You are on page 1of 51

Laporan Akhir Praktikum

Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PNEUMATIK
2.1.1 Umum
Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau
angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam
bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan suatu kerja yang
disebut pneumatik. Dalam penerapannya, sistem pneumatik banyak
digunakan sebagai sistem otomatis.
Dalam suatu rangkaian pneumatik, udara diluar dihisap kedalam
kompresor dan mengalami kompresi, sehingga memiliki bentuk energi
yang kemudian dirubah menjadi gerak piston.
Berkaitan dengan ilmu pneumatik yang terus berkembang maka
pada kesempatan kali ini kita mencoba untuk mempraktekkan bagaimana
sebenarnya udara itu dimampatkan, dengan alat bantu apa sehingga
semua gagasan mengenai pemanfaatan udara ini bisa diwujudkan.
 Kelebihan sistem pneumatik antara lain :
- Fluida kerja yang mudah didapat untuk ditransfer.
- Dapat disimpan dengan baik.
- Penurunan tekanan relatif lebih kecil dibandingkan dengan
hidrolik.
- Viskositas fluida yang lebih kecil sehingga gesekan dapat
diabaikan.
- Aman terhadap kebakaran.
 Kekurangan sistem pneumatik antara lain :
- Gangguan udara yang bising.
- Gaya yang ditransfer terbatas.
- Dapat terjadi pengembunan.

3
Laporan Akhir Praktikum 4
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

2.1.2 Komponen Pendukung Sistem Pneumatik


1. Kompresor
Kompresor digunakan untuk menghisap udara atmosfer dan
memampatkannya kedalam tangki penampung atau receiver. Kondisi
udara dalam atmosfer dipengaruhi oleh suhu dan tekanan, sehingga
berlaku persamaan :
P.V = m.R1.T

Dimana :
P = Tekanan (Pa)
V = Volume yang dibutuhkan oleh gas (m3)
M = Massa molar
R1 = Konstanta gas spesifik (287 J/kg.K)
T = Temperatur absolute (°K)

Simbol.

Gambar 2.1.1 Kompresor

2. Kompresor air filter


Kompresor air filter berfungsi sebagai penyaring udara yang dipakai
pada sistem dengan jalan pemisahan partikel-partikel air dan debu dari
udara.
Simbol :

Gambar 2.1.2 Kompresor air filter


Laporan Akhir Praktikum 5
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

3. Katup 3/2 (3/2 Way Valve)


Berfungsi sebagai saklar untuk mengatur arah aliran fluida.
Simbol :

Model Push Button

Model Roller

Model Pedal

Gambar 2.1.3 Macam-macam Katup 3/2

4. Katup 5/2 (5/2 Way Valve)


Berfungsi sebagai saklar, yaitu untuk mengatur arah aliran dari
fluida.
Simbol :

Gambar 2.1.4 Katup 5/2

5. Katup pengatur aliran searah (One


Way Flow Control)
Berfungsi untuk mengatur debit aliran fluida sehingga dapat
mempengaruhi kecepatan silinder. Dengan kata lain, alirannya dapat
dibesarkan dan dikecilkan.
Laporan Akhir Praktikum 6
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Simbol :

Gambar 2.1.5 One Way Flow Control

6. Katup gerbang logika “AND”


Berfungsi sebagai switch yang akan bekerja apabila tekanan kedua
lubang sama, cara kerjanya harus mempunyai masukan dari kedua
lubang dengan tekanan yang sama.
Simbol :

Gambar 2.1.6 Katup gerbang logika “AND”

7. Katup gerbang logika “OR”


Berfungsi sebagai switch yang akan bekerja apabila ada tekanan
pada salah satu lubang saja.
Simbol :

Gambar 2.1.7 Katup gerbang logika “OR”

8. Time Delay Valve


Berfungsi untuk menunda kerja dari silinder.
Simbol :
Laporan Akhir Praktikum 7
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Gambar 2.1.8 Time Delay Valve


9. Tabung Gerak Tunggal (Single Acting
Cylinder)
Berfungsi sebagai elemen penggerak akhir. Pada SAC ini, silinder
bergerak maju dengan tekanan dan kembali lagi secara otomatis.
Simbol :

Gambar 2.1.9 Single Acting Cylinder (SAC)

10. Tabung Gerak Ganda (Double Acting


Cylinder)
Berfungsi sebagai elemen penggerak akhir. Pada SAC ini, silinder
akan bergerak maju tanpa bisa kembali secara otomatis, karena silinder
ini merupakan silinder kerja ganda.
Simbol :

Gambar 2.1.10 Double Acting Cylinder (DAC)

11. Preassure Relief Valve


Berfungsi sebagai saklar otomatis, komponen ini bekerja apabila
tekanan pada tabung didalam komponen telah mencapai tekanan
maksimumnya, maka udara akan mengalir dan mengaktifkan katup 3/2
yang juga terdapat / menyatu dalam komponen pressure relief ini.
Simbol :
Laporan Akhir Praktikum 8
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Gambar 2.1.11 Pressure Relief Valve

12. Pressure Gauge


Berfungsi sebagai alat pengukur tekanan aliran udara pada sistem
pengontrol Pneumatik.
Simbol.

Gambar 2.1.12 Pressure Gauge

2.1.3 Studi Kasus (contoh soal)


 Rangkaian 1
Kerja rangkaian, rangkaian ini bekerja apabila kita telah
memasang selang kompresor pada line 1. Apabila kita menekan
tombol (katup 3/2 push button) maka SAC (Single Acting Cylinder)
akan terdorong maju akibat adanya udara yang menekannya. Udara
masuk melalui katup 3/2, pada saat dia ditekan maka katup terbuka
dan udara mengalir ke SAC. Dan apabila tombol dilepas, maka SAC
akan kembali kekeadaan semula dan udara sisa hasil kerja tadi
dibuang melalui line 3 pada katup 3/2.

 Rangkaian 2
Kerja rangkaian, rangkaian ini bekerja jika tombol katup 3/2 A
model push button ditekan udara masuk dari kompresor ke katup 3/2
A melalui lubang 1. Kemudian katup 3/2 A pindah ruang dan udara
dipompa masuk ke lubang 2, kemudian dari lubang 2 udara bergerak
menuju katu 5/2 melalui lubang 1.4 kemudian katup 5/2 pindah ruang
udara mengalir ke lubang 4 menuju tabung silinder DAC, sehingga
mendorong piston DAC maju ke depan. Jika katup 3/2 B model push
button ditekan udara dari kompresor masuk melalui lubang 1
Laporan Akhir Praktikum 9
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

kemudian katup 3/2 B pindah ruang, udara mengalir dari lubang 2


menuju katup 5/2 melalui lubang 1.2, katup 5/2 pun pindah ruang,
udara mengalir ke lubang 2 kemudian menuju tabung silinder DAC,
sehingga menggerakkan piston DAC mundur ke posisi semula dan
udara dibuang dari tabung DAC menuju lubang 4 katup 5/2 dan
dibuang lewat lubang 3 dan lubang 5 katup 5/2.

