You are on page 1of 14

PENINGKATAN DEGRADASI POLUTAN ORGANIK AIR LIMBAH

RUMAH POTONG HEWAN DENGAN PROSES BIOFILTER


KOMBINASI ANAEROB-AEROB BERMEDIA BOTOL PLASTIK
BERISIKAN POTONGAN-POTONGAN PLASTIK UNTUK MEDIA
HIDUP IKAN BUDIDAYA

By

Himawan Susanto1), Budijono and M.Hasbi 2)

Abstract

This research has been conducted in October – December 2012 in Slaughterhouse


Animals Cow Town of Pekanbaru, in the road Cipta Karya Ujung. Intended to
find out the effectiveness of a decrease in persistent organic pollutants in waste
water with biofilter process cow RPH combination process of anaerobic-aerobic
bermedia plastic bottles containing pieces of plastic and kelulushidupan levels of
fish cultivation in wastewater RPH cow processed. Liquid waste is derived from a
pool of deposition in the IPAL RPH Beef processed in process reactor anaerobic
and aerobic combinations bermedia plastic bottles containing pieces of plastic, the
results are to be tested as a media live fish cultivation. Sample (BOD and COD)
taken as many as five point and analyzed in the laboratory of Microbiology
Department of Public Infrastructure and then compared with the PermenLH No. 2
of 2006. The results of the measurements, the effective value of the bermedia
reactor processing parameter of BOD 72,56 – 91,65% 70,86 and COD – 92,54 per
cent whereas the effectiveness of the processing of the reactors without media
parameters BOD 37.70 – 55,42% and COD 30,18-42.52%. The value of the
concentration of COD and BOD processing results are not yet in compliance with
quality standard. The processed water conditions are bermedia better than without
the media with the percentage of 37% on the goldfish, nila fish at 80% and 97% in
fish jambal siam.

Key words: Biofilter, waste water, aquaculture fish life Media

1). Student of the fisheries and Marine Science Falculty, Riau University
2). Lecture of the fisheries and Marine Science Falculty, Riau University

