You are on page 1of 36
BAB I TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1, Pengertian Pereacanaan. Fungsi perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena itu fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsi perencanaan merupakan Jandasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen yang lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik (Muninjaya, 1999). Perencanaan efektif memerlukan penerapan secara sistematis metode-metode dan prosedur-prosedur berbagai disiplin ilmu untuk program-program dan proyek- proyek yang direncanakan dalam jazgka waktu tertentu (Reinke, 1994). Berikut ini adalah beberapa batasan tentang perencanaan, yaitu antara lain : a. Perencanaan adalah suatu proses penyusunan secara sistematis mengenai kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1986). b. Perencanaan adalah fungsi dari seorang manajer yang meliputi pemilihan berbagai alternatf tujuan-tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur- prosedur dan program-program (Harold Koonzt dan Cyril O Donnell dalam Wiyono, 1997). / ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....KM-UI, 2003, 12 13 c. Perencanaan adalah proses menganalisis dan memahami re yang dianut, merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai, menghitung segala kemampuan yang dimiliki, menguraikan sebagai kemungkinan yang didapat dan dilakukan untuk mencapai tujuan umum dan tujuan khusus tersebut, Tenganalisa efektifitas dari berbagai rencana kerja ini, memilih sutu diantaranya yang dipandang paling baik, menyusun perincian dari rencana kerja terpilih secara lengkap agar dapat dilaksanakan dan mengikat dalam suaty sistem Pengawasan yang terus menerus dalam rangka dapat dicapainya hubungan optimal antara rencana kerja dengan sistem yang ada (Levey dan Loomba, dalam Wiyono, 1997). d. Petencanaan adalah proses kegiatan pemikiran dan penentuan prioritas yang harus dilakukan secara rasiona] sebelum melakukan tindakan yang sebenar- benarnya dalam rangka mencapai tujuan (Sutopo, 2000). Sebagai fungsi pertama dari empat dasar fungsi manajerial, perencanaan didefinisikan sebagai suatu proses menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana hal tersebut dapat dicapai. Tujuan merupakan hasil atau sasaran khusus yang diharapkan dapat dicapai. Sebuah rencana merupakan pemyataan dari apa yang dibutuhkan untuk dilakukan sehingga mencapai tujuan. Rencana meliputi sumber- somber yang dibutubkan, tugas yang diselesaikan, tindakan-yang diambil dan jadwal yang diikuti, Perencanaan merupakan suatu pijakan untuk tahapan Jebih fanjut dari tugas-tugas manajerial yaitu pengorganisasian (organizing), pengarahan (leading), pengawasan /controfing). Hubungan yang penting antara perencanaan dan fungsi ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 14 manajemen yang lainnya, sebagai mana pada gambar berikut ini; (Scehermerhom, 2000). GAMBAR 2.1 HUBUNGAN PERENCANAAN DENGAN FUNGSI MANAJEMEN LAINNYA rena} ‘untuk mencapal bujuan Mengiplementasikan rencana tindakan dan mengeveluast hestinya Sumber dari John R. Schenmerhorn, (2000). 2.2. denis perencanaan Beberapa pengklasifikasian jenis perencanaan menurut Azwar (1996) adalah sebagai berikut : 2.2.1. Ditinjau dari sudut jangka waktu berlakunya rencana : a. Pereneanaan Jangka Panjang, Disebut perencanaan jangka panjang (long range planning), jika masa berlakunya rencana tersebut antara 12 sampai 20 tahun. b. Perencanaan Jangka Menengab. Disebut perencaiiaan jangka menengah (medium range planning), jika masa berlakunya rencana tersebut antara 5 sampai 7 tahun. ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, & Perencanaan Jangka Pendek. Disebut perencanaan jangka pendek (short range planning) jika masa ~ berlakunya rencana tersebut hanya untuk jangka waktu Itahun saja. 2.2.2. Ditinjau dari tingkatanya : Perencanaan Induk. Disebut sebagai perencanaan induk {master planning), apabila tencana yang dthasilkan lebih menitik beratkan pada kebijakan, mempunyai rvang lingkup yang luas, serta berlaku untuk jangka waktu yang panjang. Perencanaan Operasional. Disebut sebagai perencanaan operasional (operational planning), apabila Tencana yatg dihasilkan lebih menitik beratkan pada aspek pedoman pelaksanaan yang dipakai sebagai petunjuk melaksanakan kegiatan. Perencanaan Harian. Disebut sebagai perencanaan harian (day to day planning) apabila rencana yang dihasilkan telah disusun secara rinci. Rencana harian ini biasanya disusun untuk program yang bersifat rutin. 2.2.3. Ditinjau dari ruang lingkup a. Perencanaan Strategik, Disebut perencanzan strategik (strategic planning), apabila tencana yang dibasilkan menguraikan dengan lengkap kebijakan jangka panjang yang ingin dicapai, serta rangkaian dan pentabapan Testi yang akan dilakukan. Perencanaan strategik umumnya sulit dirubah. ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 16 b. Perencanaan Taktis. Disebut perencanaan taktis (Tactical planning), apabila perencanaan yang dihasilkan hanya mengandung uraian tentang kebijakan, tujuan serta kegiatan jangka pendek saja. Perencanaan taktik mudah menyesuaikan diri dengan perkembangan situasi dan kondisi, c. Perencanaan Menyeluruh. Disebut perencanaan menyeluruh (Comprehensive planning), apabita rencana yang dihasilkan mengandung uraian yang bersifat menyelurub. Dalam arti mencakup seluruh aspek dan ruang lingkup berbagai kegiatan yang dilakukan. d. Perencanaan Terpadu. Disebut perencanaan’ terpadu (Integrated planning), apabila rencana yang dihasilkan jelas menggambarkan keterpaduan antara kegiatan yang akan dilakukan, dan atau dengan kegiatan lain yang telah ada. 2.3. Pendekatan Perencanaan. Proses perencanaan menurut Scehermerhorn, (2000), _perencanaan menggunakan berbagai pendekatan yang berbeda. Keterangan penting yang jelas yaitu antara perencanaan inside out dan out side in, perencanaan dari atas ke bawah (top down planning) dan perencanaan dari bawah ke atas (bottom up planing}. 