You are on page 1of 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/319953036

Sintesis dan Aplikasi Nanopartikel Kitosan Sebagai Adsorben Cd dan


Antibakteri Koliform

Article · June 2017


DOI: 10.24252/bio.v4i2.3432

CITATIONS READS

0 1,228

2 authors:

Swara Yudhasasmita Andhika Nugroho


Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
5 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    14 PUBLICATIONS   34 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

nanomedicine by using chitosan nanoparticles View project

THE GENETICALLY MODIFIED ORGANISM (GMO) OF PLANT AND THEIR LEGAL PERSPECTIVE IN INDONESIA View project

All content following this page was uploaded by Swara Yudhasasmita on 21 September 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


pISSN 2302-1616, eISSN 2580-2909
Vol 5, No. 1, Juni 2017, hal 42-48
Available online http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/biogenesis
DOI http://dx.doi.org/10.24252/bio.v4i2.3432
Sintesis dan Aplikasi Nanopartikel Kitosan Sebagai Adsorben Cd
dan Antibakteri Koliform

SWARA YUDHASASMITA1 DAN ANDHIKA PUSPITO NUGROHO1


1
Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Jl. Teknika Selatan, Sekip Utara, Yogyakarta 55281
email: swarayudha@mail.ugm.ac.id; andhika_pn@ugm.ac.id

ABSTRACT
Chitosan is a derivative compound of chitin which has a linear polysaccharide composed of β-
(1–4)-linked d-glucosamine and N-acetyl-d-glucosamine. This compound is found in shrimp shell.
In nanoparticle form, chitosan has a great antibacterial activity and adsorption ability rather than
normal form. The aims of this study are to study the effect of concentration chitosan nanoparticle to
adsorpt cadmium and its antibacterial effect on coliform. This research was started with synthesis of
chitosan nanoparticles using acetic acid 2% and TPP 0,1 %, then the sampel was dried by spray
dryer. For cadmium adsorption test was conducted by giving chitosan nanoparticle of 0.1, 0.2, 0.3,
0.4, and 0.5 g, respectively, into Cd solution with the concentration of 7 ppm and was filtered with
theWhatman paper number 42 (n=3). Cadmium contents in the filtrates and pellets were analyzed
by using AAS. For antibacterial test with Salmonella typhimurium andEscherichia coliwere
conducted by disc diffusion method, contained of 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, and 0.5 g, respectively, were
dissolved in 50 ml of 1% acetic acid. Data were analyzed by using oneway ANOVA followed by
LSD. Based on the results, the optimum adsorption of cadmium present in addition of 0.4 g/ 50mL,
can reduce Cd concentration by 98,7%. For the antibacterial test, the addition of 0.4 g/50mL is the
largest zone of inhibition Salmonella thypimuriumand Escherichia coli.

Keywords: antibacterial coliform, cadmium adsorbent, chitosan nanoparticle

INTISARI
Kitosan merupakan senyawa derivat dari kitin yang memiliki linear polisakarida yang tersusun
dari β-(1–4)-linked d-glucosamine dan N-acetyl-d-glucosamine. Senyawa ini banyak terkandung
dalam kulit udang. Dalam bentuk nanopartikel, kitosan memiliki aktivitas antibakteri dan adsorpsi
yang lebih baik jika dibandingkan dalam bentuk biasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mempelajari pengaruh konsentrasi kitosan nanopartikel terhadap pengikatan cadmium (Cd) dan
efeknya pada aktivitas antibakteri koliform. Penelitian ini dimulai dengan sintesis senyawa
nanopartikel kitosan dengan larutan asam cuka 2% dan TPP 0,1, kemudian larutan dikeringkan
dengan spray drier. Uji adsorpsi logam cadmium dilakukan dengan menambahkan 0,1; 0,2; 0,3; 0,4
dan 0,5 gram nanopartikel kitosan ke dalam larutan cadmium dengan konsentrasi 7 ppm,dan
disaring dengan kertas Whatman no 42 (n=3). Kandungan Cd dalam filtrat dan residu ditentukan
dengan AAS. Uji antibakteri terhadap Salmonella typhimurium dan Escherichia coli dilakukan
dengan metode cakram, yang mengandung 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 gram nanopartikel kitosan
dalam 50 ml asam cuka 1%. Data kemudian dianalisis dengan oneway ANOVA dilanjutkan dengan
LSD, apabila ditemukan beda nyata. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pengikatan
optimum Cd terjadi pada penambahan kitosan sebanyak 0,4 g/50 mL asam cuka, dengan penurunan
sebesar 98,7%. Pada uji antibakteri, penambahan kitosan 0,4 g/50 mL asam cuka menunjukkan
penghambatan tertinggi terhadap pertumbuhan S. typhimurium dan E. coli.