I. PENDAHULUAN sekarang. Selain sebagai penyedia


daging, RPH sapi juga menghasilkan
1.1 Latar Belakang air limbah sebagai produk samping.
Dalam rangka untuk Hal ini terkait dengan proses
memenuhi kebutuhan daging bagi pemotongan hewan yang banyak
masyarakat Kota Pekanbaru telah menggunakan air. Jika limbah ini
memiliki Rumah Potong Hewan sapi tidak ditangani akan menimbulkan
yang terletak di Jalan Cipta Karya masalah pada lingkungan, seperti
Ujung sejak tahun 2003 sampai berkurangnya oksigen di dalam air,
munculnya gas berbau busuk, serta tubuh ikan tidak dapat mengikat
bersarangnya mahluk hidup oksigen yang terlarut dalam darah
pembawa penyakit (Laksmi, 1993). (Jones dalam Salmin, 2005).
Untuk menjaga dan meningkatkan Hasil penelitian yang
kualitas lingkungan hidup serta diperoleh oleh Silalahi (2012)
menurunkan beban pencemaran menunjukkan penurunan polutan
lingkungan dapat dilaklukan melalui organik (BOD) air limbah RPH
upaya pengendalian pencemaran dari menggunakan biofilter bermedia
kegiatan RPH, maka pemerintah botol plastik bekas proses anaerob-
telah menetapkan Baku Mutu Air aerob dari 1.429,34 mg/l menjadi
Limbah Bagi Kegiatan RPH yang 262,69 mg/l dengan efektivitas
diatur dalam PermenLH No.02 mencapai 81,62%. Sedangkan
Tahun 2006 yang menyebutkan efektivitas penurunan TSS mencapai
bahwa kadar maksimum air limbah 79% dari 1.029 mg/l menjadi 197
RPH yang diijinkan antara lain COD mg/l dan TDS sebesar 50% dari 976
= 200 mg/L, BOD = 100 mg/L, TSS mg/l menjadi 435 mg/l (Sitanggang,
= 100 mg/L, minyak dan lemak = 2012). Jika dilihat dari prosentase
15mg/L, NH3-N = 25 mg/L dan pH efektivitas penurunan BOD, TSS dan
= 6-9. TDS dapat dikategori cukup baik,
Dalam menyembelih 1 ekor namun sayangnya air olahan air
sapi dibutuhkan air sebanyak 1,5 limbah RPH yang diuji pada ikan
m3/ekor (PERMENLH No.02 Tahun budidaya dari penelitian tersebut
2006 Lampiran B). Di RPH sapi masih tergolong rendah karena
Kota Pekanbaru menyembelih 20 kelulushidupan ikan jambal hanya
sampai 35 ekor/hari untuk dicapai 50%, 30% pada Ikan Nila,
diperjualbelikan dagingnya di pasar- sementara pada ikan mas mati
pasar Kota Pekanbaru, sehingga semua.
diperkirakan kebutuhan air per hari Untuk itu, perlu upaya
untuk memotong hewan sebanyak peningkatan pengolahan dari hasil
30.000 – 52.500 liter/hari yang akan penelitian sebelumnya dengan cara
menjadi air limbah. penambahan unit reaktor biofilter
Tingginya polutan organik pada proses anaerob karena
yang terkandung dalam buangan air efektivitas pengolahan yang terbesar
limbah RPH sapi memberikan terjadi di reaktor dengan proses
dampak yang sangat serius terhadap anaerob dengan efektivitas mencapai
lingkungan dan biota perairan 50% - 70% (Eckenfelder et al.,
khususnya. Dampak pencemaran 1988). Di samping penambahan unit
yang ditimbulkan adalah reaktor biofilter proses anaerobik,
meningkatnya pemanfaatan oksigen juga dilakukan penambahan media
terlarut yang berlebihan oleh bakteri. tempat menempelnya
Akibatnya terjadi penurunan mikroorganisme (bakteri) di dalam
kandungan oksigen terlarut yang botol plastik yang berupa potongan-
akan mengancam kehidupan biota potongan plastik. Hal ini sesuai
dalam ekosistem perairan (Suardana, dengan pendapat Herlambang (2002)
2001). Kelumpuhan pada ikan karena yang menyatakan bahwa efisiensi
otak tidak mendapat suplai oksigen biofilter tergantung dari luas kontak
dan kematian karena kekurangan antara limbah cair dengan
oksigen yang disebabkan jaringan mikroorganisme yang menempel
pada permukaan media biofilter, ikan budidaya dalam air limbah RPH
sehingga semakin luas bidang yang telah diolah masih rendah. Hal
kontaknya maka efisiensi penurunan ini yang mendasari penelitian ini
konsentrasi BOD5, COD, padatan dilakukan untuk meningkatkan
tersuspensi (TSS), padatan terlarut efektivitas penurunan kadar polutan
(TDS), amoniak, nitrat dan fosphat organik dalam air limbah RPH sapi
akan semakin besar. hingga sampai dibawah baku mutu
Penggunaan ikan sebagai dengan menggunakan media botol
bioindikator merujuk pada pendapat plastik yang berisikan potongan-
Alkassasbeh et al. (dalam Pratiwi, potongan plastik.
2010) yang menyatakan ikan yang
hidup dalam suatu perairan dapat 1.3 Tujuan dan Manfaat
digunakan sebagai bioindikator Tujuan dari pada penelitian
karena mempunyai kemampuan ini adalah untuk mengetahui
merespon adanya bahan pencemar. efektifitas penurunan polutan organik
Ikan dapat menunjukkan reaksi dalam air limbah RPH sapi dengan
terhadap adanya senyawa pencemar proses biofilter kombinasi proses
yang terlarut dalam batas konsentrasi anaerob-aerob bermedia botol plastik
tertentu. Apabila terdapat bahan berisikan potongan-potongan plastik
pencemar, maka ikan akan bereaksi dan tingkat kelulushidupan ikan
mulai dari gerakan renang, budidaya dalam air limbah RPH sapi
percepatan gerakan operculum yang telah diolah.
hingga kematian. Sedangkan manfaat dari
penelitian ini adalah dapat menjadi
1.2 Perumusan Masalah awal konsep dalam pengolahan
Pada proses pemotongan limbah cair RPH yang sederhana dan
hewan sapi banyak menggunakan air efisien serta dapat memberikan
yang akan menjadi air limbah dengan penjelasan akan bahaya limbah cair
kandungan bahan organik yang RPH bagi lingkungan dan cara
tinggi. Jika air limbah tersebut tidak mengolahnya. Manfaat lain
diolah dengan baik dapat penelitian ini dapat dijadikan sebagai
menimbulkan permasalahan bahan masukan bagi pihak instansi
pencemaran air dan bau di sekitar terkait dalam upaya pengolahan
industri tersebut berada. buangan air limbah yang dihasilkan
Kadar polutan organik air dan sebagai sumbangan ilmiah dan
limbah RPH dapat diturunkan informasi dalam memperkaya
dengan proses biofilter kombinasi khasanah ilmu pengetahuan.
proses anaaerob-aerob bermedia
botol plastik bekas (Silalahi, 2012 I. BAHAN DAN METODE
dan Sitanggang, 2012) dengan Penelitian ini dilaksanakan
