You are on page 1of 14

HACCP Wafer Roll Citraresmi dan Putri

PENERAPAN HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINT (HACCP)


PADA PROSES PRODUKSI WAFER ROLL

[Implementation of Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) in Produc-


tion of Wafer Roll ]

Ardaneswari Dyah Pitaloka Citraresmi*) dan F.P. Putri


Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Brawijaya
*Email korespondensi: ardanezz@gmail.com

Diterima: 12 Juli 2018


Disetujui: 2 Februari 2019
DOI: /10.23960/jtihp.v24i1.1-14

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the application of Hazard Analysis and
Critical Control Points (HACCP) to identify and prevent potential hazards in the produc-
tion process of chocolate roll wafers at PT. X. The production process of wafer roll at
PT. X consisted of mixing raw materials, filtering, roasting, rolling a wafer roll, filling
cream, cutting, decreasing wafer roll temperature, packaging, and X-ray detection. The
implementation of a quality assurance system must be carried out at every stage of pro-
cesses to prevent microbiological chemical, and physical hazard pollution, and maintain-
ing product quality. The study was conducted using a survey method, by directly follow-
ing the entire process of making chocolate roll wafers from the receiving of raw materials
to the final product in the packaging. The data was analyzed using descriptive analysis
method. The application of the HACCP system at PT. X through two steps, that were pre-
liminary hazard analysis step and hazard analysis step. The results showed that the X-ray
detection pathway found CCP contamination of foreign objects with significant hazards in
the form of metal parts in the product. Preventive actions taken included separating and
marking deviant products, repairing the auto stop system, and visual observation by em-
ployees on X-ray detection machines.
Keywords: HACCP, quality control, wafer roll, X-Ray machine

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penerapan Hazard Analysis and Crit-
ical Control Point (HACCP) untuk mengidentifikasi dan mencegah bahaya potensial da-
lam proses produksi wafer roll coklat di PT. X. Proses produksi wafer roll di PT. X terdiri
dari pencampuran bahan baku, penyaringan, pemanggangan, penggulungan pita wafer
roll, filling cream, pemotongan, penurunan suhu wafer roll, pengemasan, dan deteksi si-
nar-X. Penerapan sistem jaminan mutu harus dilakukan pada setiap tahapan untuk
mencegah pencemaran bahaya mikrobiologi, kimia, dan fisik serta menjaga kualitas
produk. Penelitian dilakukan menggunakan metode survey, dengan mengikuti secara lang-
sung seluruh alur proses pembuatan wafer roll coklat mulai dari penerimaan bahan baku
sampai produk akhir dalam kemasan. Metode analisa data yang digunakan adalah metode
analisa deskriptif. Penerapan sistem HACCP di PT. X melalui dua langkah yaitu prelimi-
nary step to hazard analysis dan step hazard analysis. Hasil penelitian menunjukkan bah-

Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.1, Maret 2019 1
Citraresmi dan Putri HACCP Wafer Roll

wa ditemukan CCP pada alur proses deteksi sinar-X dengan bahaya signifikan berupa ce-
maran benda asing berupa metal parts dalam produk. Tindakan pencegahan yang di-
lakukan antara lain memisahkan produk dan memberi tanda pada produk yang menyim-
pang serta melakukan perbaikan sistem auto stop dan pengamatan oleh petugas secara vi-
sual pada mesin deteksi sinar-X.
Kata kunci: HACCP, mesin sinar X, kontrol kualitas, dan wafer roll

PENDAHULUAN duksi wafer roll coklat di PT. X didasar-


Indonesia merupakan negara yang kan pada Pre Requisite Programs (PRP).
memiliki tingkat pertumbuhan penduduk PRP adalah program penerapan persyarat-
yang tinggi, yang berpengaruh pada kon- an yang diwajibkan bagi industri pangan
sumsi terhadap makanan ringan (snack). untuk menciptakan kondisi dan aktivitas
Hal tersebut ditunjukkan oleh data Kemen- dasar yang dapat menjamin lingkungan
terian Pertanian RI bahwa rata-rata pe- produksi aman untuk menghasilkan pro-
ningkatan konsumsi makanan ringan dari duk pangan (Pardo, et al., 2013; Wicak-
tahun 2011-2015 adalah 2,21% (Kementan sani dan Ariyani, 2017). PRP mencakup
RI, 2016). Salah satu makanan ringan yang dua hal yaitu Good Manufacturing Prac-
tices (GMP) dan Sanitation Standart
sangat popular dan digemari adalah biskuit.
Biskuit adalah jenis kue kering yang Operating Procedure (SSOP).
mempunyai rasa manis dan diperoleh dari Proses pembuatan produk yang
baik harus melalui beberapa tahap proses
proses pengovenan dengan bahan dasar
tepung terigu (Wulandari et al., 2010; produksi mulai dari awal hingga akhir un-
Mamat dan Hill, 2018). Pasar biskuit di tuk menerapkan sistem HACCP secara
baik dan benar (Hermansyah et al., 2013;
Indonesia tumbuh signifikan dalam enam
tahun terakhir, dari Rp. 3 triliun pada tahun Panghal et al., 2018). Oleh karena itu,
2009 menjadi sekitar Rp. 6,23 triliun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
(www.duniaindustri.com, 2015). mengetahui penerapan dan efektifitas
Salah satu perusahaan biskuit di HACCP dalam pembuatan produk wafer
roll coklat pada PT. X, sehingga diperoleh
Indonesia adalah PT. X, yang salah satu
produknya adalah wafer roll coklat. Dalam sistem yang benar-benar mampu menjaga
menghadapi para pesaing, di PT. X perlu dan menjamin keamanan pangan dari
produk yang dihasilkan.
melakukan peningkatan mutu dan keaman-
an produk yang dihasilkan dengan me-
ngembangkan sistem jaminan keamanan BAHAN DAN METODE
pangan yang berupa Hazard Analysis and
Critical Control Point (HACCP). HACCP Bahan dan Alat
adalah suatu sistem jaminan keamanan Penelitian ini merupakan penelitian
pangan berupa pendekatan sistematis untuk deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di
mengidentifikasi bahaya-bahaya dan me- PT. X, pada bulan Juni-Desember tahun
nempatkan sistem pengendalian untuk 2017.
mencegahnya (Fakhmi et al., 2014; Su-
harman dan Ekafitri, 2014) Metode Penelitian
PT. X telah menerapkan HACCP
Metode yang digunakan adalah
manual dalam pembuatan biskuit, namun
deskriptif verifikatif untuk memperoleh
pada divisi wafer, sistem HACCP sedang
gambaran akurat dan aktual mengenai fak-
dikembangkan dari HACCP manual bis-
ta dan sifat hubungan antara fenomena ob-
kuit. Penerapan HACCP dalam proses pro-