 Rangkaian 3
Pada tekan tombol katup 3/2 model push button, udara
dari kompresor dipompa masuk melalui lubang 1, katup 3/2 pun pindah
ruang, udara dipompa dari lubang 2 katup 3/2 menuju katup gerbang
logika “AND” melalui lubang 1.2 katup gerbang logika “AND”, namun
Karena hanya diinput dari sisi kanan maka katup gerbang logika “AND”
tidak bekerja. Pada karena tombol katup 3/2 model roller sudah
dalam posisi tertekan oleh DAC, maka katup gerbang logika pun
bekerja, karena sudah ada 2 input dari lubang 1.2 dan 1.4 dari katup
gerbang logika “AND”, kemudian dari katup gerbang logika “AND”
udara dipompa menuju katup lubang 1.4 katup 5/2, katup 5/2 pindah
ruang, udara dipompa ke katup “One Way Flow Control” melalui
lubang 4 katup 5/2. Dari “One Way Flow Control” udara dipompa
menuju DAC dan menggerakkan piston DAC maju ke depan, maka
tombol roller pun terlepas, dan roller pada katup 3/2 model roller pun
tidak bekerja.
Pada tekan katup 3/2 model push button, maka udara
dipompa dari kompresor masuk melalui lubang 1 katup 3/2, katup 3/2
pun pindah ruang, udara dipompa melalui lubang 2 katup 3/2 menuju
ke SAC, sehingga piston SAC bergerak maju ke depan. Pada
karena piston SAC maju ke depan, maka roller pada katup 3/2 model
roller pun terlepas dan katup 3/2 model roller pun tidak bekerja.
Pada tekan katup 3/2 model pedal, maka udara dipompa
dari kompresor masuk melalui lubang 1 katup 3/2 model pedal, katup
Laporan Akhir Praktikum 10
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

pun pindah ruang, melalui lubang 2, udara dipompa ke lubang 1 katup


3/2 model roller pada katup pun pindah ruang, udara dipompa
melalui lubang 2 katup 3/2 model roller menuju lubang 1.2 katup 5/2,
katup 5/2 pun pindah ruang, udara dipompa melalui lubang 2 katup 5/2
menuju DAC pada dan menggerakkan piston DAC mundur ke
posisi awal. Sisa fluida (udara) dari DAC dibuang melalui lubang B dari
katup “One Way Flow Control” kemudian menuju lubang 4 katup 5/2
dan dibuang melalui lubang 3 dan 5 katup 5/2.

 Rangkaian 4
Bila katup 3/2 model push button ditekan secara bersamaan,
pada kedua katup melalui lubang 1, udara dipompa dari kompresor,
kemudian katu pindah ruang, udara dipompa dari lubang 2 katup 3/2
model push button menuju lubang 1.2 dan 1.4 katup gerbang logika
“AND”, karena mendapat tekanan yang sama dari kedua lubangnya
maka katup gerbang logika “AND” pun bekerja. Dari katup gerbang
logika “AND” udara kemudian ditekan menuju katup gerbang logika
“OR”, karena mendapat tekanan dari salah satu lubangnya, maka
katup gerbang logika “OR” pun bekerja. Kemudian udara ditekan
menuju lubang 1.4 katup 5/2, katup pun pindah ruang, udara ditekan
menuju DAC, dan menggerakkan piston DAC maju ke depan,
kemudian menekan roller pada katup 3/2 model roller. Ketika katup
3/2 model roller bekerja, katup pindah ruang, udara ditekan menuju
“Time Delay Valve” dan udara ditahan untuk jeda waktu tertentu,
kemudian udara ditekan kembali menuju lubang 1.2 katup 5/2, katup
pun pindah ruang, udara ditekan melalui lubang 2 katup 5/2 menuju
DAC, sehingga menggerakkan piston DAC mundur kembali seperti
pada posisi semula secara otomatis secara beberapa saat. Sisa
fluida (udara) kemudian menuju lubang 4 katup 5/2 dan dibuang
melalui lubang 3 dan 5 katup 5/2.
Laporan Akhir Praktikum 11
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Bila katup 3/2 model pedal ditekan, melalui lubang 1 udara


dipompa dari kompresor, kemudian katup pindah ruang, udara
dipompa dari lubang 2 katup 3/2 model pedal menuju katup gerbang
logika “OR” pada sisi kanan. Ketika katup gerbang logika “OR”
bekerja, udara ditekan menuju lubang 1.4 katup 5/2, katup pun
pindah ruang, udara ditekan menuju DAC, dan menggerakkan piston
DAC maju ke depan, kemudian menekan roller pada katup 3/2 model
roller. Ketika katup 3/2 model roller bekerja, katup pindah ruang,
udara ditekan menuju “Time Delay Valve” dan udara ditahan untuk
jeda waktu tertentu, kemudian udara ditekan kembali menuju lubang
1.2 katup 5/2, katup pun pindah ruang, udara ditekan melalui lubang
2 katup 5/2 menuju DAC, sehingga menggerakkan piston DAC
mundur kembali seperti pada posisi semula secara otomatis secara
beberapa saat. Sisa fluida (udara) kemudian menuju lubang 4 katup
5/2 dan dibuang melalui lubang 3 dan 5 katup 5/2.

 Rangkaian 5
Tekan tombol katup 3/2 model push button katup pun
pindah ruang, udara dari kompresor dipompa melalui lubang 1,
kemudian ditekan melalui lubang 2 katup 3/2 menuju lubang 1.4
katup 5/2, katup 5/2 pun pindah ruang, udara ditekan melalui lubang
4 katup 5/2 menuju lubang A katup “One Way Flow Control”
kemudian udara diatur debit alirannya dan ditekan melalui lubang B
menuju DAC, untuk menggerakkan piston DAC maju ke depan
secara perlahan.
Tekan tombol katup 3/2 model push button katup pun
pindah ruang, udara dari kompresor dipompa melalui lubang 1,
kemudian ditekan melalui lubang 2 katup 3/2 menuju lubang 1.2
katup 5/2, katup 5/2 pun pindah ruang, udara ditekan melalui lubang
2 katup 5/2 menuju lubang A katup “One Way Flow Control”
kemudian udara diatur debit alirannya menuju DAC untuk
Laporan Akhir Praktikum 12
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

menggerakkan piston DAC mundur ke posisi semula secara


perlahan. Sisa fluida (udara) kemudian menuju lubang 4 katup 5/2
dan dibuang melalui lubang 3 dan 5 katup 5/2.

 Rangkaian 6
Tabung DAC berada pada posisi awal mundur menekan
katup 3/2 model roller , dengan demikian katup pindah ruang,
udara ditekan menuju lubang 1.4 katup 5/2 sehingga katup 5/2
pindah ruang, udara ditekan melalui lubang 4 menuju DAC ,
sehingga posisi awal piston DAC berada pada posisi maju ke
depan.
Tekan tombol katup 3/2 model push button, udara dari
kompresor dipompa masuk melalui lubang 1, katup pun pindah ruang,
udara di tekan melalui lubang 2 katup 3/2 menuju katup 5/2
melalui lubang 1.4. Kemudian katup 5/2 pindah ruang, udara tekan
melalui lubang 4 menuju tabung DAC sehingga menggerakkan
piston DAC maju ke depan menekan tombol katup 3/2 model roller ,
kemudian katup 3/2 model roller pindah ruang, udara ditekan melalui
lubang 2, menuju lubang 1.2 katup 5/2 . Katup 5/2 pun pindah
ruang, udara ditekan melalui lubang 2 katup 5/2 , menuju tabung
DAC sehingga menggerakkan piston DAC , mundur dan
menekan katup 3/2 model roller kemudian katup 3/2 model roller
pindah ruang, udara ditekan melalui lubang 2 menuju lubang 1.2 katup
5/2 . Kemudian katup 5/2 pindah ruang, udara ditekan melalui
lubang 2 menuju DAC sehingga menggerakkan piston DAC
mundur seperti semula dan piston DAC pun maju seperti pada posisi
awalnya, ketika tombol pada katup 3/2 model push button dilepas.

2.2 HIDROLIK
2.2.1 Umum
Laporan Akhir Praktikum 13
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Persiapan dasar dari sistem hidrolik adalah mekanika fluida.


Mekanika fluida dan hidrolik merupakan ilmu yang berkaitan dengan fluida
dalam keadaan diam atau bergerak. Fluida adalah zat yang memiliki
kemampuan untuk mengalir dan menyesuaikan diri dengan tempatnya.
Fluida terbagi dua, yaitu fluida compressible dan fluida non-compressible.
Dalam sistem pneumatik, fluida compressible dimampatkan untuk
menggerakan siinder, sedangkan pada sistem hidrolik digunakan fluida
non-compressible.
 Kelebihan sistem hidrolik antara lain :
- Ketelitian penyetelan posisi.
- Dapat menahan beban yang besar.
- Dapat mentransfer energi yang besar.