efektivitas mencapai 81% (BOD), pada bulan Oktober – Desember
79% (TSS) dan 50% (TDS). Namun 2012 bertempat di RPH Sapi Kota
permasalahannya kadar polutan Pekanbaru Jl. Cipta Karya Ujung,
organik air limbah RPH setelah Pekanbaru. Analisis sampel air
diolah masih berada di atas baku limbah dilakukan di Laboratorium
mutu yang telah ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU)
PermenLH No. 02 tahun 2006. Di Provinsi Riau, Pekanbaru dan
samping itu, tingkat kelulushidupan analisis total bakteri (TPC) dilakukan
di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Matematika dan Ilmu potongan -potongan plastik proses
Pengetahuan Alam (FMIPA) anaerob II (T2), air limbah setelah
Universitas Riau Pekanbaru. melalui reaktor biofilter bermedia
Media biofilter yang botol plastik berisikan potongan-
digunakan adalah botol plastik potongan plastik proses aerob (T3),
minuman pulpy orange yang air limbah setelah melalui reaktor
dirangkai saling berkaitan dengan kontrol tanpa media botol plastik
menggunakan Cable Tie dan diisi proses anaerob II (T4) dan air limbah
dengan potongan-potongan plastik setelah melalui reaktor kontrol tanpa
dengan ukuran 3 cm (L) x 12 cm (P) media botol plastik proses aerob
sebanyak 20 potong setiap didalam (T5).
botol plastik . Jumlah rangkaian Sedangkan air limbah yang
botol plastik yang berisi potongan- diambil untuk keperluan analisis total
potongan plastik yang digunakan bakteri (TPC) dilakukan pada air
yaitu 9 rangkaian, dimana 6 limbah didalam drum sebelum diolah
rangkaian dimasukkan ke dalam 2 (T1), di atas permukaan media botol
unit reaktor anaerob dan 3 rangkaian plastik dalam reaktor biofilter
ke dalam 1 unit reaktor aerob. bermedia botol plastik berisikan
Metode yang digunakan potongan-potongan plastik proses
dalam penelitian ini adalah metode anaerob II (T2), di atas permukaan
eksperimen tanpa rancangan dengan media botol plastik dalam reaktor
menggunakan 6 (enam) unit reaktor, biofilter bermedia botol plastik
dimana 3 (tiga) unit reaktor diisi berisikan potongan-potongan plastik
dengan media botol plastik yang proses aerob (T3), air limbah di
disikan di dalamnya potongan- dalam reaktor kontrol tanpa media
potongan plastik dan 3 (tiga) unit botol plastik proses anaerob II (T4)
reaktor sebagai kontrol (tanpa dan air limbah di dalam reaktor
media). kontrol tanpa media botol plastik
Dalam penelitian ini, air proses aerob (T5).
limbah yang diambil untuk diukur
dan dianalisis yaitu: air limbah III. HASIL DAN PEMBAHASAN
sebelum diolah (T1), air limbah
setelah melalui reaktor biofilter 3.1. Parameter Suhu
bermedia botol plastik berisikan
Kadar Suhu Pada Reaktor Kadar Suhu Pada Reaktor
Pengamatan Bermedia Tanpa Media
T1 T2 T3 T1 T4 T5
1 28 30 29 28 30 28
2 29 31 29 29 30 29
3 27 29 27 27 29 27
4 28 30 29 28 30 28
5 28 29 27 28 29 27
Keterangan T1: Inlet, T2: Anaerob Bermedia, T3: Aerob Bermedia, T4: Anaerob
Tanpa Media, T5: Aerob Tanpa Media.
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4 ke-5 relatif sama dan stabil yang
menunjukan kondisi suhu limbah cair berkisar 27 -30 0C. Suhu air limbah
RPH dari pengamatan ke-1 hingga pada inlet (T1), reaktor biofilter
bermedia proses anaerob (T2) dan pada reaktor proses aerob baik yang
tanpa media proses anaerob (T4) bermedia maupun tanpa media
sama. Suhu limbah cair tersebut disebabkan oleh penambahan aerasi
bukan merupakan faktor yang di dalam reaktor pengolahan.
dikondisikan, melainkan kondisi Secara keseluruhan, kondisi
suhu yang sangat dipengaruhi oleh suhu limbah cair RPH selama lima
iklim dan cuaca setempat, karena minggu pengamatan pada reaktor
penempatan paket alat pengolahan anaerob-aerob yaitu 27 -30 0C
limbah cair RPH berada dilapangan merupakan suhu normal sehingga
atau dilokasi Rumah Potong Hewan dapat mendukung pertumbuhan
Sapi Kota Pekanbaru. Syafriadiman optimal mikroorganisme air yang
et al. (2005), menyatakan suhu pada terdapat dalam limbah cair RPH.
air akan dipengaruhi oleh panas sinar Suhu optimum untuk perkembangan
matahari yang masuk kedalam mikroorganisme adalah 32 – 36 0C
perairan dan disebarkan dari (Salmin, 2005). Selain itu, jika
permukaan sampai kedasar. limbah tersebut akan dibuang
Selanjutnya Effendi (2003) keperairan tidak akan menggangu
menyatakan cahaya matahari yang kehidupan organisme perairan.
masuk ke perairan akan mengalami Menurut Hutabarat dan Evans (1985)
penyerapan dan perubahan menjadi yang menyatakan bahwa kisaran
energi panas. Peningkatan suhu air suhu optimum bagi kehidupan
limbah RPH pada reaktor proses organisme perairan adalah 25 – 32
0
anaerob (T2) secara tidak langsung C. Sedangkan Barus (2002)
disebabkan Penggunaan media botol menyatakan suhu air yang baik
plastik yang berisikan potongan- dalam perairan untuk kehidupan ikan
potongan plastik. Sedangkan yaitu berkisar 23 – 32 oC.
terjadinya penurunan suhu air limbah 3.2. Parameter pH
Kadar pH Pada Reaktor Kadar pH Pada Reaktor
Pengamatan Bermedia Tanpa Media
T1 T2 T3 T1 T4 T5
1 7 8 8 7 8 8
2 7 8 8 7 8 8
3 7 8 8 7 8 8
4 7 8 8 7 8 8
5 7 8 8 7 8 8
Hasil pengujian menunjukan tanpa media telah sesuai untuk
adanya peningkatan pada reaktor pertumbuhan bakteri.
bermedia maupun tanpa media
dengan hasil yang sama, yaitu Nilai pH berkaitan erat
berkisar 7 – 8. Herlambang (2002) dengan konsentrasi CO2 dalam
menyatakan bahwa bakteri akan limbah cair. Dengan demikian,
tumbuh dengan baik pada kondisi pH peningkatan nilai pH yang diolah
sedikit basa yaitu berkisar antara 7 – dengan proses biofilter anaerob dan
8. Jika dibandingkan dengan aerob pada reaktor bermedia maupun
pendapat herlambang (2002), maka tanpa media selam lima minggu
nilai pH air limbah yang telah diolah pengujian disebabkan adanya
dengan proses anaerob dan aerob aktivitas mikroorganisme (bakteri)
baik pada reaktor bermedia maupun dalam pemnfaatan CO2. Pemanfaatn
CO2 oleh bakteri akan dapat
meningkatkan nilai pH. 3.3. Parameter DO

