Professional Documents
Culture Documents
net/publication/319953036
CITATIONS READS
0 1,228
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
THE GENETICALLY MODIFIED ORGANISM (GMO) OF PLANT AND THEIR LEGAL PERSPECTIVE IN INDONESIA View project
All content following this page was uploaded by Swara Yudhasasmita on 21 September 2017.
ABSTRACT
Chitosan is a derivative compound of chitin which has a linear polysaccharide composed of β-
(1–4)-linked d-glucosamine and N-acetyl-d-glucosamine. This compound is found in shrimp shell.
In nanoparticle form, chitosan has a great antibacterial activity and adsorption ability rather than
normal form. The aims of this study are to study the effect of concentration chitosan nanoparticle to
adsorpt cadmium and its antibacterial effect on coliform. This research was started with synthesis of
chitosan nanoparticles using acetic acid 2% and TPP 0,1 %, then the sampel was dried by spray
dryer. For cadmium adsorption test was conducted by giving chitosan nanoparticle of 0.1, 0.2, 0.3,
0.4, and 0.5 g, respectively, into Cd solution with the concentration of 7 ppm and was filtered with
theWhatman paper number 42 (n=3). Cadmium contents in the filtrates and pellets were analyzed
by using AAS. For antibacterial test with Salmonella typhimurium andEscherichia coliwere
conducted by disc diffusion method, contained of 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, and 0.5 g, respectively, were
dissolved in 50 ml of 1% acetic acid. Data were analyzed by using oneway ANOVA followed by
LSD. Based on the results, the optimum adsorption of cadmium present in addition of 0.4 g/ 50mL,
can reduce Cd concentration by 98,7%. For the antibacterial test, the addition of 0.4 g/50mL is the
largest zone of inhibition Salmonella thypimuriumand Escherichia coli.
INTISARI
Kitosan merupakan senyawa derivat dari kitin yang memiliki linear polisakarida yang tersusun
dari β-(1–4)-linked d-glucosamine dan N-acetyl-d-glucosamine. Senyawa ini banyak terkandung
dalam kulit udang. Dalam bentuk nanopartikel, kitosan memiliki aktivitas antibakteri dan adsorpsi
yang lebih baik jika dibandingkan dalam bentuk biasa. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mempelajari pengaruh konsentrasi kitosan nanopartikel terhadap pengikatan cadmium (Cd) dan
efeknya pada aktivitas antibakteri koliform. Penelitian ini dimulai dengan sintesis senyawa
nanopartikel kitosan dengan larutan asam cuka 2% dan TPP 0,1, kemudian larutan dikeringkan
dengan spray drier. Uji adsorpsi logam cadmium dilakukan dengan menambahkan 0,1; 0,2; 0,3; 0,4
dan 0,5 gram nanopartikel kitosan ke dalam larutan cadmium dengan konsentrasi 7 ppm,dan
disaring dengan kertas Whatman no 42 (n=3). Kandungan Cd dalam filtrat dan residu ditentukan
dengan AAS. Uji antibakteri terhadap Salmonella typhimurium dan Escherichia coli dilakukan
dengan metode cakram, yang mengandung 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 gram nanopartikel kitosan
dalam 50 ml asam cuka 1%. Data kemudian dianalisis dengan oneway ANOVA dilanjutkan dengan
LSD, apabila ditemukan beda nyata. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pengikatan
optimum Cd terjadi pada penambahan kitosan sebanyak 0,4 g/50 mL asam cuka, dengan penurunan
sebesar 98,7%. Pada uji antibakteri, penambahan kitosan 0,4 g/50 mL asam cuka menunjukkan
penghambatan tertinggi terhadap pertumbuhan S. typhimurium dan E. coli.
dengan menggunakan Spray Dryer pada suhu Uji Antibakteri Dengan Metode
180C Cakram. Uji antibakteri dilakukan dengan
Karakterisasi Nanopartikel Kitosan. menggunakan bakteri koliform E. coli dan S.