Kata kunci: adsorben cadmium, antibakteri koliform, nanopartikel kitosan


Vol 5, Juni 2017 Biogenesis 43

PENDAHULUAN Berbagai metode untuk mengatasi


Pertumbuhan industri di Indonesia telah pencemaran air telah dilakukan, seperti elektro
menimbulkan dampak merugikan bagi dialisis, membran pemisah, dan adsorpsi. Di
lingkungan. Konsentrasi pencemar dalam antara metode tersebut, biosorpsi merupakan
ekosistem akuatik, seperti pencemar organik, metode yang diakui dapat mengatasi
mikrobia patogen, dan logam berat, pencemaran logam berat. Nanopartikel kitosan
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, merupakan kitosan dalam bentuk nanopartikel
mengarah pada penurunan kualitas lingkungan. yang dapat mencapai ukuran hingga 1000 nm
Kadmium(Cd) merupakan salah satu logam dan memiliki zeta potensial positif berkisar
yang telah diketahui menjadi pencemar antara +20mV hingga +60mV (Calvo et al.,
ekosistem akuatik. Menurut Bradl (2005) 1997). Dalam bentuk nanopartikel, kitosan
sumber kadmium terbesar berasal dari memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih baik,
penambangan yang mencapai 65%. karena memiliki permukaan yang spesifik,
Dibandingkan dengan logam timbal dan nikel, ukuran kecil, dan efek ukuran kuantum,
kadmium memiliki emisi terbesar di atmosfer sehingga efisiensi dalam menyerap ion logam
hingga mencapai 6 juta ton per tahunnya. menjadi lebih tinggi (Sivakami et al., 2013). Di
Selain digunakan dalam pembuatan baterai, samping itu, kemampuan kitosan dalam bentuk
kadmium digunakan dalam pembuatan nanopartikel juga memiliki aktivitas yang
stabilisator plastik, pembakaran batu bara, dan besar dalam menghambat pertumbuhan bakteri
pelapis logam antikorosif. Di alam, kadmium karena dapat langsung teruptake ke dalam sel
tersedia dalam bentuk Cd2+ dan bersifat toksik bakteri (Cauerhff et al., 2013). Penelitian ini
pada konsentrasi rendah (USGS, 2008). dilakukan untuk mengetahui efektivitas
Kehadiran senyawa kadmium di alam nanopartikel kitosan dalam menangani
menyebabkan berbagai permasalahan yang pencemaran air seperti bakteri koliform dan
serius terhadap organisme yang hidup di kadmium.
sekitarnya. Kehadiran senyawa kadmium
menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker METODE
paru-paru, kanker prostat, dan kanker Preparasi Nanopartikel Kitosan.
pankreas. Pada tumbuhan, kehadiran kadmium Preparasi nanopartikel kitosan mengacu pada
menyebabkan efek toksik seperti metode (Calvo et al., 1997). Nanopartikel
mempengaruhi aktivitas enzim pada kitosan disintesis dengan metode ionic
fotosintesis, mengurangi kadar klorofil, gelation. Konsentrasi kitosan kitosan
mempengaruhi pembukaan serta penutupan dilarutkan dalam larutan asam asetat dengan
stomata pada daun. Sedangkan pada manusia, variasi konsentrasi kitosan: 0,05%; 0,1%;
kadmium menyebabkan gangguan 0,5%; dan 1% (w/v). Konsentrasi asam asetat
metabolisme kalsium, vitamin D, kolagen, dan 1,75 kali lebih tinggi dari konsentrasi kitosan.
menyebabkan degenerasi tulang seperti Kemudian TPP dilarutkan dalam akuades
osteomalachia (Bradl, 2005). dengan konsentrasi yang sama yaitu 0,05%;
Bakteri koliform merupakan kelompok 0,1%; 0,5% dan 1% (w/v). Variabel volume
bakteri yang dijadikan sebagai indikator larutan TPP (0,25; 1,0; 2,0; 2,5; dan 3 mL) di
pencemaran lingkungan perairan. Menurut tambahkan ke dalam 5 mL larutan kitosan dan
surat keputusan Dirjen POM Nomor: diaduk dengan magnetic stirrer. Sedangkan
037267/B/SK/VII/89, batas maksimum untuk optimasi dalam penelitian ini konsentrasi
pencemaran koliform di lingkungan perairan kitosan dalam asam asetat yaitu 3 gram dalam
dengan menggunakan metode MPN, yaitu < 3 1 L (0,3%) dan konsentrasi asam asetat yang
individu per gram atau per ml, sedangkan batas digunakan yaitu 2%. Sebanyak 200 ml
untuk mikrobia E. coli dan Salmonella thypi Tripolifosfat (1mg/mL) ditambahkan secara
sebesar 0. Kehadiran pencemar mikrobia dan perlahan ke dalam larutan kitosan dan diaduk
logam di lingkungan perairan menyebabkan dengan magnetic stirrer dengan kecepatan
penurunan kualitas lingkungan. 1200 rpm. Kemudian nanopartikel dikeringkan
SWARA YUDHASASMITA DAN ANDHIKA PUSPITO NUGROHO Biogenesis 44