Kadar DO Pada Reaktor Kadar DO Pada Reaktor


Pengamatan Bermedia Tanpa Media
T1 T2 T3 T1 T4 T5
1 1,64 1,58 2,15 1,64 1,55 1,98
2 1,79 1,66 2,76 1,79 1,59 1,97
3 1,65 1,56 2,81 1,65 1,58 1,99
4 1,72 1,69 3,06 1,72 1,60 2,01
5 1,52 1,59 3,01 1,52 1,56 1,86
Dari tabel 6 nilai DO pada inlet (Silalahi, 2012). Secara keseluruhan,
(T1) rendah pada setiap pengamatan. kandungan oksigen terlarut selam
Rendahnya nilai DO disebabkan lima minggu pengujian pada reaktor
tingginya polutan organik yang proses aerob telah mampu
terkandung dalam limbah cair RPH. mendukung untuk kehidupan
Hal ini sesuai dengan pendapat mikroorganisme. Selain itu, jika
Wigyanto et al (2009) yang llimbah cair RPH tersebut dibuang
menyatakan semakin besar bahan keperairan tidak akan menggangu
organik dalam air limbah maka nilai kehidupan mikroorganisme perairan.
BOD akan semakin tinggi dan DO Hal ini sesuai dengan pendapat
akan semakin rendah. Nilai DO air Salmin (2005) yang menyatakan
limbah yang diolah dengan proses bahwa kandungan oksigen terlarut
anaerob baik pada reaktor bermedia (DO) minimum adalah 2 mg/l dalam
dan tanpa media cenderung rendah. keadaan normal dan tidak tercemar
Rendahnya DO disebabkan tidak oleh senyawa beracun (toksik).
adanya penambahan oksigen yang Kandungan oksigen terlarut
dilakukan. Penambahan oksigen minimum ini sudah cukup
dibutuhkan ketika pengolahan mendukung kehidupan organisme
dilakukan secara aerob. Tetapi untuk perairan.
proses anaerob tingginya DO dapat
menyebabkan kegagalan bakteri 3.4. Parameter CO2
dalam mendegradasi polutan organik
Kadar CO2 Pada Reaktor Kadar CO2 Pada Reaktor
Pengamatan Bermedia Tanpa Media
T1 T2 T3 T1 T4 T5
1 14,08 11,98 9,28 14,08 12,48 12,08
2 13,88 10,68 7,89 13,88 12,18 11,58
3 11,48 10,98 8,09 11,48 11,88 11,48
4 12,47 11,35 8,08 12,47 12,09 11,56
5 13,79 11,36 7,69 13,79 12,59 10,76
Setelah melalui proses Balch et al., dalam Husin (2008)
anaerob baik di reaktor bermedia menyatakan bakteri metanogenik
maupun tanpa media, nilai CO2 memerlukan asam asetat,
cenderung menurun. Menurunnya Karbondioksida (CO2) dan ion
nilai CO2 disebabkan karena adanya hidrogen (H2) dalam pembentukan
aktivitas bakteri yang memanfaatkan gas metana (CH4).
CO2 dalam pembentukan gas metan.
Setelah melalui proses aerob bermedia maupun tanpa media telah
baik pada reaktor bermedia maupun mampu mendukung kehidupan ikan.
tanpa media, nilai CO2 juga Asmawi (1986), menyatakan bahwa
cenderung menurun, dimana nilai kandungan CO2 didalam perairan
CO2 pada outlet reaktor bermedia tidak boleh lebih dari 12 mg/l dan
berkisar 7,69 – 9,28 mg/l dan tanpa kurang dari 2 mg/l. Selanjutnya
media berkisar 10,76 – 12,08 mg/l. Sastrawidjaya (2000), menyatakan
Menurunnya nilai CO2 disebabkan Kandungan CO2 bebas sebesar 12
adanya penambahan aerasi pada mg/l telah menyebabkan stress pada
reaktor bermedia dan tanpa media ikan, pada kadar 30 mg/l beberapa
untuk meningkatkan O2. Menurut jenis ikan akan mati dan pada 100
Ginting (2007), meningkatnya O2 mg/l hampir semua organisme akan
dalam air limbah akan menurunkan mati.
CO2.
3.5. Parameter BOD
Nilai CO2 setelah melalui
proses aerob baik pada outlet reaktor
Reaktor Bermedia
Pengamatan Kadar BOD (mg/l) Efektivitas (%)
T1 T2 T3 T1-T2 T2-T3 T1-T3
I 1198,5 431,8 328,9 63,97 23,83 72,56
II 1354,4 381,5 215,1 71,84 43,62 84,12
III 1278,3 298,5 156,2 76,65 47,67 87,78
IV 1362,3 306,1 153,8 77,53 49,75 88,71