Sampel nano kitosan dalam bentuk cair typhimurium. Sebanyak 0,1; 0;2; 0,3; 0,4; dan
dianalisis ukurannya dengan menggunakan alat 0.5 gram nanopartikel kitosan dilarutkan
PSA (Particle Size Analyzer) di Laboratorium kedalam asam asetat 1% volume 50 mL.
MIPA Institut Pertanian Bogor. Pembentukan Kemudian kertas cakram whatman 42
nanopartikel terjadi pada range 10-1000 dimasukkan kedalam berbagai konsentrasi
nanometer. kitosan tersebut dan diletakkan kedalam
Uji Adsorpsi Nanopartikel Kitosan. Uji medium NA yang telah mengandung bakteri
adsorpsi dilakukan dengan menambahkan koliform. Petridisk kemudian diinkubasi
sebanyak 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 gram selama 1 hari dengan suhu ruangan.
nanopartikel kitosan ke dalam Erlenmeyer 100 Analisis Data. Data kandungan Cd dalam
mL. Selanjutnya 50 mL larutan kadmium 7 filtrat dan pellet, dan zona jernih, dianalisis
ppm dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, dengan one way ANOVA (α=5%), dengan
pengadukan dilakukan dengan menggunakan besarnya penambahan nanopartikel kitosan
magnetic stirrer selama 15 menit. Larutan sebagai variabel independen. Apabila hasil
tersebut disaring dengan kertas whatman no. ANOVA menunjukkanbeda nyata maka
42, selanjutnya dilakukan analisis kandungan dilanjutkan dengan pengujian LSD.
Cd dalam filtrat (supernatan) dan pelet yang
diperoleh. HASIL
Gambar 1. Analisis Particle Size Analyzer berdasarkan jumlah partikel dan volume
g/50 mL
-93.00%
Persentase Penyerapan Cd
-97.00% a a a
b b
-99.00%
-101.00%
0.0025 a
Konsentrasi Cd pada pelet
0.002
0.0015 b
bc bc
0.001 c
mg/kg
0.0005
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
g/50 mL
2
Zona Jernih dalam Cm
d
1.5 d d
1 c
a b
0.5
0
kontrol 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
A
g/50 mL
2 c
Zona Jernih dalam Cm
1.5 ad ad d
a
1
0.5
b
0
kontrol 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
B g/50mL
Gambar 4. Diameter zona jernih (A) Escherichia coli dan (B) Salmonella typhimurium
Dari hasil analisis PSA, volume partikel sedangkan untuk kecepatan putaran yaitu 1200
terkecil dalam penelitian ini yaitu 426,69 nm. rpm. Pengikatan tertinggi terjadi pada
Sedangkan partikel yang memiliki volume penambahan 0,1 g/50mL nanopartikel, dengan
terbesar, yaitu terdapat dalam partikel yang kandungan kadmium mencapai 0.002 mg/kg.
berukuran 616,76 nm. Pada analisis jumlah Sedangkan pada perlakuan terendah, yaitu
partikel, jumlah paling sedikit berukuran pada pemberian 0,5 g/50mL, pengikatan hanya
389,15 nm, sedangkan jumlah partikel sebesar 0,00072 mg/kg. Hasil tersebut tidak
terbanyak berukuran 589,00-616,76 nm. sesuai dengan penelitian sebelumnya mengenai
Menurut Mohanraj and Chen (2006), uji adsorpsi logam berat dengan menggunakan
nanopartikel merupakan butiran atau partikel nanopartikel kitosan. Hal ini dapat dikarenakan
padat yang memiliki ukuran 10-1000nm. pada saat proses penyaringan dengan
Berdasarkan ukuran tersebut, sampel larutan menggunakan kertas saring, nanopartikel yang
pada penelitian ini telah berbentuk tersaring masih banyak menempel pada bagian
nanopartikel. Bentuk ukuran partikel banyak permukaan kertas. Hal ini dapat dilihat dengan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya semakin sedikitnya berat nanopartikel kitosan
konsentrasi TPP, konsentrasi larutan kitosan, yang dikeringkan dibandingkan pada saat
