You are on page 1of 13

STUDI RISIKO JATUH MELALUI PEMERIKSAAN DYNAMIC GAIT INDEX (DGI)

PADA LANSIA DI PANTI WERDHA HARGODEDALI SURABAYA

The risk falls studies with Dynamic Gait Index (DGI) assessment on the elderly

Frida Sianita Nur Af’idah, Yulis Setya Dewi, Setho Hadhisuyatmana


Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya
Telp. 083846025834, Email: fridaafida@ymail.com

ABSTRACT

Introduction: Aging process represents the natural process, which cannot be obtivated. It caused
by biological factor that go naturaly that influence the anatomical, biochemical and physiological
changes. The natural change in this aspect falling risk contributes to falling on elderly. The
objective of this study was to describe the falling prediction for elderly using Dynamic Gait Index
(DGI). Method: The design used in this research was a descriptive study design. The population
was 39 elderly, with sample of 26 elderly involved by means of purposive sampling, taken
according to inclusion criteria. The variable was falling prediction. The data were colected using
Dynamic Gait Index (DGI) assessment and then were analyzed in descriptive with table and
narrative form. Result and Analysis: The result showed that elderly in Panti Werdha
Hargodedali have a high risk of falls. Dynamic Gait Index (DGI) assessment showed that 18 from
26 respondents scored <19, means that 70% elderly in the aged care have a high risk of falls.
Discussion and Recommendation: Based on abovementioned study taken about risk of falling
with Dynamic Gait Index (DGI) assessment, 70% respondents in Panti Werdha Hargodedali have
high risk of falls. Dynamic Gait Index (DGI) asses risk falls based on 8 walking styles in elderly.
Assessment of the falling prediction should be included into one of a series of routine checks are
carried out every three months, in addition to dynamic postural balance exercise should be done
alternately with regular structured exercise as a form of elderly design prevention activities as
well as one event falls in the elderly.