 Kekurangan sistem hidrolik antara lain :


- Reaksi yang dikerjakan lambat.
- Sensitif terhadap kebocoran dan kotoran.
- Sisa cairan hidrolik yang menimbulkan limbah.

1. Kekentalan (Viskositas)
Kekentalan suatu fluida adalah sifat yang menentukan besarnya
daya tahan terhadap gaya geser atau dapat didefinisikan sebagai
ketahanan terhadap aliran. Kekentalan ini dipengaruhi oleh gaya tarik
antara molekul-molekul dalam fluida tersebut. Pada standar internasional,
koefisien kekentalan didefinisikan sebagai koefisien kekentalan kinematik,
dan dilambangkan dengan (υ ). Sedangkan koefisien kekentalan mutlak
dari fluida dilambangkan dengan (µ ), kedua koefisien ini memiliki
hubungan sebagai berikut :
υ=µ ρ

υ dalam m2/s, ρ dalam kg/m3, dan µ dalam Pa detik.


2. Tekanan Hidrostatis
Laporan Akhir Praktikum 14
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Yang dimaksud dengan tekanan hidostatis hidrolik adalah tekanan


yang dilakukan oleh cairan dalam keadaan tak bergerak. Cairan yang
ditempatkan pada suatu bejana memiliki energi tekanan yang diakibatkan
oleh massa jenis cairan, gravitasi dan jarak terhadap titik acuan,
persamaannya adalah :
Ps = ρ.g.h

Dimana :
Ps= tekanan hidrostatis (Pa) ρ = densitas cairan (kg/m3)
G = percepatan gravitasi (m/s2) h = tinggi cairan (m)

3. Tekanan terhadap permukaan


Besarnya tekanan berbanding terbalik dengan luas penampang
tempat gaya itu bekerja. Besar tekanan dirumuskan sebagai berikut:
P =F A

Dimana :
P = Tekanan (Pa)
F = Gaya (N)
A = Luas penampang (m2)

4. Debit aliran
Debit aliran didefinisikan sebagai volume air yang melewati pipa
dalam satuan waktu tertentu. Debit aliran dirumuskan :
Q = A.V
Dimana :
Q = Debit aliran (m3/s)
A = Luas penampang (m2)
V = Kecepatan aliran (m/s)

5. Jenis aliran fluida


Tipe aliran dalam fluida dibedakan atas pergerakan partikel dalam
fluida tersebut, yaitu aliran laminer dan turbulen. Pada aliran laminer
partikel-partikel dalam fluida bergerak disepanjang lintasan-lintasan lurus,
Laporan Akhir Praktikum 15
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

sejajar dalam lapisan-lapisan. Sedangkan dalam aliran turbulen partikel-


partikel fluida bergerak secara acak ke segala arah.
Untuk mengetahui besar dan jenis aliran dari fluida perlu diketahui
bilangan Reynolds, yaitu bilangan tak berdimensi yang menyatakan
perbandingan gaya-gaya inersia terhadap kekentalan suatu fluida. Untuk
menghitung dan menentukan jenis aliran dapat didasarkan pada :
 Kecepatan aliran (m/s)
 Diameter pipa (m)
 Viskositas kinematik (m2/s)

Ketiga hal tersebut dapat dirumuskan :


Re = V. d v

Aliran laminer : Re<2300


Aliran turbulen : Re>2300
Dengan :
Re = Bilangan Reynolds
V = Kecepatan aliran (m/s)
v = Viskositas kinematik (m2/s)
d = Diameter pipa (m)

6. Penurunan tekanan
Pada suatu aliran dalam pipa, tekanan fluida yang dihasilkan
tidaklah selalu konstan. Faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan
tekanan ini adalah :
 Viskositas cairan
 Panjang pipa
 Tipe dan kecepatan aliran
Besarnya penurunan tekanan memenuhi persamaan :
λ. L ρ 2
∆P = .V
D 2
Laporan Akhir Praktikum 16
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Dimana :
∆P = Penurunan tekanan (Pa)
D = Diameter pipa (m)
ρ = Massa jenis (kg/m3)
λ = Konstanta tahanan (75/Re)
L = Panjang pipa (m)
V = Kecepatan aliran (m/s)

7. Rumus perhitungan sillinder


Dengan Beban
 Gaya akibat beban (Fm)
Fm = m × g

Dimana :
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
 Kerja piston akibat gaya (WF)
Wf = Fm × L
Dimana :
L = panjang langkah (m)
 Daya kerja piston (Pp)
Pp = Wf t

Tanpa Beban
 Gaya tekan (Fp)
Fp = p × A1

Dimana : A1 = 0,785 ( D2 − Db 2 )
 Tekanan akibat gaya tekan (pF)
pF = Fp A 2

Dimana : A2 = 0,785 ( D2 )
 Volume silinder (v)
v = A1 × L
Dimana : L = panjang langkah (m)
Laporan Akhir Praktikum 17
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

 Kapasitas aliran (Qs)


Qs = v t

 Kecepatan aliran (V)


V = Qs A1

 Kerja torak (W)


W = Fp ×L

 Daya torak (P)


P =W t

2.2.2 Komponen Pendukung Sistem Hidrolik


1. Katup (valve)
Katup dalam sistem hidrolik dibedakan atas fungsi desain,
dan cara kerja katup. Untuk pembagian katup berdasarkan fungsi,
terdiri atas :
 Katup tekanan (pressure relief valve)
 Katup arah aliran (direction control valve)
 Katup aliran searah (non return valve)
 Katup pengaturan debit aliran (flow control valve)

a.Katup tekanan (pressure valve)


Komponen ini berfungsi sebagai saklar otomatis pada sistem
hidrolik, katup ini akan membuka apabila tekanan dalam
tabungnya telah mencapai tekanan maksimum sesuai dengan
yang telah diatur fluida masuk melalui P dan keluar di T.
T
Simbol :

Gambar 2.2.1 Preassure Valve

b. Katup 4/3 (direction control valve)


Laporan Akhir Praktikum 18
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Komponen ini berfungsi sebagai pengarah laju fluida yang


fungsinya sama seperti pada katup 3/2 pada rangkaian
Pneumatik, dimana fluida masuk melalui P dan keluar pada titik A
dan B, sedangkan T sebagai tempat keluaran sisa fluida yang
digunakan untuk kemudian ditampung kembali di receiver tank.

Simbol.
A B

Gambar P2.2.2 T Katup 4/3

c.Katup aliran searah (non return valve)


Pada komponen ini aliran fluida hanya bisa mengalir pada
satu arah saja, jadi fluida yang telah mengalir tidak dapat kembali,
atau disebut juga penyearah aliran fluida.
Simbol.

Gambar 2.2.3 Non Return Valve

d. Katup pengaturan debit aliran (flow control valve)


Komponen ini berfungsi untuk mengatur kecepatan aliran
fluida dalam rangkaian.
Simbol :

Gambar 2.2.4 Flow Control Valve


Laporan Akhir Praktikum 19
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

2. Silinder hidrolik
Silinder hidrolik berfungsi untuk mengubah energi yang dimiliki oleh
cairan menjadi energi gerak/mekanik. Jenis silinder hidrolik terbagi
menjadi dua, yaitu :

a. Single Acting Cylinder


(SAC)
SAC berfungsi sebagai komponen penggerak akhir, SAC
bekerja dengan cara apabila ada fluida yang menekannya, maka
SAC akan bergerak maju.
Namun jika tidak ada tekanan yang masuk maka
silindernya akan kembali kembali seperti semula (mundur) secara
otomatis.
Simbol :

Gambar 2.2.5 Single Acting Cylinder (SAC)

b. Double Acting Cylinder (DAC)


