You are on page 1of 6

Manfaat Senam Lansia terhadap Upaya Mengontrol Gula

Darah yang Berpengaruh pada Aktivitas Sehari-hari


Garda Alam Madani
Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
garda.alam@student.uns.ac.id

Abstract.

Background and Objective: A person’s health can be known through health indicators such
as age, blood pressure, blood sugar levels, weight, etc. Health is influenced by many factors.
Lifestyle is one of the biggest factors that affect a person's health. Exercise is one of the
lifestyle component that can support our health. Carry out routine exercise and with the right
techniques, tend to maintain the normal value of health indicators on the body. Besides
exercise, diet is also one of the lifestyle that affects health. Exercise and diet collaborate to
maintain our body. But in today's modern era, most people tend to exercise less often because
of the limitation of the demands of work or it could be due to an unhealthy lifestye. Method:
This was a qualitative research which is the data is taken with several questionnaires that
asked to the elderly who take part in elderly gymnastics. Result: Eight elderly feels more
easier to control their own diet especially sweet food and feels healhtier after exercise and
controling their diet on sweet foods. Conlusion: Exercise on elderly is one of the way how to
maintain their health, and also helping them to control their diet on sweet foods

Keywords: age, exercise, diet, blood sugar levels

1. PENDAHULUAN
Lansia merupakan akronim dari lanjut usia. Lansia sering disebut juga manula atau manusia
lanjut usia. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 43 tahun 2004, seseorang
dapat disebut lansia ketika sudah berumur 60 tahun atau lebih (Presiden Republik Indonesia, 2004).
Disamping itu, menurut Situasi dan Analisis Lanjut Usia (2014), Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia mengklasifikasikan beberapa kategori lansia, yaitu pra lansia, lansia, dan lansia risti. Pra
lansia memiliki batasan umur 45-59 tahun, lansia memiliki batasan umur 60-69 tahun, dan lansia risti
memiliki batasan umur lebih dari 70 tahun atau lansia berumur lebih dari 60 tahun yang memiliki
masalah kesehatan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Ketika manusia mencapai tahap lanjut usia, terjadi perubahan pada organ tubuh, diantaranya
perubahan komposisi tubuh, otot, tulang dan sendi, sistem kardiovaskular, respirasi, dan kognisi.
Dapat terjadi penurunan massa otot, penurunan massa tulang dan berkurangnya fleksibilitas sendi
yang akan berakibat berkurangnya ROM, komplikasi dari berbagai perubahan pada sistem
kardiovaskular, dan komplikasi dari penurunan fungsi sistem saraf (Ambardini, 2010). Berbagai
perubahan tersebut dapat mengakibatkan perubahan regulasi dan rusaknya keseimbangan dalam
tubuh. Dapat terjadi kadar gula darah yang tidak terkontrol, peningkatan tekanan darah, penurunan
respirasi, dan lain-lain.
Penurunan fungsi organ-organ di tubuh tidak semata-mata hanya karena proses penuaan, namun juga
karena gaya hidup. Gaya hidup berpengaruh terhadap proses regulasi keseimbangan di dalam tubuh.
Gaya hidup terdiri dari berbagai hal-hal yang dilakukan oleh manusia dalam aktivitas rutin. Contoh
dari gaya hidup yaitu pola makan dan aktivitas fisik.
Pola makan sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan regulasi keseimbangan tubuh.
Pola makan yang tidak sehat seperti diet tinggi lemak, sodium, dan gula dan sedikit buah-buahan
dan sayur-sayuran. Ada beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh pola makan yaitu penyakit
kardiovaskular, kanker, dan stroke yang mana tiga penyakit tersebut menjadi penyebab kematian
terbanyak (Silliman, Rodas-fortier, & Neyman, 2004). Semakin besar diet tinggi lemak, sodium, dan
gula yang dikonsumsi, akan semakin membebani sistem kerja tubuh untuk mencerna tiga asupan
esensial bagi tubuh tersebut.
Aktivitas fisik juga berpengaruh dalam regulasi keseimbangan tubuh. Banyak dari aktivitas
fisik yang mempengaruhi tubuh seseorang baik secara fisik maupun secara psikis. Bekerja karena
tuntutan pekerjaan merupakan salah satu aktivitas fisik yang dimana apabila berlebihan akan
memberi dampak kepada tubuh baik fisik maupun psikis. Olah raga juga merupakan salah satu
aktivitas fisik. Olah raga dengan pengetahuan dan pelaksanaan yang benar yang dapat menjaga
metabolisme dan regulasi keseimbangan tubuh. Olah raga dapat membantu menjaga kadar gula
darah, tekanan darah, kadar lemak tidak normal, dan membantu menurunkan berat badan (Adams,
2013).
Kombinasi dari proses penuaan, pola makan yang tidak baik, dan aktivitas fisik yang tidak
memadai akan menimbulkan berbagai komplikasi dari penurunan atau perubahan regulasi