Keywords : Fall prediction, Dynamic Gait Index (DGI), Elderly

PENDAHULUAN
Jatuh merupakan masalah fisik yang aktivitasnya sehari-hari yang menyebabkan
sering dialami oleh lansia akibat proses menurunnya kualitas hidup pada lansia yang
penuaan (Pudjiastuti, 2003). Jatuh dapat mengalaminya (Stockslager & Schaeffer,
mengakibatkan trauma serius, seperti nyeri, 2008). Untuk mengatasi masalah akibat jatuh
kelumpuhan bahkan kematian. Hal ini inilah diperlukan penanganan yang sesuai
menimbulkan rasa takut dan hilangnya rasa untuk mencegah kejadian jatuh. Jatuh dapat
percaya diri sehingga lansia membatasi dicegah dengan melakukan penilaian
terhadap gaya berjalan lansia (Stanley dan
1
Bare, 2006). Gaya berjalan lansia dapat Maret 2012 di Panti Werdha Hargodelali
dinilai dengan melakukan pemeriksaan Surabaya didapatkan sekitar 60% lansia dari
melalui Dynamic Gait Index (DGI). 39 penghuni panti pernah mengalami jatuh
Insiden jatuh di rumah perawatan pada tahun 2011. Kejadian jatuh tersebut
seperti panti werdha 3 kali lebih banyak mengakibatkan 3 lansia dari 23 lansia yang
(Darmojo, 2009). Panti Werdha Hargodedali jatuh tersebut dirawat dirumah sakit karena 2
Surabaya merupakan salah satu Panti lansia mengalami fraktur femuralis dan 1
Werdha yang ada di kota Surabaya dengan lansia mengalami fraktur panggul dan
penghuni panti berjumlah 39 lansia (pada sisanya dirawat sendiri oleh petugas panti
bulan Januari-april 2012). Pada hasil studi karena hanya terjadi memar dan keseleo.
pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 3 Dari keterangan petugas panti kejadian jatuh
Mei 2012 dengan jumlah responden 10 tersebut disebabkan karena kondisi lansia
lansia di Panti Werdha Hargodedali dengan yang memang sudah tua sehingga mudah
rentang usia 65 tahun sampai 91 tahun jatuh dan karena kondisi kamar mandi yang
diketahui bahwa 5 lansia dari 10 lansia lantainya licin.
tersebut pernah mengalami jatuh 1-2 kali Penuaan dapat menyebabkan
dalam 3 bulan terakhir dan sebanyak 2 lansia perubahan fisiologis sistem muskuloskeletal
pernah >3 kali jatuh dalam 3 bulan terakhir. yang bervariasi. Salah satunya
Berdasarkan pemeriksaan melalui Dynamic mengakibatkan perubahan kualitas dan
Gait Index (DGI) menunjukkan bahwa 10 kuantitas otot (Pudjiastuti, 2003). Penurunan
lansia tersebut mengalami gangguan dalam kekuatan otot ekstrimitas bawah dapat
gaya berjalannya. Hal ini dapat dilihat dari 8 mengakibatkan kelambanan gerak, langkah
lansia yang ada di Panti tersebut mengalami pendek, kaki tidak dapat menapak dengan
penurunan kecepatan berjalan, sebanyak 5 kuat dan lebih gampang goyah, susah atau
lansia mengalami penurunan panjang terlambat mengantisipasi bila terjadi
langkah berjalan, sebanyak 6 lansia tidak gangguan seperti terpeleset dan tersandung.
mampu melangkahi kotak sepatu tanpa Beberapa indikator ini dapat meningkatkan
menyeret atau menyentuh kotak sepatu, dan risiko jatuh pada lansia (Darmojo, 2009).
sebanyak 7 lansia yang harus berpegangan Lansia tersebut dapat mengalami harga diri
ketika menaiki dan menuruni tangga. Sampai rendah atau takut akan jatuh lagi, takut tidak
saat studi pendahuluan dilakukan oleh mampu melakukan aktivitas kehidupan
peneliti, di panti tersebut belum pernah sehari-hari (AKS), atau penolakan sosial,
dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui yang pada akhirnya dapat menyebabkan
risiko jatuh pada lansia yang tinggal di panti depresi dan menarik diri. Akibatnya adalah
tersebut. Hal ini menjadi daya tarik bagi penurunan aktifitas, penurunan lebih lanjut
peneliti untuk mencari gambaran tentang pada kualitas hidup lansia (Stockslager
seberapa besar risiko jatuh yang mungkin &.Schaeffer,.2008).
dialami oleh lansia di panti tersebut. Tujuan utama perawatan lansia
Hasil studi pendahuluan berdasarkan adalah mempertahankan lansia semandiri
wawancara dengan petugas panti pada bulan mungkin, untuk selama mungkin dalam
2
sebuah lingkungan yang aman. Lingkungan berhubungan untuk mendapatkan gambaran
yang aman adalah lingkungan yang suatu keadaan. Menurut waktu pengambilan
memberikan stabilitas, perlindungan, data termasuk penelitian cross sectional
ketentraman, dan bebas dari rasa takut, yaitu penelitian terhadap objek dilakukan
cemas, serta keributan. Bagi lansia, dalam satu waktu. Populasi terjangkau dalam
keselamatan dan keamanan merupakan penelitian ini adalah semua lansia yang
kebutuhan yang sama pentingnya dengan tinggal di Panti Werdha Hargodedali
kebutuhan fisiologis dasar, seperti makanan Surabaya. Sampel yang digunakan dalam
dan air (Stockslager & Schaeffer, 2008). penelitian ini adalah lansia yang tinggal di
Memfokuskan upaya pada pencegahan jatuh Panti Werdha Hargodedali Surabaya yang
dengan mengidentifikasi faktor-faktor risiko memenuhi kriteria inklusi. Dalam penelitian
jatuh melalui pemeriksaan gaya berjalan ini menggunakan variabel tanpa ada variabel
dengan menggunakan DGI diharapkan dapat dependen dan independen. Variabel tersebut
membuat peningkatan yang besar dalam adalah prediksi jatuh. Instrumen Dynamic
pemeliharaan kualitas hidup lansia, Gait Index (DGI) terdiri dari 8 penilaian
membantu lansia mempertahankan skala yang di desain untuk menguji delapan