DAC sama fungsinya seperti SAC, yaitu sebagai elemen
penggerak akhir, hanya saja dalam DAC silinder tidak kembali
seperti semula seperti SAC, kecuali line in satunya lagi diberi
tekanan fluida, karena DAC merupakan silinder kerja ganda, jadi
bisa maju dan mundur. Dan tidak kembali secara otomatis seperti
pada SAC.
Simbol :
Laporan Akhir Praktikum 20
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Gambar 2.2.6 Double Acting Cylinder (DAC)

3. Motor hidrolik
Pada motor hidrolik ini, berfungsi untuk mengubah energi
tekanan cairan hidrolik menjadi energi mekanik/putaran, ukuran dari motor
ini dinyatakan dengan kapasitas perpindahan geometrik (cm3) (V).
Simbol :

Gambar 2.2.7 Motor Hidrolik

Ukuran besar kapasitas dirumuskan dengan :


P =M V Q =n . V

Dimana :
P = Tekanan (Pa)
Q = Debit aliran (L/min)
M = Torsi (Nm)
N = Kecepatan putaran (rpm)
V = Perpindahan geometrik (cm3)

4. Pompa
Pompa digunakan untuk sejumlah volume cairan yang digunakan
agar suatu cairan tersebut memiliki bentuk energi. Berdasarkan prinsip
kerjanya pompa dibagi dalam :
 Positive displacement pump
 Pompa dynamic
Simbol HPP (Horse Power Pack) :
Laporan Akhir Praktikum 21
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

P T

Gambar 2.2.8 Horse Power Pack

Pada sistem hidrolik, pompa yang digunakan adalah pompa gigi


karena dapat memindahkan sejumlah volume zat cair yang memiliki
viskositas yang besar. Dalam penggunaan pompa pada suatu sistem
haruslah mempertimbangkan karakteristik dari pompa itu sendiri, salah
satu karakteristik yang penting adalah besar volume yang dipindahkan
pompa (V) dirumuskan :
Q =n . V

Dimana :

N = Putaran pompa (rpm)


V = Volume yang dipindahkan (cm3/rpm)
Q = Debit aliran (cm3/s)
Laporan Akhir Praktikum 22
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

2.2.3 Studi Kasus (contoh soal)


Rangkaian 1

A B

P T

P T

Gambar 2.2.9 Rangkaian 1

Rangkaian 2
DAC

A B

P T
Katup 4/3

T
Flow Control Valve

P
Preassure
Relief

P T

POMPA (HPP)

Gambar 2.2.10 Rangkaian 1


Laporan Akhir Praktikum 23
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Pada rangkaian ini dilakukan percobaan untuk mengetahui waktu


yang dibutuhkan untuk melakukan pemukaan katup pada waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan pembukaan katup pada One Way Flow
Control dengan bukaan yang berbeda dan tekanan yang berbeda pula,
yaitu : 35 bar, 40 bar, 45 bar.

Data percobaan :
D : 10 mm
L : 200 mm
V : 61,2 mm2/s
Qpump : 333000 mm3/s

Lembar data percobaan


Tabel 2.1 Tabel data rangkaian 2 Hidrolik
Untuk tekanan 20 bar
No Bukaan katup Waktu (s)
1 I
2 II
3 III

Untuk tekanan 30 bar


No Bukaan katup Waktu (s)
1 I
2 II
3 III

Untuk tekanan 40 bar


No Bukaan katup Waktu (s)
1 I
2 II
3 III
.

Rumus dasar :
Laporan Akhir Praktikum 24
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

1. Debit aliran (Q)


Q =v t v =πr 2 . L

Dimana : Q = kapasitas aliran (m3/s)


v = volume (m3)
L = panjang langkah (m)
r = jari-jari (m)

2. Kecepatan aliran (V)


V = Qr A A = πr 2

Dimana : v = volume (m3)


Qr = kapasitas aliran (m3/s)
A = luas penampang (m2)
r = jari-jari (m)

3. Konstanta Reynolds (Re)


Vkec × D
Re =
Vikositas
Dimana : Re = Reynold number
v = kecepatan (m/s)

4. Kerja pompa (W)


Wpompa = Ppompa × Qr

Dimana : W = kerja pompa (J)


Qr = kapasitas aliran (m3/s)

5. Efisiensi (η )
Qpompa × Qr
η= × 100 %
Qpompa

Tabel 2.2. Tabel hasil perhitungan rangkaian 2 Hidrolik


Laporan Akhir Praktikum 25
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Qr Vkec W
Katup t (s) Re η (%)
(m3/s) (m/s) (Watt)
I
II
III

Rangkaian 3.

DAC

M assa

A B

P T
K atup 4/3

P T

POM PA

Gambar 2.2.11 Rangkaian 3

Pada rangkaian hidrolik 3 ini, kita akan menghitung waktu yang


dibutuhkan silinder untuk maju pada saat diberi beban dan tidak diberi
beban serta dengan tekanan yang berbeda.
Lembar data percoban
Tabel 2.3 Tabel data pengamatan rangkaian 3 Hidrolik
Laporan Akhir Praktikum 26
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

No P (bar) Waktu tanpa beban


1
2

No P (bar) Waktu dengan beban


1
2

Perhitungan :
Spesifikasi komponen.
1. Motor hidrolik.
Daya (P) : 650 Watt
Putaran : 1320 rpm
Momen puntir : 0,002 N mm
2. Pompa hidrolik.
Debit aliran : 2,2 L/min
Tekanan pompa : 5-60 bar

3. Siliinder hidrolik.
Diameter silinder : 6 mm
Diameter rod : 10 mm
Panjang langkah : 200 mm

Rumus silinder dengan beban


a. Gaya akibat beban (Fm)
Fm = m . g

Dimana : Fm = gaya akibat beban (N)


m = massa beban (kg)
Laporan Akhir Praktikum 27
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

g = percepatan gravitasi (m/s2)

b. Kerja piston akibat gaya (Wf)


Wf = Fm . L

Dimana : Wf = Kerja piston akibat gaya (J)


Fm = gaya akibat beban (N)
L = panjang langkah (m)

c. Daya kerja piston (Pp)


Pp = Wf t

Dimana : Pp = daya kerja piston (J/s)


Wf = kerja piston akibat gaya (J)
t = waktu (s)

Rumus silinder tanpa beban


a. Gaya tekan (Fp)
Fp = p . A1

Dimana : Fp = gaya tekan (N)


P = tekanan (Pa)
A1 = 0,787 (D2 – Db2)

b. Tekanan akibat gaya tekan (pF)


pF = Fp A2

Dimana : pF = tekanan akibat gaya tekan (Pa)


Fp = gaya tekan (N)
A2 = 0,785 · D2

c. Volume silinder (v)


v = A1 . L

Dimana : V = volume silinder (m3)


A1 = 0,787 (D2 – Db2)
Laporan Akhir Praktikum 28
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

L = panjang langkah (m)

d. Kapasitas aliran (Qs)


Qs = v t

Dimana : Qs = kapasitas aliran (m3/s)


V = volume silinder (m3)
t = waktu (t)

e. Kecepatan aliran (v)


V = Qs A1

Dimana : v = kecepatan aliran (m/s)


Qs = kapasitas aliran (m3/s)
A1 = 0,787 (D2 – Db2)

f. Kerja torak (W)


W = Fp . L

Dimana : W = kerja torak (J)


Fp = gaya tekan (N)
L = panjang langkah (m)

g. Daya torak (P)


P =W t

Dimana : P = daya torak (J/s) t = waktu (t)


W = kerja torak (J)
Tabel 2.4. Tabel hasil perhitungan rangkaian 3 Hidrolik
Dengan beban :
No P (bar) T (s) Fm Wf Pp
1
2

Tanpa beban :
No P (bar) T (s) Fp pF v Qs V W P
Laporan Akhir Praktikum 29
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

