan pemakaian alat
Pekerja Rumah Potong Hewan memiliki risiko
pelindung diri.
untuk terkena toksoplasmosis akibat seringnya
Pekerja Rumah Potong Hewan memiliki risiko
kontak dengan daging yang masih mentah
untuk terkena toksoplasmosis akibat seringnya
yang kemungkinan terinfeksi Toxoplasma gondii.
kontak dengan daging yang masih mentah
Akibat adanya kontak dengan daging mentah
yang kemungkinan terinfeksi Toxoplasma gondii.
maka mikroorganisme penyebab penyakit yang
Pemakaian alat pelindung diri dapat melindungi
kemungkinan ada pada daging dapat menempel
pekerja dari penyakit yang disebabkan oleh
pada bagian tubuh pekerja yang kontak langsung
adanya bahaya di tempat kerja (OSHA, 2006).
dengan daging. Jika pekerja Rumah Potong
Jika pekerja Rumah Potong Hewan Kedurus
Hewan (RPH) Kedurus tidak memiliki higiene
tidak menggunakan alat pelindung diri dengan
perorangan yang baik maka parasit Toxoplasma
baik maka parasit Toxoplasma gondii dapat
gondii yang menempel pada tangan, kulit atau
menempel pada tangan atau bersembunyi di
yang bersarang pada kuku dapat dengan mudah
dalam kuku atau bahkan masuk ke dalam tubuh
masuk ke dalam tubuh melalui mulut bersama
melalui mulut akibat adanya percikan darah
makanan yang dikonsumsi. Sehingga salah satu
hewan potong selama bekerja, selain itu parasit
upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk
ini juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui
mencegah terjadinya toksoplasmosis pada adalah
perlukaan yang ada pada kulit. Sehingga salah
melakukan praktik higiene perorangan dengan
satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan
baik (Fitri, 2012).
untuk mencegah terjadinya toksoplasmosis pada
106 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 2 Januari 2014: 98–106

adalah menggunakan alat pelindung diri ketika Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
bekerja (Fitri, 2012). Pembangunan Nasional Veteran.
Bratawidjaja, K. 2000. Imunologi dasar. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
KESIMPULAN DAN SARAN Indonesia.
Bellanti, J. 1993. Imunologi III. Yogyakarta: Gadjah Mada
Insiden IgM Anti-Toxoplasma positif pada University Press
pekerja Rumah Potong Hewan sebesar 0%. Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan. Bandung: PT.
Sedangkan prevalensi IgG Anti-Toxoplasma Refika Aditama.
Chahaya, I. 2003. Epidemiologi Toxoplasma gondii
positif pada pekerja Rumah Potong Hewan dalam www.library.usu.ac.id. Disitasi pada tanggal
Kedurus sebesar 80%. Sebesar 73,3% pekerja 27 Januari 2013.
masih memiliki higiene perorangan yang kurang Depkes RI. 2012. Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia
dan pemakaian alat pelindung diri pada pekerja 2010: Perilaku Sederhana Berdampak Luar biasa.
yang tergolong kurang sebesar 86,7%. Setelah www.depkes.go.id. Disitasi pada tanggal 15 April
2013)
dilakukan analisis diketahui bahwa ada hubungan Fitri, R. 2012. Hubungan Kejadian Toksoplasmosis
antara IgG Anti-Toxoplasma positif dengan higiene dengan Higiene Perorangan Pada Karyawan Klinik
perorangan dan pemakaian alat pelindung Hewan Dinas Peternakan Jawa Timur. Skripsi.
diri. Dengan kata lain semakin buruk higiene Surabaya: Universitas Airlangga.
perorangan dan pemakaian alat pelindung diri Gandahusada. 1998. Parasitologi Kedokteran. Jakarta:
Gaya Baru
pekerja maka semakin berisiko untuk memiliki Handojo, I. 2004. Imunoasai Terapan pada Beberapa
IgG Anti-Toxoplasma positif. Untuk itu, bagi Penyakit Infeksi. Surabaya: Airlangga University
pekerja Rumah Potong Hewan Kedurus perlu Press
meningkatkan higiene perorangan seperti segera Hiswani. 2005. Toksoplasmosis Penyakit Zoonosis yang
mencuci tangan setelah kontak dengan daging, Perlu Diwaspadai. ISSN 1410-6434. Vol. IX No. 1.
Iskandar, T. 1999. Tinjauan tentang Toksoplasmosis
mencuci tangan menggunakan sabun dan air pada Hewan dan Manusia. Balai Penelitian Veteriner.
mengalir, mengeringkan tangan dengan handuk WARTAZOA, Vol. 8 No. 2.
setelah mencuci tangan, selalu mencuci tangan Isro’in, L. dan Andarmoyo, S. 2012. Personal Hygiene
sebelum makan meskipun menggunakan sendok Konsep, Proses dan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
ketika makan, tidak memanjangkan kuku dan
Occupational Safety and Health Administration (OSHA).
menjaga kuku selalu dalam keadaan bersih. Bagi 2006. Personal Protective Equipment. www.osha.gov.
Rumah Potong Hewan Kedurus perlu melengkapi Disitasi pada tanggal 1 Juni 2013.
fasilitas yang dapat mendukung peningkatan Romadhoni, M. 2011. Hubungan Perilaku Higiene
higiene perorangan pekerja seperti menyediakan Tangan, Praktek Cuci Tangan, Jenis Lantai
Rumah, dan Perilaku Bermain di Tanah dengan
sabun dan handuk di tempat cuci tangan. Selain
Kejadian Penyakit Kecacingan pada Siswa SD.
itu perlu melakukan pengawasan terhadap Skripsi. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat
pemakaian alat pelindung diri pada pekerja agar Universitas Airlangga.
pekerja menggunakan alat pelindung diri dengan Soedarto. 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran.
lengkap ketika bekerja kontak dengan daging Jakarta: CV. Agung Seto.
Subekti, T dan NK. Arrasyid. 2006. Imunopatogenesis
mentah mengingat kondisi lingkungan kerja
Toxoplasma gondii Berdasarkan Galur. Balai
berisiko terhadap penularan penyakit zoonosis Penelitian Veteriner. WARTAZOA, Vol. 16 No. 3.
dari hewan potong ke manusia. Susanto. 2002. Penentuan Konsentrasi Minimal Gen
B1 dan Gen P30 Toxoplasma Gondii yang Masih
Terdeteksi dengan Reaksi Rantai Polimerase. Makara
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan, Vol. 6 No. 2.
Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia
di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Aryanthi, N. 2009. Hubungan Pelaksanaan Personal Medika.
Hygiene (Memandikan) oleh Perawat dengan World Health Organization (WHO). 2006. WHO Guidelines
Kepuasan Pasien Immobilisasi di Instalasi Rawat on Hand Hygiene in Health Care (Advanced Draft).
Inap C Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Geneva: WHO Press.

You might also like