rasio volume larutan kitosan dan TPP, lama perlakuan. Selain itu, penurunan ini dapat
pengadukan, kecepatan pengadukan, dan optimum pada 0,1 g/50mL dikarenakan
lamanya waktu penyimpanan (Calvo et konsentrasi larutan Cd awal yang relatif
al.,1997; Mardliyati dkk., 2012; Fabregas et rendah. Hal ini disertai dengan volume larutan
al., 2013; Supitjah et al., 2011). Cd yang relatif sedikit yaitu 50 mL sehingga
Uji Adsorpsi Nanopartikel Kitosan. membuat proses pengadukan tidak berjalan
Pada penelitian ini sampel yang dianalisis dengan baik. Berdasarkan pada penelitian
kandungan logam yaitu pada filtrat dan pelet Sivakami et al. (2013), menyatakan bahwa
nanopartikel kitosan. Penambahan nanopartikel dengan perlakuan konsentrasi awal yang
kitosan ke dalam medium cair yang berbeda, dan dosis adsorben yang sama, akan
mengandung Cd (7 ppm) menyebabkan berpengaruh dalam proses penyerapan yang
penurunan kandungan Cd dalam medium terjadi. Semakin besar konsentrasi awal larutan
tersebut (Gambar 2). Penurunan tertinggi logam, maka semakin besar penyerapan yang
terjadi pada medium cair dengan penambahan terjadi. Selain itu, besarnya adsorben yang
0,5 g/50mL nanopartikel kitosan, yaitu sebesar ditambahkan merupakan faktor yang
98,7%. Berdasarkan gambar tersebut, semakin mempengaruhi penurunan logam. Hal ini
besar penambahan nanopartikel kitosan, maka dikarenakan kehadiran gugus amina pada
penurunan kandungan Cd dalam medium cair nanopartikel kitosan.
(filtrat) semakin besar. Namun, peningkatan Pengikatan logam oleh nanopartikel
jumlah nanopartikel kitosan yang ditambahkan kitosan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
pada medium cair menyebabkan penurunan antara lain kecepatan pengadukan, pH, waktu
kandungan Cd dalam medium secara pengadukan, dan konsentrasi awal larutan
signifikan (P<0,05). Berdasarkan uji LSD, mengandung logam.
penambahan nanopartikel kitosan optimum Uji Antibakteri Nanopartikel Kitosan.
terjadi pada penambahan 0,4 g/50mL. Dalam penelitian ini, penggunaan bakteri E.
Penurunan kandungan Cd dalam medium coli dan S. typhimurium merupakan
cair (filtrat) (Gambar 2) disebabkan pengikatan representasi bakteri yang mencemari perairan.
Cd oleh nanopartikel kitosan. Hal ini Uji antibakteri dilakukan dengan melarutkan
ditunjukkan dengan peningkatan kandungan nanopartikel kitosan ke dalam asam asetat 1%.
Cd dalam nanopartikel tersebut (Gambar 3). Asam asetat digunakan sebagai pelarut karena
Analisis pelet kandungan nanopartikel kitosan sifat kitosan yang tidak dapat larut dalam air,
menunjukkan bahwa pada setiap perlakuan hanya dapat larut dalam kondisi pH yang asam.
memiliki perbedaan nyata. Pada proses Gambar 4 menunjukkan diameter zona
adsorpsi, pH larutan kadmium yaitu 7,66 jernih pada E. coli setelah pemberian
Vol 5, Juni 2017 Biogenesis 47
nanopartikel kitosan pada medium NA. Hasil ini menyebabkan molekul kitosan pada bakteri
tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi mengelilingi logam kompleks dan terjadi blok
pemberian nano partikel kitosan, maka zona beberapa aliran nutrisi, sehingga menyebabkan
jernihnya semakin besar. Kemampuan kematian sel mikrobia (Papineau et al., 1991
antibakteri nanopartikel pada S. typhimurium dalam Goy et al., 2009).
menunjukkan hasil yang berbeda pada E. coli.