1
2

2.3 Pompa
2.3.1 Umum
Pompa merupakan suatu alat yang digunakan untuk
memberikan energi kinetik atau energi potensial pada fluida. Setiap
pompa memiliki karakteristik sendiri tergantung pada desain dari pompa
tersebut. Berdasarkan prinsip kerjanya pompa terbagi atas dua jenis :
1. Positive displacement pump
Pada pompa Positive displacement, aliran fluida didasarkan
atas mekanisme penghisapan dan kempa/desak. Contoh pompa ini
adalah pompa ulir, pompa roda gigi, pompa torak dan lain-lain. Pompa
jenis ini dapat digunakan untuk mengalirkan fluida dengan viskositas yang
relatif besar. Salah satu jenis pompa ini yang banyak digunakan adalah
pompa roda gigi. Karakteristik dari pompa roda gigi sangat dipengaruhi
oleh putaran dari motor yang digunakan.
Q =n. v

Dimana :
Q = Debit aliran (cm3/waktu)
n = Putaran pompa (rpm)
v = Volume yag dipindahkan (cm3)

2. Dynamic pump
Pada pompa dinamik, energi ditambahkan pada fluida dengan
cara melewatkan fluida pada sudu yang berputar cepat. Contoh pompa ini
adalah pompa radial/sentrifugal, pompa aksial.
Pada pompa sentrifugal energi yang ditambahkan pada fluida
tergantung pada sudu dari impeller. Kecepatan yang keluar tersebut
merupakan kecepatan absolut dengan komponen kecepatan putar
(tangensial) dan kecepatan yang mengikuti impeller (relatif).
Laporan Akhir Praktikum 30
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Kecepatan fluida ini kemudian berkurang dan menjadi tinggi kenaikan (H)
disudu pengarah atau pada rumah spiral pompa.

Gambar 2.3.1 Segitiga kecepatan impeller

Daya pada fluida yang melalui impeller dirumuskan dengan euler


Turbo machine Equations :
1) Pw = n T = pQ ( u2 Vt 2 − u1 Vt 1)

2) H = Pw ρg Q = I g ( u2 Vt 2 − u1 Vt 1)

Dimana Pw adalah daya fluida ρ g Q (H) yaitu Water Horse


Power/WHP, sedangkan daya yang diberikan pada pompa diberikan
persamaan (I) BHP = n.T, pada kenyataannya WHP akan selalu lebih
kecil dibandingkan dengan BHP. Sehingga efisiensi pompa merupakan
perbandingan WHP dan BHP.
Persamaan tersebut menunjukan torsi, daya dan head merupakan
fungsi dari kecepatan linier dari tepian rotor u1dan u2 dan kecepatan
tangensial absolut dari fluida Vt1 dan Vt2.
V 2 −u2 + w 2 −2 uw cos β w cos β = u − Vt

Sehingga : V t= 1
2 ( V2 + u2 − w2)
Disubstitusikan pada persamaan (2).

3) H = 12 g [ ( V 22 − V12 ) + ( u22 − u12 ) − ( w 22 − w12 ) ]


P ρg + z + w 2 2 g −r 2 w 2 2 g = cos nt
Laporan Akhir Praktikum 31
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Untuk pompa sentrifugal power yang diberikan dapat


dihubungkan terhadap kecepatan radial Vn = Vt tan α , maka untuk tinggi
tekan teoritis debit dapat diperoleh dengan :
Pw = w T = p Q ( u2 Vn 2 ctg α2 − u1 Vn 1 ctg α1)
Vn 2 = Q 2 πr 2 b2 Vn 1 = Q 2 πr 1 b1

B adalah kedalaman sudu/Blade pada inlet dan outlet.


Keseimbangan Energi pada Pompa Sentrifugal
Pada gambar 2 terlihat bahwa :
Penampang 1 :
4) Pa y =P1 y +V 12 2 g +h1 +hl 1

5) Pa y =P2 y + V 22 2 g +h2 +hl 2

Dari persamaan diatas didapat :


6) P2 y =V 22 2 g =P1 y + V 12 2 g +E G +hl 1 − 2

Jika penampang input dan discharge sama, maka V1 = V2 dan


persamaannya menjadi :
7) P2 y = P1 y −E G −hl 1 − 2

2.3.2 Pompa DAP dan Gambar Rangkaian


Pompa DAP memiliki head dan Q yang lebih kecil dari pompa
Wolley dan daya yang lebih besar dari pompa Wolley, adapun spesifikasi
dari pompa tersebut adalah sebagai berikut :

Spesifikasi pompa DAP (pompa 1)


Head : 33 m
Q : 42 L/min
N : 2850 rpm
Laporan Akhir Praktikum 32
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

P : 125 Watt

Gambar rangkaian

G1

K4 P1

K3
K5
G2

FLOW K2
METER P2

K1

H2O

Gambar 2.3.2 Rangkaian Pompa DAP

Keterangan : = kran tertutup.

= kran terbuka.

2.3.3 Pompa Wolley dan Gambar Rangkaian


Pada pompa Wolley head dan Q lebih besar dari pada pompa DAP
dan dayanya lebih kecil dari pada pompa DAP, sehingga listrik yang
digunakan lebih irit.

Adapun spesifikasi dari pompa Wolley adalah sebagai berikut :


Spesifikasi pompa Wolley (pompa 2).
Head : 47 m
Q : 45 L/min
N : 2900 rpm
Laporan Akhir Praktikum 33
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

P : 100 Watt

Gambar rangkaian

G1

K4 P1

K3
K5
G2

FLOW K2
METER P2

K1

H2O

Gambar 2.3.3 Rangkaian Pompa Wolley

Keterangan : = kran tertutup.

= kran terbuka.

2.3.4 Modul Pompa Sentrifugal Yang Dipasang Seri dan Pararel


Dengan Karakteristik Berbeda
Dalam modul ini kita akan melakukan percobaan pemasangan dua
buah pompa sentrifugal dengan karakteristik berbeda yang akan dipasang
secara seri dan pararel. Dalam percobaan ini akan sangat membantu bila
dalam satu sistem membutuhkan nilai Head dan kapasitas yang tidak
dapat dicapai oleh satu pompa saja, adapun karakteristik pompa tersebut
adalah sebagai berikut :
 Pompa 1 (DAP pump)
Head : 33 m
Q : 42 L/min
Laporan Akhir Praktikum 34
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

N : 2850 rpm
P : 125 Watt
 Pompa 2 (Wolley pump)
Head : 47 m
Q : 45 L/min
N : 2900 rpm
P : 100 Watt

Telah kita ketahui bersama :


 Head total pompa (H)
H = P / γ + v2 · d / 2g + h

Dimana : P = tekanan statik (Pa)


v2 · d / 2g = head kecepatan keluar (m)
h = head statik total (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

(+) dipakai jika muka air disisi keluar lebih tinggi dari pada sisi
isap.
(-) dipakai jika muka air disisi keluar lebih rendah dari pada sisi
isap.
v2 diperoleh dari harga Head kerugian gesek ( hf = λL v 2 /

D·2g)
karena kerugian gesek pada percobaan ini kita anggap kecil,
maka persamaan Head total kita anggap menjadi:
H=P/γ+h

 WHP (Water Horse Power)


WHP = ρg Q H

Dimana : WHP = Water Horse Power (Watt)


Laporan Akhir Praktikum 35
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

ρ = massa jenis (kg/m3)


g = percepatan gravitasi (m/s2)
Q = debit aliran (m3/s)
H = head total (m)

 BHP (Blade Horse Power)


BHP = V I 0,85

Dimana : BHP = Blade Horse Power (Watt)


V = tegangan (Volt)
I = kuat arus listrik (Ampere)

 Efisiensi pompa (η p)
WHP
ηp =
BHP
Dimana : WHP = Water Horse Power (Watt)
BHP = Blade Horse Power (Watt)

3.4.1.1 Pompa Yang Dipasang Secara Seri dan Gambar Rangkaian


Pada hubungan seri, setelah zat cair melalui sebuah pompa, zat
cair itu dibawa kembali ke pompa berikutnya. Dari P2 diteruskan ke P1
dengan menutup kran 4 dan kran 2. dalam pemasangan secara seri head
yang dihasilkan akan lebih besar, head pompa 1 ditambah head pompa 2,
G1
namun dengan debit aliran fluida yang kecil (pompa2).