1. Perencanaan dari atas ke bawah (top down planning), yaitu manajemen puncak menentukan tujuan serta luas dan kemudian memperbolehkan tingkat manajer bawah untuk membuat perencanaan dengan menggunakan batasan tersebut. ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, V7 Perencanaan (op down yang murni disatu sisi kadang-kadang mengalami kegagalan pada point-point berikutnya. 2. Perencanaan dari bawah ke atas (bottom up planing), yaitu memulai dengan merencanakan dengan yang dikembangkan pada tingkat yang lebih bawah tanpa ada batasan. Ketika perencanaan bottom up menjadi ekstrim mungkin akan gagal untuk menghasilkan seluruh tugas yang terintegrasi untuk organisasi secara Keseluruhan. Inj terjadi pada waktu beberapa percncanaan dari betbagai sub sistem menyadari tidak ada koordinasi atau bahkan adanya konflik dalam melaksanakan tugas. Tetapi keunggulannya yang utama dari pendekatan ini adalah kuatnya komitmen dan kepemilikan antara semuanya dalam perencanaan ditingkat yang lebih rendah (Scehermerhorn,2000). 2.4, Aspek perencanaan Menurut Azwar(1996), dalam membicarakan pereacanaan terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan : Hasil dari pekerjaan perencanaan, biasanya disebut dengan cama plan, sedangkan kasi! perencanaan yang dilakukan oleh organisasi kesehatan adalah rencana kesehatan. Perangkat perencanaan, Adalah satuan organisasi yang ditugaskan atau yang bertanggung jawab menyelenggarakan pekerjaan perencanaan, meliputi : 1) Administrasi yaitu organisasi, prosedur, dan kebijaksanaan. ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 2) Informasi yaitu situasi kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya. 3) Staf yaitu personal yang menyelenggarakan perencanaan tersebut. 4) Fasilitas yaitu sarana dan peralatan yang dapat dipakai untuk kelancaran Pperencanaan tersebut. 2.5, Perencanaan Bidang Kesehatan Perencanaan kesehatan menurut Azwar (1979) adalah perencanaan yang diterapkan serta mempunyai ruang lingkup serta berkaitan dengan masalah-masalah Kesehatan. Dari segi ini mudahlah dipahami bahwa suatu perencanaan kesehatan disebut demikian, jika rencana (plan) yakni hasil dari suatu pekerjaan perencanaan serta mekanisme perencanaan fmechanics of planning) yang dipergunakan mempunyai ciri-ciri dan berlaku khusus hanya dalam bidang kesehatan. Perencanaan Kesehatan pada dasamya adalah perencanaan pembangunan keschatan, Pengertian dari perencanaan keschatan mencakup pengertian perencaaan pada umumuya, yang diterapkan khusus untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan (Wiyono, 1997). Perencanaan kesthatan dapat berupa 1) Perencanaan Kebijaksanaan Pembangunan Keschatan; 2) Perencanaan Program Pembangunan Kesehatan; 3) Perencanaan Operasional/Kegjatan Pelaksanaan Pembangunat Kesehatan. Dibidang keschatan, perencanaan dapat didefinisikan sebagai proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuban dan sumberdaya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 19 menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999). Kemudian berdasarkan pengertian perencanazn pada umumnya, maka perencanaan kesehatan dapatiah diartikan sebagai usaha untuk merinci kegiatan- kegiatan upaya kesehatan dan mengalokasikan sumberdaya seefisien mungkin dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat yang dikehendaki dalam periode tertentu @epkes RI, 1988). Dalam menyusun perencanaan kebijaksanaan pembangunan keschatan, perencanaan program Pembangunan kesehatan dan perencanaan operasional/kegiatan pelaksanaan pembangunan kesehatan, semuanya mengacu pada masing-masing tingkat manajemen, Tujuan perencanaan kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dengan mengatur pemakaian ataupun pemanfaatan dari segala keterbatasan yang ada, sedemikian rupa sebingga kehendak dan tututan masyarakat terhadap kesehatan dapat terpenuhi. Ruang lingkup perencanaan Kesehatan selain metiputi perencanaan dalam bidang medical services, tetapi juga termasuk perencanaan dibidang kesehatan lingkungan, perbaikan gizi masyarakat, pendidikan keschatan dan segala aspek aktivitas yang termasuk dalam health services. Perencanaan kebutuhan anggaran pada dasamya ditentukan oleh interaks! antara daerah dan pusat. Selama ini penentuan anggaran bersifat top down dan peranan pusat sangat dominan (sentralistik) dalam menentukan pagu anggaran serta ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusiunan....FKM-UI, 2003, 20 satuan biaya. Ciri sentralistik yang sangat terasa dalam pembangunan keschatan daerab, menurut Guricci dalam Hardianto, (2000) adalah sebagai berikut : a. b. Sentralisasi ide model pembangunan kesehatan dengan “paradigata sakit” Sentralisasi proyek pembangunan kesebatan nasional, schingga setiap Direktorat mempunyai proyek sendiri sampai dipuskesmas (18 Program) . Piramida terbalik dari pengeluaran anggaran keschatan yang Ikbih bayak ihabiskan oleh pusat. |. Penentuan jenis proyek pusat cenderung kearah pemerataan proyek untuk semua Direktorat dalam bingkai paradigma sakit. . Sentralisasi kebijakan pendidikan, sehingga produksi tenaga kesehatan iebih terfokus pada tenaga medis. Proyek pusat selalu diikuti dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang sangat ketat dan dikaitkan dengan audit Badan Pemeriksa Keuangan. . Pembangunan Kesehatan yang sangat sektoral dan peran lintas sektor kurang dipethatikan, Sclanjutnya pola penganggaran yang bersifat op down ini menurat Gani (1997) menimbulkan beberapa masalah pokok dalam perencanaan dan penganggaran kesehatan di Kabupaten /Kota yaitu : a, b. ‘Target-target pembangunan kesehatan daerah cenderung disesuaikan dengan target yang ditetapkan pusat, sesuai pula dengan plafond anggaraa yang tersedia (Budget hased targeting ). ” Ditingkat daerah berkembang opini bahwa dalam melakukan langkah-langkah sistematis perencanaan (Analisa situasi, penentuan