keseimbangan tubuh. Diabetes melitus atau yang lebih dikenal di masyarakat sebagai penyakit gula
merupakan salah satu dari komplikasi tersebut.
Diabetes melitus (DM) atau sering disebut sebagai diabetes saja merupakan penyakit
metabolik yang bisa disebabkan oleh dua hal yang mana menjadi dasar klasifikasi diabetes melitus.
Diabetes melitus dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 disebabkan
karena pankreas tidak memproduksi insulin secara cukup. Sedangkan diabetes melitus tipe 2
disebabkan karena tubuh tidak mampu menggunakan insulin yang diproduksi oleh pankreas secara
efektif untuk metabolisme glukosa. Diabetes melitus juga disebut sebagai silent killer karena
seseorang yang mengidap penyakit tersebut sering tidak menyadari dirinya mengidap diabetes
melitus. Faktor risiko diabetes melitus digolongkan menjadi dua, yaitu faktor risiko yang tidak dapat
diubah atau diintervensi dan faktor risiko yang bisa diubah dengan intervensi. Faktor risiko yang
tidak dapat diubah yaitu: ras dan etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan diabetes
melitus, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gram, dan riwayat lahir dengan
berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram). Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah
dengan intervensi tertentu yaitu: gaya hidup yang kurang sehat, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi,
dislipidemia, pola makan yang tidak seimbang, dan merokok. Karena kurangnya produksi insulin
oleh pankreas ataupun karena kurang efektifnya insulin terhadap tubuh, menyebabkan kadar gula
dalam darah menjadi berlebih atau disebut hiperglikemia (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2013).
Kondisi hiperglikemia memiliki ciri-ciri yang dapat diidentifikasi apabila terjadi pada tubuh
penderita. Penderita hiperglikemi akan mengalami polyuria (sering kencing), polydipsia (haus
berlebih), penurunan berat badan, dan juga terkadang mengalami polyphagia (lapar berlebih) serta
penglihatan menjadi kabur (Canivell & Gomis, 2014). Selain itu, penderita hiperglikemi juga sering
merasa pusing atau lemas (Weinger, Jacobson, Draelos, Finkelstein, & Simonson, 1995). Kondisi
hiperglikemia yang teridap pada tubuh pada jangka waktu yang lama dapat menyebabkan disfungsi
berbagai sistem tubuh dan yang terkena paling utama ialah sistem kardiovaskular dan sistem saraf
yang mana dapat menciptakan beberapa komplikasi seperti: meningkatnya risiko penyakit jantung
dan stroke, kerusakan saraf di kaki yang meningkatkan ulkus kaki (infeksi dan bahkan keharusan
untuk amputasi kaki), retinopati diabetikum (kerusakan pembuluh darah di retina yang dapat
menyebabkan kebutaan), gagal ginjal, dan meningkatnya risiko kematian (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013).
Telah disebutkan pada faktor risiko diabetes melitus, bahwasanya Olah raga atau latihan fisik
menjadi salah satu intervensi yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes melitus untuk
mengendalikan kadar gula darah dalam batasan normal. Olah raga dapat meningkatkan penggunaan
glukosa oleh otot sehingga langsung dapat menyebabkan penurunan gula darah. Jenis Olah raga
yang dianjurkan untuk dilakukan oleh penderita diabetes melitus ialah Olah raga aerobik yang mana
dapat meningkatkan fungsi dan efisiensi metabolisme tubuh. Olah raga aerobik seperti jogging,
berenang, senam berkelompok, dan bersepeda tepat dilakukan penderita diabetes melitus karena
menggunakan otot-otot besar ditubuh dan meningkatkan kerja sistem kardiovaskular. Disamping itu,
senam aerobik yang dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok, dapat memberi stimulus
terhadap rasa bahagia pada anggota yang melakukan senam berkelompok. Selain dapat memberi
rasa bahagia, senam berkelompok juga dapat memotivasi diri maupun anggota kelompok untuk rutin
melaksanakan senam (Indriyani, Supriyatno, & Santoso, 2010)
2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang
digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat suatu kejadian. Metode ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan data, menganalisis data, dan menginterpretasikannya. Pengumpulan
data dilaksanakan dengan teknik survei yang diajukan kepada lansia yang mengikuti senam lansia di
Kelurahan Sumpiuh, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Jawa Tengah, Provinsi Jawa Tengah.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data secara sistematis untuk memperoleh fakta
dan menginterpretasikan fakta tersebut (Prof Dr Suryana MSi, 2012).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
No Pertanyaan Ya Tidak
Apakah setelah rutin melakukan senam, ibu merasa lebih mudah atau
1 lebih termotivasi dalam mengendalikan/membatasi konsumsi
makanan manis?