2 Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.1, Maret 2019
HACCP Wafer Roll Citraresmi dan Putri

jek yang diteliti. Selain itu, digunakan 5) Verifikasi diagram alir, dengan cara
metode analisis keakutan dan resiko baha- meninjau proses produksi secara lang-
ya, metode penentuan signifikansi bahaya, sung, melakukan koordinasi dengan
serta diagram pohon keputusan penentuan operator produksi, dan melakukan pen-
titik kendali kritis (Citraresmi dan gujian sampel produk untuk membuk-
Wahyuni, 2018). tikan ketepatan diagram alir yang telah
disusun dengan proses produksi yang
Prosedur sesungguhnya. Apabila dalam penera-
Penelitian ini menggunakan metode pan di lapangan diagram alir tidak
HACCP yang terbagi menjadi 2 tahapan, sesuai, maka dilakukan modifikasi atau
yaitu Preliminary Step to Hazard Analysis perbaikan terhadap diagram alir. Se-
dan tahap penerapan HACCP. Preliminary baliknya, apabila diagram alir telah
Step to Hazard Analysis terdiri dari: sesuai di lapangan, maka dilakukan
1) Pembentukan tim HACCP, dengan sis- dokumentasi terhadap diagram alir ter-
tem perekrutan internal maupun ekster- sebut dengan mengisi form verifikasi
nal. Tim yang telah dibentuk harus su- diagram alir (Hermansyah et al., 2013).
dah memahami tentang teori kemanan Sedangkan tahap Hazard Analysis
pangan, memahami prinsip HACCP, terdiri dari:
mengetahui peran dan kegunaan HA- 1) Menganalisis bahaya, yang merujuk
CCP dalam proses produksi. Oleh kare- pada diagram alir proses, kemudian tim
na itu, diperlukan pelatihan bagi tim HACCP mendaftarkan semua bahaya
HACCP tentang penerapan HACCP potensial yang mungkin terjadi pada
setiap tahap proses. Bahaya tersebut
dan inspeksi HACCP.
meliputi bahaya biologi, kimia dan
2) Pendeskripsian produk yang memiliki
fisik. Kajian resiko (signifikansi) baha-
sifat-sifat spesifik. Bahaya yang mung-
ya didasarkan pada kemungkinan baha-
kin terjadi mulai dari penerimaan bahan
ya akan terjadi dan tingkat keseriusan
baku hingga produk jadi yang siap kon-
bahaya. Dengan menggabungkan pelu-
sumsi harus diidentifikasi sesuai de-
ang dengan tingkat keparahan bahaya,
ngan peraturan atau undang-undang
dapat ditentukan tingkat resiko/signifi-
terkait persyaratan keamanan pangan
kansi bahaya suatu produk (Maulana et
yang berlaku.
al., 2012), seperti yang dapat dilihat
3) Pengidentifikasian penggunaan produk
pada Tabel 1.
untuk mengelompokkan konsumen ber-
dasarkan resiko yang dapat ditimbulkan Tabel 1. Signifikansi Bahaya
apabila mengkonsumsi produk tersebut, Tingkat Keparahan (Severity)
dan memberikan informasi bahwa
produk dapat didistribusikan kepada L M H
Peluang Ter-
semua populasi atau hanya populasi jadinya L LL ML HL
yang peka (sensitif). Kelompok popu- (Reasonably
likely to oc- M LM MM HM*
lasi yang peka (sensitif) terdiri dari cur)
manula, bayi, wanita hamil, orang sakit, H LH MH* HH*
dan orang dengan daya tahan terbatas Keterangan:
(immunocompromised). L = Low (Rendah)
4) Penyusunan diagram alir, dengan men- H = High (Tinggi)
catat seluruh proses sejak diterimanya M = Medium (Sedang)
* = Dianggap signifikan dan akan dipertim-
bahan baku hingga menjadi produk bangkan dalam penetapan CCP (Maulana
akhir. et al., 2012).

Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.1, Maret 2019 3
Citraresmi dan Putri HACCP Wafer Roll