prioritas masalah, penentuan ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 21 farget program) tidak akan ada gunanya, karena semuanya telah ditentukan oleh pusat dan keadaan ini secara berlahan-lahan akan mematikan profesionalisme kemampuan perencanaan dj fingkat daerah. c. Satuan biaya yang ditentukan oleh pusat tidak relevan dengan kondisi daerah, misalnya biaya transportasi di daerah lebih tinggi daripada satuan biaya yang ditetapkan oleh pusat. Akibamnya program mengalami kekurangan biaya operasional dan dampak kinerja program bersangkutan menjadi tidak memuaskan. a Meskipun sumber-sumber pembiayaan program kesehatan di Kabupaten cukup banyak, namun jarang ada informasi yang lengkap tentang anggaran tersebut secara keseluruhan, Padabal informasi tentang pola pembiayaan tersebut sangat diperlukan untuk perencanaan dan penganggaran kesehatan secara terpadu. ¢. Pibak dari jenjang yang lebih tinggi (Pusat dan Propinsi) sering mengelubkan anggaran yang diusulkan oleh Kabupaten tidak mempunyai dasar yang kuat, Usulan anggaran tersebut Iebik banyak pada anggaran taham lalu dengan melakvkan “mark up” sebesar 10-30%. f. Kemampuan tenaga perencana di daerah yang femah untuk menyusun anggaran atas dasar pethitungan kebutuhan anggaran yang realistis. Selama ini perencanaan dilakukan oleh tim yang dibentuk Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan yang meliputi masing-masing pengelola program. Namun kemampuan perencana yang ada pada program-program tersebut dirasakan masih kurang. Perencanaan dimulai sebagai sebuah ide atau cila-cita yang muncul karena pethatian’khusus pada satu situasi fertentu, Kemudian setelah itu harus melakukan berbagai langkah dalam penyusunan perencanaan kesehatan, yaitu antara lain: ‘Anang Risgiyarto, Analisis Sistem Penyusunan..FKM-UI, 2003 22 Menurut Reinke (1994), perencanaan kesehatan mempunyai delapan langkah yaitu: a, Merencanakan Perencanaan. b, Menentukan kebijaksanaan dan tujuan-tujuan pokok. c. Pengumpulan data dan informasi. d. Menentukan prioritas permasalahan keschatan. ©. Kerangka rencana dengan usulan alternatif. f. Rencana terperinci sasaran dan standart. g. Implemeniasi rencana, h. Evaluasi. Kemudian menurut Gani (1997), langkah-langkah dalam penyusunaa program-program kesebatan antara lain : a, Analisa situasi. b. Identifikasi Masalah, ¢, Menetapkan prioritas masalah. d. Menetapkan Tujuan. e. Analisis untuk memilih alternatif kegiatan terbaik. f. Menyusum Reacana Operasional (RO) atau Plan of Action. Sedangkan menurut Muninjaya, (1999), sebagai suatu proses, perencanaan mempunyai bebarapa langkah penting yang perlu dilakukan pada setiap menjalankan fongsi perencanaan, yaitu: a. Analisis situasi, langkah ini bertajuan untuk mengumpulkan data atau fakta. Pada langkah ini para anggota kelompok perencana perencanaan seefektif mungkin ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan...FKM-UI, 2003 23 imu epidemiotogi, antropologi, demografi, imu ekonomi dat statistik sederhana. mu epidemiologi akan bermanfaat untuk menjelaskan distribusi penyakit dan faktor determinannya. my Antropofogi akan membantu tim perencana. akan mengetahui berbagai aspek budaya yang mungkin berpengaruh pada perilaku sehat-sakit masyarakat. Imu Demografi akan membantu tim perencana mengkaji angka-angka vital statistik. Ilmu statistik juga bermanfaat untuk membantu tim perencana mengolah dan mempresentasikan data untuk menjadi informasi dalam bentuk tabel dan grafik. Dengan menggunakan ilmu prinsip-prinsip dasar imu ekonomi, tim perencana akan mampu menganalisis berbagai faktor ekonomi yang mungkin akan berpengaruh pada perilaku sehat-sakit masyarakat, juga bermanfaat untuk perencanaan sistem asuransi masyarakat dan mekanisme penyusunan anggaran dan sebagainya. b. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah. Terbatasnya sumber daya kemampuan organisasi, serta kompleksnya permasalahan yang dihadapi, mengaharuskan para manajer untuk menetapkan prioritas masalah yang perlu dipecahkan, c. Merumuskan tujuan program dan besamya target yang ingin dicapai. Perumusan tujuan ini akan dapat dilakukan bila rumusan masalah pada langkah ke dua sudah dilakukan dengan baik. 4, Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan program. Kajian terhadap hambatan ditujukan yang bersumber di dalam organisasi dan yang bersumber dari lingkungan masyarakat dan sektor lain. ¢. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO). ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....KM-Ui, 2003, 24 2,6. Otonomi Daerah dan Desentralisasi. Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani, awe yang berarti berdiri sendiri da nomous yang berarti hukum atau peraturan. Menurut Encyclopedia of Social Science dalam Sarandajang (2002), bahwa otonomi dalam pengertian arisinal adalah the legal self sufficiency of social body and its actual independence. Jadi ada dua ciri hakikat otonomi, yakni /ega! se/f'sufficiency dan actual independence. Dari pemahaman tentang otonomi daerah tersebut, maka pada hakikatnya otonomi daerah adalah: 1. Hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom. Hak tersebut bersumber dari wewenang pangkal urusan-urusan Pemerintah Pusat yang discrabkan kepada Daerah, Istilah sendiri dalam bak mengatur dan mengurus tumah tangga merupakan inti keotonomian suatu daerah, penetapan kebijakan sendiri, pelaksanaan sendiri serta pembiayaan dan pertangeung jawaban daerah sendiri, maka hak-hak itu dikembalikan kepada pihak pemberi dan berubah ‘menjadi urusan pemeriotzh pusat. . Dalam kebebasan menjalankan hak mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri, daerah tidak dapat menjalankan hak dan wewenang otonominya itu diluar batas-batas wilayah daerahnya. Daerah tidak boleh mencampuri hak mengatur dan mengurus rumeh tangga daerah Tain sesuai dengan wewenang pangkal dan: urusan yang diserahkan kepadanya. Otonomi tidak membawahi otonomi