You are on page 1of 12

Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 1, No.

2, April 2017, hlm 168-179 168

KOMUNIKASI TERAPEUTIK CLINICAL INSTRUCTOR DI RUMAH SAKIT JIWA


PROVINSI JAWA BARAT

Ane Herfira, Lucy Pujasari Supratman


Prodi S1 Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Bisnis Universitas Telkom

ABSTRAK
Clinical Instructor atau pembimbing klinik adalah seorang perawat professional yang terpilih
yang ahli dalam praktek klinik keperawatan. Seorang Clinical Instructor memiliki jobdesk
yang salah satunya adalah membimbing dan mengarahkan peserta didik. Peserta didik yang
dimaksud dalam hal ini adalah mahasiswa yang sedang melakukan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) pada rumah sakit tersebut. Sesuai dengan jobdesk tersebut, seorang Clinical Instructor
harus memiliki pengetahuan yang lebih dalam bidangnya, yaitu kesehatan khususnya
keperawatan. Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan peneliti, peneliti mensurvey secara
langsung bahwa terdapat perbedaan antara pemahaman teori dengan praktik komunikasi
terapeutik di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Perbedaan teori dan praktek yang terjadi
adalah tentang hubungan komunikasi terapeutik. Dengan adanya kesalahpahaman ini maka
teori tentang komunikasi terapeutik dan hubungan terapeutik ini akan terus menerus salah
pemahaman kedepannya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan studi kasus.
Data dari penelitian ini diperolah dari hasil wawancara, observasi dan juga dokumentasi.
Informan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara snowball sampling. Peneliti bertemu
dengan satu clinical instructor untuk dijadikan informan. Informan berikutnya didapatkan
dari rekomendari yang diberikan oleh informan pertama. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa pemahaman dan penerapan komunikasi terapeutik oleh clinical instructor
di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ini dirasa masih kurang. Beberapa clinical
instructor masih ada yang kurang memahami tentang teknik komunikasi non-terapeutik,
komunikasi paraverbal dan juga tentang hubungan terapeutik. Selain itu untuk penerapan
teknik komunikasi non-terapeutik dan komunikasi verbal dirasa masih kurang maksimal.
Komunikasi non-terapeutik dikatakan seperti komunikasi seperti biasa atau untuk di rumah
sakit tersebut sering disebut dengan istilah komunikasi sosial.
Kata kunci: Komunikasi, Terapeutik, Pembimbing Klinik, Rumah Sakit Jiwa, Provinsi Jawa
Barat

FACTORS THAT INFLUENCE THE PERCEPTION OF EDUCATION TOWARDS


PERMENDIKNAS NUMBER 70 2009 ABOUT INCLUSIVE EDUCATION

ABSTRACT
Clinical Instructor is a professional nurse who selected experts in nursing clinical practice. A
Clinical Instructor has a job that one of them is guiding and directing learners. Learners are
referred to in this case are the college students who are doing the Job Training at the
hospital. In accordance with the job description, a Clinical Instructor must have a deeper
knowledge of the field, which is health, especially in the field of nursing. Based on the pre-
study conducted by researchers, researchers surveyed firsthand that there is a difference
between understanding theory to practice therapeutic communication at the Mental Hospital
of West Java Province. Given these misconceptions, the theory of therapeutic communication

ISSN: 2548-3242 (cetak), eISSN: 2549-0079 Website: http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi


Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 1, No. 2, April 2017, hlm. 168-179 169

and therapeutic relationship will continually misunderstanding in the future. The research is
a qualitative research with case study approach. The data obtained in this study are from
interviews, observation and documentation. Informants in this study was obtained by
snowball sampling. Researchers met with a clinical instructor to serve as informants. The
next informant obtained from the recommendation given by the first informant. Based on the
results of this study concluded that the understanding and application of therapeutic
communication by a clinical instructor at the Mental Hospital of West Java province it is still
lacking. Some of clinical instructor, still lacking in understanding about non-therapeutic
communication techniques, communication paraverbal and also about the therapeutic
relationship. In addition to the application of non-therapeutic communication techniques and
verbal communication is still not optimal. Communication is described as non-therapeutic
communication as usual or for the hospital's often referred to as social communication.
Keywords : Communication, Therapeutic, Clinical Instructor, Physciatric Hospital, West
Java Province