kemampuan fungsionalnya, dan kemandirian aspek dari gaya berjalan pada lansia. Data
serta menghemat biaya untuk perawatan yang telah terkumpul diolah secara manual
kesehatan lansia. Dalam pemeriksaan DGI dan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk
kemampuan gaya berjalan dilihat dari tabel dan narasi. Data yang diperoleh diolah
kemampuan untuk berjalan, mengubah dan dianalisis secara deskriptif yaitu dengan
kecepatan berjalan, berjalan dengan melihat menjabarkan hasil yang ditemukan di
ke kiri dan ke kanan, berjalan dengan lapangan. Tujuan dari penelitian ini adalah
melihat ke atas dan ke bawah, berjalan untuk mengetahui gambaran risiko jatuh
dengan melakukan putaran 180o, berjalan pada lansia yang tinggal di panti.
dengan melangkahi kotak sepatu, berjalan di
sekitar kotak sepatu, dan naik turun tangga HASIL PENELITIAN
yang dinilai untuk mendapatkan score for Distribusi responden berdasarkan
independent safe ambulation, sehingga usia di Panti Werdha Hargodedali Surabaya
menunjukkan bahwa karakteristik responden
dengan diketahuinya batas kemampuan
berdasarkan usia sebagian besar berusia 75 –
lansia terhadap kemampuan tersebut 89 tahun yakni sebanyak 18 responden
nantinya diharapkan terjadinya jatuh dapat (70%). Distribusi responden berdasarkan
diprediksi terlebih dahulu. lama tinggal di Panti Werdha
Hargodedali Surabaya diketahui bahwa
BAHAN DAN METODE sebagian besar responden sudah tinggal di
Menurut sifat analisinya penelitian panti 1-5 tahun yakni sebanyak 19 responden
ini termasuk penelitian deskriptif yaitu (73%). Distribusi responden berdasarkan
aktivitas sebelum menghuni panti di Panti
penelitian yang mengungkapkan masalah
Werdha Hargodedali Surabaya menunjukkan
penelitian yang sedang dikaji dan bahwa karakteristik responden berdasarkan
mendeskripsikan setiap aspek yang aktivitas sebelum menghuni panti sebagian
3
besar bekerja yakni sebanyak 18 responden responden mengalami penurunan sedang
(69%). Distribusi responden berdasarkan yakni sebanyak 12 responden (46%).
riwayat jatuh dalam 3 bulan terakhir di Distribusi responden berdasarkan
Panti Werdha Hargodedali Surabaya kemampuan lansia berjalan dengan melihat
diketahui karakteristik responden ke atas dan ke bawah di Panti Werdha
berdasarkan riwayat jatuh dalam 3 bulan Hargodedali Surabaya menunjukkan bahwa
terakhir sebagian besar responden > 3 kali karakteristik responden berdasarkan
jatuh yakni sebanyak 14 responden (54%). kemampuan lansia berjalan dengan melihat
Distribusi responden berdasarkan kecepatan ke atas dan ke bawah sebagian besar
berjalan di Panti responden mengalami penurunan sedang
Werdha Hargodedali Surabaya menunjukkan yakni sebanyak 11 responden (42%).
bahwa karakteristik responden berdasarkan Distribusi responden berdasarkan
kecepatan berjalan sebagian besar responden kemampuan lansia berjalan dengan
o
memiliki kecepatan berjalan <1 m/detik melakukan putaran 180 dan berhenti di
yakni sebanyak 16 responden (62%). Panti Werdha Hargodedali Surabaya
Kecepatan normal lansia berjalan adalah 1 sebagian besar responden mengalami
m/detik. Distribusi responden berdasarkan penurunan sedang yakni sebanyak 10
panjang langkah berjalan di Panti Werdha responden (38%). Distribusi responden
Hargodedali Surabaya menunjukkan bahwa berdasarkan kemampuan lansia berjalan
karakteristik responden berdasarkan panjang dengan melangkahi kotak sepatu di Panti
langkah berjalan sebagian besar responden Werdha Hargodedali Surabaya menunjukkan
memiliki panjang langkah berjalan <0,25 sebagian besar responden mengalami
m/langkah yakni sebanyak 18 responden penurunan sedang yakni sebanyak 11
(69%). Distribusi responden berdasarkan responden (42%). Distribusi responden
kemampuan berjalan lansia di Panti Werdha berdasarkan kemampuan lansia berjalan
Hargodedali Surabaya diketahui bahwa disekitar kerucut di Panti Werdha
karakteristik responden berdasarkan Hargodedali Surabaya menunjukkan
kemampuan berjalan lansia sebagian besar sebagian besar responden mengalami
responden mengalami penurunan sedang penurunan sedang yakni sebanyak 10
yakni sebanyak 11 responden (42%). responden (38%). Distribusi responden
Distribusi responden berdasarkan berdasarkan kemampuan lansia menaiki dan
kemampuan mengubah menuruni tangga di Panti Werdha
kecepatan lansia di Panti Werdha Hargodedali Surabaya menunjukkan
Hargodedali Surabaya menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami
karakteristik responden berdasarkan penurunan sedang yakni sebanyak 12
kemampuan mengubah kecepatan lansia responden (45%). Distribusi responden
sebagian besar responden mengalami berdasarkan pengkategorian prediksi risiko
penurunan sedang yakni sebanyak 12 jatuh berdasarkan penilaian Dynamic Gait
responden (46%). Distribusi responden Index (DGI) di Panti Werdha Hargodedali
berdasarkan kemampuan lansia berjalan Surabaya menunjukkan sebagian besar
dengan melihat ke kanan dan ke kiri di Panti responden memiliki risiko jatuh tinggi yakni
Werdha Hargodedali Surabaya menunjukkan sebanyak 18 responden (70%).
bahwa karakteristik responden berdasarkan
kemampuan lansia berjalan dengan melihat PEMBAHASAN
ke kanan dan ke kiri sebagian besar