K4 P1

Gambar rangkaian K3
K5
G2

FLOW K2
METER P2

K1

H2O
Laporan Akhir Praktikum 36
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Gambar 2.3.4 Rangkaian Pompa secara Seri

Keterangan: = kran tertutup.

= kran terbuka.

2.3.4.2 Pompa Yang Dipasang Secara Paralel dan Gambar


Rangkaian
Pada hubungan pararel pada pompa, beberapa buah pompa
dihubungkan pada saluran kempa yang sama. Untuk menjaga agar
jangan sampai sebuah pompa mengempa kembali zat cair kedalam
saluran isap pompa yang lain, umpamanya bila pompa yang terakhir ini
G1
tidak bekerja, maka dipasang sebuah katup/kran. Dengan menutup kran 3
maka rangkaian ini akan terhubung K4
secara pararel
P1 dan akan dihasilkan

debit aliran yang sangat besar namun head


K3 tidak bertambah.
K5
G2

Gambar rangkaian FLOW K2


METER P2

K1

H2 O
Laporan Akhir Praktikum 37
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Gambar 2.3.5 Rangkaian Pompa secara Peralel

Keterangan : ` = kran tertutup.

= kran terbuka.

2.3.5 Lembar Data Pengamatan


Tabel 2.5. Tabel data pengamatan Pompa

Karakteristik pompa pada putaran konstan


Pompa 1 (DAP pump)
Bukaan katup Head statis Tekanan Waktu

Pompa 2 (Wolley pump)


Bukaan katup Head statis Tekanan Waktu
Laporan Akhir Praktikum 38
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Pompa 1+2 pemasangan seri


Bukaan katup Head statis Tekanan Waktu

Pompa 1+2 pemasangan pararel


Bukaan katup Head statis Tekanan Waktu

2.3.6 Karakteristik Pompa Sentrifugal (EBARA pump)


Head yang dihasilkan pada persamaan (3) merupakan head
teoritis, dimana sudu pada impeller dianggap jumlahnya tak
berhingga dan tebal sudu adalah nol.
Pada keadaan sesungguhnya terjadi berbagai kerugian-
kerugian antara lain adanya kerugian hidrolis akibat gesekan, arus
steddy dari aliran fluida pada casing dan volume juga adanya shock
pada saat fluida meninggalkan pompa.

Spesifikasi alat uji :


a. Pompa.
Pompa sentrifugal : Ebara pump
Spec : FS 4J 52,2
Pipa input : 2,5 “
Pipa discharge : 2”
Head pada 300 l/m : 14 m
Laporan Akhir Praktikum 39
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

b. Motor listrik.
Pembuat : Tabung 3 phase 220-380 V
Daya : 2,2 kW
Putaran : 600-1200 rpm

2.4 MOTOR BAKAR


2.4.1 Umum
Salah satu jenis penggerak mula yang banyak dipakai adalah
mesin kalor, yaitu mesin yang menggunakan energi thermal untuk
melakukan kerja mekanik. Ditinjau dari cara memperoleh energi thermal
ini mesin kalor dibagi menjadi dua golongan, yaitu
a. Mesin pembakaran luar (external combistion engine), yaitu
proses pembakaran yang terjadi diluar mesin, energi thermal
dari gas hasil pembakaran dipindahkan ke fluida kerja mesin
melalui dinding pemisah, sebagai contohnya mesin uap, turbin
uap, dan lain-lain.
b. Mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) yang
pada umumnya dikenal dengan nama motor bakar. Proses
pembakarannya berlangsung didalam motor bakar itu sendiri
sehingga gas pembakaran yang terjadi sekaligus berfungsi
sebagai fluida kerja, contohnya motor diesel dan motor bensin.

2.4.2 Beberapa Jenis Motor Bakar


Laporan Akhir Praktikum 40
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

1. Motor Bakar Torak


Motor bakar torak menggunakan beberapa silinder yang
didalamnya terdapat torak yang bergerak translasi (bolak-balik). Didalam
silinder itulah terjadi pembakaran antara bahan bakar dengan udara. Gas
pembakaran yang dihasilkan oleh proses tersebut mampu menggerakan
torak dengan batang penghubung (batang penggerak) yang dihubungkan
dengan poros engkol dan sebaliknya gerak rotasi poros engkol
menimbulkan gerak translasi pada torak.
2. Motor Bensin
Motor bensin merupakan salah satu jenis penggerak mula
yang mengkonversikan energi thermal menjadi energi mekanik. Energi
thermal tersebut diperoleh dari pembakaran bahan bakar dan udara.
Motor bensin itu sendiri adalah mesin pembakaran dalam
(internal combustion engine) yang dimana proses pembakarannya terjadi
pada ruang bakar. Lain halnya dengan pembakaran luar yang mana
proses pembakarannya terjadi diluar mesin yang kemudian energi panas
tersebut dipindahkan ke fluida kerja mesin melalui dinding pemisah.

Gambar 2.5.1. Siklus Motor Bakar 4 langkah.

2.4.3 Skema Motor Bakar


Laporan Akhir Praktikum 41
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Gambar 2.5.2. Skema Motor Bakar 4 langkah.

Siklus Udara Ideal


Proses thermodinamika dan kimia yang terjadi pada motor bakar
sangatlah kompleks untuk dianalisis menurut teori. Oleh karena itu maka
diperlukan adanya asumsi keadaan yeng ideal.
Semakin ideal suatu keadaan maka semakin mudah untuk
dianalisis, akan tetapi keadaan tersebut dapat menyimpang jauh dari
keadaan sebenarnya.
Umumnya untuk menganalisis motor bakar dipergunakan siklus
udara ideal. Siklus udara tersebut menggunakan beberapa keadaan yang
sama dengan siklus sebenarnya, misalnya mengenai:
a. Urutan proses.
b. Perbandingan kompresi.
c. Temperatur dan tekanan.
d. Penambahan kalor.
Pada keadaan sebenarnya banyak terjadi penyimpangan alur
siklus ideal tersebut. Hal tersebut antara lain :
• Katup tidak terbuka dan tertutup tepat pada titik mati atas dan
titik mati bawah torak.
• Fluida kerja bukanlah udara yang dapat dianggap sebagai gas
ideal.
• Pada motor bakar torak tidak terdapat pemasukan kalor
seperti yang terjadi pada siklus udara, akan tetapi perubahan
temperatur yang terjadi merupakan akibat dari pembakaran
bahan bakar dan udara.
Laporan Akhir Praktikum 42
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

• Tidak ada pembakaran yang sempurna.


• Terjadi kerugian-kerugian gesek, thermal dan kerugian energi
lain.

Rumus Dasar.
Pengolahan data :
1. Torsi yang dihasilkan (output toque).
T =F . L

2. Daya yang dihasilkan/BHP (Break Horse Power).


2 πn T
BHP =
60
3. Fuel Consumtion (Brake Fuel Consumtion).
V = 3600 Vg t

4. Spesifik Fuel Consumtion and Power.


BFC BHP (liter / kW H)
5. BMEP (Break Mean Effective Preassure).
Tekanan udara rata-rata yang digunakan untuk
menggerakan piston selama langkah kerja (ekspansi).
N V 2 [Kn M2 ]
4
BMEP =6 ×10 K 2 BHP

6. Daya indikator/IHP (Indicator Horse Power).


IHP = BHP + FHP
7. Kerugian akibat gesekan pada komponen/FHP (Friction Horse
Power).
BHP (x) BFC (y)
n ( Σxy ) − ( Σx ) ( Σx 2 ) ( Σy )
b=
n ( Σx 2 ) − ( Σx ) 2

( Σx 2 ) ( Σy) − ( Σx ) ( Σy )
a=
n ( Σx 2 ) − ( Σx ) 2
FHP = b a

8. IMEP (Indicator Mean Effective Preassure).


6 ×10 4 K 2 BHP
IMEP =
Nvs
Laporan Akhir Praktikum 43
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

9. η mek (perbandingan daya keluar dan indikator).