Korespondensi: Ane Herfira. Universitas Telkom. Jl. Telekomunikasi, Jl. Terusan Buah Batu No.01,
Dayeuhkolot, Bandung, Jawa Barat 40257. Email: ane.herfira@gmail.com

dalam mencapai kompetensi dan


PENDAHULUAN meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa
Clinical Instructor atau pembimbing keperawatan.
klinik adalah seorang perawat professional Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
yang terpilih yang ahli dalam praktek klinik adalah satu-satunya rumah sakit yang secara
keperawatan. Seorang Clinical Instructor administratif berada di bawah pengelolaan
memiliki jobdesk yang salah satunya adalah Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pada rumah
membimbing dan mengarahkan peserta sakit ini, memiliki Clinical Instructor yang
didik. Peserta didik yang dimaksud dalam bertugas untuk membimbing para mahasiswa
hal ini adalah mahasiswa yang sedang keperawatan yang sedang melakukan Praktek
melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Kerja Lapangan (PKL) di rumah sakit
pada rumah sakit tersebut. Sesuai dengan tersebut. Selain itu, seorang clinical
jobdesk tersebut, seorang Clinical Instructor instructor juga masih berhubungan langsung
harus memiliki pengetahuan yang lebih kepada pasien untuk melakukan suatu terapi
dalam bidangnya, yaitu kesehatan khususnya atau pengobatan dengan tujuan untuk
keperawatan. Ratna Indraswati (2003) dalam membuat pasien sembuh. Clinical instructor
artikelnya mengemukakan tentang peran harus mampu menguasai praktik dan juga
pembimbung klinik, bahwa keberadaan teori tentang keperawatan dengan baik.
pembimbing klinik sebagai bagian dari tim Karena, seorang clinical instructor
program pendidikan keperawatan di melakukan bimbingan kepada para
lingkungan praktik klinik sangat diperlukan mahasiswa keperawatan.

ISSN: 2548-3242 (cetak), eISSN: 2549-0079 Website: http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi


Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 1, No. 2, April 2017, hlm. 168-179 170

Berdasarkan prapenelitian yang kesembuhan klien. Selain itu, komunikasi


dilakukan peneliti, peneliti mensurvey secara terapeutik merupakan komunikasi yang
langsung bahwa terdapat perbedaan antara direncanakan secara sadar, tujuan dan
pemahaman teori dengan praktik komunikasi kegiatannya difokuskan untuk
terapeutik di Rumah Sakit Jiwa Provinsi menyembuhkan klien.
Jawa Barat. Perbedaan teori dan praktek Menurut (Depkes RI, 1997) yang
yang terjadi adalah tentang hubungan tercantum pada buku Komunikasi Terapeutik
komunikasi terapeutik. Dengan adanya dalam Keperawatan Jiwa karangan Ridhyalla
kesalahpahaman ini maka teori tentang Afnuhazi, komunikasi terapeutik adalah
komunikasi terapeutik dan hubungan komunikas yang mendorong proses
terapeutik ini akan terus menerus salah penyembuhan klien. Komunikasi terapeutik
pemahaman kedepannya. Hal ini yang termasuk komunikasi interpersonal dengan
mendasari peneliti untuk meneliti tentang titik tolak memberikan pengertian antara
pemahaman komunikasi terapeutik oleh perawat dengan klien. (Afnuhazi, 2015: 32)
clinical intructor atau pembimbing klinik di Hays dan Larson dalam
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Townsend,2011 mengidentifikasi sejumlah
Dengan ini, peneliti hendak mengangkat teknik-teknik untuk membantu para perawat
penelitian yang berjudul Komunikasi dalam berinteraksi lebih terapeutik dengan
Terapeutik Clinical Instructor (CI) di Rumah klien. Ini adalah “prosedur teknis” yang
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Adapun dilakukan oleh perawat yang bekerja di
pertanyaan dalam penelitian ini sebagai psikiatri, dan mereka harus melayani pasien
berikut: Bagaimana penerapan komunikasi untuk meningkatkan pengembangan
terapeutik clinical instructor di Rumah Sakit hubungan antara perawat dengan pasien.
Jiwa Provinsi Jawa Barat? Dalam buku Suryani (2015: 57) dalam
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menanggapi pesan yang disampaikan klien,
(2016) arti dari kata terapeutik adalah perawat dapat menggunakan berbagai teknik
berkaitan dengan sebuah terapi atau komunikasi terapeutik, yakni sebagai
pengobatan. Komunikasi terapeutik berikut:
merupakan aspek penting yang harus 1. Bertanya
dimiliki oleh perawat dalam melaksanakan Bertanya merupakan teknik yang dapat
asuhan keperawatan pada klien. Komunikasi mendorong klien untuk mengungkapkan
yang diterapkan oleh perawat kepada klien perasaan dan pikirannya. Teknik berikut
merupakan komunikasi terapeutik yang ini sering digunakan pada tahap orientasi.
mempunyai tujuan untuk mencapai