4
Berdasarkan hasil penelitian yang penolakan sosial, yang pada akhirnya dapat
telah dilakukan didapatkan hasil bahwa menyebabkan depresi dan menarik diri.
kejadian jatuh yang terjadi pada 14 lansia Akibatnya adalah penurunan aktifitas,
dari 26 lansia di panti werdha Hargodedali penurunan lebih lanjut pada kualitas hidup
Surabaya dalam 3 bulan terakhir lansia. Lansia yang telah jatuh beberapa kali
frekuensinya sebanyak >3 kali. Frekuensi dalam 1 tahun terakhir sebaiknya menjalani
jatuh lansia dalam 1 tahun idealnya hanya 1 - evaluasi jatuh yang berkaitan dengan
2 kali (Klebe, 2004). Adanya kejadian jatuh keadaan jatuh dan tenaga medis dapat
lebih dari 1 kali dalam 1 tahun terakhir dapat mempertimbangkan untuk meresepkan
meningkatkan risiko terjadinya pengulangan program aktivitas fisik dan latihan
kejadian jatuh di waktu yang akan datang keseimbangan dengan memfokuskan pada
(Barr, 2004). Kejadian jatuh yang dialami aktivitas yang dapat membantu menurunkan
sebagian besar responden pada hasil risiko jatuh.
penelitian dalam 3 bulan terakhir bukanlah Lansia yang sudah tinggal lama di panti
kejadian jatuh yang pertama kali namun dan sudah lama beradaptasi dengan kondisi
kejadian jatuh yang sudah pernah terjadi panti cenderung lebih jarang terjatuh. Hal ini
pada waktu sebelumnya. dapat dilihat dari 8 responden di Panti
Menurut Nugroho (2008), tingginya Werdha Hargodedali Surabaya yang sudah
frekuensi jatuh yang dialami lansia lama tinggal antara 5-15 tahun sebanyak 5
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik responden diantaranya tidak pernah jatuh
internal maupun eksternal. Faktor internal dalam 3 bulan terakhir. Menurut Carpino
yang dapat mempengaruhi diantaranya psikis (2006) faktor lingkungan merupakan salah
dan aktivitas. Sedangkan untuk faktor dari satu faktor eksternal yang mempengaruhi
luar atau eksternal salah satunya adalah gaya kejadian jatuh pada lansia. Kejadian jatuh
berjalan. akan cenderung menurun pada lingkungan
Faktor internal yang memiliki presentase yang sudah dikenal. Kondisi lingkungan
cukup besar yang mempengaruhi terjadinya seperti posisi closet, kamar mandi, posisi
jatuh adalah kondisi psikis dan aktivitas tempat tidur yang terlalu rendah, penerangan
(Hawari, 1999). Kondisi psikis sangat yang kurang dapat memberikan risiko
dipengaruhi oleh trauma psikis terhadap terhadap jatuh. Lansia yang pernah
jatuh (Stockslager & Schaeffer, 2008). mengalami jatuh sampai terjadi luka yang
Lansia yang sudah pernah mengalami jatuh cukup parah cenderung lebih memilih untuk
sebelumnya dapat menjadi lebih khawatir tidak terlalu melakukan mobilitas dan ketika
mengenai masa depan mereka, khususnya, diminta untuk melangkahi kotak sepatu akan
mengenai kemampuannya untuk tetap menolak karena merasa akan jatuh demikian
mandiri, karena kehilangan kemampuan juga ketika diminta untuk menaiki dan
fungsional. Lansia tersebut dapat mengalami menuruni tangga mereka akan cenderung
harga diri rendah atau takut akan jatuh lagi, berpegangan dan goyang badanya merasa
takut tidak mampu melakukan aktivitas seperti tertarik untuk jatuh sehingga waktu
kehidupan sehari-hari (AKS), atau untuk menaiki tangga mereka akan lebih
5
memilih berpegangan. Munculnya perasaan memiliki risiko jatuh lebih besar daripada
akan jatuh bisa disebabkan karena adanya lansia yang tidak bekerja. Adanya kondisi
trauma yang pernah dialami sebelumnya. seperti ini mungkin disebabkan ada hal lain
Kecemasan dan depresi akan menghasilkan yang mempengaruhi risiko jatuh pada lansia
perasaan akan terjatuh. Lansia sangat rentan di panti tersebut di luar faktor aktivitas, bisa
sekali dengan masalah ini. Modifikasi karena faktor lingkungan dimana penerangan
lingkungan dapat dilakukan untuk kurang dan posisi tempat tidur yang terlalu
mengurangi munculnya perasaan akan jatuh tinggi dan bisa juga karena masalah
yang seringkali dialami oleh lansia. penglihatan yang dialami oleh lansia
Sebagian besar responden adalah lansia tersebut. Adanya kondisi aktif di masa tua
yang aktif. Berdasarkan hasil penelitian berdasarkan teori aktivitas merupakan
diketahui bahwa aktivitas 69% lansia di kriteria suksesnya sebuah proses penuaan,
Panti Werdha Hargodedali sebelum masuk namun yang perlu diperhatikan adalah
panti adalah bekerja. Delapan belas lansia kondisi aktif atau aktivitas pada lansia, yang
yang sebelum masuk panti aktivitasnya terlalu berlebihan akan meningkatkan risiko
bekerja diantaranya 8 lansia pernah jatuh terjadinya jatuh.
lebih dari 3 kali dalam 3 bulan terakhir, dan Sebagian besar lansia di Panti Werdha
9 lansia diantaranya tidak pernah jatuh Hargodedali berumur antara 75-89 tahun.
dalam 3 bulan terakhir. Delapan lansia yang Kejadian jatuh sangat berkaitan erat dengan
sebelum masuk panti aktivitasnya tidak proses penuaan dimana kejadian jatuh terjadi
bekerja diantaranya 6 lansia pernah jatuh sekitar 25% lansia berusia 65 tahun dan
lebih dari 3 kali dalam 3 bulan terakhir, dan meningkat sampai 35% pada lansia yang
1 lansia tidak pernah jatuh dalam 3 bulan berusia 75 tahun ke atas (Darmojo, 2004).
terakhir. Menurut Probosuseno (2008) Sebagaimana tergambar pada hasil penelitian
tingkat aktivitas menjadi salah satu bahwa semakin bertambahnya usia maka