2) Menetapkan Critical Control Point Deskripsi produk dibuat oleh tim


(CCP), diperoleh dari proses saat dila- HACCP berdasarkan pengetahuan tentang
kukan analisis bahaya memiliki anali- wafer roll coklat. Deskripsi produk wafer
sis bahaya yang signifikan. roll coklat di PT. X dapat dilihat pada
3) Menetapkan batas kritis, dilakukan Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, diketahui
oleh tim analisis bahaya dengan mem- bahwa deskripsi dan identifikasi produk
buat standar ketetapan bagi proses yang wafer roll coklat PT. X tidak berbeda jauh
memiliki bahaya signifikan. dengan produk dari PT. UBM. Hal terse-
4) Menetapkan sistem monitoring CCP, but berarti bahwa deskripsi dan identifikasi
dengan memperhatikan apa saja yang produk wafer roll coklat PT. X telah me-
perlu dipantau, cara memantau, waktu menuhi standar dan kesesesuaian dengan
dan frekuensi pemantauan, siapa yang produk sejenis di pasaran .
harus memantau, dan dimana harus 3. Identifikasi Penggunaan Produk
dipantau.
5) Menetapkan tindakan koreksi, apabila Identifikasi penggunaan produk
hasil pada suatu CCP melampaui batas wafer roll coklat di PT. X dapat dilihat
kritis. pada Tabel 3. Salah satu resiko produk
6) Menetapkan tindakan verifikasi, dil- wafer roll coklat yang mungkin terjadi
akukan secara periodik dan didoku- disebabkan karena adanya bahan tambahan
mentasikan langsung. Prosedur verifi- makanan berupa pewarna, pemanis buatan,
kasi dilakukan oleh tim verifikasi ter- pengawet, yang dapat berdampak buruk.
hadap HACCP pada proses produksi Dampak buruk bahan tambahan tersebut
dengan pengecekan secara berkala. jika dikonsumsi secara berlebihan dan ter-
Pengecekan dilakukan dengan cara us menerus antara lain hiperaktif pada
mengidentifikasi seluruh pelaksanaan anak, diabetes tipe 2, alergi, dan obesitas
HACCP, untuk mengontrol dan me- karena jumlah kalori yang terkandung
mastikan bahwa semua prosedur yang melebihi kebutuhan standar (Ratnani,
dilakukan secara keseluruhan berjalan 2009). Maka dari itu, diperlukan identifi-
efektif. kasi pengguna yang ditentukan berdasar-
7) Menyusun dokumen, meliputi semua kan deskripsi produk yang telah dibuat,
yaitu dengan mencatat penggunaan pro-
catatan mengenai keamanan produk.
duk, cara penyajian dan kelompok kon-
Dokumentasi yang efektif dan efisien
sumen pengguna yang berpengaruh ter-
menjadi bukti bahwa batas-batas kritis
hadap keamanan produk wafer roll coklat
telah dipenuhi dan telah diambil tinda-
tersebut.
kan koreksi yang benar sehingga hasil
Identifikasi pengguna ditujukan
kegiatan dapat tercatat dengan baik.
untuk masyarakat Indonesia, karena pe-
masaran produk wafer roll coklat dipusat-
HASIL DAN PEMBAHASAN kan untuk memenuhi permintaan nasional.
Preliminary Step to Hazard Analysis 4. Penyusunan Diagram Alir
1. Pembentukan Tim HACCP Diagram alir digunakan untuk
Tim HACCP di PT. X terdiri dari menggambarkan keseluruhan proses pro-
tim analisis bahaya, tim validasi, dan tim duksi wafer roll coklat di PT. X. Penyu-
verifikasi. Tugas dan tanggung jawab tim sunan diagram alir dilakukan oleh tim
HACCP dapat dilihat pada Tabel 2 . analisis bahaya dengan memperhatikan
tiap proses agar tidak terjadi penyim-
2. Pembentukan Tim HACCP pangan atau bahaya yang terjadi dalam

4 Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.1, Maret 2019
HACCP Wafer Roll Citraresmi dan Putri

Tabel 2. Tugas dan Tanggung Jawab tim HACCP


Jabatan Tugas dan Tanggung Jawab
Tim Analisis Membuat analisis bahaya secara detail dan menyeluruh pada tiap proses yang
Bahaya diindikasikan terdapat bahaya pada keamanan pangan
Menetapkan signifikansi bahaya berdasar bahaya yang telah ditetapkan dalam
analisis bahaya
Menetapkan CCP berdasar atas bahaya-bahaya yang dianggap signifikan
Menetapkan batas kritis operasional (jika ada) pada CCP
Menetapkan tindakan monitoring untuk pengendalian CCP dalam HACCP Plan
Menetapkan OPRP (Operational Pre Requesite Program) pada bahaya signifikan
yang menjadi Control Point (CP)
Melakukan tinjauan terhadap tahapan bahaya, mulai dari analisis hingga pembu-
atan HACCP Plan
Melaporkan HACCP Plan pada ketua tim untuk dilakukan tindak lanjut
Memastikan dokumentasi bahaya terdokumentasi dengan baik
Tim Validasi Menetapkan efektivitas pengendalian CCP berdasar hasil monitoring
Memvalidasi sistem yang efektif dan melakukan pemantauan terhadap sistem
yang telah tervalidasi
Melaporkan hasil validasi sistem kepada ketua tim
Tim Verifi- Melakukan audit pelaksanaan yang tercakup dalam OPRP dan HACCP Plan
kasi
Monitoring CP sesuai OPRP dan pengendalian CCP sesuai HACCP Plan
Membuat resume hasil audit sesuai audit yang dilakukan
Melaporkan hasil audit ke ketua tim
Sumber: Data primer (2017)

pembuatan produk. Urutan proses produksi meng-gunakan pipa yang diberi mag-
wafer roll coklat sebagai berikut. netting trap.
(1) Pencampuran bahan baku adonan dan (2) Penyaringan
cream (mixing). Adonan dan cream disaring
Bahan-bahan pembuat adonan melewati magnetting trap untuk
(tepung terigu, tepung tapioka, gula, mencegah adanya kontaminasi fisik
pewarna, perisa, dan garam) dan pada adonan. Selanjutnya adonan yang
cream (dekstrose monohidrat, susu telah disaring dimasukkan ke dalam
bubuk, bubuk coklat, minyak nabati, ember dan diletakkan di atas trolly un-
lemak reroti, pengemulsi, dan garam) tuk membawa adonan ke mesin selan-
dicampur di dalam mixer (untuk ado- jutnya.
nan, pada suhu 25-32oC selama 4-5 (3) Pemangganggan
menit) dan mesin wiecon (untuk cream Sebelum dilakukan pemang-
pada suhu 40-50oC selama 4 jam). gangan dalam mesin baking, adonan
Komposisi bahan yang digunakan un- dan cream yang telah jadi diletakkan di
tuk membuat adonan adalah 100 kg/ dalam hopper, yaitu tempat yang di-
batch, sedangkan untuk membuat gunakan sebagai bak penampungan.
cream adalah 250 kg/batch. Setelah itu Dalam mesin baking, adonan dan
cream di-salurkan ke alat penyaringan cream akan disatukan melalui proses

Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.1, Maret 2019 5
Citraresmi dan Putri HACCP Wafer Roll