ISSN: 2548-3242 (cetak), eISSN: 2549-0079 Website: http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi


Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 1, No. 2, April 2017, hlm. 168-179 171

a. Pertanyaan Fasilitatif dan membutuhkan jawaban yang


Nonfasilitatif singkat.
Pertanyaan fasilitatif diajukan 2. Mendengarkan
apabila pada saat bertanya, perawat Mendengarkan merupakan dasar utama
bersikap sensitive terhadap pikiran dalam komunikasi terapeutik.
dan perasaan klien. Karena Mendengarkan adalah sutau proses yang
pertanyaannya tersebut aktif dan dinamis, karena perawat
berhubungan dengan masalah yang menggunakan seluruh perhatian serta
dihadapi klien. Sebaliknya, pikirannya dalam mendengarkan dan
pertanyaan nonfasilitatif adalah mengobservasi ungkapan verbal dan
pertanyaan yang tidak efektif, nonverbal klien (Antai-Otong dalam
karena pertanyaan yang diberikan Suryani, 2015: 60)
bersifat tifak focus pada masalah 3. Mengulang
atau pembicaraan, terkesan Mengulang memiliki pengertian
mengancam serta tampak kurang mengulang kembali pikiran utama yang
pengertian terhadap klien. telah diekspresikan oleh klien. Hal ini
b. Pertanyaan Terbuka dan Pertanyaan menunjukkan bahwa perawat
Tertutup mendengarkan memvalidasi,
Pertanyaan terbuka digunakan menguatkan, serta mengembalikan
apabila perawat membutuhkan perhatian klien pada sesuatu yang telah
banyak jawaban dari klein. Menurut diucapkan klien
Antai-Otong (2008) dalam (Suryani, 4. Klarifikasi
2015: 58), pertanyaan terbuka Klarifikasi merupakan strategi
memungkinkan perawat menanggapi respon klien dengan
mendapatkan informasi atau mengecek kebenaran informasi yang
tanggapan yang lebih banyak dan disampaikan oleh klien. (Frisch dan
mendalam tentang perilaku klien, Frisch, 2011 dalam Suryani, 2015: 61).
hal tersebut dilakukan dengan Klarifikasi dapat dilakukan dengan
menggunakan kata tanya yang meminta klien mengulang apa yang
menuntut jawaban yang panjang. disampaikannya dengan
Pertanyaan terbuka dapat diawali mengatakan,”Maaf saya masih kurang
dengan kata “apa” dan jelas tentang apa yang ibu atau bapak
“bagaimana”, sedangkan pertanyaan katakan tadi. Bisa lebih diperjelas?”
tertutup digunakan ketika perawat 5. Refleksi

ISSN: 2548-3242 (cetak), eISSN: 2549-0079 Website: http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi


Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 1, No. 2, April 2017, hlm. 168-179 172