Berdasarkan analisis LSD dapat diketahui KESIMPULAN
bahwa perlakuan optimum terjadi pada Pada penelitian ini dapat disimpulkan
perlakuan 0,4 g/50mL. Hal ini sama seperti uji sebagai berikut:
antibakteri pada E. coli. Pada perlakuan 0,4 1. Sintesis nanopartikel kitosan dipengaruhi
g/50mL, nanopartikel kitosan tidak mengalami oleh konsentrasi TPP dan konsentrasi
agregasi partikel. Sedangkan pada perlakuan kitosan dalam asam asetat.
0,5 g/50mL nanopartikel mengalami agregasi 2. Nanopartikel kitosan dapat menurunkan
partikel sehingga memiliki aktivitas antibakteri kandungan Cd dalam medium cair dengan
yang lebih rendah. penambahan yang optimum sebesar 0,4
Menurut Coma et al. (2002) dalam Goy et gr/50mL.Partikel tersebut juga
al. (2009), aktivitas antimikrobia pada kitosan menunjukkan penghambatan optimum
memiliki 3 mekanisme yang berbeda. Pada pada pertumbuhan Salmonella
mekanisme pertama disebabkan adanya typhimurium dan Escherichia coli.
interaksi antara muatan positif pada molekul
kitosan dengan muatan negatif pada membran UCAPAN TERIMAKASIH
sel mikrobia. Interaksi tersebut bertindak Terima kasih yang sedalam-dalamnya
sebagai gaya elektrostatis antara gugus NH3+ penulis sampaikan kepada Dr. Ario Setiadi
yang terprotonasi dan residu negatif yang yang telah memberikan bantuan dana selama
bersaing dengan Ca2+ pada sisi elektronegatif proses penelitian.
permukaan membran sel. Interaksi elektrostatis
menyebabkan perubahan sifat permeabilitas DAFTAR PUSTAKA
membrane, sehingga memicu Aranaz I, Marian M, Ruth H, Ines P, Beatriz
ketidakseimbangan tekanan osmotik internal M, Niuris A, Gemma G, and Angeles H.
yang akibatnya dapat menghambat 2009. Functional Characterization of
pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Selain Chitin and Chitosan. J.Current Chemical
itu, dengan adanya interaksi elektrostatis Biology. vol 3: 203-230.
terjadi hidrolisis peptidoglikan pada dinding Bradl HB. 2005. Heavy Metals in the
mikroorganisme, menyebabkan keluarnya Environmet. Holland: Elsevier. pp 98-103.
elektrolit intraselular seperti ion potassium dan Calvo P, Remu˜nan-Lopez C, Vila-Jato JL,
molekul seperti protein dan asam nukleat. Alonso MJ. 1997. Novel Hydrophilic
Pada mekanisme kedua, kemampuan Chitosan–Polyethylene Oxide
kitosan dalam bentuk nanopartikel dapat Nanoparticles As Protein Carriers. J.
menetrasi ke dalam sel dinding bakteri, Applied Polymer Science. vol 63: 125-132.
bergabung dengan DNA, dan menghambat Cauerhff A, Yanina NM, German AI,
sintesis mRNA, dan transkripsi DNA Guillermo RC. 2013. Nanotoxicology and
(Sudarshan et al., 1992 dalam Goy et al., Nanomedicine. Chapter 2. Newyork:
2009). Springer. pp 63-69.
Pada mekanisme ketiga, pembentukan Fabregas A, Mi˜narroa F, Garcia-Montoyaa E,
khelasi dari logam, yang dapat menekan Perez-Lozanoa P, Carrillo C, Sarratea R,
elemen spora dan mengikat nutrien esensial Sancheza N, Ticoa BJR, Su˜ne-Negrea
pertumbuhan mikrobia. Kemampuan kitosan JM. 2013. Impact of Physical Parameters
dalam mengikat logam disebabkan adanya on Particle Size and Reaction Yield When
gugus amina dalam kitosan, sehingga dapat using the Ionic Gelation Method to Obtain
menguptake kation logam dengan khelasi. Hal Cationic Polymeric Chitosan–
SWARA YUDHASASMITA DAN ANDHIKA PUSPITO NUGROHO Biogenesis 48