Tabel 3. Deskripsi dan Identifikasi Penggunaan Produk


Deskripsi PT. X PT. UBM
Nama Produk Akhir Wafer Roll Coklat Wafer Cream
(Finished Product)
Bahan Baku (Raw Ma- Gula, tepung terigu, minyak nabati, Tepung terigu, tepung tapioca,
terial) bubuk coklat, susu bubuk, tepung lemak, gula, garam, susu skim,
tapioka, pewarna makanan, caramel, sodium bikarbonat, ammonium
garam bikarbonat, pewarna
Metode pengolahan Pencampuran bahan baku (adonan Penerimaan bahan baku, sortasi,
dan cream), pemanggangan, penimbangan, pencampuran,
penggulungan pita wafer roll, filling homogenisasi, pencetakan dan
cream, pemotongan, penurunan suhu pengovenan, pendinginan, pen-
wafer roll, dan pengemasan golesan cream, penumpukan
dan pemotongan, pengemasan
Spesifikasi Produk Produk berbentuk stick, dengan isian Kadar air ± 2%
(Product Specification) cream coklat, tekstur kulit renyah
dengan kadar air maksimal 5%
Tipe Pengemasan Aluminium foil, show box, dan karton Pengemas OPP, plastic PP,
(Packaging Type) kaleng
Penyimpanan (Storage) Simpan pada suhu 25–35oC, dan hin- Suhu ruang, tidak terpapar sinar
dari paparan sinar matahari langsung matahari
Metode dan kondisi Transportasi darat atau laut dengan Container, truk, box, didistri-
distribusi (tersier) berpenutup, didistribusikan melalui busikan melalui distributor/
grosir dan retail retailer
Umur Penyimpanan 12 bulan 1 tahun
(Shelf Life)
Spesifikasi Label Pelabelan khusus self life produk -
(Label Specification) “baik digunakan sebelum”
Penggunaan Produk Langsung dimakan tanpa dimasak Dikonsumsi langsung
(The Use of Product)
Konsumen (Consumer) Semua umur kecuali infant Segala lapisan usia baik anak –
anak maupun orang dewasa
Sumber: Data primer (2017) dan PT. UBM (2010)

pemanggangan. Pemanggangan dilaku- tersebut ditarik lalu digulung dengan


kan pada suhu 100°C. Dalam proses spinner. Penggulungan dilakukan seca
pemanggangan akan dilakukan proses -ra cepat oleh mesin sebelum kulit ter-
pencetakan adonan kulit. Adonan kulit sebut dingin dan mengeras.
dibuat dengan cara mengalirkan ado- (5) Filling Cream
nan yang terletak pada penampungan Setelah terbentuk gulungan
hopper dengan menggunakan selang, wafer roll dilakukan filling cream.
lalu dialirkan menuju loyang Proses ini berlangsung cepat, yaitu
pemangganggan. Pada mesin ini lo- setelah penggulungan secara otomatis
yang berputar sehingga diperoleh hasil gulungan kulit tersebut langsung terisi
kulit yang tipis. cream. Cream yang terdapat pada pen-
(4) Penggulungan pita wafer roll ampungan cream dalam hopper dialir-
Dalam mesin baking dilakukan kan menggunakan selang lalu menga-
penggulungan pita wafer roll. Setelah lir masuk melalui nozzle. Jadi, secara
proses pemangganggan selesai, secara otomatis terjadi proses penggulungan
otomatis kulit dalam kondisi panas dan pengisian cream.

6 Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.1, Maret 2019
HACCP Wafer Roll Citraresmi dan Putri

(6) Pemotongan terdapat produk yang mengandung


Setelah cream dimasukkan, unsur logam. Mesin sinar-X dapat men
lalu adonan yang telah dicetak di- -deteksi besi, SUS, dan kuningan. Jika
potong menjadi potongan yang sama terdapat tiga unsur logam tersebut ma-
panjang. Proses pemotongan dilaku- ka detektor sinar-X akan secara oto-
kan mesin pemotong dengan bantuan matis memberhentikan belt conveyor
sensor infra merah. Jadi, ketika produk yang kemudian akan memberhentikan
wafer roll dengan panjang tertentu produk yang cacat tersebut.
melewati sensor tersebut maka secara 4. Verifikasi Diagram Alir
otomatis stick akan terpotong secara
seragam. Verifikasi diagram alir proses
(7) Penurunan suhu wafer roll produksi wafer roll coklat di PT. X di-
Produk yang telah dibuat beru- lakukan oleh tim verifikasi dengan cara
pa stick kemudian masuk ke belt con- membandingkan hasil pengujian secara
veyor untuk dibawa ke mesin penge- kimiawi, mikrobiologi, dan organoleptik.
mas oleh bagian produksi. Dalam belt Hasil perbandingan standar mutu dan ke-
conveyor, stick didinginkan agar suhu- amanan pangan wafer roll coklat PT. X
mengacu pada standar mutu SNI 01-
nya stabil.
29731992 yang dapat dilihat pada Tabel 4.
(8) Pengemasan
Sebelum dikemas diperlukan Tabel 4. Standar mutu wafer stick
adanya proses sortasi yang dilakukan
No Parameter SNI PT. X
oleh bagian poduksi, yaitu pemisahan
antara wafer roll yang telah sesuai 1. Keadaan
standar dan yang tidak memenuhi stan- 1.1 Bau Normal Normal
dar. Wafer roll yang telah sesuai stan-
dar langsung dibawa ke mesin penge- 1.2 Rasa Normal Normal
mas, sedangkan yang tidak sesuai 1.3 Warna Normal Normal
dengan standar akan dilakukan proses
penggilingan, kemudian akan dicam- 1.4 Bentuk Normal Normal
pur pada saat proses pembuatan 2. Protein Min 6% 12,84%
cream.
3. Abu 2 - 5% 2,42%
Pengemasan melalui tiga taha-
pan yaitu pengemasan primer, sekun- 4. Bahan Tamba- Food Food
der, dan tersier. Setelah pembuatan han Makanan Grade Grade
stick wafer roll kemudian dilakukan pe 5. Lemak Min 9,5% 20,15%
-nyusunan wafer roll ke dalam contain
6. Karbohidrat Min 70% 71,30%
-er. Kemudian dilakukan pengemasan
primer dengan menggunakan kemasan 8. Kadar Air 3 - 5% 2,7% %
aluminium foil, pengemasan sekunder Sumber: BSN (2014) dan data primer (2017)
dengan kemasan showbox, dan penge-
Berdasarkan hasil pengujian mutu,
masan tersier dengan kemasan karton.
diketahui bahwa dari semua parameter te-
(9) Deteksi sinar-X
lah memenuhi standar mutu SNI. Hal ter-
Produk akhir kemudian dile-
sebut menunjukkan hasil pengujian sesuai
takkan pada belt conveyor untuk di-
dengan standar yang telah ditentukan, se-
lewatkan pada detektor sinar-X. Dalam
hingga proses verifikasi diagram alir pro-
mesin detektor sinar-X terdapat sistem
ses pembuatan wafer roll dianggap tepat.
auto stop yang berkerja otomatis jika

Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.1, Maret 2019 7
Citraresmi dan Putri HACCP Wafer Roll

Preliminary Step to Hazard Analysis artinya pernah terjadi kontaminasi berkisar


7-14 kali, sedangkan analisis bahaya
1. Analisis Bahaya
keakutan adalah tinggi.
Analisis bahaya di PT. X dilakukan Penetapan signifikansi bahaya (S)
oleh Tim HACCP dengan mempertim- pada bahaya fisik dibuat berdasarkan
bangkan kemungkinan/peluang untuk se- matriks yang digabungkan antara analisis
tiap bahaya yang telah diidentifikasi ber- bahaya kemungkinan (sedang) dan analisis
dasarkan tabel signifikansi bahaya (Tabel bahaya keakutan (tinggi) sehingga didapat-
1) dan didukung oleh pustaka terkait. Ha- kan bahwa signifikansi pada bahaya fisik
sil identifikasi analisis bahaya pembuatan yang terdapat pada tahap magnetting
wafer roll coklat di PT. X kemudian cream dan deteksi sinar-X adalah
digunakan untuk menetapkan jenis tin- signifikan (Si). Temuan metal parts dalam
dakan pengendalian yang harus dilakukan bentuk yang cukup besar tentu dapat
(Tabel 5). Berdasarkan Tabel 5, diketahui membahayakan konsumen. Oleh karena
bahwa terdapat 15 alur proses dengan 16 itu, analisis bahaya keakutan diidentifikasi
bahaya potensial dalam pembuatan wafer tinggi (Citraresmi dan Wahyuni, 2018).
roll coklat. Bahaya potensial dalam proses Dua bahaya potensial tersebut tidak dapat
produksi wafer roll coklat terdiri dari diselesaikan dengan hanya penerapan GMP
bahaya biologi dan bahaya fisik. Dari 16 dan SSOP saja, tetapi perlu diidentifikasi
bahaya potensial tersebut, terdapat 2 lebih lanjut untuk penetapan Critical
bahaya potensial signifikan dan 14 lainnya Control Point (CCP) (Suleiman et al.,
merupakan bahaya tidak signifikan ter- 2013). Sedangkan 14 ba-haya yang tidak
hadap keamanan pangan. Dua bahaya signifikan dapat dicegah dengan penerapan
potensial signifikan tersebut terdiri dari GMP dan SSOP. Sete-lah penentuan
bahaya fisik pencemaran metal parts karakteristik bahaya maka selanjutnya
dalam adonan dan cream pada proses adalah penetapan kategori re-siko
magnetting dan pada proses deteksi sinar- (Rachmadia et al., 2018) yang dapat dilihat
X. pada Tabel 6.
Bahaya fisik pencemaran metal Produk tersebut memiliki karakter-
parts pada adonan dan cream disebabkan istik bahaya D yaitu produk mungkin men-
oleh penyimpangan kondisi magnet pada galami rekontaminasi setelah pengolahan
magnetting trap yang tidak dapat mendete- sebelum pengemasan. Bahaya D pada pro-
ksi metal parts. Pada bahaya fisik, analisis duk wafer roll coklat adalah bahaya yang
bahaya kemungkinannya adalah sedang, diakibatkan pada proses penurunan suhu
artinya pernah terjadi kontaminasi berkisar wafer roll setelah proses pemanggangan
4-9 kali sedangkan analisis bahaya keaku- yang memungkinkan adanya konta-minasi
tan adalah tinggi, artinya terjadi penyeba- pada belt conveyor dan proses pe-nyusunan
ran yang cepat dan dapat mematikan. wafer roll pada kontainer akibat konta-
Identifikasi bahaya yang terjadi minasi sanitasi kontainer dan personel
pada tahap deteksi sinar-X adalah bahaya tidak higienis.
fisik, yaitu adanya metal parts. Penyebab- Karena produk wafer roll coklat
nya adalah penyimpangan tingkat sensiti- hanya mengandung satu jenis bahaya, yaitu
vitas deteksi sinar-X dan sistem auto stop bahaya D, maka kategori resiko produk
tidak berfungsi dengan baik, sehingga tersebut adalah kategori II, yaitu resiko
tidak dapat mendeteksi adanya konta- sedang yang berarti masih dalam batas
minasi me-tal parts pada produk. Peneta- aman untuk dikonsumsi tetapi dengan me-
pan analisis kemungkinan bahaya pada lakukan tindakan pengendalian dan kontrol
proses deteksi sinar-X adalah sedang, pada setiap proses produksi.

8 Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.1, Maret 2019
HACCP Wafer Roll Citraresmi dan Putri

Tabel 5. Analisa Bahaya Penanganan dan Pengolahan Wafer Roll Coklat


Signifikansi Tindakan
No Alur Proses Penyebab Bahaya Bahaya Potensial
Bahaya Pencegahan