penyebab terjadinya jatuh pada lansia, risiko kejadian jatuh juga akan semakin
sehingga lansia yang aktif akan memiliki meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil
risiko jatuh lebih besar dari pada lansia yang penelitian dimana 3 dari lansia yang berumur
tidak aktif. Lansia dengan latar belakang >90 tahun semuanya sudah pernah lebih dari
karakteristik pekerjaan yang memiliki 3 kali jatuh dalam 3 bulan terakhir, dan dari
frekuensi aktivitas tinggi akan cenderung 6 lansia yang berumur antara 65-74 tahun
memilih untuk melakukan banyak aktivitas hanya 2 lansia diantaranya yang sudah
setelah tinggal di panti, untuk memfasilitasi pernah jatuh lebih dari 3 kali dalam 3 bulan
hal tersebut pihak pengelola harian panti terakhir dan 3 lansia diantaranya tidak
Werdha Hargodedali Surabaya memberikan pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir.
kegiatan rutin seperti pengajian, tasawuf, Menurut Alonso dkk (2001) lansia
dan senam. mengalami penurunan sistem
Berdasarkan hasil penelitian di ketahui muskuloskeletal. Salah satunya adalah
bahwa lansia dengan aktivitas bekerja penurunan kekuatan otot. Kekuatan atau
sebelum menghuni panti belum tentu
6
jumlah daya yang dihasilkan oleh otot linier. Penurunan ini menyebabkan tensile
menurun dengan bertambahnya usia. strength colagen mulai menurun. Perubahan
Penurunan sistem muskuloskeletal pada pada kolagen ini dapat menimbulkan
lansia mempunyai peran yang sangat besar penurunan kekuatan otot. Sedangkan otot
terhadap terjadinya jatuh pada lansia atau sendiri mengalami penurunan jumlah dan
dapat dikatakan bahwa faktor penurunan ukuran serabut otot, dan hal ini juga
sistem muskuloskeletal ini murni milik menyebabkan penurunan kekuatan otot.
lansia yang mempunyai pengaruh terhadap Kelambanan serabut otot reaksi cepat (tipe
keseimbangan postural. Atrofi otot yang II) sering terjadi pada lansia akibatnya gerak
terjadi pada lansia menyebabkan penurunan menjadi lamban (Pudjiastuti, 2003).
kekuatan otot, terutama otot-otot ekstrimitas Kecepatan berjalan pada lansia menurun
bawah. Kelemahan otot ekstrimitas bawah seiring dengan pertambahan usia dimana
ini dapat menyebabkan gangguan terjadi perubahan komposisi otot sepanjang
keseimbangan postural. Hal ini dapat waktu dan aliran darah ke otot berkurang
mengakibatkan kelambanan bergerak, sejalan dengan proses menua. Penurunan
langkah pendek-pendek, penurunan irama, kecepatan berjalan lansia di Panti Werdha
kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan Hargodedali bisa karena trauma psikis akibat
cenderung tampak goyah, susah atau kejadian jatuh sebelumnya dimana sebagian
terlambat mengantisipasi bila terjadi besar lansia dipanti tersebut pernah lebih dari
gangguan seperti terpeleset dan tersandung. 3 kali jatuh dalam 3 bulan terakhir. Lansia
Beberapa indikator ini dapat meningkatkan menjadi lebih hati-hati dan waspada ketika
risiko jatuh pada lansia. Maka yang perlu berjalan sehingga dengan cara menurunkan
diperhatikan adalah pengawasan dan keceptan berjalan lansia bisa merasa lebih
penjagaan yang optimal terhadap lansia yang aman. Hal yang perlu diperhatikan adalah
secara alami sudah mengalami penurunan tingkat aktivitas yang tetap harus
sistem muskuloskeletal. dipertahankan pada lansia karena dengan
Hasil pemeriksaan terhadap kecepatan berkurangnya aktivitas juga akan
berjalan menunjukkan sebagian besar lansia mempengaruhi kekuatan otot.
di Panti Werdha Hargodedali mengalami Hasil penelitian terhadap panjang
penurunan kecepatan berjalan dimana langkah berjalan pada lansia di di Panti
sebagian besar lansia memiliki kecepatan Werdha Hargodedali Surabaya menunjukkan
berjalan <1 m/detik. Leiper (2001) bahwa sebagian besar lansia di panti tersebut
menyatakan bahwa kecepatan rata-rata memiliki panjang langkah lebih pendek dari
wanita sehat berusia >75 tahun adalah panjang langkah yang didapatkan oleh Elble
1m/detik. Kolagen berfungsi sebagai protein dkk (2004) pada pengujian 19 lansia usia
pendukung utama pada kulit, tendon, tulang, rata-rata 76 tahun yaitu 0,25 m/langkah.
kartilago dan jaringan pengikat. Akibat Panjang langkah yang berkurang pada
penuaan, kolagen mengalami perubahan lansia bisa disebabkan karena otot betis pada
menjadi bentangan yang tidak teratur dan lansia yang berkurang kekuatannya dan tidak
menyebabkan penurunan hubungan tarikan bisa menghasilkan plantar fleksi yang
7
optimal, bisa juga disebabkan karena keadaan ini dapat menimbulkan gangguan
berkurangnya keseimbangan dan kontrol keseimbangan postural. Sistem Saraf Pusat
tubuh yang jelek pada fase single stance (SSP) dibutuhkan dalam memelihara respon
(Darmojo, 2004). Pemendekan langkah postural. Central Nerves System (CNS)
mungkin merupakan respon yang sesuai melalui jaras-jarasnya menerima informasi
terhadap penurunan keseimbangan atau sensoris perifer dari sistem visual,
mungkin terutama oleh karena vestibular, dan proprioseptif di gyrus post
hilang/berkurangnya kekuatan otot pada central lobus parietal kontralateral.
lansia. Bisa juga karena rasa aman yang Selanjutnya informasi ini diproses dan
didapat ketika berjalan dengan langkah diintegrasikan pada semua tingkat sistem
pendek. syaraf. Akhirnya dalam waktu latensi ± 150
Hasil penelitian dua komponen m/det akan terbentuk suatu respon postural