daerah lain, hak mengatur dan mengurus rumah tangea sendiri tidak merupakan sub ordinasi hak mengatur dan mengurus ‘nang Risgiyanta, Analsis Sistem Penyusuran,..KM-I, 2003 25 rumah tangga daerah lain. Dengan demikian suatu daerah otonom adalah daerah yang self government, self sufficiency, self authority dan self regulation to its Jaws and affairs dari daerah lainnya baik secara vertikal maupun horizontal karena daerah otonom memiliki acfuad independence (Sarundajang, 2001). Otonomi daerah sudah berjalan secara legal-formal, sejak dikeluarkannya Undang-undang Pemerintah Daerah (Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999) dan Undang-undang Perimbangan Kevangan Pusat dan Daerah (Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999). Banyak harapan terbit, tetapi banyak pula kekhawatiran serta tuntutan yang berkembang. Harapan muncul Karena kebijakan baru ini, dipandang sebagai jalan baru untuk menciptakan sebuah tatanan yang lebih baik, dalam sebuah skema good governance. Scbaliknya yang dikhawatirkan adalah memandang bahwa kebijakan baru tersebut Jahir dalam sejumlah kontrovetsi dan keterbatasan. Bukan tidak mungkin kebijakan tersebut justru menjadi pemicu bagi masalah-masalah bara juga tumbub dengan cepat dan luas. Bagaimane sebetulnya kebijakan tersebut, segi- segi apa yang bisa dipandang sebagai sebuah kemajuan dan masalah apa yang bisa diduga akan muncul. Lebih dari ita upaya apa yang sebaiknya dikembangkan agar masalah-masalah yang akan muncut bisa sejak dini diantisipasi (Abe, 2001). Didalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, otonomi daerah dijelaskan yaitu antara lain : a. Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan dan perundang- undangan ‘nang Fisgyaro, Analisis Sistom Penyusunan...FKM-UL, 2003 26 b. Daerah otonom, selanjutnya disebut sebagai daerab adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempvnyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat -setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ¢. Desentralisasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah oleh pemerintah pusat kepada daerab otonom dalam kerangka Kesatuan Negara Republik Indonesia. Desentralisasi sebagai suatu sistem yang dipakai dalam bidang pemerintahan, merupakan Kkebalikan dari sentralisasi, Dalam sistem descutralisasi, sebagian kewenangan pemerintak dipusat dilimpakkan untuk pihak Jain untuk dilaksanakan. Pelimpahan kewenangan pemetintah kepada pihak lain untuk dilaksanakan disebut desentralisasi (Sogjito, 1984 dalam Sarundajang, 2001). Pengertian Desentralisasi yang dikemukakan oleh Koswara (1996) bahwa desentralisasi pada dasarnya mempunyai makna baliwa melalui proses desentralisasi ‘urusan-urusan pemerintaban yang semula termasuk wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat sebagian diserahkan kepada badan/lembaga pemerintah agar TMenjadi urusan rumah tangganya sehingga urusan tersebut beralin kepada dan menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah. Sejalan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yaitu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daetah tertentu, berwewenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kewenangan daerah tersebut ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 27 diatur menurot prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Desentralisasi dalam arti umum didefinisikan sebagai pemindahan Kewenangan atau pembagian kekuasaan dalam perencanaan pemerintahan, manajemen dan pengambilan keputusan dari tingkat nasional ketingkat daerah (Mills dalam Trisnanto, 1992). Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang kecuali dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain. Kewenangan bidang lain ini meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengadilan pembangunan secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumberdaya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan standardisasi nasionai. Sedangkan dalam bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perbubungas, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja, Dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sedangkan tugas Pemerintah Pusat didaerah dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan aan Belanja Negara (APBN). Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999, sumber-sumber pendapat daerah terdiri atas: ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 28 Pendapatan Asli Daerah. » 2 3 4) Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah, Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, scrta Pendapatan Asli Daerah yang syah. Dana Perimbangan, yaitu dana yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan terdiri atas : 1) 2) 3) Bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan dan penerimaan dari sumber daya alam. Dana Alckasi Umum (DAU), adalah dana yang berasal dari APBN diatokasikan kepada daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Khusus (DAK), yaitu dana yang berasal dari APBN dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan tertentu. Pinjaman untuk Daerah, serta pendapatan lain daerah yang sah, yaitu dana yang berasal Bantuan Luar Negeri (BLN) yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 29 2.7. Kebijakan Otonomi Daerah dan Era Desentralisasi Bidang Kesehatan. Desentralisasi sebagai kebijakan yang relatif baru, masih sering mengundang kebingungan dari para pelaku dilapangan, baik level dinas kesehatan propinsi, dinas kesebatan kabupaten/kota, para manajer rumah sakit maupun dileyel puskesmas. Kebingungan ini bisa dianggap sebagai hal yang wajar karena pada masa sebelumnya tnereka Sangat terbiasa menjadi sekedar pelaksana. Segala sesuatu telah direncanakan dari pusat menjadi satu paket dengan dana yang mereka terima dalam satu kemasan dengan petunjuk pelaksanaan dan petunfuk teknis (Endang, 2002). Pengalaman dari beberapa negara menyatakan babwa alasan-alasan yang membawa suatu negata untuk melakukan desentralisasi biasanya berlatar belakang politis, namun menurut Mills (1991), keuntungan-keuntungan yang dibasilkan dari desentralisasi adalah antara lain: a Merupakan suatu hal yang memungkinkan untuk mengorganisasi suatu pelayanan kesehatan yang lebih rasional dan terpadu dengan dasar geografis dan administrasi seperti kabupaten, terutama untuk pelayanan keschatan primer, b. Desentralisasi kearah masyarakat lokal menghasilkan keterlibatan mereka sendiri yang pada akhimya pun dapat mengarahkan ke perencanaan kesehatan yang lebih tepat dalam hubungannya dengan kebutuhan kesehatan lokal dan masatah- masalahnya. c. Desentratisasi dapat menekan biaya dan mengurangi duplikasi pelayanan Kesehatan ditingkat sekunder dan tersier, dengan cata mengbubungkan tanggungjawab ke penduduk dalam wilayah kerjanya. ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 30 d. Tidak meratanya antara wilayah dan antara perkotaan dan pedesaan dalam hal status kesehatan dan penyediaan pelayanan dapat dikurangi melalui realokasi sumberdaya pusat secara selektif. e. Kegiatan pelayanan pemerintah, non pemerintah dan swasta dapat iebih dipadukan. f. Tugas-tugas perencanaan dan penerapan kebijaksanaan yang dilaksanakan oleb kementrian keschatan diperkuat dengan membebaskan staf senior dari berbagai tanggung jawab administasi rutin, & Pelaksanaan program-program kesehatan dapat diperbaiki dengan mengurangi kontrol pusat atas masalah-masalah administrasi. h. Desentralisasi dapat meningkatkan pembiayaan dari daerah dan kontrol atas fasilitas keschatan dan staf. i. Koordinasi inter sektoral antara sektor kesehatan dan sektor-sektor lainnya dapat ditiagkatkan, terutama dalam pemerintah daerah dan dalam pengembangan pedesaan. j. Desentralisasi dapat menolong untuk mengatasi berbagai masalah dan keterlambatan akibat berbagai hal, seperti jarak yang jank, komunikasi yang tidak cukup baik serta hubungan darat dan udara yang jelck Kebjjaksanaan Desentralisasi membawa beberapa implikasi penting dalam perencanaan dan penganggaran program kesehatan daerah Kabupaten/Kota. Menurut Gani (1999), implikasi penting tersebut adalah sebagai berikut: ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 31 a. Daerah akan mempunyai dua sumber pendapatan utama, yaifu; a) pendapatan asli daeral/PAD dan b) alokasi anggaran umum dari pusat yang diberikan dalam bentuk block grant. b. Alokasi anggarap antara bidang pembangunan sepenuhnya ada dalam wewenang daerah, akan terjadi persaingan antara bidang pembangunan ditingkat daerah ‘untuk mendapatkan alokasi anggaran daerah. ¢. Besamya alokasi untuk kesehatan tergantung pada cfektifitas advocacy oleh Dinas Kesehatan serta visi dan persepsi dacrah (Pemda dan DPRD) tentang. kedudukan dan arti pembangunan kesehatan dalam konteks pembangunan darha secara keseluruhan. d. Perencanaan kesehatan dilakukan secara bottom up mulai dari puskesmas. . Penyusunan anggaran harus didasarkan pada real cost di daerah yang bersangkutan, oleh sebab itu analisis biaya menjadi peating sebelum anggaran disusun. Dicontohkan oleh Reinke, (1994), dalam bukunya Perencanaan Kesehatan untuk Meningkatkan Efektifitas Manajemen, yaitu keadaan sangat umum adalah adanya kendaraan di daerah terpencil yang dibiarkan dalam keadaan rusak, menunggu persetujuan pejabat ditingkat propinsi atau di ibukota untuk pembelian suku cadang. Banyak pejabat tinggi menjaga ketat pemilikan kekuasaan ini. Pegawai Negeri yang lain mungkin dibebaskan tetapi dipaksa untuk bertindak serupa karena tidak adanya manajer-manajer yang terlatih untuk menerima tanggung jawab secara aman, Keadaan ini diperburuk dengan kurangnya kemampuan untuk pencatatan keuangan. Dalam Prakteknya desentralisasi pengambilan keputusan tidak dapat ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 32 berjalan walaupun pada dasarnya memiliki banyak keunggulan, Hal ini terjadi bila tidak ada manajer kompeten yang bekerja dalam suatu kerangka organisasi yang baik dan mempunyai sistem koordinasi, komunikasi dan pengendalian yang berdasarkan yang berdasarkan pada informasi terseleksi yang berguna. Desentralisasi khususnya dibidang kesehatan, juga mempunyai banyak kketemahan, menurut Mills (1989) dan Gani (1999) dalam Riyadi, mengatakan bahwa kelemahan desentralisasi khususuya dibidang kesehatan adalah; a db. Terjadi ketidak merataan, ada derah surplus dan daerah minus. Mempersulit pelaksanaan kebijakan, prioritas dan standar nasional. . Variasi sistem pelayanan kesehatan yang berbeda antara satu Kabupaten/Kota dengan yang Jain. Pengadaan obat, alat kesehatan dan serum/vaccine menjadi lebih mahat Karena jumiahnya terbatas (tidak efisien). , Akan menonjolaya peran lembaga kesehatan sebagai sumber penghasilan daerah (PAD) dan bukan sebagai Human Investement. Beberapa masala sulit ditangani ditingkat kabupaten, seperti wabah dan imunisasi, dan lain-lain. . Timbulnya raja-raja kecii di daerah- Bahwa dalam rangka mempersiapkan berbagai kegiatan bidang kesehatan sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 22 tabun 1999 dan peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, Depkes (2000) dalam Surat Keputusan Menteri Keschatan dan Kesejabteraan Sosial Republik Indonesia No.1747 Tahun 2000, Tentang Pedoman Penetapan Standar Pelayanan Minimal dalam ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 33 Bidang Kesehatan, kewenangan yang wajib dilaksanakan ofeh Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota, disebutkan, antara lain: a. Kewenangan Provinsi sebagai wilayah administrasi di bidang keschatan, antara b lain: 1) Penetapan Sistem Kesehatan Provinsi. 2) Perencanaan pembangunan kesehatan wilayah provinsi . 3) Perencanaan dan Pengadaan obat pelayanan kesehatan dasar sangat esensial. 4) Pengawasan aspek/dampak perencanaan tata ruang dan pembangunan tethadap kesehatan. 