You are on page 1of 7

ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 2.

Mei 2015

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN PREVALENSI KEKAMBUHAN


PADA PASIEN SKIZOFRENIA YANG BEROBAT JALAN
DI RUANG POLIKLINIK JIWA RUMAH SAKIT
PROF DR. V. L. RATUMBUYSANG
MANADO

Ireine Kaunang
Esrom Kanine
Vanri Kallo

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email: kaunangirene@gmail.com

Abstact:Medication adherence that is the level of accuracy the behavior of an individual with
medical or health advice and describe the use of drugs in accordance with the directions on the
prescription and include uses at the right time. Prevalence of recurrence ie how often a disease or
condition occurs in a group of people. The purpose of this study was to determine the relationship
of medication adherence with the prevalence of schizophrenia patients relapse in the Polyclinic
Hospital Prof. Dr V. L. Ratumbuysang. This type of research is observational research with
descriptive analytic method using cross sectional approach. The population in this study families of
patients with schizophrenia and the samples were obtained as much as 88 respondents, which is
determined by using one of the methods of non -probability sampling with purposive sampling
technique. Data were analyzed using chi-square test with significance level ( α ) : 0.05. The results
showed an association between adherence to the prevalence of schizophrenia patients relapse. With
the results obtained value ( ρ = 0.000 ) less than the value ( α = 0.05). Patient medication
adherence in schizophrenia outpatient clinic of the soul, a good impact for schizophrenia patients
so that the prevalence of schizophrenia patients relapse 1 year subs never, this is due to routine
patient and outpatient treatment at the clinic Mental Mental Hospital Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang
Manado.
Key Words: Soursop leaf, Pain of Gout

Abstrak: Kepatuhan minum obat yakni tingkat ketepatanperilaku seorang individu dengan nasihat
medis atau kesehatan dan menggambarkan penggunaan obat sesuai dengan petunjuk pada resep
serta mencakup penggunaannnya pada waktu yang benar. Prevalensi kekambuhan yaitu seberapa
sering suatu penyakit atau kondisi terjadi pada sekelompok orang. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum obat dengan prevalensi kekambuhan pasien
skizofrenia di Poliklinik RumahSakit Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian observasional dengan metode deskriptif analitik menggunakan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini keluarga dari pasien skizofrenia dan
sampel yang di dapatkan sebanyak 88 responden, yang ditentukan dengan menggunakan salahsatu
metode non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Data dianalisa dengan
menggunakan uji statistic chi-square dengan tingkat kemaknaan (α) : 0,05. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat dengan prevalensi kekambuhan
pasien skizofrenia. Dengan diperoleh hasil nilai (ρ = 0,000) kurang dari nilai (α = 0,05). Kepatuhan
minum obat pasien skizofrenia yang berobat jalan di poliklinikjiwa, membawa dampak yang baik
bagi pasien skizofrenia sehingga prevalensi kekambuhan pasien skizofrenia selam 1 tahun tidak
pernah, hal ini di karenakan rutinnya pasien melakukan pengobatan dan rawatjalan di Poliklinik
Jiwa Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado.
Kata Kunci : Kepatuhan Minum Obat, Prevalensi Kekambuhan