pemeriksaan Dynamic Gait Index (DGI) yang benar secara otomatis dan akan
yaitu kemampuan berjalan lansia dan diekspresikan secara mekanis melalui
kemampuan lansia mengubah kecepatan efektor dalam suatu rangkaian pola gerakan
berjalan di Panti Werdha Hargodedali tertentu (Steiberg, 2000).
Surabaya menunjukkan lansia di Panti Gerakan dasar dari gaya berjalan
tersebut sebagian besar mengalami normal sama untuk semua orang, walaupun
penurunan sedang. kejadian jatuh berkaitan demikian terdapat perbedaan sedikit dalam
erat dengan keseimbangan postural lansia. setiap gerakan yang dilakukan oleh masing-
Kekuatan otot dibutuhkan untuk masing orang sebagai pola gaya berjalan
mempertahankan keseimbangan postural yang khas di setiap individu. Penyokong anti
lansia (Nugroho, 2000). Kekuatan otot lansia gravitasi diperlukan untuk mengontrol
dapat dilihat dari kemampuan lansia ketika keseimbangan dan pergerakan melangkah ke
melakukan instruksi berjalan selama 20 depan. Stabilitas mekanik dipertahankan
detik. sepanjang jalur gravitasi yang melewati
Keseimbangan merupakan proses dasar penyangga diantara kedua kaki.
mempertahankan proyeksi pusat gravitasi Lansia yang tidak mampu melakukan
jatuh pada landasan penopang, dimana hasil instruksi kemampuan berjalan dan
seluruh gaya yang bekerja menjadi nol, yang mengubah kecepatan berjalan secara normal
merupakan proses kompleks, melibatkan menunjukan bahwa lansia tersebut
penangkapan dan koordinasi dari asupan mengalami gangguan keseimbangan postural
sensoris, perencanaan gerakan, dan yang akan mempengaruhi kejadian jatuh
pemunculan gerakan (Pudjiastuti, 2003). pada lansia tersebut. Untuk memperbaiki
Lansia mengalami penurunan proprioseptif. kemampuan berjalan pada lansia di Panti
Penurunan tersebut dapat meningkatkan Werdha Hargodedali dapat dengan balance
ambang batas rangsang muscle spindle, exercise, yaitu aktivitas fisik yang dilakukan
sehingga dapat mematahkan umpan balik untuk meningkatkan kestabilan tubuh
afferen dan secara berurutan dapat dengan meningkatkan kekuatan otot
mengubah kewaspadaan tentang posisi tubuh ekstrimitas bawah.
8
Hasil penelitian dua komponen propioseptif, lingkup gerak sendi dan
pemeriksaan Dynamic Gait Index (DGI) kekuatan otot. Usia lanjut dikaitkan dengan
yaitu pemeriksaan terhadap kemampuan input propioseptif yang berkurang, proses
lansia berjalan dengan melihat ke kiri dan ke degeneratif pada sistem vestibuler, refleks
kanan dan pemeriksaan kemampuan lansia posisi yang melambat dan melemahnya
berjalan dengan melihat ke atas dan ke kekuatan otot sangat penting dalam
bawah di Panti Werdha Hargodedali mempertahankan postur. Semua perubahan
Surabaya menunjukkan lansia di Panti tersebut dapat berperan untuk terjadinya
tersebut sebagian besar mengalami jatuh, terutama pada kemampuan untuk
penurunan sedang. mencegah terjadinya jatuh manakala
Menurut Alonso dkk (2001) terpeleset atau menghadapi situasi
mekanisme keseimbangan postural lingkungan yang membahayakan.
membutuhkan kerjasama dan interaksi dari Hasil penelitian empat komponen
sistem sensori, sistem saraf pusat (SSP), dan pemeriksaan Dynamic Gait Index (DGI)
sistem efektor. Sistem sensori utama terkait yaitu kemampuan lansia berjalan dengan
dengan keseimbangan postural meliputi melakukan putaran 180o kemudian berhenti,
sistem visual, vestibular dan perioseptif. kemampuan lansia berjalan disekitar kerucut
Reseptor visual ini memberikan informasi yang ditempatkan di lantai, kemampuan
tentang orientasi mata dan posisi tubuh atau lansia berjalan dengan melangkahi kotak
kepala terhadap kondisi lingkungan di sepatu, dan hasil pemeriksaan terhadap
sekitarnya. Organ vestibular memberikan kemampuan lansia menaiki dan menuruni
informasi ke CNS tentang posisi dan gerakan tangga di Panti Werdha Hargodedali
kepala serta pandangan mata melalui Surabaya menunjukkan lansia di panti
reseptor makula dan krista ampularis yang tersebut sebagian besar mengalami
terdapat di telinga dalam. Sistem Saraf Pusat penurunan sedang.
(SSP) dibutuhkan dalam memelihara respon Menurut Wolsfon (2002) gerakan
postural. Proses kontrol pada CNS dimulai dilakukan oleh suatu kelompok sendi dan
dari Persepsi sensoris → Perencanaan otot dari kedua sisi tubuh, maka komponen
motorik → Pelaksanaan motorik ke perifer. efektor yang normal harus ada supaya dapat
Rotasi lengan dan bahu berguna untuk melakukan gerakan keseimbangan postural
keseimbangan gerakan pelvis dan ektremitas yang normal. Komponen efektor yang
bawah. dibutuhkan adalah LGS (Lingkup Gerak
Lansia yang tidak mampu melakukan Sendi), kekuatan dan ketahanan (endurance)
intruksi tersebut di atas dengan normal dari kelompok otot kaki, pergelangan kaki,
menunjukkan bahwa lansia tersebut lutut, pinggul, punggung, leher, dan mata.
mengalami gangguan keseimbangan Gangguan pada komponen efektor akan
postural. Gangguan keseimbangan postural mempengaruhi kemampuan dalam
dapat disebabkan karena perubahan mengontrol postur sehingga akan terjadi
komponen biomekanik meliputi latensi gangguan keseimbangan postural. Berjalan
mioelektrik, waktu untuk bereaksi, dengan ibu jari kaki deviasi ke arah lateral
9
sekitar 5% merupakan adaptasi tubuh agar sebagian besar lansia di Panti tersebut
didapati keseimbangan lateral atau dicurigai memiliki risiko tinggi jatuh. Salah satu