1. Mixing bahan Pencucian mixer dan Biologi: TPC, E. L / M à TN Monitoring


baku mesin wiecon tidak ber- Coli, Coliform, kegiatan sani-
sih Kapang, Khamir tasi mixer, me-
sin weicon,
2. Magnetting Pencucian magnetting Biologi: TPC, E. L / M à TN dan magneting
adonan dan trap tidak bersih dan Coli, Coliform, trap (GMP dan
cream penyimpangan kondisi Kapang, Khamir SSOP)
magnet yang tidak M/HàN
dapat berfungsi dengan Fisik: Metal
baik mengakibatkan parts dan pasir
kontaminasi dan tidak
dapat ditangkap oleh
magnetting trap
3. Pemanggangan Suhu dan waktu Biologi: TPC, L / M à TN Monitoring
pemang-gangan tidak Coliform, E. suhu dan wak-
sesuai stan-dar karena Coli, Salmo- tu pemang-
operator atau bagian nella sp., S. au- ganggan (GMP
produksi yang tidak reus, B. cereus, dan SSOP)
melakukan pemantauan Kapang, dan
Khamir
4. Penggulungan Pencucian nozzle peng- Biologi: TPC, L / M à TN
Monitoring
Pita Wafer gulung tidak bersih dan Coliform, E. kegiatan sani-
Roll higiene personel yang Coli, Kapang, tasi nozzle
tidak sesuai SSOP dan Khamir penggulung
dan personel
5. Filling Cream Pencucian selang tidak Biologi: TPC, L / M à TN (GMP dan
bersih dan higiene per- Coliform, E. SSOP)
sonel yang tidak sesuai Coli, Kapang,
SSOP dan Khamir
6. Pemotongan - - - -
7. Penurunan Pencucian belt conveyor Biologi: TPC, L / M à TN Monitoring
Suhu Wafer tidak bersih Coliform, E. kegiatan sani-
Roll Coli, Kapang, tasi belt con-
dan Khamir veyor, mesin
pengemas, dan
8. Pengemasan Pencucian mesin penge- Biologi : TPC, L / M à TN personel (GMP
mas tidak bersih dan Coliform, E. dan SSOP)
higiene personel yang Coli, Kapang,
tidak sesuai SSOP dan Khamir

9. X-Ray Detect- Penyimpangan tingkat Fisik : Metal M/HàN monitoring


ing sensitivitas deteksi X- parts kondisi tingkat
Ray dan sistem auto sensitivitas de-
stop tidak berfungsi, teksi X-Ray
sehingga tidak dapat dan sistem
mendeteksi adanya kon- auto stop X-
taminasi metal parts Ray
pada produk

Keterangan : B = bahaya biologis; K = bahaya kimia; F = bahaya fisik; L = rendah; M = sedang;


H = tinggi ; TN = bahaya tidak nyata ; N = bahaya nyata / signifikan.
Sumber : Data primer PT. X (2017)

Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.1, Maret 2019 9
Citraresmi dan Putri HACCP Wafer Roll

Tabel 6. Kategori Resiko Produk Wafer Roll dalam kategori OPRP karena pada tahap
Coklat tersebut perlu dilakukan pengendalian ba-
Kelompok Bahaya Kategori
haya (jika metal parts yang terdapat pada
Produk cream berhasil lolos masih terdapat pe-
A B C D E F Resiko
ngendalian pada tahap selanjutnya yaitu
Wafer Roll pada deteksi sinar-X).
0 0 0 + 0 0 II
Coklat Metal parts yang ditangkap oleh
Keterangan: 0 = tidak memiliki bahaya alat magnetting trap berasal dari proses
+ = memiliki bahaya magnetting adonan dan cream dimana pada
Sumber: Data primer PT. X (2017) proses tersebut terjadi tumbukan oleh ball
mill pada bahan baku yang dihancurkan.
2. Penetapan Critical Control Point Tumbukan tersebut akan menyebabkan
(CCP) ball mill menghasilkan metal parts dalam
Penetapan CCP di PT. X dilakukan bentuk serbuk besi. Bahaya tersebut tetap
oleh tim analisis bahaya. Pada prinsipnya, perlu dikendalikan untuk menjaga keama-
analisis penetapan signifikan bahaya pada nan dalam proses produksi. Tindakan pen-
proses produksi wafer roll coklat terdapat gendalian berupa pengecekan intensitas
pada tahap magnetting adonan dan cream mesin magnetting trap dan mesin wiecon
serta deteksi sinar-X. Bahaya signifikan atau peggantian medan magnet oleh
yang terdapat pada tahap magnetting cream operator atau bagian produksi.
dan deteksi sinar-X berupa metal parts. Tindakan pengecekan dilakukan
Identifikasi CCP pada proses produksi wa- setiap hari dengan melakukan pemeriksaan
fer roll coklat dapat dilihat pada Tabel 7. pada medan magnet dan diverifikasi sela-
Pada kedua tahap tersebut analisis signi- ma 3 bulan sekali dengan me-lihat bukti
fikansi bahayanya adalah signifikan, oleh atau catatan hasil monitoring (Suleiman et
karena itu diperlukan penetapan titik ken- al., 2013). Identifikasi di-lakukan juga pa-
dali kritis bahaya yang akan ditimbulkan da tahap deteksi sinar-X dengan bahaya
selama proses produksi berlangsung. Ter- signifikan berupa metal parts. Deteksi si-
dapat kemungkinan bahwa bahaya yang nar-X merupakan tahapan terakhir dalam
diidentifikasi pada suatu tahapan bukan proses produksi wa-fer roll coklat, oleh
merupakan CCP, namun hanya CP atau karena itu jika ter-dapat metal parts yang
OPRP (Yuniarti et al., 2015). lolos pada tahap-an ini, maka deteksi sinar-
CP merupakan suatu tahapan pros- X merupakan CCP pada proses produksi
es yang perlu diawasi sedangkan OPRP wafer roll coklat.
merupakan sistem yang digunakan untuk 3. Penetapan Batas Kritis
me-ngendalikan bahaya yang terdapat pada
proses produksi. Tahap magnetting adonan Batas kritis merupakan persyaratan
dan cream bukan CCP, tetapi masuk ke- dan toleransi yang harus dipenuhi oleh

Tabel 7. Identifikasi CCP Produk Wafer Roll Coklat

Bahaya Pohon Keputusan


Tahap
Signifikan Q1 Q2 Q3 Q4 CCP/Bukan CCP
Magnetting adonan Metal parts Ya Tidak Ya Ya Bukan CCP (OPRP)
dan cream
X-Ray detecting Metal Parts Ya Ya CCP
Sumber: Data primer (2017)

10 Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.1, Maret 2019
HACCP Wafer Roll Citraresmi dan Putri