1
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 2. Mei 2015

PENDAHULUAN Penderita skizofrenia yang terlambat


berobat akan cenderung “kebal” dengan obat-
World Health Organization (2009) obat, menggunakan obat dengan dosis yang
memperkirakan 450 juta orang diseluruh dunia lebih tinggi serta perawatan di rumah sakit
mengalami gangguan jiwa, sekitar 10% orang yang lebih lama. Pada akhirnya akan
dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan meningkatkan biaya dan beban ekonomi
25% penduduk diperkirakan akan mengalami keluarga (Irmansyah, 2008).
gangguan jiwa pada usia tertentu selama Kekambuhan yang dialami pasien
hidupnya. Usia ini biasanya terjadi pada disebabkan ketidak patuhan pasien yang
dewasa muda antara usia 18-21 tahun. mengalami pengobatan.untuk itu, perlu adanya
Menurut National Insititute of Mental Health dukungan dari keluarga, orang-orang terdekat
gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit dan juga lingkungan sekitar. Melalui
secara keseluruhan dan diperkirakan akan pengawasan secara intensif ke pada penderita
berkembang menjadi 25% ditahun 2030. skizofrenia, maka kepatuhann yauntuk selalu
Kejadian tersebut akan memberikan andil mengkonsumsi obat bisa juga, sehingga pasien
meningkatnya prevalensi gangguan jiwa dari merasa memiliki tambahan kekuatan dari
tahun ketahun diberbagai negara (NIMH, keluarga dan orang terdekatnya (Nurjanah,
2001). 2004).
Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Berdasarkan data yang diperoleh dari
Indonesia terdapat di provinsi Daerah Khusus rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L
Ibukota Jakarta (24,3%), di ikuti Nagroe Aceh Ratumbuysang Manado data 2 tahun terakhir
Darussalam (18, 5%), Sumatra Barat (17,7 %), pada pasien rawat jalan dari tahun 2013 - 2014
NTB (10,9%), Sumatra Selatan (9,2%) dan terdapat penderita yang mengalami ke
Jawa Tengah (6,8%), (Depkes RI, 2007). kambuhan yang dipengaruhi oleh ke tidak
Secara merata di Provinsi Sulawesi Utara patuhan dalam menjalani pengobatan pada
hampir 1 di antara 10 penduduk (8,97%) tahun 2013 sebanyak 1000 dan tahun 2014
menderita gangguan jiwa, dantertinggi di sebanyak 800 penderita.
Kabupaten Kepulauan Talaud (20%)
(DinkesSulut, 2010). Prevalensi penderita Melihat fenomena di atas, maka
skizofrenia di Indonesia adalah 0,3 sampai 1% peneliti tertarik untuk mengetahui dan
dan biasanya timbul pada usia sekitar 18 mengidentifikasi lebih dalam tentang
sampai 45 tahun, namun ada juga yang baru hubungan kepatuhan minum obat dengan
berusia 11 sampai 12 tahun sudah menderita prevalensi kekambuhan pasien skizofrenia
skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia yang berobat jalan di poliklinik jiwa Rumah
sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan Sakit Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
sekitar 2 juta jiwa menderita skizofrenia (Arif,
2006). METODE PENILITIAN
Skizofrenia merupakan suatu gangguan Rancangan penelitian ini menggunakan
jiwa yang ditandai oleh adanya penyimpangan desain penelitian cross-sectional variabel
yang sangat dasar dan adanya perbedaan dari sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang
pikiran, disertai dengan adanya ekspresi emosi terjad pada objek penelitian (keluarga pasien
yang tidak wajar. Skizofrenia sering skizofrenia) diukur dan dikumpulkan satu kali
ditemukan pada lapisan masyarakat dan dapat saja dalam waktu bersamaan (Setiadi, 2013).
dialami oleh setiap manusia (Hendrata, 2008). Tempat penelitian dilakukan di
Salah satu Kendala dalam mengobati Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.
skizofrenia optimal adalah keterlambatan Ratumbuysang Manado.Waktu Penelitian
penderita dating keklinik pengobatan. dilakukan pada bulan November 2014 di
Kelambatan penanganan ini akan berdampak Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.
buruk. Kekambuhan menjadi sering, Ratumbuysang Manado.Populasi dalam
pengobatan menjadi semakin sulit dan penelitian ini adalah subjek (misalnya
akhirnya akan mengantar penderita pada manusia/klien) yang memenuhi kriteria yang
keadaan kronis berkepanjangan. telah ditetapkan (Nursalam, 2013). keluarga
2
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 2. Mei 2015

dan orang terdekat pasien yang merawat HASIL dan PEMBAHASAN


pasien skizofrenia yang sedang rawat jalan di
poliklinik jiwa Rumah Sakit Prof. Dr. V.L. A. Hasil Penelitian
Ratumbuysang Manado berjumlah 800 Tabel 1. Distribusi frekuensi
orang.Penentuan kriteria sampel sangat
membantu peneliti untuk mengurangi hasil Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase

penelitian, khususnya jika terdapat variabel Laki-laki 49 56 %


yang diteliti (Nursalam,2013), dengan Perempuan 39 44 %
menggunakan rumus penelitian (Setiadi, Total 88 100 %
2013)maka jumlah sampel yang diteliti adalah berdasarkan jenis kelamin
88 responden orang Data Primer, 2015
Pada penelitian ini untuk pengumpulan
data peneliti menggunakan instrument sebagai Tabel 2 Distribusi responden
pedoman pengumpulan data berupa kuesioner berdasarkan umur
untuk mengukur peran keluarga terhadap Umur Jumlah Responden Persentase
kepatuhan minum obat pasien skizofrenia yang 20-30 8 9%
berobat jalan.Data demografi responden 30-40 37 42%
meliputi: umur, jenis kelamin, dan pendidikan >41 43 49%
terakhir. Kuesinoner menggunakan skala Total 88 100 %
guttman yang terdiri dari 2 (dua) penilaian Data Primer, 2015
pilihan dengan kriteria pemberian nilai 1 (satu)
untuk jawaban ya dan nilai 0 (nol) untuk Tabel 3 Distribusi responden
jawaban yang tidak. berdasarkan
Pengumpulan data dilakukan setelah pendidikanterakhir
proposal disetujui oleh pembimbing, peneliti Pendidikan Jumlah Responden Persentase
mengajukan surat permohonan izin ke pihak SD 3 3%
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. SMP 24 27%
Ratumbuysang Manado untuk menggambil SMA 58 67%
PT 3 3%
data dan melakukan penelitian pada bulan Total 88 100 %
Januari- Februari 2015. Analisa bivariant
dilakukan untuk melihat tidak adanya Data Primer, 2015
hubungan antara variabel dan digunakan uji
statistik. Setelah itu data di input dengan Tabel 4 Distribusi responden
software komputer. Dari hasi perbandingan berdasarkan kepatuhan minum
kedua variabel terikat bebas tersebut akan obat
Kepatuhan
Jumlah Responden Persentase
ditentukan apakah hipotesa diterima atau Minum Obat

ditolak. Apabila nilai yang didapat lebih besar Patuh 80 90,9%


Tidak Patuh 8 9,1%
daripada signifikasi nilai p>𝛼𝛼, (𝛼𝛼= 0,05), maka Total 88 100 %
hipotesa 0 ditolak dan hipotesa alternative
diterima. Tapi apabila nilai yang di dapat lebih Data Primer, 2015
kecil daripada signifikasi p< 𝛼𝛼,maka hipotesa
alternatif diterima dan hipotesa nol di tolak. Tabel 5 Distribusi responden
berdasarkan prevalensi
kekambuhan
Prevalensi
Jumlah Responden Persentase
Kekambuhan
Tidak Pernah 67 76,3%
< 2kali (rendah) 14 15,8%
≥ 2x (tinggi) 7 7,9%
Total 88 100 %