5) Pembinaan dan pengawasan penerapan kebijakan, standar, pedoman, dan pengaturan bidang kesehatan. 6) Perizinan dan akreditasi upaya/sarana kesehatan serta sistem pembiayaan kesehatan skala Provinsi. 7) Penyelenggaraan upaya/sarana kesehatan tertentu skala Provinsi dan yang belum dapat diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota, 8) Penyclenggaraan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi skala Provinsi 9) Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan skala Provinsi. 10) Penyelengearaan upaya kesehatan lingkungan termasuk keschatan pelabuhan domestik. 11) Melaksanakan registrasi dan uji dalam rangka sertifikasi tenaga kesehatan. 12) Memfasilitasi pendayagunaan tenaga kesehatan. Kewenangan minimal yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota di bidang atan, antata lain: ‘nang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003 34 1) Perencanaan pembangunan kesehatan wilayah Kabupaten/Kota. 2) Pengaturan dan pengorganisasian Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota. 3) Perizinan kerja/praktek-tenaga keschatan. 4) Perizinan sarana kesehatan. 5) Perizinan distribusi pelayanan obat skala Kabupaten/Kota (Apotik dan Toko bat). 6) Pendayagunaan tenaga kesehatan. 7 Pengembangan sistem pembiayaan kesehatan melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dan atau sistem lain. 8) Penyelenggaraan upaya/sarana keschatan Kabupaten/Kota. 9) Penyelenggaraan upaya dan promosi kesehalav masyarakat. 10) Pencegahan dan pemberantasan penyakit dalam lingkup Kabupaten/Kota. 11) Surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah/kejadian luar biasa skala Kabupaten/Kota. 12) Penyelenggaraan upaya Kesehatan lingkungan dan pemantauan dampak pembangunan terhadap keschatan tingkup Kabupaten/Kota. 13) Perencanaan dan pengadaan obat pelayanan keschatan dasar esensial. 14) Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan bat, narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya lingkup Kabupaten/Kota. 15) Pengaturan tarif pelayanan keschatan lingkup Kabupaten/Kota. 16) Penelitian dan pengembangan kesehatan Kabupaten/Kota. 17) Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi Lingkup Kabupaten/Kota. ‘nang Risgiyarto, Analsis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003 35 18) Bimbingan dan Pengendalian Kegiatan Pengobatan Tradisional. 19) Bimbingan dan pengendalian upaya/sarana kesehatan skala Kabupaten/Kota, 20) Bimbingan dan pengendalian wpaya kesehatan - lingkungan skala Kabupaten/Kota. 21) Pencatatan dan Pelaporan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar. 22) Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota. 23) Pengembangan kerjasama lintas sektor. 24) Bimbingan Teknis mutu dan keamanan industri rumah tangga, makanan. Salah satu kewenangan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten/kota adalah perencanaan pembangunan kesehatan kabupaten kota. Menurut Gani (1997), ada beberapa mekanisme dan kemampuan yang perlu dikembangkan di tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka desentralisasi, yaitu antera Jain; a, Mekanisme dan kemampuan melakukan analisis masalah kesebatan daerah secara tepat dan menetapkan prioritas masalah untuk daerah yang bersangkutan. b. Mekanisme dan kemampuan memadukan rencana daerah yang diusulkan oleh puskesmas dan kabupaten/kota dengan kebijaksanaan pembangunan kesebatan nasional dan propinsi c. Mekanisme dan kemampuan untuk menetapkan target program realitis (affordable). d. Mekanisme dan kemampuan menjabarkan target tersebut dalam bentuk rencana kegiatan. ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 36 e. Mekanisme dan kemampuan untuk mengihitung biaya yang realistis untuk melaksanakan kegiatan tersebut. f Mekanisme dan kemampuan untuk menyusun anggaran dari berbagai sumber (pusat, propinsi Kabupaten/kota, masyarakat dan swasta) secara terintegrasi (penyusunan anggaran Dinas Kesehatan bersama anggaran RSUD). g. Mekanisme dan Kemampuan untuk mengembangkan upaya mobilisasi dana masyarakat, khususnya dalam bentuk penyesuaian tarif, pengembangan JPKM. dan dana sehat. Yang paling esensial dalam desentralisasi, pembangunan keschatan adatah Capacity Building, yaitu meningkatkan unit-unit kesebatan pemerintah daerah, yaitu Dinas Kesehatan, RSUD dan Puskesmas. Untuk Dinas Kesehatan, restrukturisasi organisasi perlu dilakukan sehingga unit perencanaan dan informasi menjadi lebih kuat. Dibeberapa daerah fungsi perencanaan dilakukan oleh Sub Dinas Pengembangan Program, tidak lagi oleh urusan Perencanaan dan Informasi bawah Bagian Tata Usaha seperti masa lalu. Kemmdian berkaitan sumberdaya manusia kesehatan, ada beberapa jenis keahlian yang secara bertahap dalam era desentralisasi ini perln disediakan di tingkat daerah, jenis keablian tenaga kesehatan tersebut yaitu antara lain; 1. Administrasi Dan Perencanaan Kesehatan; 2. Epidemiologi Lapangan (Field Epidemiologist); 3. Promosi Kesehatan; 4. Keschatan Lingkungan; 5. Gizi arakat. ‘Anang Risgiyania, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 37 ‘Untuk Rumah Sakit Umum Daerah, perlu diberikan otonomi yang lebih luas untuk: 1. Melakukan disverivikasi produk; 2. Menangkap potensi pasar; 3, Mengembangkan sistem insentif yang acceptable 4. Melakukan aliansi strategis dengan mitra kerja yang potensial. Namun Rumah Sakit Umum Daerah tetap melaksanakan fungsi pemerintah, vyaitu; 1. Melaksanakan program/pelayanan public good, 2. Melaksanakan pelayanan esensial bagi penduduk miskin; dan kedua fungsi tersebut harus mendapat angearan sesuai dengan kebutuban biayanya. Pada tingkat puskesmas kini berkembang gagasan baru untuk menempatkan manajer Kesehatan masyarakat sebagai tambahan tethadap tenaga medis (dokter), dengan demikian program keschatan masyarakat akan lebih berkembang dan mutu pelayanan medis meningkat. (Gani, 2001). Hakekat desentralisasi adalah mendemokrasikan pembangunan, berarti keterlibatan semua