V 1427,5 284,7 119,2 80,06 58,13 91,65
Reaktor Tanpa Media
Pengamatan Kadar BOD (mg/l) Efektivitas (%)
T1 T4 T5 T1-T4 T4-T5 T1-T5
I 1198,5 874,3 782,6 27,05 10,49 34,70
II 1354,4 825,3 742,6 39,06 10,02 45,17
III 1278,3 795,6 681,2 37,76 14,38 46,71
IV 1354,3 719,4 603,7 46,88 16,08 55,42
V 1427,5 791,4 653,1 44,57 17,46 54,25
Nilai BOD pada inlet (T1) yang disembelih tiap harinya.
reaktor bermedia dan tanpa media Sehingga air yang digunakan dalam
adalah sama. Hal ini disebabkan proses pemotongan semakin banyak
pengambilan sampel untuk keperluan dan akan berpengaruh pada tingginya
analisis BOD dilakukan pada titik kadar polutan organik (BOD) limbah
yang sama, yaitu air limbah dalam cair RPH.
bak penampung sebelum diolah. Dilihat dari tabel diatas
Berdasarkan tabel diatas menunjukan konsentrasi Biological Oxygen
adanya fluktuasi konsentrasi BOD Demand (BOD) pada limbah cair
RPH di inlet (T1) berkisar 1198,5 -
pada limbah cair pada inlet (T1) yang
1427,5 mg/l. Hasil yang didapat telah
masuk kedalam reaktor anaerob (T2). mampu menurunkan kadar BOD
Fluktuasi ini di sebabkan adanya menjadi berkisar 284,7 – 431,8 mg/l
variasi banyak sedikitnya hewan sapi di raektor biofilter botol plastik yang
berisikan potongan-potongan plastik menggunakan media biofilter botol
proses anaerob II (T2). Sedangkan di plastik bekas, dimana efektivitas
reaktor tanpa media proses anaerob penurunan kadar BOD hanya
II (T4) mampu menurunkan kadar mencapai 81,62 %
BOD berkisar 791,4 – 874,3 mg/l.
Penurunan polutan organik pada Dari hasil penelitian dapat
reaktor biofilter bermedia botol diketahui bahwa proses penguraian
plastik yang berisikan potongan- polutan organik sebagian besar
potongan plastik proses anaerob II berlangsung pada proses anaerob
(T2) maupun pada reaktor tanpa baik pada reaktor bermedia botol
media proses anaerob II (T4) plastik berisikan potongan-potongan
disebabkan oleh adanya aktifitas plastik maupun tanpa media. Hal ini
bakteri yang bekerja menguraikan dapat dilihat dari nilai efektivitas
polutan organik. penurunan BOD, dimana pada proses
Pengolahan air limbah pengolahan secara anaerob
dengan proses biofilter cukup efektif efektivitas penurunan BOD pada
dalam menurunkan polutan organik reaktor bermedia berkisar 63,97 –
yang terkandung dalam air limbah. 80,06 % dan tanpa media berkisar
Berdasarkan pada Tabel 2, 27,05 – 46,88 %, sedangkan pada
pengolahan air limbah dengan proses pengolahan secara kombinasi
biofilter bermedia botol plastik Anaerob-aerob efektivitas penurunan
berisikan potongan-potongan plastik BOD pada reaktor biofilter bermedia
mampu menurunkan nilai BOD dari botol plastik berisikan potongan-
kisaran 1198,5 – 1427,5 mg/l (T1) potongan plastik berkisar 72,56 –
menjadi berkisar 119,2 – 328,9 mg/l 91,65 % dan tanpa media berkisar
(T3) dengan efektivitas penurunan 34,70 – 54,25 %. Hal ini berarti
berkisar 72,56 – 91,65 % dan tanpa proses pengolahan air limbah secara
media dari kisaran 1198,5 – 1427,5 aerob pada reaktor biofilter bermedia
mg/l (T1) menjadi 603,7 – 782,6 botol plastik berisikan potongan-
mg/l (T5) dengan efektivitas potongan plastik hanya mampu
penurunan berkisar 34,70 – 55,42 %. menurunkan polutan organik berkisar
Efektivitas penurunan ini masih lebih 23,83 – 58,13 % dan tanpa media
tinggi jika dibadingkan dengan hasil berkisar 10,02 – 17,46 %. Untuk
penelitian Silalahi (2012) yang lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar

100 84,12 87,78 88,71 91,65


72,56
Penurunan BOD (%)

80
60
Efektifitas

40 55,42 54,25
20 45,17 46,71
34,7
0
1 2 3
Pengamatan 4 5
efektifitas bermedia efektifitas tanpa media
Pada akhir pengamatan, proses anaerob-aerob maupun tanpa
pengolahan air limbah dengan proses media mampu menurunkan nilai
biofilter bermedia botol plastik BOD dari 1427,5 (T1) menjadi 119,2
berisikan potongan-potongan plastik (T3) dan tanpa media dari 1427,5
(T1) menjadi 653,1 (T5). sesuai dengan standar baku mutu
Berdasarkan Peraturan Mentri yang telah ditetapkan, tetapi
Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun pengunaan media biofilter potongan
2006 konsentrasi BOD air limbah plastik mampu meningkatkan
untuk kegiatan rumah potong hewan penurunan BOD jika dibandingkan
yang dapat dibuang kelingkungan dengan penelitian Silalahi (2012)
yaitu sebesar 100 mg/l. Bila yang menggunakan media biofilter
dibandingkan dengan baku mutu, botol plastik bekas.
maka air limbah yang telah diolah
dengan proses biofilter baik 3.6. Parameter COD
bermedia maupun tanpa media belum
Reaktor Bermedia
Pengamatan Kadar COD (mg/l) Efektivitas (%)
T1 T2 T3 T1-T2 T2-T3 T1-T3
I 3840,0 1476,0 1119,0 61,56 24,19 70,86
II 3929,6 1016,2 752,6 74,14 25,94 80,85
III 3583,7 796,6 531,4 77,77 33,29 85,17
IV 3297,2 703,5 458,2 78,66 34,87 86,10
V 3825,1 682,5 285,3 82,16 58,20 92,54
Reaktor Tanpa Media
Pengamatan Kadar COD (mg/l) Efektivitas (%)
T1 T4 T5 T1-T4 T4-T5 T1-T5
I 3840,0 2895,1 2681,2 24,61 7,39 30,18
II 3929,6 2651,5 2432,3 32,52 8,27 38,10
III 3583,7 2421,3 2210,5 32,43 8,71 38,32
IV 3297,2 1998,6 1895,3 39,38 5,17 42,52
V 3825,1 2461,3 2281,3 35,65 7,31 40,36
Nilai COD pada inlet (T1) dengan nilai penurunan reaktor tanpa
reaktor bermedia dan tanpa media media proses anaerob (T4) di
adalah sama. Hal ini disebabkan sebabkan oleh penggunaan media
botol plastik yang berisikan
pengambilan sampel untuk keperluan
potongan-potongan plastik, sehingga
analisis BOD dilakukan pada titik mikroorganisme (bakteri) akan
yang sama, yaitu air limbah dalam tumbuh melekat membentuk lapisan
bak penampung sebelum diolah. biofilm semakin berkembang selama
Nilai COD di reaktor biofilter pengamatan dan polutan organik
bermedia proses anaerob (T2) dan yang terkandung dalam air limbah
reaktor tanpa media proses anaerob dapat diuraikan semakin besar. Hal
ini ditunjukan dengan nilai total
(T4) sama-sama mengalami
bakteri sebesar 1,8 x 105 - 6,0 x 108
penurunan dari konsentrasi COD CFU pada reaktor biofilter bermedia
awal (T1) hal ini disebabkan karena proses anaerob dan 1,4 x 105 - 1,6 x
adanya bakteri yang menguraikan 106 CFU pada reaktor tanpa media
limbah cair RPH. proses anaerob.
Tingginya nilai penurunan Meski kadar COD limbah
COD pada reaktor biofilter bermedia cair RPH pada outlet reaktor anaerob
proses anaerob (T2) dibandingkan masih relatif tinggi, efektifitas
pengolahan dalam biofilter anaerob
lebih tinggi dibandingkan dengan menyuplai oksigen terlarut dengan
biofilter aerob, namun pada proses difusi.
pengolahan aerob penurunan COD pengolahan limbah cair RPH
dapat lebih rendah walaupun belum dengan biofilter bermedia botol
mencapai baku mutu. Tingginya plastik berisikan potongan-potongan
penurunan kadar COD ditunjukan plastik proses anaerob-aerob
pada minggu pertama direaktor aerob menunjukan penurunan COD. Pada
yaitu dari 1476,0 mg/l menjadi reaktor anaerob pada minggu
1119,0 mg/l, minggu ke-2 dari pertama dari 3840,0 mg/l (T1)
1016,2 mg/l menjadi 752,6 mg/l, menjadi 1476,0 mg/l (T2) sampai
minggu ke-3 dari 796,6 mg/l menjadi pada pengamatan ke-5 dari 3825,1
531,4 mg/l, minggu ke-4 dari 703,5 mg/l menjadi 682,5 mg/l dengan
mg/l menjadi 458,2 mg/l, dan efektifitas mencapai 82,16 %. Unit
minggu ke-5 dari 682,5 mg/l menjadi pengolahan biofilter anaerob
285,3 mg/l. Hal ini terjadi seiring menunjukan hasil olahan limbah cair
dengan perkembangan dan aktifitas RPH masih tinggi, sehingga
mikroorganisme (bakteri) pada dibutuhkan unit pengolahan sistem
reaktor biofilter bermedia botol aerob. Hasil pengolahan pada
pastik berisikan potongan-potongan biofilter aerob menunjukan
plastik proes aerob. Hal ini penurunan COD dari 1476,0 mg/l
ditunjukan dengan nilai total bakteri (T2) menjadi 1119,0 mg/l (T3) pada
sebesar 3,5 x 106 - 8,4 x 108 CFU minggu pertama dan 682,5mg/l
pada reaktor biofilter bermedia menjadi 285,3 mg/l pada minggu ke-
proses aerob (T3) dan 2,7 x 106 - 1,1 5 dengan efektifitas pengolahan
x 107 CFU pada reaktor tanpa media mencapai 58,2 %. Nilai efektifitas
proses aerob (T5). Penurunan kinerja pengolahan pada titik T1 –
tersebut juga didukung dengan T3 tersaji pada Gambar
adanya penambahan udara melalui
aerasi pada reaktor tersebut untuk
100 80,85 85,17 86,1 92,54
70,86
Efektifitas Penurunan

80
60
COD (%)

40
20 38,1 38,32 42,52 40,36
30,18
0
I II III IV V
Pengamatan
Efektifitas Bermedia Efektifitas Tanpa Media
Berdasarkan pada grafik Pengaruh perubahan nilai akhir akan
diatas telihat perubahan nilai awal berdampak pada nilai efektifitas yang
masukan berkisar 3297,2 - 3929,6 terjadi. Berdasarkan nilai efektifitas
mg/l menjadi berkisar 285,3 – 1119,0 pengolahan dalam menurunkan
mg/l pada akhir pengolahan. Pada konsentrasi COD pada titik T1 – T3
akhir proses nilai terbaik dijumpai terjadi peningkatan. Nilai efektifitas
pada pengamatan kelima sebesar terbaik dijumpai pada pengamatan
285,3 mg/l sedangkan nilai berada kelima sebesar 92,54% dengan nilai
paling tinggi sebesar 1119,0 mg/l awal 3825,1 mg/l menjadi 285,3 mg/l
terjadi pada pengamatan pertama. pada akhir pengolahan. Nilai
efektifitas paling kecil dijumpai pada Dari hasil pengolahan
pengamatan pertama sebesar 70,86 menggunakan reaktor kombinasi
% dengan nilai awal masukan anaerob-aerob memberikan jawaban
sebesar 3840,0 mg/l menjadi 1119,0 jika dibandingkan dengan baku mutu
mg/l pada akhir pengolahan. Artinya limbah cair RPH berdasarkan
penolahan secara biofilter anaerob Keputusan Menteri Lingkungan
dan aerob memiliki peran yang sama Hidup nomor 02 tahun 2006
penting dalam menurunkan polutan mengenai konsentrasi COD sebesar
organik. Herlambang (2002) 200 mg/l. Pada hasil akhir
menyatakan bahwa kandungan pengolahan limbah cair RPH
polutan organik dalam limbah cair didapatkan nilai konsentrasi COD
pada inlet dalam suatu pengolahan sebesar 285,3 – 1119,0 mg/l. Nilai
limbah cair pada umumnya memiliki ini mengindikasikan kualitas limbah
nilai kandungan yang lebih tinggi cair telah berhasil ditingkatkan tetapi
dan akan menurun atau terjadi belum sesuai dengan batasan baku
perbaikan kualitas limbah cair mutu yang telah ditetapkan
tersebut pada outlet yang merupakan pemerintah.
hasil olahan limbah cair.