adanya kelemahan pada otot panggul yang bentuk aplikasi fungsional dari gerak tubuh
bertugas melakukan rotasi interna. adalah gaya berjalan. Keseimbangan,
Pergerakan sendi mungkin berubah seiring kekuatan, dan fleksibilitas diperlukan untuk
dengan pertambahan usia. Penurunan rotasi mempertahankan postur yang baik. Ketiga
badan terjadi karena efek sekunder kekakuan elemen tersebut merupakan dasar untuk
sendi. mewujudkan gaya jalan yang baik pada
setiap individu (Stockslager & Schaeffer,
Jatuh terjadi ketika sistem kontrol 2008).
postural tubuh gagal mendeteksi pergeseran Gangguan gaya berjalan yang dialami
dan tidak mereposisi pusat gravitasi terhadap sebagian besar lansia di panti ini
landasan penopang pada waktu yang tepat mengindikasikan adanya masalah pada
untuk menghindari hilangnya keseimbangan. keseimbangan postural dinamis, dengan
Kegagalan ini antara lain disebabkan oleh adanya masalah tersebut risiko jatuh akan
pergeseran pusat gravitasi tubuh yang besar, meningkat akibat adanya gangguan dalam
cepat dan tiba-tiba, gangguan lingkungan, proses pergerakan tubuh. Pengaruh kekuatan
serta faktor intrinsik seperti hilang atau otot terhadap gaya berjalan akan
berkurangnya sistem sensorik yang esensial menyebabkan adanya perubahan pada
untuk mendeteksi gerakan pusat gravitasi kekuatan pijakan, kecepatan berjalan, serta
tubuh, gangguan sistem saraf pusat untuk panjang langkah. Sebagian besar lansia yang
mengorganisasikan dan menghantarkan memiliki kekuatan otot rendah memiliki
respon postural yang tidak efektif akibat gaya berjalan yang lamban, dengan langkah
terganggunya sistem neuromuskular, gaya yang pendek – pendek, kaki tidak dapat
berjalan abnormal, refleks postural tidak menapak dengan kuat dan cenderung tampak
memadai, instabilitas sendi, dan kelemahan goyah. Kondisi ini dapat diperbaiki melalui
otot. Penilaian gaya berjalan melalui latihan fisik. Latihan fisik diharapkan
pemeriksaan Dynamic Gait Index (DGI) mengurangi resiko jatuh dengan
yang terdiri dari 8 item pemeriksaan meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan,
kemampuan gaya berjalan lansia yang dapat memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan
dilihat dan di ukur seperti yang disebutkan di meningkatkan reaksi terhadap bahaya
atas dapat dijadikan skrining awal dalam lingkungan, latihan fisik juga bisa
upaya pencegahan jatuh pada lansia mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif.
sehingga komplikasi yang terjadi akibat Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih
jatuh dapat dicegah sehingga meningkatkan kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan
kualitas hidup lansia. semampunya, salah satunya adalah berjalan
Hasil prediksi jatuh dengan kaki
menggunakan pemeriksaan Dynamic Gait
Index (DGI) terhadap lansia di Panti Werdha SIMPULAN DAN SARAN
Hargodedali Surabaya menunjukkan Simpulan :
10
Hasil pemeriksaan terhadap 8 (delapan) Usia) edisi ke-2. Jakarta: FKUI. hal:
instruksi penilaian Dynamic Gait Index 495, 502.
(DGI) pada lansia di Panti Werdha Boedhi Darmojo, R.B. (2009). Buku Ajar
Hargodedali Surabaya menunjukkan semua Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut
lansia di panti tersebut mengalami Usia) edisi ke-4. Jakarta: FKUI. hal:
penurunan kemampuan tingkat sedang. Hasil 175.
pemeriksaan Dynamic Gait Index (DGI)
menunjukkan sebagian besar lansia di Panti Budiharjo, dkk. (2005). Pengaruh senam
Werdha Hargodedali Surabaya mempunyai aerobic low impact intensitas sedang
risiko tinggi terhadap kejadian jatuh. terhadap kelenturan badan pada
Saran : wanita lanjut usia terlatih. Berkala
Bagi pengelola panti sebaiknya Ilmu Kedokteran, 37(4:178).
memasukkan pemeriksaan prediksi jatuh
kedalam salah satu rangkaian pemeriksaan British Columbia Fall and Injury prevention
rutin yang dilakukan setiap 3 bulan sekali. unit. (2007). Senior’s fall can be
Bagi petugas kesehatan di panti sebaiknya prevented. www.injuryresearch.bc.ca.
melakukan latihan keseimbangan postural Tanggal 12 Maret 2012, Pukul 19.00
dinamik secara bergantian dengan senam WIB.
lansia sebagai suatu bentuk modifikasi
kegiatan serta salah satu pencegahan Canadian Physiotherapy Association.
kejadian jatuh pada lansia. (2003). Balance and Falls,
Pada penelitian selanjutnya diharapkan agar www.physiotherapi.ca, Tanggal 12
dilakukan penelitian tentang pengaruh Maret 2012, Pukul 19.00 WIB.
gangguan gaya berjalan terhadap risiko jatuh
pada lansia
Carpino, Chris. (2007). New ideas in
KEPUSTAKAAN Balance and Falls Prevention 3 ed,
American Family Physician. (2001). Basic St.Louis: Elsevier Saunders. hal: 51.
functional mobility in frail elderly
persons – Tips from other Journals. Ceranski, Sandy. (2006). Fall Prevention
www.findsarticles.com. Tanggal 12 and modifable risk factor.
maret 2012, Pukul 20.00 WIB. www.rfw.org. Tanggal 12 Maret
2012. Pukul 19.00 WIB.
Arikunto, S. (2007). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Elizabeth T. Hsiao-Wecksler, Kunal
Rhineka Cipta, hal: 91, 95. Katdare, Jennifer Matsona, Wen
Liua, & Lewis Finch E 1995,
Boedhi Darmojo, R.B. (2004). Buku Ajar Physical Rehabilitation Outcome
Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Measures. 2nd ed. Hamilton, Ontario,