Refleksi adalah mengarahkan kembali untuk memikirkan dan menyusun


ide, perasaan, pertanyaan dan isi informasi yang ingin disampaikan
pembicaraan klien. Hal ini digunakan kepada perawat.
untuk memvalidasi pengertian perawat 8. Memberi informasi
terhadap ungkapan klien, serta Memberi informasi merupakan tindakan
menekankan empati, minat, dan penyuluhan kesehatan untuk klien.
penghargaan terhadap klien (Frisch dan Teknik ini sangat membantu dalam
Frisch, 2011 dalam Suryani, 2015: 62). mengajarkan klien tentang kesehatan,
Teknik refleksi terdiri dari refleksi isi aspek-aspek yang relevan dengan
dan refleksi perasaan. perawatan yang dijalani, serta proses
6. Memfokuskan penyembuhan klien. Teknik ini tidak
Penggunaan teknik memfokuskan sama dengan teknik advice. Pada teknik
ditujukan untuk memberi kesempatan ini perawat hanya memberikan
kepada klien untuk membahas masalah informasi, sedangkan keputusan tetap
inti dan mengarahkan komunikasi klien ada pada klien.
pada pencapaian tujuan. (Frisch dan 9. Mengubah cara pandang
Frisch, 2011 dalam Suryani, 2015: 63). Teknik mengubah cara pandang
Dengan demikian, focusing akan digunakan untuk memberikan cara
menghindari pembicaraan tanpa arah pandang lain sehingga klien tidak
dan penggantian topik pembicaraan. melihat sesuatu masalah dari aspek
Teknik focusing juga sangat bermanfaat negatifnya saja (Gerald, 1998 dalam
pada fase kerja. Teknik ini efektif untuk Suryani, 2015: 66). Teknik ini sangat
mengatasi pembicaraan yang berbelit- bermanfaat, terutama ketika klien
belit. berpikiran negatif terhadap sesuatu.
7. Diam 10. Menyimpulkan
Teknik diam digunakan untuk Menyimpulkan adalah teknik
memberikan kesempatan pada klien komunikasi yang membantu klien
sebelum menjawab pertanyaan perawat. mengeksplorasi poin penting dari
Diam akan memberikan kesempatan interaksi perawat-klien. Teknik ini
kepada perawat dan klien untuk membantu perawat dan klien untuk
mengorganisasikan pikiran masing- memiliki pemikiran dan ide yang sama
masing. Teknik ini tidak sama dengan saat mengakhiri pertemuan.
teknik mendengarkan. Pada teknik ini,
perawat memberikan waktu pada klien

ISSN: 2548-3242 (cetak), eISSN: 2549-0079 Website: http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi


Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 1, No. 2, April 2017, hlm. 168-179 173

11. Eksplorasi
Teknik ini bertujuan untuk mencari atau 15. Memberi pujian
menggali lebih jauh masalah yang Memberikan pujian merupakan
dialami klien (Frisch dan Frisch, 2011 keuntungan psikologis yang didapatkan
dalam Suryani, 2015: 67)). Teknik ini klien ketika berinteraksi dengan
sangat bermanfaat pada tahap kerja perawat. Memberi pujian dapat
untuk mendapatkan gambaran yang diungkapkan dengan kata-kata ataupun
detail tentang masalah yang dialami melalui isyarat nonverbal. Dengan kata-
klien. kata misalnya, “saya merasa bangga
12. Membagi persepsi sekali hari ini, karena anda telah mampu
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam merapikan tempat tidur dan mandi
(Suryani, 2015: 68), membagi persepsi sendiri”.
adalah meminta pendapat klien tentang
hal yang perawat rasakan atau pikirkan. Teknik Komunikasi Non-Terapeutik
Teknik ini digunakan ketika perawat Beberapa pendekatan dianggap hambatan
merasakan atau melihat adanya untuk membuka komunikasi antara perawat
perbedaan antara respon verbal dan dengan klien. Hays dan Larson (dalam
respon nonverbal klien. Townsend: 2011) mengidentifikasi sejumlah
13. Mengidentifikasi tema teknik ini. Perawat harus mengenali dan
Perawat harus tanggap terhadap cerita menghilangkan penggunaan teknik tersebut
yang disampaikan klien, serta harus dalam hubungan antara perawat dengan
mampu menangkap tema dari klien. Menghindari teknik ini akan
pembicaraan tersebut. Tujuannya adalah memaksimalkan efektivitas komunikasi dan
meningkatkan pengertian dan menggali meningkatkan hubungan perawat dengan
masalah penting Stuart dan Laraia klien.
(dalam Suryani, 2015: 69) 1. 1. Memberi jaminan
14. Humor Memberi jaminan artinya menyatakan
Humor memiliki beberapa fungsi dalam sesuatu kepada klien yang belum pasti
hubungan terapeutik perawat-klien. hasilnya dengan maksud menenangkan
Suatu pengalaman pahit sangat baik klien. Teknik ini kurang tepat, karena
ditangani dengan humor, karena humor apabila hal tersebut tidak terjadi sesuai
dapat menyediakan tempat bagi emosi dengan harapan, klien menjadi tidak
untuk distraksi dari perasaan stres dan percaya lagi atau bahkan menjadi marah
depresi. pada perawat.