Apakah sebelum rutin melakukan senam, ibu merasa lebih mudah atau
2 lebih termotivasi dalam mengendalikan/membatasi konsumsi
makanan manis?

Apakah setelah rutin melakukan senam, ibu merasa lebih termotivasi


3 untuk melakukan Olah raga lain di hari selain minggu selain senam
yang dilakukan di hari minggu tersebut?

Apakah terdapat perbedaan kebugaran tubuh pada ibu ketika


4 melakukan aktivitas sehari-hari pada upaya membatasi konsumsi gula
setelah rutin melakukan senam dengan upaya membatasi konsumsi
gula sebelum rutin melakukan senam?

Survei dengan kuesioner dilakukan kepada peserta senam lansia dengan jarak umur pra lansia
dan lansia yang melaksanakan senam di Kelurahan Sumpiuh, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten
Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Kuesioner diajukan kepada delapan peserta yang bersedia mengisi
kuesioner dari sepuluh peserta senam yang hadir pada senam lansia pada Minggu, 23 Juni 2019. Ada
empat pertanyaan yang diajukan pada kuesioner tersebut yaitu sebagai berikut:
Diperolah data sebagai berikut:
1. Responden pertama
Pertanyaan Respon
Pertanyaan nomor 1 Ya
Pertanyaan nomor 2 Tidak
Pertanyaan nomor 3 Ya
Pertanyaan nomor 4 Ya
2. Responden ke dua
Pertanyaan Respon
Pertanyaan nomor 1 Ya
Pertanyaan nomor 2 Tidak
Pertanyaan nomor 3 Tidak
Pertanyaan nomor 4 Ya
3. Responden ke tiga
Pertanyaan Respon
Pertanyaan nomor 1 Ya
Pertanyaan nomor 2 Tidak
Pertanyaan nomor 3 Ya
Pertanyaan nomor 4 Ya
4. Responden ke empat
Pertanyaan Respon
Pertanyaan nomor 1 Ya
Pertanyaan nomor 2 Tidak
Pertanyaan nomor 3 Ya
Pertanyaan nomor 4 Ya
5. Responden ke lima
Pertanyaan Respon
Pertanyaan nomor 1 Ya
Pertanyaan nomor 2 Ya
Pertanyaan nomor 3 Ya
Pertanyaan nomor 4 Ya
6. Responden ke enam
Pertanyaan Respon
Pertanyaan nomor 1 Ya
Pertanyaan nomor 2 Tidak
Pertanyaan nomor 3 Ya
Pertanyaan nomor 4 Ya
7. Responden ke tujuh
Pertanyaan Respon
Pertanyaan nomor 1 Ya
Pertanyaan nomor 2 Tidak
Pertanyaan nomor 3 Ya
Pertanyaan nomor 4 Ya
8. Responden ke delapan
Pertanyaan Respon
Pertanyaan nomor 1 Ya
Pertanyaan nomor 2 Tidak
Pertanyaan nomor 3 Ya
Pertanyaan nomor 4 Ya

Dengan kesimpulan data sebagai berikut:


Nomor Pertanyaan Jumlah Respon
Pertanyaan nomor 1 Ya : delapan responden
Tidak : nol responden
Pertanyaan nomor 2 Ya : satu responden
Tidak : tujuh responden
Pertanyaan nomor 3 Ya : tujuh responden
Tidak : satu responden
Pertanyaan nomor 4 Ya : delapan responden
Tidak : nol responden
Dari data tersebut dapat ditarik pernyataan dari masing-masing jawaban kuesioner sebagai
berikut: delapan orang merasa lebih mudah untuk mengontrol diri untuk mengurangi mengonsumsi
makanan manis atau tinggi gula setelah rutin melakukan senam dibanding sebelum rutin melakukan
senam, satu responden merasa telah bisa mengontrol diri untuk mengurangi mengonsumsi makanan
manis baik setelah rutin melakukan senam maupun sebelum rutin melakukan senam, tujuh responden
merasa lebih termotivasi dalam melakukan olah raga di luar dari olah raga senam lansia yang rutin
tersebut, dan delapan responden merasa lebih bugar rutin melakukan senam dengan upaya kontrol
gula darah dari masing-masing responden.
4. SIMPULAN
Dari hasil survei yang dilakukan di acara senam lansia di Kelurahan Sumpiuh, Kecamatan
Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, didapatkan hasil bahwa peserta senam lebih
termotivasi untuk mengontrol diri untuk mengurangi konsumsi makanan manis atau makanan yang
tinggi kadar gula. Peserta senam juga termotivasi untuk melakukan olah raga ringan selain senam
lansia yang rutin dilakukan pada hari Minggu tersebut. Selain itu, peserta senam juga merasa lebih
bugar setelah rutin melakukan senam dan mengurangi konsumsi makanan manis atau makanan tinggi
kadar gula.
5. SARAN
Senam merupakan salah satu olah raga aerobik yang lebih ringan dilakukan daripada olah raga
aerobik lainnya untuk para lansia. Pelaksanaan senam yang rutin bagi lansia di berbagai daerah dapat
menunjang kesehatan para lansia dan menurunkan kemungkinan risiko penyakit-penyakit yang sering
dijumpai pada lanjut usia. Edukasi pentingnya melakukan olah raga untuk lansia juga diperlukan
sehingga lansia dapat lebih memahami urgensi manfaat melakukan olah raga bagi tubuh lansia.
6. DAFTAR PUSTAKA
Jurnal, Artikel, dan Prosiding
Adams, O. P. (2013). The impact of brief high-intensity exercise on blood glucose levels. Diabetes,
Metabolic Syndrome and Obesity : Targets and Therapy, 6, 113–122.
https://doi.org/10.2147/DMSO.S29222
Ambardini, R. L. (2010). Aktivitas fisik pada lanjut usia. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(February 2019), 1–9. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Canivell, S., & Gomis, R. (2014). Diagnosis and classification of autoimmune diabetes mellitus.
Autoimmunity Reviews, Vol. 13, pp. 403–407. https://doi.org/10.1016/j.autrev.2014.01.020
Indriyani, P., Supriyatno, H., & Santoso, A. (2010). PENGARUH LATIHAN FISIK; SENAM
AEROBIK TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DM
TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BUKATEJA PURBALINGGA. Nurse Media Journal of
Nursing, 1(2). https://doi.org/10.14710/NMJN.V1I2.717
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Situasi dan Analisis Diabetes Melitus. Pusat
Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan, (Diabetes Melitus). Retrieved from
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-diabetes.pdf
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data
Dan Informasi Kementrian Kesehatan, (Lanjut Usia), 1–8. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-lansia.pdf
Presiden Republik Indonesia. (2004). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 43 Tahun 2004
tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. Presiden Rebublik
Indonesia, (September), 1–2. Retrieved from
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/56524/PP No.43 TH 2004.pdf
Prof Dr Suryana MSi. (2012). Metodologi Penelitian : Metodologi Penelitian Model Prakatis
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas Pendidikan Indonesia, 1–243.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Silliman, K., Rodas-fortier, K., & Neyman, M. (2004). A Survey of Dietary and Exercise Habits and
Perceived Barriers to Following a Healthy Lifestyle in a College Population. 2(2), 10–19.
Weinger, K., Jacobson, A. M., Draelos, M. T., Finkelstein, D. M., & Simonson, D. C. (1995). Blood
glucose estimation and symptoms during hyperglycemia and hypoglycemia in patients with
insulin-dependent diabetes mellitus. The American Journal of Medicine, 98(1), 22–31.
https://doi.org/10.1016/S0002-9343(99)80077-1

You might also like