Stakeholder sebarusnya semakin baik. Dengan desentralisasi diharapkan; a. Pelayanan public menjadi semakin baik. b. Pembangunan semakin sesuai dengan kebutuban dan prioritas daerah. c. Kesejahteraan pendudck meningkat melalui pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 38 Jadi intinya adalah dengan desentralisasi akan lebih terjamin terselenggaranya Good Governance dan Public Accontability. Untuk mendorong hal tersebut, salah satu cara adalah membentuk Forum Kesehatan Daerah atau Distric Health Forum, yang anggotanya terdiri dari wakil masyarakat, swasta dan pemerintah. Forum ini berfungsi; 1) memberikan masukan untuk kebijaksanaan dan program kesebatan; 2) memantau serta menilai proses dan kinerja pembangunan kesehatan Daerah. Dengau desentralisasi diharapkan pelayanan public menjadi semakin baik, pembangunan semakin sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah dan kesejahteraan penduduk melalui pertambuhan dan pemerataan ekonomi (Gani 2001). Perlu dipahami bahwa daerah otonom kabupaten/kota bukanlah suatu unit Politik yang isolatif yang keberadzannya tidak terintegrasi dengan unit-unit politik lain. Dalam prakteknya penyelenggaraan sebari-hari, seharusnya dibangun pola hubungan keorganisasian yang bersifat Koordinatif, Kooperatif dan kemitraan (Partnership). Atau kombinasi diantara ketigenya antar kabupaten dan daerah kota lain dalam posisi sesama daerah otonom (Wahab, 2002). Menurut Reinke (1994), dalam praktek desentralisasi pengambilan keputusan. tidak dapat berjalan walaupun pada dasarnya memiliki banyak keunggulan. Hal ini terjadi bila tak ada manajer kompeten yang bekerja dalam suatu kerangka organisasi yang baik dan mempunyai sistem koordinasi, komunikasi dan pengendalian yang berdasarkan informasi terseleksi yang berguna. Dalam desentralisasi, pembiayaan kesehatan harus dilakukan secara efktif dan efisien, tidak terfragmentasi, berdasarkan budget bosed targeting. Anggaran i pusat dalam bentuk b/ock grant, serta dari emban} daerah akan berasal ‘Anang Risgiyanta, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003 39 sumber daerah. Pemerintah harus berupaya mencukupi biaya program atau pelayanan yang bersifat public good dan biaya program esensial untuk penduduk miskin (Gani, 2001). Sebagaimana telah disebutkan oleh Bank Dunia untuk mendorong terlaksananya desentralisasi, termasuk desentralisasi keschatan, antara lain adalah pinjaman lunak Bank Dunia melalui IDA Credit No.3881 yang mendukung pendanaan Proyek Kesehatan Provinsi (Provincial Health Profec/PHP). PHP dikembangkan sebagai upaya untmk mendukung dan mempercepat, terlaksananya proses deseniralisasi dan reformasi pembiayaan dan pelayanan kesehatan, melalui peningkatan pelayanan kesehatan, utamanya bagi penduduk miskin, dengan titik berat pada peningkatan kemampuan daerah dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan di daerah nya sesuai dengan kewenangan yang diserabkan. Dalam pelaksanaan PHP dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan Distric Grant. Sebagaimana telah diterangkan di atas bahwa telah dikembangkan instrumen-instramen peminjaman baru, yang mengijinkar dana Bank Dunia dialirkan langsung ke pemerintah daerah dan kelompok-kelompok masyarakat untuk digunakan pada prioritas pembangunan. Dan dibuat prosedur yang lebih flexible dan lebih mudah untuk disesuaikan agar dapat memenuhi kebutuhan sistem pemerintahan desentralisasi. Maka dalam PHP tahap pelaksanaan distric grant anggaran dari Bank Dunia langsung diserah kepada daerah dalam dalam bentuk block grant dalam hal ini kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten. Sedangkan untuk kegiatan Distric Grant dalam perencanaan kegiatan sepenuh ada kabupaten untuk men: menyusunnya dalam bentuk master plan dalam iserahkan kep: fanang Regyvare, Anaiss Stem Penjusunan 40 periode 5 (lima) tahunan dan proposal District Grant kegiatan untuk periode satu tahun. 2.8. Pendekatan Sistem Dalam Manajemen. Dalam melakukan penelaahan beberapa aspek yang berkaitan dengan sistem, maka sebagai landasan teori untuk kerangka konsepsional yang diguaakan adalah pendekatan sistem. Pendekatan sistem menurut Azwar (1996) adalah suatu strategi yang mengguakan metode analisis, desain dan manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien_ 2.8.1. Pengertian Sistem. Ada bebarapa macam batasan tentang sistem yang dipandang cukup penting, adalah sebagai berikut: a. Menurut Ryans (Azwar, 1996), Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai ‘esatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. b. Menurut Mc Manama (Azwar, 1996), sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien, c. Menurut Muninjaya (1999), sistem adalah suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai tujuan yang jelas. Kompunen sistem terdiri dari in put, proses, out pul, out come dan mekanisme umpan balik. ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 41 Konsep Sistem Total (The Total System Concept), lebih banyak menggambarkan suatu jalan pikiran dari pada suatu metodologi dalam arti sebenarnya, seperti dalam hal pendekatan sistem, yang merupakan suatu lingkaran tertutup dengan ide-ide modem dalam suatu sistem organisasi dan informasi (Wiyono, 1997). ‘Menurut Wiyono (1997), Tentang sistem, terdapat dua hal penting yaang sering dikemukakan, dikemukakan, yaitu: a. Pendekatan sistem (Systent Approach), yang bersifat konseptual (Conseptual Approach). b. Sistem Informasi Manajemen (Management Information System), yang lebih bersifat terapan. Pada umumnya sumberdaya disebutkan dalam terminologi nilai dan dimensi bahan-bahan dasar untuk proses suatu sistem. Secara subyektif dapat berupa peluang- peluang baru, peningkatan ketrampilan dan sebagaiaya, Fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mengubah masukan (sumber daya) menjadi hasil yang diinginkan merupakan proses sistem. Pengendalian terhadap operasional komponen berupa pemantauan terbadap aktifitas, basil kerja yang baik, membandingkan hasil kerja dan sumberdaya yang ada dan bila melakukan umpan balik untuk tindakan koreksi atau penyempumaan bila hasilnya kurang seperti yang diharapkan. Tiap-tiap sistem memerlukan organisasi dan prosedur untuk menentvkan hubungan antara komponen-komponen dan untuk menyediakan saluran-saluran untuk arus komunikasi, memberikan keterbatasan atau ruang gerak untuk desentralisasi wenang jawab. Adaptasi terha ahan-perubahan tuj OE ee eee rey corer erucaraan Pewtbaban-perubahan fyjuan afau 42 Jingkungan adalah suatu fungsi manajemen yang rumit untuk kelanjutan sukses suatu sistem (Wiyono, 1997). 