ISSN: 2548-3242 (cetak), eISSN: 2549-0079 Website: http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi


Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 1, No. 2, April 2017, hlm. 168-179 174

2. Memberi penilaian dalam mengungkapkan perasaanya.


Teknik ini erat kaitannya dengan Dengan bersikap defensif, perawat
kemampuan perawat dalam memahami seakan menutupi kekurangan dan
dan mengklarifikasi nilai-nilai yang kelemahannya. Respon defensif juga
dianutnya. Teknik ini dianggap kurang menunjukkan bahwa perawat kurang
tepat, karena dapat mengakibatkan klien peduli dengan kebutuhan klien.
merasa perawat mengabaikan perasaan
atau merendahkan dirinya (Kozier dan Hubungan Terapeutik
Erb, dalam Suryani, 2015: 72). Komunikasi terapeutik mempunyai
3. Memberi komentar klise tujuan dan berfungsi sebagai terapi bagi
Memberi komentar klise artinya klien, karena itu pelaksanaan komunikasi
memberikan komentar yang itu-itu saja terapeutik harus direncanakan dan terstruktur
atau komentar yang terlalu umum. dengan baik. Hubungan terapeutik terdiri
Sebagai contoh, setiap klien melakukan dari empat tahapan, yaitu:
atau menjawab sesuatu dengan tepat, 1. Fase Pra Interaksi
perawat mengatakan “bagus”. Komentar Tahap ini adalah masa persiapan sebelum
seperti itu dapat membuat klien bosan. memulai hubungan dengan klien.
4. Memberi saran 2. Fase Orientasi
Memberi saran kepada klien adalah Fase ini dimulai pada saat bertemu
tindakan yang tidak terapeutik, karena pertama dengan klien. Saat pertama kali
apabila saran tersebut tidak mampu bertemu dengan klien fase ini digunakan
mengatasi masalah, klien akan perawat untuk berkenalan dengan klien
menyalahkan atau memulangkannya dan merupakan langkah awal dalam
pada perawat (Gerald, dalam Suryani, membina hubungan saling percaya.
2015: 73). Biasanya tindakan ini 3. Fase Kerja
dilakukan oleh perawat dengan terburu- Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan
buru, tanpa menggali lebih dalam proses komunikasi terapeutik. Tahap ini
masalah lebih dalam masalah klien yang perawat bersama klien mengatasi masalah
sesungguhnya. yang dihadapi oleh klien. Tahap ini
5. Defensive berkaitan dengan pelaksaan rencana
Defensive merupakan respons bertahan asuhan yang telah ditetapkan. Teknik
dengan pendapatnya dan tidak mau komunikasi terapeutik yang sering
berubah. Respons perawat yang digunakan perawat antara lain
defensive dapat menghambat klien mengeksplorasi, mendengarkan dengan

ISSN: 2548-3242 (cetak), eISSN: 2549-0079 Website: http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi


Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 1, No. 2, April 2017, hlm. 168-179 175