Data Primer, 2015

3
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 2. Mei 2015

Tabel 6. Hubungan kepatuhan minum obat mengalami cedera kepala pada pria
dengan prevalensi kekambuhan pasien dibandingkan wanita. Itulah sebabnya
skizofrenia di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit mengapa prialebih dahulu untuk mendapatkan
Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado perawatan dibandingkan wanita. Namun on set
tahun 2014 yang cepat dari pasien schizophrenia
Prevalensi Kekambuhan (misalnya pada pria) biasanya menunjukan
Kepatuhan Tidak < 2kali > 2 kali Total p- penyakit lebih berat.
minum Pernah (Rendah) (Tinggi) Value
obat N N N frekuensi pendidikan dari yang paling
% % % tertinggi yaitu pendidikan PT (Perguruan
Tidak Patuh 1 1 6 8
1,1% 1,1% 6,8% 9,1% Tinggi) sebanyak 3 responden, pendidikan
Patuh 66 14 7 80
0,000 SMA sebanyak 58 responden, pendidikan
75% 14,8% 1,1% 90,9%
67 14 7 88 SMP sebnayak 24 responden, dan pendidikan
Total
76,1% 15,9% 8,0% 100 % SD sebanyak 3 Responden. Berdasarkan hasil
Data Primer, 2015 penelitian dari Dyah (2012) berpendapat
terkait dengan tingkat pendidikan bahwa
B. Pembahasan pasien dengan tingkat pendidikan rendah
Berdasarkan karakteristik responden cenderung kurang memperhatikan kualitas
didapatkan frekuensi jenis kelamin laki-laki hidup sehat, sehingga berpengaruh juga pada
sebanyak 49 responden dan frekuensi jenis terapi pengobatan. sebaliknya pasien dengan
kelamin perempuan sebanyak 39 responden. tingkat pendidikan tinggi cenderung untuk
Frekuensi umur 20-30 tahun sebanyak 8 kritis terhadap kesehatan mereka. Sesuai
responden, umur 30-40 tahun sebanyak 37 dengan penelitian yang dilakukan cenderung
responden, umur >41 tahun yaitu sebanyak 43 pasien berpendidikan tinggi sehingga
responden. berdasarkan pada teori yang memperhatikan kualitas kesehatan dan terapi
dikemukakan oleh Yosep (2011) mengatakan jiwa mereka.
bahwa faktor yang berpengaruh terhadap Adapun hasil dari penelitian dari
penyakit skizofrenia yaitu jenis kelamin dan prevalensi kekambuhan didapatkan bahwa
umur skizofrenia mempunyai prevalensi yang pasien yang berkunjung ke poliklinik jiwa
hampir sama pada pria dan wanita, tetapi sebagian besar tidak pernah mengalami
kedua jenis kelamin ini mempunyai perbedaan kekambuhan, pasien dan keluarga yang
permulaan dan perjalanan penyakitnya. Laki- berkunjung di poliklinik antara lain yakni
laki mempunyai permulaan skizofrenia yang hanya untuk menambah resep dokter, serta
lebih cepat daripada wanita. Lebih separuh melakukan konsultasi dengan dokter. Adapun
dari penderita skizofrenia adalah laki-laki. hasil teori yang di ungkapkan Keliat bahwa
Umur puncak untuk terjadinya skizofrenia klien dengan gangguan jiwa Skizofrenia
pada laki-laki antara; 5-25 tahun, sedangkan biasanya sukar mengikuti aturan minum obat
pada wanita 25-35 tahun. Onset skizofrenia, karena adanya realitas dan ketidakmapuan
sebelum umur 10 dan sesudah 50 tahun adalah mengambil keputusan. Saat klien berada di
jarang terjadi. Lebih kurang 90% pasien rumah sakit, yang bertanggung jawab dalam
skizofrenia yang di rawat di RSJ adalah pemberian dan pemantauan obat adalah
berumur antara 15-55 tahun. perawat. Pada klien yang sudah keluar dari
Hal tersebut telah dijelaskan pada jurnal rumah sakit, tugas perawat digantikan oleh
Seeman(2004)mengatakan bahwa diagnosa keluarga. Jika keluarga tidak memantau klien
skizofrenia biasanyadibuat antara umur 15-25 saat minum obat maka klien mungkin tidak
tahun. Berselang 10 tahuntersebut, skizofrenia akan minum obat secara teratur. Tetapi dari
didiagnosa diderita pada 12 pria dan 10 hasil penelitian yang dlakukan peneliti
wanita. Hal tersebut karena terjadinya terhadap keluarga pasien ternyata pasien
kemunduran onset pada wanita. Alasanyang teratur minum obat, dan keluarga selalu
dikemukakan untuk menjelaskan kenapa mendukung dan mengawasi pasien dengan
terjadi kemunduran onset padawanita, yaitu baik, hal ini membawa dampak yang baik bagi
adanya efek perlindungan atau neuroprotektif pasien sehingga prevalensi kekambuhan dari
dari hormon wanitadan potensi tinggi untuk pasien berkurang selama 1 tahun pasien tidak
4
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 2. Mei 2015