2.8.2, Ciri-ciri Sistem, Menurut Wiyono (1997), secara umum, sistem mempunyai ciri atau azas, antara Jain : a. _Interrelated dan interdepency. b. Holisme. c. Teleologik (Teleologic) 4. Input - Proses — output dalam sistem. e. Transformasi. f. Entropi. g. Pengaturan (Regulation) h. Hirarkt Hierarchy) i. Diferensiasi. j. Ekuifinalitas (Equifinality). k. Sibernetik (Cybernetica). 1. Fleksibel (Flexible). m. Homeostatik (Homeostatic). n. Sifat Dinamis (Dynamic). o. Sistem Mempunyai cadangan (Reserve). ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 43 ‘Menurut Azwar (1988), ciri-ciri pokok dari sistem adalah: a. Terdapat elemen/bagian yang satu dengan yauig lainnya saling berhubungan dan mempengaruhi yang kesemuanya membentuk kesatuan, dalam arti semuanya berfungsi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b. Fungsi yang diperankan oleh masing-masing elemen atau bagian yang membentuk satu kesatuan tersebut adalah dalam rangka mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. c. Dalam melaksanakan fungsi ini, semuanya bekerja sama secara bebas namun terkait, dalam arti terdapat mekanisme pengendalian yang mengarabkannya agar tetap berfungsi sebagaimana yang telah direncanakan. d. Sekalipun sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu, bukan berarti ia tertutup terhadap lingkungan. 2.83, Unsur-unsur Sistem, Sistem merupakan gabungan dari berbagai elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai kesatuan organisasi yang saling mempengaruhi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Menurut Azwar (1998), elemen-elemen tersebut dapat dikelompokan menjadi enam, yaitu antara lain: a. Masukan (input). Yaitu kumpulan elemen atau bagian yang terdapat dalam sistem dan diperlukan untuk berfungsi sistem tersebut, nang Risgyatfo, Analsis Siem Penyusunan. PKi-UI, 2003 b. Proses (Proces). Yaitu Kumpulan clemen atau bagian yang terdapat dalam sistem dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan, c. Keluaran (Ouiput). Yaitu Kumpulan elemen atau bagian yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. d. Umpan Balik (Feedback) Yaitu akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem, e. Dampak (Impact) Yaity akibat yang dibasilkan oleh keluaran suatu sistem. f. Lingkungan (Environment) Yaitu donia lar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengarub besar terhadap sistem. Dari keenam unsur sistem tersebut, saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang Jainnya, seperti pada bagan berikut ini: GAMBAR 2.2 UNSUR-UNSUR DALAM SISTEM. ty UMPAN BALIK | ‘Sumber dari Azwar (1996), Pengantar Adminitrasi Kesehatan ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....KM-UI, 2003, 1 PERPUSTAKAAN FUSS " UNIVERSITAS 1/2 ONESTA 45 Penjenjangan Sistem, menurut Azwar (1988) terbagi menjadi tiga macam, yaitu : a. Supra Sistem. Adalah lingkungan dimana sistem tersebut berada. b. Sistem. Adalah sesuatu yang sedang diamati yang menjadi objek dan subjek pengamatan, c. Sub Sistem. Adalah bagian dari sistem yang secara mandiri berbentuk sistem pula. Sistem yang mandiri ini dan perannya lebih kecil daripada sistem. Terry dalam Sutopo, (2000) berpendapat bahwa agar fungsi-fungsi dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan adanya sumber-sumber/sarana-sarana yang mendukung agar pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen berjalan dengan baik, sumber-sumber/sarana-sarana tersebut diatas adalah: a. Manusia (Man/Manpower) b. Uang/biaya (Money) c. Bahan (Material) d. Mesin dan Peralatan (Machine and Equipment) c. Tata Kerja (Method) f. Pasar (Market) ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sistem Penyusunan....FKM-UI, 2003, 46 2.9. Struktur Organisasi. Menurut Sutopo (2000), pengorganisasian adalah proses penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuannya, sumber-sumbemya dan lingkungannya Pengorganisasian meliputi kegiatan antara lain: a. Mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan. b. Membagi pekerjaan dalam tugas-tugas tertentu. c. Mengelompokan tugas-tugas dalam jabatan-jabatan yang diperlukan. d. Menentukan jabatan-jabatan yang diperlukan. ¢. Menentukan tugas/pekerjaan yang harus dilaksanakan, f Mengatur personil, fasilitas-fasilitas dan sumber-sumber lain. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi. Stuktur organisasi adalah komponen-komponen (unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukan adanya pembagian kerja dan menunjukan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda terscbut, diintegrasikan (Koordinasi), selain itu straktur organisasi juga menunjukan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran pemerintah dan penyampaian laporan (Sutopo, 2000). Sebagai tindak lanjut dari Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewerangan pemerintah dan kewenangan propitsi sebagai dacrah otonom, maka salah satu kegiatan yang dilakukan adalah restrukturisasi organisasi Berpedoman pada Peraturan Pemerintah nomor 84 Tahun 2000, tentang Pedoman Organisasi Perangkat Dacrah, Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah nomor 50 tahun 2000 tentang pedoman susunan organisasi dan tata ‘Anang Risgiyanto, Analisis Sisiem Penyusunan,..FKM-UI, 2003

You might also like