11
Canada: Lippincott Williams & Philadelphia: F.A. Davis Company.
Wilkins, hal: 341-342. Hal 234-235.

Guccione, AA. (2000). Geriatric Physical RJ. Barr. (2005). Screening Elderly Women
Therapy.2nd edition, Philadelpia: for Risk of Future Fracture –
Mosby, Hal: 45, 102, 285, 461. Participation Rate and Impact on
Incidence of Falls and Fracktures.
Hardywinoto, D & Setiabudhi, T. (2004). Jurnal Calcified Tissue International.
Panduan Gerontologi Tinjauan dari no.76 (hal. 243-248).
Berbagai Aspek. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. Hal: 65- Stanley Mickey & Patricia Gautlett Bare.
67. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik (Edisi 2). Jakarta: EGC.
Hazzard, WR, et al. (2002). Principles of Hal: 274, 290- 292.
geriatric Medicine and Gerontology.
Ed 3th, United State: McGraw-Hill. Steiberg FU. Disorder of mobility, balance,
Hal: 96, 207, 1314. and gait. In: Felsenthal G, Garrison
SJ, Steinberg FU. Rehabilitation of
aging and elderly patient. Baltimore:
Hile ES & Studenski SA. (2007). Instability William & Wilkins, 2001:243-50.
and falls. In: Duthie EH, Katz PR,
Malone ML, eds. Practice of Stocklager, Jaime & Schaeffer, Liz. (2008).
geriatrics 4th ed. USA: Elsevier, Buku Saku Asuhan Keperawatan
2007: 195-218. Geriatrik Edisi 2. Alih Bahasa: Nike
Budhi Subekti. Jakarta: EGC.
King B Mary. Falls. In: Hazzard WR, Blass
JP, Halter JB, Ouslander JG, Tinetti Susan L. Whitney, Gregory F. Marchettid,
M, eds. Principles of geriatric Annika Schadee & Diane M.
medicine & gerontology 5th ed. New Wrisleya 2004, The sensitivity and
York: McGraw-Hill. 2004: 1517-29. specificity of the Timed “Up & Go”
and the dynamic gait index for self-
Nursalam. (2008). Konsep & Penerapan reported falls in persons with
Metodologi Penelitian Ilmu vestibular disorders, Journal of
Keperawatan. Jakarta: Salemba Vestibular research no. 14 (hal 397-
Medika. Hal 92-93, 98, 100-111, 409).
202-216.
Wolfson L. Balance decrements in older
O'Sullivan, SB, & Schmitz, TJ. (2007). persons: Effects of age and disease.
Physical Rehabilitation. 5 ed, In: Masdeu JC, Sudarsky L, Wolfson

12
L (Editor). Philadelphia: Lippicott- Dynamic Gait Index in people with
Raven, 2002: 79-89. vestibular disorders. Arch Phys Med
Rehabil. 84, hal:1528–1533.
Wrisley D, Walker M, Echternach J,
Strasnick B. (2003) Reliability of the

13

You might also like