3.7. Total Bakteri (TPC)


TPC Pada Reaktor Bermedia TPC Pada Reaktor Tanpa
Pengam
Media
atan
T1 T2 T3 T4 T5
1 1,4 x 105 1,8 x 105 3,5 x 106 1,4 x 105 2,7 x 106
CFU CFU CFU CFU CFU
2 1,0 x 106 7,0 x 107 8,0 x 107 1,1 x 106 1,1 x 107
CFU CFU CFU CFU CFU
3 1,2 x 106 1,7 x 108 5,6 x 108 1,6 x 106 0,8 x 107
CFU CFU CFU CFU CFU
4 1,0 x 106 2,8 x 108 7,2 x 108 1,2 x 106 1,1 x 107
CFU CFU CFU CFU CFU
5 0,9 x 105 6,0 x 108 8,4 x 108 1,0 x 106 1,0 x 106
CFU CFU CFU CFU CFU
Mikroba merupakan salah jumlah dan kondisi fisiologis
satu faktor kunci yang ikut yang siap diinokulasikan pada media
menentukan berhasil tidaknya fermentasi disebut sebagai starter.
suatu proses penanganan limbah Bakteri, suatu grup prokariotik,
cair organic secara biologi. adalah organisme yang mendapat
Keberadaanya sangat diperlukan perhatian utama baik dalam air
untuk berbagai tahapan dalam maupun dalam penanganan air
perombakan bahan organik. limbah (Jenie dan Winiati, 1993).
Marchaim (1992) menyatakan Jadi, dalam proses anaerobik,
bahwa efektifitas biodegradasi mikrobia yang digunakan berasal
limbah organik menjadi metana dari golongan bakteri. Bakteri
membutuhkan aktifitas yang bersifat fakultatif anaerob
metabolik yang terkoordinasi dari yaitu bakteri yang mampu
populasi mikrobia yang berbeda- berfungsi dalam kondisi aerobik
beda. Populasi mikroba dalam maupun anaerobik. Bakteri-bakteri
tersebut dominan dalam proses peningkatan pertumbuhan bakteri
penanganan limbah cair baik secara dari 3,5 x 106 CFU pada minggu
aerobik ataupun anaerobik. pertama dan menjadi 8,4 x 108 CFU
Marchaim (1992) menyatakan pada minggu kelima. Peningkatan
bahwa digesti atau pencernaan pertumbuhan bakteri pada reaktor
bahan organik yang efektif anaerob selama lima minggu
membutuhkan kombinasi pengujian diduga karena adanya
metabolisme dari berbagai jenis media tempat melekatnya bakteri
bakteri anaerobik. yaitu potongan plastik. Hal ini sesuai
dengan pendapat Herlambang
pengujian kinerja (2002), fungsi media adalah sebagai
reaktor biofilter anaerob dan aerob tempat dan tumbuh dan
ternyata mampu mendukung berkembangnya mikroorganisme
pertumbuhan bakteri. pada reaktor yang terlibat langsung dalam
anaerob 1,4 x 105 CFU menjadi 1,8 x pengolahan air limbah,
105 CFU pada minggu pertama dan mikroorganisme ini akan melapisi
terus terjadi peningkatan permukaan media membentuk
pertumbuhan bakteri pada setiap lapisan massa yang tipis yang disebut
pengujian dan pada minggu kelima biofilm.
0,9 x 105 CFU menjadi 6,0 x 108
CFU. Sedangkan pada reaktor aerob

3.8. Kelulushidupan Ikan Budidaya


Reaktor Bermedia Reaktor Tanpa Media
Pengujian Jambal Jambal
Mas Nila Mas Nila
Siam Siam
1 0 0 0 0 0 0
2 0 57 73 0 0 0
3 33 67 87 0 0 0
4 33 76 90 0 0 0
5 37 80 97 0 0 0
Sumber : Data Primer keseluruhan uji coba pada pengujian
kelima. Jadi secara keseluruhan nilai
Pada Tabel 9, nilai persentase yang didapatkan mengalami
ikan yang hidup dalam pengujian peningkatan pada tiap pengujian.
limbah cair yang telah dilakukan
pengolahan dengan menggunakan Kualitas limbah cair akan
reaktor kombinasi anaerob-aerob berakibat pada organisme
mengalami perubahan. Perubahan ini didalamnya, dikarenakan organisme
yang paling sensitif pertama kali
mengindikasikan adanya pengaruh mengalami akibat buruk dari
kualitas limbah cair terhadap perubahan lingkungan. Gambaran
persentase ikan hidup. Ikan yang mengenai perkembangan persentase
dapat hidup dapat mencapai 37 % ujicoba limbah cair sebagai media
pada ikan mas, 80 % pada ikan nila hidup ikan dalam bentuk grafik
dan 97 % pada ikan jambal siam dari tersaji pada Gambar
150
97