ηmek = BHP IHP

10. Daya gesek rata-rata/FMEP (Friction Mean Effective


Preassure).
FMEP = IMEP ηmek

11. Efisiensi thermal (η th).


3,6 ×10 6
ηth =
BSFC ρ1 H1

Tujuan pengolahan data :


• Mengetahui karakteristik motor bensin 4 langkah pada
berbagai putaran.
• Mendapatkan grafik dari pengolahan data (rpm vs BHP dan
rpm vs η mek ).

2.4.4 Lembar Data Percobaan


Tabel 2.6. Tabel data pengamatan Motor Bakar
rpm t (detik) Volume (mL)
5
5
5

Tabel 2.7. Tabel hasil perhitungan Motor Bakar


Rpm BHP BFC SFC IHP BMEP η

2.5 Refrigerator (AC)


2.5.1 Umum
Prinsip pengkondisian udara merupakan terapan dari teori
perpindahan kalor dan thermodinamika. Berbagai konsep, model, dan
hukum thermodinamika dan perpindahan kalor dikembangkan dari konsep
Laporan Akhir Praktikum 44
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

yang dikembangkan dari dunia fisika, model khusus dan juga hukum yang
digunakan untuk memecahakan masalah dan sistem rancangan. Massa
dan energi merupakan dua konsep dasar yang menjadi titik tolak
perkembangan sains rekayasa (engineering science). Hukum pertama
dan kedua thermodinamika, dan persamaan laju perpindahan kalor
merupakan contoh yang tepat untuk hal ini.
Sifat thermodinamika, bagian yang penting dalam
menganalisis dalam sistem thermal adalah penemuan sifat
thermodinamika yang bersangkutan. Suatu sifat adalah karakteristik atau
ciri dari bahan yang dapat dijajaki dalam hal perubahan sifat-sifatnya,
tetapi keduanya bukan merupakan sifat itu sendiri, melainkan merupakan
hal yang dilakukan terhadap suatu sistem untuk merubah suatu sifatnya.
Kerja dan kalor dapat diukur hanya pada pembatas sistem atau jumlah
energi yang dipindahkan tergantung pada terjadinya perubahan.
Oleh karena itu, thermodinamika berkisaran pada energi maka
seluruh sifat-sifat thermodinamika berkaitan dengan energi. Dalam hal ini
sifat-sifat thermodinamika yang diutamakan adalah tekanan, suhu, rapat
massa, volume spesifik, kalor spesifik, entalpi, dan sifat cair uap dari suatu
keadaan. Suhu (t), dari suatu bahan menyatakan keadaan thermal dan
kemampuannya untuk bertukar energi dengan bahan lain yang
bersentuhan dengannya. Jadi suatu bahan yang suhunya lebih tinggi akan
memberikan kepada bahan yang suhunya lebih rendah. Titik acuan bagi
skala Celcius adalah titik beku air (0°C) dan titik didih air (100°C).
Suhu absolut (T), adalah derajat diatas suhu nol absolut yang
dinyatakan dengan skala Kelvin (K) yaitu = t°C + 273. Oleh karena itu,
interval suhu pada kedua skala suhu tersebut identik maka beda suhu
pada Celcius dinyatakan dengan Kelvin.
Tekanan (P), adalah gaya normal (tegak lurus) yang diberikan
oleh suatu fluida persatuan luas benda yang terkena gaya tersebut.
Tekanan absolut adalah ukuran diatas nol (tekanan yang sebenarnya
berada diatas nol). Tekanan pengukuran (gauge preassure) diukur diatas
Laporan Akhir Praktikum 45
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

tekanan atmosfir suatu tempat (nol tekanan pengukuran = tekanan


atmosfir ditempat tersebut). Satuan yang dipakai untuk tekanan adalah
Newton/m2 disebut juga Pascal (Pa).
Tekanan atmosfir standar, adalah 101.325 Pa = 101.3 Mpa,
tekanan dapat diukur dengan instrument seperti ukuran tekanan
(preassure gauge) atau Manometer (yang diperlihatkan secara skematik).
Rapat massa dan volume spesifik, rapat massa dari suatu
fluida adalah massa yang mengisi satu-satuan volume, sebaliknya volume
spesifik adalah volume yang diisi oleh satu-satuan massa, rapat massa
dan volume spesifik saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Kalor spesifik, kalor spesifik dari suatu bahan adalah jumlah
energi yang diperlukan untuk menaikkan satu-satu massa bahan tersebut
sebesar 1°K. Oleh karena itu, besaran ini dipengaruhi oleh cara proses
berlangsung, maka cara kalor ditambahkan atau dilepaskan harus
disebutkan. Nilai pendekatan untuk nilai spesifik dari beberapa bahan
yang penting adalah sebagai berikut :

Cp 1,0 kJ/kg.K Udara kering


Cp 4,19 kJ/kg.K Air
Cp 1,88 kJ/kg.K Uap air

Entalpi, perubahan entalpi (h) adalah jumlah kalor yang


dilepaskan atau diberikan persatuan massa melalui proses tekanan
konstan. Sifat entalpi dapat juga dinyatakan laju perpindahan kalor untuk
proses yang padanya terjadi penguapan atau pengembunan, misalnya
proses dalam ketel air atau koil pendinginan udara dimana uap air
mengembun.
Laporan Akhir Praktikum 46
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Entropi, walaupun entropi memiliki arti teknis dan filosofi, tapi


sifat ini hanya digunakan dalam hal khusus dan terbatas. Entropi terdapat
pada banyak grafik dan tabel-tabel sifat bahan.
Berikut adalah sifat entropi, yaitu :
1. Jika suatu gas uap ditekan atau diekspansikan tanpa
gesekan dan tanpa penambahan atau pelepasan kalor selama
proses berlangsung, maka bahan itu akan tetap.
2. Dalam proses yang akan disebutkan dalam butir,
perubahan entalpi menyatakan jumlah kerja persatuan massa
yang diperlukan oleh poros penekanan atau yang dilepaskan
oleh proses ekspansi tersebut.
Hukum gas ideal, model idealisasi dari perilaku gas yang
berhubungan dengan tekanan, suhu, dan volume spesifik suatu gas ideal
memenuhi :
P . v =R . T

Dimana :
P = Tekanan (Pa)
v = Volume spesifik (m/kg)
R = Terapan gas = 287 J/kg.K ; untuk udara
= 426 J/kg.K ; untuk air
T = Suhu absolut (k)
Persamaan gas ideal berlaku pada udara kering dan uap air
dengan derajat panas lanjut yang tinggi sekali dan tidak berlaku bagi uap
air serta refrigran yang suhunya dekat dengan kondisi jenuh.
Konservasi massa, massa adalah suatu “konsep” yang
mendasar, karena itu tidak mudah untuk didefinisikan. Definisi massa
sering dirumuskan dengan menunjukan pada hukum Newton, yaitu :
Gaya = m . a = m . dV dt

Dimana :
m = Massa (kg)
V = Kecepatan (m/det)
Laporan Akhir Praktikum 47
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

a = Percepatan (m/det2)
t = Waktu (det)
Pemanasan dan pendinginan, pada kebanyakan proses
pemanasan dan pendinginan, misalnya pada pemanas air, pada ketel,
perubahan beberapa bagian energi diabaikan. Seringkali perubahan
energi kinetik sebesar V2/2 dan energi potensial dari titik yang satu ke titik
yang lain sebesar 9,81 z dapat diabaikan jika terlalu kecil dibandingkan
dengan besarnya perubahan entalpi, kerja yang dilakukan atau
perpindahan kalor. Apabila dalam proses tidak ada kerja yang dilakukan
oleh pompa kompresor atau mesin, maka W = 0 karena itu persamaan
energi disederhanakan menjadi :
Q = m . h1 = m . h2 atau q = m ( h2 − h1)