menunjukkan gejala kekambuhan saat dirawat patuh pada pengobatan, keluarga yang
keluarga di rumah, keluarga pasien selalu rutin mendamping penderita saat minum obat,
membawa pasien ke poliklinik walaupun tidak dengan dukungan dari keluarga penderita
mengalami kekambuhan, pasien tetap di skizofrenia akan patuh pada pengobatan,
anjurkan berobat dan kembali ke poliklinik sehingga prevalensi kekambuhan pada pasien
sesuai anjuran dokter. skizofrenia akan berkurang.
Dari hasil uji statistik Chi-square (𝑥𝑥 2 )
di peroleh nilai ρ-value = 0,000 lebih kecil dari SIMPULAN
nilai α = 0,05 yang menunjukan bahwaH 0 1. Kepatuhan minum obat pasien
ditolak maka terdapat hubungan yang skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit
bermakna antara kepatuhan minum obat pasien Jiwa Rumah Sakit Prof. Dr. V. L.
skizofrenia dengan prevalensi kekambuhan di Ratumbuysang sebagian besar
Poliklinik Rumah Sakit Prof. Dr. V. L. responden patuh pada pengobatan.
Ratumbuysang Manado. 2. Prevalensi kekambuhan pasien
Hasil penelitian ini sejalan dengan skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit
penelitian yang dilakukan oleh Jiwa Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang
Ruspawan,(2009) di Poliklinik Rumah Sakit sebagian besar responden tidak pernah
Jiwa Propinsi Bali.yang menyatakan bahwa kambuh.
ada hubungan yang signifikan antara peran 3. Terdapat hubungan kepatuhan minum
keluarga pada kepatuhan minum obat dengan obat dengan prevalensi kekambuhan
frekuensi kekambuhan pasien skizofrenia pasien skizofrenia yang berobat jalan
dengan hasil ρ = 0,000. di Poliklinik jiwa Rumah Sakit Prof.
Kepatuhan minum obat dari pasien Dr. V.L. Ratumbuysang Manado.
skizofrenia tidak lepas dari peranan penting
dari keluarga, sehingga pasien yang patuh
pada pengobatan prevalensi kekambuhannya DAFTAR PUSTAKA
berkurang, maka pasien tidak akan dirawat Andri. 2011. Penatalaksanaan Skizofrenia.
lagi di rumah sakit, dan hanya perlu online: http://www.news-
melakukan rawat jalan di poliklinik. Walaupun medical.net/health/Schizophrenia-
skizofrenia adalah suatu penyakit yang tidak Medication-%28Indonesian%29.aspx, di
dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol akses tanggal 2 Maret 2014, jam 09.45
dengan terapi farmakologi dan psikoterapi. Hal WITA
ini berarti dengan pengobatan yang tertaur dan Andri. 2008. Kongres Nasional Skizofrenia V
dukungna dari keluarga, masyarakat dan orang Closing the Treatment Gap for
Schizophrenia, (online),
disekitar klien besar kemungkinan klien dapat (http://www.kabarindonesia/berita,
bersosialisasi dan memiliki aktivitas seperti diakses 23 Februari 2011).
orang normal, dengan demikian maka
prevalensi kekambuhan pasien dapat Arif Iman Setiadi. 2006. Masalah Psikiatri.
berkurang ataupun pasien tidak akan kambuh Refika Aditama. Bandung.
karena proses pengobatan pasien dilakukan
sesuai dengan anjuran dan petunjuk dokter, Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu
sehingga kepatuhan pasien minum obat baik, Pendekatan Praktik, Edisi Revisi.
dan prevalensi kekambuhan pasien berkurang Jakarta: Rineka Cipta
bahkan tidak pernah kambuh dalam kurun
Carpenito. 2000. Diagnosa Keperawatan
waktu 1-2 tahun.
Dari hasil penelitian ini bahwa Aplikasi pada Praktek Klinis. Jakarta:
kepatuhan minum obat pasien skizofrenia EGC
perlu mendapatkan dukungan penuh dari
keluarga, karena keluarga merupakan orang Dyah Lesmanawati. 2012. Analisis Efektivitas
terdekat dengan penderita skizofrenia. Biaya Penggunaan Terapi Antipsikotik
Keluarga yang mendorong penderita untuk Pada Pasien Skizofrenia Di Instalasi

5
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 2. Mei 2015

Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Keliat. 1996. Peran Serta Keluarga Dalam
GrhasiaYogaykarta Perawatan Klien Gangguan Jiwa. EGC :
online:http://grhasia.jogjaprov.go.id/ima Jakarta
ges/grhasia/pdf/shintadr2.pdf diakses
tanggal 2 Maret 2014, jam 10.15 WITA Natalia, Tineke, Damajanty. 2013. Jurnal
Hubungan Tingkat Pengetahuan
Dee. 2009. Prevalensi Skizofrenia. Keluarga dengan Kepatuhan Minum
online : http://cybermed.cbn.net.id/cbprt Obat Pasien Skizofrenia di Poliklinik
l/cybermed/detail.aspx?x=healthnews& Rumah Sakit Prof. Dr. V. L.
y=cybermed|0|0|5|5674, di akses 2 Ratumbuysang Manado.
Maret, jam 10.00 WITA online : http://ejournal.unsrat.ac.id/index
.php/jkp/article/view/2211/1768. diakses
David, A.T. 2003.Buku Saku Psikiatri. tanggal 2 Maret 2014, jam 12.30 WITA
Jakarta: EGC.