dengan menggunakan Spray Dryer pada suhu Uji Antibakteri Dengan Metode
180C Cakram. Uji antibakteri dilakukan dengan
Karakterisasi Nanopartikel Kitosan. menggunakan bakteri koliform E. coli dan S.
Sampel nano kitosan dalam bentuk cair typhimurium. Sebanyak 0,1; 0;2; 0,3; 0,4; dan
dianalisis ukurannya dengan menggunakan alat 0.5 gram nanopartikel kitosan dilarutkan
PSA (Particle Size Analyzer) di Laboratorium kedalam asam asetat 1% volume 50 mL.
MIPA Institut Pertanian Bogor. Pembentukan Kemudian kertas cakram whatman 42
nanopartikel terjadi pada range 10-1000 dimasukkan kedalam berbagai konsentrasi
nanometer. kitosan tersebut dan diletakkan kedalam
Uji Adsorpsi Nanopartikel Kitosan. Uji medium NA yang telah mengandung bakteri
adsorpsi dilakukan dengan menambahkan koliform. Petridisk kemudian diinkubasi
sebanyak 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 gram selama 1 hari dengan suhu ruangan.
nanopartikel kitosan ke dalam Erlenmeyer 100 Analisis Data. Data kandungan Cd dalam
mL. Selanjutnya 50 mL larutan kadmium 7 filtrat dan pellet, dan zona jernih, dianalisis
ppm dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, dengan one way ANOVA (α=5%), dengan
pengadukan dilakukan dengan menggunakan besarnya penambahan nanopartikel kitosan
magnetic stirrer selama 15 menit. Larutan sebagai variabel independen. Apabila hasil
tersebut disaring dengan kertas whatman no. ANOVA menunjukkanbeda nyata maka
42, selanjutnya dilakukan analisis kandungan dilanjutkan dengan pengujian LSD.
Cd dalam filtrat (supernatan) dan pelet yang
diperoleh. HASIL

Gambar 1. Analisis Particle Size Analyzer berdasarkan jumlah partikel dan volume

g/50 mL
-93.00%
Persentase Penyerapan Cd

0.1 0.2 0.3 0.4 0.5


-95.00%
dalam mg/L

-97.00% a a a
b b
-99.00%

-101.00%

Gambar 2. Penurunan kandungan Cd dalam medium cair


Vol 5, Juni 2017 Biogenesis 45

0.0025 a
Konsentrasi Cd pada pelet

0.002
0.0015 b
bc bc
0.001 c
mg/kg

0.0005
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
g/50 mL

Gambar 3. Analisis Cadmium pada Filtrat dan Residue

2
Zona Jernih dalam Cm

d
1.5 d d
1 c
a b
0.5
0
kontrol 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
A
g/50 mL

2 c
Zona Jernih dalam Cm

1.5 ad ad d
a
1
0.5
b
0
kontrol 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