aktif, refleksi, berbagai persepsi, menyadari pesan verbal dan non verbal yang
memfokuskan dan menyimpulkan. disampaikan klien mulai dari saat pengkajian
4. Fase Terminasi hingga evaluasi, karena isyarat nonverbal
Fase ini merupakan fase yang sulit dan menambah makna terhadap pesan verbal.
penting, karena hubungan saling percaya Bukan hanya komunikasi verbal dan
sudah terlena dan berada pada tingkat nonverbal, ada pula komunikasi paraverbal.
optimal. Bisa terjadi terminasi pada saat Komunikasi paraverbal adalah komunikasi
perawat mengakhiri tugas pada unit yang disampaikan melalui nada, intonasi dan
tertentu atau saat klien akan pulang. suara bukan apa perkataan yang disebutkan.
Maksud yang disampaikan dapat diterima
Jenis Komunikasi Terapeutik dengan makna yang berbeda-beda jika
Jenis komunikasi yang paling lazim disampaikan dalam nada dan intonasi yang
digunakan dalam pelayanan keperawatan di berbeda-beda juga.
rumah sakit adalah pertukaran informasi
secara verbal terutama pembicaraan dengan METODE PENELITIAN
tatap muka. Komunikasi verbal biasanya Paradigma yang digunakan peneliti
lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata dalam penelitian ini adalah parardigma
adalah alat atau simbol yang dipakai untuk konstruktivis. Paradigma ini hampir
mengekspresikan ide atau perasaan, merupakan antithesis terhadap paham yang
membangkitkan respon emosional, atau menempatkan pentingnya pengamatan dan
menguraikan obyek, observasi dan ingatan. objektivitas dalam menemukan suatu realitas
Sering juga untuk menyampaikan arti yang atas ilmu pengetahuan. (Salim, 2006: 71).
tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Sedangkan untuk pendekatannya peneliti
Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap menggunakan metode penelitian kualitatif.
muka yaitu memungkinkan tiap individu Jenis penelitian yang digunakan adalah
untuk merespon secara langsung. studi deskriptif. Dalam penelitian ini,
Selain komunikasi verbal, tentu informan yang digunakan adalah clinical
komunikasi nonverbal. Komunikasi instructor yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa
nonverbal adalah pesan yang disampaikan Provinsi Jawa Barat. Dalam pemilihan
tidak secara verbal ataupun tulisan (Frisch informan, peneliti menggunakan teknik
dan Fricsh, dalam Suryani, 2015: 41). sampling snowball. Sesuai namanya, teknik
Komunikasi nonverbal merupakan cara yang ini bagaikan bola salju yang turun
paling meyakinkan untuk menyampaikan mengelinding dari puncak gunung ke
pesan kepada orang lain. Perawat perlu lembah, semakin lama semakin membesar

ISSN: 2548-3242 (cetak), eISSN: 2549-0079 Website: http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi


Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 1, No. 2, April 2017, hlm. 168-179 176

ukurannya. Jadi, teknik ini merupakan teknik tahap ini, clinical instructor menggali
penentuan sampel yang awalnya berjumlah perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan
kecil, kemudian berkembang semakin kekurangan pada dalam dirinya. Clinical
banyak. Orang yang dijadikan sampel instructor juga mencari informasi tentang
pertama diminta memilih atau menunjuk pasien, kemudian perawat merancang
orang lain untuk dijadikan sampel lagi, strategi untuk pertemuan pertama kepada
begitu seterusnya sampai jumlahnya lebih pasien. Dalam fase pra-interaksi, seorang
baik (Burhan Bungin, 2008: 160) clinical instructor harus memperhatikan
beberapa hal yaitu kelebihan dan
HASIL DAN PEMBAHASAN kekurangannya, menggunakan teori yang
Penerapan Komunikasi Terapeutik sesuai dan antisipasi terhadap apa yang akan
Clinical Instructor terjadi nanti. Clinical instructor di rumah
Hubungan terapeutik adalah Salah satu sakit ini sudah mampu melakukan beberapa
tugas utama dari seorang clinical instructor hal yang harus diperhatikan dalam fase pra-
adalah menjadi pembimbing mahasiswa interaksi dalam hubungan terapeutik kepada
yang sedang melakukan praktek kerja pasien.
lapangan (PKL) di rumah sakit tersebut. b. Fase Orientasi
Selain membimbing mahasiswa, seorang Fase selanjutnya dalam hubungan
clinical instructor juga masih menangani terapeutik adalah fase orientasi. Perkenalan
seorang pasien. Untuk berhadapan dengan merupakan kegiatan yang dilakukan seorang
pasien, komunikasi yang digunakan adalah clinical instructor saat pertama kali bertemu
komunikasi terapeutik. Dalam komunikasi dengan pasien. Pada saat berkenalan,
terapeutik, hubungan komunikasi terapeutik perawat harus memperkenalkan dirinya
yang dilakukan perawat kepada pasien harus terlebih dahulu kepada pasien. Dengan
diperhatikan pada setiap fasenya. Fase pada memperkenalkan dirinya terlebih dahulu,
hubungan terapeutik adalah sebagai berikut: berarti perawat telah bersikap terbuka pada
pasien. Hal ini diharapkan akan mendorong
pasien untuk membuka dirinya. Tahap
a. Fase Pra-Interaksi
perkenalan dilaksanakan pada setia awal
Dalam melakukan hubungan terapeutik,
pertemuan, baik pada pertemuan pertama,
fase yang pertama dilakukan oleh seorang
kedua, dan selanjuntnya. Tujuan dari tahap
clinical instructor adalah fase pra-interaksi.
ini adalah memvalidasi keakuratan data dan
Fase pra-interaksi sangat penting dilakukan
rencana yang telah dibuat dengan keadaan
sebelum berinteraksi dengan pasien. Pada
pasien saat ini, serta mengevaluasi hasil