Departement Kesehatan Republik Indonesia, Nurjanah. 2004. Pedoman Gangguan Jiwa.


2007. Riset kesehatan Dasar 2007. Mocomedia: Yogyakarta.
(Online).http://www.litbang.depkes.go.i
NIMH, 2001. National Institute of Mental
d//laporanRKKD/ImdonesiaNasional.pd
f. diakses tanggal 5 maret 2014, jam Health: USA
12.30 WITA
Nursalam, 2013. Metedologi Penelitian Ilmu
Dinas Kesehatan Sulawesi Utara, 2010. Profil Keperawatan :Pendekatan Praktis.
Kesehatan Sulawesi Utara. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
(Online). http://www.depkes.go.id/down
loads/profil/prov_sulut_2008.pdf, RS. Jiwa Prof. Dr. V.L. Ratumbysang, 2014.
diakses tanggal 2 Maret 2014, jam 13.00 Laporan Rekam Medis, RS. Jiwa Prof.
WITA Dr. V. L. Ratumbysang Manado, Tidak
dipublikasikan.
Fakhrudin. 2013. Hubungan Dukungan Sosial
Dengan Kepatuhan Minum Obat Ruspawan, dkk. 2009. Peran keluarga dengan
Penderita Skizofrenia Di Kabupaten resiko kekambuhan pasien
Aceh Barat Daya. skizofrenia.Online:http://www..jurnalke
Online: http://etd.ugm.ac.id/index.php?
perawatanbali.com diakses tanggal 12
mod=penelitian_detail&sub=Penelitian
Detailact=view&typ=html&buku_id=58 Juni 2014, jam 22:45
938&obyek_id=4, di akses tanggal 5
Maret 2014. Simanjuntak,Y, 2008. Faktor-Faktor
Terjadinya Relaps Pada Pasien
Hendrata. 2008. Skizofrenia. Skizofrenia
(online). http://fkuii.org.skizofrenia.com Paranoid.Online:http://www..docx&ei=
diakses 2 Maret 2014, jam 09.00 p8NFVYrsN8WuASm9YGIBQ&usg=A
FQjCNHrrtf088kSJtgKFnmbH0B7SnO
Irmansyah. 2008. Pencegahan dan Intervensi k_A&bvm=bv.92291466,d.c2E(Diakses
Dini Skizofrenia. 2 Mei 2015)
online: http://www2.kompas.com, di
akses tanggal 2 Maret 2014, jam 12.30
WITA
6
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2. Nomor 2. Mei 2015

Seeman, M.V., 2004,Gender Differences in the


Prescribing of AntipsychoticDrugs, Am
J Psychiatry 161:1324-1333

Sarafino. 1990. Health Psychology. 2nd edition.


New York. Jhon Willey & Sons. Inc

Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan


Riset Keperawatan. Edisi 2: Graha Ilmu
Yogyakarta.

Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis


Kedokteran Jiwa. 2011. Konsensus
Penatalaksanaan Gangguan
Skizofrenia.
online: http://www.pdskji.org/wp-
content/uploads/2012/10/final-PNPK-
versi-revisi-10.doc-1-44.pdf, di akses
tanggal 11 Juni 2014, jam 22.30
WITA

WHO, 2009. Improving Health System and


Service for Mental Health : WHO
Library Cataloguing – in – Publication
Data.

WHO, 2010. Mental Health and


Development : targeting people with
mental health conditions as a vulnerable
group : WHO Library Catologuing – in
– Publication

Yosep, I. 2011. Keperawatan Jiwa (Edisi


Revisi). Refilan Aditama : Bandung.

You might also like