B g/50mL

Gambar 4. Diameter zona jernih (A) Escherichia coli dan (B) Salmonella typhimurium

PEMBAHASAN larut dalam air. Konsentrasi asam asetat 2%


Sintesis Nanopartikel Kitosan Dengan merupakan konsentrasi yang tepat agar kitosan
Optimasi. Pada penelitian ini, pembuatan dapat dilarutkan dengan sempurna. Kitosan
nanopartikel mengacu pada metode Calvo et hanya dapat larut dalam pelarut dan pH yang
al. (1997) dengan optimasi. Metode ini dimulai asam (Aranaz et al., 2009). Kemudian
dengan melarutkan kitosan sebanyak 0,3% ke ditambahkan larutan TPP 0,1% dengan
dalam asam asetat 2% dengan kondisi pH 3.92. menggunakan pipet tetes dengan perbandingan
Hal ini dikarenakan pada konsentrasi 0,3% larutan kitosan dan TPP, yaitu 1:5. Fungsi
kitosan dapat membentuk nanopartikel serta penambahan TPP ini yaitu sebagai reagen
menghasilkan serbuk yang lebih banyak crosslinker. Penambahan reagen TPP dengan
dibandingkan konsentrasi yang rendah. konsentrasi 0,1 % merupakan konsentrasi yang
Penggunaan asam asetat 2% sebagai pelarut optimum untuk membentuk partikel berukuran
kitosan, karena sifat kitosan yang tidak dapat nano.
SWARA YUDHASASMITA DAN ANDHIKA PUSPITO NUGROHO Biogenesis 46

Dari hasil analisis PSA, volume partikel sedangkan untuk kecepatan putaran yaitu 1200
terkecil dalam penelitian ini yaitu 426,69 nm. rpm. Pengikatan tertinggi terjadi pada
Sedangkan partikel yang memiliki volume penambahan 0,1 g/50mL nanopartikel, dengan
terbesar, yaitu terdapat dalam partikel yang kandungan kadmium mencapai 0.002 mg/kg.
berukuran 616,76 nm. Pada analisis jumlah Sedangkan pada perlakuan terendah, yaitu
partikel, jumlah paling sedikit berukuran pada pemberian 0,5 g/50mL, pengikatan hanya
389,15 nm, sedangkan jumlah partikel sebesar 0,00072 mg/kg. Hasil tersebut tidak
terbanyak berukuran 589,00-616,76 nm. sesuai dengan penelitian sebelumnya mengenai
Menurut Mohanraj and Chen (2006), uji adsorpsi logam berat dengan menggunakan
nanopartikel merupakan butiran atau partikel nanopartikel kitosan. Hal ini dapat dikarenakan
padat yang memiliki ukuran 10-1000nm. pada saat proses penyaringan dengan
Berdasarkan ukuran tersebut, sampel larutan menggunakan kertas saring, nanopartikel yang
pada penelitian ini telah berbentuk tersaring masih banyak menempel pada bagian
nanopartikel. Bentuk ukuran partikel banyak permukaan kertas. Hal ini dapat dilihat dengan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya semakin sedikitnya berat nanopartikel kitosan
konsentrasi TPP, konsentrasi larutan kitosan, yang dikeringkan dibandingkan pada saat
rasio volume larutan kitosan dan TPP, lama perlakuan. Selain itu, penurunan ini dapat
pengadukan, kecepatan pengadukan, dan optimum pada 0,1 g/50mL dikarenakan
lamanya waktu penyimpanan (Calvo et konsentrasi larutan Cd awal yang relatif
al.,1997; Mardliyati dkk., 2012; Fabregas et rendah. Hal ini disertai dengan volume larutan
al., 2013; Supitjah et al., 2011). Cd yang relatif sedikit yaitu 50 mL sehingga
Uji Adsorpsi Nanopartikel Kitosan. membuat proses pengadukan tidak berjalan
Pada penelitian ini sampel yang dianalisis dengan baik. Berdasarkan pada penelitian
kandungan logam yaitu pada filtrat dan pelet Sivakami et al. (2013), menyatakan bahwa
nanopartikel kitosan. Penambahan nanopartikel dengan perlakuan konsentrasi awal yang
kitosan ke dalam medium cair yang berbeda, dan dosis adsorben yang sama, akan
mengandung Cd (7 ppm) menyebabkan berpengaruh dalam proses penyerapan yang
penurunan kandungan Cd dalam medium terjadi. Semakin besar konsentrasi awal larutan
tersebut (Gambar 2). Penurunan tertinggi logam, maka semakin besar penyerapan yang
terjadi pada medium cair dengan penambahan terjadi. Selain itu, besarnya adsorben yang
0,5 g/50mL nanopartikel kitosan, yaitu sebesar ditambahkan merupakan faktor yang
98,7%. Berdasarkan gambar tersebut, semakin mempengaruhi penurunan logam. Hal ini
besar penambahan nanopartikel kitosan, maka dikarenakan kehadiran gugus amina pada
penurunan kandungan Cd dalam medium cair nanopartikel kitosan.
(filtrat) semakin besar. Namun, peningkatan Pengikatan logam oleh nanopartikel
jumlah nanopartikel kitosan yang ditambahkan kitosan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
pada medium cair menyebabkan penurunan antara lain kecepatan pengadukan, pH, waktu
kandungan Cd dalam medium secara pengadukan, dan konsentrasi awal larutan
signifikan (P<0,05). Berdasarkan uji LSD, mengandung logam.
penambahan nanopartikel kitosan optimum Uji Antibakteri Nanopartikel Kitosan.
terjadi pada penambahan 0,4 g/50mL. Dalam penelitian ini, penggunaan bakteri E.
Penurunan kandungan Cd dalam medium coli dan S. typhimurium merupakan
cair (filtrat) (Gambar 2) disebabkan pengikatan representasi bakteri yang mencemari perairan.
Cd oleh nanopartikel kitosan. Hal ini Uji antibakteri dilakukan dengan melarutkan
ditunjukkan dengan peningkatan kandungan nanopartikel kitosan ke dalam asam asetat 1%.
Cd dalam nanopartikel tersebut (Gambar 3). Asam asetat digunakan sebagai pelarut karena
Analisis pelet kandungan nanopartikel kitosan sifat kitosan yang tidak dapat larut dalam air,
menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan hanya dapat larut dalam kondisi pH yang asam.
memiliki perbedaan nyata. Pada proses Gambar 4 menunjukkan diameter zona
adsorpsi, pH larutan kadmium yaitu 7,66 jernih pada E. coli setelah pemberian
Vol 5, Juni 2017 Biogenesis 47