CCP, meliputi persyaratan teknis, batasan b. Personel yang melakukan monitoring


penolakan, dan toleransi penolakan adalah personel yang mempunyai akses
(Saparinto et al., 2006). Penetapan batas yang sangat mudah pada CCP yaitu op-
kritis di PT. X dilakukan oleh tim analisis erator deteksi sinar-X.
bahaya, dengan membuat standar ketetapan c. Waktu monitoring dilakukan pada setiap
bagi mesin deteksi sinar-X menggunakan awal shift.
parameter tingkat sensitivitas.
5. Penetapan Tindakan Koreksi
Penetapan batas kritis CCP yang
diterapkan oleh Batas yang diperbolehkan Penetapan tindakan koreksi pada
pada prosuk wafer roll coklat terhadap deteksi sinar-X dilakukan dengan cara
kontaminasi besi minimal berdiameter 1.5 melewatkan produk pada mesin sinar-X.
mm, batas terhadap kontaminasi stainless Jika terdapat metal parts pada produk maka
(SUS) minimal berdiameter 1.5 mm, dan secara otomatis mesin deteksi sinar-X akan
batas kontaminasi kuningan minimal ber- berhenti dan metal parts dapat terlihat di
diameter 3 mm. Hal ini dikarenakan tingkat layar monitor. Akan tetapi, permasalahan
sensitivitas mempengaruhi keamanan pro- yang sering terjadi adalah layar monitor
duk wafer roll coklat untuk dapat dikon- menginformasikan adanya metal parts
sumsi atau tidak. yang terkandung dalam produk tetapi me-
Penetapan batas kritis pada produk sin deteksi sinar-X tidak berhenti. Hal ini
wafer roll coklat dilakukan pada mesin de- disebabkan oleh tidak berfungsinya tingkat
teksi sinar-X dengan cara melewatkan be- sensitivitas dan sistem auto stop mesin de-
berapa specimen yang menjadi batasan. teksi sinar-X. Oleh karena itu, tindakan
Setelah dilakukan penetapan standar oleh koreksi dilakukan pada mesin deteksi sinar
tim analisis bahaya, maka tim validasi akan -X dan sistem auto stop.
melakukan validasi (Suleiman et al., 2013) Produk menyimpang yang terdetek-
dengan cara melakukan uji pada specimen si oleh mesin deteksi sinar-X akan diambil
untuk memastikan bahwa mesin deteksi dan diberi status tunda. Produk yang me-
sinar-X telah sesuai dengan standar yang nyimpang tersebut kemudian ditindak-
ditetapkan. Setelah itu, dilakukan verifi- lanjuti oleh QC Proses sesuai prosedur dan
kasi dengan cara membandingkan standar standar NCPH (Non Convermance Product
specimen yang telah ditetapkan dengan Handling). Standar NCPH merupakan
tingkat sensitivitas mesin deteksi sinar-X standar yang digunakan untuk penanganan
secara langsung. produk menyimpang atau tidak sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
4. Penetapan Sistem Monitoring CCP
6. Penetapan Tindakan Verifikasi
Penetapan CCP yang dilakukan
pada PT. X pada tahapan deteksi sinar-X Penetapan tindakan verifikasi
dengan menganalisis apa, dimana, siapa, berguna untuk menjamin dan memastikan
kapan, dan bagaimana. Hasil dari pertan- bahwa program HACCP dilaksanakan
yaan dalam sistem monitoring CCP sebagai sesuai dengan rencana (Saparinto et al.,
berikut: 2006). Prosedur verifikasi dilakukan
a. Batas kritis yang dimonitor ditetapkan dengan cara mengevaluasi data monitoring
pada specimen sinar-X. Tindakan moni- tingkat sensitivitas alat detektor sinar-X
toring dilakukan pada dua bagian mesin oleh Team Leader setiap awal shift dan
deteksi sinar-X yaitu dengan melakukan monitoring sistem auto stop. Selain itu,
pemantauan pada tingkat sensitivitas dilakukan implementasi oleh tim HACCP
deteksi, dan sistem auto stop deteksi setiap bulan dan dilakukan internal audit
sinar-X. setiap 6 bulan.

Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.1, Maret 2019 11
12
Tabel 8. Dokumen HACCP (Pengendalian CCP)

Identifikasi
Pemantauan
Tahapan Bahaya Batas Tindakan Kore-
Verifikasi Hasil Dokumen
Proses Kritis ksi
Bahaya Tipe Apa Dimana Siapa Kapan Bagaimana

X-Ray Fisik Metal Tingkat Tingkat Area X- Opera- Setiap Pengecekan Pisahkan dan Evaluasi data Checklist pen-
Citraresmi dan Putri

detecting Part sensitifitas sensi- Ray tor X- awal ingkat sensitifi- beri tanda pada monitoring ting- gendalian CCP
deteksi Fe tifitas Ray shift tas deteksi X- produk yang kat sensitifitas pengecekan sen-
Ø 1.5 mm, deteksi Ray mengguna- menyimpang. deteksi X-Ray sitifitas mesin X-
SUS Ø1.5 kan specimen oleh Team Leader Ray.
mm, Fe Ø 1.5 mm, Produk yang setiap awal shift.
kuningan SUS Ø 1.5 mm, menyimpang di- Form rekap pe-
Ø 3 mm kuningan Ø 3 tindak lanjuti Implementasi har- nanganan produk
mm oleh QC Proses ian oleh Tim menyimpang
sesuai prosedur HACCP setiap (NCPH).
dan standar bulan.
NCPH. Implementasi
Internal Audit harian penyim-
oleh Tim Internal pangan CCP.
Audit setiap 6
bulan Hasil Internal
Audit
Pengecekan sis- Perbaikan sistem Evaluasi data Checklist pen-
tem auto stop. auto stop oleh monitoring tingkat gendalian CCP
pihak teknik. sensitifitas de- pengecekan sen-
teksi X-Ray oleh sitifitas mesin X-
Pengamatan oleh Team Leader se- Ray.
petugas visual tiap awal shift.
kontrol X-Ray Implementasi
Implementasi ha- harian penyim-
rian oleh Tim pangan
HACCP setiap
bulan.