Artinya laju perpindahan kalor sama dengan laju aliran massa dikalikan
dengan perubahan entalpi.
Proses adiabatik, adiabatik berarti tidak ada kalor yang
dipindahkan, jadi q = 0. Proses adiabatik dapat terjadi jika pembatas
sistem diberi sekat penahan aliran kalor. Tetapi walaupun sistem tidak
disekat asalkan laju energi total didalam sistem jauh lebih besar
dibandingkan dengan energi yang dimasukan atau dikeluarkan ke
lingkungan dalam bentuk kalor, maka proses tersebut dapat dikatakan
dengan adiabatik.
Kerja kompresi, suatu contoh yang dapat dijadikan sebagai
model proses adiabatik adalah pengkompresian suatu gas. Perubahan
energi kinetik dan potensial serta laju perpindahan kalor (q) didapat :
Q = m ( h1 − h2 )

Artinya, daya yang dibutuhkan sama dengan laju aliran massa dikalikan
dengan perubahan entalpi. Kerja W berharga negatif untuk kompresor dan
positif untuk mesin.
Kompresi isentropic, merupakan bahan lain yang
tersediauntuk memperkirakan perubahan entalpi selama proses
Laporan Akhir Praktikum 48
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

berlangsung kompresi. Jika kompresi bersifat adiabatik dan tanpa


gesekan maka kompresi tersebut terjadi pada entropi tetap.
Perpindahan kalor, analisis perpindahan kalor digali dari
hukum thermodinamika tentang konservasi massa energi, hukum kedua
dan ketiga persamaan tentang konduksi, radiasi dan konveksi. Persamaan
ini dikembangkan dari pengalaman gejala fisika tentang energi yang
merupakan ungkapan matematis dari model-model yang dibuat untuk
menjelaskan gejala tersebut. Perpindahan kalor melalui suatu bahan
padat yeng disebut peristiwa konduksi, menyangkut pertukaran energi
tingkat molekuler. Sebaliknya, radiasi adalah proses yang membawa
energi dalam jalan pelompatan proton dari suatu permukaan ke
permukaan yang lain. Radiasi dapat memindahkan energi menyebrangi
energi ruang vakum yang tidak tergantung pada medium perantara untuk
menghubungkan dua permukaan. Perpindahan kalor konveksi tergantung
pada konduksi antara permukaan benda padat dengan fluida terdekat
yang bergerak. E X P A N T IO N EVAPORATOR
R E F R IG E R A T O R
D E M O N S T R A T O R C D -5 2 9 3 0 VALVE

Gambar rangkaian

S IG H T F IL T E R
G LASS H .P G A U G E

L .P G A U G E
PREASURE
CONDENSOR GAUGE

TEMP.
CONTROL

POW ER
ON
O FF

L IQ U ID COMPRESOR
R E C E IV E R
TANK
Laporan Akhir Praktikum 49
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Gambar 2.4.1 Rangkaian Refrigerator (AC)

2.5.2 Bagian-Bagian Pada Refrigerator


A. Kompresor
Kompresor adalah semacam pompa yang didesain untuk
menaikkan tekanan dari refrigeran. Menurut hukun fisika, jika gas atau
uap dikompresikan maka temperaturnya juga akan naik. Ketika tekanan
dan temperatur naik, refrigeran cepat mengalami kondensasi pada
kondensor.
Simbol.

Gambar 2.4.2 Kompresor


B. Kondensor
Tujuan dari kondensor adalah untuk mengkondensasikan udara
menjadi mencairkan gas refrigeran yang telah dikompresikan bertekanan
tinggi, bertemperatur tinggi yang keluar dari kompresor.
Kondensor dibagi menjadi dua bagian, yaitu : Air Cooled Type dan Water
Cooled Type, kapasitas : 720 kcal/h.
Simbol.
Laporan Akhir Praktikum 50
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Gambar 2.4.3 Kondensor


C. Liquid Receiver
Liquid receiver menyimpan refrigeran yang telah
dikondensasikan dalam bentuk cairan secara berkala sebelum melalui
expantion valve (katup ekspansi).
Simbol.

Gambar 2.4.4 Liquid Receiver

D. Sight Glass
Dalam sight glass akan memberikan informasi keadaan dari
refrigeran (bercampur dengan air, kualitas dari refrigeran, dan lain-lain)
alat inin dipasang diantara pipa cairan refrigeran diantara kondensor dan
expantion valve.
Simbol.

Gambar 2.4.5 Sight Glass


E. Strainer/Drier
Alat ini memisahkan air yang bisa berada pada pipa freon
refrigeran. Jika air masuk dalam sistem pipa, bukan hanya akan
menghambat aliran refrigeran yang dikarenakan air ini akan membeku,
tetapi juga akan menyebabkan terjadinya asam hidrochloric, asam floride
hydrogen. Ini akan menyebabkan akibat yang kurang baik, sebagai contoh
: karat pada komponen, adhesive tembaga atau material elektrik isolator.
Standar : 1,4 inchi.
Simbol.
Laporan Akhir Praktikum 51
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Gambar 2.4.6 Strainer (filter)


F. Expantion Valve
Digunakan untuk mempertahankan derajat suhu super head
dengan mengontrol aliran refrigeran.
Alat ini memiliki thermostatis expantionvalve. Digunakan untuk refrigeran :
freon 12 (R12). Standar : daerah temperatur yang dikontrol -40 - 10°C.
Simbol.

Gambar 2.4.7 Expantion Valve


G. Evaporator
Adalah bagian alat dari refrigeration system yang digunakan
untuk menguapkan refrigeran dengan cara menangkap panas dari
lingkungan. Dengan kata lain alat ini menguapkan cairan refrigeran
dengan cara head exchanging (pertukaran panas) antara temperatur
rendah, tekanan rendah cairan refrigeran dengan udara.
Simbol.

Gambar 2.4.8 Evaporator


H. Dual
Alat ini digunakan untuk menghentikan kompresor pada saat
tekanan berlebihan dari tekanan normal operasi dan akan kembali
dihidupkan jika kembali normal. Dan akan menghentikan kompresor untuk
mengurangi tekanan pada tekanan rendah untuk membuat pompa bekerja
pada tekanan rendah yang berhubungan dengan selenoid valve.
Daerah tekanan dapat dikontrol :
 High Preassure : 8-30 kg/cm2
 Low Preassure : 0,5-2 kg/cm2
 Daerah tekanan diferensial : 50 mmHg – 6 kg/cm2
Simbol. L.P H.P
GAUGE GAUGE
Laporan Akhir Praktikum 52
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

Gambar 2.4.9. Dual.


I. Pressure Gauge
Alat ini akan memberikan informasi dan rendahnya tekanan
pada sistem daerah yang dapat dibaca.
Daerah tekanan yang dapat dibaca :
 High Preassure : 0-30 kg/cm2
 Low Preassure : 0-15 kg/cm2
Simbol.

Gambar 2.4.10 Preassure Gauge


J. Thermostat
Alat ini mengontrol solenoid valve dengan tujuan untuk
memelihara temperatur udara pada outlet evaporator dan temperatur
ruangan pada temperatur konstan. Daerah udara dapat dikontrol : 30-
50°C.Simbol.

Gambar 2.4.11 Thermostat


K. Temperatur
Alat ini akan menemukan volume keluar penukar dengan
mengukur temperatur dalam sistem.
Simbol.

Gambar 2.4.12 Temperatur


Laporan Akhir Praktikum 53
Fenomena
Dasar dan Prestasi Mesin

2.5.3 Lembar Pengambilan Data Refrigerasi (AC)


Kelompok :
Ketua Kelompok :
Shift :
Temperatur Control Limit : °C
Temperatur inlet kondensor (TK1) : °C
Temperatur outlet kondensor (TK2) : °C
Temperatur kondensator (pengembunan) : °C
Temperatur inlet evaporator (TE1) : °C
Temperatur outlet evaporator (TE2) : °C
Temperatur evaporator penguanpan : °C

You might also like