Persentase (%)
87 90 80
100 73 67 76
57
33 33 37
50
0 0 0 0 0
0
I II III
Pengujian IV V
Ikan Mas Ikan Nila Ikan Jambal Siam

hidup ikan budidaya. Ditinjau dari


Pada bagian kontrol, konsentrasi BOD dan COD,
persentase semua ikan uji yang dapat memberikan dampak bahwa media
hidup tidak mengalami perubahan. hidup ikan mas masih tercemar
Nilai persentase yang terjadi hanya polutan organik. Nilai konsentrasi
pada nilai nol pada semua ikan uji, BOD berkisar 328,9 – 119,2 mg/l
yang berarti tidak ada ikan uji pada dan COD berkisar 1119,0 – 285,3
control yang dapat hidup pada mg/l, hal ini berarti kualitas limbah
pengujian dengan menggunakan cair hasil pengolahan berdasarkan
media hidup limbah cair RPH. Pada konsentrasi BOD dan COD masih
bagian aquarium ujicoba, persentase belum dapat digunakan sebagai
hasil pengujian didapatkan media hidup ikan menurut Peraturan
perkembangan nilai efektifitasnya. Pemerintah nomor 82 tahun 2001
Pengamatan pertama dan kedua nilai pada kelas III untuk peruntukan
efektifitas ikan mas hanya 0%, bidang perikanan sebesar 50 mg/l.
pengamatan ketiga dan keempat Berdasarkan Tabel diatas,
sebesar 33% dan pada pengamatan pada akuarium yang diisi dengan air
kelima efektifitas telah mencapai limbah setelah diolah dengan proses
37%, sedangkan ikan Nila pada biofilter bermedia ikan jambal siam,
pengamatan pertama efektifitasnya ikan nila dan ikan mas masih mampu
0%, pengamatan kedua efektifitasnya bertahan hidup tetapi ikan jambal
57%, pengamatan ketiga siam dan ikan nila mempunyai
efektifitasnya 67%, pengamatan tingkat kelulushidupan lebih tinggi
keempat efektifitasnya sebesar 76% jika dibandingkan dengan ikan mas.
dan pada pengamatan kelima Hal ini disebabkan karena ikan
efektifitasnya telah mencapai 80%. jambal siam dan nila mampu
Sedangkan untuk ikan jambal siam beradaptasi terhadap kondisi air
pada pengamtan pertama limbah yang digunakan sebagai
efektifitasnya 0%, pada pengamatan media hidupnya. Zaldi (dalam
kedua efektifitasnya sebesar 73%, Silalahi, 2012) menyatakan ikan
pengamatan ketiga efektifitasnya jambal siam mampu bertahan hidup
87%, pengamatan keempat pada perairan yang kondisinya sangat
efektifitasnya sebesar 90%, dan pada jelek dan akan tumbuh normal di
pengamtan kelima efektifitasnya perairan yang memenuhi persyaratan
telah mencapai 97%. ideal sebagaimana habitat aslinya.
Selanjutnya Siregar, Putra dan
Pencapaian efektifitas ini Sukendi (1993), menyatakan ikan
disebabkan karena pengaruh kualitas nila dapat bertahan hidup pada area
limbah cair yang telah diolah masih lingkungan perairan yang tercemar
belum sesuai dengan syarat media dan mengalami deoksigenasi
Kelulushidupan ikan mas, aerob mencapai 70,86 – 92,54 %
nila dan jambal siam dalam hasil dengan konsentrasi awal 3297,2 –
olahan reaktor kombinasi anaerob 3929,6 mg/l (T1) dan akhir 1119,0 –
285,3 mg/l (T3) Kondisi air olahan
dan aerob bermedia dan tanpa media
yang bermedia lebih baik dari pada
didukung oleh kondisi suhu normal tanpa media dengan hidupnya ikan
yaitu berkisar 27 – 29 0C pada budidaya.
reaktor bermedia dan 27 - 28 0C pada
reaktor tanpa media. Hutabarat dan 4.2. Saran
Pada hasil yang
Evans (1984) menyatakan bahwa didapat dalam memperbaiki kualitas
kisaran suhu optimum bagi limbah cair RPH belum mendapatkan
kehidupan organisme perairan adalah hasil yang maksimal. Disarankan
25 – 32 0C. Selain parameter suhu, adanya penelitian lanjutan dengan
kelulushidupan ikan juga didukung menggunakan variasi bentuk, ukuran
oleh parameter kualitas air lain ataupun penambahan
mikroorganisme (bakteri) dari luar
seperti derajat keasaman (pH),
air limbah dan juga mengidentifikasi
oksigen terlarut (DO), dan CO2. jenis bakteri yang menguraikan
Sedangkan konsentrasi BOD dan limbah cair RPH.
COD belum mampu untuk
mendukung kehidupan ikan karena 5.1. DAFTAR PUSTAKA
masih diatas baku mutu.
Djajadiningrat, S.T. dan H. H. Amir.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1989. Penilaian Secara Cepat
Sumber-Sumber Pencemaran Air
4.1. Kesimpulan Tanah dan Udara. World Health
Organization – UGM University
Pengolahan air limbah rumah Press. Yogyakarta. 150 p.
potong hewan sapi dengan proses Jenie, Betty dan Winiaty Rahayu.
biofilter bermedia botol plastik 1993. Penanganan Limbah Industri
berisikan potongan-potongan plastik Pangan. Yogyakarta: Penerbit
kombinasi proses anaerob-aerob Kanisius.
mampu meningkatkan penurunan Jones. 1994. Fish River Polution.
polutan organik dari penelitian John Wiley and Sons Inc. New York.
sebelumnya (Silalahi, 2012). 202 p.
Penurunan nilai BOD yang Laksmi,B. S. 1993. Penanganan
terkandung dalam air limbah dari Limbah Industri Pangan. Jakarta:
1198,5 – 1427,5 mg/l (T1) menjadi Kanisius.
328,9 – 119,2 mg/l (T3) dengan
efektivitas penurunan kadar BOD
mencapai 72,56 – 91,65 % dan tanpa
media dari 1198,5 – 1427,5 mgl (T1)
menjadi 782,6 – 603,7 mg/l (T5)
dengan efektivitas mencapai 34,70 –
55,42 %. Sedangkan efektifitas
penurunan nilai COD pada air
limbah yang sudah diolah dengan
proses biofilter kombinasi anaerob-

You might also like