Sumber: PT. X (2017)


HACCP Wafer Roll

Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.1, Maret 2019
HACCP Wafer Roll Citraresmi dan Putri

7. Penyusunan Dokumen Analysis and Critical Control Point


(HACCP) in dried anchovy
Rekaman dokumen HACCP dil- production process. International
akukan dengan membuat checklist pengen- Conference on Green Agro-
dalian CCP yang didapatkan dari peng- industry and Bioeconomy. IOP
ecekan mesin deteksi sinar-X, implementa- Conf. Series: Earth and
si harian penyimpangan CCP, dan hasil Environmental Science 131(2018)
implementasi audit. Penyusunan dokumen 012021. 24–25 Oktober 2017. Batu.
HACCP produk wafer roll coklat dapat Dunia Industri. 2015. Tujuh Perusahaan
dilihat pada Tabel 8. Pemimpin Pasar Biskuit Perebutkan
Market Rp 6,23 Triliun. http://
duniaindustri.com/tujuh-perusahaan-
KESIMPULAN pemimpin-pasar-biskuit-perebutkan-
market-rp-623-triliun/. Diunduh: 12
Penerapan Hazard Analysis and Juni 2018.
Critical Control Point (HACCP) untuk
proses produksi wafer roll coklat di PT. X Fakhmi, A., R. Arif, dan R. Lely. 2014.
Desain sistem keamanan pangan
didasarkan pada GMP (sebagai acuan
Hazard Analysis and Critical Control
pengendalian mutu pada bahan baku, Point (HACCP) pada Proses
proses, produksi, dan produk akhir) dan Produksi Gula PG. Kebon Agung
SSOP perusahaan sebagai acuan pelak- Malang. Jurnal Manajemen Sistem
sanaan sanitasi. Berdasarkan hasil pene- Industri. 2(6): 1168 – 1179.
litian, diketahui bahwa dalam proses Hermansyah, M., Pratikto, S. Rudy, dan
produksi wafer roll coklat, identifikasi W. S. Nasir. 2013. Hazard Analysis
bahaya dalam kategori titik kendali kritis and Critical Control Point (HACCP)
(Critical Control Point/CCP), terdapat produksi maltosa dengan pendekatan
pada proses deteksi sinar-X. Tindakan Good Manufacturing Practice
(GMP). Journal of Engineering and
pencegahan yang dilakukan antara lain Management in Industrial System. 1
pengecekan tingkat sensitivitas deteksi (1): 14 – 20.
sinar-X menggunakan specimen Fe Ø 1,5
Kementan RI. 2016. Statistik Konsumsi
mm, SUS Ø 1,5 mm, kuningan Ø 3,0 mm
Pangan 2015, Pusat Data Dan Sistem
dan pengecekan sistem auto stop deteksi Informasi Pertanian Kementerian
sinar-X. Namun jika ditemukan penyim- Pertanian. http://epublikasi.setjen.per
pangan mutu produk, maka tindakan tanian.go.id/epublikasi/StatistikPerta
koreksi yang dilakukan adalah memisah- nian/2015/STATISTIK%20KONSU
kan dan memberi tanda pada produk yang MSI%20PANGAN%202015/filesas
menyimpang, kemudian ditindak lanjuti sets/basic-html/page126.html. Diun-
duh: 11 Oktober 2017.
oleh QC Proses sesuai prosedur dan
standar NCPH. Selain itu juga dilakukan Mamat, H dan S. E. Hill. 2018. Structural
perbaikan sistem auto stop oleh pihak and functional properties of major
ingredients of bisciuts. International
teknik dan pengamatan secara visual oleh
Food Research Journal. 25(2): 462-
petugas visual kontrol deteksi sinar-X agar 471
metal parts tidak dapat lolos sehingga
dapat meningkatkan mutu produk. Maulana, H., A. Eddy, dan R. Ike. 2012.
Analisis bahaya dan penentuan titik
pengendalian kritis pada penanganan
DAFTAR PUSTAKA tuna segar utuh di PT. Bali Ocean
Anugrah Linger Indonesia Benoa-
Citraresmi, A. D. P dan E. E. Wahyuni. Bali. Jurnal Perikanan dan Kelautan.
2018. Implementation of Hazard 3(4): 1-5.

Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.1, Maret 2019 13
Citraresmi dan Putri HACCP Wafer Roll

Panghal, A., N. Chhikara, N. Sindhu and Suleiman A., M. Heba, and A. Zakaria.
S. Jaglan. 2018. Role of food safety 2013. The design of Hazard Analy-
management systems in safe food sis Critical Control Point (HACCP)
production: A review. Journal of plan for biscuit plant. food and pub-
Food Safety. 38(4): 12464-12475. lic health, Scientific & Academic
Publishing. 3(5): 240 - 246.
Pardo, J. E., V. R. de Figueireˆdo, M. A´
lvarez-Ortı, D. C. Zied, J. A. Surahman, D. N. dan R. Ekafitri. 2014.
Pen˜aranda, E. S. Dias, and A. Kajian HACCP (Hazard Analysis
Pardo-Gime´nez. 2013. and Critical Control Point) pen-
Application of Hazard Analysis golahan jambu biji di pilot plant sari
and Critical Control Points buah UPT.B2PTTG – Lipi Subang.
(HACCP) to the cultivation line of Agritech. 34(3): 266-276.
mushroom and other cultivated Wicaksani, A. L. dan R. Ariyani. 2017.
edible fungi. Indian Journal Penerapan HACCP dalam proses
Microbiology. 53(3):359–369. produksi menu daging rendang di
PT. UBM. 2010. Wafer. https:// inflight catering. Media Gizi
www.ubmbiscuits.com/en/cat/wafer- Indonesia. 12(1): 88–97.
en/. Diunduh: 11 Oktober 2017. Wulandari, M. dan H. Erma. 2010.
Rachmadia, N. D., N. Handayani, dan A. Pengaruh penambahan bekatul
C. Adi. 2018. Penerapan system terhadap kadar protein dan sifat
Hazard Analisis Critical Control organoleptik biskuit. Jurnal Pangan
Point (HACCP) pada produk ayam dan Gizi. (2): 55-62.
bakar bumbu herb di divisi catering Yuniarti, R., A. Wifqi, dan A. S. Ratih.
diet PT. Prima Citra Nutrindo 2015. Penerapan sistem Hazard
Surabaya. Amerta Nutrition. 2(1): Analysis Critical Control Point
17-28. (HACCP) pada proses pembuatan
Ratnani, R. D. 2009. Bahaya bahan tam- keripik tempe. Jurnal Ilmiah Teknik
bahan makanan bagi kesehatan. Industri. 14(1): 86 – 95.
Jurnal Momentum. 5(1): 16 – 22.

14 Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 24 No.1, Maret 2019

You might also like