nanopartikel kitosan pada medium NA. Hasil ini menyebabkan molekul kitosan pada bakteri
tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi mengelilingi logam kompleks dan terjadi blok
pemberian nano partikel kitosan, maka zona beberapa aliran nutrisi, sehingga menyebabkan
jernihnya semakin besar. Kemampuan kematian sel mikrobia (Papineau et al., 1991
antibakteri nanopartikel pada S. typhimurium dalam Goy et al., 2009).
menunjukkan hasil yang berbeda pada E. coli.
Berdasarkan analisis LSD dapat diketahui KESIMPULAN
bahwa perlakuan optimum terjadi pada Pada penelitian ini dapat disimpulkan
perlakuan 0,4 g/50mL. Hal ini sama seperti uji sebagai berikut:
antibakteri pada E. coli. Pada perlakuan 0,4 1. Sintesis nanopartikel kitosan dipengaruhi
g/50mL, nanopartikel kitosan tidak mengalami oleh konsentrasi TPP dan konsentrasi
agregasi partikel. Sedangkan pada perlakuan kitosan dalam asam asetat.
0,5 g/50mL nanopartikel mengalami agregasi 2. Nanopartikel kitosan dapat menurunkan
partikel sehingga memiliki aktivitas antibakteri kandungan Cd dalam medium cair dengan
yang lebih rendah. penambahan yang optimum sebesar 0,4
Menurut Coma et al. (2002) dalam Goy et gr/50mL.Partikel tersebut juga
al. (2009), aktivitas antimikrobia pada kitosan menunjukkan penghambatan optimum
memiliki 3 mekanisme yang berbeda. Pada pada pertumbuhan Salmonella
mekanisme pertama disebabkan adanya typhimurium dan Escherichia coli.
interaksi antara muatan positif pada molekul
kitosan dengan muatan negatif pada membran UCAPAN TERIMAKASIH
sel mikrobia. Interaksi tersebut bertindak Terima kasih yang sedalam-dalamnya
sebagai gaya elektrostatis antara gugus NH3+ penulis sampaikan kepada Dr. Ario Setiadi
yang terprotonasi dan residu negatif yang yang telah memberikan bantuan dana selama
bersaing dengan Ca2+ pada sisi elektronegatif proses penelitian.
permukaan membran sel. Interaksi elektrostatis
menyebabkan perubahan sifat permeabilitas DAFTAR PUSTAKA
membrane, sehingga memicu Aranaz I, Marian M, Ruth H, Ines P, Beatriz
ketidakseimbangan tekanan osmotik internal M, Niuris A, Gemma G, and Angeles H.
yang akibatnya dapat menghambat 2009. Functional Characterization of
pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Selain Chitin and Chitosan. J.Current Chemical
itu, dengan adanya interaksi elektrostatis Biology. vol 3: 203-230.
terjadi hidrolisis peptidoglikan pada dinding Bradl HB. 2005. Heavy Metals in the
mikroorganisme, menyebabkan keluarnya Environmet. Holland: Elsevier. pp 98-103.
elektrolit intraselular seperti ion potassium dan Calvo P, Remu˜nan-Lopez C, Vila-Jato JL,
molekul seperti protein dan asam nukleat. Alonso MJ. 1997. Novel Hydrophilic
Pada mekanisme kedua, kemampuan Chitosan–Polyethylene Oxide
kitosan dalam bentuk nanopartikel dapat Nanoparticles As Protein Carriers. J.
menetrasi ke dalam sel dinding bakteri, Applied Polymer Science. vol 63: 125-132.
bergabung dengan DNA, dan menghambat Cauerhff A, Yanina NM, German AI,
sintesis mRNA, dan transkripsi DNA Guillermo RC. 2013. Nanotoxicology and
(Sudarshan et al., 1992 dalam Goy et al., Nanomedicine. Chapter 2. Newyork:
2009). Springer. pp 63-69.
Pada mekanisme ketiga, pembentukan Fabregas A, Mi˜narroa F, Garcia-Montoyaa E,
khelasi dari logam, yang dapat menekan Perez-Lozanoa P, Carrillo C, Sarratea R,
elemen spora dan mengikat nutrien esensial Sancheza N, Ticoa BJR, Su˜ne-Negrea
pertumbuhan mikrobia. Kemampuan kitosan JM. 2013. Impact of Physical Parameters
dalam mengikat logam disebabkan adanya on Particle Size and Reaction Yield When
gugus amina dalam kitosan, sehingga dapat using the Ionic Gelation Method to Obtain
menguptake kation logam dengan khelasi. Hal Cationic Polymeric Chitosan–
SWARA YUDHASASMITA DAN ANDHIKA PUSPITO NUGROHO Biogenesis 48