ISSN: 2548-3242 (cetak), eISSN: 2549-0079 Website: http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi


Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 1, No. 2, April 2017, hlm. 168-179 177

tindakan yang lalu. Clinical instructor di komunikasi verbal, komunikasi non verbal
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat dan komunikasi paraverbal.
melakukan validasi dan juga pengkajian
dalam fase orientasi. Selain itu para clinical
Komunikasi Verbal
instructor juga menanyakan tentang kegiatan
Dalam melakukan komunikasi
apa yang sudah dilakukan sebelumnya
terapeutik, komunikasi verbal yang
kepada pasien. Memulai perbincangan
digunakan harus diperhatikan. Komunikasi
tentang topic umum juga salah satu yang
verbal adalah komunikasi yang paling lazim
dilakukan oleh para clinical instrucror pda
dilakukan. Komunikasi verbal yang
fase orientasi ini.
dilakukan kepada pasien bertujuan untuk
melihat bagaimana respon pasien tersebut
c. Fase Kerja saat diajak berkomunikasi. Salah satu hal
Fase kerja ini merupakan inti dari yang harus diperhatikan pada komunikasi
keseluruhan proses komunikasi terapeutik. verbal adalah memperhatikan kalimat.
Pada tahap ini, clinical instructor dan pasien
bekerja sama untuk mengatasi masalah yang
Komunikasi Non Verbal
dihadapai klien. Tahap ini berkaitan dengan
Komunikasi non-verbal adalah pesan
pelaksanaan rencana asuhan yang telah
yang disampaikan tidak secara verbal atau
ditetapkan. Tahap kerja adalah rangkaian
tulisan. Dalam komunikasi terapeutik,
yang dilakukan perawat sesuai dengan
komunikasi nonverbal pun harus
rencana tindakan. Dalam fase kerja ini
diperhatikan saat melakukan komunikasi
terdapat teknik komunikasi terapeutik dan
terapeutik kepada pasien. Dalam komunikasi
teknik komunikasi non terapeutik. Teknik
non-verbal diperhatikan untuk menambah
komunikasi terapeutik adalah teknik yang
pesan yang disampaikan oleh pasien.
digunakan dalam menghadapi pasien saat
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan komunikasi terapeutik. Pada
komunikasi non verbal adalah ekspresi
rumah sakit ini, teknik komunikasi terapeutik
wajah, body language, dan sentuhan kepada
yang sering digunakana adalah teknik
pasien.
focusing dan juga teknik klarifikasi. Di
dalam fase kerja, juga terdapat beberapa
Komunikasi Paraverbal
yang harus diperhatikan saat melakukan
Selain komunikasi verbal dan non-verbal,
komunikasi terapeutik kepada pasien yaitu
komunikasi paraverbal juga sangat penting
untuk diperhatikan dalam melakukan

ISSN: 2548-3242 (cetak), eISSN: 2549-0079 Website: http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi


Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 1, No. 2, April 2017, hlm. 168-179 178

komunikasi terapeutik kepada pasien. harus diperhatikan dalam fase pra-interaksi


Komunikasi paraverbal adalah intonasi dalam hubungan terapeutik kepada pasien.
suara. Komunikasi paraverbal yang clinical instructor di Rumah Sakit Jiwa
dilakukan oleh clinical instructor adalah Provinsi Jawa Barat melakukan validasi dan
sesuai dengan keadaan dari pasien yang juga pengkajian dalam fase orientasi. dalam
mereka hadapi. Jika pasien tersebut adalah fase kerja disinilah seorang clinical instructor
pasien amuk, makanya intonasi yang menggunakan teknik komunikasi terapeutik
digunakan merendah dan jika menghadapi yang ada dan digunakan sesuai dengan
pasien yang diem, maka menggunakan kebutuhannya. Dalam fase ini teknik yang
intonasi menurun. paling banyak digunakan adalah teknik
focusing dan klarifikasi. Untuk teknik
komunikasi non-terapeutik beberapa
d. Fase Terminasi
informan menganggap teknik komunikasi
Selain memahami dengan baik tentang
non-terapeutik adalah komunikasi sosial
komunikasi terapeutik, seorang clinical
yaitu komunikasi yang dapat dilakukan
instructor juga dituntut untuk mampu
kapan saja, namun salah satu informan
menerapkan komunikasi terapeutik dengan
mengatakan bahwa teknik komunikasi non-
baik kepada pasien. Penerapan komunikasi
terapeutik adalah teknik yang sebaiknya
terapeutik yang baik kepada pasien mampu
dihindari saat melakukan komunikasi
membantu pasien untuk mencapai titik
terapeutik dan teknik tersebut dibagi menjadi
kesembuhannya. Dalam melakukan fase
dua yaitu verbal dan non verbal. selain
terminasi di rumah sakit tersebut, para
memperhatikan teknik komunikasi terapeutik
clinical instructor melakukan evaluasi
yang digunakan, clinical instructor juga
objektif dan juga subjektif saat bertemu
memperhatikan komunikasi verbal,
dengan pasien.
nonverbal dan juga paraverbal. Untuk
komunikasi verbal, clinical instructor
SIMPULAN
memperhatikan kalimat yang digunakan saat
Dalam fase pra-interaksi seorang clinical
berhadapan langsung dengan pasien. Untuk
instructor harus memperhatikan beberapa hal
komunikasi non-verbal clinical instructor
yaitu kelebihan dan kekurangannya,
memperhatikan muka dan juga body
menggunakan teori yang sesuai dan
language yang diberikan oleh pasien. Dan
antisipasi terhadap apa yang akan terjadi
untuk komunikasi paraverbal, clinical
nanti. Clinical instructor di rumah sakit ini
instructor menggunakannya sesuai dengan
sudah mampu melakukan beberapa hal yang
kondisi pasien. Jika pasien dengan riwayat

ISSN: 2548-3242 (cetak), eISSN: 2549-0079 Website: http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi


Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 1, No. 2, April 2017, hlm. 168-179 179

penyakit amuk maka menggunakan nada


tinggi dan jika pasien diam maka
menggunakan nada menurun. Pada fase
terminasi clinical instructor melakukan
evaluasi objektif dan evaluasi subjektif.
Evaluasi objektif adalah evaluasi materi. Jadi
sudah sejauh mana pasien memahami
pembicaraan yang sudah dilakukan
sebelumnya. Dan evaluasi subjektif adalah
evaluasi perasaan. Evaluasi yang bertujuan
untuk mengetahui bagaimana perasaan
pasien setelah melakukan komunikasi
terapeutik dengan perawat.

DAFTAR PUSTAKA
Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi
Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa,
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi
Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Octavianti, Meria. 2016. Komunikasi
Nonverbal Proksemik di Rumah Tidak
Layak Huni. Jurnal Kajian Komunikasi
Unpad: Bandung
Salim, Agus. 2006. Teori & Paradigma
Penelitian Sosal. Yoygakarta: Tiara
Wacana.
Suryani, 2015. Komunikasi Terapeutik Teori
& Praktek, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Tohirin. 2013. Metode Penelitian Kualitatif
dalam Pendidikan Dana Bimbingan
Konseling, Depok: RajaGrafindo
Persada.
Townsend, Mary C. 2011. Essentials of
Psychiatric Mental Health Nursing
Concepts of care in Evidence-Based
Practice. United States of America:
DavisPlus
Zasbaruden. Diakses dari http:
//www.slideshare.net/zasbaruden pada
Senin 30 Januari 2017 pukul 01.43 WIB

ISSN: 2548-3242 (cetak), eISSN: 2549-0079 Website: http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi

You might also like