Tripolyphosphate Nanoparticles. Int J Mohanraj VJ and Chen Y. 2006.


Pharm. vol 446(1-2): 199-204. Nanoparticles-A Review. Tropical Journal
Goy RC, Duglas B, Odilio BGA. 2009. A of Pharmaceutical Research. vol 5(1):
Review of the Antimicrobial Activity of 561-573.
Chitosan. Polimeros: Clencia e Sivakami MS, Thandapani G, Jayachandran V,
Technologia. vol 19(3): 241-247. Hee SJ, Se KK, Sudha PN. 2013.
Mardliyati E, Sjaikhurrizal E, Damai RS. 2012. Preparation and Characterization of Nano
Sintesis Nanopartikel Kitosan- Chitosan for Treatment Wastewaters. Int J
Trypolphosphate dengan Metode Gelasi Biol Macromol. vol 57: 204-211. doi:
Ionik : Pengaruh Konsentrasi dan Rasio 10.1016/j.ijbiomac.2013.03.005.
Volume Terhadap Karakteristik Partikel. USGS. 2008. Mineral Commodity Summaries,
Prosiding Seminar Ilmu Pengetahuan dan Kadmium. Washington: United States
Teknologi Bahan. hal 90-93. Government Printing Office. pp 42−43.

View publication stats

You might also like